Anda di halaman 1dari 8

Dermatovirologi (Penyakit Kulit akibat virus)

1. Penyakit : Herpes Zoster


-

Klasifikasi : Herpes Zoster Oftalmika : muncul sesuai jalannua N.Oftalmika di daerah mata,
Herpes Zoster Fasialis muncul di daerah perjalanan N.VII dan N.VIII, Herpes Zoster
Generalisata, muncul tidak hanya di satu tempat, kadang di dua tempat atau lebih yang memiliki
perjalanan saraf berbeda, kadang juga disertai dengan varicella atau cacar. Juga ada Herpes
Zoster yang menyerang neonatus, hal ini terjadi biasanya karena ibu yang mengandung si anak
awalnya terkena cacar/herpes zoster juga.
Etiologi : Varicella zoster virus yang telah laten di susunan saraf yang sebelumnya
pernah menimbulkan penyakit cacar (Varicella) pada pasien baik itu klinis maupun sub-klinis
(tidak muncul secara klinis)
Faktor risiko : Orang dewasa yang sebelumnya pernah terkena cacar atau terpapar varicella
zoster, orang lanjut usia, dewasa prevalensi lebih tinggi daripada anak, orang dengan penyakit
yang menurunkan sistem imun/imunokompromise.
Patofisiologi : Virus Varicella zoster yang sebelumnya muncul di kulit dan menimbulkan gejala
cacar sembuh, virus ini masuk ke ganglion posterior saraf dan berdiam disana pada masa
latennya tanpa menimbulkan gejala apapun. Faktor predisposisi yang dapat mereaktivasi dari
virus yang laten di saraf ini antara lain penurunan sistem imun, penyakit kronis atau keganasan,
stress dan juga kelelahan. Herpes zoster akan muncul dan menimbulkan efek klinis pada
sistem saraf dari yang ditinggalinya, karena itulah herpes zoster juga terasa nyeri. Keberadaan
herpes zoster juga menimbulkan edem pada sel-sel sehingga terjadi kebocoran sel yang
mengakibatkan munculnya vesikel-vesikel, cairan akan menjadi keruh, lalu pecah dan
meninggalkan krusta (koreng). Jika terjadi infeksi sekunder tidak jarang muncul juga pustule
yaitu vesikel berisi nanah.
Tanda dan Gejala : UKK berupa macula eritem yang diatasnya kemudian muncul papul eritem
yang selanjutnya menjadi vesikel yang muncul sesuai dermaton nervus yang dikenai, paling
sering daerah thorakal dan wajah. Kadang juga muncul pustule. Setelah beberapa saat cairan
vesikel mengeruh dan pecah meninggalkan krusta, biasanya lesi hieperestesi dan unilateral.
Juga terjadi pembesaran KGB. Untuk gejala sistemik yaitu demam, pusing, malaise dan nafsu
makan menurun. Gejala lokal yang sering ditimbulkan ialah nyeri tulang, nyeri otot, dan pegalpegal. Pada Herpes zoster oftalmikus bisa sampai ke kornea menyebabkan munculnya vesikel
di kornea yang pecah dan menjadi ulkus kornea, pada herpes zoster fasialis kadang terjadi
nausea, vertigo, nistagmus, tinnitus, gangguan pendengaran dan pengecapan.
Prognosis : Baik, jika ditangani dengan segera, kadang juga terjadi residif atau berulang
(kambuh)
Komplikasi : pada penderita lanjut usia dapat terjadi neuralgia pasca herpetic, juga dapat
terjadi infeksi sekunder, Sindrom Ramsay hunt pada N.VII dan N.VIII, uveitis, skleritis, neuritis
optic.
Pemeriksaan :
Anamnesis :
Hal yanga ditanyakan : Pertanyaan anamnesis umum, yaitu keluhan utama, sejak kapan,
apakah lesi yang dihasilkan produktif, apa cairan yang keluar, yang harus diperhatikan pada
kasus ini adalah riwayat penyakit apakah pernah terkena varicella sebelumnya (waktu anakanak biasanya) atau sedang sakit kronis, pernah terpapar varicella zoster (anak, keponakan,
saudara kena cacar dan pernah berdekatan, kali aja cacarnya sub klinis jadi tiba-tiba herpes
zoster yang keluar), pastikan keluhan lain seperti nyeri, takutnya ketuker sama herpes simplex,
trus tanya apakah ada sakit yang menyertai, gejala prodormal sebelum muncul kayak demam,
nafsu makan menurun, dan sebagainya.

a.
b.
c.

Fisik : Periksa lesi, lihat ada atau tidak nyeri (atau malah masti rasa di lesinya), perjalanan lesi
dari pertama muncul, lesi yang lama gimana keadaannya apakah tambah parah, atau justru
menyembuh, lihat jenis lesi apakah monomorf atau polimorf, pastikan jenis dari herpes, liat
seluruh tubuh bahkan yang pasien yang gak bisa liat kayak punggug, kali aja ternyata herpes
zosternya generalisata lebih dari satu flexus saraf, supaya bisa segera mengatasi kemungkinan
komplikasi, periksa daerah yang rawan komplikasi misalnya kalo lesinya di wajah, lihat mata
sama palpebra mungkin ada komplikasi, ulkus kornea dan sebagainya, pastikan belum ada
neuralgia pasca herpetic kalo pasiennya orang lanjut usia (<60th), pembesaran organ sama
KGB di cek juga, tanda vital wajib, reflek fisiologi sama patologi juga.
Penunjang :
Tzanck smear : tujuan untuk memastikan diagnosis, jika ada sel datia multi neklotid maka
herpes zoster positif. Objek diambil dari lesi.
Histopatologi, pastikan adanya sel balon yaitu sel stratum spinosum yang mengalami
degenerasi dan pembesaran.
Pada dermis terdapat dilatasi pembuluh darah dan sebukan limfosit
Tatalaksana :
Non farmakokinetik : Istirahat secukupnya, jaga daya tahan, dan jaga kebersihan.
Farmakokinetik :
Obat : Antivirus
Acyclovir : 5 x 800 mg/hari ~ 7 hari
Valcyclovir : 3 x 1000 mg/hari ~ 5 - 7 hari
Simptomatik, berupa analgesic, antibiotic, topical kayak krem atau kompres pada lesi. Obat
simptomatik ini sebenarnya pro renata, kalo perlu aja, kadang malah gak perlu sama sekali
apalagi kalo yang muncul adalah rasa sakit rasa terbakar, nyerinya juga menyerang saraf,
kadang analgetik ringan kayak acetaminophen gak terlalu berpengaruh banyak.
Preednison, tapering off (Pro renata)
Neurotropik
Follow up :
Anastesi : kalo nyerinya tidak dapat ditahan oleh pasien dan memang sebaiknya dianastesi.
Dikasih analgetik atau pain relief.
Penanganan rawat jalan : dikasih obat antivirus aja, sama simptomatik kalo ada, diedukasi
pasiennya supaya paham gimana penyakitnya, gimana cara konsumsi obatnya, trus minta
pasiennya kontrol setelah beberapa hari (7 hari misalnya)
Pencegahan : Jaga daya tahan tubuh, kebersihan, jangan terlalu lelah dan stress terutama
pada pasien lanjut usia.

2. Penyakit : Varicella/cacar air


-

Klasifikasi : Etiologi : Oleh virus Varicella zoster (paparan pertama kali)


Faktor risiko : Anak-anak, lingkungan (ada pembawa), penyakit imunokompromise.
Penyebaran penyakit aerogen dan plasenta.

a.
b.

Patofisiologi : kulit terpapar oleh virus cacar lalu masa

tunas 2-3 minggu, muncul inflamasi berupa macula eritem yang kemudian diatasnya muncul
papul yang berubah menjadi vesikel dengan cepat, cairan khas seperti air mata (vesikel muncul
karena terjadi edem dan kebocoran plasma), cairan berubah keruh dan akhirnya muncul krusta.
Tanda dan Gejala : Gejala prodormal berupa demam, nyeri kepala dan malaise. Lalu terjadi
lesi dengan predileksi di kulit, mukosa mulut, mata, saluran nafas atas, daerah-daerah sentral
dengan UKK yang tampak berupa macula eritem, diatasnya terdapat papul, vesikel, dan krusta,
vesikel khas menyerupai air mata(teardrops), perubahan UKK ini cepat kadang hanya dalam
waktu beberapa jam, penyebaran lesi dari sentral tubuh ke bagian sisi akral, lesi soliter dan
bersifat polimorfik (lebih dari satu macam UKK primer/sekunder), gatal, jika terjadi infeksi
sekunder juga akan muncul pustule dan adanya pembesaran KGB.
Prognosis : Baik jika ditangani dengan cepat dan tidak terjadi komplikasi
Komplikasi : Komplikasi yang mungkin terjadi pertama adalah infeksi sekunder, pneumonia,
ensefalitis, konjungtivitis, hepatitis, keratitis, otitis, dan penyakit infeksi lainnya.
Pemeriksaan :
Anamnesis :
Hal yang ditanyakan : tempat pertama kali muncul (predileksi, penting banget nih), gejala
prodormal sebelum muncul, pernah atau tidak terkena sebelumnya, rata-rata orang awam
mengenali kalo lagi kena cacar jadi gak terlalu susah diagnosanya.
Fisik : Lihat betul-betul penyebaran lesi, sifat lesi, bedakan dengan herpes zoster (penting
dianamnesis), bedakan juga dengan variola (cacar besifat polimorf sedangkan variola
monomorf dan cenderung lebih parah, tapi jaman sekarang variola kayaknya dah hampir gak
pernah ada lagi deh), lihat juga ada pembesaran KGB apa tidak, sifat cairan yang keluar, UKK
apa aja yang muncul, perhatikan adanya infeksi lain kayak dimata, ada atau tidak pembesaran
organ, tanda vital, cek nyeri, reflek fisiologis dan patologis.
Penunjang/lab :
Tzanck smear, sama kayak herpes zoster, nge cek ada tidak sel datia multi neukleotid, kalo
positif kemungkinan penyebab penyakit adalah varicella, tinggal dibedakan apakah itu cacar
atau herpes zoster.
Pemeriksaan histopatologi, objeknya adalah si lesi, lihat adanya sel balon. Dalam
pemeriksaan lab biasanya cacar, herpes zoster, herpes simplex rada susah dibedakan, jadi
waktu anamnesis sama pemeriksaan fisik dah harus ada modal diagnose sementara yang
cukup meyakinkan.
Tatalaksana :
Non farmakokinetik : Jaga kebersihan, istirahat dirumah aja.
Farmakokinetik :
Obat : Antivirus
Acyclovir 5x800 mg selama 7 hari
Valacyclovir 3x1 gr selama 7 hari
Varicella zoster immunoglobulin Im
Obat : simptomatik berupa analgetik, antipiretik, anti pruritus, tergantung keluhan tambahan
dari pasien.

Obat topical untuk infeksi sekunder seperti krem AB (antibiotic), T.S 1%, kompres.
Profilaksis berupa vaksinasi :
Usia 12 bln 12 thn injeksi s.c0,5 ml booster 4 6 tahun setelah pemberian pertama. > 12
tahun 0,5 ml 4 8 mg diulang dengan dosis yang sama. Serokonversi 97% - 99%.
Follow up :
Anastesi : Penanganan rawat jalan : edukasi pasien dalam membersihkan lesi, konsumsi obat, jaga
kebersihan, biasanya sembuh sendiri, hanya saja lesi sisa dikulit dan kadang jika terjadi infeksi
sekunder atau komplikasi lain barulah perlu penanganan lebih
Pencegahan : Vaksin, jaga kebersihan (selalu).

3. Penyakit : Variola
-

Klasifikasi : Variola mayor dan variola minor, perbedaannya adalah, masa inkubasi variola
minor lebih pendek, gejala lebih ringan dan angka mortalitas dan morbiditas lebih kecil (>1%).
Pada variola mayor mortalitas bisa mencapai hingga 50%
Etiologi : Virus pox variola
Faktor risiko : anak-anak, lingkungan atau orang sekitar

yang terkena variola, tidak di vaksin sebelumnya. Sangat menular, tapi sekarang sangat jarang,
hampir tidak ada lagi.
Patofisiologi : patofisiologi dari variola terbagi 4 stadium, stadium inkubasi erupsi/prodormal,
stadium macula papuler, stadium vesikulo pustulosa, dan terakhir stadium resolusi.Setelah
terpapar, masa tunas kurang lebih 2-3 minggu, masa inkubasi menunjukan gejala prodormal
berupa demam, selama 3-4 hari yang setelahnya muncul lesi berupa macula eritem yang diikuti
dengan munculnya papula, kemudian ada vesikel berisi cairan yang lama kelamaan menjadi
krusta (mirip varicela ni), pada umumnya hampir semua dermatovirologi yang memunculkan
gejala UKK berupa macula eritem, papula, vesikel, pustule dan akhirnya krusta merupakan
proses yang sama satu sama lain, pada masa macula eritem terjadi inflamasi awal oleh karena
paparan virus juga terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga permukaan kulit menjadi
eritem, lalu muncul papula yang menunjukan terjadinya edem intrasel, kebocoran plasma dari
edem ini akhirnya memunculkan UKK berupa vesikel, benjolan berisi plasma yang jika terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri dan ditempat lesi terjadi perlawanan oleh makrofag, maka hasil
sel-sel yang telah mati akan menjadi nanah dan munculah pustule. Vesikel dan pustule yang
pecah akhirnya akan membentuk krusta atau sering disebut sebagai koreng, tidak jarang juga
menimbulkan ulkus pada daerah lesi. Pada akhirnya penyakit akan melakukan penyembuhan
dengan sendirinya dan menyisakan bekas-bekas krusta berupa sikatrik-sikatrik pada kulit.
Tanda dan Gejala : pada stadium prodormal akan ditemukan adanya gejala seperti demam,
suhu tubuh meningkat, nyeri kepala, nyeri tulang, nyeri sendi, muntah, dan menggigil selama 34 hari kemudian sampai pada stadium macula popular, yaitu munculnya papul-papul pada
permukaan kulit yang eritem, pada stadium ini suhu tubuh menurun, predileksi terjadi di wajah
dan telapak tangan. Selanjutnya 5-10 hari lesi menjadi vesikel pada stadium vesikulo pustulosa,
suhu tubuh kembali meningkat dan terjadi lesi umbilikasi. Pada stadium resolusi suhu tubuh

a.
b.
c.
d.

menurun lagi, lesi menjadi krusta-krusta dan menimbulkan sikatrik-sikatrik atropi. Kadang dapat
terjadi perdarahan, ketika depresi hematopoetik dan menimbulkan black variola yang
berbahaya.
Prognosis : tergantung dari penanganan, jika ditangani baik maka prognosis baik, mortalitas
1%-50%
Komplikasi : dapat terjadi infeksi sekunder, bronkopneumonia, ulkus kornea, telogen,
ensefalitis.
Pemeriksaan :
Anamnesis :
Hal yang ditanyakan, idem diatas
Fisik : Lihat penyebarannya dan sifatnya, bedakan dengan cacar varicella, tingkat keparahan,
ada atau tidak perdarahan, warna dari lesi, tanda vital, pembesaran KGB, kemungkinan
komplikasi, rasa nyeri, dll
Penunjang/lab :
Inokulasi pada korioalantoik
Histopatologis
Tes Antigen, deteksi antigen virus pada agar gel.
Tes Serologis (tes ikatan komplemen)
Tatalaksana :
Non farmakokinetik : Karantina, jaga higien
Farmakokinetik :
Obat : Antivirus
Acyclovir
Valacyclovir
Simptomatik : Analgetik, antipiretik, antibiotic (krem/oral), kompres
Profilaksis : vaksin dengan virus vaccinia dengan tehnik multiple puncture
KI profilaksis, sedang terapi kortikosteroid, dan mengalami defisiensi imunologi, atopi.
Follow up :
Anastesi : Penanganan rawat jalan : edukasi
Pencegahan : karantina dan rawat dengan baik anak yang terkena variola, jaga kebersihan,
jaga kesehatan.

4. Penyakit : Veruka (kutil)


-

Klasifikasi : Veruka vulgaris, veruka plana juvenile, veruka plantar, veruka akuminata
(condyloma akuminata. PMS)
Etiologi : Human papiloma virus > virus DNA
Faktor risiko : semua orang berpeluang terkena, untuk

condyloma acuminate karena termasuk dalam penyakit menular seks maka prevalensi lebih
banyak orang dewasa, untuk veruka vulgaris lebih banyak anak-anak.

Patofisiologi; tanda dan gejala :


Veruka vulgaris : berawal dari lesi papular berwarna abu-abu, kemudian berkonfluen,
membentuk plakat, permukaan verukosa. Terdapat kutil yang disebut kutil induk yang nantinya
akan menghasilkan banyak kutil yang lebih kecil disekitarnya. Kebanyakan muncul di daerah
ekstensor. Untuk varian veruka filiformis muncul biasanya di wajah atau kepala dengan lesi
berupa papul yang muncul tegak luruk dengan kulit tempat muncul, permukaan verukosa.
Terjadi fenomena koebner, ketika lesi digores maka sepanjang goresan akan terjadi
autoinokulasi
Veruka Plana Juvenil : berwarna senada dengan warna kulit atau kecoklatan, muncul biasanya
di wajah atau daerah leher, dorsum manus et pedis, pergelangan tangan dan lutut. Ukuran
miliar lentikular, permukaan rata atau plate. Juga terjadi fenomena koebner.
Veruka Plantaris : berbentuk seperti cincin, mengeras disisi dan melunak ditengahnya, licin dan
berwarna kekuningan. Predileksi biasanya di telapak kaki atau daerah yang sering mendapat
tekanan. Akan terasa tidak nyaman dan nyeri ketika tertekan sewaktu berjalan. Jika berkumpul
akan menampakan wujud seperti mozaik.
Kondiloma akuminata : termasuk dalam penyakit menular seksual, penyebaran melalui kontak
kulit langsung, terutama berada di daerah lipatan yang lembab seperti area genitalia eksterna.
Kelainan kulit berupa vegetasi kulit yang bertangkai berwarna kemerahan jika masih baru dan
kehitaman jika sudah lama. Permukaannya papilomatosa.
Prognosis : Baik namun kadang recidif
Komplikasi : Dapat menjadi keganasan atau degenerasi maligna.
Pemeriksaan :
Anamnesis :
Hal yang ditanyakan : sejak kapan munculnya, tempat pertama kali muncul, bentuk dari lesi
apakah menonjol atau cuma perubahan warna, perubahan warna seperti apa, penonjolan
seperti apa, berupa sisik atau penonjolan papul atau vesikel, ukuran dan jumlah dari lesi, ada
atau tidaknya nyeri, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, usaha untuk
mengurangi keluhan sebelumnya, riwayat alergi, dll
Fisik :
Yang paling penting lihat bentuk UKK yang dikeluhkan pasien, predileksi, sifat penyebaran,
tempat penyebaran, kemungkinan keganasan atau tidak, pemeriksaan tanda vital, nyeri,
pembesaran organ dan KGB, keadaan fisik pasien, kemungkinan gangguan pada saraf, dll
Penunjang/lab :
a. Histopatologi untuk membedakan bentukan dari papiloma apakah berupa keganasan atau
bukan. Lihat keadaan dermis (pelebaran pembuluh darah dan adanya sebukan sel radang) dan
epidermis (hyperkeratosis, akantosis, parakeratosis, papilomatosis).
b. Biopsi kulit. Sama dengan histopatologi.
Tatalaksana :
Non farmakokinetik : Jaga higien, kebersihan individu dan lingkungan, jaga kesehatan, banyak
istirahat.
Farmakokinetik :
Bahan kaustik (mis : AgNO3 25%, asa, trikloroasetat 50% dan fenol likuifaktum.
Bedah : beku, scalpel, laser, listrik
Follow up :
Anastesi : Penanganan rawat jalan : edukasi untuk pemakaian obat, atau penjelasan jika memang
memerlukan terapi bedah. Biasanya residif jadi jelaskan juga ke pasien kemungkinan muncul
kembali veruka tersebut.
Pencegahan : Hindari faktor munculnya penyakit, jaga kebersihan, tidak melakukan seks
sembarangan (nukar pentol kalo lah, sembarangan wkwkwk)

5. Penyakit : Moluscum Contagiosum


-

a.

a.
b.
c.
d.
e.

Klasifikasi : Etiologi : Pox virus


Faktor risiko : lebih sering terjadi pada anak-anak, tidak membedakan ras ataupun jenis
kelamin, pada orang dewasa biasanya terjadi oleh karena penyakit menular seksual

Patofisiologi : Predileksi biasanya di wajah, ekstrimitas, badan,


jika pada orang dewasa didaerah pubis, genitalia eksterna. Masa putih seperti nasi terbentuk
karena terjadinya degenerasi keratohialin pada sel-sel lonjong didaerah lesi. Penyebaran
penyakit biasanya lewat kontak langsung, autoinokulasi dan pada orang dewasa biasanya
melalui hubungan seksual. Masa tunas berjalan mulai dari 1 minggu hingga beberapa minggu.
Tanda dan Gejala : Terdapat lesi berupa papul kadang lentikular, licin seperti lilin/bening,
bentuk kubah ditengah-tengah delle, ketika dipijat keluar masa berwarna putih seperti nasi yang
disebut Moluscum body. Jika ada sekunder infeksi maka akan terbentuk supurasi.
Prognosis : Baik, jarang residif
Komplikasi : Pemeriksaan :
Anamnesis :
Hal yang ditanyakan : idem diatas. Tambahan, apakah lesi mengeluarkan produk (perusahaan
kali ya) berupa cairan atau masa, bentuk dari cairan/masa tersebut, warnanya, konsistensinya,
berbau atau tidak, berupa pus atau bukan, dll.
Fisik : -idemPenunjang/lab :
Histopatologi : untuk mengamati epidermis (proliferasi sel stratum spinosum membentuk lobuli.
Melihat adanya masa putih disebut moluscum bodies berupa sel-sel bulat/lonjong yang
mengalami degenarasi keratohialin
Tatalaksana :
Tatalaksana pada umumnya adalah berpatokan pada prinsip mengeluarkan moluscum bodies.
Komedo ekstraktor
Jarum suntik
Kuretage
Elektrocauter
Bedah beku
Partner sex diperiksa dan diterapi
Follow up :
Anastesi Penanganan rawat jalan : dengan menghilangkan moluscum bodies dan lesi yan ada maka
tidak ada penanganan rawat jalan karena penyakit inipun jaran residif

Pencegahan : Jaga kesehatan dan sistem imun agar tetap normal, jaga kebersihan, hindari
kontak langsung pada lingkungan yang rawan atau individu suspek dari penyakit ini atau
penyakit lain yang membawa virus pox.

Anda mungkin juga menyukai