Anda di halaman 1dari 16

VARICELLA / HERPES

ZOOSTER
KELOMPOK 3 :

KETUA DAN PENANGGUNG JAWAB :


Ni Putu Ayu Yusita Dewi 19700019
Reza Austin Soelistijanto 19700083

ANGGOTA :
Ni Luh Ayu Sri Antari Putri 19700003
Kadek Putra Pradnyana 19700028
Ni Luh Narita Vijayanti 19700044
Ni Putu Manik Suryaningsih 19700058
Maulina Syafakamila 19700070
Devi Ma’Ariful Akliyah 19700094
Betari Putri Sonic 19700101
Farizah El Husna 19700107
I Putu Gede Apito Ruswinata 19700121
Lia Nur Fuadah 19700132
Mohammad Reynaldy Nor 19700143
DEFINISI
Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer
menular, disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV),
yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan
adanya vesikel-vesikel (Straus & Oxman, 2004).

Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10


tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela merupakan
penyakit yang sangat menular,penularannya melalui
sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi kontak
dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara
transplasental (Handoko, 2010).
ETIOLOGI

• Varicella zoster virus (VZV) adalah nama lain dari human herpesvirus
3 (HHV-3), yakni jenis virus herpes yang menjadi penyebab dari 2
jenis penyakit yaitu cacar air (varicella) dan herpes zoster/HZ
(shingles) yang merupakan anggota keluarga herpesviridae (Fitriani et
al., 2021).

• Varicella-zoster virus mengandung DNA (double- stranded) dan hanya


memiliki satu serotipe (San Putra W., 2021).
EPIDEMIOLOGI
 Angka kejadian Herpes Zoster sendiri
meningkat seiring dengan bertambahnya
usia yakni 30% populasi (sekitar 1 dari 3
orang) akan mengalami HZ selama masa
hidupnya bahkan pada usia 85 tahun yakni
50% populasi (sekitar 1 dari orang) akan
mengalami herpes zoster (Milenia,2022).

 WHO pada 2014 memperkirakan beban dari


penyakit varicella tiap tahunnya mencapai 4,2
juta komlikasi, termasuk 4.200 kematian
(Devi, dkk, 2022).
MEKANISME
 Perjalanan penyakit HZ meliputi fase
viremia dan fase laten (Fitriani dkk.,
2021).
1. Fase viremia Varicella zoster/ cacar air
2. Fase laten lalu tereaktifasi Herpes zoster

Sumber: (Fitriani dkk., 2021).


GEJALA KLINIS
 Menurut Buku Panduan Spesialis IKA FK
UNAIR tahun 2017, gejala klinis Varisela
dibagi ke dalam dua tahap, yakni :
- Stadium Prodromal : Timbul setelah 14-15
hari masa inkubasi dengan munculnya ruam
kulit disertai demam yang tidak begitu
tinggi serta malaise.
- Stadium Erupsi : Ruam kulit di muka dan
kulit kepala dengan cepat menyebar ke
badan dan ekstremitas. Lebih jelas pada Sumber: Nagel dan Gilden, 2013
bagian badan yang tertutup dan jarang
ditemukan pada telapak kaki dan tangan.
- Penyebaran dari sentral (badan-leher-
wajah) baru ke estremitas.
GEJALA KLINIS
 Sedangkan gejala klinis Herpes Zoster,
disebutkan pada Buku Panduan Praktik Klinis
PERDOSKI (2017) sebagai berikut :
- Masa tunas 7-12 hari (Color Atlas and
Synopsis of Clinical, n.d.)
- Gejala prodromal : Nyeri dan parestesi di
dermatom yang terkait, biasanya erupsi kulit
dan bervariasi mulai dari rasa gatal, parestesi,
panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi, hingga
rasa ditusuk-tusuk (Pusponegoro, 2014).
- Kelainan diawali dengan lesi makulopapular
eritematosa yang dalam 12-48 jam menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar kulit
Sumber: Wollina, 2017
eritematosa dan edema. Vesikel dapat menjadi
pustul dan krusta dalam 7-10 hari
(Pusponegoro, 2014).
- Lokasi herpes zoster di unilatelar menjalar
sesuai dermatome.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG VARICELLA
• Bedasarkan Buku Panduan Praktik Klinis PERDOSKI (2017),
Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan pada varisela tanpa
komplikasi.

 Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dapat sedikit meningkat,


normal, atau sedikit menurun beberapa hari pertama.
 Enzim hepatik kadang meningkat.
 Pewarnaan menggunakan Tzank smears akan ditemukan multinucleated
giant cells' atau sel datia berinti banyak.
 Kultur virus dari cairan vesikel seringkali positif pada 3 hari pertama,
tetapi tidak dilakukan karena sulit dan mahal.
 Deteksi antigen virus dengan PCR untuk kasus varisela yang berat atau
tidak khas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG HERPES
ZOSTER
● Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosis Herpes
Zoster (Mikhael San Putra, 2021).

1. Tzanck smear secara bedside untuk menemukan


multinucleated giant cell yang dapat mendukung
diagnosis klinis.
2. Deteksi langsung dengan pewarnaan antibodi
fluoresensi kerokan dasar vesikel.
3. Kultur virus, membutuhkan satu minggu untuk
menginduksi perubahan sitopatik.
4. Polymerase chain reaction (PCR) untuk analisis
DNA virus.
5. Pemeriksaan serologis titer antibodi IgM dan
IgG pada masa akut dan konvalesen.
DIAGNOSIS
VARICELLA
ZOSTER
 Gejala klinis: paling sering digunakan untuk
mementukan diagnosis varicella zoster
 VZV specific antibodies: pemeriksaan
akurat, tapi membutuhkan waktu yang lama
untuk keluar hasilnya, sehingga tidak terlalu
berguna secars klinis.
□ VZV specific antibodies ada dua jenis
pemeriksaan:
1. PCR, yang menggunakan sediaan dari
kukit vessicle, saliva, atau cairan
cerebrosfinal.
2. direct immunofluorescence, yaitu
menggunakan sediaan dari vessiclenya
(Gershon et al., 2015).
DIAGNOSI 01
Hand and foot and
Mouth diseases
S
02 Impetigo
BANDING
03 Smallpox

04 Drug Eruptions

05 Dermatitis Herpetiformis

(Ayoade & Kumar, 2021).


TATALAKSANA
1) Penatalaksanaan lini pertama dengan
agen yang sering digunakan untuk
infeksi herpes zoster adalah agen
antivirus.

2) Penatalaksanaan dari herpes zoster


adalah dengan obat antivirus dan
analgetik untuk mengurangi ruam saat
kondisi herpes zoster akut, mengurangi
rasa sakit, mencegah pembentukan lesi
baru, dan diharapkan dapat mencegah
komplikasi.
ANTIVIRUS
Asiklovir: dosis bayi/anak 4x10-20 mg/kg (maksimal
800 mg/hari) selama 7 hari, dewasa: 5x800 mg/hari
selama 7 hari, atau
Valasiklovir: untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7
hari.
KIE
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk penderita
varicella atau herpes zoster sebagai berikut :
(Nadia dan Dian, 2020; Putra, 2013).

1. Mengedukasi pasien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan


dari pasien.
2. Menghimbau pasien untuk tetap berada di dalam rumah dan
diisolasi untuk menghindari penularan ke orang lain.
3. Mengedukasi pasien supaya tidak menggaruk lesi kulit yang gatal
karena beresiko merusak lapisan kulit dan menyebabkan infeksi
sekunder bakteri.
4. Mengedukasi kepada anggota keluarga untuk menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan sekitar.
5. Menganjurkan untuk melakukan vaksinasi VZV atau varisela, agar
prognosis penyakit, serta pencegahan agar penyakit tidak berulang.
PROGNOSIS
Varicella
• Umumnya baik (Quo ad vitam, Quo ad functionam, dan Quo ad
sanationam) (Putra, 2014).
• Pada bayi dengan CVS buruk, dengan kematian akibat komplikasi,
30% dari neonatus yang lahir dengan CVS meninggal selama
bulan-bulan pertama kehidupan (Aninditya & Desember, 2018).

Herpes Zoster

• Mortalitas 30% pada herpes zoster yang lesinya mengenai organ


dalam (limfosit turun <500/µl)
• Prognosis buruk pada gejala yang mengenai sistem saraf pusat
(muncul hari ke 4-8 setelah infeksi kulit) (Fitriani et al., 2021).
THANK YOU!!!
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai