Disusun Oleh :
KELOMPOK XI
Disusun oleh sel basal aktif yang terus menerus membelah diri, seperti terlihat
pada gambar, sel di bagian ini mempunyai inti (berwarna gelap) yang sangat
penting dalam proses pembelahan sel, sehingga bagian inilah yang terus
menerus membuat sel-sel kulit baru untuk mengantikan bagian sel-sel yang tua
dan rusak, oleh karena itu disebut juga sel induk. lapisan ini setiap harinya
selalu melakukan pembelahan (mitosis). Proses mitosis ini sendiri dapat dipicu
dengan bahan Natrium Lauril sulfat sehingga terjadi peremajaan sel secara
terus menerus, namun kortikoid dan flusinolon asetonida dapat menganggu
proses regenerasi sel dengan menghambat proses mitosis. Bagian ini juga cikal
bakal terbentuknya keratinocit baru. Terdapat melanocyt yaitu sel yang
memproduksi melanin untuk memberi warna pada kulit, dan yang paling
penting fungsi melanocyt untuk melindungi DNA di inti sel kulit agar tidak
bermutasi karena radiasi sinar matahari. Mutasi DNA di inti sel kulit karena
sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan sel sehingga terlihat lebih cepat
menua dan dapat menyebabkan kanker. Semua jenis kulit putih mempunyai
resiko lebih besar menderita kanker kulit.Inilah contoh kanker kulit pada
wajah :
Paparan sinar matahari yang sering pada kulit wajah menyebabkan produksi
melanin makin meningkat dan sel-sel melanocyt yang memproduksi melanin
menggandakan diri lebih cepat yang sebenarnya bertujuan melindungi sel kulit
dari kerusakan tapi menjadikan warna kulit lebih gelap dan terbentuk flek.
b. Lapisan Stratum Spinosum/prickle-cell layer
lapisan di atas sel basal tersusun dari sel keratinocyt bertugas mengisi sel-sel
dengan protein keratin yang bersifat bahan keras sehingga dapat melindungi
lapisan sel basal yang aktif membelah agar terhindar dari subtansi yang dapat
merusak dan dari infeksi mikroorganisme serta mengurangi kehilangan
kelembaban sel kulit. Keratinocyt yang ada dilapisan ini juga memproduksi
lemak perekat dilapisan tanduk. Sel-sel dibagian ini ada sebagian yang masih
hidup dan aktif membelah diri terutama sel yang paling dekat dengan lapisan
sel basal. Sel-sel yang sudah penuh terisi keratin secara berangsur-angsur akan
mati dan naik kepermukaan.
c. Stratum Granulosum
Sel dilapisan ini sudah merupakan sel mati dan tidak dapat membelah diri
tersusun dari sel-sel keratin atau sel yang sudah berisi bahan protein dan
mengeras, dan banyak terdapat filaggrin merupakan bahan penghubung sel
keratin dengan bagian luar sel untuk tetap memberikan nutrisi bagi sel keratin
melalui cairan antar sel karena bagian sel ini semakin jauh dari aliran darah.
Pada orang kekurangan filaggrin dapat menyebabkan kulit kering bersisik dan
mengelupas secara terus menerus. Karena letak lapisan ini makin jauh dari
aliran darah maka sedkit saja pembuluh darah yang ada di lapisan dermis
mengalami gangguan aliran darah, maka akan sangat mempengaruhi lapisan
ini, sehingga sel kulit di lapisan ini akan menjadi semakin pipih dan mati
sebelum waktunya, itulah yang menyebabkan kondisi kulit kita terlihat kusam
dan tidak sehat, bila aliran darah kepermukaan kulit tidak lancar, padahal
sering sekali pada kenyataannya pembuluh kapiler darah di lapisan dermis
yang memberi nutisi pada kulit mudah sekali mengalami hambatan dan
gangguan salah satunya disebabkan oleh diding pembuluh kapiler dan struktur
jaringan kolagen di lapisan dermis tidak adekuat, hal itu juga yang
menyebabkan mengapa walaupun sudah mencuci muka dengan bersih tapi
wajah tidak terlihat bersinar.
d. Stratum Lucidum
lapisan tebal sel berbentuk gepeng yang tidak berwarna dan bening, banyak
terdapat zat eleidin (lapisan mengeras) yang ditemukan hanya pada lapisan
telapak kaki dan tangan sehingga terlihat pada bagian tersebut lebih tebal,
tentusaja ketebalan ini berfungsi sebagai pelindung. Contohnya adalah pada
telapak kaki.
Zona Germinalis : terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua
lapis sel epitel yang berbentuk tegas yaitu :
a. Sel Berduri : sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang
lainnya.
b. Sel Basal : sel terus memproduksi sel epidermis baru
Dermis adalah lapisan kulit yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan
ikat yang elastik. Lapisan kulit yang lebih tebal berisi ikatan kolagen dan serat
elastis menyokong epidermis. Ujung akhir saraf sensoris yaitu puting peraba,
terletak didalam dermis. Pelengkap kulit : rambut, kuku dan kelenjar sebaseus.
Kulit mempunyai fungsi (Wikipedia, 2010) yaitu :
1. Perlindungan lapisan epidermis atau lapisan terkematu merupakan lapisan
perlindungan daripada kemasukan bakteria, ini merupakan perlindungan tahap
pertama. Lapisan berkematu yang senantiasa gugur, menyebabkan bakteria
sukar membiak dan bertapak tetap pada kulit.
2. Mencegah dehidrasi lapisan berkematu mencegah kehilangan air
kepersekitaran. Lapisan ini amat berkesan untuk mencegah kehilangan air.
Rangsangan luar lapisan kulit atau lapisan dermis yang mempunyai banyak
receptor, membolehkan kulit peka terhadap perubahan persekitaran. Reseptor-
reseptor ini boleh mengesan berbagai rangsang seperti tekanan, suhu, sentuhan
dan sebagainya.
1. Menyimpan lemak lapisan paling bawah kulit merupakan lapisan lemak
subkulit.
2. Sintesis vitamin D
3. Menghasilkan bau dan penyamaran
Pigmen dalam kulit mampu meniru atau mengikut perubahan warna
4. Pengaturan suhu ini adalah proses homeostatis
I.3 Etiologi
a. Mekanik
Benda tajam merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang
memiliki sisitajam atau runcing. Misalnya
Luka Insisi (Incised Wounds), terjadi karena teriris oleh instrument
yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih
(aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah
yang luka diikat (Ligasi).
Luka Tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang
kecil.
Luka Gores (Lacerated Wound), terjaddi akibat benda yang tajam
seperti oleh kaca atau kawat.
Luka Tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
Luka Gigitan Hewan, disebabkan karena adanya gigitan dari hewan liar
atau hewan piaraan. Hewan liar yang biasanya mengigit adalah hewan
yang ganas dan pemakan daging, yaitu dalam usaha untuk membela
diri. Luka gigitan dapat hanya berupa luka tusuk kecil atau luka
compang cmping luas yang berat.
Benda Tumpul
a. Luka Memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh
suatu tekanan yang dikarakteristikan oleh cedera jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak
b. Luka Lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
Ledakan atau tembakan : misalnya luka karena tembakan senjata api
a. Luka Bakar (Combustio)
b. Non Mekanik
Bahan kimia; Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
Radiasi
Trauma fisika;
Luka akibat suhu tinggi; Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
heat exhaustionprimer, heat exhaustion sekunder, heat stroke, sun
stroke, danheat cramps.
Luka akibat suhu rendahDerajat Luka yang terjadi pada kulit karena
suhu dingindiantaranya hyperemia, edema dan vesikel,
Luka akibat trauma listrik
Luka akibat petir
Luka akibat perubahan tekanan udara (Mansjoer, 2001)
Tujuan Tindakan
Rehidrasi Hydrogel + film
atau hanya hydrocolloid
Debridement (deslough) Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Atau hydrofibre + film/foam
Manage eksudat sedang Extra absorbent foam
sampai berat Atau extra absorbent alginate + foam
Atau hydrofibre + foam
Atau cavity filler plus foam
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan (assessment sampai dengan nursing care plan)
II.1Pengkajian
Dalam memberi asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami luka,
perawat harus siap dihadapkan dengan kondisi luka dengan berbagai keadaan dan
variasinya. Luka dapat terjadi sejak pasien belum masuk kerumah sakit atau justru
pasien sudah berada dirumah sakit. Apapun kondisi, penyebab dan variasi luka
yang ada, perawat harus melakukan pendekatan dalam melakukan pengkajian
sampai evaluasi penyembuhan luka sistematik. Perawat harus juga mampu
menunjukkan kepekaan terhadap respon nyeri dan tingkat toleransi pasien selama
pengkajian. Standart Precautions harus itaati selama melakukan pengkajian luka.
Berikut ini adalah kriteria dasar pengkajian luka menurut De Laune dan Ladner
(2002).
1. Data Subjektif
A. Identitas Pasien
- Nama :
- Umur :
- Suku Bangsa :
- Agama :
- BB dan TB :
- Pendidikan :
- Alamat :
- Nomor Register :
B. Identitas Penanggung Jawab
- Nama :
- Umur :
- Suku Bangsa :
- Agama :
- Alamat :
- Hubungan dengan Pasien :
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan perlu dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka,
misalnya penyakit kardiovaskuler, gagal ginjal, gastrointestinal, trauma
infeksi, dan sebagainya. Selain itu pengkajian mengenai kronologi terjadinya
luka misalnya sejak kapan, bagaimana kejadiannya, ukuran awal kejadiannya
dan berbagai gejala yang dirasakan. Pengkajian riwayat luka juga mencakup
faktor-faktor yang memperberat atau mempercepat proses luka serta
mendokumentasikannya secara lengkap.
a. Kronis :
1. Lama luka
2. Bagaimana pengobatannya-penyakit yang menyertai
b. Akut :
1. Lama luka
2. Adanya benda asing yang masuk
3. Data Objektif
a. Pemerikasaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak hanya dilakukan terhadap lukanya saja tetapi
juga terhadap kondisi fisik secara umum. (Stotts dan Cavanaugh,
1991), berarti kaji juga tanda-tanda vital pasien karena menurut (Aziz
Alimul, 2008) adanya perdarahan disertai perubahan tanda vital seperti
kenaikan denyut nadi, kenaikan pernafasan, penurunan tekanan darah.
Mengidentifikasikan keadaan fisik luka dalam tiga kategori utama,
yaitu :
1. Vasculer ulcers, yaitu dengan mengevaluasi kulit, kuku, rambut,
warna, capillary refill, temperatur, nadi, edema extremitas dan
hemosiderin.
2. Arterial ulcers, ditandai dengan adanya kelemahan atau hilangnya
denyut nadi, kulit, dan hilangnya rambut pada extremitas.
3. Neuropatic ulcers dengan menggunakan Wagner scale seperti pada
pengkajian luka tekan (pressure ulcer).
Mengenai pengkajian luka meliputi cara mengkaji,
mendokumentasikan lokasi dan gambaran luka serta area sekitar luka.
a. Lokasi
Pengkajian diawali dengan mengamati lokasi misalnya terdapat
sepuluh jahitan diarea kuadran kanan bawah.
b. Ukuran
Mengacu pada panjang sejajar dari kepala ke kaki dan lebar sejajar
dengan potongan hoizontal badan
c. Gambaran Umum Luka
Pengkajian dan dokumentasi luka meliputi warna, bau, cairan yang
keluar dari luka serta gambaran area luka sekitarnya.
1. Inspeksi
- Penampilan luka, kaji tanda penyembuhan
- Adanya perdarahan
- Pinggiran lukayang terikat/ melekat bersama
- Adanya tanda dan gejala inflamasi (rubor, dolor, tumor,
kolor, fuctiolaesa)
- Kedalaman luka
- Luas luka
- Lokasi luka
- Produksi cairan
- Bau dan warna cairan
2. Palpasi
- Kedalaman luka
- Nyeri
- Pembengkakan
d. Nyeri
Pengkajian dan dokumentasi nyeri daerah luka meliputi intensitas
nyeri dan perubahan intensitas nyeri dikaitkan dengan perubahan
yang ada pada luka. Luka insisi post operasi biasanya masih
dirasakan sampai hari ketiga.
e. Data Laboratorium
Pemeriksaan kultur drainase luka dikerjakan untuk menentukan
apakah luka mengalami infeksi atau tidak serta untuk mengetahui
organisme penyebab infeksinya. Infeksi dapat diketahui dari adanya
peningkatan jumlah leukosit. Penurunan leukosit mengindikasikan
resiko terhadap infeksi. Pemeriksaan albumin dilakukan untuk
menentukan pengembangan penyembuhan luka.
Pemeriksaan laboratorium :
- Hb
- Produksi cairan luka
- Leukosit
- Koagulasi
- Protein dan glukosa
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Dapatkan specimen darah cairan luka Identifikasi terhadap portal entri
dan mikroorganisme, penting
dalam pengobatan
Berikan obat antiinfeksi sesuai Dapat membasmi bakteri/
petunjuk memberi imun sementara untuk
mengulang infeksi
Bantu dengan siapkan insisi dan Memberikan kemudahan untuk
drainase luka, irigasi, penggunaan memindahkan material
sabun hangat/ lembab sesuai indikasi purulent/ jaringan nekrotik
Intervensi diagnosa 3
Mandiri
Intervensi Rasional
Periksa tegangan balutan, beri perekat Dapat menganggu/
pada pusat insisi menuju ke tepi luar membendung sirkulasi pada
dari balutan luka, hindari dari menutup luka bagian distal dari
seluruh extremitas exstremitas
Periksa luka secara teratur, catat Pengenalan akan adanya
karakteristik cairan dan integritas kegagalan proses
penyembuhan luka dari
komplikasi untuk mencegah
kondisi yang lebih buruk
Kaji jumlah dan karakteristik cairan Menurunnya cairan berarti
luka terjadi evolusi penyembuhan,
meningkatnya cairan dan
adanya eksudat menunjukakan
komplikasi
Berikan kantong penampung cairan Menurunkan resiko infeksi
pada drain/ insisi yang mengalami dan kecelakaan secara kimiawi
pengeluaran cairan pada jaringan dan kulit
Tingkatkan daerah yang dioperasi Meningkatkan pengembalian
sesuai kebutuhan aliran vena dan menurunkan
pembentukan vena. Catatan :
meninggikan daerah yang
insufisiensi pada vena
menyebabkan kerusakan
Tekanan area atau daerah insisi Meminimalkan resiko ruptur/
abdominal batuk/ bersin dengan bantal dehinsens
Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh Mencegah kontaminasi luka
daerah luka
Biarkan terjadi kontak udara dan luka
Membantu mengeringkan
dengan kain kassa tipis/ batalan telfa
luka, pemberian cahaya
mungkin perlu untuk
mencegah iritasi jika luka
bergesekan dengan linen
Bersihkan luka dengan hyrogen Menurunkan kontaminasi dan
peroksida/ air mengalir dan sabun membersihkan kulit
lunak setelah insisi tertutup
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Gunakan korset pada daerah luka jika Memberi pengencangan
perlu tambahan pada insisi beresiko
tinggi (pada pasien obesitas)
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Beri tempat tidur air, bantalan kursi, Proteksi dan meningkatkan
matras yang dapat diubah tekanannya sirkulasi dengan mengurangi
tekanan
Pantau Hb/ Ht dan gula darah Anemia, gula darah tinggi
adalah faktor yang
mempengaruhi kerusakan hati
Beri tambahan zat besi dan vitamin C Membantu penyembuhan/
regenerasi selular
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul, 2008, Pengantar KDM, Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta :
EGC
Ruth A Bryant, Denise P, Nix. 2007. Acute and Cronic Wounds.3nd edition.
Mosby.