Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA

KELUARGA TN.A KHUSUSNYA NY.S DENGAN PENERAPAN


RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT UNTUK PENURUNAN
TEKANAN DARAH DI KP SELANG CAU WANASARI
CIBITUNG TAHUN 2021

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH:
VINA KAMARUDIN, S.KEP
21.156.03.11.125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
2021
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
KELUARGA TN.A KHUSUSNYA NY.S DENGAN
PENERAPAN RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT
UNTUK PENURUNAN TEKANAN DARAH DI KP SELANG
CAU WANASARI CIBITUNG TAHUN 2021

TUGAS AKHIR

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH


GELAR PROFESI NERS (NERS)
PADA PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES MEDISTRA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
VINA KAMARUDIN, S.KEP
21.156.03.11.125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA
INDONESIA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring meningkatnya harapan hidup penduduk indonesia, maka

dapat diperkirakan bahwa insiden penyakit degeneratif akan meningkat

pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbilitas

dan mortilitas tinggi adalah Hipertensi (Andala, 2015).

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup

berbahaya di dunia, karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang

mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal

jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit

jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di

dunia (Siswanto et al., 2020)

Menurut American Heart Association (AHA) penduduk di amerika

yang berusia diatas 20 tahun penderita hipertensi mencapai 74,5 juta jiwa.

Menurut World Health Organization (WHO) dikawasan Asia Tenggara

populasi penderita Hipertensi sebesar 8% atau 147 juta jiwa dan di

perkirakan pada tahun 2050 meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013.

Sedangkan di indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah

penderita hipertensi mencapai sekitar 80 juta jiwa. Prevelensi kejadian

hipertensi di indonesia yang didapatkan dari hasil pengukuran tekanan

darah pada penduduk berusia >18 tahun mengalami peningkatan dari

25,8% pada tahun 2018 menjadi 34,11%. Jawa tengah menepati peringkat
ke-empat terjadinya hipertensi di indonesia yaitu sebesar 37,57% (S. U.

Dewi & Rahmawati, 2019).

Sekitar 95% pasien dengan hipertensi primer (esensial). Penyebab

hipertensi esensial ini masih belum dapat diketahui tetapi faktor genetik

dam lingkungan diyakini memang peranan dalam menyebabkan kenaikan

aktivitas dari sistem saraf simpatik sensivitas dari sistem rennin-angiotensi

aldosterone dan sistem saraf simpatik sensivitas garam terdapat tekanan

darah. Selain faktor genetik, faktor lingkungan yang mempengaruhi antara

lain yaitu mengonsumsi garam, obesitas, gaya hidup, konsumsi alkohol

dan merokok (Badjo et al., 2020). Hipertensi sekunder disebabkan oleh

adanya penyakit komoroid atau penggunaan obat-obatan tertentu baik

secara langsung ataupun tidak dapat menyebabkan hipertensi atau

memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau

mengobati kondisi komoroid yang menyertainya merupakan tahap pertama

dalam penanganan hipertensi sekunder (Badjo et al., 2020).

Penyakit Hipertensi termasuk penyakit tidak menular, sehingga

kemenkes membuat kebijakan yaitu : mengembangkan dan memperkuat

kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining), meningkatkan akses

masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan posbindu

penyakit tidak menular (PTM) dan meningkatkan akses penderita terhadap

pengobatan hipertensi melalui revitalisasi puskesmas untuk pengendalian

PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan seperti

puskesmas. Peningkatan menejemen pelayanan pengendalian PTM secara


Komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik, serta

peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana diagnostik dan pengobatan

(S. U. Dewi & Rahmawati, 2019).

Keluarga menempati posisi antara individu dan masyarakat,

apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat.

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan derajat kesehatan, keluarag sebagai sistem yang berinteraksi

dan merupakan unit utama yang menyangkut kehidupan masyarakat (S. U.

Dewi & Rahmawati, 2019).

Keluarga dapat menjadi penentu berhasil tidaknya pengobatan

yang dilakukan oleh seseorang dalam menjalani suatu pengobatan karena

keluarga dapat menjadi yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan

tentang program kesehatan yang dapat mereka terima (Koyongian et al.,

2015).

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh penderita hipertensi

agar dapat melaksanakan rencana perawatan yang telah ditetapkan dan

mematuhi aturan terapinya. Dukungan keluarga dapat menjunjung

keberhasilan terapi hipertensi karena memiliki hubungan erat dengan

kepatuhan minum obat (Soesanto, 2021).

Terapi air merupakan metode perawatan dan penyembuhan dengan

mengharapkan mendapatkan efek-efek terapis atau penyembuhan. Terapi

air ini menggunakan air hangat yang mana air hangat berfungsi untuk
memperluas jaringan otot pembuluh darah dan mengembangkan semua

otot yang menyalurkan darah kesemua organ pada tubuh sehingga

peredaran darah lebih lancar dan dapat memberikan efek rileks pada

penderita hipertensi (E. U. Dewi, 2016).

Menurut (Peni, 2008) penderita hipertensi tidak hanya meggunakan

obat-obatan tetapi bisa menggunakan metode yang lebih murah dan mudah

yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki dengan air hangat dapat

digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi

yang kaku serta dapat menyembuhkan stroke apabila dilakukan secara

terus menerus melalui kesadaran dan kedisiplinan.

Penatalaksanaan yang telah dikemukakan bertujuan untuk

menurunkan tekanan darah dengan mengurangi kegiatan jantung

memompa dan mengurangi mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi

halus sehingga tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah berkurang

dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun

(Rezky, 2015).

Keluarga binaan dalam kasus ini merupakan tipe keluarga Nuclear

Family, dengan tahap perkembangan keluarga dengan dewasa yang

memiliki masalah hipertensi sejak 4 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan

menunjukkan tekanan darah: 160/100 mmHg dengan berat badan:68 kg,

tinggi badan 163 cm, IMT 25,6 (Obesitas I).

Tugas kesehatan dalam keluarga meliputi keluarga Bapak.A yang

memiliki keluarga dengan hipertensi diantaranya di dapatkan bahwa


keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan yang diderita

oleh Ibu.S. Ibu.S mengetahui penyakit yang di deritanya tetapi Ibu.S tidak

mengetahui penyebab dan dampak dari penyakit tersebut dan keluarga

tidak juga begitu mengetahui tanda dan gejala sakit yang di derita Ibu.S.

Kemampuan keluarga dalam pengambilan keputusan kurang karena

keluarga tidak mengetahui banyak tentang masalah yang terjadi pada

penyakit hipertensi. Keluarga juga tidak mengetahui langkah yang

harus dilakukan dalam mencegah dan menangani penyakit yang

diderita Ibu.S. Keluarga jika ada keluarga yang sakit terlebih dahulu

dibawa untuk istirahat dan jika dengan istirahat tidak berkurang langsung

dibawa kepelayanan kesehatan seperti puskesmas. Sehingga dapat di

katakan bahwa di kelurga Bapak.A peran keluarga Bapak.A masih kurang

dalam mengetahui perilaku kesehatan yang baik untuk penyakit Ibu.S.

Untuk mengoptimalkan keberhasilan perawatan penyakit hipertensi

penting dilakukannya terapi non farmakologis. Dalam hal ini perawat

berkontribusi dalam menjalankan perannya sebagai peran perawat

keluarga yaitu dengan menerapkan terapi non farmakologis yaitu seperti

Merendam kaki dengan air hangat yang dilakukan sebanyak 3x dalam

seminggu, dengan durasi selama 30 menit. Setelah dilakukan tindakan

rendam kaki dengan air hangat akan mengurangi rasa sakit pada tubuh dan

memperlancarkan sirkulasi darah pada penderita hipertensi. Rendam kaki

dengan air hangat terapi non farmakologis terapi efektif yang dapat

dilakukan keluarga yang mengalami hipertensi yang bertujuan untuk


menurunkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

(Sutanto, 2010).

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian (S. U. Dewi & Rahmawati,

2019) & (Harnani & Axmalia, 2017) yang mengatakan hasil penelitian

tersebut menunjukkan efektivitas penurunan tekanan darah yang cukup

efektif akibat diberikan terapi yaitu rendam kaki dengan air hangat

dimana teknik rendam kaki dengan air hangat ini berdampak terhadap

lancarnya sirkulasi aliran darah, untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh.

Manfaat lainnya adalah menstabilkan aliran darah dan kerja jantung serta

faktor pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot dan

ligament yang mempengaruhi sendi tubuh, menghasilkan energi kalor

yang bersifat medilatasi. Hal tersebut juga sama dengan hasil penelitian

yang diteliti oleh (Nazaruddin, 2021) menyebutkan bahwa terapi kaki

dengan air hangat berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis

tertarik untuk menganalisis asuhan keperawatan pada keluarga Bapak.A

dengan penerapan rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan

hipertensi di Kp. Selang Cau Wanasari Cibitung.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang analisis asuhan keperawatan keluarga

Tn.A khususnya Ny.S dengan penerapan rendam kaki dengan air

hangat untuk menurunkan hipertensi di Kp. Selang Cau Wanasari

Cibitung.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu memberikan Gambaran hasil Pengkajian Keperawatan pada

Keluarga Tn. A dengan penerapan terapi rendam kaki dengan air

hangat di Kp Selang Cau Wanasari Cibitung

2. Mampu memberikan Gambaran hasil Diagnosa Keperawatan pada

Keluarga Tn. A dengan penerapan penerapan terapi rendam kaki

dengan air hangat di Kp Selang Cau Wanasari Cibitung

3. Mampu memberikan Gambaran hasil Nursing Care Planning (NCP)

atau Intervensi Keperawatan pada Keluarga Tn A dengan

penerapan penerapan terapi rendam kaki dengan air hangat di Kp

Selang Cau Wanasari Cibitung

4. Mampu memberikan Gambaran hasil Implementasi Keperawatan

pada Keluarga Tn A dengan penerapan penerapan terapi rendam

kaki dengan air hangat di Kp Selang Cau Wanasari Cibitung


5. Mampu memberikan Gambaran hasil Evaluasi Keperawatan pada

Keluarga Tn A dengan penerapan penerapan terapi rendam kaki

dengan air hangat di Kp Selang Cau Wanasari Cibitung

6. Mampu menganalisis penerapan Tindakan penerapan terapi rendam

kaki dengan air hangat di Kp Selang Cau Wanasari Cibitung

C. Manfaat

1. Bagi Klien dan Keluarga

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

pendidikan kesehatan mengenai Hipertensi dan cara melakukan

pencegahan, serta tindakan yang bisa menjadi pilihan bagi klien dan

keluarga untuk menjaga kestabilan serta penurunan Tekanan Darah dan

melakukan perawatan pada anggota keluarga yang Hipertensi

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

bagi mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir, khususnya bagi

yang akan mengangkat tema penulisan tentang Hipertensi dan

Penerapan terapi rendam kaki dengan air hangat.

3. Bagi Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap peneliti seputar terapi rendam kaki dengan air hangat yang

berhubungan dengan penurunan tekanan darah.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dau individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam

perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Friedman, 2010).

Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih

orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan saling menguntungkan,

empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus, saling

pengertian dan saling menyayangi (Achjar, 2010).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga

didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam

suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas

anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan

personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi

dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan

(Stuart, 2014).
2. Karakteristik keluarga

Karakteristik keluarga sehat :

1. Menunjukkan tingkat kemampuan keterampilan negosiasi yang

tinggi dan menghadapi masalahnya terus menerus.

2. Mengungkapkan berbagai perasaan, kepercayaan, dan perbedaan

mereka dengan jelas, terbuka, dan spontan.

3. Menghargai perasaan anggotanya.

4. Mengharapkan anggota untuk memikul tanggung jawab pribadi

terhadap tindakan yang mereka lakukan.

5. Menunjukan perilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu

sama lain (Setiawati, 2010).

3. Karakteristik Keluarga Sejahtera

Berdasarkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar,

psikososial, ekonomi, dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat

keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap yaitu sebagai berikut :

1. Keluarga pra sejahtera

Adalah yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan sandang, papan

dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah

satu atau lebih indikator keluarga sejahteraan tahap 1.

2. Keluarga sejahtera tahap I

Keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasar secara minimal

serta memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan


pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga,

interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3. Keluarga sejahtera tahap II

Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta

telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan

memperoleh informasi.

4. Keluarga sejahtera tahap III

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,

kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum

dapat memberikan sumbangan baik internal atau keluarga, serta

berfikir dengan menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan

sosial, kegamaan, kesenian,olahraga, pendidikan dan sebagainya.

5. Keluarga sejahtera tahap III (plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebuthan baik yang bersifat

dasar, sosial psikologis, pengembangan, serta telah mampu

memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi

masyarakat.

4. Tipe-tipe Keluarga

Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Tipe keluarga tradisional

 Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang

terdiri atas suami,istri dan anak.


 Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri

namun tidak memiliki anak

 Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua

dengan anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.

 Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya

terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah

 Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga

inti ditambah dengan anggota keluarga lainnya

 Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri

dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah

tangga sendiri.

 Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan

dan menggunakan pelayanan Bersama.

b. Tipe keluarga non tradisional

 Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri

dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.

 Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal

bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.

 Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki

persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-

istri
 Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup

Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti

pasangan

 Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki

hubungan darah dalam waktu sementara (Widagdo, 2016).

5. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah

keluarga beroperasi sebagai unit dan bagaimana anggota keluarga

berinteraksi satu sama lain. Hal ini mencerminkan gaya pengasuhan,

konflik keluarga, dan kualitas hubungan keluarga. Fungsi keluarga

mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan seluruh anggota

keluarga (Families, 2010).

Fungsi keluarga menurut (Marilyn M. Friedman, 2010):

1. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi

kebutuhan psikologis anggota keluarga

2. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan

anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan

status pada anggota keluarga

3. Fungsi reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat


4. Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya

5. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan

kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan.

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang

menempatkan keluarga dan komponennya sebagai focus pelayanan dan

melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan metode

observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009).

Variabel data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup :

a. Data umum/Identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,

komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehaari-

hari, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transportasi.

b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama,

hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status

imunisasi dasar, dan penggunaan alat bantu atau protesa serta status
kesehatan anggota keluarga saat ini meliputi keadaan umum,

riwayat penyakit/alergi.

c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (Saat

ini sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosisi

medis, rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi,

cairan, perkemihan, pernafasan, musculoskeletal, neurosensori,

kulit, istirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya,

kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang

medis indivisu yang sakit (Lab, radiologi, EKG, USG).

d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan

pemukiman antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat

pembuangan sampah dll.

e. Struktur keluarga ; struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai

(value), komunikasi, kekuatan.

f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel ini akan

menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan

keluarga.

g. Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental dan ekspresif.

Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup sehari-

hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. Aspek ekspresif

fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan

masalah, keyakinan dan lain-lain.


2. Diagnosis Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

individu, keluarga atau masyarkat yang diperoleh melalui suatu

proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat,

memberikan dasar untuk menetapkan tindakan- tindakan dimana

perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil

penghasilan terhadap msalaah dalam tahap perkembangan keluarga,

lingkungn keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluaraga,

koping keluarga, baik yang bersifat actual, risiko maupun sejahtera

dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk

melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluraga,

berdasarkan kemampuaan, dan sumber daya keluarga .

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data

yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnose keperawatan

meliputi problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign

atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.

a. problem atau masala

b. etiology atau penyebab

c. sign atau tanda

NANDA I telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis

keperawatan, yaitu diagnosis aktual, diagnosis resiko, diagnosis


kesejahteraan, dan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yaitu:

(Potter & Perry 2009).

a. Diagnosis Aktual

Diagnosa keperawatan aktual menggambarkan respon manusia

terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang terdapat

dalam individu, keluarga, komunitas. Karakteristik definisi

(manifestasi, tanda, dan gejala) yang dikelompokkan dalam pola

petunjuk yang berhubungan atau gangguan yang mendukung

pengkajian ini (NANDA International, 2007). Pemilihan diagnosa

aktual menunjukkan bahwa data yang dat pemeriksaan yang ada

sudah cukup untuk menegakkan diagnosa keperawatan.

b. Diagnosis Resiko

Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan respon manusia

terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang mungkin

menyebabkan individu, keluarga, atau komunitas menjadi rentan

(NANDA International, 2007).

c. Diagnosis Kesejahteraan

Diagnosa keperawatan sejahtera menggambarkan respon

manusia terhadap tingkat kesejahteraan dalam individu,

keluarga, atau komunitas yang memiliki kesiapan untuk

peningkatan (NANDA International, 2007). Ini merupaka

penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas

dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat


kesejahteraan yang lebih tinggi. Perawat memilih tipe diagnosis

ini ketika klien berharap atau telah mencapai tingkat kesehatan

yang optimal. Sebagai contoh, potensial peningkatan adaptasi

yang terkait dengan keberhasilan pengobatan kanker adalah

diagnosis kesejahteraan, dan perawat beserta keluarga

bekerjasama untuk beradaptasi dengan stresor yang berhubungan

dengan kelangsungan hidup penderita kanker. Dalam

pelaksanaanya, perawat menggabungkan kekuatan klien dan

sumber daya yang ada ke dalam rencana perawatan, dengan

tujuan untuk meningkatkan tingkat adaptasi. komunitas yang

memiliki kesiapan untuk peningkatan (NANDA International,

2007). Ini merupaka penilaian klinis tentang individu, keluarga,

atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu

ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Perawat memilih tipe

diagnosis ini ketika klien berharap atau telah mencapai tingkat

kesehatan yang optimal. Sebagai contoh, potensial peningkatan

adaptasi yang terkait dengan keberhasilan pengobatan kanker

adalah diagnosis kesejahteraan, dan perawat beserta keluarga

bekerjasama untuk beradaptasi dengan stresor yang berhubungan

dengan kelangsungan hidup penderita kanker. Dalam

pelaksanaanya, perawat menggabungkan kekuatan klien dan

sumber daya yang ada ke dalam rencana perawatan, dengan

tujuan untuk meningkatkan tingkat adaptasi.


d. Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan

Diagnosis keperawatan promosi kesehatan adalah penilaian

klinis terhadap motivasi individu, keluarga, atau komunitas serta

keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi

potensi kesehatan manusia sebagai ungkapan kesiapan mereka

untuk meningkatkan perilaku kesehatan tertentu, seperti nutrisi

dan olahraga. Diagnosis promosi kesehatan dapat digunakan

pada berbagai bidang kesehatan dan tidak membutuhkan tingkat

kesejahteraan tertentu (NANDA International, 2007). Potensial

peningkatan kenyamanan merupakan contoh diagnosis promosi

kesehatan.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau

mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan

divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan.

a. Menetapkan prioritas masalah

Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan keluarga

adalah dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari

Maglaya (2009).
No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah Skala : Wellness
Aktual Resiko 3
Potensial 3
2 1
1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah 2
Skala : Mudah 1 2
Sebagian Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk dicegah


Skala : Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masala Skala :
Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0

Tabel 2.3 Penapisan Masalah (Maglaya 2009)

Cara skoring :

1. Tentukan skore untuk setiap kriteria


2. Skor dibagi dengan makna tertentu dan kalikanlah dengan
bobot Skor

Angka tertinggi x bobot


3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria
b. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas

Penentuan prioritas masalah didasarkan dari 4 kriteria yaitu sifat

masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah

untuk dicegah dan menonjolnya masalah.


1. Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih

berat diberikan pada masalah aktual karena yang pertama

memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan

dirasakan oleh keluarga.

2. Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat

dirubah perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-

faktor sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan

untuk menangani masalah.

b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan

tenaga.

c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan

keterampilan dan waktu

d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas,

organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat.

3. Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-

faktor yang perlu diperhatikan adalah :

a. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan

penyakit atau masalah

b. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit

atau masalah
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-

tindakan yang dapat dalam memperbaiki masalah

d. Adanya kelompok high riskatau kelompok yang sangat

peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4. Kriteria ke empat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu

menilai persepsi atau baggaimana keluarga melihat masalah

kesehatan tersebut. Nilai skor yang tertinggi yang terlebih

dahulu dahulu diberikan intervensi keluarga.

4. Implementasi keperawatan Keluarga

Implementasi pada asuhan keperwan keluarga dapat dilakukan

pada individu dalam keluaga dan pada anggota keluarga lainnya.

Implementasi yang ditujukan pada individu meliputi:

a. Tindakan keperawatan langsung

b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar

c. Tindakan observasi.

d. Tindakan pendidikan kesehatan.

Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi :

a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan

informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.


b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat untuk individu dengan cara mengindentifikasi konsekuensi

jika tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber

yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentan konsekuensi tiap

tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah, mengawasi

keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluara menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menentukan sumber-

sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan

lingkungan keluarga, seoptimal mungkin.

e. Memotifasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di

lingkungan keluarga, membantu keluarga menggukan fasilitas

kesehatan yang ada.

5. Evaluasi Keperawatan keluarga

Sesuai denan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian

dan evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau

belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua

tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu

kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara


bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/ keluarga.

Tahapan evaluasi dapat dilakuakn selama proses asuhan

keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat

bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemanjuan klien

dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi

mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks

keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga dengan

kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan maslah serta

kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.

C. Konsep Masalah Kesehatan Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Menurut American Society Of Hypertension (ASH) Hipertensi

adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang

progresif sebagai akibat dari kondidi lain yang kompleks dan saling

berhubungan, WHO menyatakn hipertensi merupakan peningkatan

tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau

tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII),

berpendapat Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas 140/90

mmHg, sedangkan menurut Burnner dan suddarth Hipertensi juga

diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekananan darahnya

diatas 140/90 mmHg.

2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140

mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149

mmHg dan diastolik 91-94 mmHg

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan

95mmHg.

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Tanpa Diabetes/CKD
< 60 th < 140 < 90
≥ 60 th < 150 < 90
Dengan Diabetes/CKD < 140 < 90
Semua umur dengan DM
tanpa CKD
Semua umur dengan < 140 < 90
CKD dengan/tanpa DM
Sumber : Joint National Committee on Prevention Detection,
Evaluation,and Treatment of High Pressure VIII/JNC-VIII, 2014

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO Tahun 2014

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi 140-159 90-99
Derajat 1 Ringan
Hipertensi 160-169 100-109
Derajat 2 Sedang
Hipertensi >180 ≥ 180
Derajat 3 Berat
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang

mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada

penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang

ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan

timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),

ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat

naiknya tekanan darah, diantaranya yaitu:

1. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera

dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ

target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD

mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di

perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu

menit/jam.

2. Hipertensi Urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna

tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target

progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan

organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam

beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu

24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih

lambat (dalam hitungan jam sampai hari).


3. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang

spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac

output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport  Na.

2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3. Stress Lingkungan.

4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Primer

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi

seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,

system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri

lainnya yaitu: umur (jika umur bertambah maka TD meningkat),

jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit

hitam lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup (konsumsi

garam yang tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau makan

berlebihan, stres, merokok, minum alcohol, dan minum obat-obatan

(ephedrine, prednison, epineprin).


2. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal,

diabetes melitus, stroke.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada:

a. Elastisitas dinding aorta menurun.

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke


pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon

ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan

structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab

pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan


penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer.

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya

“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak

dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang

diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan

tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan

mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan

Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II

berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga

terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan

hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan

berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan

darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti

jantung.

5. Tanda Dan Gejala

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan


gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang

menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas,

kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran

menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

2. Sakit kepala

3. Pusing / migraine

4. Rasa berat ditengkuk

5. Penyempitan pembuluh darah

6. Sukar tidur

7. Lemah dan lelah

8. Nokturia

9. Azotemia

10. Sulit bernafas saat beraktivitas

6. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya

penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan

dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan

resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan

mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan


hidup sebesar 10-20 tahun. 20 Mortalitas pada pasien hipertensi lebih

cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan

komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi

adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.

7. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan

untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi

sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam

secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan

rendah asam lemak jenuh.

2. Penurunan berat badan

3. Penurunan asupan etanol

4. Menghentikan merokok

5. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan

untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat

prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,

jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang

baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar

antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan

sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.

6. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

a. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh

yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b. Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih

penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya

sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah

komplikasi lebih lanjut.

c. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi

akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan

hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter

Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation

And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan

bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau

penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama

dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang

ada pada penderita.

8. Pencegahan Hipertensi

Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika

tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko

penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi. Menurut Bustan MN (1995) dan

Budistio (2001), upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi

didasarkan pada perubahan pola makan dan gaya hidup. Upaya

pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

1. Perubahan pola makan

2. Pembatasan penggunaan garam hingga 4-6gr per hari, makanan yang

mengandung soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan.


3. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan,

kuning telur, cumi-cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan

margarin).

4. Menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol

5. Olah raga teratur

6. Hindari stres
9. Pathway
Kerusakan vaskuler pembuluh darah HIPERTENSI Tekanan sistemik darah meningkat
Beban kerja jantung meningkat Metode koping tidak efektif
Factor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, Aliran darah makin cepat keseluruh
stress, kurang olahraga genetic, alcohol,
Perubahan situasi Krisis situasional tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah
Perubahan struktur konsentrasi garam, obesitas mencukupi kebutuhan
Ketidakefektifan koping
Informasi yang minim Defisiensi pengetahuan ansietas
Penyumbatan pembuluh darah

Resitensi pembuluh darah otak Nyeri kepala


Vaskonstriksi meningkat

Suplai O2 ke otak menurun Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan


Gangguan sirkulasi Otak otot

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal Spasme arteriol Sistemik Koroner

Blood flow darah menurun Risiko cedera Vasokonstriksi Iskemia miokard

Afterload meningkat
Respon RAA Nyeri
Penurunan curah jantung
Fatigue
Merangsang aldosteron
Kelebihan volume cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na Edema
D. Konsep Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat

1. Pengertian rendam kaki dengan air hangat

Merendam kaki dengan air hangat adalah suatu metode perawatan

kesehatan yang populer dikalangan masyarakat cina. Pengobatan

tradisional cina merekomendasikan merendam kaki dengan air hangat

setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi

kemungkinan demam hingga mereda lebih awal. Kaki adalah jantung

kedua tubuh manusia menurut pengobatan tradisional cina, karena kaki

dapat dijadikan barometer yang mencerminkan kesehatan badan. Ada

banyak titik akupuntur di telapak kaki (hati, empedu, kandung kemih,

ginjal, limpa, dan perut) ada di kaki. Merendam kaki dengan air hangat

dapat mengambil alih fungsi herbal untuk memanaskan tubuh,

meningkatkan sirkulasi darah kebagian tubuh atas (Gunawan, 2014).

2. Manfaat Terapi Rendam kaki dengan Air Hangat

Air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama

berdampak pada pembuluh darah menjadi lancar, yang kedua adalah

faktor pembebanan didalam air yang menguatkan otot-otot dan

ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. Rendam kaki dengan air

hangat bermanfaat untuk vasodilatasi aliran darah sehingga diharapkan

dapat mengurangi tekanan darah (Hardianti, Nisa, & Wahyudo, 2018).

3. Prosedur terapi rendam kaki dengan air hangat


Berikut adalah persiapan alat dan prosedur yang dilakukan untuk terapi

rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah

menurut (Harnani & Axmalia, 2017).

Persiapan alat :

Kusri, Baskom, Termometer, Air panas, Air dingin, Handuk, Stopwach, Tensi

Meter, Stetoskop

a. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam, dan memperkenalkan nama perawat

2. Menjelaskan tujuan, prosedure dan lamanya tindakan kepada klien

b. Tahap Kerja

1. Membawa Peralatan mendekati klien

2. Memposisikan klien duduk di atas kursi

3. Mengukur tekanan darah sebelum dilakukan terapi rendam kaki

4. Jika kako tampak kotor cuci terlebih dahulu dan keringkan

5. Masukan air hangat kedalam baskom dengan suhu 30-40 °C

6. Celupkan dan rendam kaki sampai mata kaki biarkan selama 15-20 menit,

jika suhu turun maka tambahkan air hangat sampai sesuai kembali

7. Setelah selesai angkat kaki dan keringkan dengan handuk

8. Rapikan alat

9. Ukur kembali tekanan darah setelah dilakukan terapi rendam kaki

c. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

3. Merapikan alat
4. Melakukan dokumentasi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. PENGKAJIAN

A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. A
2. Usia : 36 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Alamat : Kp. Selang Cau Rt04/012 Wanasari Cibitung
6. Komposisi anggota keluarga :
No Nama Jenis Hub dgn TTL/Umur Pendidikan Pekejaan Status

(Inisial Kelamin KK Imunisasi


)

1. Ny. S Perempuan Istri 41 tahun / 15 SMA Ibu Rumah -


April 1980 Tangga

2. Anak Laki-laki Anak 15 tahun / 11 SMA Pelajar Lengkap


R Februari
2006

3. Anak Perempuan Anak 12 tahun / 11 MTS Pelajar Lengkap


H Juli 2009

Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

X : Meninggal

: Klien (Ibu A), Hipertensi

: Tinggal serumah

7. Tipe keluarga
Tipe keluarga yaitu nucklear family, dimana didalam keluarga tidak ada
orang lain selain suami istri dan anak
8. Suku
Keluarga Tn. A berasal dari suku Betawi, bahasa yang digunakan sehari-
hari adalah bahasa indonesia.
9. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Tn. A adalah islam, saat ini Tn. A
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu di Mushola sedangkan untuk Ny. S
dan anak anaknya melaksanakan sholat di rumah.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A adalah Karyawan Swasta, sehingga untuk mencukupi kebutuhan
sehari-harinya Tn. A dari hasil upah bekerja sebagai Karyawan Swasta.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga melakukan rekreasi ke objek wisata sebulan sekali pada saat Tn.
A libur kerja, Tn. A dan keluarganya lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menonton TV dan berkumpul dengan tetangga.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A adalah tahap remaja.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, karena anggota keluarga
seperti Ny. S mempunyai hipertensi.

3. Riwayat keluarga inti


- Tn. A sebagai kepala keluarga jarang sakit dan tidak mempunyai
riwayat penyakit sebelumnya.
TD : 120/70 mmHg S : 36,30C
N : 80x/menit RR : 19x/menit
- Ny. S sebagai istri mempunyai riwayat hipertensi. Ny. S mengeluh
pusing, nyeri tengkuk dan sering merasa lelah jika beraktivitas berat
dan mempunyai riwayat hipertensi semenjak 3 tahun yang lalu.
TD : 160/100 mmHg S : 36,40 c
N : 90x/menit RR : 20x/menit
- Anak R sebagai anak tidak mempunyai riwayat penyakit dan jarang
sakit
- Anak H sebagai anak tidak mempunyai riwayat penyakit dan jarang
sakit

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Keluarga dari Tn. A mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

keturunan ataupun penyakit menular, sedangkan ayah dari Ny.S memiliki

riwayat penyakit hipertensi.

C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh Tn. A adalah rumah milik pribadi dengan luas
12x10 m2. Tipe bangunan rumah Tn.A permanen dengan menggunakan
genteng, terdapat teras, 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 1
dapur, 1 kamar mandi dan 1 gudang. Ventilasi ada dan terlihat, sinar
matahari hanya masuk pada ruang tamu, kamar depan dan dapur. Rumah
terlihat rapih dan bersih , sirkulasi udara bagus dan semua jendela terbuka,
sumber air dari sanyo dan sumber air minum dari air isi ulang,
pencahayaan menggunakan lampu dan pencahayaan dari matahari, ,
terdapat gudang untuk menyimpan barang tidak terpakai, pembuangan
limbah melalui selokan, lantainya dengan menggunakan keramik, terdapat
septic tank dipekarangan samping WC dan pembuangan sampah dibakar
disamping rumah.
Denah rumah:

KAMAR DAPUR k.mandi

KAMAR R. Tengah
Gudang

kamar R. tamu

TERAS

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Tn. A mempunyai rumah dekat dengan jalan utama dan
mempunyai tetangga sebagai pedagang warung dan hidup rukun, pada saat
ada kegiatan RT selalu mengikuti kerja bakti.

3. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn. A sudah menempati rumah tersebut sejak 10 tahun yang lalu,
semenjak Tn. A menikah dengan Ny. S beberapa tahun baru bisa
membangun rumah.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Tn. A memanfaatkan waktu luang dengan menonton TV dengan
keluarga pada saat sore dan malam hari. Ny. S dan anak-anaknya
berinteraksi baik dengan masyarakat sekitar rumah, namun Tn. A jarang
berinteraksi dengan masyarakat sekitar karena harus ke bekerja pada saat
pagi sampai sore, dan malam hari digunakan untuk istirahat, tapi jika
mempunyai waktu istirahat yang lebih Tn. A meluangkan waktunya
dengan masyarakat sekitar.

5. Sistem Pendukung keluarga


Keluarga Tn. A mengatakan jika ada masalah mendiskusikannya dengan
keluarga inti dan keluarga besar dengan komunikasi terbuka satu sama
lain. Ny. S mengatakan jika ada keluarga yang sakit dibawa ke klinik atau
Rumah sakit terdekat. Tn. A mengatakan jika Ny. S sakit dan sampai
rawat inap atau mempunyai acara dirumah, saudaranya ikut membantu
baik dalam tenaga maupun materi.

D. Sruktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A terbuka satu sama lain dan dalam
keluarga bebas menyatakan pendapat tetapi pengambil keputusan adalah
Tn. A sebagai kepala keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga


Keluarga Tn. A saling menghargai satu sama lain, saling membantu serta
mendukung. Tn. A dan Ny. S mampu untuk merawat diri sendiri dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apabila ada masalah Ny. S diskusi
dengan Tn. A dan juga meminta nasihat kepada orangtua dan saudaranya.

3. Struktur peran
a. Tn. A adalah kepala keluarga yang berperan sebagai suami dan pencari
nafkah yang utama.
b. Ny. S adalah seorang istri dan ibu rumah tangga
c. Anak R adalah anak yang berperan sebagai anak yang tugas utamanya
adalah belajar.
d. Anak H adalah seorang anak yang berperan sebagai anak yang tugas
utamanya adalah belajar.
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn. A menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran agama
Islam dengan menerapkan ketiga anaknya nanti menjadi anak yang taat
dalam menjalankan ajaran agama. Norma budaya yang sesuai dengan
kebiasaan adat disekitar rumah dan ikut serta jika di wilayahnya ada
gotong royong. Di keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, berpamitan dan bertutur kata sopan
dan santun

E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Tn. A saling menyayangi satu sama lain, tempat
tinggal saudara ada yang dekat dan ada yang jauh, namun jika keluarga
Tn. A ada kesusahan, saudaranya pasti membantu.

2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. A menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain,
merekan membiasakan anak-anaknya bermain dengan teman-temannya
dan menekankan juga anak-anaknya untuk selalu belajar.

3. Fungsi perawatan kesehatan


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga Tn. A sudah mengetahui Ny. S memiliki penyakit
hipertensi namun Ny. S tidak terlalu mematuhi diet yang harus
dijalankan dan hanya mengurangi makanan yang mengandung garam
berlebihan saja. Ny. S mengatakan tidak mengetahui banyak tentang
penyakit yang dialaminya. Ny. S tidak memahami mengenai
pengertian, tanda gejala, etiologi maupun pencegahan dan
perawatannya. Ny. S hanya mengetahui bahwa hipertensi adalah darah
tinggi karena terlalu mengandung banyak garam, kelelahan jika
aktivitas berat dan bisa mudah marah ketika darahnya sedang tinggi.
Ny. S mengatakan jika beraktivitas berat akan mudah merasa kelelahan
dan pusing.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat
Keluarga Tn.. A dapat menjelaskan nilai dan harapan yang
diperoleh dari perilaku sehat dan keluarga Tn.. A belum bisa
mengidentifikasi keutungan dalam meningkatkan perilaku sehat serta
belum bisa mempertahankan komunikasi dengan keluarga dan juga
memberikan informasi yang dibutuhkan keluarga belum terpenuhi
semua.
Ny. S mengatakan tidak pernah menyerah oleh penyakit yang
dialaminya dikarenakan seluruh keluarga selalu mendukung dan
berdoa untuk kesembuhannya, hanya saja kadang Ny. S merasa takut
apabila sakitnya kambuh karena tidak bisa beraktivitas karena pusing,
tengkuk terasa berat, mata berkunang-kunang. Keluarga mengatakan
hal negative yang Ny. S sering lakukan jika ada masalah selalu
memikirkannya dan dampaknya akan kambuh sakitnya
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny. S mengatakan bahwa ketika merasa kelelahan karena aktivitas
terlalu berat dan pusing yang mengarah pada penyakit hipertensi maka
Ny. S segera meminum obat hipertensinya yang didapat dari klinik
atau membeli di apotek terdekat.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ny. S selalu membersihkan rumahnya setiap hari, ruangan
dirumahnya terlihat bersih.
e. Kemaampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. A cukup baik dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada seperti klinik terdekat. Apabila Ny. S Merasa sakit
ia segera memeriksakan diri ke klinik dengan ditemani Tn. A atau
anaknya, namun bila hanya sekedar demam sedikit Ny. S membeli
obat di apotek.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. A memiliki jumlah anak 2 orang. Keluarga Tn. A tidak
memiliki rencana mempunyai anak selanjutnya karena 2 anak saja sudah
cukup. Ny. S melakukan kontrasepsi dengan KB suntik.

5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. A memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari Tn.
A bekerja sebagai Karyawan Swasta dengan upah 5.500.000/bulan.
F. Stress dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Keluarga Tn. A mempunyai harapan supaya Ny. S tidak mengalami
kekambuhan pada hipertensi, untuk jangka panjang Tn. A berharap Ny. S
sembuh dari hipertensinya.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi


Tn. A dan anak pertamanya mengatakan sudah berupaya semaksimal
mungkin merawat Ny. S seperti mengatur pola makan dan memotivasi
untuk tetap melakukan aktivitas fisik dan biasanya Tn. A membeli obat
hipertensi di apotek.

3. Strategi koping yang digunakan


Keluarga Tn. A mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam
keluarga sehingga masukan keluarga dapat membantu menyelesaikan
masalahnya

4. Strategi adaptasi disfungsional


Dari hasil pengkajian didapatkan tidak ada strategi adaptasi yang
disfungsional yang dilakukan oleh Tn. A.

5. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Tn. A Ny. S Anak R Anak H
Fisik

Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala


mesosefal, mesosefal, mesosefal, mesosefal,
rambut hitam rambut hitam rambut hitam rambut hitam
dan bersih, dan bersih, dan bersih, dan bersih,
rontok (+) rontok (+) rontok (+) rontok (+)

TTV TD : 120/70 TD:160/100 TD : 110/80 TD : 110/70


mmHg mmHg mmHg mmHg

RR:20x/menit RR:20x/menit RR:18x/menit RR:22x/menit

N : 80x/menit N : 90x/menit N : 74x/menit N : 72x/menit

S : 36,30 C S : 36,40 C S : 36,10 C S : 36,50 C

BB/TB BB: 65 kg BB: 67 kg BB : 53kg BB : 40kg

TB : 168 cm TB: 150 cm TB : 155 cm TB : 140 cm

Mata Anemis (-) Pandangan Anemis (-) Anemis (-)


kabur

Anemis (-)

Hidung Secret (-) Secret (-) Secret (-) Secret (-)

Epistaksis (-) Epistaksis (-) Epistaksis (-) Epistaksis (-)

Mulut Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab,


kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
menelan (-) menelan (-) menelan (-) menelan (-)

Leher Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-)

Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran


kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe
(-) (-) (-) (-)

Dada Bunyi paru dan Bunyi paru dan Bunyi paru dan Bunyi paru dan
jantung normal jantung normal jantung normal jantung normal

Abdomen Kembung (-) Kembung (-) Kembung (-) Kembung (-)

Tangan Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-),


turgor kulit turgor kulit turgor kulit turgor kulit
elastis elastis elastis elastis

Kaki Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-),


turgor kulit turgor kulit turgor kulit turgor kulit
elastis elastis elastis elastis

Keadaan CM CM, Hipertensi CM CM


umum
G. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga
Harapan keluarga terhadap kesehatan yang ada khususnya Ny. S yaitu agar
masalah tersebut bisa diatasi tanpa gangguan kesehatan dan keluarga dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Harapan keluarga terhadap kunjungan
perawat keluarga adalah membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi dan dapat memberikan solusi yang tepat terhadap masalah
kesehatan, dan jasa dengan adanya kunjungan ke rumah tersebut keluarga
berharap dapat menambah pengetahuan mereka tentang kesehatan.
II. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan

1. DS: Perilaku kesehatan cenderung


beresiko (00188) pada Ny. S,
- Ny. S mengatakan sering pusing
keluarga Tn. A berhubungan dengan
- Ny. S mengatakan rasa berat di tengkuk
ketidakmampuan keluarga mengenal
- Ny. S mengatakan sering merasa lelah ketika
masalah kesehatan.
beraktivitas berat
- Keluarga mengatakan Ny. S mengalami
hipertensi sejak 3 tahun yang lalu
- Tn. A mengatakan selalu bertanya kepada
petugas kesehatan tentang penyakit yang
diderita Ny. S
DO :

- Keluarga tidak mampu menjelaskan tentang


penyakit hipertensi yang diderita Ny. S
- Tn. A dan Ny. S banyak bertanya kepada
perawat mengenai penyakit hipertensi.
- TTV :
TD : 160/100 mmHg
RR : 20x/menit
N : 90x/menit
S : 36,4 0C
2. DS : Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan (00099) pada Ny. S,
- Ny S mengatakan terkadang malas minum
keluarga Tn. A berhubungan dengan
obat hipertensi
ketidaktahuan keluarga merawat
- Ny. S mengatakan masih melakukan aktivitas
anggota keluarga yang sakit.
berat di rumahnya karena tidak ada yang
membantunya.
- Tn. A mengatakan bahwa dirinya dan Anak
H sibuk sehingga kurang memperhatikan Ny.
S
- Keluarga mengatakan Ny. S makan teratur 3x
sehari.
- Ny. S mengatakan masih mengkonsumsi
makanan yang menyebabkan darahnya tinggi
seperti ikan asin dan garam berlebihan
walaupun tahu itu akan menyebabkan
darahnya tinggi.

DO :

- Keluarga tidak tahu cara memelihara


kesehatan dengan hipertensi yang diderita Ny.
S
- Tn. A dan Ny. S banyak bertanya kepada
perawat mengenai pemeliharaan penyakit
hipertensi.
III. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
KELUARGA

Diagnosa Keperawatan : Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188) pada


Ny. S, keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.

No. Kriteria Skor Bobot Nilai

1. Sifat Masalah 2/3 x 1 = 2/3


 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
 Ancaman Kesehatan 1

 Keadaan sejahtera 2
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 = 2
 Mudah
 Sebagian 2 2

 Tidak dapat 1
0
3. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3
 Tinggi 3
 Sedang 2 1

 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1
 Masalah berat, harus segera 2
ditangani
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 1
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3 4/3
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
pada Ny. S, keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.

No. Kriteria Skor Bobot Nilai

1. Sifat Masalah 2/3 x 1 = 2/3


 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
 Ancaman Kesehatan 1

 Keadaan sejahtera 2
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 1/2 x 2 = 1
 Mudah
 Sebagian 2 1

 Tidak dapat 1
0
3. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3
 Tinggi 3
 Sedang 2 1

 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1
 Masalah berat, harus segera 2
ditangani
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 1
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 2 4/3
IV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Skor
No
1 Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Ny. S, keluarga
Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga 3 4/3
mengenal masalah kesehatan (NANDA-I Diagnosis Keperawatan,
00188)
2 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. S,
keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
2 4/3
merawat anggota keluarga yang sakit (NANDA-I Diagnosis
Keperawatan,00099)
V. NURSING CARE PLAN (NCP)
NURSING CARE PLAN (NCP)

No Kriteria Batasan Diagnosa Keperawatan


NOC NIC
Karakteristik
Dx.Kep Kode Hasil Kode Intervensi Kode
1. DS: Perilaku Kesehatan 00188 Setelah dilakukan intervensi Keluarga mampu mengenal
Cenderung Beresiko keperawatan, keluarga masalah pengetahuan kesehatan
- Ny. S mengatakan
pada Ny. S, keluarga mampu mengenal masalah dan perilaku kesehatan
sering pusing
Tn. A berhubungan pengetahuan kesehatan 1. Pendidikan kesehatan
- Ny. S mengatakan 5510
dengan dan perilaku kesehatan Tindakan:
rasa berat di tengkuk 2013
ketidakmampuan 1. Keseimbangan gaya - Jelaskan penyebab dan faktor
- Ny. S mengatakan
keluarga mengenal hidup yang berkontribusi
sering merasa lelah
masalah kesehatan. - Mengenali kebutuhan - Jelaskan proses perjalanan
ketika beraktivitas
untuk menyeimbangkan penyakit
berat
aktivitas hidup - Jelaskan tanda dan gejala
- Keluarga
- Meningkat dari jarang - Jelaskan penyebab
mengatakan Ny. S
dilakukan (2) kadang - Jelaskan pengobatan
mengalami hipertensi
kadang dilakukan (3) - Jelaskan proses terapi rendam
sejak 3 tahun yang
- Mencari informasi kaki dengan air hangat yang di
lalu
tentang strategi untuk rekomendasikan
- Tn. A mengatakan
aktivitas hidup yang 5604
selalu bertanya
seimbang
kepada petugas 3. Teaching : kelompok (keluarga)
- Meningkat dari jarang
kesehatan tentang Tindakan:
dilakukan (2) kadang
penyakit yang - Libatkan seluruh anggota
kadang dilakukan (3)
diderita Ny. S keluarga
1823 - Tentukan tujuan melakukan
DO :
2. Pengetahuan : Promosi
perubahan perilaku
- Keluarga tidak kesehatan
- Pilih koordinator dalam
mampu menjelaskan - Perilaku yang
keluarga
tentang penyakit meningkatkan kesehatan
- Jelaskan pentingnya perilaku
hipertensi yang - Strategi pengelolaan
kesehatan
diderita Ny. S ansietas Meningkat dari
- Evaluasi perilaku yang sudah
- Tn. A dan Ny. S pengetahuan terbatas (2)
berubah dan yang belum
banyak bertanya → pengetahuan baik (4)

kepada perawat
mengenai penyakit
hipertensi. Keluarga mampu

- TTV : memutuskan untuk Keluarga mampu memutuskan


TD : 160/100 mmHg meningkatkan atau 1603 untuk meningkatkan atau
RR : 20x/menit memperbaiki kesehatan : memperbaiki kesehatan : 5250
N : 90x/menit
1. Perilaku pencarian 1. Dukungan membuat keputusan
S : 36,4 0C
kesehatan Tindakan:
- Mampu mengajukan - Bantu keluarga untuk
pertanyaan-pertanyaan menjelaskan nilai dan harapan
yang berhubungan yang dapat diperoleh dari
dengan kesehatan perilaku sehat
- Meningkat dari jarang - Bantu keluarga
menunjukan (2) → mengidentifikasi keutungan
secara konsisten dalam meningkatkan perilaku
menunjukan (5) sehat
- Mampu untuk mendapat - Pertahankan komunikasi dengan
bantuan dari profesional keluarga
kesehatan - Berikan informasi yang
- Meningkat dari jarang dibutuhkan keluarga
menunjukan (2) → - Manfaatkan dukungan keluarga
secara konsisten atau kelompok lain untuk
menunjukan (5) mengambil keputusan
- Mampu menggunakan
informasi kesehatan 2. Dukungan pengasuhan
7040
yang terkemuka Tindakan :
- Meningkat dari jarang - mengkaji tingkat pengetahuan
menunjukan (2) →
keluarga
secara konsisten
menunjukan (5) - monitor interaksi keluarga
dalam permasalahan
- monitor indicator adanya stres
Keluarga mampu
1602
mendukung untuk Keluarga mampu mendukung
merawat anggota keluarga untuk merawat anggota keluarga

1. Perilaku promosi 1. Perlibatan keluarga dalam


7110
kesehatan promosi kesehatan
- Mampu menggunakan Tindakan :
dukungan sosial untuk - Antisipasi dan fasilitasi
meningkatkan kesehatan kebutuhan perilaku sehat
- Meningkat dari jarang - Anjurkan anggota keluarga
menunjukan (2) → untuk melakukan perilaku sehat
sering menunjukan (4) - Monitor struktur keluarga
- Monitor keterlibatan keluarga
- Fokuskan anggota keluarga
untuk hasil yang positif
- Identifikasi stressor
- Fokuskan anggota keluarga
untuk hasil yang positif
1209 Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan
Keluarga mampu 6480

memodifikasi lingkungan 1. Manajemen lingkungan


Tindakan:
1. Motivasi
- Informasikan pada keluarga
- Rencana untuk masa
mengenai membuat
depan
lingkungan rumah yang
- Meningkat dari jarang
nyaman bagi klien
menunjukkan (2)
- Ciptakan lingkungan yang
menjadi sering
nyaman
menunjukkan (4)
- Mengembangkan
2. Pemeliharaan proses kesehatan
rencana tindakan 7130
keluarga
- Meningkat dari tidak
Tindakan:
pernah menunjukkan (1)
- Diskusikan dukungan sosial
menjadi jarang
- Jelaskan bahwa perilaku
menunjukkan (2)
kesehatan anggota keluarga
- Memperoleh dukungan
dapat berpengaruh terhadap
yang diperlukan
anggota keluarga lainnya
- Meningkat dari tidak
pernah menunjukkan (1) - Identifikasi kebutuhan
menjadi jarang perawatan yang diperlukan
menunjukkan (2)
terkait perubahan gaya hidup
1305
2. Pengaturan psikososial :
perubahan kehidupan
- Menetapkan tujuan yang
realistis
- Meningkat dari kadang-
kadang menunjukkan
( 3) menjadi sering
menunjukkan (4)
- Partisipasi dalam
aktivitas diwaktu luang
- Meningkat dari kadang-
kadang menunjukkan
( 3) menjadi sering
menunjukkan (4)
- Mengapresiasikan
kepuasan dengan
pengaturan hidup
- Meningkat dari kadang-
kadang menunjukkan
( 3) menjadi sering
menunjukkan (4)
1701 7400

Keluarga mampu
Keluarga mampu memanfaatkan
memanfaatkan fasilitas
fasilitas pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan

1. Panduan sistem pelayanan


1. Kepercayaan mengenai
kesehatan
kesehatan: merasakan
Tindakan :
kemampuan melakukan
- Jelaskan sistem perawatan
- Persepsi bahwa perilaku
kesehatan
kesehatan tidak terlalu
- Motivasi keluarga untuk selalu
rumitMeningkat dari
rutin memantau kesehatan Ny.
sedang (3) → kuat (4)
S ke pelayanan kesehatan
- Kepercayaan terhadap
kemampuan untuk
melakukan perilaku
kesehatan Meningkat
dari sedang (3) → kuat
(4)
2. Kepercayaan mengenai
kesehatan : kontrol yang
diterima
e. Menerima tanggung
jawab terkait engan
keputusan kesehatan
Meningkat dari lemah
(2) menjadi sedang (3)
f. Meminta untuk terlibat
dalam keputusan
kesehatan Meningkat
dari lemah (2) menjadi
sedang (3)
g. Usaha untuk
mengumpulkan
informasi Meningkat
dari lemah (2) menjadi
sedang (3)

2 DS : Ketidakefektifan Setelah dilakukan intervensi Keluarga mampu memahami


pemeliharaan 00099 1837
keperawatan, keluarga tentang hipertensi, pengobatan
kesehatan pada Ny. 5515
- Ny S mengatakan
S, keluarga Tn. A mampu memahami dan pencegahan
terkadang malas berhubungan dengan
tentang hipertensi, 1. Peningkatan kesadaran
ketidaktahuan
minum obat
keluarga merawat kesehatan
anggota keluarga
pengobatan dan
hipertensi
Tindakan :
yang sakit. pencegahan
- Ny. S mengatakan
masih melakukan 1. Pengetahuan: - Gunakan komunikasi yang
aktivitas berat di Manajemen Hipertensi sesuai dan jelas
rumahnya karena - Kisaran normal untuk - Gunakan bahasa sederhana
tidak ada yang tekanan darah sistolik - Bicara perlahan
membantunya. Meningkat dari - Hindari penggunaan
- Tn. A mengatakan pengetahuan terbatas (2) akronim/singkatan dan jargon
bahwa dirinya dan menjadi pengetahuan medis
Anak R sibuk baik (4) - Gunakan strategi untuk
sekolah sehingga - Kisaran normal untuk meningkatkan pemahaman
kurang tekanan darah diastolik - Evaluasi pemahaman keluarga
memperhatikan Ny. Meningkat dari dengan meminta keluarga
S pengetahuan terbatas (2) mengulangi kembali
- Keluarga menjadi pengetahuan menggunakan kata – kata
mengatakan Ny. S baik (4) sendiri atau memperagakan
makan teratur 3x - Target tekanan darah keterampilan
sehari. Membaik dari tekanan
- Ny. S mengatakan darah tinggi menjadi
masih normal
mengkonsumsi - Metode untuk mengukur
makanan yang tekanan darah
menyebabkan Meningkat dari
darahnya tinggi pengetahuan terbatas (2)
seperti ikan asin dan menjadi pengetahuan
garam berlebihan baik (4)
walaupun tahu itu Keluarga mampu
akan menyebabkan berpartisipasi dalam
darahnya tinggi. keputusan perawatan
kesehatan 1606 Keluarga mampu berpartisipasi 5250
DO :
1. Partisipasi dalam dalam keputusan perawatan
- Keluarga tidak tahu keputusan perawatan kesehatan
cara memelihara kesehatan 1. Dukungan Pengambilan
kesehatan dengan - Mampu menentukan Keputusan
hipertensi yang pilihan yang diharapkan Tindakan :
diderita Ny. S terkait dengan outcome - Informasikan pada keluarga
- Tn. A dan Ny. S kesehatan Meningkat mengenai pandangan –
banyak bertanya dari jarang dilakukan (2) pandangan atau solusi alternatif
kepada perawat
mengenai → sering dilakukan (4) dengan cara yang jelas dan
pemeliharaan - Identifikasi prioritas mendukung
penyakit hipertensi.
outcome kesehatan - Bantu keluarga
Meningkat dari jarang mengidentifikasi keuntungan
dilakukan (2) → sering dan kerugian dari setiap
dilakukan (4) alternatif pilihan
- Identifikasi hambatan - Fasilitasi percakapan keluarga
untuk mencapai outcome mengenai tujuan perawatan
yang ingin dicapai - Fasilitasi pengambilang
Meningkat dari jarang keputusan kolaboratif
dilakukan (2) → sering
dilakukan (4) 2. Peningkatan keterlibatan
7110
keluarga
Tindakan :
- Diskusikan pilihan jenis
perawatan dirumah seperti
menganjurkan keluarga untuk
melakukan terapi rendam kaki
dengan air hangat
Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang
sakit
Keluarga mampu merawat
1. Perilaku patuh
anggota keluarga yang sakit
- Mampu mengevaluasi
keakuratan dan 1600 1. CERDIK : 7150
informasi kesehatan - Cek kesehatan secara rutin
yang diperoleh - Enyapkan asap rokok
Meningkat dari jarang - Rajin aktivitas
dilakukan (2) → sering - Diet seimbang
dilakukan (4) - Istirahat cukup
- Mampu menggunakan - Kelola stress
informasi kesehatan
Meningkat dari jarang 2. Pengajaran Prosedur/Perawatan
dilakukan (2) → sering Tindakan : 5618
dilakukan (4) - Informasikan kepada keluarga
mengenai tindakan yang akan
2. Perilaku patuh : diet dilakukan : terapi rendam kaki
yang sehat dengan air hangat
- Menyusun target capaian - Informasikan kepada keluarga
diet Meningkat dari berapa lama tindakan
1621
jarang dilakukan (2) berlangsung sebanyak 3x dalam
menjadi kadang kadang seminggu dengan waktu kurang
dilakukan (3) lebih 10-20 menit
- Menyeimbangkan
kebutuhan sodium
(garam) Meningkat dari
jarang dilakukan (2)
menjadi kadang kadang
dilakukan (3)
- Memilih makanan sesuai
dengan panduan nutrisi
yang direkomendasikan
Meningkat dari jarang
dilakukan (2) menjadi
kadang kadang
dilakukan (3)
3. Perilaku patuh: aktivitas
yang disarankan
- Mampu membahas
aktivitas rekomendasi
1632
Meningkat dari jarang
menunjukan (2) →
sering menunjukan (4)
- Mampu mengidentifikasi
manfaat yang diharapkan
dari aktivitas Meningkat
dari jarang menunjukan
(2) → sering
menunjukan (4)

Keluarga mampu
menemukan sumber –
sumber yang dapat
digunakan keluarga

1. Pengetahuan : Sumber – 1806 Keluarga mampu menemukan


sumber kesehatan 7130
sumber – sumber yang dapat
- Keluarga mengetahui
digunakan keluarga
sumber perawatan
kesehatan terkemuka 1. Pemeliharaan proses keluarga
Meningkat dari Tindakan :
pengetahuan terbatas (2) - Diskusikan strategi untuk
menjadi pengetahuan menormalkan kehidupan
baik (4) keluarga
- Keluarga mengetahui - Bantu keluarga untuk
kapan untuk menggunakan mekanisme
mendapatkan bantuan dukungan yang ada
dari seseorang - Informasikan kepada keluarga
profesional kesehatan mengenai sumber kesehatan
Meningkat dari yang tersedia
pengetahuan terbatas (2)
menjadi pengetahuan
baik (4)
- Keluarga mengetahui
Strategi untuk
mengakses layanan
kesehatan Meningkat
dari pengetahuan
terbatas (2) menjadi
pengetahuan baik (4)
Keluarga mampu
mematuhi pengobatan
yang dianjurkan oleh
dokter
1. Perilaku patuh:
pengobatan yang Keluarga mampu mematuhi
disarankan pengobatan yang dianjurkan oleh
- Memperoleh obat yang dokter
2380
dibutuhkan Meningkat 1. Manajemen pengobatan
1623
dari tidak patuh (2) Tindakan :
menjadi patuh (5)
- Kaji ulang keluarga secara
- Mengonsumsi semua
berkala mengenai jenis dan
obat sesuai interval yang
jumlah obat yang dikonsumsi
ditentukan Meningkat
- Monitor respon terhadap
dari tidak patuh (2)
perubahan pengobatan dengan
menjadi patuh (5)
cara yang tepat
- Minum obat sesuai dosis
- Kembangkan strategi bersama
Meningkat dari tidak
keluarga untuk meningkatkan
patuh (2) menjadi patuh
kepatuhan mengenai regimen
(5)
obat yang diresepkan
- Memodifikasi dosis
- Berikan keluarga mengenai
sesuai intruksi
informasi untuk meningkatkan
- Meningkat dari tidak
patuh (2) menjadi patuh pemahaman diri mengenai
(5) pemberian obat yang tepat.

VI. Catatan Perkembangan


No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan

1 Jum’at, 12 TUK 1 dan TUK 2 Subjektif:


Perilaku kesehatan November 2021 Dengan menggunakan leaflet: - Keluarga mengatakan bahwa faktor penyebab
Jam 14.00 WIB
cenderung beresiko 1. Melakukan pendidikan kesehatan hipertensi pada Ny. S adalah beraktivitas berat,
(00188) pada Ny. S, mengenai hipertensi mudah stress dan usia
keluarga Tn. A 2. Melakukan terapi non farmakologi - Keluarga menyatakan mulai terbuka pikirannya
rendam kaki dengan air hangat
berhubungan tentang hipertensi setelah mendapatkan
3. Memberikan informasi kepada keluarga
dengan penjelasan dari perawat
bahwa hipertensi dapat mengganggu
ketidakmampuan - Keluarga mengatakan ingin mendapatkan
kesehatan
keluarga mengenal pengetahuan yang lebih banyak lagi tentang
4. Memberikan reinforcement positif
masalah kesehatan. terhadap keluarga saat keluarga aktif teknik mengatasi hipertensi
saat diberikan pendidikan kesehatan
- Keluarga mengatakan mampu menyebutkan
mengenai hipertensi
5. Menjelaskan pada keluarga tentang akibat hipertensi jika tidak ditangani seperti
akibat lanjut lanjut dari masalah penyakit jantung, depresi, kecelakaan lalu lintas
hipertensi - Keluarga mengatakan mampu menyebutkan
6. Menjelaskan kepada keluarga mengenai alternatif pemecahan masalah hipertensi yaitu
alternatif pemecahan masalah hipertensi perawatan di rumah dan kunjungan ke pelayanan
yang dialami oleh Ny. S kesehatan apabila gejala hipertensi bertambah
7. Membantu keluarga menetapkan Objektif:
- Keluarga memperhatikan saat perawat
keuntungan dan kerugian masing-
menyampaikan materi mengenai hipertensi
masing alternatif pemecahan masalah.
- Keluarga aktif dalam bertanya dan menjawab
8. Memberikan motivasi/dukungan
keluarga memilih alternatif pertanyaan evaluasi
9. Memberi pujian atas pilihan yang tepat - Terdapat kontak mata selama proses diskusi
- Sesekali menganggukkan kepala saat diberi
penguatan atau penjelasan
- Keluarga tampak mempertimbangkan setiap
keputusan

Analisis:
- TUK 1 dan 2 tercapai dengan indikator
pengetahuan mengenal masalah hipertensi serta
Keluarga mampu memutuskan tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga, perilaku
pencarian kesehatan meningkat dari 2 (jarang
dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan: Melanjutkan intervensi untuk TUK 3 :
Keluarga mampu mendukung untuk merawat anggota
keluarga

Minggu, 14 TUK 3 Subjektif:


November 2021, 1. Mengantisipasi dan fasilitasi kebutuhan - Keluarga mengatakan pentingnya melakukan
09.00 WIB
perilaku sehat perilaku sehat dan fasilitas perilaku sehat
2. Menganjurkan anggota keluarga untuk - Keluarga mengatakan keluarga mampu bekerja
melakukan perilaku sehat sama untuk terlibat dalam merawat Ny. S
3. Memonitor struktur keluarga - Keluarga mengatakan mampu memilih tindakan
4. Memonitor keterlibatan keluarga perawatan dan pencegahan hipertensi dengan
5. Memfokuskan anggota keluarga untuk cara menghindari faktor stres
hasil yang positif Objektif:
Keluarga tampak bekerja sama dalam merawat Ny. S
6. Mengidentifikasi stressor
7. Memfokuskan anggota keluarga untuk Analisis:
- Keluarga mampu bekerja sama dalam dalam
hasil yang positif
merawat anggota keluarga dengan kesembuhan
hipertensi tercapai.
- Perilaku pencarian kesehatan meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
Lanjutkan TUK 4 Memodifikasi lingkungan
Senin, 15 TUK 4 dan 5 Subjektif:
November 2021 1. Menginformasikan pada keluarga - Keluarga mengatakan akan berupaya
Jam 17.00 WIB
mengenai membuat lingkungan rumah memberikan lingkungan yang nyaman agar Ny.
yang nyaman bagi klien S dapat beristirahat
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman - Keluarga mengatakan akan berperilaku baik
3. Menjelaskan bahwa perilaku kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga dapat berpengaruh - Keluarga menyatakan akan melakukan
terhadap anggota keluarga lainnya pemeriksaan rutin ke puskesmas
- Keluarga menyatakan bila hipertensi sangat
4. Memberi pujian atas upaya keluarga
5. Menyampaikan kepada keluarga bila mengganggu maka akan mengkonsultasikannya

hipertensi sangat mengganggu segera ke dokter

konsultasikan keluhan tersebut ke Objektif:


- Keluarga nampak antusias untuk membantu agar
pelayanan kesehatan
Ny. S dapat sehat
6. Memotivasi keluarga untuk selalu rutin - Keluarga sesekali terlihat menganggukan
memantau kesehatan Ny. S ke pelayanan kepalanya saat perawat memberikan penjelasan
kesehatan dan motivasi kepada keluarga untuk melakukan
pemantauan rutin kesehatan di pelayanan
kesehatan
Analisis:
TUK 4 dan 5 tercapai dengan indikator keluarga
mampu memodifikasi lingkungan dimana motivasi
keluarga meningkat dari 2 (jarang) menjadi 4 (sering
dilakukan) dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Perencanaan:
- Monitoring Tekanan Darah
- Monitoring motivasi pergi ke pelayanan
Kesehatan
2 Ketidakefektifan Jum’at, 12 TUK 1 Subjektif :
November 2021 1. Menjelaskan kepada keluarga - Keluarga mengatakan nilai normal tekanan
pemeliharaan
Jam 14.00 WIB
menggunakan komunikasi yang sesuai darah yaitu 120/80 mmHg
kesehatan pada Ny.
dan jelas dan sederhana tentang nilai - Keluarga mengatakan memahami apa yang
S, keluarga Tn. A
normal tekanan darah disampaikan oleh perawat
berhubungan
2. Berbicara secara perlahan Objektif :
dengan
- Keluarga memperhatikan saat perawat
3. Menghindari penggunaan
ketidaktahuan
Keluarga memperhatikan saat perawat
akronim/singkatan dan jargon medis
keluarga merawat
menyampaikan materi mengenai hipertensi
4. Menggunakan strategi untuk
anggota keluarga
- Keluarga aktif dalam bertanya dan menjawab
meningkatkan pemahaman
yang sakit. 5. Mengevaluasi pemahaman keluarga pertanyaan evaluasi
dengan meminta keluarga mengulangi - Terdapat kontak mata selama proses diskusi
kembali menggunakan kata – kata Analisis:
- TUK 1 tercapai, dimana mampu mengenal nilai
sendiri atau memperagakan
normal tekanan darah
keterampilan
- Mengetahui nilai normal tekanan darah
(meningkat dari 2 menjadi 4)
Perencanaan:
Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan keluarga dalam
pengambilan keputusan perawatan kesehatan

Jum’at, 12 TUK : 2 Subjektif:


November 2021 1. Menginformasikan pada keluarga - Keluarga mengatakan mampu menyebutkan
Jam 14.00 WIB
mengenai pandangan – pandangan atau alternatif pemecahan masalah hipertensi yaitu
solusi alternatif dengan cara yang jelas perawatan di rumah dan kunjungan ke pelayanan
dan mendukung kesehatan apabila gejala hipertensi bertambah
2. Memberikan pilihan yang membantu Objektif:
Keluarga tampak mempertimbangkan setiap
dalam pembuatan keputusan perawatan
keputusan
3. Membantu keluarga mengidentifikasi Analisis:
Keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat
keuntungan dan kerugian dari setiap
dalam merawat anggota keluarga dengan hipertensi
alternatif pilihan
tercapai.Perilaku pencarian kesehatan meningkat
4. Memfasilitasi percakapan keluarga
dari 2 (jarang dilakukan) menjadi 4 (sering
mengenai tujuan perawatan
dilakukan)
5. Memfasilitasi pengambilang keputusan
kolaboratif Perencanaan : Lanjutkan TUK 3 kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Minggu, 14 TUK 3: keluarga mampu merawat Subjektif:
November 2021, anggota keluarga yang sakit - Ny. S mampu melakukan CERDIK
09.00 WIB 1. Menjelaskan pada keluarga tindakan
untuk mencegah dan merawat Ny. S bila - keluarga mampu menjelaskan kembali
mengalami hipertensi mengenai tindakan yang dapat dilakukan untuk
2. Menjelaskan pengertian terapi rendam mencegah dan merawat Ny. S bila mengalami
kaki dengan air hangat hipertensi
3. Menjelaskan persiapan yang perlu - keluarga mampu menjelaskan kembali
dilakukan sebelum melakukan terapi pengertian dari terapi rendam kaki dengan air
rendam kaki dengan air hangat hangat
4. Mendemontrasikan latihan terapi rendam - keluarga mampu menjelaskan kembali apa saja
kaki dengan air hangat yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan
5. Mengevaluasi tekanan darah mengalami terapi rendam kaki dengan air hangat
kenaikan atau penurunan - keluarga mampu melakukan terapi rendam kaki
6. Memberi pujian atas upaya keluarga dengan air hangat
yang benar - Ny. S merasa lebih baik saat mencoba
mempraktikan terapi rendam kaki dengan air
hangat

Objektif:
- Ny. S tampak semangat untuk melakukan
CERDIK dikehidupan sehari-hari
- Ny. S nampak relaks saat melakukan terapi
rendam kaki dengan air hangat
- Ny. S tampak antusias saat melakukan rendam
kaki dengan air hangat
- Tekanan Darah :
Sebelum melakukan terapi rendam kaki dengan
air hangat : 150/90 mmHg menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop setalah
dilakukan terapi rendam kaki dengan air hangat
selama 20 menit yang diukur 90 menit setelah
melakukan senam hipertensi : 130/80 mmHg

Analisis:
TUK 3 tercapai diamana keluarga mampu melakukan
perawatan kepada Ny. S bila mengalami hipertensi
dimana perilaku promosi kesehatan meningkat dari 2
(jarang menunjukkan) menjadi 4 (sering
menunjukkan) serta perilaku patuh meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
Lanjutkan TUK 4 kemampuan keluarga mengetahui
sumber kesehatan

Senin, 15 TUK 4 Subjektif


November 2021 1. Mendiskusikan strategi untuk - Keluarga mengatakan sudah mengetahui sumber
Jam 17.00 WIB
menormalkan kehidupan keluarga kesehatan yang tersedia
2. Membantu keluarga untuk menggunakan - Keluarga mengatakan memahami apa yang
mekanisme dukungan yang ada disampaikan oleh perawat
3. Menginformasikan kepada keluarga Objektif
mengenai sumber kesehatan yang - Keluarga memperhatikan saat perawat
tersedia
menyampaikan sumber kesehatan keluarga
- Terdapat kontak mata selama proses diskusi
Analisis
 TUK 4 tercapai, dimana mampu mengenal sumber
kesehatan keluarga meningkat dari (2) menjadi (4)
Perencanaan
Lanjutkan TUK 5 kemampuan keluarga mematuhi
pengobatan sesuai anjuran dokter
Senin, 15 TUK 5 : Subjektif:
November 2021 1. Mengkaji ulang bersama keluarga secara - Keluarga mengatakan obat hipertensi dari dokter
Jam 17.00 WIB
berkala mengenai jenis dan jumlah obat di minum 1x1 pagi hari
yang dikonsumsi - Ny. S mengatakan jika minum obat menjadi tidak
2. Memonitor respon terhadap perubahan pusing
pengobatan dengan cara yang tepat - Keluarga mengatakan akan terus mengingatkan
3. Mengembangkan strategi bersama Ny. S dalam minum obat yang rutin sesuai
keluarga untuk meningkatkan kepatuhan anjuran dokter.
mengenai regimen obat yang diresepkan Obyektif
- Keluarga memperhatikan saat perawat
4. Memberikan keluarga mengenai
menyampaikan pentingnya patuh minum obat
informasi untuk meningkatkan
sesuai anjuran
pemahaman diri mengenai pemberian
- Terdapat kontak mata selama proses diskusi
obat yang tepat.
- Sesekali menganggukkan kepala saat diberi
penguatan atau penjelasan.
Analisis
TUK 5 tercapai, dimana keluarga mampu memahami
kepatuhan minum obat
- Mengonsumsi semua obat sesuai interval yang
ditentukan
- Meningkat dari tidak patuh (2) menjadi patuh
(5)
- Minum obat sesuai dosis
- Meningkat dari tidak patuh (2) menjadi patuh
(5)
- Memodifikasi dosis sesuai intruksi
o Meningkat dari tidak patuh (2) menjadi patuh
(5)
Perencanaan
--

No Diagnosa
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Selasa, 16 TUK 3 Subjektif:
pemeliharaan November 2021 1. Menjelaskan pada keluarga tindakan untuk  Ny. S mampu melakukan CERDIK
Jam 17.00 WIB mencegah dan merawat Ny. S bila
kesehatan pada Ny. S,  keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian dari
mengalami hipertensi
keluarga Tn. A terapi rendam kaki dengan air hangat
berhubungan dengan 2. Menjelaskan persiapan yang perlu dilakukan  keluarga mampu menjelaskan kembali apa saja yang
ketidaktahuan sebelum melakukan terapi rendam kaki perlu dipersiapkan sebelum melakukan terapi rendam
keluarga merawat dengan air hangat kaki dengan air hangat
anggota keluarga yang 3. Mendemontrasikan latihan terapi rendam  keluarga mampu melakukan terapi rendam kaki
sakit. kaki dengan air hangat dengan air hangat
4. Mengevaluasi tekanan darah mengalami  Ny. S merasa lebih baik saat mencoba mempraktikan
kenaikan atau penurunan terapi rendam kaki dengan air hangat
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang Objektif:
benar  Ny. S tampak semangat untuk melakukan CERDIK
dikehidupan sehari-hari
 Ny. S nampak relaks saat melakukan terapi rendam
kaki dengan air hangat
 Ny. S tampak antusias saat melakukan rendam kaki
dengan air hangat
 Tekanan Darah :
Sebelum melakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat : 140/90 mmHg menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop setalah dilakukan
terapi rendam kaki dengan air hangat selama 20 menit
yang diukur 90 menit setelah melakukan senam
hipertensi : 130/ 80 mmHg
Analisis:
Keluarga mampu melakukan perawatan kepada Ny. S bila
mengalami hipertensi dimana perilaku promosi kesehatan
meningkat dari 2 (jarang menunjukkan) menjadi 4 (sering
menunjukkan) serta perilaku patuh meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
Lanjutkan TUK 3 Satu hari lagi secara mandiri melakukan
terapi rendam kaki dengan air hangat, diet seimbang
Istirahat yang cukup , kelola stres

No Diagnosa
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Rabu, 17 TUK 3 Subjektif:
November 2021 1. Menjelaskan pada keluarga tindakan untuk  Ny. S mampu melakukan CERDIK
pemeliharaan
kesehatan pada Ny. S, Jam 13..00 WIB mencegah dan merawat Ny. S bila  keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian dari
keluarga Tn. A mengalami hipertensi terapi rendam kaki dengan air hangat
2. Menjelaskan persiapan yang perlu dilakukan
berhubungan dengan  keluarga mampu menjelaskan kembali apa saja yang
sebelum melakukan terapi rendam kaki
ketidaktahuan perlu dipersiapkan sebelum melakukan terapi rendam
dengan air hangat
keluarga merawat kaki dengan air hangat
3. Mendemontrasikan latihan terapi rendam
anggota keluarga yang  keluarga mampu melakukan terapi rendam kaki
kaki dengan air hangat
sakit. dengan air hangat
4. Mengevaluasi tekanan darah mengalami
 Ny. S merasa lebih baik saat mencoba mempraktikan
kenaikan atau penurunan
terapi rendam kaki dengan air hangat
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang
Objektif:
benar
 Ny. S tampak semangat untuk melakukan CERDIK
dikehidupan sehari-hari
 Ny. S nampak relaks saat melakukan terapi rendam
kaki dengan air hangat
 Ny. S tampak antusias saat melakukan rendam kaki
dengan air hangat
 Tekanan Darah :
Sebelum melakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat : 140/90 mmHg menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop setalah dilakukan
terapi rendam kaki dengan air hangat selama 20 menit
yang diukur 90 menit setelah melakukan senam
hipertensi : 125/ 80 mmHg
Analisis:
Keluarga mampu melakukan perawatan kepada Ny. S bila
mengalami hipertensi dimana perilaku promosi kesehatan
meningkat dari 2 (jarang menunjukkan) menjadi 4 (sering
menunjukkan) serta perilaku patuh meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
Lakukan terapi rendam kaki dengan air hangat selama 3x
seminggu secara mandiri, pertahankan diet seimbang,
Istirahat yang cukup , kelola stres
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus yang di

dilaksanakan selama 5 hari implementasi di mulai tanggal 12 November 2021

sampai dengan tanggal 17 November 2021 di Kp Selang Cau Wanasari Cibitung.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan  adalah tahap dasar dari seluruh

proses keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data

pasien. Agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah, kebutuhan kesehatan

dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Perbandingan data yang terdapat pada teori dengan data yang ditemukan pada

kasus memiliki beberapa kesamaan seperti Keluarga Bapak A merupakan

Keluarga Tradisional tipe Nuclear Family (Friedman, 2010) karena bapak A

tinggal dengan istri dan dua orang anaknya di Rumah miliknya sendiri. Tahap

Perkembangan keluarga Bapak A sesuai teori adalah tahap perkembangan usia

Remaja (Friedman, 2010) karena anak pertama Bapak A masih sekolah.

Gejala yang dirasakan oleh Ny.S yaitu selalu mengeluhkan mengatakan

sering pusing, mengatakan rasa berat di tengkuk dan sering merasa lelah ketika

beraktivitas berat dan didukung oleh pemeriksaan tekanan darah yang

dilakukan perawat yang mendapatkan hasil Tekanan Darah 160/100 mmHg.

Berdasarkan teori Hipertensi Ny.S berada dalam Tingkatan Grade 2 dimana

nilai sistoliknya 160 mmHg dan diastoliknya 100 mmHg. Ny.S tidak pernah

memeriksakan tekanan darahnya, Ny. memiliki kebiasaan mengkonsumsi


makanan asin yang menyebabkan darahnya tinggi. Ny.S belum mengalami

komplikasi yang berhubungan walaupun dalam teori disebutkan penderita

Hipertensi Grade 2 biasanya sudah mengalami kelainan kardiovaskular atau

kerusakan organ tubuh lainnya. Jika kondisi tekanan darah yang tinggi terus

dibiarkan akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, Mortalitas pada

pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah

menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital (Hardi, 2015) Kebiasaan

Ny.S mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi menjadi

salah satu faktor resiko terjadinya Hipertensi diperkuat oleh teori menurut

(Kemenkes RI, 2018) Garam menyebabkan penumpukkan cairan didalam

tubuh karena menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga akan

terus meningkatkan volume dan tekanan darah. Selain itu Ny.S jarang

melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, menurut (Kemenkes RI, 2018)

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan

bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan olahraga atau

aktivtas fisik yang terartur akan memicu terjadinya penurunan darah.

Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga pada keluarga Tn.A terdapat

perbedaan Keluarga Tn.A khususnya Ny.S tidak menyadari dirinya Hipertensi

Grade 2 serta jarang memeriksa dirinya ke pelayanan kesehatan hal ini

dikatakan bahwa keluarga belum mampu melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dan fungsi perawatan kesehatan belum terpenuhi. (Harmoko, 2012).


B. Diagnosa Keperwatan

Penulis menggunakan sumber dari NANDA (North America Nursing

Diagnosa Association) 2018-2020 , sebab dasar untuk menentukan diagnosa.

Dalam teori disebutkan bahwa ada beberapa masalah keperawatan yang dapat

muncul dalam Keperawatan keluarga diantaranya adalah diagnosa yang

ditemukan oleh penulis.

Diagnosa yang diangkat oleh yaitu Perilaku kesehatan cenderung beresiko

pada Ny. S, keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan. Diagnosa pada kasus yaitu perilaku kesehatan

cenderung beresiko, keluarga Tn. U khususnya Ny.S. Adapun alasan penulis

mengangkat diagnosa adalah perilaku kesehatan cenderung beresiko ditunjang

dari data yaitu: Ny.S mengatakan dirinya tidak mengetahui dengan jelas

pengetahuan penyakit, gagal melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan

maka terjadinya hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup atau

perilaku dalam cara memperbaiki tingkat kesejahteraan keluarga yang sakit

Penulis mengambil diagnose keperawatan yang ke dua yaitu adalah

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. S, keluarga Tn. A

berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit karena kemampuan keluarga menjalankan 5 tugas kesehatan keluarga

masih kurang maksimal Khususnya Ny.S Adapun pengertian ketidakefektifan

manajemen kesehatan keluarga dalam teori adalah pola pengaturan dan

pengintegrasian ke dalam proses keluarga, suatu program untuk pengobatan

penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan


kesehatan tertentu dari unit keluarga.(Herdman, 2018) penulis mengangkat

diagnosa tersebut dengan mempertimbangkan beberapa batasan karakteristik

yang ada dalam diagnosa tersebut salah satunya adalah : kurang perhatian pada

penyakit (Herdman, 2018) baik dari Ny.S ataupun keluarga terlihat dari kasus

Ny.S tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan.

C. Intervensi Keperawatan

Dalam teori disebutkan Perencanaan atau Intervensi keperawatan keluarga

adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk membantu

keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan anggota

keluarga. (Muthia & Hasibuan, 2018) Intervensi Keperawatan keluarga yang

dilakukan dalam kasus keluarga Tn.A adalah tindakan Keperawatan secara

Langsung, observasi dan Pendidikan kesehatan. Tindakan keperawatan

langsung pada keluarga adalah Perawat melakukan komunikasi terapeutik

dengan keluarga , pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga dan

melakukan pemeriksaan Tekanan darah pada setiap anggota keluarga

khususnya Ny.S. Tindakan Observasi dari perawat adalah memonitor Tekanan

darah, asupan garam harian,Istirahat dan aktivitas fisik. Edukasi pada keluarga

diberikan melalui pendidikan kesehatan tentang Hipertensi.

Menurut (Friedman, 2010) terdapat 3 macam Intervensi Keluarga yaitu

Intervensi Suplemental (adalah Intervensi dengan rencana pemberian

pelayanan secara langsung kepada keluarga sebagai sasaran), fasilitatif

( intervensi yang diberikan dengan rencana dalam rangka membantu mengatasi

hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan


social dan transportasi) dan Developmental (intervensi yang diberikan dengan

rencana perawat membantu keluarga dalam kapasitasnya untuk menolong

dirinya sendiri (membuat keluarga untuk mandiri) dengan kekuatan dan

sumber pendukung yang ada pada keluarga). Dalam kasus ini perawat

memberikan jenis Suplemental berupa Pendidikan Kesehatan tentang

Hipertensi, perawat memberikan Tindakan Terapi rendam kaki dengan air

hangat. Intervensi Fasilitatif yang diberikan adalah pemberian leaflet

Hipertensi, rendam kaki dengan air hangat serta membantu keluarga untuk

memanfaatkan akses pelayanan kesehatan menggunakan Badan Penyelenggara

jaminan social (BPJS) yang dimiliki oleh keluarga. Intervensi developmental

berupa keluarga diharapkan mampu memahami proses penyakit Hipertensi ,

dapat melakukan tindakan rendam kaki dengan air hangat sebagai pilihan untuk

aktivitas fisik : olahraga , dan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada dengan Badan Penyelenggara jaminan social (BPJS).

intervensi supplemental : Terapi rendam kaki dengan air hangat ini

diberikan kepada keluarga Tn.A khususnya Ny.S yang bertujuan untuk

membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlancar pembuluh

darah sehingga lebih banyak oksigen dipasok kejaringan yang megalami

pembengkakan (Wulandari et al., 2016). Intervensi ini dilakukan sebanyak 3 x

dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 20 menit dan dilakukan

pengukuran tekanan darah pre dan post rendam kaki dengan air hangat oleh

perawat, 2 x perawat mendampingi dan 1x keluarga mencoba sendiri yang. Hal

ini mengacu pada salah satu penelitian dari (Harnani & Axmalia, 2017). terapi
ini dapat dilakukan pada penderita hipertensi karena Terapi rendam kaki

menggunakan air hangat ini memiliki banyak manfaat, namun pada beberapa

kasus menjadi kontra indikasi, yaitu pada kasus penyakit jantung dengan

kondisinya yang parah, orang yang memiliki tekanan darah rendah, serta

penderita diabetes.

Selain itu perawat menyusun rencana Diit makanan rendah garam : 1

sendok teh per hari dan Istirahat yang cukup : kurang lebih 7-8 jam perhari.

Pada pasien hipertensi dianjurkan untuk istirahat yang cukup , Istirahat yang

cukup dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja. Dengan

istirahat yang cukup , tidur mampu mengembalikan aliran darah ke otak.

(Hardi, 2015) selain itu penderita Hipertensi juga disarankan untuk melakukan

pencegahan peningkatan tekanan darah secara terus menerus. Beberapa cara

pencegahan atau pengontrolan tekanan darah diantaranya adalah dengan

Olahraga , menjalankan diet Hipertensi, Istirahat yang cukup,hindari stress,

tidak merokok dan minum alcohol. (Hardi, 2015)

D. Implementasi Keperawatan

Proses keperawatan dilakukan mulai dari 12 November 2021 sampai

dengan tanggal 17 November 2021. Dari beberapa intervensi keperawatan

keluarga , penulis melakukan implementasi diantaranya : Implementasi secara

langsung yang diberikan berupa komunikasi terapeutik dengan keluarga ,

pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga dan melakukan pemeriksaan

Tekanan darah pada setiap anggota keluarga khususnya Ny.S,. Impelentasi

pendidikan kesehatan tentang Hipertensi, Rendam kaki menggunakan air


hangat, Perawat melakukan observasi Tekanan darah sebelum dan sesudah

melakukan senam hipertensi, serta pemantauan diit rendah garam pada Ibu T.

Tindakan terapi rendam kaki dengan air hangat yang disarankan adalah

sebanyak 3 kali dalam seminggu, selama kurang lebih 30 menit dengan

dilakukan pengukuran pre dan post senam Hipertensi (30-120 menit) (E. U.

Dewi, 2016). Maka dari itu penulis melakukan tindakan rendam kaki dengan

air hangat selama 3 x dengan durasi kurang lebih 30 menit, untuk

pelaksanaannya dilakukan pertama di hari Minggu 14 November 2021, kedua

pada hari selasa 16 November 2021 dan ketiga pada hari rabu 17 November

2021. Diperkuat oleh (S. U. Dewi & Rahmawati, 2019). dalam penelitiannya

yang menyampaikan bahwa Orang yang melakukan latihan 3 kali seminggu

akan membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar pembuluh

darah akibatnya lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan yang mengalami

pembengkakan dan ketegangan otot.

Selanjutnya perawat memberikan diit rendah garam dengan program

konsumsi garam satu sendok teh perhari atau setara dengan 6 gram.

(Trisnawan, 2019) serta mempertahankan istirahat tidur yang cukup (7-8 jam

perhari).(P2PTM, 2018) Hal ini sejalan dengan program aksi kecil untuk

menurunkan Tekanan darah oleh (P2PTM, 2018) Membatasi konsumsi

garam : Kebanyakan asupan garam akan merusak keseimbangan natrium dan

kalium, sehingga menyulitkan ginjal bekerja dengan baik. Kondisi ini akan

memicu terjadinya retensi (penumpukan) cairan diikuti dengan naiknya

tekanan darah. Aktif Bergerak (olahraga) Olahraga sebaiknya dilakukakn


secara teratur , dengan olahraga peredaran darah akan lancar. Selain itu

olahraga juga mampu membakar lemak mencegah terjadinya kelebihan berat

badan. Selanjutnya Istirahat yang cukup : Istirahat yang cukup dapat

mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja. Dengan istirahat yang

cukup , tidur mampu mengembalikan aliran darah ke otak.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan : rendam kaki dengan air hangat selama 3 x

dalam satu minggu dengan durasi 30 menit dan pengukuran tekanan darah

dilakukan pre dan post senam hipertensi didapatkan hasil Tekanan darah pada

Ny.S mengalami penurunan pada tekanan darah sistolik maupun diastolic

sekitar 10-20 mmHg. Hasil yang didapatkan dari Pelaksanaan rendam kaki

dengan air hangat tersebut dilihat dari diagram garis tekanan darah

mengalami penurunan setalah melakukan senam Hipertensi yang diukur

konsisten. Pertama kali hasil tekanan Darah sistolik dari 160 mmHg setalah

tindakan menjadi 140 mmHg, diastolic dari 100 mmHg menjadi 90 mmHg.

Pada kunjungan kedua pelaksanaan senam hipentensi hasil : tekanan sistolik

dari 140 mmHg menjadi 130 mmHg, tekanan darah diastolic dari 90 mmHg

menjadi 80 mmHg. Kunjungan ketiga pelaksanaan Senam Hipertensi hasil :

tekanan darah sistolik 140 mmHg menjadi 125 mmHg dan tekanan darah

diastolic dari 90 mmHg menjadi 80 mmHg. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh (Harnani and Axmalia, 2017) bahwa rendam kaki dengan

air hangat secara rutin maka akan terjadi perubahan tekanan darah karena

efek dari rendam kaki menggunakan air hangat menghasilkan energi kalor
yang bersifat mendilatasi dan melancarkan peredaran darah juga merangsang

saraf yang ada pada kaki untuk mengaktifkan saraf simpatis sehingga

menyebabkan perubahan tekanan darah.

Penurunan tekanan darah ini didukung juga dengan pembatasan asupan

garam perharinya (satu sendok teh/hari (6 gram)) karena garam menyebabkan

penumpukkan cairan didalam tubuh karena menarik cairan diluar sel agar

tidak dikeluarkan sehingga akan terus meningkatkan volume dan tekanan

darah. Maka dari itu penderita Hipertensi disarankan untuk membatasi asupan

garam harian. (Trisnawan, 2019) selain itu Ibu T mempertahankan istirahat

tidur 7-8 jam perhari.(P2PTM, 2018)

Didukung oleh (Hardi, 2015) yang menyatakan bahwa Istirahat yang

cukup dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja. Dengan

istirahat yang cukup , tidur mampu mengembalikan aliran darah ke otak.

(Hardi, 2015) Terdapat persamaan antara kasus dengan teori , pasien dengan

Hipertensi membutuhkan Aktivitas olahraga Rutin, pengaturan diit rendah

garam serta istirahat yang cukup, kelola stres. Penulis memberikan Rencana

tindak lanjut kepada keluarga agar meruntinkan olah raga senam hipertensi

mengingat tujuan senam hipertensi dapat menurunkan tekanan darah selain

itu mampu memberikan kebugaran bagi tubuh, dan tetap mempertahankan

diit Rendah garam serta istirahat 7-8 jam perhari dan terapi rendam kaki air

hangat jika perlu.


BAB V

PENUTUPAN

F. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya bahwa hasil asuhan keperawatan keluarga tentang “Analisis

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Tn.A Khususnya Ny.S

Dengan Penerapan Rendam Kaki Dengan Air Hangat Untuk Penurunan

Tekanan Darah Kp Selang Cau Wanasari Cibitung Tahun 2021” Maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian telah yang dilakukan pada keluarga Tn.A pada

pasien Ny.S dengan hipertensi. Hasil data keluarga mengatakan tidak

begitu mengetahui tentang apa itu hipertensi, tanda gejala, penyebab,

dan cara perawatan. Keluarga terlihat bingung saat ditanya tentang

hipertensi dan cara merawat penderita hipertensi.

2. Diagnosa keperawatan yang ditegakan adalah :

- Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Ny.S keluarga Tn.A

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

- Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. S, keluarga Tn.

A berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit

3. Rencana keperawatan yang dibuat sesuai dengan teori yang

berdasarkan kondisi dan kebutuhan pasien, rencana keperawatan


disusun bersama keluarga memberikan pendidikan kesehatan

mengenai proses penyakit hipertensi, berikan dukungan pada keluarga

membuat keputusan yang tepat dalam merawat klien, motivasi

keluarga untuk memberikan harapan pada klien dalam proses

pengobatan hipertensi, libatkan keluarga dalam merawat klien yang

mengalami hipertensi, manajemen lingkungan yang nyaman dan

aman, motivasi keluarga untuk memeriksakan kesehatan secara

teratur.

4. Implementasi yang dilakukan merupakan rencana tindakan

memberikan pendidikan kesehatan hipertensi mengenai proses

penyakit hipertensi, memberikan dukungan pada keluarga membuat

keputusan yang tepat dalam merawat klien, motivasi keluarga untuk

memberikan harapan pada klien dalam proses pengobatan hipertensi,

melibatkan keluarga dalam merawat klien yang mengalami hipertensi,

memodifikasi lingkungan yang nyaman, memotivasi keluarga untuk

memeriksakan fasilitas kesehatan secara teratur dan memberikan

melakukan kegiatan psikomotorik berupa mendemonstrasikan cara

perawatan hipertensi dirumah dengan melatih melakukan terapi

rendam kaki dengan air hangat.

5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan terapi rendam

kaki dengan air hangat adalah pusing rasa berat di tengkuk yang

mengakibatkan kesulitan tidur berkurang dan ditekanan darah 125/80

mmHg.
6. Terdapat perbedaan hasil takanan darah implementasi masih dapat

dilanjutkan secara mandiri oleh Ny.S Sehingga dapat disimpulkan

bahwa takanan darah dapat stabil apabila Ny.S mengatur pola makan

dan terapi rendam kaki dengan air hangat dengan teratur.

G. Saran

1. Bagi Keluarga dan Klien

Penulis berharap dalam penulisan ini dapat dijadikan dasar bagi

keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan pada pasien Hipertensi

dengan pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat dan dapat

bermanfaat untuk kegiatan yang dapat dilakukan di rumah agar tidak

terjadi peningkatan hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Adanya laporan kasus ini diharapkan dapat menambahkan masukan dan

memberikan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

keluarga pada pasien dengan hipertensi, sehingga pada mahasiswa yang

akan melakukan praktek klinik keperawatan dapat mengetahui

gambaran dan informasi mengenai asuhan keperawatan keluarga pada

pasien dengan hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Andala, S. (2015). Tugas kesehatan keluarga mengenal diet hipertensi pada lansia.

Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1), 91–99.

download.portalgaruda.org/article.php

Badjo, S., Rumagit, S., Anthonie, W., Fakultas, M., Universitas, K., Indonesia, S.,

Fakultas, D., Universitas, K., Indonesia, S., Fakultas, D., Universitas, K., &

Indonesia, S. (2020). E-Jurnal Sariputra, Februari 2020, Volume 7. (1). 7(1),

24–29.

Dewi, E. U. (2016). Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap

Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Surabaya. Jurnal

Keperawatan, 5(2).

http://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/d3kep/article/view/50

Dewi, S. U., & Rahmawati, P. A. (2019). Penerapan Terapi Rendam Kaki

Menggunakan Air Hangat Dalam Menurunkan Tekanan Darah. JIKO (Jurnal

Ilmiah Keperawatan Orthopedi), 3(2), 74–80.

https://doi.org/10.46749/jiko.v3i2.33

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset , Teori dan

Praktek. EGC.

Hardi, N. A. H. & K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnose Medis dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Mediaction Jogja.


Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Belajar.

Harnani, Y., & Axmalia, A. (2017). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air

Hangat Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut. Journal of

Community Health, 3(5), 129–132.

https://core.ac.uk/download/pdf/194877183.pdf

Herdman. (2018). NANDA Internasional Nursing Diagnoses : Definitions and

Clasification 2018-2020. EGC.

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.

Koyongian, A., Kundre, R., & Lolong, J. (2015). Hubungan Peran Keluarga

Dengan Kepatuhan Berobat Pasien Hipertensi Di Desa Batu Kecamatan

Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Keperawatan

UNSRAT, 3(3), 113840.

Muthia, A., & Hasibuan, B. (2018). Perencanaan keperawatan dalam keluarga.

P2PTM. (2018). Kebutuhan Tidur Sesuai Usia - Direktorat P2PTM. Kementerian

Kesehatan Ri.

Siswanto, Y., Ambar Widyawati, S., Asyura Wijaya, A., Dewi Salfana, B., Studi

Kesehatan Masyarakat, P., Ilmu Kesehatan, F., & Ngudi Waluyo, U. (2020).

Hipertensi Pada Remaja di Kabupaten Semarang. Jppkmi, 1(1), 11–16.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi

Soesanto, E. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Upaya Perawatan


Kesehatan Lanjut Usia Hipertensi Dimasa Pandemi Covid-19. Jurnal

Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus,

10(2), 170–179.

Sumartini, N. P., Zulkifli, Z., & Adhitya, M. A. P. (2019). Pengaruh Senam

Hipertensi Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019.

Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(2), 47.

https://doi.org/10.32807/jkt.v1i2.37

Trisnawan, A. (2019). Mengenal Hipertensi. Mutiara Aksara.

Wulandari, P., Arifianto, & Sekarningrum, D. (2016). Pengaruh Rendam Kaki

Menggunakan Air Hangat dengan Campuran Garam dan Serai Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Podorejo

RW 8 Ngaliyan. Keperawatan, 7(1), 43–47.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/3918/4397

Bulechek, Gloria M. dkk. 2016. “Nursing Interventions Classification (NIC)

Edisi ke Enam”. Singapore: Elsevier.

Herdman, T. Heather, 2016. “NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2018 – 2020”. Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue. dkk. 2016. “Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke

Lima”. Singapore: Elsevier.


Lampiran 1
Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai