B. PATOFISIOLOGI
Karena terkanan atrium kiri agak melebihi tekanan atrium kanan, maka darah mengalir
dari atrium kiri ke kanan sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang kaya oksigen ke
dalam sisi kanan jantung kendati perbedaaan tekanan rendah, kecepatan aliran yang tinggi
tetap dapat terjadi karena rendahnya tekanan vaskular paru dan semkain besarnya daya
1
kembang atrium kanan yang selanjutnya akan mengurangi resistensi aliran meskipun
terjadi pembesaran atrium dan ventrikel kanan gagal jantung jarang terjadi pada asd yang
tidak mengalami komplikasi biasanya perubahan pada pembuluh darah paru hanya terjadi
sesudah beberapa puluh tahun kemudian jika defeknya tidak diperbaiki.
C. MANIFESTASI KLINIK
Pasien asd mungkin tidak menunjukkan gejala asimtomatik. Pada pasien ini dapat
terjadi gagal jantung kongestif. Terdengar bising jantung yang khas. Pasien asd beresiko
untuk mengalami disritmia atrium (yang mungki disebabkan oleh pembesaran atrium dan
mngkin serabut penghantar implus jantung) serta kemdian mengalami penyakit obstruksi
vaskular pulmonalis dan pembentukan emboli karena peningkatan alran darah paru yan
kronis.
D. DIAGNOSIS
Roentgenogram dada anak dengan defek sekat AV komplit sering menunjukan
perbesaran jantung yang menyolok yang disebabkan oleh penonjolan ventrikel
maupun atrium kanan. Elektrokardiogram anak dengan defek sekat AV kompilt adalah
khas. Ekokardiogram adalah khas dan menunjukan tanda- tanda perbesaran ventrikel
kanan dengan ganguan eko katup mitral pada saluran keluar ventrikel kiri. Kataterisasi
jantung dan angiokardiografi mungkin diperlukan untuk memperkuat diagnosis.
Pemerikasaan ini memperagakan gerakan shunt dari kiri ke kanan, keparahan
hipertensi pulmonal, tingkat kenaikan tahanan vaskuler pulmonal, dan keparahan
insufiensi katup AV komunis. Ventrikulografi kiri selektif sangat membantu dalam
mendiagnosis defek sekat AV perubahan bentuk (deformitas)katup mitral atau katup
atrioventrikuler yang umam dan memutar balikan saluran alirn keluar ventrikel kiri
yang menyebabkan deformitas yang menampakan tanda “leher angsa” saluran aliran
keluar ventrikel kiri.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan koreksi bedah dapat dilakukan setiap saat setelah diagnosis ditegakkan,
tetapi basanya dilaksanakan pada usia sekolah dini. Bila dilakukan katerisasi pada
defek kecil dengan rasio aliran (flow ratio)< 1.2 dan rasio tahanan (resestance ratio)
kurang dari o.7 operasi dapat ditangguhkan. Tetapi karena katerisasi jantung tidak
dilakukan pada sebagian besar kasus defek septum atrium, maka kriteria tersebut
jarang dipakai lagi. Hasil operasi pada defek septum atrium tanpa kompliksi adalah
sangat baik (mortalitaskurang dari 0.5 %), dan pasien dapat diharapkan hidup normal.
C. PATOFISIOLOGI
Karena tekanan yang lebih tinggi dalam ventrike kiri dan karena sikulasi sitemik darah
arteri meberikan tahanan yang lebih tinggi daripada sirkulasi pulmonal, maka darah
mengalir melewati lubang defek kedalam arteri pulmonalis. Peningkatan volume darah
akan dipompa ke dalam paru dan keadaan ini akhirnya dapat mengakibatkan
peningkatan tahanan vaskuler pulmonalis. Peningkatan tekanan dalam ventrikel kanan
akabibat pemintasan aliran darah dari kiri ke kanan dan peningkatan tahanan
pulmonalis akan menyebabkan hipertrofi otot jantung. Jika ventrikel kanan tidak
sanggup lagi menanpng penambahan beban kerja maka antrium kanan dapt juga
membesar karena berupaya mengatasi tahanan yang terjadi akibat pengosongan
ventrikel kanan yang tidak lengkap. Pada defek ybag berat dapat terjadi sindrom
Eisenmenger.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gagal jantung kongestif lazim dijumpai pada VSD. Terdengar bising jantung yang
khas. Pasien vsd beresiko endokarditis bakterialis dan peyakit obstruksi vaskular
pulmonalis. Pada vsd yang berat dapat terjadi sindrom Eisenmenger.
E. DIAGNOSIS
Elektrokardiogram dua dimensi akan menunjukkan posisi dan besar VSD. Pada defek
yang amat kecil terutama sekat muskuler, defek sendiri mungkir sukar ditayangkan
dan hanya ditampakkan dengan pemeriksaan dopler berwarna. Ekokardiogram juga
berguna dalam memperkirakan ukuran shunt dengan memeriksa tingkat beban volume
berlebih atrium kiri dan ventrikel kiri. Kataterisasi jantung juga dapat dilakukan
namun tidak dilakukan pada defek kecil.
F. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Sejumlah defek kecil yang berarti (30-50%) akan menutup secara spontan, paling
sering selama umur tahun pertama. Defek ini akan sering menderita aneurisma sekat
ventrikel yang membatasi besarnya shunt. Salah satu resiko jangka lama penderita ini
adalah resiko endokarditis infektif. Endokarditis terjadi kurang daripada 2% anak pada
VSD. Untuk defek sedang atau besar kurang sering menutup secara spontan, bahkan
defek cukup besar untuk mengakibatkan gagal jantung. Yang lebih sering adalah bayi
dengan defek besar menderita kejadian infeksi pernafasan berulang dan gagal jantung
3
kongesif walaupun manajemen medik optimal. Penderita ini beresiko terjadi penyakit
vaskuler pulmonal dengan bertambahnya waktu jika defek tidak diperbaiki.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada penderita dengan defek kecil, orang tua harus diyakinkan lagi mengenai sifat lesi
yang relatif jinak, dan anak harus didorong untuk hidup secara normal tanpa
pembatasan aktifitas fisik. Perbaikan secara bedah tidak dianjurkan sebagai
perlindungan terhadap endokarditis. Penderita ini dapat dipantau dengan kombinasi
pemeriksaan klinis dan kadang-kadang uji laboratorium non infasif sampai defek telah
menutup secara spontan. Pada bayi dengan vsd besar, manajemen medik mempunyai 2
tujuan: mengendalikan gagal jantung kongesif dan mencegah terjadinya penyakit
vaskular pulmonal. Cara cara pengobatan ditunjukkan pada pengendalian gejala gagal
jantung dan mempertahankan pertumbuhan normal. Penutupan dengan pembedahan
dapat dilakukan resiko kecil pada kebanyakan bayi, manajemen medik harus tidak
diteruskan pada bayi bergejala sesudah percobaan yang tidak berhasil. Penyakit
vaskuler pulmonal dicegah bila pembelahan dilakukan pad aumur tahun pertama
dengan demikian defek besar yang disertai dengan hipertensi pulmonal harus ditutup
secara efektif pada umur antara 6 dan 12 bulan. Sesudah penutupan (obliterasi shunt)
dari kiri ke kanan jantung yang hiperdinamik menjadi tenang, ukuran jantung
berkurang kearah normal.
4
memperlancar aliran darah ke otak. Kadang-kadang tampak pasif dan lemah,
sehingga kurang mampu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu
dibantu
2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap
jantung.
a. Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
b. Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang Abnormal.
c. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui katup
pulmonalis
d. Tanda-tanda gagal jantung
e. Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan aliran
darah yang mengalir melalui katup trikuspidalis
3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
4. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
a. Inspeksi
1) Status nutrisi–Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk
berhubungan dengan penyakit jantung.
2) Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung
kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering
menyertai penyakit jantung.
3) Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi
dada.
4) Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
5) Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea,
dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
6) Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung
kongenital.
7) Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas
dari beberapa jenis penyakit jantung.
5
1. penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama dan konduksi jantung
2. Intoleransi aktifitas b.d hipoksia
3. kerusakan pertukaran gas b.d edema paru
C. Intervensi Keperawatan
1. penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama dan konduksi jantung
Tujuan : Klien memperlihatkan peningkatan curah jantung
KH: Denyut jantung kuat, teratur dan dalam batas normal
Intervensi :
- Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung
R/ Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkopensasi penurunan kontraktilitas
jantung
- Catat bunyi jantung
R/ S1 dan S2 lemah, karena menurunya kerja pompa S3 sebagai aliran ke dalam
serambi yaitu distensi. S4 menunjukan inkopentensi atau stenosis katup
- Palpasi nadi perifer. Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisiaan jantung
R/ Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan
pengisiian jantung
- Pantau tekanan darah
R/ Dengan menurunya CO mempengaruhi suplay darah ke ginjal yang juga
mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses
pengeluaran urine
- Pantau keluaran urine, catat penurunana keluaran dan kepekaan atau konsentrasi
urine
R/ Membantu dalam proses kimia dalam tubuh
- Kolaborasi dengan dokter untuk terapi oksigen, obat jantung obat diuretic dan cairan
R/ mempertahankan dan meningkatkan fungsi kerja jantung
2. Intoleransi aktifitas b.d hipoksia
Tujuan :klien menunjukan perbaikan curah jantung yang terlihat dari aktivitas klien
KH : mampu melakukan aktifitas dasar secara bertahap
Intervensi :
- Taksiran tingkat, kelelahan, kemampuan untuk melakukan ADL
R/ Untuk memberikan informasi tentang energi cadangan dan respon untuk
beraktifitas
- Berikan periode dan istrahat yang cukup
R/ Untuk meningkatkan istirahat dan menghemat energy
- Hindari suhu lingkungan yang ekstrim
R/ Karena hipertemia/hipoterma dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
A. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktifitas terbatas)
2) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai, hepatomegali.
3) Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger
4) Kaji pola makan, pertambahan berat badan.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
3) Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen
oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan
zat nutrisi ke jaringan
5) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
6) Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
7) Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap penyakit anak.
7
C. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
9
Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia.2006.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:FKUI
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : EGC,
2002.
Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982
http://www.layurveda.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=21%3Aadmin&catid=7%3Aadmin&Itemid=20&lang
=en
Huon, Gray, dkk. 2003. Lecture Notes Kardiologi edisi keempat. Jakarta : Erlangga.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular . Banjarmasin : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
L. Wong, Donna. Dkk. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC
Kliegman, Arvin Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC
Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Gaya Baru
10