Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN BAWANG PUTIH


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KANDAI

Oleh :

WA ODE SHANTY ASRIYANTI


NIM. S.0017.P.040

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA KESEHATAN
KENDARI
2021
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Wa Ode Shanty Asriyanti

NIM : S.0017.P.040

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih

terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai

Menyatakan bahwa hasil penelitian saya ini adalah hasil karya saya

sendiri dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana baik pada

program sarjana S1 Keperawatan STIKes Karya Kesehatan maupun pada

perguruan tinggi lainnya.

Hasil penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan menurut daftar rujukan.

Demikian penelitian ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan

dari pihak manapun.

Kendari, September 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Wa Ode Shanty Asriyanti

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih

terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai

Nama : Wa Ode Shanty Asriyanti

NIM : S.0017.P.040

Program Studi : S1 Keperawatan

Telah disetujui dan memenuhi syarat untuk dipertahankan dalam ujian Hasil

penelitian

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Narmawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep I Wayan Romantika, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0910038705 NIDN. 0920029101

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Narmawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN. 0910038705

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih

terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandai

Nama : Wa Ode Shanty Asriyanti

NIM : S.0017.P.040

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Narmawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep I Wayan Romantika, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0910038705 NIDN. 0920029101

Mengetahui,

Ketua Ketua
STIKes Karya Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan

Dr. Muh. Syaiful Saehu, ST.,M.Si Narmawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN: 0929127301 NIDN: 0910038705

iv
BIODATA PENELITI

1. IDENTITAS

Nama : WD. Shanty Asriyanti


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Kendari, 28 April 1998
Agama : Islam
Suku/bangsua : Muna/Indonesia
Alamat : Kelurahan Gunung Jati

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Negeri 14 Kendari : Tahun 2011


SMP Tsanawiyah Kendari : Tahun 2014
SMA Negeri 3 Kendari : Tahun 2017
Stikes Karya Kesehatan Kendari : 2017-sekarang
Alamat : Kelurahan Gunung Jati

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Hasil penelitian dengan

judul “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih terhadap Penurunan

Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandai” sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan

kuliah Program Sarjana Keperawatan STIKes Karya Kesehatan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua Orang Tua saya. Ucapan terima

kasih juga saya berikan kepada Ibu Narmawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku

pembimbing I dan Bapak I Wayan Romantika, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran hingga

terselesaikanya hasil penelitian ini.

Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan pula kepada yang

terhormat :

1. Ibu Dr. Dr. Tuti Dharmawati, SE.,M.Si.,AK.,QIA.,C.A, selaku Ketua Badan

Pembina Yayasan Karya Kesehatan

2. Bapak Dr. Muh. Syaiful Saehu, ST.,M.Si, selaku Ketua STIKes Karya

Kesehatan

3. Ibu Narmawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

4. Ibu Diah Indriastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua LPPM Stikes Karya

Kesehatan

5. Seluruh dosen dan staff khususnya program studi S1 Keperawatan

6. Rekan-rekan mahasiswa khususnya program studi Sarjana Keperawatan

vi
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan pahala atas

segala amal yang telah diberikan dan semoga Hasil penelitian ini berguna bagi

diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkanya.

Kendari, September 2021

Penulis

vii
ABSTRAK

Wa Ode Shanty Asriyanti, Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih


terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandai, Narmawan dan I Wayan Romantika

Penyakit hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda gejala yang khas sehingga
disebut sebagai silent killer dan menjadi penyakit kematian ke-3 setelah stroke
dan tubercolosis. Namun, hipertensi dapat diatasi dengan dua cara yaitu secara
farmakologis atau dengan obat-obatan anti hipertensi jangka panjang seperti
diuretik, amlodipine, nifedipine, bisoprolol, ACE inhibitor, dan Angiotensin-2
receptor blocker sedangkan nonfarmakologis atau tradisional seperti mengkudu,
daun salam, rumput laut, bawang putih, labu siam dan tumbuhan herbal lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian air rebusan
bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Kandai. Penelitian ini menggunakan metode Quasy
Eksperimental Design. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kandai Agustus tahun 2021 sampai selesai dengan melibatkan 34 orang yang
terdiri dari 17 kontrol dan 17 kelompok eksperimen. Teknik penarikan sampel
adalah teknik purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer
dan sekunder. analisis data menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai median (minimum-maksimum) pada tekanan darah
sistolik kontrol sebelum sebesar 180 mmHg (150-200), sistolik eksperimen
sebesar 180 mmHg (160-200) dan nilai diastolik kontrol sebesar 90 mmHg (80-
100) dan diastolik eksperimen sebesar 90 mmHg (80-100) sedangkan pada post
test, nilai median (min-max) pada tekanan darah sistolik kontrol setelah sebesar
120 mmHg (110-130), sistolik eksperimen sebesar 120 mmHg (110-130) dan
nilai diastolik kontrol dan ekperimen masing-masing 80 mmHg (70-80).
Disamping itu, diperoleh nilai ρ value = 0,001 maka dapat diartikan bahwa
terdapat perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sedangkan nila d’cohen diperoleh f = 0,12 yang artinya ada
efek size besar. Disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian rebusan bawang
putih terhadap penurunan tekanan darah.

Kata kunci : air rebusan bawang putih, hipertensi, lansia

viii
ABSTRAK

Wa Ode Shanty Asriyanti, The Effect of Giving Garlic Boiled Water on Blood
Pressure Reduction in Elderly with Hypertension in the Work Area of Kandai
Health Center, Narmawan dan I Wayan Romantika

Hypertension does not have typical symptoms and complaints, so it is called the
silent killer and is the 3rd death disease after stroke and tuberculosis. However,
hypertension can be treated in two ways, namely pharmacologically or with long-
term antihypertensive drugs such as diuretics, amlodipine, nifedipine, bisoprolol,
ACE inhibitors, and Angiotensin-2 receptor blockers while non-pharmacological
or traditional ones such as noni, bay leaf, seaweed , garlic, chayote and other
herbal plants. The purpose of this study was to determine the effect of giving
garlic boiled water on reducing blood pressure in the elderly with hypertension in
the work area of the Kandai Health Center. This research uses Quasy
Experimental Design method. This research was conducted in the working area
of the Kandai Health Center in August 2021 to completion involving 34 people
consisting of 17 controls and 17 experimental groups. The sampling technique is
purposive sampling technique. The types of data used are primary and
secondary data. data analysis using the Mann Whitney test. The results of this
study indicate that the median (minimum-maximum) value of the control systolic
blood pressure before was 180 mmHg (150-200), the experimental systolic was
180 mmHg (160-200) and the control diastolic value was 90 mmHg (80-100) and
The experimental diastolic blood pressure was 90 mmHg (80-100) while in the
post test, the median (min-max) value for the control systolic blood pressure after
was 120 mmHg (110-130), the experimental systolic was 120 mmHg (110-130)
and the diastolic value was 120 mmHg. control and experiment were 80 mmHg
(70-80) respectively. In addition, the value of value = 0.001 means that there is a
difference in the decrease in blood pressure between the experimental group and
the control group, while the d'Cohen value is obtained by f = 0.12, which means
that there is a large effect size. It was concluded that there was an effect of giving
garlic stew on reducing blood pressure.

Keywords: garlic boiled water, hypertension, elderly

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN…………………………………………………. i


HALAMAN KEASLIAN………………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. vii
DAFTAR BAGAN/SKEMA……………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………...... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori…………………………………………………..……. 6
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………………… 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian…………………………………………………….. 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….. 24
3.3 Populasi dan Sampel……………………………………………….. 24
3.4 Kerangka Konsep……………………………………………………. 26
3.5 Hipotesis………………………………………………………………. 26
3.6 Variabel Penelitian…………………………………………………… 27
3.7 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif………………………… 27
3.8 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 27
3.9 Pengolahan dan Analisis Data……………………………………… 30
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………………... 33
4.2 Pembahasan………………………………………………………….. 37
4.3 Keterbatasan Penelitian……………………………………………… 40

x
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 41
5.2 Saran…………………………………………………………………… 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR BAGAN

Hal

3.1 Kerangka Konsep…………..…………………………………… 25

xii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Quasy Eksperiment…………………… 23

Tabel 3.2 Defenisi Operasional………..…………………………………… 27

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik

Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai…………… 34

Tabel 4.2 Rata-rata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian

Rebusan Bawang Putih pada Kelompok Kontrol dan

Eksperimen Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai………….. 35

Tabel 4.3 Pengaruh Pemberian Rebusan Bawang Putih pada

Penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai…. 36

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Protokol Penelitian

2. Informed Consent

3. Lembar Persetujuan responden

4. Lembar observasional

5. Standar Operasional Prosedur (SOP) Rebusan bawang putih bagi penderita

Diabetes Melitus

6. Master tabel Kelompok Kontrol

7. Master tabel kelompok eksperimen

8. Hasil analisis univariat

9. Hasil analisis uji normalitas

10. Hasil analisis bivariat

11. Dokumentasi

12. Surat izin pengambilan data awal

13. Surat izin penelitian

14. Surat izin penelitian dari Balitbang

15. Surat critical clearens

16. Surat keterangan telah melakukan penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan sebuah proses kehilangan kemampuan

jaringan secara perlahan-lahan dalam memperbaiki diri, mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi(Dharmajo, 2016). Hal ini menyebabkan terjadi kemunduruan sel-sel

sehingga terjadi berbagai mama penyakit degeneratif seperti hipertensi

(Junaedi, 2013).

Jumlah penderita hipertensi didunia telah mencapai angka 1,56

millyar pada orang dewasa dan terus mengalami kenaikan kasus terutama

pada negara berkembang(WHO, 2021). Selain itu, penderita hipertensi di

Indonesia pada penduduk yang berusia 55-64 tahun mencapai 45,9%,

sebanyak 56,7% yang berumur 65-74% dan sebanyak 63,8% yang berumur

>75% (Balitbang, 2018). Kasus penderita hipertensi dari Dinas Prov.

Sulawesi Tenggara masuk dalam sepuluh besar penyakit urutan kedua

setelah ISPA sebanyak 37.036 (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, 2018).

Penyakit hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda gejala yang

khas sehingga disebut sebagai silent killer dan menjadi penyakit kematian

ke-3 setelah stroke dan tubercolosis (Dewi dan Familia, 2016).Penyakit

hipertensi mempunyai hubungan erat dengan risiko terjadinya penyakit

kardiovaskular dan gangguan sistem tubuh lainnya seperti penyaki ginkal,


2

stroke, komplikasi pada otak, mata, penyakit jantung koroner bahkan

kematian (Smeltzer, S.C. & Bare, 2014).

Namun, hipertensi dapat diatasi dengan dua cara yaitu secara

farmakologis atau dengan obat-obatan anti hipertensi jangka panjang seperti

diuretik, amlodipine, nifedipine, bisoprolol, ACE inhibitor, dan Angiotensin-2

receptor blocker sedangkan nonfarmakologis atau tradisional seperti

mengkudu, daun salam, rumput laut, bawang putih, labu siam dan tumbuhan

herbal lainnya (Depkes RI, 2015). Sebagai salah satu ramuan herbal,

bawang putih dapat dimanfaatkan karena selalu ada namun masih banyak

masyarakat yang belum mengetahui khasiat dari bawang putih (Agoes,

2015).

Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek

anti hipertensi yang sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis dimana

mempunyai efek anti vasospastik bawang putih dapat mengurangi spasme

arteri kecil serta mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan darah,

mempunyai efek anti mikroba, anti karsinogenik dan hipolipidemik(Meilina,

2016). Disamping itu, terdapat kandungan Notric Oxide (NO)yang mampu

melancarkan jumlah aliran darah menuju jaringan tubuh(Palmer, 2017).

Bawang putih mengandung selenium yang merupakan kofaktor dari

glutathione peroxidaseyakni salah satu enzim antioksidanyang berperan

sebagai antioksidan didalam tubuh manusia sehinga mampu menurunkan

takanan darah (World’s Healthiest Foods, 2013)

Penelitian terdahulu menemukan bahwa ada pengaruh pemberian

seduhan bawang putih terhadap tekanan darah lansia dengan

hipertensi(Hevtidayah, 2018). Penelitian lain menemukan bahwa bawang


3

putih efektif menurunkan tekanan darah. Perbedaan dengan penelitian saya

adalah penelitian ini akan dilakukan selama tujuh hari dan diberikan seduhan

bawang putih secara berturut-turut setiap hari serta dilakukan pengukuran

tekanan darah setiap hari sebelum dan sesudah perlakuan(Kartikasari &

Tjokropranoto, 2017).

Jumlah kasus hipertensi di wilayah kerja Kandai mengalami

peningkatan setiap tahunnya mulai dari tahun 2019-2020 yaitu sebanyak 483

kasus dan 779 kasus sedangkan pada tahun 2021 tercatat sebanyak 212

kasus pada bulan Januari-April. Wawancara awal yang dilakukan kepada 7

orang lansia yan menderita hipertensi bahwa mereka tidak mengetahui

bahwa bawang putih mampu menurunkan tekanan darah dan mereka hanya

melakukan pengobatan hipertensi dengan mengkonsumsi obat-obatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh pemberian air rebusan bawang putih terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Kandai”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti merumuskan rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah ada pengaruh pemberian air

rebusan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kandai?”


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan bawang

putih terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kandai.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui tekanan darah lansia sebelum dan setelah

diberikan rebusan bawang putih.

2) Untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan bawang putih

terhadap penurunan tekanan darah.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya dengan

menggunakan variabel yang berbeda menambah ilmu tentang

pengaruh rebusan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Responden

Sebagai informasi kepada lansia tentang pengaruh pemberian

air rebusan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah.

2) Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi petugas kesehatan

dalam memberikan penyuluhan tentang hipertensi.

3) Bagi Institusi

Bahan atau sumber data untuk studi kasus berikutnya dan

memotifasi para mahasiswa agar dapat mengembangkan penelitian


5

dalam mengevaluasi sejauh mana pengaruh rebusan bawang putih

terhadap penurunan tekanan darah.

4) Bagi Peneliti

Pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan

dan wawasan tentang gambaran dalam proses pembelajaran

tentang hipertensi pada lansia.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan tentang Hipertensi

2.1.1.1 Pengertian

Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu

jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama

terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit

hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut(Indrayani

Jiwintarum & Fauzi, 2019). Hipertensi merupakan suatu kondisi

dimana pembuluh darah terus menerus meningkatkan tekanan yang

dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah

sehingga setiap kali jantung berdetak, maka memompa darah ke

pembuluh darah (WHO, 2021).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi

merupakan jenis penyakit mematikan karena kondisi pembuluh darah

terus menerus meningkatkan tekanan yang dibawa jantung keseluruh

tubuh sehingga memompa darah ke pembuluh dara disebabkan oleh

usia sebagai faktor risiko utama


7

2.1.1.2 Etiologi

Berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi terbagi atas

(Smeltzer, S.C. & Bare, 2014) :

1) Hipertensi primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa

antara 90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis

yang dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat

multifaktor. Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi

bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik

mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer

dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang

secara bertahap selama bertahun-tahun

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan

darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan

arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab lainnya.

Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang

menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung

2.1.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee on

Prevention Detection, Evaluation and Treatment or High Pressure

VII/JNC – VII, 2003 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi


Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 <80
Normal tinggi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
8

Hipertensi tingkat 2 >160 >100


Hipertensi Sistolik >140 <90
Terisolasi

2.1.1.4 Gejala

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah menyebutkan gejala

umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi

tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda

gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita

hipertensi sebagai berikut(Aspiani, 2015) :

1) Sakit kepala

2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5) Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Klien hipertensi mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena

terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi

pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer

cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampai

tengkuk pada klien hipertensi(Brunner & Suddarth, 2016).

2.1.1.5 Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu

faktor yang dapat diubah dan tidak bisa diubah(Kemenkes RI, 2018):

(1)Faktor yang Bisa Diubah

a) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat

membahayakan kesehatan selain dapat meningkatkan


9

penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin dapat

menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan

karena dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya

katekholamin memicu naik tekanan darah

b) Obesitas atau berat badan berlebihan

Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun

mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan

dengan wanita langsing pada usia yang sama

c) Kurang olahraga/aktiivtas fisik

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada

umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan

menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat

meningkatkan kerja jantung sehingga darah bisa

dipompadengan baik keseluruh tubuh

d) Kurangi asupan garam yang berlebih dan konsumsi lemakjenuh

Garam merupakan hal yang penting dalam mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap

hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma atau

cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh

peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga

kembali kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan)

yang normal
10

e) Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk

sementara. Jika ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka

tekanan darah kita dapat meningkat. Tetapi pada umumnya,

begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan turun

kembali

(2)Faktor yang Tidak dapat diubah

a) Faktor usia

Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan

seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit

hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya

interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap timbulnya

hipertensi.Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas

usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur

45 tahun

b) Jenis kelamin

Pria mempunyai banyak faktor yang mendorong

terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang

nyaman, terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak

terkontrol

c) Faktor genetik

Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat

genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak melakukan

penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan

lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan


11

dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul

tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai

komplikasinya

2.1.1.6 Komplikasi

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan berbagai macam

komplikasi, diantaranya adalah sebagai berikut(Shanty, 2011) :

1) Stroke

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan

karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-

tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak

dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan

Cerebrovascular Accident (CVA). Hipertensi menyebabkan

tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga

dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah

rentan pecah

2) Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan

resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai

akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan

kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkat

akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban

kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark

miokardium
12

3) Penyakit arteri koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor risiko utama

penyakit arteri koronaria bersama dengan diabetes mellitus. Plak

terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri,

arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.

Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen

maupun sementara yang disebabkan olehakumulasi plak atau

penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar

obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan

nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk

menyediakan supply oksigen yang kuat ke sel yang berakibat

terjadinya penyakit arteri koronaria

4) Aneurisme

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada

yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. Pelebaran

pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta

terpisah atau disebut aorta disekans. kejadian ini dapat

menimbulkan penyakit aneurisma diamana gejalanya adalah sakit

kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang belakang

dan di ginjal. Aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya

pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan

(aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya

aneurisme
13

2.1.1.7 Pencegahan

Tindakan pencegahan yang baik agar terhindar dari komplikasi

fatal hipertensi (Stop High Blood Pressure) adalah sebagai

berikut(Crea, 2013) :

1) Mengurangi konsumsi garam

2) Menghindari kegemukan (obesitas)

3) Membatasi konsumsi lemak

4) Olahraga teratur

5) Makan banyak buah dan sayuran segar

6) Tidak merokok dan minum alkohol

7) Latihan relaksasi atau meditasi

8) Berusaha membina hidup yang positif

2.1.1.8 Penatalaksanaan

Berdasarkan sifat terapi bahwa penatalaksanaan hipertensi

terbagi menjadi 3 yaitu (Junaedi, 2013a) :

1) Terapi non farmakologi terdiri atas : pembatasan asupan garam

dan natrium, menurunkan berat badan sampai batas ideal,

Olahraga secara teratur, mengurangi/tidak minum-minuman

beralkohol, mengurangi/tidak merokok, menghindari stres dan

menghindari obesitas

2) Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

a) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang

pengeluaran garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik

akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah

dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah


14

b) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam

memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa

oleh jantung

c) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh

darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh

darah dan menurunkan tekanan darah

d) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan

merelaksasikan pembuluh darah

3) Terapi herbal

Banyak tanaman obat atau herbal yaitu daun seledri. Seledri

(Apium graveolens, Linn) merupakan tanaman terna tegak dengan

ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki

bau yang khas, identik dengan sayur sub. Bentung batangnya

bersegi, bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut, bunganya

berwarna putih, kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya

berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki

pertulangan yang menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai.

Tangkai daun yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan

dan daunnya digunakan sebagai penyedap masakan, seperti

sayur sop(Mun’im A., 2013).

2.1.2 Tinjauan tentang Bawang Putih

2.1.2.1 Definisi

Bawang putih (Allium sativum) adalah tanaman herbal semusim

berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm yang ditanam di

ladang-ladang daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar


15

matahari serta sebagai bahan utama untuk bumbu dasar masakan

Indonesia(Rahmawati, 2016). Bawang putih juga merupakan salah

satu tanaman tertua dari semua tanaman budidaya dan telah

digunakan sebagai bumbu makanan dan banyak terdapat pada cerita

rakyat untuk obat selama lebih dari 4000 tahun serta merupakan

salah satu tanaman obat yang paling banyak diteliti(Setyono, 2016).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bawang putih

merupakan salah satu tanaman herbal tertua yang mempunyai

ketinggian sekitar 60 cmdan telah digunakan sebagai bumbu

makanan serta merupakan salah satu tanaman obat yang paling

banyak diteliti

2.1.2.2 Klasifikasi bawang putih

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium sativum L

2.1.2.3 Manfaat Bawang Putih

Tidak banyak yang tahu bawang putih memiliki beragam

khasiat dan kegunaan. Salah satunya, khasiat bawang putih bisa


16

mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit. Dikalangan

masyarakat bawang putih popular untuk pengobatan berbagai jenis

penyakit, selain itu bawang putih berkhasiat sebagai penambah

stamina(Rahmawati, 2016).

Bawang putih juga bermanfaat sebagai penurun kadar

kolesterol. Hal ini karena bawang putih memiliki zat ajoene yang

terkandung didalamnya, yaitu suatu senyawa yang bersifat

antikolesterol dan membantu mencegah penggumpalan darah. Ada

pula penelitian yang menemukan bahwa mengkonsumsi bawang

putih secara teratur sekitar 2-3 siung setiap hari dapat membantu

mencegah serangan jantung. Hal ini karena bawang putih bermanfaat

membantu mengecilkan sumbatan pada arteri jantung sehingga

menimimalkanterjadinya serangan jantung (Untari, 2016).

Beberapa penyakit yang dapat diobati oleh bawang putih, baik

penyakit menular maupun tidak menular dapat dilihat pada tabel

berikut (Stephan, 2015) :

Tabel 2.1 Khasiat dari Bawang Putih


Bagian-bagian Penggunaan umum Penggunaan
tubuh khusus
Dada dan kepala Bronchitis Demam, batuk-batuk,
Katarak infeksi telinga,
Radang tenggorokan radang dalam selaput
Gangguan lender (dilubang
tenggorokan Radang rongga hidung).
Amandel
Mulut Infeksi pada gusi -
Bengkak bernanah
pada mulut
Sistem Diare Radang lambung
Pencernaan Disentri keracunan perut Radang usus
makanan besara
Gangguan Sembelit/bawasir
pencernaan
Kulit Bisul dan bengkak Jerawat Penyakit
17

bernanah Penyakit kurap/kadas


kaki karena kutu air Luka bernanah
Infeksi seperti ragi Borok/bisul
Sirkulasi darah dan Atherosclerosis Tekanan darah tinggi
metabolisme Kolesterol tinggi Gula darah tinggi
Lemak darah tinggi
Kecenderungan
trombosa
Pembuluh darah
Lain-lain Keracunan akibat -
logam berat serta
beberapa racun
lainnya, keracunan
bakteri dan jamur,
masalah gigi secara
umum, cacing pita,
gigitan yang tidak
berbisa/mematikan

Penyakit yang dapat diobati oleh bawang putih, salah satunya

adalah tekanan darah tinggi melalui bagian tubuh sirkulasi darah dan

metabolisme dengan penggunaan umum Atherosclerosis Kolesterol

tinggi Lemak darah tinggi yang cenderung pada trombosa pembuluh

darah.

2.1.2.4 Kandungan Bawang Putih

Bawang putih mengandung zat aktifallicin, enzim alinase,

germanium (mampu mencegah rusaknya sel darah merah), sativine

(mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan serta merangsang

susunan sel saraf), selenium (mikromineral penting yang berfungsi

sebagai antioksidan), skordinin (antioksidan). kandungan bawang

putih bermanfaat sebagai bakterisida, fungisida dan dapat

menghambat pertumbuhan jamur maupun mikroba lainnya(Solihin,

2014).Komposisi kimia bawang putih per 100 gr dapat dilihat pada

tabel berikut :

Komposisi Ukuran
18

Protein 4,5 gram

Lemak 0,20 gram

Hidrat arang 23,10 gram

Vitamin B1 0,22 mg

Vitamin C 15 mg

Kalori 95 kalori

Posfor 134 mg

Kalsium 49 mg

Sumber : (Solihin, 2014)

2.1.2.5 Pengaruh Bawang Putih terhadap Tekanan Darah

Salah satu khasiat umbi bawang putih adalah untuk

menurunkan tekanan darah yang memiliki efek farmakologi sebagai

Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. Allicin efektif

menghalangi aktivitas angiotensin-II sehingga bermanfaat mengatasi

vasokonstriksi dan menurunkankadar aldosteron. Arginin adalah

asam amino esensial dan terkandung di dalam bawang putih mentah.

Senyawa alisin dalam bawang putih berkhasiat

menghancurkanpembentukan pembekuan darah dalam arteri,

mengurangi gejala diabetes danmengurangi tekanan darah. Bawang

putih juga mengandung zat alisin danhidrogen sulfida. Zat tersebut

memiliki efek selayaknya obat darah tinggi, yaknimemperbesar

pembuluh darah dan membuat pembuluh darah tidak kakusehingga

tekanan darah akan turun. Kemampuan bawang putih untuk secara

signifikan mengurangi risiko hipertensi dapat dikaitkan dengan


19

kehadiran zataktif yang dikenal sebagai allicin dan sulfida (Lingga,

2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Yasril, Mellisa dan Ani tahun

2020menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikantekanan

darah sistolik dan diastolik Sebelum dengan sesudah diberikan

bawangputih pada penderita hipertensi dimana tekanan darah

penderita hipertensimengalami perbedaan signifikan pada tekanan

darah sistolik sebesar 16 mmHgdan diastolik 13 mmHg dari tekanan

darah sebelumnya di Kelurahan Tarok Dipo Wilayah Padang Gamuak

Tahun 2020, jadi bawang putih dapat menurunkan tekanan darah

(Yasril et al., 2020)

Efek penurunan tekanan darah (hipotensif) ekstrak mulai

muncul 1 jam setelah perlakuan dan menghilang 24 jam. kstrak umbi

bawang putih dengan dosis 2,4-3gr/individu/hari mampu menurunkan

tekanan darah penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah

muncul 5-14 jam setelah perlakuan. Ekstrak tersebut mengandung

allisin 1,3%(Hernawan & Setyawan, 2003).Pemberian rebusan

bawang putih diberikan pada responden selama 1 minggu dengan

dosis pemberian 300 ml x hari diberikan pada pagi hari 08.00

2.1.3 Tinjauan tentang Lansia

2.1.3.1 Definisi

Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang

terjadi banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial

yang saling berhubungan satu sama lain sehingga berpotensi

menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun jiwa pada


20

lansia(Cabrera, Artacho & Gimenez, 2016). Lansia mengalami

penurunan biologis secara keseluruhan dari penurunan tulang,

massa otot yang menyebabkan lansia mengalami penurunan

keseimbangan yang berisiko untuk terjadinya jatuh pada

lansia(Susilo, 2017).

Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi

stres fisiologi yang telah berusia ≥60 tahun dan tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari(Ratnawati, 2017).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa lansia

merupakan tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi

banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling

berhubungan satu sama lainyang menyebabkan lansia mengalami

penurunan keseimbangan.

2.1.3.2 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia terdiri dari(Depkes RI, 2015) yaitu sebagai

berikut :

1) Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2) Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan

4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau

jasa
21

5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

2.1.3.3 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu

sebagai berikut(Potter & Perry, 2015) :

1) Sistem Integumen, Terjadi perubahan pigmentasi, hilangnya

elastisitas kulit, perubahan atrofi kelenjar, penipisan rambut dan

pertumbuhan kuku yang lambat

2) Sistem Pendengaran, Terjadinya presbicusis atau hilangnya

kemampuan pendengaran sekitar 50% terjadi diusia >65 tahun

3) Sistem Penglihatan, Terjadinya penurunan daya akomodasi mata

(presbyopia), hilangnya respon terhadap sinar, penurunan

adaptasi terang gelap dan lensa mata sudah mulai menguning

4) Sistem Respirasi, Penurunan reflex batuk, pengeluaran lendir,

debu, iritan saluran napas berkurang dan terjadi peningkatan

infeksi saluran nafas

5) Muskuloskeletal, Terjadinya penurunan massa otot dan kekuatan

otot, kekakuan pada sendi serta terjadi penurunan produksi

cairan sinovial. Otot pada lansia mengalami pengecilan akibat

kurangnya aktivitas, proses pembentukan tulang mengalami

perlambatan. Tulang menjadi berongga yang disebabkan

penyerapan kalsium oleh vitamin D mengalami penurunan

akibatnya rawan untuk terjadi patang tulang pada lansia


22

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Albella Putri (2019) yang berjudul pengaruh konsumsi bawang

putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah Bukittinggi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji t-test didapatkan

hasil rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 9,29 mmHg

dengan pvalue = 0.003 rata-rata penurunan tekanan darah diastolik

adalah 3,97 mmHg dengan pvalue = 0.000 yang artinya Ha diterima.

Jadi kesimpulannya adalah ada pengaruh Konsumi Bawang Putih

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Gulai Bancah Bukittinggi Tahun 2015(Albella

Putri, 2019)

2.2.2 Dina Riski Hevtidayah (2018) yang berjudul pengaruh pemberian

seduhan bawang putih Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia

Dengan Hipertensi Di Karang Tengah Gamping Sleman Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji Wilcoxon

didapatkan nilai Asymp Sig. 0,000 diperoleh hasil (p<0,05) yang berarti

ada pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi di Karang Tengah Gamping

Sleman Yogyakarta(Hevtidayah, 2018)

Perbedaan dengan penelitian saya adalah penelitian ini akan dilakukan

selama tujuh hari dan diberikan seduhan bawang putih sekali dalam

seminggu yaitu pada pagi hari serta dilakukan pengukuran tekanan

darah setiap hari sebelum dan sesudah perlakuan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasy

Eksperimental Design yaitu penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendali dengan membandingkan satu atau lebih kelompok ekperimen yang

diberi perlakuan dengan satu kelompok pembanding yang tidak diberi

perlakuan (Nursalam, 2016). Kelompok kontrol dalam penelitian ini hanya

dijadikan sebagai pembanding antara kelompok yang memiliki tekanan darah

tinggi terhadap kelompok yang mengkonsumsi rebusan bawang putih dengan

sampel yang tidak mengkonsumsi bawang putih

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Quasy Eksperiment


E O1 X1 O2

K O3 X2 O4

Sumber : (Sugiyono, 2016)

Keterangan :

E : Eksperimen

K : Kontrol

O1 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen

O2 : Tes Akhir (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen

O3 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol

O4 : Tes Akhir (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol

X1 : Pemeriksaan Tekanan Darah pada kelompok kontrol

X2 : Pemeriksaan Tekanan Darah pada kelompok eksperimen

23
24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kandai pada

tanggal 24 Juli sampai Agustus tahun 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah suatu wilayah secara menyeluruh yang terdiri

atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan(Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian yaitu lansia

yang mengalami hipertensi pada bulan Januari sampai April sebanyak

212 orang.

3.3.2 Penentuan Besar Sampel

Sampel merupakan bagian atau jumlah karakteristik dari sebuah

populasi (Sugiyono, 2016). Jumlah sampel dalam penelitian

menggunakan rumus berdasarkan total kelompok (1) yang digunakan

dalam penelitian sehingga t = 2 kelompok maka besar sampel yang

digunakan adalah sebagai berikut (Siswanto, 2014) :

(t-1) (n-1) ≥ 15

2-1) (n-1) ≥ 15

1 (n-1) ≥ 14 (n-1) ≥ 15/1

n-1 ≥ 15

n ≥ 15 responden per kelompok

Berdasarkan rumus tersebut, maka didapatkan sampel sebanyak

≥ 15 responden. Jumlah minimal ditambah 10% sebagai antisipasi

responden drop out dengan perhitungan sebagai berikut :


25

n
n` =
1–f

Keterangan :

n` = jumlah sampel setelah dikoreksi

n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f = prediksi presentase sampel drop out (10%)

15
n`=
1–f

n= 15
1-0,1

n= 16,8

n= 17

Berdasarkan perhitungan sampel diatas, jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 17 orang sebagai kelompok kontrol dan 17 orang

sebagai kelompok eksperimen, jadi total sampel sebanyak 34 orang

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) merupakan sebuah

proses penyeleksian dari sebuah popuasi yang dapat mewakili

populasi(Sugiyono, 2016). Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini ditentukan menggunakan teknik purposive sampling

yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai yang dikehendaki oleh peneliti

(Notoatmodjo, 2018).

Kriteria Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

3.3.3.1 Kriteria Inklusi


26

1) Lansia

2) Menderita hipertensigrade 2 tanpa komplikasi

3) Bersedia menjadi Responden

4) Bisa berkomunikasi dengan baik secara verbal

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi

1) Tidak berada ditempat penelitian ketika pengambilan data

2) Tidak sedang dalam perawatan penyakit lain

3.3.3.3 Kriteria Dropout

1) Responden tidak mengkonsumsi rebusan bawang putih

secara penuh dari awal sampai akhir

2) Responden tidak mengikuti aturan penelitian

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut

ini :

Tekanan darah Pemberian Tekanan darah


(pre test) rebusan bawang (post test)
putih

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.5 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara dari variabel yang akan diteliti

(Nursalam, 2013). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh pemberian rebusan bawang putih terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Kandai


27

3.6 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari :

3.6.1 Variabel dependent yaitu penurunan tekanan darah

3.6.2 Variabel independent yaitu pemberian rebusan bawang putih

3.7 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakter yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan sehingga peneliti memungkinkan

untuk malakukan observasi atau pegukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena dimana dirumsukan untuk kepentingan akurasi,

komunikasi dan replikasi(Nursalam, 2013).

Defenisi operasional dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


Variabel Defenisi Skala
Kriteria Objektif Alat Ukur
Penelitian Operasional Pengukuran
Pemberian Pemberian Lembar
rebusan larutan observasi
bawang bawang putih onal
putih yang diolah 1x
sehari selama
7 hari
Tekanan Hasil Tidak hipertensi : jika Tensi Rasio
darah (pre- pengukuran tekanan darah responden meter
test) tekanan darah ≤120/80
sebelum
diberikan Hipertensi : jika tekanan
rebusan darah responden >120/80
bawang putih
Tekanan Hasil Berpengaruh : jika Tensi Rasio
darah pengukuran tekanan darah responden meter
(posttest) tekanan darah ≤120/80
sesudah
diberikan Tidak berpengaruh : jika
rebusan tekanan darah responden
bawang putih >120/80
3.8 Teknik Pengumpulan Data

3.8.1 Instrumen Penelitian


28

Instrumen penelitian merupakan suatu alat pengumpul data

yang digunakan untuk mengukur fenomena yang diamati. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar

observasi(Sugiyono, 2016). Lembar observasi dalam penelitian ini

terdiri dari:

1) Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir

dan pekerjaan)

2) Tekanan darah sebelum diberikan rebusan bawang putih (pre-test)

dan dilakukan kembali pengukuran tekanan darah

3) Tekanan darah sesudah diberikan rebusan bawang putih (pre-test)

dan dilakukan kembali pengukuran tekanan darah

4) Standar Operasional Prosedur (SOP) rebusan bawang putih bagi

penderita hipertensi yakni rebusan bawang putih dibuat dengan

cara membersihkan 4 gram bawang putih, blender bawang putih

sampai halus campurkan dengan 2 sdm air putih, saring air

bawang putih dan minum hasil perasan tersebut 1 kali sehari

sebanyak 200 cc air perasan bawang putih. Pemberian rebusan

bawang putih terhadap penderita hipertensi 1x sehari selama

seminggu kemudian mengukur kembali tekanan darah yang sudah

diberikan air bawang putih setelah minum air bawang putih


29

Pengambilan data awal

Proposal Penelitian

LPPM

Balitbang

Puskesmas

Pre test Pre test


Kontrol (n=17) Eksperimen (n=17)_

Post test Post test


Drop out (n = 1) n=17
n =16

n = 33

3.8.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat

tulis, rebusan bawang putih, lembaran observasi dan kamera

3.8.3 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu sebagai

berikut :

1) Data primer

Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner pada responden


30

2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari di wilayah kerja Puskesmas Kandai dan

Dinas terkait dengan penelitian

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

1) Editing (pengeditan), yaitu data yang telah diisi oleh responden

dikumpulkan dan kemudian diperiksa kembali oleh peneliti yaitu

seperti memeriksa kelengkapan, pengisian kuesioner dan

kejelasan jawaban dan keseragaman suatu hasil pengukuran

2) Coding (pengkodean), yaitu tahap ini kegiatan yang dilakukan

ialah mengisi daftar kode yang disediakan pada lembaran

observasi sesuai pengamatan. Coding dalama penelitian ini yaitu :

(1) Jika tekanan darah responden ≤120/80 maka masuk dalam

kategori tidak hipertensi

(2) Jika tekanan darah responden >120/80 maka masuk dalam

kategori hipertensi

3) Scoring (skor), yaitu setelah dilakukan pengkodean maka

dilanjutkan dengan tahap pemberian skor pada lembar observasi

dalam bentuk angka. Scoring dalam penelitian ini yaitu jika

responden mengalami hipertensi maka diberi nilai 1 dan jika tidak

hipertensi diberi nilai 0

4) Tabulating (tabulasi), data yang telah dikumpulkan dalam bentuk

table dan dianalisis dalam daftar statistik dengan menggunakan

alat analisis
31

5) Data entry (memasukan data), yaitu kegiatan memasukkan data

kedalam program computer untuk selanjutnya dilakukan

pengelompokkan data atau analisis data menggunakan uji statistik

3.9.2 Analisis Data

1) Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis variabel-variabel

yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi

dan proporsi untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik

dan variabel penelitian(Sugiyono, 2016). Analisis univariat

mendeskripsikan distribusi frekuensi yaitu umur, jenis kelamin,

pendidikan terakhir dan pekerjaan sedangkan variabel penelitian

(tekanan darah dan pemberian rebusan bawang putih).

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua

variabel(Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini, jika data

berdistribusi normal maka menggunakan uji T independent

sedangkan data yang tidak berdistribusi normal menggunakan uji

Mann Whitney dengan derajat kemaknaan <0,05 yang bertujuan

untuk melihat pengaruh setelah konsumsi rebusan bawang putih

dengan mengukur tekanan darah pada penderita hipertensi lansia

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan(Dahlan, 2014). Hasil

analisis akan di interprestasikan dengan kriteria:

(1) Jika nilai p ≥ α maka H1 diterima dan H0 gagal diterima, berarti

tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan

independen
32

(2) Jika nilai p < α maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada

hubungan antara variabel dependen dengan independen

(Notoatmodjo, 2018).
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kandai merupakan sebuah puskesmas yang memiliki

wilayah kerja yaitu kelurahan Gunung Jati, Kelurahan Jati Mekar,

Kelurahan Kandai dan Kampung Salo dengan luas lahan 3.527 m2 dan

luas bangunan 1.800 m2. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Kandai yaitu 13.774 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 2.399 KK.

Sejarah Puskesmas Kandai Kota Kendari merupakan bangunan atau

gedung penginggalan Pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada

tahun 1927 dan telah mengalami beberapa kali perubahan antara lain

sebagai berikut :

1) Dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927

2) Dilakukan rehabilitasi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun

1927

3) Menjadi rumah sakit Tentara pada tahun 1945-1960

4) Menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun 1960-1989

5) Menjadi puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989-2001

6) Menjadi RSU Abunawas Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan

Perda Kota Kendari No.17 Tahun 2001

7) Menjadi Puskesmas Kandai tanggal 2 Januari 2012

Batas-batas wilayah adalah sebagai berikut.

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sanua

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kendari Cadi

33
34

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jati Mekar

4) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari.

4.1.2 Analisis Univariat

1) Karakteristik Responden

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan


Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Kandai
Karakteristik Kelompok Kontrol Kelompok
Responden n (%) Eksperimen n (%)
Umur
50-60 tahun 6 (35,3) 6 (35,3)
61-70 tahun 8 (47,1) 7 (41,2)
71-80 tahun 3 (17,6) 4 (23,5)
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 (64,7) 5 (29,4)
Perempuan 6 (35,3) 12 (70,6)
Pekerjaan
IRT 5 (29,4) 10 (58,8)
Buruh 5 (29,4) 4 (23,5)
Berkebun 1 (5,9) -
Penjual 1 (5,9) 2 (11,8)
Tukang 1 (5,9) -
Tidak bekerja 4 (23,5) 1 (5,9)
Pendidikan Terakhir
SD 14 (82,4) 12 (70,6)
SMP 3 (17,6) 2 (11,8)
SMA - 3 (17,6)
Agama
Islam 17 (100) 17 (100)
Sumber : data primer, 2021

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden pada kelompok

kontrol dan eksperimen didominasi oleh responden yang berumur 61-

70 tahun masing-masing sebanyak 8 orang (47,1%) dan 7 orang

(41,2%), berdasarkan jenis kelamin kontrol yakni didominasi oleh

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang )64,7%)

dan kelompok eksperimen didominasi oleh responden perempuan

sebanyak 12 orang (70,6%), berdasarkan pekerjaan pada kelompok


35

kontrol yakni didominasi oleh responden yang bekerja sebagai IRT

dan buruh masing-masing sebanyak 5 orang (29,4%) dan kelompok

eksperimen didominasi oleh responden sebagai IRT sebanyak 10

orang (58,8%) dan berdasarkan pendidikan terakhir bahwa pada

kelompok kontrol dan eksperimen didominasi oleh responden yang

memiliki pendidikan SD masing-masing sebanyak 14 orang (82,4%)

dan 12 orang (70,6%). Berdasarkan agama responden bahwa

mayoritas beragama islam yakni 17 orang (100) baik kelompok kontrol

maupun eksperimen.

2) Variabel Penelitian penelitian tekanan darah lansia sebelum dan

setelah diberikan rebusan bawang putih

Distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel penelitian

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Rata-rata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah


Pemberian Rebusan Bawang Putihpada Kelompok
Kontrol dan Eksperimen Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kandai
Kelompok Kontrol Median Min-max ρ value
Tekanan darah sistolik
180 150-200 0,000
sebelum
Tekanan darah diastolik
90 80-100 0,000
sebelum
Tekanan darah sistolik
120 110-130 0,000
sesudah
Tekanan darah diastolik
80 70-80 0,000
setelah
Kelompok Eksperimen
Tekanan darah sistolik
130 120-140 0,000
sebelum
Tekanan darah diastolik
80 70-80 0,000
sebelum
Tekanan darah sistolik
120 110-130 0,000
setelah
Tekanan darah diastolik
80 70-80 0,000
setelah
Sumber : data primer, 2021
36

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol, nilai

median tekanan darah sistolik sebelum sebesar 180 dengan nilai min-

max sebesar 150-200, nilai median tekanan darah diastolik sebelum

sebesar 90 dengan nilai min-max sebesar 80-100, nilai median

tekanan darah sistolik sesudah sebesar 120 dengan nilai min-max

sebesar 110-130 dan nilai median tekanan darah diastolik setelah

sebesar 80 dengan nilai min-max sebesar 70-80 sedangkan nilai

kelompok eksperimen, nilai median tekanan darah sistolik sebelum

adalah 130 dengan nilai min-max sebesar 120-140, nilai median

tekanan darah diastolik sebelum sebesar 80 dengan nilai min-max

sebesar 70-80, nilai median tekanan darah sistolik setelah sebesar

120 dengan nilai median min-max sebesar 110-130 dan nilai median

tekanan darah diastolik setelah sebesar 80 dengan nilai min-max

sebesar 70-80 serta nilai ρ masing-masing 0,000.

4.1.3 Analisis Bivariat Pengaruh Pemberian Rebusan Bawang Putih

terhadap Penurunan Tekanan Darah di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandai

Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data menggunakan shapiro-wilk. Uji normalitas data dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data


Variabel Penelitian n p value
Kontrol Tekanan darah sistolik 17 0,001
sebelum
Tekanan darah sistolik 17 0,001
setelah
Selisih tekanan darah 17 0,127
sistolik
Tekanan darah diastolik 17 0,000
sebelum
37

Tekanan darah diastolik 17 0,000


setelah
Selisih tekanan darah 17 0,000
diastolik
Eksperime Tekanan darah 17 0,000
n sistoliksebelum
Tekanan darah sistolik 17 0,000
setelah
Selisih tekanan darah 17 0,655
sistolik
Tekanan darah diastolik 17 0,000
sebelum
Tekanan darah diastolik 17 0,000
setelah
Selisih tekanan darah 17 0,015
diastolik
Uji shapiro-wilk

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan uji normalitas data

diperoleh nilai p <0,05 dimana jika nilai ρ< 0,05 maka data tidak

berdistribusi normal (Lampiran 7).

Untuk melihat pengaruh pemberian rebusan bawang putih

terhadap penurunan tekanan darah menggunakan uji Mann Whitney

yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Pengaruh Pemberian Rebusan Bawang Putih pada


Penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kandai
Kelompok
Tekanan
Kontrol Eksperimen Nilai p d’cohen
darah
Median (min-max)
Sistolik
Pre Test 180 (150-200) 180 (160-200)
Post Test 120 (110-130) 120 (110-130)
0,001 0,12
Diastolik
Pre Test 90 (80-100) 90 (80-100)
Post Test 80 (70-80) 80 (70-80)
Sumber : data primer, 2021

Tabel 4.3 menunjukkan nilai ρ value = 0,001 maka dapat

diartikan bahwa terdapat perbedaan penurunan tekanan darah antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sedangkan nila d’cohen


38

diperoleh f = 0,12 yang artinya ada efek size besar. Nilai median

(minimum-maksimum) pada tekanan darah sistolik kontrol sebelum

sebesar 180 (150-200), sistolik eksperimen sebesar 180 (160-200) dan

nilai diastolik kontrol sebesar 90 (80-100) dan diastolik eksperimen

sebesar 90 (80-100) sedangkan pada post test, nilai median (min-max)

pada tekanan darah sistolik kontrol setelah sebesar 120 (110-130),

sistolik eksperimen sebesar 120 (110-130) dan nilai diastolik kontrol dan

ekperimen masing-masing 80 (70-80).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tekanan Darah sebelum dan sesudah Pemberian Rebusan Bawang

Putih

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol

maupun kelompok eksperimen sebelum diberikan rebusan bawang putih

diperoleh tekanan darah responden mengalami hipertensi. Sebelum

saya memberikan rebusan bawang putih, terlebih dahulu memberikan

informasi kepada responden terkait pemberian rebusan bawang putih,

lama pemberian rebusan bawang putih dan tujuan penelitian yang

dilakukan serta melakukan kontrak waktu pelaksanaan penelitian.

Selanjutnya saya melakukan pengukuran tekanan darah sebelum

memberikan rebusan bawang putih kepada responden sekali dalam

sehari pada pagi hari. Pengukuran tekanan darah setelah pemberian

rebusan bawang putih dilakukan pada hari ketiga sebelum pemberian

rebusan bawang putih sampai hari terakhir.

Hasil penelitian ini didukung penelitian terdahulu bahwa ratarata

untuk tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum pemberian seduhan


39

bawang putih yaitu 165,33 dan 96,66 mmHg dengan standar deviasi 9,9

mmHg dan 16,858 mmHg (Mohanis, 2015). Penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa beberapa faktor penyebab hipertensi adalah faktor

yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol dimana faktor

yang dapat dikontrol seperti obesitas, olahraga, diet, rokok, stress,

konsumsi lemak jenuh, konsumsi garam berlebihan dan konsumsi

alkohol sedangkan faktor yang tidak dapat dikontrol adalah jenis

kelamin, umur dan keturunan (Sutanto, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen

sama-sama mengalami penurunan tekanan darah baik sistolik maupun

diastolik yang disebabkan oleh responden diberikan rebusan bawang

putih untuk dikonsumsi dalam kurun waktu selama 1 minggu baik

secara teratur dan menghindari pola hidup yang tidak sehat. Akan tetapi

terdapat perbedan tekanan darah pada kelompok eksperimen dimana

kelompok eksperimen yang di berikan rebusan bawang putih mengalami

penurunan lebih besar yang dibuktikan dengan nilai Median 10 ( 10-20 )

Didukung oleh penelitian terdahulu diperoleh bahwa Rerata tekanan

darah sistolik sesudah mengonsumsi bawang putih adalah sebesar 133

mmHg (SD = 6,749), lebih rendah daripada rerata tekanan darah sistolik

sebelum mengonsumsi bawang putih, yakni sebesar 149 mmHg (SD =

7,379) (p<0,05) serta rerata tekanan darah diastolik sesudah

mengonsumsi bawang putih adalah sebesar 85 mmHg (SD = 5,270),

lebih rendah dari pada rerata tekanan darah diastolik sebelum

mengonsumsi bawang putih sebesar 98 mmHg (SD = 4,216) (ρ<0,05)

(Yasril et al., 2020).


40

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah

sistolik dan diastolik setelah pemberian seduhan bawang putih yaitu 154

mmHg dan 94 mmHg dengan standar deviasi 9,1 mmHg dan 12,98

mmHg (Mohanis, 2015). Berdasarkan teori bahwa senyawa alisin dalam

bawang putih berkhasiat menghancurkan pembentukan pembekuan

darah dalam arteri, mengurangi gejala diabetes dan mengurangi

tekanan darah serta zat hidrogen sulfidamemiliki efek selayaknya obat

darah tinggi, yakni memperbesar pembuluh darah dan membuat

pembuluh darah tidak kaku sehingga tekanan darah akan turun

(Junaedi, 2013b).

Teori menyebutkan bahwa senyawa aktif dalam bawang putih

diduga dapat menghambat masuknya ion ke dalam sel. Dengan

demikian, akan terjadi penurunan konsentrasi ion intraseluler dan diikuti

relaksasi otot. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pelebaran

ruangandalam pembuluh darah, sehingga tekanan darah menjadi turun

(Hernawan dan Setyawan, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa responden

mengalami penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi rebusan

bawang putih secara teratur. Responden yang mengalami penurunan

tekanan darah setelah pemberian rebusan bawang putih karena

menghindari hal-hal yang bisa mengakibatkan tekanan darah

meningkat.
41

4.2.2 Pengaruh Pemberian Rebusan Bawang Putih terhadap Penurunan

Tekanan Darah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

penurunan tekanan darah antara kelompok kontrol dan eksperimen

dengan efek size besar hal ini menunjukan bahwa pemberian rebusan

bawang putih dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan dan

bermakna secara klinis Hal ini disebabkan oleh responden mengikuti

semua aturan yang diberikan oleh peneliti dimana sebelum diberikan

rebusan bawang putih, terlebih dahulu peneliti memberikan informasi

singkat terkait hipertensi dan kandungan dari rebusan bawang putih.

Didukung oleh penelitian terdahulu bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik Sebelum dengan

sesudah diberikan seduhan bawang putih pada lansia hipertensi dimana

tekanan darah lansia hipertensi mengalami perbedaan signifikan pada

tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg dan diastolik 10 mmHg dari

tekanan darah sebelumnya di posyandulansia RW 01 Kelurahan Surau

Gadang Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2014 (Mohanis, 2015).

Penelitian terdahulu yang sejalan menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki tekanan darah prahipertensi, setelah

diberikan intervensi pemberian seduhan bawang putih sebanyak 200

cc/hari pada kelompok intervensi sehingga terdapat pengaruh sebelum

dan setelah diberikan seduhan bawang putih sedangkan pada kelompok

kontrol pada saat pretest menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berada pada hipertensi stage satu dan pada kelompok


42

kontrol pada saat posttest menunjukkan bahwa sebagian besar

responden masih berada pada hipertensi stage satu (Hevtidayah, 2018)

Pemanfaatan bawang putih salah satu pengbatan

nonframakologi yang dapat menurunkan tekanan darah karna kombinasi

dua senyawa yang ada didalamnya, yakni alisin dan scordinin alisin ini

mempunyai daya antibiotika alami yang sanggup membasmi berbagai

macam dan bentuk mikroba, sedangkan scordinin sendiri memiliki

kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh dan pertumbuhan (Agoes,

2010).

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa

konsumsi rebusan bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan yaitu

responden didominasi oleh responden yang memiliki tekanan darah

tinggi menurun pada saat post test. Perawat bertugas sebagai petugas

kesehatan yang memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit yang

diderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil

risiko dari penyakit yang diderita dimana perawat berperan dalam

membantu klien mengenal kesehatan dan prosedur asuhan

keperawatan yang perlu mereka lakukan guna memulihkan atau

memelihara kesehatannya.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

4.3.1 Responden tidak menyukai rasa daripada rebusan bawang putih

4.3.2 Penelitian ini harus menerapkan protokol kesehatan seperti

menggunakan masker dan menjaga jarak


43

4.3.3 Dalam penelitian ini, ada beberapa responden yang tidak mengikuti

aturan penelitian sehingga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan

responden
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

5.2.1 Rata-rata Tekanan darah pada kelompok kontrol yaitu tekanan darah

sistolik sebelum adalah 150 mmHg dan diastolik 81,76 mmHg serta

tekanan darah sistolik setelah diberikan rebusan bawang putih diperoleh

sebesar 110mmHg dan diastolik sebesar 80 mmHg

5.2.2 Rata-rata tekanan darah pada kelompok eksperimen yaitu tekanan

darah sistolik sebelum adalah 130 mmHg dan diastolik 80 mmHg serta

tekanan darah sistolik setelah diberikan rebusan bawang putih diperoleh

sebesar 120 mmHg mmHg dan diastolik sebesar 80 mmHg

5.2.3 Ada pengaruh pemberian rebusan bawang putih terhadap penurunan

tekanan darah di wilayah kerja Puskesmas Kandai berdasarkan nilai ρ

sebesar 0,000 (<0,05).

5.2 Saran

5.2.1 Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya mengembangkan penelitian dalam

mengevaluasi sejauh mana pengaruh rebusan bawang putih terhadap

penurunan tekanan darah

5.2.2 Sebaiknya mengaplikasikan hasil riset keperawatan dan wawasan

tentang gambaran dalam proses pembelajaran tentang hipertensi pada

lansia

41
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.


Agoes, A. (2015). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.
Albella Putri. (2019). Pengaruh Konsumsi Bawang Putih (Allium Sativum Linn)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Gulai Bancah Bukittinggi Tahun 2015. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 3–9.
Aspiani, R. . (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Balitbang. (2018). Riset Kesehatan Dasar, Departemen Kesehatan. Republik
Indonesia : Jakarta. ttps://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-
kesehatan-dasar-riskesdas
Brunner & Suddarth. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa.
EGC, Jakarta.
Cabrera, Artacho & Gimenez, R. (2016). Beneficial Effects of Green Tea-A
Review. Journal of The American College of Nutrition, 25(2), p.
10.1080/07315724.2006.10719518
Crea. (2013). Hypertension. Medya : Jakarta.
Dahlan. (2014). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri 1 Edisi 6. Alqa
Print : Jatinangor.
Depkes RI. (2015). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Dharmajo, R. dan M. (2016). Geriatrik (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta :
Yudistira.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2018). Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari : Sulawesi Tenggara.
https://dinkes.sultraprov.go.id
Hernawan dan Setyawan. (2013). Senyawa Organosulfur bawang putih (A.
Sativum L.) dan aktivitas biologisnya. In Biofarmasi Journal of Natural
Product Biochemistry.
Hernawan, U. E., & Setyawan, A. D. (2003). REVIEW: Organosulphure
compound of garlic (Allium sativum L.) and its biological activities.
Biofarmasi Journal of Natural Product Biochemistry, 1(2), 65–76.
https://doi.org/10.13057/biofar/f010205
Hevtidayah, D. R. (2018). Pengaruh Pemberian Seduhan Bawang Putih
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Karang
Tengah Gamping Sleman Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
’Aisiyah: Yogyakarta.
Indrayani Jiwintarum, Y., & Fauzi, D. (2019). Penurunan Kadar Gula Darah
Antara Yang Melakukan Senam Jantung Sehat Dan Jalan Kaki. Jurnal
Kesehatan Prima, 13(1), 1–9.
Junaedi. (2013a). Hepertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta: F Media Imprint
Argo Media Pustaka.
Junaedi, E. (2013b). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta : Fmedia.
Kartikasari, A., & Tjokropranoto, R. (2017). Efek Bawang Putih ( Allium sativum
Linn ) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Hipertensi diketahui sebagai
Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko utama untuk penyakit
jantung koroner dan iskemik serta stroke gagal jantung , penyakit pembuluh
Satu. Kesehatan, 10(4), 01–05.
Kemenkes RI. (2018). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Lingga, L. (2012). Terapi Bawang Putih untuk Kesehatan. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
Meilina, I. dan K. (2016). Peranan Garlic (Bawang Putih) Pada Pengelolaan
Hipertensi. Jurnal Penelitian, Rumah Sakit Umum Daerah Landak,
Kalimantan Barat.
Mohanis, M. (2015). Pemberian Air Seduhan Bawang Putih terhadap Penurunan
Tekanan Darah. Jurnal Ipteks Terapan, 9(1), 117–125.
https://doi.org/10.22216/jit.2015.v9i1.43
Mun’im A., H. E. (2013). Fitoterapi Dasar. Jakarta : PT.Dian Rakyat.
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta. Info Medika.
Nursalam. (2016). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Palmer, A. & W. B. (2017). Simple guide : Tekanan Darah Tinggi. Jakarta :
Erlangga.
Potter & Perry. (2015). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan
praktik volume 1. ((Edisi 4).). Jakarta: EGC.
Rahmawati. (2016). Seminar Hasil TIMMS 2015. Diakses dari
http://puspendik.kemdikbud.go.id/semi.
Ratnawati, E. (2017). Asuhan keperawatan gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Setyono, S. (2016). Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Pend. Pasca
Sarjana. KPK UGM-UNIBRAW.
Shanty, M. (2011). Silent Killer Desease. Yogyakarta : Javalitera.
Siswanto, S. dan S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Smeltzer, S.C. & Bare, B. . (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Solihin, I. (2014). Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability.
Jakarta: Salemba Empa.
Stephan. (2015). Herbal Secrets of the Rainforest. 2nd Edition, Sage Press, pp:
2-4.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung:Alfabeta.
Susilo. (2017). The risk of falling in elderly increased with age growth and
unaffected by gender. Journal of Medicine And Health, 3.
Sutanto. (2014). Cegah & Tangkal Penyakit Modern.
Udjianti, W. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Untari, S. W. (2016). Efek Ekstrak Etanol Daun Premna cordifolia terhadap
Malondialdehida Tikus yang Dipapar Asap Rokok.Original Article Pharmasi
1(2): 104-115. http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3302
WHO. (2021). A global brief on Hypertension: silent killer, global public health
crises. https://www.who.int/health-topics/hypertension#tab=tab_1
World’s Healthiest Foods. (2013). Garlic. [Online].
http://www.whfoods.com/genpage.%0Aphp?tname=foodspice&dbid=60
Yasril, A. I., Putri, M. A., & Idahyanti, A. (2020). Tekanan Darah Di Padang
Gamuak Kelurahan Tarok Dipo Tahun 2020. 1(2), 77–88.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/ESJ/article/view/1022
Lampiran 1

PROTOKOL PENELITIAN

No Item Penjelasan
1 Brief nama Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kandai
2 Why : Rational Data penduduk secara global, penderita hipertensi
telah mencapai angka 1,56 millyar orang dewasa
dan kenaikan kasus hipertensi terjadi pada negara
berkembang(WHO, 2021). Penderita hipertensi di
Indonesia pada penduduk yang beusia 55-64 tahun
mencapai 45,9%, sebanyak 56,7% yang berumur
65-74% dan sebanyak 63,8% yang berumur >75%
(Balitbang, 2018). Kasus penderita hipertensi dari
Dinas Prov. Sulawesi Tenggara masuk dalam
sepuluh besar penyakit urutan kedua setelah ISPA
sebanyak 37.036 (Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara, 2018).
Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur
mempunyai efek anti hipertensi yang sudah dapat
dibuktikan oleh penelitian medis dimana
mempunyai efek anti vasospastik bawang putih
dapat mengurangi spasme arteri kecil serta
mencegah pembentukan dan perkembangan
bekuan darah, mempunyai efek anti mikroba, anti
karsinogenik dan hipolipidemik(Meilina, 2016).
3 What : Material 1. Kompor
2. Panci kecil
3. Saringan
4. Gelas ukur
5. Bawang putih 3 siung
6. Air 200 ml
4 What : Procedure A. Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pembuatan
rebusan bawang putih
3. Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Melakukan pemeriksaan tekanan darah
2. Menyiapkan 3 siung bawang putih dan haluskan
3. Rebus bawang putih pada panci kecil dengan
2 gelas air
4. Rebus hingga tersisa 1 gelas
5. Saring air rebusan tersebut
6. Biarkan hingga hangat-hangat kuku lalu diminum
1x sehari selama 7 hari
7. Lakukan pemeriksaan tekanan darah
D. Tahap Terminasi
1. Berpamitan dengan klien
2. Membereskan alat
3. Mencuci tangan
5 Who providedthe Peneliti yang memberikan ramuan bawang putih
intervention pada responden
6 How modes of Pada kelompok intervensi diberikan ramuan air
delivery rebusan bawang putih diberikan oleh peneliti
7 Wher type of Pemberian rebusan bawang putih diberikan
location diWilayah Kerja Puskesmas Kandai
8 When and now Pemberian rebusan bawang putih diberikan pada
much : number of responden selama 1 minggu dengan dosis
time the pemberian 300 ml x hari diberikan pada pagi hari
intervention 08.00
delivered
9 Tailarong Responden akan diperiksa tekanan darahnya
sebelum dan setelah mendapatkan rebusan bawang
putih
10 How well : planed Sebelum pemberian rebusan bawang putih, peneliti
menyamakan persepsi dengan responden.
Persamaan persepsi mencakup tujuan penelitian,
tujuan pemberian rebusan bawang putih, sasaran,
materi, luaran yang ingin dicapai yang diukur
dengan pengukuran tekanan darah
11 How well : actual Pada saat pelaksanaan rentang waktu antara pre-
post test ke intervensi dilaksanakan sesuai protokol.
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih terhadap Penurunan


Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi

Saya adalah mahasiswi program S-1 Ilmu Keperawatan, STIKes Karya

Kesehatan Kendari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh

Pemberian Air Rebusan Bawang Putih terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Lansia dengan Hipertensi. Saya mengharapkan tanggapan/jawaban yang

saudari berikan sesuai dengan pendapat saudari sendiri dan tidak dipengaruhi

oleh orang lain. Saya menjamin identitas dan pendapat saudari.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaanya untuk

menjadi responden dalam penelitian ini. Jika saudari bersedia dimohon untuk

mengisi lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

Atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

(Wa Ode Shanty Asriyanti)


Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama/Inisial :

Jenis Kelamin :

Usia :

Setelah mendapatkan penjelasan penelitian tentang “Pengaruh

Pemberian Air Rebusan Bawang Putih terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai”dengan ini

menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA untuk ikut serta berpartisipasi

dengan menjadi objek penelitian.

Kendari, Juni 2021

Yang membuat pernyataan

Responden Peneliti

(...........................................) (Wa Ode Shanty Asriyanti)


Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASIONAL

IDENTITAS RESPONDEN

Inisial :

Usia : tahun

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

Status perkawinan :

Agama :

TEKANAN DARAH (Kontrol)

Tekanan Darah Pemberian Air Tekanan darah


Hari
(pre test)(mmHg) Rebusan Bawang (post test)(mmHg)
ke-
Sistolik Diastolik Putih Sistolik Diastolik

TEKANAN DARAH (Eksperimen)


Tekanan Darah Pemberian Air Tekanan darah
Hari
(pre test)(mmHg) Rebusan Bawang (post test)(mmHg)
ke-
Sistolik Diastolik Putih Sistolik Diastolik
Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


REBUSAN BAWANG PUTIH BAGI PENDERITA HIPERTENSI

Pengertian
Tindakan pembuatan rebusan bawang putih tekanan darah responden >120/80

Tujuan
Menurunkan tekanan darah menjadi normal

Petugas
Tim Penelitian

Alat dan Bahan


1. Kompor
2. Panci kecil
3. Saringan
4. Gelas ukur
5. Bawang putih
6. Air 200 ml (2 gelas)

Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pembuatan rebusan bawang putih
3. Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
Tahap Kerja
1. Melakukan pemeriksaan tekanan darah
2. Menyiapkan 3 siung bawang putih dan haluskan
3. Rebus bawang putih pada panci kecil dengan 2 gelas air
4. Rebus hingga tersisa 1 gelas
5. Saring air rebusan tersebut
6. Biarkan hingga hangat-hangat kuku lalu diminum 1x sehari selama 7 hari
7. Lakukan pemeriksaan tekanan darah
Tahap Terminasi
1. Berpamitan dengan klien
2. Membereskan alat
3. Mencuci tangan
Lampiran 6 Master Tabel Kelompok Kontrol

Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandai
Lampiran 7 Master Tabel Kelompok Eksperimen

Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai

Lampiran 7 Hasil Analisis Univariat


Lampiran 8 Hasil Analisis Univariat

Frequencies

Statistics

umur_eksperime
umur_kontrol1 n1

N Valid 17 17

Missing 0 0

Mean 64.35 64.76

Std. Error of Mean 1.488 1.846

Median 63.00 64.00

Mode 60 69

Std. Deviation 6.133 7.612

Minimum 56 54

Maximum 76 76

Sum 1094 1101

umur_kontrol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 50-60 tahun 6 35.3 35.3 35.3

61-70 tahun 8 47.1 47.1 82.4

71-80 tahun 3 17.6 17.6 100.0

Total 17 100.0 100.0

umur_eksperimen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 50-60 tahun 6 35.3 35.3 35.3

61-70 tahun 7 41.2 41.2 76.5

71-80 tahun 4 23.5 23.5 100.0

Total 17 100.0 100.0


jenis_kelamin_kontrol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 11 64.7 64.7 64.7

perempuan 6 35.3 35.3 100.0

Total 17 100.0 100.0

jenis_kelaminEksperime

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 5 29.4 29.4 29.4

perempuan 12 70.6 70.6 100.0

Total 17 100.0 100.0

pekerjaan_kontrol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 5 29.4 29.4 29.4

Buruh 5 29.4 29.4 58.8

berkebun 1 5.9 5.9 64.7

penjual 1 5.9 5.9 70.6

tukang 1 5.9 5.9 76.5

tidak bekerja 4 23.5 23.5 100.0

Total 17 100.0 100.0

pekerjaan_eksperimen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 10 58.8 58.8 58.8

Buruh 4 23.5 23.5 82.4

penjual 2 11.8 11.8 94.1


pekerjaan_kontrol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 5 29.4 29.4 29.4

Buruh 5 29.4 29.4 58.8

berkebun 1 5.9 5.9 64.7

penjual 1 5.9 5.9 70.6

tukang 1 5.9 5.9 76.5

tidak bekerja 4 23.5 23.5 100.0

tidak bekerja 1 5.9 5.9 100.0

Total 17 100.0 100.0

pendidikan_terakhir_kontrol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 14 82.4 82.4 82.4

SMP 3 17.6 17.6 100.0

Total 17 100.0 100.0

pendidikan_terakhirEksperimen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 12 70.6 70.6 70.6

SMP 2 11.8 11.8 82.4

3 3 17.6 17.6 100.0

Total 17 100.0 100.0

agama_kontrol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 17 100.0 100.0 100.0


agama_eksperimen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid islam 17 100.0 100.0 100.0

Kontrol

tekanan_darah_pretest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid hipertensi 17 100.0 100.0 100.0

tekanan_darah_posttest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid hipertensi 17 100.0 100.0 100.0


Lampiran 9 Uji Normalitas

Descriptives

Statistic Std. Error

pre_sistolik_kontrol Mean 172.35 3.691

95% Confidence Interval for Lower Bound 164.53


Mean
Upper Bound 180.18

5% Trimmed Mean 172.06

Median 180.00

Variance 231.618

Std. Deviation 15.219

Minimum 150

Maximum 200

Range 50

Interquartile Range 20

Skewness .274 .550

Kurtosis -.588 1.063

pre_diastolik_kontrol Mean 92.35 1.364

95% Confidence Interval for Lower Bound 89.46


Mean Upper Bound 95.24

5% Trimmed Mean 92.61


Median 90.00

Variance 31.618

Std. Deviation 5.623

Minimum 80

Maximum 100

Range 20

Interquartile Range 10

Skewness .083 .550

Kurtosis .053 1.063

pre_sistolik_eksperimen Mean 176.47 3.529

95% Confidence Interval for Lower Bound 168.99


Mean Upper Bound 183.95

5% Trimmed Mean 176.08

Median 180.00

Variance 211.765

Std. Deviation 14.552

Minimum 160

Maximum 200

Range 40

Interquartile Range 20

Skewness .290 .550

Kurtosis -.890 1.063

pre_sdiastolik_eksperimen Mean 91.76 1.542

95% Confidence Interval for Lower Bound 88.50


Mean Upper Bound 95.03

5% Trimmed Mean 91.96

Median 90.00

Variance 40.441

Std. Deviation 6.359

Minimum 80

Maximum 100

Range 20
Interquartile Range 10

Skewness -.143 .550

Kurtosis -.238 1.063

post_sistolik_kontrol Mean 117.65 1.364

95% Confidence Interval for Lower Bound 114.76


Mean Upper Bound 120.54

5% Trimmed Mean 117.39

Median 120.00

Variance 31.618

Std. Deviation 5.623

Minimum 110

Maximum 130

Range 20

Interquartile Range 10

Skewness -.083 .550

Kurtosis .053 1.063

post_diastolik_kontrol Mean 77.65 1.060

95% Confidence Interval for Lower Bound 75.40


Mean Upper Bound 79.90

5% Trimmed Mean 77.94

Median 80.00

Variance 19.118

Std. Deviation 4.372

Minimum 70

Maximum 80

Range 10

Interquartile Range 5

Skewness -1.372 .550

Kurtosis -.149 1.063

post_sistolik_eksperimen Mean 117.06 1.426

95% Confidence Interval for Lower Bound 114.04


Mean Upper Bound 120.08
5% Trimmed Mean 116.73

Median 120.00

Variance 34.559

Std. Deviation 5.879

Minimum 110

Maximum 130

Range 20

Interquartile Range 10

Skewness .109 .550

Kurtosis -.325 1.063

post_diastolik_eksperimen Mean 78.82 .805

95% Confidence Interval for Lower Bound 77.12


Mean
Upper Bound 80.53

5% Trimmed Mean 79.25

Median 80.00

Variance 11.029

Std. Deviation 3.321

Minimum 70

Maximum 80

Range 10

Interquartile Range 0

Skewness -2.610 .550

Kurtosis 5.440 1.063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre_sistolik_kontrol .222 17 .026 .888 17 .042

pre_diastolik_kontrol .368 17 .000 .733 17 .000

pre_sistolik_eksperimen .243 17 .009 .809 17 .003

pre_sdiastolik_eksperimen .315 17 .000 .785 17 .001


post_sistolik_kontrol .368 17 .000 .733 17 .000

post_diastolik_kontrol .469 17 .000 .533 17 .000

post_sistolik_eksperimen .339 17 .000 .750 17 .000

post_diastolik_eksperimen .521 17 .000 .385 17 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Statistics

pre_sistolik pre_diastolik pre_sistolik_ pre_sdiastolik_ post_sistolik post_diastolik post_sistolik


_kontrol _kontrol eksperimen eksperimen _kontrol _kontrol _eksperimen

N Valid 17 17 17 17 17 17 17

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 172.35 92.35 176.47 91.76 117.65 77.65 117.06

Std. Error of Mean 3.691 1.364 3.529 1.542 1.364 1.060 1.426

Median 180.00 90.00 180.00 90.00 120.00 80.00 120.00

Mode 180 90 180 90 120 80 120

Std. Deviation 15.219 5.623 14.552 6.359 5.623 4.372 5.879

Minimum 150 80 160 80 110 70 110

Maximum 200 100 200 100 130 80 130

Sum 2930 1570 3000 1560 2000 1320 1990

Descriptives

Statistic Std. Error

selisih_sistolik_kontrol Mean 55.29 4.033

95% Confidence Interval for Lower Bound 46.75


Mean
Upper Bound 63.84

5% Trimmed Mean 54.77

Median 60.00

Variance 276.471

Std. Deviation 16.627

Minimum 30

Maximum 90
Range 60

Interquartile Range 15

Skewness .127 .550

Kurtosis .106 1.063

selisih_diastolik_kontrol Mean 14.71 1.248

95% Confidence Interval for Lower Bound 12.06


Mean Upper Bound 17.35

5% Trimmed Mean 14.67

Median 10.00

Variance 26.471

Std. Deviation 5.145

Minimum 10

Maximum 20

Range 10

Interquartile Range 10

Skewness .130 .550

Kurtosis -2.267 1.063

selisih_sistoliki_eksperimen Mean 59.41 3.784

95% Confidence Interval for Lower Bound 51.39


Mean Upper Bound 67.43

5% Trimmed Mean 59.35

Median 60.00

Variance 243.382

Std. Deviation 15.601

Minimum 30

Maximum 90

Range 60

Interquartile Range 20

Skewness .110 .550

Kurtosis -.097 1.063

selisih_diastolik_eksperimen Mean 12.94 1.872


95% Confidence Interval for Lower Bound 8.97
Mean
Upper Bound 16.91

5% Trimmed Mean 12.71

Median 10.00

Variance 59.559

Std. Deviation 7.717

Minimum 0

Maximum 30

Range 30

Interquartile Range 10

Skewness .333 .550

Kurtosis .293 1.063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

selisih_sistolik_kontrol .212 17 .041 .916 17 .127

selisih_diastolik_kontrol .349 17 .000 .642 17 .000

selisih_sistoliki_eksperimen .191 17 .101 .961 17 .655

selisih_diastolik_eksperimen .295 17 .000 .859 17 .015

a. Lilliefors Significance Correction


Lampiran 10 : Analisis Bivariat

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

tekanan_darah_
kontrol

Mann-Whitney U 3.500

Wilcoxon W 58.500

Z -3.550

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable:
tekanan_darah_eksperimen

Statistics

selisih_TD_prep selisih_TD_prep selisih_TD_prep selisih_TD_prep


ost_sistolik_kontr ost_diastolik_ko ost_sistolik_eksp ost_diastolik_eks
ol ntrol erimen perimen

N Valid 17 17 17 17

Missing 0 0 0 0
Mean 34.12 .00 12.94 .00

Std. Error of Mean 3.215 .000 2.230 .000

Median 30.00 .00 10.00 .00

Mode 30 0 20 0

Std. Deviation 13.257 .000 9.196 .000

Minimum 20 0 0 0

Maximum 70 0 30 0

Sum 580 0 220 0

Analisis Uji D’Cohen


Lampiran 11

DOKUMENTASI

Gambar 1 : pengukuran tekanan darah sebelum diberikan


rebusan bawang putih
Gambar 1 : pengukuran tekanan darah sebelum diberikan
rebusan bawang putih

Gambar 3 : alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan


rebusan bawang putih
Gambar 4 : proses pembuatan rebusan bawang putih

Gambar 5 : meminum rebusan bawang putih


Gambar 6 : pengukuran tekanan darah setelah diberikan
rebusan bawang putih

lampiran 12

SURAT IZIN PENGAMBILAN DATA AWAL


Lampiran 13

Surat izin penelitian


Lampiran 14

Surat izin penelitian dari Balitbang


Lampiran 15
Lampiran 16
Surat keterangan telah melakukan penelitian

Anda mungkin juga menyukai