TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH:
VINA KAMARUDIN, S.KEP
21.156.03.11.125
TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH:
VINA KAMARUDIN, S.KEP
21.156.03.11.125
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit
yang berusia diatas 20 tahun penderita hipertensi mencapai 74,5 juta jiwa.
perkirakan pada tahun 2050 meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013.
25,8% pada tahun 2018 menjadi 34,11%. Jawa tengah menepati peringkat
ke-empat terjadinya hipertensi di indonesia yaitu sebesar 37,57% (S. U.
hipertensi esensial ini masih belum dapat diketahui tetapi faktor genetik
2015).
air ini menggunakan air hangat yang mana air hangat berfungsi untuk
memperluas jaringan otot pembuluh darah dan mengembangkan semua
peredaran darah lebih lancar dan dapat memberikan efek rileks pada
obat-obatan tetapi bisa menggunakan metode yang lebih murah dan mudah
yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki dengan air hangat dapat
digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi
dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun
(Rezky, 2015).
oleh Ibu.S. Ibu.S mengetahui penyakit yang di deritanya tetapi Ibu.S tidak
tidak juga begitu mengetahui tanda dan gejala sakit yang di derita Ibu.S.
diderita Ibu.S. Keluarga jika ada keluarga yang sakit terlebih dahulu
dibawa untuk istirahat dan jika dengan istirahat tidak berkurang langsung
rendam kaki dengan air hangat akan mengurangi rasa sakit pada tubuh dan
dengan air hangat terapi non farmakologis terapi efektif yang dapat
(Sutanto, 2010).
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian (S. U. Dewi & Rahmawati,
2019) & (Harnani & Axmalia, 2017) yang mengatakan hasil penelitian
efektif akibat diberikan terapi yaitu rendam kaki dengan air hangat
dimana teknik rendam kaki dengan air hangat ini berdampak terhadap
lancarnya sirkulasi aliran darah, untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh.
Manfaat lainnya adalah menstabilkan aliran darah dan kerja jantung serta
yang bersifat medilatasi. Hal tersebut juga sama dengan hasil penelitian
penderita hipertensi.
1. Tujuan Umum
Cibitung.
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
pencegahan, serta tindakan yang bisa menjadi pilihan bagi klien dan
terhadap peneliti seputar terapi rendam kaki dengan air hangat yang
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dau individu yang tergabung
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas
(Stuart, 2014).
2. Karakteristik keluarga
memperoleh informasi.
masyarakat.
4. Tipe-tipe Keluarga
tangga sendiri.
istri
Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup
pasangan
5. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi reproduksi
perawatan kesehatan.
imunisasi dasar, dan penggunaan alat bantu atau protesa serta status
kesehatan anggota keluarga saat ini meliputi keadaan umum,
riwayat penyakit/alergi.
keluarga.
a. Diagnosis Aktual
b. Diagnosis Resiko
c. Diagnosis Kesejahteraan
kesehatan.
Maglaya (2009).
No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah Skala : Wellness
Aktual Resiko 3
Potensial 3
2 1
1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah 2
Skala : Mudah 1 2
Sebagian Tidak dapat 0
Cara skoring :
tenaga.
atau masalah
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-
c. Tindakan observasi.
tindakan.
1. Definisi Hipertensi
progresif sebagai akibat dari kondidi lain yang kompleks dan saling
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
1. Hipertensi Emergensi
menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
transport Na.
3. Stress Lingkungan.
1. Hipertensi Primer
jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit
perubahan-perubahan pada:
4. Patofisiologi
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tahanan perifer.
jantung.
pertolongan medis.
menurun.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
6. Sukar tidur
8. Nokturia
9. Azotemia
6. Komplikasi Hipertensi
adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
7. Penatalaksanaan
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
6. Edukasi Psikologis
a. Tehnik Biofeedback
b. Tehnik relaksasi
8. Pencegahan Hipertensi
margarin).
6. Hindari stres
9. Pathway
Kerusakan vaskuler pembuluh darah HIPERTENSI Tekanan sistemik darah meningkat
Beban kerja jantung meningkat Metode koping tidak efektif
Factor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, Aliran darah makin cepat keseluruh
stress, kurang olahraga genetic, alcohol,
Perubahan situasi Krisis situasional tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah
Perubahan struktur konsentrasi garam, obesitas mencukupi kebutuhan
Ketidakefektifan koping
Informasi yang minim Defisiensi pengetahuan ansietas
Penyumbatan pembuluh darah
Afterload meningkat
Respon RAA Nyeri
Penurunan curah jantung
Fatigue
Merangsang aldosteron
Kelebihan volume cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na Edema
D. Konsep Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat
ginjal, limpa, dan perut) ada di kaki. Merendam kaki dengan air hangat
Persiapan alat :
Kusri, Baskom, Termometer, Air panas, Air dingin, Handuk, Stopwach, Tensi
Meter, Stetoskop
a. Tahap Orientasi
b. Tahap Kerja
6. Celupkan dan rendam kaki sampai mata kaki biarkan selama 15-20 menit,
jika suhu turun maka tambahkan air hangat sampai sesuai kembali
8. Rapikan alat
c. Tahap Terminasi
3. Merapikan alat
4. Melakukan dokumentasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. A
2. Usia : 36 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Alamat : Kp. Selang Cau Rt04/012 Wanasari Cibitung
6. Komposisi anggota keluarga :
No Nama Jenis Hub dgn TTL/Umur Pendidikan Pekejaan Status
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Tinggal serumah
7. Tipe keluarga
Tipe keluarga yaitu nucklear family, dimana didalam keluarga tidak ada
orang lain selain suami istri dan anak
8. Suku
Keluarga Tn. A berasal dari suku Betawi, bahasa yang digunakan sehari-
hari adalah bahasa indonesia.
9. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Tn. A adalah islam, saat ini Tn. A
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu di Mushola sedangkan untuk Ny. S
dan anak anaknya melaksanakan sholat di rumah.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A adalah Karyawan Swasta, sehingga untuk mencukupi kebutuhan
sehari-harinya Tn. A dari hasil upah bekerja sebagai Karyawan Swasta.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga melakukan rekreasi ke objek wisata sebulan sekali pada saat Tn.
A libur kerja, Tn. A dan keluarganya lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menonton TV dan berkumpul dengan tetangga.
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh Tn. A adalah rumah milik pribadi dengan luas
12x10 m2. Tipe bangunan rumah Tn.A permanen dengan menggunakan
genteng, terdapat teras, 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 1
dapur, 1 kamar mandi dan 1 gudang. Ventilasi ada dan terlihat, sinar
matahari hanya masuk pada ruang tamu, kamar depan dan dapur. Rumah
terlihat rapih dan bersih , sirkulasi udara bagus dan semua jendela terbuka,
sumber air dari sanyo dan sumber air minum dari air isi ulang,
pencahayaan menggunakan lampu dan pencahayaan dari matahari, ,
terdapat gudang untuk menyimpan barang tidak terpakai, pembuangan
limbah melalui selokan, lantainya dengan menggunakan keramik, terdapat
septic tank dipekarangan samping WC dan pembuangan sampah dibakar
disamping rumah.
Denah rumah:
KAMAR R. Tengah
Gudang
kamar R. tamu
TERAS
D. Sruktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A terbuka satu sama lain dan dalam
keluarga bebas menyatakan pendapat tetapi pengambil keputusan adalah
Tn. A sebagai kepala keluarga.
3. Struktur peran
a. Tn. A adalah kepala keluarga yang berperan sebagai suami dan pencari
nafkah yang utama.
b. Ny. S adalah seorang istri dan ibu rumah tangga
c. Anak R adalah anak yang berperan sebagai anak yang tugas utamanya
adalah belajar.
d. Anak H adalah seorang anak yang berperan sebagai anak yang tugas
utamanya adalah belajar.
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn. A menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran agama
Islam dengan menerapkan ketiga anaknya nanti menjadi anak yang taat
dalam menjalankan ajaran agama. Norma budaya yang sesuai dengan
kebiasaan adat disekitar rumah dan ikut serta jika di wilayahnya ada
gotong royong. Di keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, berpamitan dan bertutur kata sopan
dan santun
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Tn. A saling menyayangi satu sama lain, tempat
tinggal saudara ada yang dekat dan ada yang jauh, namun jika keluarga
Tn. A ada kesusahan, saudaranya pasti membantu.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. A menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain,
merekan membiasakan anak-anaknya bermain dengan teman-temannya
dan menekankan juga anak-anaknya untuk selalu belajar.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. A memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari Tn.
A bekerja sebagai Karyawan Swasta dengan upah 5.500.000/bulan.
F. Stress dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Keluarga Tn. A mempunyai harapan supaya Ny. S tidak mengalami
kekambuhan pada hipertensi, untuk jangka panjang Tn. A berharap Ny. S
sembuh dari hipertensinya.
5. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Tn. A Ny. S Anak R Anak H
Fisik
Anemis (-)
Dada Bunyi paru dan Bunyi paru dan Bunyi paru dan Bunyi paru dan
jantung normal jantung normal jantung normal jantung normal
ANALISA DATA
DO :
Keadaan sejahtera 2
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 = 2
Mudah
Sebagian 2 2
Tidak dapat 1
0
3. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3
Tinggi 3
Sedang 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1
Masalah berat, harus segera 2
ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3 4/3
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
pada Ny. S, keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
Keadaan sejahtera 2
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 1/2 x 2 = 1
Mudah
Sebagian 2 1
Tidak dapat 1
0
3. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3
Tinggi 3
Sedang 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1
Masalah berat, harus segera 2
ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 2 4/3
IV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Skor
No
1 Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Ny. S, keluarga
Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga 3 4/3
mengenal masalah kesehatan (NANDA-I Diagnosis Keperawatan,
00188)
2 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. S,
keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
2 4/3
merawat anggota keluarga yang sakit (NANDA-I Diagnosis
Keperawatan,00099)
V. NURSING CARE PLAN (NCP)
NURSING CARE PLAN (NCP)
kepada perawat
mengenai penyakit
hipertensi. Keluarga mampu
Keluarga mampu
Keluarga mampu memanfaatkan
memanfaatkan fasilitas
fasilitas pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan
Keluarga mampu
menemukan sumber –
sumber yang dapat
digunakan keluarga
Analisis:
- TUK 1 dan 2 tercapai dengan indikator
pengetahuan mengenal masalah hipertensi serta
Keluarga mampu memutuskan tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga, perilaku
pencarian kesehatan meningkat dari 2 (jarang
dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan: Melanjutkan intervensi untuk TUK 3 :
Keluarga mampu mendukung untuk merawat anggota
keluarga
Objektif:
- Ny. S tampak semangat untuk melakukan
CERDIK dikehidupan sehari-hari
- Ny. S nampak relaks saat melakukan terapi
rendam kaki dengan air hangat
- Ny. S tampak antusias saat melakukan rendam
kaki dengan air hangat
- Tekanan Darah :
Sebelum melakukan terapi rendam kaki dengan
air hangat : 150/90 mmHg menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop setalah
dilakukan terapi rendam kaki dengan air hangat
selama 20 menit yang diukur 90 menit setelah
melakukan senam hipertensi : 130/80 mmHg
Analisis:
TUK 3 tercapai diamana keluarga mampu melakukan
perawatan kepada Ny. S bila mengalami hipertensi
dimana perilaku promosi kesehatan meningkat dari 2
(jarang menunjukkan) menjadi 4 (sering
menunjukkan) serta perilaku patuh meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
Lanjutkan TUK 4 kemampuan keluarga mengetahui
sumber kesehatan
No Diagnosa
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Selasa, 16 TUK 3 Subjektif:
pemeliharaan November 2021 1. Menjelaskan pada keluarga tindakan untuk Ny. S mampu melakukan CERDIK
Jam 17.00 WIB mencegah dan merawat Ny. S bila
kesehatan pada Ny. S, keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian dari
mengalami hipertensi
keluarga Tn. A terapi rendam kaki dengan air hangat
berhubungan dengan 2. Menjelaskan persiapan yang perlu dilakukan keluarga mampu menjelaskan kembali apa saja yang
ketidaktahuan sebelum melakukan terapi rendam kaki perlu dipersiapkan sebelum melakukan terapi rendam
keluarga merawat dengan air hangat kaki dengan air hangat
anggota keluarga yang 3. Mendemontrasikan latihan terapi rendam keluarga mampu melakukan terapi rendam kaki
sakit. kaki dengan air hangat dengan air hangat
4. Mengevaluasi tekanan darah mengalami Ny. S merasa lebih baik saat mencoba mempraktikan
kenaikan atau penurunan terapi rendam kaki dengan air hangat
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang Objektif:
benar Ny. S tampak semangat untuk melakukan CERDIK
dikehidupan sehari-hari
Ny. S nampak relaks saat melakukan terapi rendam
kaki dengan air hangat
Ny. S tampak antusias saat melakukan rendam kaki
dengan air hangat
Tekanan Darah :
Sebelum melakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat : 140/90 mmHg menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop setalah dilakukan
terapi rendam kaki dengan air hangat selama 20 menit
yang diukur 90 menit setelah melakukan senam
hipertensi : 130/ 80 mmHg
Analisis:
Keluarga mampu melakukan perawatan kepada Ny. S bila
mengalami hipertensi dimana perilaku promosi kesehatan
meningkat dari 2 (jarang menunjukkan) menjadi 4 (sering
menunjukkan) serta perilaku patuh meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
Lanjutkan TUK 3 Satu hari lagi secara mandiri melakukan
terapi rendam kaki dengan air hangat, diet seimbang
Istirahat yang cukup , kelola stres
No Diagnosa
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Rabu, 17 TUK 3 Subjektif:
November 2021 1. Menjelaskan pada keluarga tindakan untuk Ny. S mampu melakukan CERDIK
pemeliharaan
kesehatan pada Ny. S, Jam 13..00 WIB mencegah dan merawat Ny. S bila keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian dari
keluarga Tn. A mengalami hipertensi terapi rendam kaki dengan air hangat
2. Menjelaskan persiapan yang perlu dilakukan
berhubungan dengan keluarga mampu menjelaskan kembali apa saja yang
sebelum melakukan terapi rendam kaki
ketidaktahuan perlu dipersiapkan sebelum melakukan terapi rendam
dengan air hangat
keluarga merawat kaki dengan air hangat
3. Mendemontrasikan latihan terapi rendam
anggota keluarga yang keluarga mampu melakukan terapi rendam kaki
kaki dengan air hangat
sakit. dengan air hangat
4. Mengevaluasi tekanan darah mengalami
Ny. S merasa lebih baik saat mencoba mempraktikan
kenaikan atau penurunan
terapi rendam kaki dengan air hangat
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang
Objektif:
benar
Ny. S tampak semangat untuk melakukan CERDIK
dikehidupan sehari-hari
Ny. S nampak relaks saat melakukan terapi rendam
kaki dengan air hangat
Ny. S tampak antusias saat melakukan rendam kaki
dengan air hangat
Tekanan Darah :
Sebelum melakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat : 140/90 mmHg menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop setalah dilakukan
terapi rendam kaki dengan air hangat selama 20 menit
yang diukur 90 menit setelah melakukan senam
hipertensi : 125/ 80 mmHg
Analisis:
Keluarga mampu melakukan perawatan kepada Ny. S bila
mengalami hipertensi dimana perilaku promosi kesehatan
meningkat dari 2 (jarang menunjukkan) menjadi 4 (sering
menunjukkan) serta perilaku patuh meningkat dari 2
(jarang dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan)
Perencanaan:
Lakukan terapi rendam kaki dengan air hangat selama 3x
seminggu secara mandiri, pertahankan diet seimbang,
Istirahat yang cukup , kelola stres
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus yang di
A. Pengkajian
Perbandingan data yang terdapat pada teori dengan data yang ditemukan pada
tinggal dengan istri dan dua orang anaknya di Rumah miliknya sendiri. Tahap
sering pusing, mengatakan rasa berat di tengkuk dan sering merasa lelah ketika
nilai sistoliknya 160 mmHg dan diastoliknya 100 mmHg. Ny.S tidak pernah
kerusakan organ tubuh lainnya. Jika kondisi tekanan darah yang tinggi terus
pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah
salah satu faktor resiko terjadinya Hipertensi diperkuat oleh teori menurut
tubuh karena menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga akan
terus meningkatkan volume dan tekanan darah. Selain itu Ny.S jarang
Dalam teori disebutkan bahwa ada beberapa masalah keperawatan yang dapat
dari data yaitu: Ny.S mengatakan dirinya tidak mengetahui dengan jelas
yang ada dalam diagnosa tersebut salah satunya adalah : kurang perhatian pada
penyakit (Herdman, 2018) baik dari Ny.S ataupun keluarga terlihat dari kasus
C. Intervensi Keperawatan
darah, asupan garam harian,Istirahat dan aktivitas fisik. Edukasi pada keluarga
sumber pendukung yang ada pada keluarga). Dalam kasus ini perawat
Hipertensi, rendam kaki dengan air hangat serta membantu keluarga untuk
dapat melakukan tindakan rendam kaki dengan air hangat sebagai pilihan untuk
pengukuran tekanan darah pre dan post rendam kaki dengan air hangat oleh
ini mengacu pada salah satu penelitian dari (Harnani & Axmalia, 2017). terapi
ini dapat dilakukan pada penderita hipertensi karena Terapi rendam kaki
menggunakan air hangat ini memiliki banyak manfaat, namun pada beberapa
kasus menjadi kontra indikasi, yaitu pada kasus penyakit jantung dengan
kondisinya yang parah, orang yang memiliki tekanan darah rendah, serta
penderita diabetes.
sendok teh per hari dan Istirahat yang cukup : kurang lebih 7-8 jam perhari.
Pada pasien hipertensi dianjurkan untuk istirahat yang cukup , Istirahat yang
(Hardi, 2015) selain itu penderita Hipertensi juga disarankan untuk melakukan
D. Implementasi Keperawatan
melakukan senam hipertensi, serta pemantauan diit rendah garam pada Ibu T.
Tindakan terapi rendam kaki dengan air hangat yang disarankan adalah
dilakukan pengukuran pre dan post senam Hipertensi (30-120 menit) (E. U.
Dewi, 2016). Maka dari itu penulis melakukan tindakan rendam kaki dengan
pada hari selasa 16 November 2021 dan ketiga pada hari rabu 17 November
2021. Diperkuat oleh (S. U. Dewi & Rahmawati, 2019). dalam penelitiannya
konsumsi garam satu sendok teh perhari atau setara dengan 6 gram.
(Trisnawan, 2019) serta mempertahankan istirahat tidur yang cukup (7-8 jam
perhari).(P2PTM, 2018) Hal ini sejalan dengan program aksi kecil untuk
kalium, sehingga menyulitkan ginjal bekerja dengan baik. Kondisi ini akan
E. Evaluasi
dalam satu minggu dengan durasi 30 menit dan pengukuran tekanan darah
dilakukan pre dan post senam hipertensi didapatkan hasil Tekanan darah pada
sekitar 10-20 mmHg. Hasil yang didapatkan dari Pelaksanaan rendam kaki
dengan air hangat tersebut dilihat dari diagram garis tekanan darah
konsisten. Pertama kali hasil tekanan Darah sistolik dari 160 mmHg setalah
tindakan menjadi 140 mmHg, diastolic dari 100 mmHg menjadi 90 mmHg.
dari 140 mmHg menjadi 130 mmHg, tekanan darah diastolic dari 90 mmHg
tekanan darah sistolik 140 mmHg menjadi 125 mmHg dan tekanan darah
diastolic dari 90 mmHg menjadi 80 mmHg. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh (Harnani and Axmalia, 2017) bahwa rendam kaki dengan
air hangat secara rutin maka akan terjadi perubahan tekanan darah karena
efek dari rendam kaki menggunakan air hangat menghasilkan energi kalor
yang bersifat mendilatasi dan melancarkan peredaran darah juga merangsang
saraf yang ada pada kaki untuk mengaktifkan saraf simpatis sehingga
penumpukkan cairan didalam tubuh karena menarik cairan diluar sel agar
darah. Maka dari itu penderita Hipertensi disarankan untuk membatasi asupan
(Hardi, 2015) Terdapat persamaan antara kasus dengan teori , pasien dengan
garam serta istirahat yang cukup, kelola stres. Penulis memberikan Rencana
tindak lanjut kepada keluarga agar meruntinkan olah raga senam hipertensi
diit Rendah garam serta istirahat 7-8 jam perhari dan terapi rendam kaki air
PENUTUPAN
F. Kesimpulan
kesehatan
teratur.
kaki dengan air hangat adalah pusing rasa berat di tengkuk yang
mmHg.
6. Terdapat perbedaan hasil takanan darah implementasi masih dapat
bahwa takanan darah dapat stabil apabila Ny.S mengatur pola makan
G. Saran
dengan pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat dan dapat
Andala, S. (2015). Tugas kesehatan keluarga mengenal diet hipertensi pada lansia.
download.portalgaruda.org/article.php
Badjo, S., Rumagit, S., Anthonie, W., Fakultas, M., Universitas, K., Indonesia, S.,
Fakultas, D., Universitas, K., Indonesia, S., Fakultas, D., Universitas, K., &
24–29.
Keperawatan, 5(2).
http://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/d3kep/article/view/50
https://doi.org/10.46749/jiko.v3i2.33
Praktek. EGC.
Harnani, Y., & Axmalia, A. (2017). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air
https://core.ac.uk/download/pdf/194877183.pdf
Koyongian, A., Kundre, R., & Lolong, J. (2015). Hubungan Peran Keluarga
Kesehatan Ri.
Siswanto, Y., Ambar Widyawati, S., Asyura Wijaya, A., Dewi Salfana, B., Studi
Kesehatan Masyarakat, P., Ilmu Kesehatan, F., & Ngudi Waluyo, U. (2020).
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi
10(2), 170–179.
https://doi.org/10.32807/jkt.v1i2.37
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/3918/4397