Anda di halaman 1dari 3

*A.

Etiologi Malaria*

1. Plasmodium Falciparum
Plasmodium falciparum (malaria tropika) adalah spesies Plasmodium yang paling sering
menyebabkan malaria berat hingga kematian. Masa inkubasi berkisar antara 9–14 hari,
menimbulkan demam intermiten atau kontinu.
Pada malaria berat yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum, patogenesis
berkaitan dengan kemampuan parasit mengubah struktur dan biomolekul sel eritrosit untuk
mempertahankan hidup parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transpor membran
sel, sitoadherensi, sekuestrasi, dan rosetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi Plasmodium
falciparum pada reseptor di bagian endotel venula dan kapiler. Sitoadherensi dimediasi oleh
protein membran eritrosit Plasmodium falciparum (PfEMP1) yang dihasilkan dari transkripsi
gen var dan secara dominan berikatan dengan reseptor CD36 dan intercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1) pada sel endotel. Selain itu, eritrosit yang diinfeksi parasit tersebut
juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga membentuk struktur seperti
bunga (rosette). Sitoadherensi eritrosit pada endotel dan eritrosit normal menyebabkan
sekuestrasi di pembuluh darah kecil pada berbagai organ, sehingga menimbulkan obstruksi
sirkulasi mikro, gangguan perfusi jaringan, asidosis laktat, dan pada kondisi berat
menimbulkan kerusakan end-organ. Sekuestrasi pada plasenta wanita hamil dapat
menimbulkan komplikasi, yakni abortus, berat badan lahir rendah, dan malaria kongenital.
*(Jangan lupa langsung tulis taksonominya)*

2. Plasmodium Vivax
Plasmodium vivax adalah plasmodium yang menghasilkan malaria tertiana memiliki masa
inkubasi 12–18 hari dan menimbulkan demam berulang dengan interval bebas demam selama
2 hari. Jenis ini juga dapat menyebabkan malaria berat. Ciri khas infeksi Plasmodium vivax
adalah sel darah merah yang dominan dengan retikulosit dan antigen Duffy untuk invasi
parasit. Akibatnya, parasitemia relatif rendah pada malaria vivax. Ukuran retikulosit lebih
besar daripada sel darah merah matur, sehingga pada apusan darah tepi akan tampak sel yang
terinfeksi lebih besar daripada sel darah merah di sekitarnya. Demam pada plasmodium vivax
dapat muncul kembali saat hipnozoit melepaskan merozoit.[15]
Pada pasien tanpa penyakit komorbid, Plasmodium vivax jarang menyebabkan kematian.
Namun, Plasmodium vivax dapat relaps dan pada pasien dengan penyakit kronis, spesies ini
dapat menimbulkan anemia berat, malnutrisi, dan respons imun yang buruk. Manifestasi berat
yang dapat timbul adalah acute respiratory distress syndrome, gagal hati, gagal ginjal, dan
syok. Koma dapat terjadi walaupun jarang karena spesies ini tidak seperti Plasmodium
falciparum yang dapat menyebabkan sekuestrasi parasit di otak dalam jumlah banyak.
*(Jangan lupa langsung tulis taksonominya)*

3. Plasmodium Ovale
Plasmodium ovale memiliki masa inkubasi Plasmodium ovale adalah 12–18 hari sehingga
pola demam sama seperti malaria vivax, dengan manifestasi klinis ringan. Terdapat 2 spesies
Plasmodium ovale, yakni Plasmodium ovale curtisi dan Plasmodium ovale wallikeri. Kedua
spesies ini memiliki manifestasi klinis dan penatalaksanaan yang sama. Plasmodium ovale
mirip dengan Plasmodium vivax, tetapi tidak membutuhkan antigen Duffy untuk menginvasi
sel darah merah. Pada pemeriksaan apusan darah tepi, Plasmodium ovale tampak trofozoit
seperti komet dan sel darah merah akan tampak oval dengan fimbria (seperti jari) pada
membran sel. Bentuk cincin, skizon, dan gametosit Plasmodium ovale sama dengan
Plasmodium vivax. *(Jangan lupa langsung tulis taksonominya)*
4. Plasmodium Malariae
Plasmodium malariae (malaria kuartana) merupakan malaria dengan manifestasi klinis
paling ringan. Masa inkubasi sekitar 2–4 minggu dengan demam berulang dan interval bebas
demam selama 3 hari. Jumlah merozoit yang dikeluarkan saat skizon ruptur jauh lebih
sedikit, sehingga parasitemia pun lebih rendah dibandingkan malaria jenis lainnya.
Plasmodium malariae juga sering disebut sebagai malaria kronis karena dapat bertahan
hingga puluhan tahun. Plasmodium malariae memiliki ciri khas, yakni deposit kompleks
imun di ginjal yang bisa menyebabkannefritis. Pada apusan darah tepi, parasit ditemukan
dalam bentuk band, skizon dengan beberapa merozoit, dan globul dengan pigmen di bagian
sentral berwarna keemasan. *(Jangan lupa langsung tulis taksonominya)*

5. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium knowlesi memiliki masa inkubasi 9–12 hari. Manifestasi klinis yang utama
adalah demam dan sakit kepala. Proporsi kasus dengan komplikasi berat akibat Plasmodium
knowlesi lebih sering terjadi daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
Manifestasi berat pada Plasmodium knowlesi berupa hipotensi, distres pernapasan, gagal
ginjal akut, hiperbilirubinemia, dan syok. Koma tidak selalu terjadi pada infeksi Plasmodium
knowlesi. Manifestasi berat terjadi akibat respons imun tubuh berlebihan yang muncul saat
penanganan terlambat. Plasmodium knowlesi memberikan gambaran patologi mirip
Plasmodium falciparum pada jaringan otak, tetapi dengan ICAM-1 yang lebih sedikit.
Mekanisme Plasmodium knowlesi berinteraksi dengan endotel untuk menciptakan sekuestrasi
masih belum diketahui pasti. *(Jangan lupa langsung tulis taksonominya)*

*B. Siklus Hidup Malaria*


Siklus hidup dari penyakit malaria ini tidak terlepas dari proses transmisi parasit
Plasmodium spp. Dari tubuh nyamuk ke tubuh manusia atau sebaliknya. Siklus hidup dari
penyakit ini adalah sebagai berikut :
1. Siklus Hidup Malaria Pada Manusia
Pada saat nyamuk infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang terdapat di bagian
kelenjar liur nyamuk akan masuk melalui peredaran darah manusia menuju sel hati. Sporozoit
kemudian berkembang menjadi tropozoit hati. Tropozoit hati berkembang menjadi skizon
hati. Skizon hati kemudian pecah mengeluarkan merozoit dengan jumlah mencapai 10.000-
30.000 merozoit. Siklus ini disebut sebagai siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama
kurang lebih 2 minggu. Merozoit yang berasal dari skizon hati kemudian masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah (eritrosit). Di dalam eritrosit, parasit tersebut
mengalami perkembangan lagi dari stadium sporozoit hingga skizon. Skizon yang telah
menginfeksi eritrosit tersebut kemudian pecah dan merozoit dari skizon yang pecah tersebut
akan keluar (jumlah 8-30 merozoit) sehingga menginfeksi sel darah merah (eritrosit) lainnya.
Siklus ini disebut sebagai siklus eritroser. Secara keseluruhan, proses perkembagan secara
aseksual ini disebut sebagai skizogoni. Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni, sebagian
merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (gametosit
jantan dan betina) (Putra, 2011).

2. Siklus Hidup Malaria Pada Nyamuk Anopheles


Pada nyamuk Anopheles
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung gametosit
Plasmodium spp., nyamuk akan terinfeksi oleh gametosit tersebut. Di dalam tubuh nyamuk,
gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi
ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Ketika ookinet sudah berada di luar
dinding lambung nyamuk, ookinet berkembang menjadi ookista. Ookista selanjutnya menjadi
bentuk sporozoit yang bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Lamanya waktu yang
diperlukan sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis (demam),
merupakan masa inkubasi dari Plasmodium spp. Masa inkubasi ini berbeda-beda tergantung
dari spesiesnya misalnya pada P. Falciparum memiliki masa inkubasi sekitar 9-14 hari, P.
Vivax 12-17 hari, P. Ovale 16-18 hari, dan P. Malariae 18-40 hari (Putra,2011).

*C. Patologi Malaria*


Kelainan patologik akibat malaria terjadi saat eritrosit yang mengandung parasit pecah,
diikuti dengan demam yang juga bersamaan dengan pecahnya skizon darah, skizon akan
mengeluarkan berbagai macam sitokin seperti Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF melalui
aliran darah dibawa ke hipothalamus. Akibat dari demam juga akan mengakibatkan
terjadinya vasodilasi perifer yang disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi parasit.
Kemudian akan timbul pembesaran limfa sebagai akibat dari peningkatan jumlah eritrosit
yang terinfeksi dan sisa dari eritrosit yang mengalami hemolisis. Dan penderita akan
mengalami anemia yang disebabkan karena pecahnya eritrosit , fagositosis oleh sistem
retikuloendotetial, hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit terinfeksi dan
normal dan gangguan eritropoisis. Kelainan juga terjadi pada pembuluh darah kapiler untuk
kasus malaria tropika akibat dari sel darah menjadi kaku dan lengket saat erjadi infeksi.
Gejala klinis yang disebabkan oleh malaria berbeda tergantung pasien tinggal di daerah
dengan penularan malaria endemis yang stabil (terus menerus) atau penularan stabil (kadang-
kadang dan/atau jarang). Di daerah dengan penularan stabil, dapat mempengaruhi anak dan
orang dewasa dengan cara yang berbeda. Anak mengalami infeksi kronis dengan parasitemia
berulang yang mengakibatkan anemia berat dan kematian. Orang dewasa terjadi infeksi
tanpa gejala. Gejala malaria akan mengalami demam dengan interval tertentu (peroksisme),
diselingi periode bebas dari demam (periode laten) yang biasanya ditemukan pada penderita
non imun. Sebelum muncul demam, penderita merasa lemah, sakit kepala, kehilangan nafsu
makan, mual di ulu hati, atau muntah (gejala awal disebut gejala prodolmal). Beberapa
pasien juga mengeluh nyeri dada, batuk, nyeri perut, nyeri sendi dan diare. Paroksisme
demam ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh siklus aseksual/sizogoni darah untuk
menghasilkan sizon yang matang, yang sangat dipengaruhi oleh spesiec plasmodium yang
menginfeksi, peroksisme demam mempunyai 3 stadium yang urut, yaitu stadium frigoris
(mengigil), stadium akme (puncak demam) ,stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun)
(Putra, 2011).

*D. Pencegahan Malaria*


Mencegah gigitan vektor dapat dilakukan dengan membunuh nyamuk dengan insektisida,
tidur dengan menggunakan kelambu, menghilangkan kesempatan nyamuk berkembang biak.
Kemoprofolaksis: bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria, dan apabila
terinfeksi klinisnya tidak berat. Obat malaria yang dipakai adalah Doksiklin untuk
plasmodium falciparum Klorokuin untuk plasmodium vivax.

Anda mungkin juga menyukai