DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
KETUA KELOMPOK:
ANAK AGUNG AYU ARISITA DEWI (19700018)
ANGGOTA KELOMPOK:
• DINY IZZATY AL ABIDIN (1970002)
• GIWANG KINASIH (19700027)
• NI PUTU INTAN MULYASARI (19700042)
• I MADE BINTANG SUDIARNA (19700051)
• RINDANG ARINA SULFY (19700057)
• ROLLENDIO ARNESTO (19700069)
• ALMAIDAH SAFITRI (19700082)
• ARDIAN FAKHRI AZIS (19700091)
• KADEK BERLIA NARAYANI (19700106)
• AFIFAH DELLA NUR AINI (19700120)
• WIYOGA AGUNG EFENDI (19700129)
• GALUH EKA PUSPITA (19700142)
Latar belakang
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat
1 mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil serta
dapat menurunkan produktivitas kerja.
Plasmodium vivax
• Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa
minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
Plasmodium malariae
• Menyebabkan malaria quartana dengan asimtomatis dalam waktu lama.
Plasmodium Ovale
• Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat. Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa
pengobatan. Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut
infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae.
ePIDEMIOLOGI
Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi
malaria adalah :
2. Plasmodium vivax
• Plasmodium vivax (malaria tertiana) memiliki masa inkubasi 12–18 hari dan
menimbulkan demam berulang dengan interval bebas demam selama 2 hari.
Jenis ini juga dapat menyebabkan malaria berat. (Zekar L, 2020)
3. Plasmodium Ovale
• Plasmodium malariae (malaria kuartana) merupakan malaria dengan
manifestasi klinis paling ringan. Masa inkubasi sekitar 2–4 minggu dengan
demam berulang dan interval bebas demam selama 3 hari. (Flavin K, 2018)
Klasifikasi
Menurut World Health Organization (WHO) malaria
dapat diklasifikasikan menjadi 5 yaitu :
4. Plasmodium malariae
• Menyebabkan malaria quartana dengan asimtomatis dalam
waktu lama.
5. Plasmodium Knowlesi
• Plasmodium knowlesi memiliki masa inkubasi 9–12 hari.
Manifestasi klinis yang utama adalah demam dan sakit kepala.
Proporsi kasus dengan komplikasi berat akibat Plasmodium
knowlesi lebih sering terjadi daripada Plasmodium vivax dan
Plasmodium falciparum.(Flavin K, 2018)
mekanisme
mekanisme
Oleh karena skizogoni menyebabkan
Hal ini diduga akibat adanya toksin
Patogenesis lebih ditekankan pada kerusakan eritrosit maka akan terjadi
Patogenesis malaria akibat dari malaria yang menyebabkan gangguan
terjadinya peningkatan permeabilitas anemia. Beratnya anemia tidak
interaksi kompleks antara parasit, fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit
pembuluh darah daripada koagulasi sebanding dengan parasitemia
inang dan lingkungan. pecah melalui limpa sehingga parasit
intravaskuler. menunjukkan adanya kelaian eritrosit
keluar.
selain yang mengandung parasot.
• Gejala
komplikasi)
malaria yang utama yaitu: demam,
menggigil, sakit kepala, mual, muntah, diare,
nyeri otot atau pegal-pegal.
• Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi
sebelm terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri
pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak
enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa
dingin di punggung.
Gejala klinis
Gejala Klasik Umum / Trias Malaria:
c. Stadium berkeringat
a. Stadium dingin (cold stage) b. Stadium demam (hot stage)
(sweating stage)
• Stadium ini berlangsung + 15 • Stadium ini berlangsung + 2-4 • Stadium ini berlangsung + 2-4
sampai dengan 1 jam. Dimulai jam. Penderita merasa jam. Penderita berkeringat
dengan menggigil dan kepanasan, muka merah, kulit sangat banyak, suhu tubuh
perasaan sangat dingin, gigi kering, sakit kepala dan sering kembali turun, kadang-kadang
gemeretak, nadi cepat tetapi kali muntah, nadi mejadi kuat sampai di bawah normal.
lemah, bibir dan jari-jari pucat Kembali, merasa sangat haus Setelah itu biasanya penderita
kebiru-biruan (sianotik), kulit dan suhu tubuh dapat beristirahat hingga tertidur.
kering dan terkadang disertai meningkat hingga 41oC atau Setelah bangun tidur
muntah. lebih. penderita merasa lemah tetapi
tidak ada gejala lain sehingga
dapat kembali melakukan
kegiata sehari-hari.
Gejala klinis
2. Gejala malaria berat (dengan
komplikasi)
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti:
mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)
b. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
f. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang)
g. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
h. Nafas cepat atau sesak nafa
i. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
j. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
k. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
l. Telapak tangan sangat pucat (Juli & Sabiq, 2018)
Pemeriksaan penunjang
1. Mikroskopik
• a) Semi Kuantitatif
• (-) = Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan pandang besar)
• (+) = Positif 1 (ditemukan 1 -10 parasit dalam 100 LPB)
• (++) = Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
• (+++) = Positif 3 (ditemukan 1 -10 parasit dalam 1 LPB)
• (++++) = Positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB) 22
• b) Kuantitatif
• Contoh: Bila dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL maka
hitung parasit = 8.000/200 X 1500, parasit = 60.000 parasit/ µl. Bila dijumpai 50 parasit per
1000 eritrosit = 5%. Bila jumlah eritrosit 450.000 maka hitung parasit = 450.000/1000 X 50 =
225.000 parasit µl
tifoid bagian usus halus serta lumen usus akibat bakteri Salmonella
typhi.
1.Pengobatan Malaria falsiparum dan Malaria vivaks: ACT ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria
falsiparum sama dengan malaria vivaks, sedangkan obat primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan
pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg/kgBB.
2.Pengobatan Malaria ovale: Artemisinin Combination Therapy (ACT), yaitu Dihydroartemisinin Piperakuin
(DHP) atau Artesunat + Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
3.Pengobatan Malaria malariae: ACT 1 kali per hari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan
malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.
4.Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale: ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis
0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
5.Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. malariae: regimen ACT selama 3 hari dan Primakuin pada hari I.
• Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin. Sebagai kelompok yang berisiko tinggi pada ibu hamil dilakukan
penapisan/skrining terhadap malaria yang dilakukan sebaiknya sedini mungkin atau begitu ibu tahu bahwa
dirinya hamil. Selanjutnya pada ibu hamil juga dianjurkan menggunakan kelambu berinsektisida setiap tidur.
• Penderita malaria berat sebaiknya ditangani di RS Kabupaten. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan
dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.(Kemenkes, 2013)
KIE
Kegiatan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan mengenai
epidemiologi dan klinis malaria, pelatihan kader malaria
dalam pemeriksaan rapid malaria, pembagian dan
pemasangan contoh kawat nyamuk, pembagian obat nyamuk,
revelen dan contoh tanaman pengusir nyamuk (Yuniza et al.,
2022)
TERIMAKASIH