REPRODUKSI 2 CASE 1
HIPERBILIRUBINEMIA
DISUSUN OLEH A4
Seorang bayi perempuan lahir sehat, dengan berat badan 3200 gram, panjang badan
48 cm, dan lingkar kepala 35 cm. Dia disusui oleh ibunya dan dipulangkan ke rumah
pada usia 12 jam dengan instruksi untuk kembali ke klinik dokter anak dalam dua hari
Pada pagi hari di hari ke-3, dia dibawa ke klinik karena ibu memperhatikan :
ANAMNESA:
KU : dia menjadi lebih ikterik selama 3 hari sebelumnya dan menyusui dengan buruk.
RPS : Dia telah menolak menyusui selama 12 jam terakhir, lemah dan kehilangan
berat badan.
PEMERIKSAAN FISIK :
Kondisi umum : lesu, sangat kuning.
Denyut jantung : 140 bpm (N: 100-140 bpm)
Respirasi : 52 bpm (N: 40-60 bpm)
Suhu : 36,8°C (N: 36,5-37,5°C)
Kepala : sklera ikterik
Dinding perut : halus, tidak buncit
Hati dan Limpa : tidak ada kelainan spesifik
Ekstremitas : penyakit kuning
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
• Hemoglobin: 13,2 g% (N: 13-18 g%)
• Leukosit: 18500/mm3 (N: 10.000-30.000/mm3)
• PCV: 42% (N: 42-53%)
• Jumlah trombosit: 213000/mm3 (N: 150.000-400.000)
• Bilirubin total: 18,35 mg/dL (N : < 2 mg/dl)
• Bilirubin direk: 0,35 mg/Dl
• Bilirubin tidak langsung: 18 mg/dL
• Golongan darah bayi: A+
• Golongan darah ibu: O
• Tes Coomb: negative
Bayi itu menjalani fototerapi. Sang ibu diberitahu bahwa dia harus terus
memberikan ASI kepada bayinya.
3. apa penyebab letargi pada pasien ini? Apakah ada hubungannya dengan icterus ?
Penyebab letargi atau kesadaran menurun pada pasien ini dapat disebabkan karena
beberapa penyakit ataupun beberapa kondisi medis, seperti masalah pada otak, gizi buruk
ataupun gangguan nutrisi dimana pada kasus ini bayi mengalami gangguan menyusui, bayi
telah menolak menyusui selama 12 jam terakhir. Kondisi letargi juga dapat disebabkan karena
ikterus, dimana bilirubin yang berlebihan akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek (hidrofobik=lipofilik) yang bersifat
sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek
patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan
yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus (istilah patologi ketika di otopsi) atau
enselopati hiperbilirubinemia /ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa
kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan
neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi
terdapat keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, letargi atau kesadaran menurun,
hiperkarbia (penurunan kesadaran karena CO2 meningkat), hipoglikemia, dan kelainan
susunan saraf pusat yang dapat terjadi
karena trauma atau infeksi.
4. Nasihat apa yang diberikan pada orang tua sebelum bayi dipulangkan dari RS?
Dokter dapat menyarankan orang tua bayi untuk kontrol secara teratur ke poli klinik
perinatologi/tumbuh kembang untuk follow up( tumbuh kembang bayi dalam mengantisipasi
komplikasi dari bilirubin enselopati.
Untuk nasehat yang dapat diberikan yakni :
1. Ibu harus membawa bayinya untuk kontrol kembali ke dokter 2 hari setelah pulang dari
RS
2. ASI harus diberikan karena sebagai albumin eksogen
3. Jika bayi tampak kuning lagi dan berak seperti dempul(terjadi hambatan faktor eksresi)
segera kontrol kembali
4. Mengajarkan ibu tanda tanda atau penilaian terhadap ikterus (Kremer)
Metabolisme bilirubin dimulai oleh penghancuran eritrosit setelah usia 120 hari
oleh sistem retikuloendotel menjadi heme dan globin. Globin akan mengalami degradasi
menjadi asam amino dan digunakan sebagai pembentukan protein lain. Heme akan
mengalami oksidasi dengan melepaskan karbonmonoksida (CO) dan besi menjadi biliverdin.
Biliverdin reduktase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin
indirek).
Bilirubin tidak terkonjugasi yang dilepaskan ke dalam plasma berikatan dengan albumin,
kemudian berdifusi ke dalam sel hati. Bilirubin tidak terkonjugasi dalam sel hati akan
dikonjugasi oleh asam glukuromat membentuk bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk),
kemudian dilepaskan ke saluran empedu dan saluran cerna. Bilirubin terkonjugasi di
dalam saluran cerna dihidrolisis oleh bakteri usus - glucuronidase, sebagian menjadi
urobilinogen yang keluar dalam tinja (sterkobilin) atau diserap kembali oleh darah
kemudian dibawa ke dalam hati (siklus enterohepatik). Urobilinogen dapat larut dalam
air, sehingga sebagian dikeluarkan melalui ginjal melalui urine.
7. Proses metabolism bilirubin dalam intestine dan colon
?
bilirubin direk masuk ke GIT diubah menjadi urobilinogen, lalu dipecah menjadi 2 yaitu
stercobilin menjadi warna pada feses hasil sisa oksidasi hepar.
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan proses fisiologis atau patologis dan dapat juga
disebabkan oleh kombinasi keduanya. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi baru lahir
tampak kuning, keadaan tersebut timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15Z bilirubin
IX alpha) yang berwarna ikterus atau kuning pada sklera dan kulit (Kosim, 2012).
Pada keadaan normal kadar bilirubin indirek pada tali pusat bayi baru lahir yaitu 1 – 3
mg/dL dan terjadi peningkatan kurang dari 5 mg/dL per 24 jam. Bayi baru lahir biasanya akan
tampak kuning pada hari kedua dan ketiga dan memuncak pada hari kedua sampai hari
keempat dengan kadar 5 – 6 mg/dL dan akan turun pada hari ketiga sampai hari kelima. Pada
hari kelima sampai hari ketujuh akan terjadi penurunan kadar bilirubin sampai dengan kurang
dari 2 mg/dL. Pada kondisi ini bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia
fisiologis (Stoll et al,
2004).
● pemeriksaan secara visual mungkin membuat kita kurang tepat memahami situasi
1. Pada keadaan anemia dengan nilai Hb<4 g/dl atau 4-6 g/dl dengan keadaan klinis
asidosis, gangguan kesadaran dan hiperparasitemia
2. Transfusi tukar pada inkompatibilitas ABO
3. Transfusi trombosit pada neonatus dengan nilai trombosit <50000 dan disertai
perdarahan (http://eprints.poltekkesjogja.ac.id)
ETIOLOGI
BB Asupan asi ke
lemas Inkompabilitas ABO
turun usus menurun
Meningkatnya kadar
bilirubin dalam tubuh
DX : NEONATAL
HYPERBILIRUBINEMIA
TATALAKSANA :
- fototerapi.
- dan edukasi ibu untuk
tetap memberikan ASI
kepada bayinya.