dengan Bahan Aktif Vitamin E pada Hidrasi Kulit pada Individu Usia Lanjut
di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia, Jakarta
Oentarini Tjandra, Linda J Wijayadi, Marcella E Rumawas
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang terluar dan terluas, serta merupakan
sawar efektif antara dunia luar dan dunia dalam suatu organisme, dengan fungsi untuk
pertahanan dan regulasi.1
Sawar epidermis melindungi tubuh manusia terhadap berbagai stressor eksternal, stres
kimia dan keadaaan lingkungan.2 Juga merupakan sawar permeabilitas yang mencegah
kekeringan keluarnya air dari lapisan korneum ke atmosfer yang dikenal sebagai
transepidermal water loss (TEWL).
Setiap tahun, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin bertambah. 3
Diperkirakan pada tahun 2025 dan 2050, peningkatan jumlah penduduk lansia akan mencapai
masing-masing 34.592.000 jiwa dan 67.353.000.4 Hal ini akan berdampak pada masalah
kesehatan termasuk masalah yang berkaitan dengan kesehatan kulit, karena pada orang tua
lapisan korneum lebih tipis, kandungan air pada kulit menurun dengan folikel rambut yang
berkurang.2
Pelembab merupakan salah satu produk perawatan kulit yang paling banyak dipakai di
masyarakat untuk mengatasi kulit kering.5 Penggunaan pelembab topikal bersifat oklusif
sehingga menurunkan kehilangan air dari kulit. Teh hijau dan vitamin E mempunyai sifat
antioksidan yang dapat menghambat proses penuaan.6
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pelembab yang mengandung teh hijau
menghasilkan efek yang lebih baik dalam mengatasi kekeringan kulit pada lansia
dibandingkan dengan pelembab yang mengandung vitamin E. Untuk mengetahui hidrasi
kulit, sebelum dan sesudah menggunakan pelembab selama 3 bulan, dilakukan pengukuran
dengan menggunakan korneometri.2
1.2.
Rumusan Masalah
Potensi manfaat teh hijau sebagai bahan aktif pelembab kulit belum banyak diteliti
Tujuan Penelitian
Menilai pengaruh bahan aktif teh hijau dibandingkan dengan bahan aktif vitamin E
terhadap kadar hidrasi kulit pada lanjut usia
1.4.
Manfaat penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan akan menghasilkan suatu kaidah baru dalam
manajemen kesehatan kulit khususnya dengan diketahuinya manfaat bahan aktif teh
hijau dalam pelembab topikal
hal proliferatif untuk berdiferensiasi terminal sebagai sawar pembentuk lapisan korneum dan
elaborasi sitokin dan sel lain dalam respons terhadapa rangsang lingkungan.
Dermis
Pada penuaan, lapisan dermis menjadi relatif aseluler dan avaskuler. Jumlah kolagen dan
elastin menurun, sehingga kekuatan regang dan elastisitas kulit menurun.
Subkutan
Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.Lapisan
sel lemak yang disebut panikulus adipose berfungsi sebagai cadangan makanan.7
Berbagai faktor pada kulit menua yang mempengaruhi struktur wajah dan turut
menyebabkan pembentukan keriput muka meliputi perubahan otot ekspresi, hilangnya lemak
subkutan, gaya gravitasi persisten dan hilangnya tulang dan cartilago muka.8
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan Kulit
Pada dasarnya penuaan kulit ada 2 golongan, yaitu penuaan internal (chronological
aging atau biological aging) dan penuaan eksternal, yang diakibatkan oleh pengaruh
lingkungan (environmental aging), khususnya matahari (photoaging).9
2.1.4. Pelembab pada Kulit Lanjut Usia
Pelembab adalah bahan yang dioleskan di kulit terdiri atas bahan yang bersifat oklusif,
humektan, emolien dan protein rejuvenator dengan tujuan untuk menambah dan/ atau
mempertahankan kandungan air dalam lapisan korneum.5
Air merupakan komponen penting untuk kehidupan sel dalam berinteraksi dengan
lingkungan, di mana epidermis terutama lapisan korneum sebagai sawar utama memerlukan
air untuk manjaga kelenturannya.10
Pada usia lanjut, terganggunya sawar kulit karena terjadi perubahan struktur dan
biokimiawi epidermis sehingga terjadi penurunan transepidermal water loss (TEWL) dan
penurunan hidrasi kulit dibandingkan kulit orang dewasa.5
Tujuan pemakaian pelembab adalah untuk membentuk sawar buatan sambil menunggu
perbaikan sawar secara endogen, sehingga efek iritasi pada ujung saraf dan TEWL dapat
dikurangi.5
Untuk penggunaan topikal, perlu dipertimbangkan daerah tubuh, konsentrasi obat,
jenis vehikel (misalnya salep, krim, losion), metode aplikasi, lama pemakaian, termasuk
efikasi maksimum dan efek samping minimum.
2.1.5. Efek Teh Hijau dan Vitamin E terhadap Kulit
Pada saat ini dikenal tiga macam teh, yaitu: teh hitam, teh hijau dan teh
oolong.6 Selain untuk minuman, teh juga dipakai sebagai bahan kosmetik serta perawatan
tubuh seperti shampo, sabun, pasta gigi, tonik rambut, pelembab, parfus, masker, lulur, dan
berbagai produk kecantikan lainnya.11,12
Dalam teh hijau terdapat polifenol, yaitu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan
alam yang poten.6
Daun teh kering mengandung senyawa polifenol 30-35 %, komposisi predominan
polifenol teh adalah katekin (Flavan-3-ols) yang terdiri dari empat komponen terbanyak yaitu:
epicatecin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG) dan epicatechin-3gallate (EGCG).3 EGCG mempunyai potensi sebagai antioksidan alam yang dapat
memberikan perlindungan pada kulit manusia terhadap terjadinya fotokarsinogenesis. 11,13,14
Selain itu, polifenol pada teh hijau juga mampu menghambat aktifitas kolagenase dan
meningkatkan kecepatan biosintesis kolagen pada fibroblast. 6,8,15,16
Vitamin E sangat penting dalam melindungi kulit dari sinar ultra violet, polusi, obatobatan, dan elemen lain yang menghasilkan sel radikal bebas yang membahayakan.17 Vitamin
E yang ditambahkan ke lotion, krim, dan produk perawatan kulit lainnya.11,17,18
Walaupun dari hasil penelitian terhadap bahan dasar teh hijau dan vitamin E
didapatkan bahwa teh hijau merupakan antioksidan yang lebih kuat dibanding vitamin E.
2.2. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
2.2.1. Kerangka Teori
Kulit Lansia
Hidrasi Kulit
Pruritus
Berbagai Penyakit
Faktor Internal
Penyakit Sistemik
Penyakit Kulit
Genetik
Umur
Tebalnya Lipid pada Stratum
Korneum
Faktor Eksternal
Mandi Air Hangat
Sabun
Pelembab
Asupan Makanan
Suplementasi
Iklim
Sinar Radiasi UV
Faktor Eksternal
Peningkatan hidrasi kulit
usia. Responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok responden yang mendapatkan
pelembab dengan bahan aktif teh hijau (kelompok perlakuan) dan kelompok lainnya yaitu
responden yang mendapatkan pelembab dengan bahan aktif vitamin E (kelompok
kontrol/standar).
3.2.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia, Jakarta, dimulai
pada Februari 2015 Januari 2016.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target penelitian ini adalah seluruh penghuni yang tinggal di Panti Sosial
Tresna Werda Budi Mulia, Jakarta.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Dari populasi target, dilakukan skrining dengan menggunakan berbagai kriteria untuk
mendapatkan total sampel minimal sebesar 80 orang lanjut usia (40 orang per kelompok) yang
tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia, Jakarta.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi:
Laki-laki atau perempuan penghuni lanjut usia berusia > 60 tahun, yang tinggal di Panti
Sosial Tresna Werda Budi Mulia, Jakarta, yang memenuhi kriteria sbb:
tidak sedang mendapat terapi lokal atau sistemik, misalnya terapi diabetik, maupun
menderita penyakit berat lainnya, seperti penyakit ginjal
tidak mengalami gangguan kognitif berdasarkan hasil pemeriksaan MMSE (skor 25-30).
Kriteria Eksklusi:
Drop out bila responden yang dalam masa penelitian:
mengundurkan diri
6
timbul keadaan seperti alergi, dan penyakit/kelainan kulit, misalnya: dermatitis, eritema
meninggal
dan keadaan lainnya yang tidak memungkinkan responden untuk meneruskan penelitian,
a.l. gangguan daya ingat secara mendadak ataupun progresif, keluar dari panti, dll
Definisi : pelembab adalah bahan yang dioleskan di kulit terdiri atas bahan yang bersifat
Definisi : hidrasi sendiri berarti penggabungan dengan air, sedangkan hidrasi kulit dapat
menjadi 3 lokasi dengan jarak satu dengan yang lain sekitar 5 cm.
Alat ukur : menggunakan alat corneometri HL 611 skin analyzer
Hasil ukur : Persentase kadar air dalam kulit (%) merupakan hasil dari 3 indikator, yakni
water, oil, dan cell.