Anda di halaman 1dari 6

SISTEM INTEGUMEN HERPES ZOSTER

Cornelia Assa 1451008

Elfi Melva 1451050

Michelle Eileen 1451065

DEFINISI
1. Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas
ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut
saraf sensoris dari nervus cranialis
2. Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan
sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada
bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella
zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar / chickenpox)
3. Herpes zoster adalah infeksi yang disebabkan oleh virus varisela-zoster dan menyerang kulit,
mukosa, serta saraf. Virus varisela zoster ini didapat saat seseorang terkena cacar air dan
kemudian virus dapat tinggal di sistem saraf dan dapat tereaktivasi jika orang tersebut
mengalami stres berlebih atau penurunan daya tahan tubuh. Karena disebabkan oleh virus,
maka penyakit ini dapat sembuh sendiri (self limiting disease) dalam jangka waktu beberapa
hari asalkan daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh meningkat.

ETIOLOGI

Penyebabnya adalah virus Varicela-zoster (VZ), merupakan kelompok virus herpes dengan
ukuran 140-200 dan berinti DNA. Kemungkinan transmisi virus melalui aerogen dari pasien
yang sedang menderita varisela atau herpes zoster. Kemudian virus berdiam di ganglion
posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Virus ini secara periodik dapat mengalami
reaktivasi tanpa menimbulkan gejala klinik, karena akan dinetralisasi oleh antibodi atau Cell
Mediated Immunity (CMI) sebelum menginfeksi sel lain dan bermultiplikasi sehingga
menimbulkan kerusakan.
Ketika daya than tubuh mencapai titik kritis, virus mengalami multiplikasi dan menyebar dalam
ganglion menyebabkan nekrosis neuron dan inflamasi, sering disertai neuralgia. Penyebaran ke
saraf sensorik menyebabkan neuritis yang hebat dan apabila sampai ke ujung saraf sensorik di
kulit menghasilkan erupsi khas zoster. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Terkadang virus ini menyerang ganglion
anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
CARA PENULARAN
1. Menular melalui barang yang disentu oleh penderita, bersentuhan atau mengenakan pakaian
yang terkena cairan dari gelembung herpes. Gelembung akan menyebakan rasa nyeri pada
kulit yang terserang, jika gelembung pecah akan menimbulkan bercak hitam atau berbekas
dan bertanda. Gelembung pada penyakit ini harus dijaga agar tidak menimbulkan infeksi dan
memperluas wilayah penyebaran penyakit.
2. Hubungan seksual yang tidak terlindungi.
3. Pada kasus herpes zoster, penularan dapat terjadi melalui sentuhan kulit. pengobatan dapat
dilakukan luar dan dalam untuk menyembuhkan orang yang menderita penyakit herpes.
biasanya Pada pengobatan luar, alternatif salep atau bedak bisa digunakan. Keduanya bisa
meredakan rasa gatal yang muncul serta melicinkan kulit.

MASA INKUBASI

Masa inkubasi antara 7-12 hari, biasanya didahului oleh gejal-gejala prodormal baik sistemik
(malaise, pusing dan demam), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal).
Dalam 1-2 hari diikuti rasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri. Lalu timbul kelainan kulit yang mulamula berupa kemerahan setempat kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang

berkelompok di atas kulit yang eritema. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari
menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah yang disebut herpes zoster hemoragik. Bila
absorbsi terjadi, vesikula akan menjadi krusta. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatrik.

KARAKTERISTIK LESI HERPES ZOSTER

Erupsi kulit
o Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
o Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul dan dalam waktu
12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari. Krusta dapat bertahan
sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini biasanya nyeri segmental juga
menghilang.
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ketiga dan kadang-kadang sampai hari ketujuh.
Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted
scar)
Erupsi umumnya disertai nyeri (60-90% kasus)
Variasi klinis
o Pada beberapa kasus nyeri segmental tidak diikuti erupsi kulit, keadaan ini disebut zoster sine
herpete.
o Herpes zoster abortif : bila perjalanan penyakit berlangsung singkat dan kelainan kulit hanya
berupa vesikel dan eritema.
o Herpes zoster oftalmikus : HZ yang menyerang cabang pertama nervus trigeminus. Erupsi kulit
sebatas mata sampai ke verteks, tetapi tidak melalui garis tengah dahi. Bila mengenai anak
cabang nasosilaris (adanya vesikel pada puncak hidung yang dikenal sebagai tanda Hutchinson,
sampai dengan kantus medialis) harus diwaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi pada
mata.
o Sindrom Ramsay-Hunt : HZ di liang telinga luar atau membrana timpani, disertai paresis fasialis
yang nyeri, gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah, tinitus, vertigo, dan
tuli. Kelainan tersebut sebagai akibat virus menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius.
o Herpes zoster aberans : HZ disertai vesikel minimal 10 buah yang melewati garis tengah.
Herpes zoster pada imunokompromais : perjalanan penyakit dan manifestasi klinisnya berubah,
seringkali (lebih dari 6 minggu), cenderung kronik persisten, menyebar ke alat-alat dalam
terutama paru, hati, dan otak. Gejala prodromal lebih hebat, erupsi kulit lebih berat (bula
hemoragik, hiperkeratotik, nekrotik), lebih luas (aberans/ multidermatom/diseminata), lebih
nyeri, dan komplikasi lebih sering terjadi.

Herpes zoster pada ibu hamil : ringan, kemungkinan terjadi komplikasi sangat jarang. Risiko
infeksi pada janin dan neonatus dari ibu hamil dengan HZ juga sangat kecil. Karena alasan
tersebut, HZ pada kehamilan tidak diterapi dengan antiviral.
Herpes zoster pada neonatus : jarang ditemukan. Penyakit biasanya ringan, sembuh tanpa gejala
sisa. HZ pada neonatus tidak membutuhkan terapi antiviral.
Herpes zoster pada anak : ringan, banyak menyerang di daerah servikal bawah. Juga tidak
membutuhkan pengobatan dengan antiviral.

PENGKAJIAN

A. Pengumpulan data
1. Identitas
2. Keluhan utama :

Pasien mengeluh demam, pusing, malaise, nyeri otot, gatal-gatal,


pegal dan timbul aritema dan kemudian menjadi vesikel.

3. Riwayat penyakit sekarang : Adanya keluhan utama demam, pusing, malaise, nyeri otot,
gatal-gatal, nyeri kepala ul eritema pada waktu singkat 1-2 hari timbul
vesikel yang berkelompok.
4. Riwayat penyakit terdahulu: Untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya atau pernah mengalami penyakit kulit lainnya.
5. Riwayat penyakit keluarga:
kulit yang menular.

Untuk mengetahui anggota keluarga yang mempunyai penyakit

B. Pemeriksaan Fisik
- Kepala & Rambut :
kepala

Rambut klien berwarna hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, kulit

bersih.
- Mata :

simetris kiri dan kanan, reflek cahaya baik, konjungtiva tidak anemis,falpebra
tidak oedema, skelera tidak ikterik.

- Hidung :

Simetris kiri kanan tidak ada peradangan.

- Mulut dan Gigi :

Mulut bersih tidak ada peradangan, gigi tidak ada caries

- Telinga :

Simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, tidak ada peradangan.

- Leher :

Kelenjer tiroid dan getah bening tidak ada pembesaran

- Dada atau Thoraks :

Inspeksi : Simetris kiri : kanan

Palpasi

: Premitus kiri : kanan

Perkusi

: Sonor

Auskultasi : Pekak
- Sistem Cardiovaskuler : Inspeksi : biasanya ictus kiri : kanan
Palpasi : premitus kiri : kanan
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama teratur
- Kulit :

Nyeri, gatal, lesi kulit, kemerahan, fatique

- Riwayat psikososial :
penyakit.

Kondisi psikologis pasien, kecemasan, respon pasien terhadap

DIAGNOSTIC TEST

1. Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes simplex :
2. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
3. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
herpes virus
4. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
5. Pemeriksaan histopatologik
6. Pemerikasaan mikroskop electron
7. Kultur virus
8. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
9. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

PENGOBATAN & TINDAKAN MEDIS

a. Pengobatan topical
- Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah
vesikel pecah
- Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau
kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
- Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin )
untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
b. Pengobatan sistemik
- Acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak
menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri.
Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari
pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
postherpetic neuralgia.
- Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat diberikan lewat
infus intravena atau salep mata.
- Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun
penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan
respon immune.

- Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri


- Antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
- Penderita dengan keluhan mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati
dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
- Neuralgia Pasca Herpes zoster. Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir
pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75
mg/hari)
- Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan
- Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri s.d infeksi virus
Gangguan integritas kulit s.d vesikel yang mudah pecah
Cemas s.d adanya lesi pada wajah
Potensial terjadi penyebaran penyakit infeksi virus
No
1.

2.

3.

Diagnosa
Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Gangguan rasa nyaman Tujuan :
Kaji kualitas & kuantitas nyeri
nyeri s.d infeksi virus. Rasa nyaman terpenuhi
Kaji respon klien terhadap
setelah tindakan
nyeri
keperawatan
Jelaskan tentang proses
Kriteria hsil :
penyakitnya
Rasa nyeri
Ajarkan teknik distraksi dan
berkurang/hilang
relaksasi
Klien bias istirahat dengan Hindari rangsangan nyeri
cukup
Libatkan keluarga untuk
Ekspresi wajah tenang
menciptakan lingkungan yang
teraupeutik
Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai program
Gangguan integritas
Tujuan :
Kaji tingkat kerusakan kulit
kulit s.d vesikel yang
Integritas kulit tubuh
Jauhkan lesi dari manipulasi
mudah pecah.
kembali dalam waktu 7-10 dan kontaminasi
hari
Kelola tx topical sesuai
Kriteria hasil :
program
Tidak ada lesi baru
Berikan diet TKTP
Lesi lama mengalami
involusi
Cemas s.d adanya lesi Tujuan :
Kaji tingkat kecemasan klien
pada wajah.
Setelah dilakukan
Jalaskan tentang penyakitnya
tindakan keperawatan
dan prosedur perawatan

4.

Potensial terjadi
penyebaran penyakit
s.d infeksi virus.

cemas akan
Tingkatkan hubungan
hilang/berkurang
teraupeutik
Kriteria hasil :
Libatkan keluarga untuk
Pasien merasa yakin
member dukungan
penyakitnya akan sembuh
sempurna
Lesi tidak ada infeksi
sekunder
Tujuan :
Isolasikan klien
Setelah perawatan tidak Gunakan teknik aseptic dalam
terjadi penyebaran
perawatannya
penyakit
Batasi pengunjung dan
minimalkan kontak langsung
Jelaskan pada klien/keluarga
proses penularannya

Anda mungkin juga menyukai