Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL

CASE 2
Torsi Kista Ovarium

Disusun oleh :
I Putu Gede Apito Ruswinata
19700121
Kelompok Tutorial A3

Dosen Tutorial:
dr. Novina Aryanti, Sp.PK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021/2022

PETA MASALAH

Ny. Cisy, usia 35 tahun

KU : Nyeri akut perut kanan


Kondisi umum : Sadar baik
Sebelum dirujuk, tanda vital dalam batas normal
Riwayat Penyakit : Pasien menggambarkan nyeri tumpul selama beberapa minggu Ketika
tidak menstruasi, tetapi ketika dia berolahraga, beberapa jam sebelum dia dirawat di
rumah sakit, tiba-tiba dia merasakan nyeri tajam yang terlokalisir di bagian perut bawah
kanan. Dia menyatakan nyeri hebat dan tak tertahankan. Dia memperhatikan adanya
bercak darah di celana dalamnya. Dia menyangkal rasa sakit itu menjalar dari sisi lain.
Dia menyangkal adanya mual dan muntah serta perubahan fungsi usus atau kandung
kemih dari biasanya. Dia menyangkal adanya perubahan dalam konsistensi, kualitas,
jumlah dan atau bau discharge. Dia menyangkal adanya gatal dan discharge vagina atau
uretra.
Riwayat ginekologi:
Pasien menarche pada usia 12 tahun, siklus haid 29 hari dengan darah haid keluar
selama 4-5 hari pada setiap siklusnya. Haid terakhir 2 minggu yang lalu. Dia punya 1
anak lali-laki yang sehat, yang berusia 11 tahun. Dia tidak pakai kontrasepsi sejak
pertama melahirkan dan sexually active.
Riwayat Penyakit Penyerta : Ny. Cisy tidak ada penyakit kecuali migrain.
Riwayat Pengobatan : Kadang-kadang minum Panadol untuk mengurangi keluhan
migrainnya.

Pemeriksaan Fisik :

1. Keadaan umum : terlihat moderately ill


2. Berat badan: 60 kg dan tinggi badan: 156 cm.
3. Vital signs : (HR: 104/bpm, RR : 24x/m, T : 37 0C, BP : 100/60 mmHg)
4. Kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan dan thorax dalam batas normal
5. Abdomen: bising usus (+), non-distended, soft pada palpasi. Nyeri pada palpasi
kwadrat kanan bawah. Tidak ada rebound tenderness atau rigidity. Tidak ada nyeri
suprapubis.
6. Psoas sign (-), rovsing sign (-), obturator sign (-)
7. Extremities: telapak tangan terlihat pucat, edema (-) , varises (-)
8. Pemeriksaan ginekologis:
a) External exam: vulva normal, vagina tanpa lesi atau discharge, cervix tanpa lesi
atau discharge
b) Bimanual exam: pembesaran massa 6 cm mass, mobile, nyeri (+)
c) Rectovaginal Toucher : Teraba bagian bawah tumor, nyeri (+)
Urinary Pregnancy Test negative
- Laboratory test:
a) Hemoglobin : 12 gr/dL (N: 12-15 gr/dL)
b) Leukocyte : 6000/mm3 (N: 4000-10000/mm3)
c) Hematocrit : 40% (N: 38-46%)
d) Thrombocyte : 229.000/mm3 (N: 150.000-450.000/mm3)
e) Eritrocit : 5 millions/ mm3 (N: 4,0-5,0 juta (P) 4,5-5,5 juta (L)
f) Na/K : 141/4.0 mEq/L (N: 135-145/3,5-5,3)
g) Ureum : 28 mg/dL (N: 6-21)
h) Creatinin : 0.77 mg/dL (N: 0,6-1,2)
- Transvaginal Ultrasound Result :

a) Uterine : Retroflexion dengan ukuran 7,2x4,3x3,4 cm, Endometrial line 9,3 mm


b) Adnexa : massa kistik ukuran 6,4x5,5x4 cm unilokuler, Mix type echo dengan
slight hypoecho sekitar massa
c) Cairan bebas (-)
EPILOGUE
Dari hasil pemeriksaan, dokter mendiagnosis Acute Abdoment due to Ovarian cyst
torsion, kemudian dokter melakukan operasi laparotomi dengan hasil Kista Ovarium
terpuntir dan dilakukan salpingo-ooforektomi. Operasi berjalan dengan sukses dan
pasien pulih setelah 1 minggu. Dan di bulan berikutnya dokter memberi tahu bahwa dia
hamil.
PETA KONSEP
Learning Objective

1. Menjelaskan differential diagnosis dari nyeri abdomen


 Apendisitis : kondisi ketika usus buntu meradang atau penuh nanah, menimbulkan
nyeri. (Leukosit naik, Rovsing sign +, tenhorn sign +, psoas +) (pada kasus ini
rovsing, tenhorn , psoas sign negatif, leukosit normal)
 Kehamilan ektopik : kehamilan diluar kandungan. (beta hCG test +) (pada kasus
ini beta hCG tesnya negatif)
 Peritonitis : radang membran yang melapisi dinding perut dan menutupi organ”
perut. (Px fisik ditemukan adanya kelainan pada cavum peritoneal) (pada kasus
ini tidak diperiksa)
 GERD : gangguan reflux asam lambung / penyakit asam lambung.(nyeri tekan
epigastrik, Disfagia, nyeri ulu hati) (pada kasus ini tidak dikatakan nyeri ulu hati)
 Hymen imperforata : selaput dara yg tertutup. (pada kasus ini tidak ditemukan
hymen imperforata karena pasien telah mengalami haid)
 Kista ovarium : kantung padat atau berisi cairan di dlm atau pd permukaan
ovarium. (nyeri tekan, nyeri massa adneksa, rectovaginal toucher +) (pada kasus
ini di dx torsi kista ovarium)
 Infeksi kandung kemih. (nyeri tekan suprapubik, disertai demam, kultur sampel
urine dg konsentrasi spesifik > 10.000 CFU/mL) (pada kasus ini tidak ada kultur
urine)
 Penyakit Radang Panggul. (Demam, keputihan tidak bersih, nyeri gerak serviks,
nyeri tekan uterus, leukosit meningkat,  C-reaktif protein/CRP meningkat) (pada
kasus ini tidak ada pemeriksaan C-reaktif protein/CRP)
 Dll.
2. Menjelaskan penatalaksanaan awal pasien dengan massa adneksa
Pada wanita pra remaja dengan massa adneksa harus dirujuk ke spesialis Ginekologi
Onkologi.
Penatalaksanaan massa adneksa pada wanita usia reproduktif tergantung pada status
kehamilan dan ukuran serta kompleksitas massa. Jika tes kehamilan positif, kehamilan
ektopik harus disingkirkan. Massa adneksa yang terjadi bersamaan dengan kehamilan
intrauterin memiliki risiko rendah untuk menjadi simtomatik selama kehamilan, dan
paling sering jinak; oleh karena itu, mereka dapat diamati sampai periode postpartum.
Wanita premenopause yang tidak hamil dengan massa adneksa kemungkinan besar
memiliki kista folikel. Kista simple dengan ukuran 10 cm atau lebih kecil dapat dikelola
secara konservatif dengan ultrasonografi serial (gambar 1). Kista ini jarang berkembang
menjadi keganasan. Interval optimal untuk ultrasonografi ulang masih belum diketahui
secara pasti, dan bervariasi dari 4- 12 minggu. Jika massa bertahan  > 12 minggu, pasien
harus dirujuk ke dokter kandungan.
Wanita pascamenopause dengan massa adneksa kompleks dari berbagai ukuran atau kista
simple dengan ukuran > 10 cm harus dirujuk ke ginekolog atau ahli onkologi ginekologi
(Gambar 2). Wanita pasca menopause dengan kista simple sebesar 10 cm atau lebih kecil
dilakukan tes CA 125. Jika kadarnya lebih besar dari 35 U per mL, pasien harus dirujuk.
Jika kurang dari 35 U per mL, pasien dapat dipantau dengan tindak lanjut yang ketat dan
ultrasonografi serial setiap 4-6 minggu, tanpa memandang usia pasien.
Untuk kista simptomatik, pertimbangkan pemberian obat antiinflamasi nonsteroid atau
narkotika jangka pendek untuk menghilangkan rasa sakit. (Gambar 1). Kontrasepsi oral
dosis rendah belum terbukti efektif dalam menurunkan ukuran kista. Kontrasepsi oral
tidak efektif dalam pengelolaan kista ovarium pada wanita premenopause, dan meskipun
mereka telah digunakan untuk menghambat pembentukan kista baru, bukti untuk praktik
ini terbatas.
Sumber : Jurnal American Academy of Family Physicians

3. Membandingkan karakteristik kista fungsional, neoplasma jinak ovarium, dan


keganasan ovarium

a.     Kista Ovarium

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terletak di ovarium atau
di permukaannya. Setiap wanita memiliki dua ovarium atau indung telur yang
masing-masing berukuran dan berbentuk seperti kacang almond yang terletak di
sisi kanan dan kiri rahim. Ovum atau telur akan berkembang dan menjadi matang
di ovarium yang dilepaskan setiap bulan pada masa ovulasi.

Kebanyakan kondisi yang menjadi penyebab kista ovarium tidak ganas.


Berdasarkan penyebabnya, kista ovarium bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu kista
ovarium fungsional dan kista ovarium non-fungsional. Kista ovarium fungsional,
kista yang terbentuk saat ovarium wanita melepaskan sel telur untuk dibuahi
(ovulasi). Jenis kista ini adalah yang paling umum dialami wanita dan biasanya
tidak berbahaya. Kista non-fungsional, adalah jenis kista yang tidak berkaitan
dengan fungsi normal siklus haid wanita. ketika terdapat adanya banyak kista
kecil. Sindrom ovarium polikistik disebabkan oleh berbagai macam masalah
hormonal yang juga merupakan penyebab paling sering kemandulan bagi
wanita.Selain wawancara dan pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan pelvis,
beberapa pemeriksaan penunjang dan tindakan diagnostik juga perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosis, di antaranya:
●               Tes kehamilan: positif pada kista korpus luteum.
●               USG pelvis: untuk menentukan lokasi, ukuran, dan isi kista.
●               Laparoskopi: merupakan tindakan diagnosis dan terapeutik.
●               Tes darah CA 125: kadar protein yang disebut antigen kanker (CA125)

b.     Neoplasma Jinak Ovarium


Fibroma ovarii
Tumor padat ovarium tergolong neoplasma. Tetapi semuanya mempunyai
potensi maligna. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroplastik stroma ovarii
atau dari sel mesenkhim yang multipoten.Gambaran klinik , tumor ini dapat
berdiameter 2 – 30cm, berat nya dapat mencapai 20kg. 90% tumor ini unilateral.
Konsistensi tumor keras,padat, warna merah jambu keabu abuan Bila dibelah
permukaan homogen dapat pula ada bagian yang cair karena nekrosis. Selain
mempunyai struktur fibroma, terdapat pula bagian yang mengalami degenerasi
hialin. Dapat terjadi torsi. Potensi ganas hanya 1%.
Tumor Brenner
Merupakan neoplasma ovarium yang sangat jarang, angka kejadiannya
hanya 0,5% dari semua tumor ovarium. Berasal dari sisa sel Walthhard yang
belum diferensiasi. Penelitian terakhir berasal dari epitel sel selomik duktus
Mulleri.Gambaran klinik , besar tumor sangat variatif, dari yang diameternya
kurang 5 cm sampai yang beratnya beberapa kg. Tumor sering unilateral, bila
dibelah warna tumor kekuningan dengan kista kecil kecil. Pada penelitian
ditemukan tumor memproduksi estrogen. Jarang yang menjadi ganas.
Anamnesa :sesuai dengan keluhan yang timbul akibat komplikasi tumor 
Pemeriksaa ginekologi Inspeksi : perut membuncit, terlihat tumor asimetris
Palpasi : teraba masa tumor, kistik/padat, mobil/fixed,permukaan rata/benjol
benjol VT : teraba masa tumor di daerah adneksa  Pemeriksaan penunjang : USG,
CT scan,MRI, laparoskopi, Ro foto BNO.
c.     Keganasan Ovarium
kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada ovarium atau
indung telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri rahim. Kanker ini
bisa terjadi pada wanita berusia menengah maupun wanita yang telah
lanjut.Diagnosis awal dibuat berdasarkan gejala yang dialami, riwayat kesehatan
keluarga, dan hasil pemeriksaan fisik. Kemudian, pemeriksaan penunjang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa, meliputi USG, pemeriksaan darah,
ataupun biopsi.

●  Pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut


bagian bawah ovarium mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah
serta organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk,
ukuran, dan struktur ovarium.
●      Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein
CA 125 dalam darah. Kadar CA 125 yang tinggi bisa mengindikasikan
kanker ovarium. Namun, tes ini tidak bisa dijadikan patokan tunggal karena
CA 125 bukan tes yang spesifik, kadarnya bisa meningkat pada kondisi lain
yang bukan kanker, dan tidak semua pengidap kanker ovarium

4. Menyebutkan faktor risiko dan faktor pencegah keganasan ovarium


Faktor risiko:
a. Faktor lingkungan: obesitas, minum alkohol, merokok, maupun minum kopi
b. Faktor reproduksi: peningkatan siklus haid berovulasi, induksi siklus ovulasi dengan
klomifen sitrat(obat golongan SERM/SELECTIVE ESTROGEN RECEPTOR
MODULATORS,sering digunakan dalam program kehamilan untuk menginduksi
ovulasi, kontraindikasinya pasien dengan gangguan hepar,perdarahan uterus
abnormal,kista ovarium, disfungsi tiroid dan adrenalin  tidak terkontrol dan pasien
dengan hipersensitivitas pada obat ini atau komponen lainnya)
c. Faktor genetik atau keturunan: kanker ovarium site spesific familial,  sindroma kanker
payudara-ovarium, sindroma kanker lynch tipe 2
pencegahan :
a. Dengan menghindari faktor resiko yang dapat dimodif seperti menjaga pola makan yang
sehat, kurangi minum kopi, menghindari rokok dan alkohol. Dari segi reproduksi :
mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari obat yang akan dikonsumsi. Faktor genetik
tidak bisa dimodif

5. Menjelaskan gejala dan temuan fisik yang berkaitan dengan keganasan ovarium

Gejala

Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal dan biasanya baru terdeteksi
ketika sudah memasuki stadium lanjut atau sudah menyebar ke organ lain. Gejala stadium lanjut
dari kanker ovarium juga tidak terlalu khas dan menyerupai penyakit lain.

•         Perut kembung.

•         Cepat kenyang.

•         Mual.

•         Sakit perut.

•         Konstipasi (sembelit).

•         Pembengkakan pada perut.

•         Penurunan berat badan.

•         Sering buang air kecil.

•         Sakit punggung bagian bawah.

•         Nyeri saat berhubungan seks.


•         Keluar darah dari vagina.

•         Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami menstruasi. 

Temuan Fisik

Tidak ada temuan khusus untuk kanker ovarium. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk panggul
dan dubur perlu dilakukan pada semua pasien. Temuan khas dapat mencakup asites, massa perut,
limfadenopati inguinalis. Jika massa ovarium dipalpasi, maka karakteristik yang berkaitan
dengan keganasan termasuk keras, terfiksasi, nyeri tekan, ukuran lebih besar dari 10 cm atau
nodular harus diperhatikan.

6. Menjelaskan tiga kategori neoplasma ovarium

1. Tumor permukaan epithelial-stromal

Epithelium permukaan ovarium secara histology sama dengan mesotelium, yang dimana
epithelium merupakan garis interior pada pelvis dan cavitas abdomen. Kesamaan ini, membuat
kemiripan secara morfologi antara tumor stromal epithelial dengan tumor epithelial yang berasal
dari sekitarnya pada pelvis dan abdomen.

2.Tumor sex cord-stromal

Kelompok dari sex cord-stromal yaitu tumor yang berasal dari mesenkim dan mesonephric.
Beberapa dari jenis tumor ini, seperti fibromas dan tekomas, memiliki penampakan fibrosa, dan
beberapa tampak seperti jaringan berasal dari sel granulose atau bagian dari testicular sex cord,
sel Leydig dan sel Sertoli.

3.Tumor germ-cell

Asal dari sel geminal ovarium memiliki kesamaan dengan tumor sel germinal testicular. Sel
germinal tersebut terpisah ketika melakukan migrasi antara yolk sac dan gonad yang berkembang
yang bisa menjadi tumor sel germinal di luar gonad.

Anda mungkin juga menyukai