Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEBORRHEA PADA BAYI

Disusun Oleh:
Febbyane S Yomilena
NIM. P07124522012

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN KAMPUS TIMIKA
TAHUN AKADEMIK 2024/2025
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya, saya tidak akan mampu menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Marilah saya mengucapkan doa dan penghormatan kepada Yesus Kristus,
Juruselamat saya, yang dengan kasih-Nya saya diberikan kemampuan untuk menyelesaikan
tugas ini.
Saya juga ingin menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan atas berkat kesehatan yang
telah diberikan-Nya kepada saya, baik fisik maupun rohani, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai bagian dari tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus Bayi dan Balita dengan judul "SEBORRHEA PADA BAYI". Terima kasih juga saya
sampaikan kepada Ibu Mustiko Wati S.ST., M.Kes yang telah memberikan bimbingan,
arahan, serta motivasi dalam proses penulisan makalah ini.
Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih memiliki
banyak kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan masukan dan
saran dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki menjadi lebih baik di masa depan.
Apabila terdapat kesalahan yang banyak dalam makalah ini, saya memohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikianlah kata pengantar ini saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi positif dalam bidang Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi
dan Balita. Saya berdoa agar semua yang saya lakukan senantiasa berkenan di hadapan
Tuhan, serta menjadi berkat bagi sesama.

Timika,
29 Maret 2024

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Pengertian Seborrhea.........................................................................................................4
B. Etiologi Seborrhea.............................................................................................................4
C. Faktor-Faktor Predisposisi Seborrhea...............................................................................5
D. Tanda dan Gejala Seborrhea..............................................................................................6
E. Epidemiologi Seborrhea..................................................................................................7
F. Patofisiologi Seborrhea....................................................................................................8
G. Penatalaksanaan Seborrhea...............................................................................................9
H. Manajamen Pengamplikasian Kebidanan Pada Seborrhea.............................................10
I. Standar Asuhan Kebidanan Pada Seborrhea.................................................................12
BAB II PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................................................15
B. Saran................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan aset utama bagi kehidupan manusia. Derajat kesehatan,
terutama pada bayi dan balita, mencerminkan kondisi kesehatan suatu bangsa. Bayi dan
balita, sebagai generasi penerus bangsa, memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan
untuk melanjutkan pembangunan bangsa. Salah satu penyakit kulit yang secara signifikan
dapat mempengaruhi kualitas hidup adalah dermatitis seboroik atau seborrhea, yang
bersifat kronis.
Seborrhea masih banyak ditemukan di kalangan masyarakat, namun kurang
mendapat perhatian yang serius. Padahal, kondisi ini dapat mengganggu kenyamanan diri
seseorang karena dapat mengubah penampilan fisik dan mempengaruhi kualitas hidup.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seborrhea merupakan salah satu penyakit
kulit yang paling sering disebutkan dalam studi prospektif jangka panjang. Pada tahun
2012, seborrhea menempati urutan kedua dengan 619 penderita (28%), sedangkan urutan
pertama adalah kandidiasis oris dengan 636 penderita (30%).
Prevalensi seborrhea atau dermatitis seboroik di dunia adalah 3-5%. Di Amerika,
data mengenai prevalensi dermatitis seboroik adalah sekitar 1-3% (Burns dkk, 2010).
Sebuah penelitian yang dilakukan di India melaporkan bahwa 18,7% kasus dermatitis
seborrhea pada bagian kulit kepala terjadi pada orang dewasa dan 13,4% pada bayi dan
anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dengan prevalensi puncak selama masa bayi dan
menurun seiring bertambahnya usia. usia.
Berdasarkan survei penelitian National Health and Nutrition Examination, diperoleh
70% pasien mengalami seborrhea pada rentang usia 3 bulan sampai 1 tahun, dengan
46,64% pada bayi laki-laki dan 55,56% pada bayi perempuan. Angka ini menunjukkan
bahwa morbiditas atau angka kesakitan terhadap seborrhea sangat tinggi dan berhubungan
dengan stimulasi hormon androgen yang lebih tinggi pada pria dibandingkan perempuan.
Di Indonesia, prevalensi seborrhea cukup tinggi (6,78%), dengan prevalensi tertinggi
di Provinsi Kalimantan Selatan (11,3%), diikuti Sulawesi Tengah (10,58%), DKI Jakarta
(9,99%), Nusa Tenggara Timur (9,99%), Nanggroe Aceh Darussalam (9,87%), dan
prevalensi terendah di Provinsi Sulawesi Barat (2,57%) serta Lampung (4,03%)
(Riskesdas, 2007).

1
Seborrhea disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale. Selain itu, ada banyak faktor
predisposisi yang menyebabkan seborrhea. Kondisi ini dapat dijumpai pada bayi cukup
bulan, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Seborrhea dapat menetap selama
beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan pada sekitar 40% bayi baru lahir.
Seborrhea berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea. Glandula sebasea aktif
pada bayi usia di bawah 6 bulan karena hormon androgen milik ibu masih tersisa di dalam
tubuhnya. Biasanya, ketika bayi berusia 8 sampai 12 bulan, jumlah hormon androgen akan
berkurang, sehingga produksi kelenjar sebasea tidak sebanyak pada awal-awal kelahiran
(Susanti, 2022) .
Sejalan dengan itu, penulis selaku mahasiswa program studi Kebidanan menyusun
makalah ini sebagai memberikan tugas mata kuliah serta upaya meningkatkan pemahaman
tentang penyakit seborrhea pada bayi. Makalah ini diharapkan dapat memberikan
wawasan komprehensif mengenai seborrhea pada bayi, meliputi pengertian, etiologi,
faktor predisposisi, tanda dan gejala, epidemiologi, patofisiologis, penatalaksanaan yang
tepat, pengamplikasian manajemen kebidanan dan standar asuhan kebidanan.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi bermanfaat bagi mahasiswa dan
tenaga kesehatan dalam menangani kasus seborrhea pada bayi.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah "Bagaimana penatalaksanaan yang tepat dalam menangani kasus seborrhea pada
bayi?".

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, berikut adalah tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan pengertian seborrhea pada bayi.
2. Menjelaskan etiologi atau penyebab terjadinya seborrhea pada bayi.
3. Menguraikan faktor-faktor predisposisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
seborrhea pada bayi.
4. Mendeskripsikan tanda dan gejala klinis yang khas dari seborrhea pada bayi.
5. Memaparkan data epidemiologi terkait prevalensi dan penyebaran kasus seborrhea
pada bayi.
6. Menjelaskan patofisiologi atau mekanisme terjadinya seborrhea pada bayi.

2
7. Menjelaskan berbagai metode penatalaksanaan atau penanganan yang tepat untuk
kasus seborrhea pada bayi sesuai dengan kondisi dan tingkat keparahan penyakit.
8. Menjelaskan pengamplikasian Manajemen kebidanan pada bayi dengan
seborrhea.
9. Menjelaskan standar asuhan kebidanan pada seborrhea.

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui pemahaman yang jelas mengenai pengertian seborrhea pada bayi,
sehingga dapat menjadi landasan bagi mahasiswa dan tenaga kesehatan dalam
mempelajari lebih lanjut mengenai kondisi ini;
2. Untuk mengetahui penyebab utama terjadinya seborrhea pada bayi, sehingga dapat
membantu dalam menelusuri faktor risiko dan mengambil langkah pencegahan yang
tepat;
3. Untuk mengetahui faktor-faktor predisposisi yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya seborrhea pada bayi, sehingga dapat membantu dalam melakukan deteksi
dini dan menghindari faktor risiko tersebut;
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis yang khas dari seborrhea pada bayi,
sehingga dapat membantu dalam mengenali dan mendiagnosis kondisi ini dengan
akurat;
5. Untuk mengetahui data epidemiologi terkait prevalensi dan penyebaran kasus
seborrhea pada bayi, sehingga dapat membantu dalam memahami besarnya masalah
dan mengambil langkah pencegahan yang tepat;
6. Untuk mengetahui patofisiologi atau mekanisme terjadinya seborrhea pada bayi,
sehingga dapat membantu dalam memahami proses penyakit dan merancang
penatalaksanaan yang lebih efektif;
7. Untuk mengetahui informasi yang komprehensif mengenai berbagai metode
penatalaksanaan atau penanganan yang tepat untuk kasus seborrhea pada bayi sesuai
dengan kondisi dan tingkat keparahan penyakit, sehingga dapat membantu dalam
memberikan penanganan yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup pasien;
8. Untuk mengetahui pengamplikasian manajemen kebidanan pada bayi dengan
seborrhea;
9. Untuk mengetahui Standar Asuhan Kebidanan Pada Seborrhea;

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seborrhea
Seborrhea merupakan kelainan kulit berupa peradangana superfisial yang kronik di
daerah-daerah seborroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit
kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan
dan glutea. Seborrhea menjadi suatu bentuk eksim yang sangat sering tejadi pada bayi,
biasanya dimulai pada minggu minggu awal kehidupan dan lambat laut menghilang sekitar
periode mingguan atau bulanan. Seborrhea ini juga merupakan radang berupa sisik yang
berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya, biasanya di
daerah kepala.
Seborrhea adalah sebum lemak yang berlebihan, terjadi pada 3 bulan pertama
kehidupan. Seborrhea merupakan satu masalah di kulit yang sering terjadi. Ketika
menyerang kulit kepala dikenal dengan sebutan ketombe. Namun sebenarnya seborrhea
dapat menyerang bagian wajah, sekitar hidung dan mata dan bulu mata. Pada daerah tubuh
tidak jarang seborrhea menyerang bagian dada dan kulit sekitar lengan, dibawah payudara
serta bokong. Seborrhea juga dikenal dengan sebutan topi kulit karena pada keadaan
kronis seluruh permukaan kulit kepala dapat tertutupi oleh kerak berwarna putih dan
menimbulkan gatal dan dapat menumbulkan perlukaan.
Gambar 2.1 Seborrhea

Sumber : google.com seborrhea pada bayi

B. Etiologi Seborrhea
Seborrhea muncul pada saat bayi berusia 12 minggu pertama kehidupannya.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Tapi pada dasarnya merupakan disfungsi atau
gangguan fungsi kelenjar minyak pada rambut.
Bayi baru lahir memiliki banyak kelenjar minyak dengan pengeluaran sebum (bahan
seperti minyak atau kelenjar lemak) yang banyak. Aktivitas kelenjar minyak ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya ialah hormon kehamilan atau hormon

4
androgen pada bayi dari sang ibu, yang diperoleh melalui plasenta ketika masih di rahim
dan kadarnya masih meninggi sampai bayi lahir. Kerak yang muncul oleh disfungsi
kelenjar minyak ini, biasanya akan mengelupas dan jatuh setelah terlepas
dari epidermis (kulit ari). Tapi karena kulit kepala bayi juga berkontak dengan lingkungan
seperti debu dan kotoran lain, maka debu/kotoran tersebut akan melekat di kulit kepala
yang berminyak. Sehingga timbullah sisik-sisik halus, yang bila dibiarkan akan semakin
menebal membentuk kerak yang biasa disebut sarap/sumbukan/ sawan/ketombe tersebut
atau dermatitis seboroik ringan.
Biasanya ketika bayi usia 8-12 bulan, kerak kepala ini akan sembuh sendiri walau
tanpa pengobatan. Karena di usia tersebut, jumlah hormon androgennya berkurang,
sehingga produksi kelenjar minyaknya tak sebanyak di awal-awal kelahiran. Walaupun
demikian, bukan berarti ibu membiarkan saja kerak tersebut. Karena jika tidak
dibersihkan, bisa menyebabkan kelainan kulit yang berat.
Faktor lain yang berperan terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan proliferasi
spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal. Ragi genus ini dominan
dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea
(misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwaMalassezia tidak
menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan
depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen.

C. Faktor-Faktor Predisposisi Seborrhea


Fakor predisposisi yaitu faktor yang mendasai untuk terjadinya seborrhea. Yang
menjadi faktor predisposisi seborrhea antara lain sebagai berikut:
a. Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan
b. Infeksi pityroporum ovale
c. Infeksi oleh candida atau stapilococcus
d. Hipersensitif terhadap bakteri ataupun antigen epidermal
e. Kelainan neurotransmitter (misalnya pada penyakit parkinson)
f. Respon emosional terhadap stress atau kelelahan
g. Proliferasi epidermal yang menyimpang
h. Diet yang abnormal
i. Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, cimetidin, dan neuroleptik)
j. Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
k. Imunodefisiensi

5
D. Tanda dan Gejala Seborrhea
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks
kulit kepala (cradle cap).Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana
pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan
dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning.
Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah
kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai
dengan eksudat seperti keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat
menjadi general. Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi,
dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem
imun yang menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure
to thrive (Leiner’s disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus
dievaluasi sistem imunnya.
Menurut E. Nelson, dkk (2012). Kulit kepala yang berskuama dan berkrusta
lokal atau difus, atau disebut cradle cap, dapat menjadi lesi awal atau kadang-
kadang merupakan satu-satunya gambaran klinis. Adapun tanda dan gejala
Seborrhea antara lain:
a. Serpihan/Sisik
Merupakan tanda yang paling mudah dilihat. Sisik tersebut adalah tanda
bahwa kulit di kepala anda rontok dan waktu pergantian sel-sel pada kulit kepala
menjadi lebih cepat. Serpihan-serpihan/sisik berwarna kuning dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang terdapat di kulit kepala, rambut, dapat juga melekat pada
baju. Pergantian sel kulit kepala biasanya tidak terdeteksi oleh mata. Namun
dengan dipercepatnya proses pergantian ini, menyebabkan timbul seborrhea.
Jadi, setiap butir serpihan/sisik yang anda lihat sebetulnya adalah kumpulan dari
sejumlah sel sel kulit kepala yang mati dalam jumlah besar, sehingga mudah
menjadi perhatian. Pada bayi dan balita serpihan ini berwarna kekuningan.
b. Gatal
Satu tanda lagi bahwa bayi mengalami seborrhea adalah gatal pada kulit
kepala. Gatal tersebut terjadi karena timbul peradangan pada kulit kepala yang
disebabkan oleh jamur Pityroporum.Ovale. Jamur inilah yang menyebabkan
timbulnya seborrhea dan gatal pada kulit kepala. (Wardana, 2013)

6
E. Epidemiologi Seborrhea
Menurut (Tucker & Masood, 2023), prevalensi dermatitis seboroik di seluruh
dunia adalah sekitar 5%, namun prevalensi varian non-inflamasinya, yaitu ketombe,
mungkin mendekati 50%. SD mempengaruhi semua kelompok etnis di semua
wilayah secara global. Prevalensi SD bersifat bimodal dengan puncaknya pada tiga
bulan pertama kehidupan dan kemudian dari adrenarche hingga puncak kedua
setelah dekade keempat. Pada anak-anak prasekolah di Australia, prevalensi SD
adalah sekitar 72% dalam tiga bulan kemudian turun dengan cepat dengan kejadian
keseluruhan sebesar 10%. Lebih lanjut, analisis data Studi Rotterdam menemukan
bahwa 14% orang dewasa paruh baya dan lanjut usia menderita SD. Namun pada
HIV-AIDS, 35% penderita infeksi HIV dini menderita SD, dan prevalensinya
mencapai 85% pada pasien AIDS.
Faktor risiko terjadinya dermatitis seboroik meliputi:
1. Usia
2. Jenis kelamin laki-laki
3. Peningkatan aktivitas kelenjar sebaceous
4. Defisiensi imun, termasuk :
a. Limfoma
b. Transplantasi ginjal
c. HIV-AIDS
5. Penyakit neurologis dan kejiwaan, termasuk :
a. Penyakit Parkinson
b. Stroke
c. Demensia Alzheimer
d. Depresi Mayor
e. Disfungsi Otonom
6. Paparan perawatan obat, termasuk:
a. Antagonis dopamin
b. Imunosupresan
c. Psoralen/PUVA
d. Litium
7. Kelembapan lingkungan rendah dan/atau suhu lingkungan rendah

7
F. Patofisiologi Seborrhea
Adanya gangguan dari metabolisme asam lemak, gangguan nutrisi, dan atau
imunitas juga oleh karena infeksi piterosporum ovale diperkirakan berperan dalam
timbulnya penyakit ini, tapi tidak ditemukan adanya hubungan yang kuat. (Khosim, dkk,
2014). Sedangkan menurut (Tucker & Masood, 2023), mekanisme yang diusulkan untuk
patogenesis dermatitis seboroik meliputi :
 Terganggunya mikrobiota kulit
 Gangguan reaksi imun terhadap Malassezia spp. terkait dengan berkurangnya respon
sel T dan aktivasi komplemen
 Meningkatnya keberadaan asam lemak tak jenuh pada permukaan kulit
 Gangguan neurotransmiter kulit
 Pelepasan keratinosit yang tidak normal
 Gangguan sawar epidermis berhubungan dengan faktor genetik
 Peran Malassezia spp. juga termasuk degradasi sebum dan konsumsi asam lemak
jenuh sehingga mengganggu keseimbangan lipid pada permukaan kulit. Bukti lebih
lanjut keterlibatan Malassezia spp. termasuk isolasi mereka dari lesi SD dan resolusi
SD yang signifikan dengan pengobatan antijamur.
Namun, tidak ada cukup bukti untuk menghubungkan ISD dengan perkembangan
ASD. Selain itu, Seborrhea pada bayi sering kali terjadi karena beberapa faktor yang
kompleks, termasuk faktor hormonal dan lingkungan. Ini bisa dipengaruhi oleh:
1. Aktivitas kelenjar minyak kulit
Kelenjar minyak (sebaceous glands) pada kulit bayi menghasilkan sebum, yang
merupakan minyak yang melindungi kulit. Pada beberapa bayi, kelenjar minyak ini
dapat menjadi hiperaktif, menyebabkan produksi sebum yang berlebihan.
2. Faktor Hormonal
Hormon yang dilepaskan oleh tubuh bayi, terutama hormon androgen, dapat
mempengaruhi aktivitas kelenjar minyak. Peningkatan hormon tersebut dapat
merangsang kelenjar minyak untuk menghasilkan lebih banyak minyak, menyebabkan
seborrhea.
3. Faktor Genetik
Ada kemungkinan bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam
kecenderungan seborrhea pada bayi. Jika salah satu atau kedua orang tua bayi
memiliki riwayat seborrhea atau masalah kulit serupa, bayi tersebut mungkin lebih
rentan terhadap kondisi ini.

8
4. Pertumbuhan ragi kulit (Malassezia)
Organisme ragi kulit seperti Malassezia dapat menjadi penyebab seborrhea.
Perkembangbiakan berlebihan dari ragi ini pada kulit bayi dapat menyebabkan
peradangan dan produksi minyak yang berlebihan.
5. Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan seperti cuaca, kelembaban udara, dan paparan iritasi seperti
deterjen atau sabun tertentu juga dapat mempengaruhi perkembangan seborrhea pada
bayi.
Seborrhea pada bayi sering kali terjadi dalam bentuk "cradle cap" yang ditandai
oleh kerak kuning atau kecokelatan di kulit kepala, alis, atau di belakang telinga.
Meskipun tidak menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan pada bayi, kondisi ini
bisa menimbulkan kekhawatiran estetika bagi orang tua.

G. Penatalaksanaan Seborrhea
Kerak kulit kepala sebaiknya dikendalikan dengan shampo anti seboroik. Untuk
ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung
asam salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam
hari. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari;
setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kulit kepala dicuci dengan
sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone. Banyak sediaan krim,
lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang
digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc
pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan sebagai
obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk
tersebut hanya dapat mengatasi gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab
ketombe. (Wardana, 2013)
Menurut Nanny, dkk, (2010) penyembuhan bisa dilakukan dengan obat
topikal, seperti sampo yang tidak berbusa (keramasilah kepala bayi setiap hari) dan
krim selenium sulfida/ Hg-presipitatus albus 2%. Selain itu, menurut Khosim, dkk,
(2014), Untuk sisik yang melekat dengan erat dan tebal, sampo yang mengandung
selenium sulfida atau sampo ketokonazol 2% dapat membantu. Sebahai
terapialternatif dapat dioleskan kream ketokonazol 2%, hidrokortison 0,5-1%,
kream pikrolimus, salep takrolismus yang dioleskan 2 kali sehari.

9
H. Manajamen Pengamplikasian Kebidanan Pada Seborrhea
Menurut Helen varney (1997), manajemen asuhan kebidanan merupakan
proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan dan urutan logis dan perilaku yang di
harapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan
keterampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
2. Proses manajemen kebidanan
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 (tujuh ) langkah yaitu sebagai
berikut:
a. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Pada langkah pertama ini semua informasi akurat dan lengkap
dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data di lakukan: Anamnese meliputi: melakukan tanya jawab
kepada ibu untuk memperoleh data meliputi: riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data
sosial ekonomi dan psikologi.
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan
proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga
dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan
hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien
yang sebenarnya.
b. Langkah II : Identifikasi diagnosa/Masalah aktual
Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
berdasarkan interprestasi yang akurat terhadap data-data yang telah di
kumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasi sehingga
dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan masalah
dan diagnosa keduanya digunakan karena masalah tidak dapat di defenisikan
seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah seborrhea
ditegakkan berdasarkan interprestasi data dasar yang di kumpulkan.
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah

10
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
membutuhkan pencegahan. Bidan di harapkan waspada dan bersiap mencegah
diagnosis/masalah potensial terjadi. Pada bayi seborrhea maka perlu di
lakukan antisipasi terjadinya infeksi lain, dimana infeksi terjadi karena
kurangnya dalam pencegahan infeksi.
d. Langkah IV : Melaksanakan Tindakan Emergency atau Kolaborasi
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya segera melakukan
konsultasi atau melakukan kolaborasi bersama kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien. Pada kondisi bayi dengan seborrhea, penyakit ini
mungkin untuk dapat mengakibatkan infeksi lain yang membuat seborrhea
tidak kunjung sembuh maka perlu dilakukan tindakan emergency.
e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Adapun penatalaksanaan seborrhea yaitu:
1. Gunakan emolin (krim berair) atau hidrocortison 0,5 % atau 1 %
2. Kulit kepala di urut dengan minyak, kemudian di keramas dengan
2) shampo secara lembut
3) Jika resisten gunakan asam salisil 1 % dalam krim mengandung air
f. Langkah VI : Pelaksanaan (implementasi)
Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah lima
dilaksanakan secara efisien dan aman. perencanaan ini dilakukan oleh bidan
dan oleh klien.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang di
berikan. Meliputi apakah asuhan yang telah diberikan sesuai diagnosa atau
masalah.
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan lengkap
dan akurat terhadap keadaan atau kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan
(proses asuhan kebidanan). Pendokumentasian asuhan yang telah di berikan harus di
catat benar, jelas, singkat dan logis dalam suatu metode pendokumentasian dalam
bentuk SOAP, yaitu :

11
1. S (Subjektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis (langkah 1 varney),
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,hasil dan uji
diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
(langkah 1 varney)
3. A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data
subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi Diagnosis/masalah, Antisipasi
diagnosis/masalah potensial, perlunya tindakan Segera oleh bidan atau dokter/
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (langkah I,II,III,dan IV varney).
4. P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan assesment (langkah V, VI dan VII verney) (Surachmindari,RY,
2014:136 ).
SOAP ini dilakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan atau pada evaluasi hari
berikutnya/kunjungan berikutnya yang dilakukan setiap bulan selama 4 kali kunjungan
untuk memantau perkembangan klien. Kunjungan rumah dilakukan untuk asuhan yang
lebih efektif.

I. Standar Asuhan Kebidanan Pada Seborrhea


Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, Bidan memberikan asuhan kebidanan yang
bersifat holistik, humanistik berdasarkan evidence based dengan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan, dan memperhatikan aspek fisik, psikologi,
emosional, sosial budaya, spiritual, ekonomi, dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
1. Program Pemerintah terhadap Pelayanan BBL
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.25
Bidan memiliki kewenangan antara lain :

12
Bagian Kedua
Kewenangan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu;
b. Pelayanan Kesehatan Anak; Dan
c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan Dan Keluarga Berencana.
Pasal 20
(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bidan berwenang melakukan:
a. Pelayanan Neonatal Esensial;
b. Penanganan Kegawatdaruratan, Dilanjutkan Dengan Perujukan;
c. Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi, Anak Balita, Dan Anak
Prasekolah; dan
d. Konseling dan Penyuluhan.
(3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu
ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan
nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung;
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan bblr melalui
penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh
bayi dengan metode kangguru;
c. penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering;
dan

13
d. membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
infeksi gonore (GO).
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan penimbangan
berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi
deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita dengan
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan
keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada
bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan
tumbuh kembang.
2. Daftar Masalah yang berkaitan dengan BBL, bayi, balita dan anak pra
sekolah
Daftar masalah adalah informasi yang didapatkan dari klien dan
keluarga atau profesi kesehatan lain yang menjadi acuan penelusuran
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Bidan harus memperhatikan kondisi klien secara holistik dan
komprehensif, juga menjunjung tinggi profesionalisme serta etika
profesi.24
Tabel 1.
Ruang Lingkup Kebidanan dan Daftar Masalah Pada Bayi
Lingkup Asuhan Kebidanan Daftar Masalah
1) Tidak bisa diam/over aktif
2) Mudah sakit
3) Kulit gatal-gatal
4) Kemasukan benda asing
pada hidung anak
5) Anak tenggelam
6) Panas/demam
7) Jatuh dan patah
8) Jatuh dan luka
9) Belum bisa bicara
10) Asyik dengan dunianya
sendiri
11) Mimisan
12) Keluar air dari telinga

14
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seborrhea adalah kelainan kulit yang umum terjadi pada bayi dan dapat
mengakibatkan kerak berlemak dan sisik di kulit kepala, wajah, dan bagian tubuh lainnya.
Meskipun kondisi ini tidak menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan pada bayi,
dapat menimbulkan kekhawatiran estetika bagi orang tua. Faktor predisposisi seborrhea
meliputi aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan, infeksi oleh jamur seperti Malassezia,
faktor hormonal, genetik, dan lingkungan. Patofisiologi seborrhea melibatkan gangguan
dalam metabolisme asam lemak, respons imun terhadap Malassezia spp., peningkatan
keberadaan asam lemak tak jenuh, gangguan neurotransmiter kulit, pelepasan keratinosit
yang tidak normal, dan gangguan sawar epidermis. Penatalaksanaan seborrhea melibatkan
penggunaan sampo anti-seboroik, penggunaan minyak mineral atau hidrokortison untuk
melunakkan kerak kulit kepala, dan penggunaan krim atau lotion antijamur.
Manajemen kebidanan pada seborrhea meliputi identifikasi data dasar, identifikasi
diagnosa atau masalah aktual dan potensial, pelaksanaan tindakan emergency atau
kolaborasi, penyusunan rencana asuhan menyeluruh, implementasi rencana asuhan, dan
evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Standar asuhan kebidanan pada seborrhea
mencakup pelayanan kesehatan anak, penanganan kegawatdaruratan, pemantauan tumbuh
kembang anak, konseling dan penyuluhan, serta daftar masalah yang berkaitan dengan
bayi.

B. Saran
1. Penting untuk memberikan perhatian khusus pada kebersihan kulit bayi dan
menggunakan produk perawatan kulit yang sesuai.
2. Orang tua perlu diberikan edukasi tentang cara merawat kulit bayi yang sensitif dan
mengenali tanda-tanda seborrhea untuk penanganan yang lebih dini.
3. Bidan dan tenaga kesehatan lainnya perlu melakukan pemantauan rutin terhadap
perkembangan kulit bayi dan memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan
kebutuhan.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperdalam pemahaman tentang patofisiologi
dan pengelolaan seborrhea pada bayi agar dapat meningkatkan kualitas perawatan yang
diberikan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Cici Ni'mal Maula, E. O. (2022). Makalah Kelompok 2 - Seborrhea. Kuningan: Program
Studi S1 Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Dunia, O. K. (2012). Laporan global mengenai penyakit tropis yang terabaikan. Jenewa:
WHO.
Kemenkes. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pangaribuan, L. (2018). Konsep Seborrhea. Palembang: Poltekkes Palembang.
Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan R.
Susanti, A. (2022). Seborrhea. Bandung: Poltekkes Bandung.
Tucker, D., & Masood, S. (2023, Februari 16). Dermatitis Seboroik. Diambil kembali dari
www-ncbi-nlm-nih-gov.:
https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK551707/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

16

Anda mungkin juga menyukai