Anda di halaman 1dari 6

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

DISUSUN OLEH

Ocha Tiara Devanti (190211010)

DOSEN PENGAMPU

SUCI TARIGAN. M, KEB

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kmi dapat menyelesaikan makalah
tentang “ BAYI BARU LAHIR RENDAH”
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bu
SUCI TARIGAN. M, KEB, selaku dosen mata kuliah “ASUHAN
KEBIDANAN REMAJA” yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya
untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan dalam mengetahui materi tentang
ketidakcocokan rhesus
Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh semua
orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Medan, 20 November 2020

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 4

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

BLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama
kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di
bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh
dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya
di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di
Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing
provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi diPapua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa
Tengahberkisar 7%(Kemenkes RI,2015).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth
Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya.
Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan.
Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi padajanin selama masa kehamilan.
Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang
baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang
lebih lambat dibandingkan denganbayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh
kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi,
penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014).

Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR dengan menjaga
suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian,
masih didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan
malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan
insiden BBLR lebih diutamakan dalam usahamenekan Angka Kematian
Bayi(Prawiroharjo,2014).Development Goals yang ke IV yaitu menurunkanangka kematian anak
terutama di negara berkembang, perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang,
salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
kejadian BBLR. Berdasarkan data diatas, maka perlu diteliti faktor-faktor risiko yang berpengaruh
terhadap kejadian BBLR di RSU Sukoharjo.

B.Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara IMT, umur ibu hamil dan paritas ibu dengan kejadian berat badan
lahir rendah?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat hubungan antara IMT, usia ibu dan paritas dengan kejadian berat badan
lahir rendah.

2. Tujuan Khusus

A. Mengetahui prevalensi kejadian berat badan lahir rendah dirumah sakit Sukoharjo

B. Mengetahui hubungan IMT, paritas dan umur ibu dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi
post partum.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan

IMT umur ibu dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).

A. Untuk masyarakat

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi untuk mencegah berat badan lahir
rendah.

B. Untuk isntitusi

Dapat memberikan informasi pada institusi tentang hubungan IMT umur ibu dan paritas dengan
kejadian BBLR.

C. Untuk orang tua

Dapat memberikan informasi pada orang tua mengenai pencegahan BBRL.

D. Untuk penelitian

Dapat digunakan sebagai acuan dan informasi penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9122722/MAKALAH_BAYI_BERAT_LAHIR_RENDAH_Makalah_ini_Disusun_u
ntuk_Memenuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Asuhan_Neonatus

Anda mungkin juga menyukai