Oleh :
Nixal Kurniawan Pontoh Nimis
Pembimbing :
dr. Chaeril Anwar, Sp.KK., M.Kes
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah bentuk klinis akibat virus yang menyerang neurokutaneus.
Penyakit ini disebabkan karena reaktivasi infeksi primer varicella-zoster virus.
Penurunan imunitas tubuh dapat mengaktifkan kembali varicella-zoster virus
yang dorman selama bertahun-tahun dan kemudian akan menyebabkan herpes
zoster
Dermatom yang paling sering terkena adalah bagian batang tubuh (55%), bagian
kepala (20%), bagian lumbar (15%), dan bagian sakrum (5%)
DEFINISI
Herpes zoster adalah penyakit virus dan biasanya ditandai dengan
ruam yang sangat menyakitkan yang melibatkan kulit pasien bersama
dengan lepuh yang melibatkan area tertentu, biasanya datang bersama
dengan lintasan cabang saraf tertentu, sebagai akibat reaktivasi virus
varicella zoster laten yang berasal dari ganglion dorsal saraf sensorik
lebih banyak ditemukan pada pasien usia lanjut karena fakta bahwa
sistem imunologi cenderung melemah akibat bertambahnya usia.
EPIDEMIOLOGI
Kelompok Studi Herpes Indonesia (KSHI) tahun 2011 – 2013 menunjukkan bahwa
total pasien herpes zoster pada 13 rumah sakit pendidikan di Indonesia adalah 2232
orang, dengan puncak kasus herpes zoster terjadi pada usia 45-64 yaitu sebanyak 851
kasus (37,95 % dari total kasus herpes zoster)
Studi di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan, bahwa kejadian herpes zoster
sebesar 1,5 - 3 per 1.000 orang per tahun dan 7 - 11 per 1.000 per tahun pada orang
berusia di atas 60 tahun.
PATOGENESIS
Selama fase viremia, varisela herpes zoster dapat menyerang sel epidermal,
menyebabkan terjadinya varicella yang bermanifestasi sebagai vesikel yang
tersebar (generalisata), kemudian masuk ke serabut saraf sensorik pada lokasi
mukokutan dan berpindah secara retrograde akson ke akar dorsal sensorik
ganglion pada spinal cord, di mana virus dapat menetap dalam fase laten di saraf
kranial, akar dorsal, dan ganglion otonom.
PATOGENESIS
Pada fase laten, DNA varisela virus zoster berbentuk sirkuler dan tidak
bereplikasi, namun saat terjadi reaktivasi, virus terus mengalami replikasi pada
dasar ganglion dorsalis, menyebabkan ganglion menjadi nekrotik dan hemoragik
serta menginduksi ganglionitis yang ditandai dengan rasa nyeri. Pada saat terjadi
ganglionitis terjadi regulasi dari MHC kelas I dan protein II, infiltrasi sel T CD4+
dan CD8+ . Ganglionitis dan infiltrasi sel T CD8+ dapat menetap setelah terjadi
herpes zoster. Inflamasi neuronal dan nekrosis dapat menyebabkan neuralgia yang
semakin memberat seiring dengan penyebaran virus di sepanjang saraf sensori.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis herpes zoster pada geriatri sama dengan populasi dewasa, yaitu
didahului dengan gejala prodromal (2-4hari) dan diikuti oleh erupsi kulit pada
dermatom yang terkena.
Vesikel bergerombol
Unilateral
Nyeri
DIAGNOSA
Pasien didiagnosis sebagai herpes zoster berdasarkan dari anamnesis gejala
subjektif dan riwayat penyakit serta pemeriksaan fisik dan dermatologis.
Status Dermtologis
Lokasi : Regio oftalmikus dextra
Efloresensi : Tampak krusta multiple
Foto 1: Tanggal 08-06-2023 Foto 2 : Tanggal 14-06-2023 (± 6 hari
(sebelum pengobatan)
setelah pengobatan)
Diagnosis Penatalaksanaan
Prognosis
Qua advitam : Bonam
Qua adfungsionam : Bonam
Qua adsanationam : Bonam
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan kondisi umum, anamnesis dan
pemeriksaan. Anamnesa jelas menunjukkan adanya riwayat prodromal berupa sakit
kepala dan fototerapi. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya riwayat vesikel
bergelombol, unilateral, nyeri (+) yang berada di sekitar mata kanan ± 6 hari sebelum
pemeriksaan di RS. Jayapura. Setelah diberikan obat dan krim racikan vesikel hilang
dan hanya tersisa krusta kehitaman.
Terapi harus diarahkan untuk memperpendek periode infeksi, mencegah terjadinya
komplikasi, mencegah penularan, dan simptomatis. Pasien kemudian diterapi
dengan pemberian Herclov (Valaciclovir) 3 dd 2 tab/ hari dan diberikan juga krim
racikan.
Valaciclovir sebagai agen antivirus 1000 mg per hari sebagai dosis minimal untuk
herpes zoster. Valaciclovir atau obat antiherpes keluaran baru lainnya dapat
mengurangi nyeri akut, memperpendek durasi shedding virus, dan menghentikan
pembentukan lesi baru. Berkurangnya keparahan infeksi akut dan kerusakan saraf
dengan pemberian antivirus ini nampaknya dapat mengurangi terjadinya komplikasi
herpes zoster yaitu post herpetic neuralgia.
KESIMPULAN
Herpes zoster merupakan sebuah manifestasi oleh reaktivasi virus Varisela-zoster
laten dari saraf pusat dorsal atau kranial. Klasifikasi herpes zoster ditetapkan
berdasarkan lokasi lesi yang terkena. Jika virus herpes zoster menginfeksi sekitaran
maa maka dinamakan Herpes zoster oftalmikus.
Pemeriksaan ditegakan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Gejala dari herpes zoster dapat berupa vesikel bergerombol , unilateral,
disertai nyeri. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tzank test dengan
hasil dijumpai multinucleated giant cells atau sel datia berinti banyak
Terapi pada herpes zoster terdiri dari medikamentosa dan non medikamentosa.
Medikamentosa dilakukan dengan terapi topical dan terapi sistemik. Terapi topical
dapat dengan menggunakan bedak asam salisilat (caladine) + menthol. Sementara
terapi sistemiknya dapat menggunakan asiklovir, valaksiklovir atau famsiklovir. Non
medika mentosa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan luka.
TERIMAKASIH