Anda di halaman 1dari 121

PROPOSAL

PENGARUH SENAM LIEN TIEN KUNG TERHADAP TEKANAN


DARAH LANSIA DI KELURAHAN PASANGGRAHAN KECAMATAN
UJUNG BERUNG

Proposal skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Oleh

GEBBY SHANTYA RAHMA YANTI


1420119021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

2023
Lembar Pengesahan Pembimbing Proposal Skripsi
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan

Tim Penguji Program S1 Keperawatan Institut Kesehatan Immanuel

Bandung, Mei 2023

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing

Pendamping

Stephanie Melia,
Dr.Antonius Ngadiran,
S.Kep.,Ners.,MNS
S.Kep.,Ners., M.Kep., M.Pd

Mengetahui,
Ka UP Program Studi S1 Keperawatan
Insititut Kesehatan Immanuel

Lidya Maryani,
S.Kep., Ners., M.M., M.Kep
Lembar Pengesahan Penguji Seminar Proposal

Judul Skripsi : Pengaruh Senam Lien Tien Kung Terhadap Tekanan Darah
Lansia Di Kelurahan Pasanggran Kecamatan Ujung Berung

Nama : Gebby Shantya Rahma Yanti

Nim :1420119021

Lembar pengesahan

Proposal ini telah disetujui dan diketahui oleh Tim Penguji seminar proposal

Penguji I Tanda Tangan

(Saurmian Sinaga, S.Kep.,Ners.,M.Kep) (…………………………….)

Penguji II Tanda Tangan

(Treesia Sujana, S.Kep.,Ners.,M.Nurs) (…………………………….)

Tanggal ujian:
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2023 ini ialah “Pengaruh
Senam Lien Tien Kung Terhadap Tekanan Darah Lansia Di Kelurahan
Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Antonius Ngadiran,


S.Kep., Ners., M.Kep., M.Pd dan Ibu Stephanie Melia, S.Kep., Ners., MNS selaku
pembimbing serta dosen penguji Ibu Saurmian Sinaga, S.Kep.,Ners.,M.Kep dan
Ibu Treesia Sujana, S.Kep.,Ners.,M.Nurs yang telah memberikan saran. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada para lansia anggota senam lien tien kung
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan dalam segi
materi dan do’a. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bandung, April 2023

Gebby Shantya Rahma Yanti


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lansia diperkirakan diantara tahun 2015 dan 2050 penduduk lanjut usia
dan akan mengalami peningkatan dari 12% menjadi 22%. Indonesia adalah
salah satu negara yang memiliki kecenderungan peningkatan jumlah penduduk
pada lanjut usia. Indonesia diperkirakan berdasarkan Badan Pusat Statistik
tercatat penduduk lansia sebesar 10,48% pada tahun 2022. Angka tersebut
tercatat turun 0,34% dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 10,82%.
(WHO, 2022)

Lanjut usia bukan penyakit, tetapi lanjut usia adalah suatu proses menua
yang ditandai dengan penurunan kemampuan fisik untuk beradaptasi pada stres
lingkungan. Lanjut usia merupakan suatu perubahan keadaan secara fisik,
kimia dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya
atau sering disebut dengan masa degenerasi. Degenerasi dalam lanjut usia
diakibatkan oleh proses menua. Proses menua dipandang sebagai masa
degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam
penyakit yang menyertai proses menua.(Untari, 2018)

Proses menua adalah proses yang mengakibatkan perubahan pada fisik,


psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis proses menua disertai
dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga seorang
lanjut usia sangat rawan terhadap penyakit. Proses penuaan sering dikaitkan
dengan penyakit tidak menular seperti gangguan sirkulasi darah, dan gangguan
pada sistem kardiovaskuler. Pada sistem kardiovaskuler, Kekuatan otot jantung
dan denyut jantung seorang lanjut usia akan mengalami penurunan seiring
bertambahnya usia. Gangguan irama jantung dan penyakit jantung akibat
tekanan darah tinggi banyak di temukan di usia lanjut. Pada gangguan sirkulasi
darah penyakit yang sering terjadi misalnya, kelainan pembuluh darah di otak
(koroner), ginjal, hipertensi dan lain-lain. (Putra et al., 2023)
Tekanan darah pada lanjut usia akan mengalami kenaikan secara
bertahap. Lanjut usia akan mengalami penurunan elastis jantung sekitar 50%
dibandingkan usia muda. Hipertensi dapat beresiko mengalami stroke, gagal
ginjal dan penyakit jantung koroner. Hal tersebut menjadi faktor utama yang
menyebabkan kematian pada lanjut usia ≥ 69 tahun keatas, yang diakibatkan
oleh hipertensi bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai. (Titania, 2023)

Hipertensi adalah suatu gangguan dimana tekanan darah sistolik >140


mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Menurut data World Health
Organization (WHO) sekitar 1.13 Miliar populasi di dunia. Diperkirakan
terdapat peningkatan sekitar 1.5 Miliar setiap tahunnya orang akan hipertensi
dan 10,44 juta orang yang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 sekitar 34,1%


prevalensi hipertensi penduduk usia >18 tahun di Indonesia. Dengan
melakukan pengukuran tekanan darah angka pervalensi tersebut dapat
diperoleh yaitu apabila tekanan darah >140/90 mmHg. Angka prevalensi
39,6% diikuti oleh Jawa Barat. Prevalensi hipertensi Jawa Barat pada tahun
2019 mengalami peningkatan prevalensi sebesar 41,6%, dan pada tahun 2018
mengalami peningkatan angka prevalensi hipertensi dibandingkan pada tahun
2013. (Maulidah et al., 2022)

Faktor resiko hipertensi disebabkan oleh genetik, psikologis atau stress,


tidak melakukan aktivitas fisik yang teratur, pola makan yang tidak baik,
konsumsi kadar garam yang berlebih, merokok, pola tidur yang kurang baik,
tekanan darah yang tidak terkontrol dan lain-lain. Salah satu pencegahan untuk
mengurangi hipertensi yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Secara
farmakologis yaitu dengan mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi
sedangkan secara non farmakologis yaitu dengan mengelola stress dan
melakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas yang dapat ditingkatkan
dengan melakukan berbagai senam atau latihan. Misalnya senam lansia, senam
kesegaran jasmani dan jenis senam lainnya.(Safitri & Astuti, 2017)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jasmin (2023), didapatkan 73,4%


lansia beresiko mengalami hipertensi memiliki aktivitas fisik yang kurang,
dibandingkan dengan lansia yang memiliki aktivitas fisik cukup 29%. Salah
satu faktor resiko hipertensi yang dapat dikontrol adalah aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan kenaikan pada tekanan darah
yang dapat membuat lemak rentan menumpuk di pembuluh darah arteri.

Salah satu aktivitas fisik untuk meningkatkan kekuatan otot jantung


adalah senam lien tien kung. Gerakan lien tien kung terdapat banyak gerakan
yang dapat membantu memperlancar aliran darah, metabolisme dan
pengangkutan oksigen dalam tubuh. Senam lien tien kung pertama kali
ditemukan di Surabaya tahun 1999 oleh fu long swee alias Awiek
Widjaja.(Swee, 2015)

Lien tien kung adalah senam empet-empet anus yang memusatkan


latihannya pada gerak anus dan jinjit-jinjit. Lien tien kung merupakan Salah
satu jenis senam untuk lanjut usia yang dilakukan oleh lansia untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran fisik. Gerakan lien tien kung ini dapat membantu
pengaturan kerja sistem saraf pusat dan memperbaiki sirkulasi darah sehingga
mengurangi ketegangan. Selain itu, senam lien tien kung juga dapat
meningkatkan metabolisme tubuh, memperlancar suplai darah, meningkatkan
keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan otot pada lansia. Hal ini dapat
membantu meningkatkan kualitas hidup lansia, metabolisme yang baik akan
mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh lansia dengan penyakit
hipertensi.(Palupi et al., 2022)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Ningrum (2019),


dengan judul Teknik gerakan lien tien kung dalam menurunkan hipertensi pada
lansia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan responden mengalami penurunan
tekanan darah, sebanyak 33 lansia (68,75%) dengan melaksanakan gerakan lien
tien kung yang sesuai, 4 lansia (8,33%) dengan melaksanakan gerakan lien tien
kung secara kurang sesuai. Sedangkan 6 lansia (12.5%) dengan melaksanakan
gerakan lien tien kung secara sesuai dan 5 lansia (10.42%) dengan
melaksanakan gerakan lien tien kung secara kurang sesuai.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Kelurahan Pasanggrahan


mengenai Kecamatan Ujung Berung, terbagi menjadi lima kelurahan, terdiri
dari Kelurahan Pasanggrahan, Pasir Jati, Pasir Wangi, Cigending dan Pasir
Endah. UPT Puskesmas Pasir Jati adalah Fasilitas Kesehatan dibawah naungan
Kelurahan Pasir Jati dan Pasanggrahan. Kelurahan pasanggrahan ini menjadi
wilayah padat penduduk dengan total jiwa sekitar 20.486. Penduduk lansia
yang berada di Kelurahan Pasanggrahan ini sekitar 1102 lansia. Jumlah lansia
pada kelurahan pasanggrahan ini terbanyak dibandingkan dengan kelurahan
lain yang berada di Kecamatan Ujung Berung dan posbindu di kelurahan
pasanggrahan sangat jarang atau tidak pernah dilaksanakan dalam 6 bulan
terakhir.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan April 2023. Data yang di
dapat dari UPT Puskesmas Pasir Jati, mengenai hasil pemeriksaan tekanan
darah menunjukkan kejadian hipertensi pada tahun 2022. Data tersebut
menunjukkan penderita hipertensi dengan semua kelompok umur sebanyak
1.547 orang dan sebagian besar penderita hipertensi di kelurahan pasanggrahan
berada di usia lanjut ≥60 tahun ke atas sekitar 372 orang. Setelah dilakukan
wawancara dengan pihak UPT Puskesmas Pasir Jati, peneliti mendapatkan
informasi yaitu puskesmas belum ada program kegiatan penanganan untuk
penyakit kronis.

Pelaksanaan senam lien tien kung sebenarnya sudah dilakukan dari awal
bulan januari 2023. Sebelumnya di Kelurahan Pasanggrahan ini tidak ada
kegiatan apapun yang dilakukan oleh lansia. Senam lien tien kung ini sudah
sering dilakukan dalam satu minggu yaitu dua kali di hari selasa dan jumat.
Jumlah peserta dalam senam ini sekitar 60 orang dengan kategori peserta usia
lanjut. Senam ini dilaksanakan sekitar 30-45 menit. Teknik dalam senam lien
tien kung terbagi menjadi 5 tahap yaitu pemanasan, 3 teknik inti dan
pendinginan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan lansia, peneliti mendapatkan


informasi bahwa lansia penderita hipertensi belum mengetahui cara
pengendalian hipertensi dan sering mengeluh sakit kepala. Sebagian besar
lansia, tidak terlalu mementingkan senam. Faktor penyebabnya adalah
kesibukan rumah tangga, merasa lelah, kondisi fisik nya mulai menurun jika
melakukan kegiatan lain dan gangguan kesehatan yang dirasakan. Lansia yang
mengalami kondisi fisik yang menurun diakibatkan kurang bergerak/kurangnya
latihan fisik, mengkonsumsi makanan yang tinggi natrium dan pola tidur yang
tidak benar.

Berdasarkan masalah diatas maka peneliti perlu adanya suatu alternatif


untuk mencegah hipertensi pada lansia salah satunya dengan penerapan senam
lien tien kung. Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut seberapa besar pengaruh
senam lansia lien tien kung terhadap tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi. Dari masalah tersebut maka peneliti tertarik dalam melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Lien Tien Kung Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Lansia Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan
Ujung Berung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil
rumusan masalah yaitu

Apakah ada pengaruh senam lien tien kung terhadap tekanan darah lansia di
Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh senam lansia lien tien
kung terhadap tekanan darah lansia di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan
Ujung Berung

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pelaksanaan senam lien tien kung pada lansia di
Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung
b. Mengidentifikasi tekanan darah lansia di Kelurahan Pasanggrahan
Kecamatan Ujung Berung
c. Menganalisis apakah ada pengaruh senam lien tien kung terhadap tekanan
darah lansia di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan informasi, khususnya tentang pengaruh senam lien tien kung terhadap
tekanan darah lansia di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung
Berung

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi pendidikan (Institut Kesehatan Immanuel Bandung)
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan juga dapat
menjadi bahan untuk menambah wawasan ataupun informasi mengenai
pengaruh senam lien tien kung terhadap tekanan darah lansia di
Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung.

b. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang
menjaga kestabilan tekanan darah dan pengaruh senam lien tien kung
terhadap tekanan darah.

c. Bagi peneliti selanjutnya


Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
referensi untuk memungkinkan peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian mengenai topik-topik yang berkaitan dengan peneliti ini, baik
yang bersifat melanjutkan atau melengkapi.

d. Bagi masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan
pada masyarakat terkait senam pada lansia dan khususnya kegiatan
senam lien tien kung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Lanjut Usia
a. Definisi
Menurut Wolrd Health Organization (WHO) mengatakan bahwa
rentang usia pertengahan atau middle age berusia 45 tahun sampai 59
tahun, rentang usia lanjut atau elderly berusia 60 tahun sampai 74 tahun,
rentang usia lanjut tua atau old berusia 75 tahun sampai 90 tahun, dan
rentang usia sangat tua atau very old berusia >90 tahun keatas. Lansia
atau lanjut usia adalah seseorang yang mengalami proses menua. Lansia
usia dimana suatu proses sedang mengalami perubahan dalam keadaan
fisik, kognitif atau psikologis. Kesejahteraan lanjut usia dalam undang-
undang No.13 Tahun 1998 tentang lanjut usia. Yang dimaksudkan lanjut
usia adalah seseorang yang berusia >60 tahun ke atas. Tingkat tumbuh
kembang akhir pada manusia adalah lansia. Sudut pandang lanjut usia
dalam menyikapi masalah kehidupan memiliki kebijaksanaan dalam
bersikap karena pengalamanya sudah melewati usia anak, dan
dewasa.(Rizky, 2021)

b. Ciri-Ciri Lansia
Lanjut usia adalah proses menurunnya kemampuan fisik, metabolisme
dan fungsi tubuh secara bertahap, sehingga lanjut usia rawan terkena
penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan
yang menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu
secara bertahap. Banyak jenis penyakit degenaratif yang terkait penuaan
atau memburuk selama proses penuaan sehingga dapat menyebabkan
lanjut usia mengalami kondisi terminal.(Imas, 2022)

Menurut Sitanggang (2021), Lanjut usia ditandai dengan proses


menurunnya fisik, metabolisme, fungsi tubuh dan psikologis tertentu.
Ciri-ciri seseorang menuju lanjut usia cenderung menyesuaikan dirinya
menjadi kurang baik dari pada yang baik.

Berikut ciri-ciri lanjut usia menurut:

1) Periode kemunduran dalam lansia


Aspek penurunan fisik dan biologis dialami oleh lansia dalam
proses kemunduran atau menua. Proses kemunduran fisik secara
bertahap akan cepat terjadi jika lansia memiliki motivasi rendah dalam
hidupnya, sedangkan proses kemunduran fisik yang terjadi pada lansia
akan terlambat jika memiliki motivasi tinggi dalam hidupnya.
2) Status kelompok minoritas
Persepsi negatif dari masyarakat terhadap lansia diakibatkan
karena kurangnya tegang rasa terhadap orang sekitar menyebabkan
lansia sebagai kelompok minoritas.
3) Proses menua membutuhkan perubahan peran
Penurunan fungsi tubuh yang terjadi pada lansia mengakibatkan
seorang lansia mengalami perubahan perannya di masyarakat, dapat di
artikan bahwa jika seorang lansia memiliki jabatan di masyarakat
dapat merubah perannya akibat kemauan sendiri.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Konsep diri yang kurang baik atau disebut dengan konsep diri
yang buruk diakibatkan oleh lansia yang mengalami perlakuan buruk.
Misalnya, dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sebuah
keluarga, lansia sering tidak dilibatkan karena seorang lanjut usia
dipandang berpikiran kuno dalam mengambil keputusan atau
mengatasi suatu masalah yang terjadi pada keluarga. Perlakuan ini
dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan menarik diri atau
merasa harga dirinya rendah

c. Proses menua
Menurut Untari (2018), mengatakan bahwa proses menua yaitu
dalam kehidupan manusia, menjadi tua atau menua adalah hal yang akan
dilalui oleh semua orang. Seseorang yang telah mengalami proses menua
berarti telah melalui tiga tahap kehidupannya, anak, dewasa dan tua.
Menua menyebabkan kemunduran fisik atau menurunannya fungsi tubuh
dari semestinya.

Proses menua bukanlah penyakit, kemunduran fisik yang terjadi


pada lansia secara bertahap. Kemunduran fisik lanjut usia di tandai
dengan, adanya gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, kulit
mulai keriput atau mengendur, rambut beruban, bentuk tubuh sudah tidak
proposional, dan gerakan melambat. Proses menua disertai dengan
menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme tubuh sehingga rawan
terhadap penyakit. Lanjut usia secara lambat akan kehilangan daya tahan
tubuhnya terhadap infeksi. Maka lanjut usia sering dikaitkan dengan
penyakit degeneratif.

d. Perubahan akibat proses menua


1) Perubahan fisik dan fungsi tubuh pada lansia
a) Sistem Sel
Pada usia lanjut dalam proses menua, perubahan sistem sel
pada tubuh lansia juga ikut mengalami perubahan seperti jumlah
sel menurun atau lebih sedikit, mekanisme perbaikan sel
terganggu, otak menjadi atropi beratnya otak berkurang menjadi
lebih dangkal dan melebar.(Untari, 2018)
b) Sistem Persyarafan
Aktivitas sehari-hari pada lansia akan terganggu dan
mampu menyebabkan ketergantungan dengan orang lain dalam
merawat dirinya jika sistem persyarafan menurun. Penurunan sel
syaraf mengakibatkan berat otak menurun sekitar 10%-20% dan
respons & waktu bereaksi secara melambat khususnya jika
mengalami stress. Penurunan sel syaraf juga mengakibatkan
saraf panca indra mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran
berkurang dan lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan
defisit memori. Seiring bertambahnya usia, lansia mengalami
defisit memori dikarenakan adanya perubahan atrofi dan
perubahan biokimiawi di sistem saraf pusat. Penurunan
kemampuan kognitif pada lansia menjadi suatu gejala awal
lansia mengalami kepikunan.(Noor & Merijanti, 2020)
c) Sistem Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah proses penuaan yang terjadi pada
manusia. Jika lanjut usia mengalami stress/ketegangan maka
sistem pendengarannya semakin menurun. Seringkali lansia
tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan
pendengaran. Perubahan patolik pada sistem pendengaran akibat
degenerasi dapat mengakibatkan gangguan pendengaran pada
usia lanjut.(Istiqomah & Imanto, 2019)
d) Sistem Penglihatan
Pada lansia sistem penglihatan mengalami penurunan.
Gangguan penglihatan pada lansia dianggap normal. Perubahan
fungsi tubuh inilah merupakan proses penuaan secara alamiah.
Penurunan penglihatan pada lansia diakibatkan oleh lensa mata
lebih suram, respon mata terhadap sinar menghilang, penurunan
dan menghilangnya daya akomodasi dan daya membedakan
warna menurun.(Naashiruddiin et al., 2022)
e) Sistem Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler ini menjadi penyebab utama
kematian pada lanjut usia. sistem kardiovaskuler pada lanjut usia
umumnya mengalami katup jantung menebal dan menjadi kaku,
rongga kiri pun mengalami penurunan akibat kurangnya
aktivitas fisik, elastisitas dinding aorta menurun, curah jantung
menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun setiap
tahunnya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kinerja jantung
lebih rentan, tekanan darah akan meninggi akibat resistansi
pembuluh darah perifer akan naik secara bertahap lansia juga
dapat menderita penyakit jantung koroner karena adanya
penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah
menuju ke jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi pada
penderita jantung koroner adalah nyeri pada dada, seseak napas,
pingsan dan kebingungan. (Adriani et al., 2022)
f) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Perubahan fisik pada lansia salah satunya adalah penurunan
pengaturan suhu tubuh. Kemunduran terjadi karena beberapa
faktor yang mempengaruhinya seperti, temperatur tubuh
menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35º C akibat
metabolisme yang menurun, pada kondisi ini lansia akan
mengalami respon tubuh merasa kedinginan, pucat dan
mengigil.(Juarta, 2022)
g) Sistem Pernafasan
Pada seorang lanjut usia secara bertahap fungsi paru akan
mengalami penurunan diakibatkan adanya perubahan pada
jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetapi volume cadangan
paru-paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang
paru, udara yang mengalir ke paru-paru akan berkurang.
Berkurangnya fungsi paru disebabkan oleh berkurangnya fungsi
sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Kondisi ini
mengakibatkan perubahan pada otot, kartilago dan sendi
mengakibatkan pergerakan pernafasan terganggu dan
kemampuan untuk bernafas berkurang Beberapa faktor yang
memperburuk fungsi paru seperti, debu, polusi udara, merokok,
obesitas, dan kurangnya mobilitas fisik. (Titania, 2023)

h) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada lansia secara bertahap mengalami
penurunan, penurunan ini diakibatkan oleh kehilangan gigi,
indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun,
fungsi absorpsi melemah, peristalik melemah sehingga dapat
menimbulkan konstipasi. Jika konstipasi terjadi maka dapat
berpengaruh pada kesejahteraan dan kualitas hidup lansia
tersebut.(Kartika Sari & Wirjatmadi, 2017)
i) Sistem Reproduksi
Secara umum perubahan biologi yang akan terjadi akibat
pertambahannya usia mengurangi kemampuan seseorang untuk
merespon fisik dan psikis lansia dan yang paling menonjol
adalah pada sistem reproduksi lansia. Perubahan pada sistem
reproduksi Wanita ditandai dengan vagina mengalami
kontraktur dan mengecil, selaput lendir vagina menurun, atropi
payudara dan vulva menurun dan lansia mengalami massa
menopause. Perubahan pada sistem reproduksi pria ditandai
dengan penurunan secara bertahap produksi spermatozoa dan ±
75% pria berusia 65 tahun keatas mengalami pembesaran
prostat.(Ningrum et al., 2023)
j) Sistem Genitourinaria
Perubahan pada sistem ini terjadi perubahan yang
signifikan mengakibatkan kemampuan mengompresasi urine
menurun, berat jenis urine menurun dan nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat. Pada lanjut usia keseimbangan
elektrolitnya lebih mudah terganggu, sehingga jumlah darah
yang difiltrasi oleh ginjal berkurang. Pada vesika urinaria otot
menjadi lemah mengakibatkan frekuensi buang urine
meningkat.(Titania, 2023)

k) Sistem Endokrin
Sistem endoktrin terdiri dari kelenjar hipofisis, hipotalamus,
tiroid, paratisoid, pankreas, adrenal, timus, ovarium dan testis,
kelenjar-kelenjar tersebut menghasilkan hormon. Penyakit
hormonal pada lansia dapat terjadi dalam proses menua.
Endokrin adalah salah satu kelenjar yang dapat mengatur adar
aliran darah ke organ tertentu, lanjut usia mengalami kurang
mampu menghadapi stress karena terjadi penurunan hormon.
Penyakit akibat proses menua lainnya seperti pada Wanita
adalah siklus menstruasi yang tidak teratur, klimakterium atau
menopause sedangkan pada pria terjadi penurunan sekresi
kelenjar testis. Terjadi degenerasi pada pembuluh darah dengan
komplikasi pembuluh darah koroner, penyakit serebrovaskuler
dan dapat menyebabkan stroke dan dapat menyebabkan
kelumpuhan seluruh badan. (Dwianto, 2021)
l) Sistem Integumen
Pada usia lanjut penurunan fungsi integument ini sangat
sering terjadi dikarenakan lanjut usia mengalami proses penuaan
perubahan yang terjadi pada sistem ini seperti kulit mengerut
dan keriput, timbul bercak pigmentasi atau flek yang terjadi
pada wajah, penurunan produksi vitamin dan serum, kulit
kepala/rambut menipis, berkurangnya elastisitas akibat
menurunnya cairan & vaskularisasi dan jumlah & fungsi
kelenjar berkurang.(Wijayadi & Wardoyo, 2022)
m) Sistem Muskuloskeletal
Dalam aktivitas di kehidupan sehari-hari, sistem
muskuloskeletal ini tidak dapat dipisahkan. Gangguan pada
sistem muskuloskeletal ini dapat terjadi pada lanjut usia karena
kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan sistem
saraf dan otot yang bekerja dengan semestinya. Sistem
muskuloskeletal juga membantu otot untuk berkontrasi oleh
sistem saraf untuk memdapatkan kekuatan. Jika sistem ini
memiliki penurunan maka akan mengakibatkan persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, Gerakan
pinggang lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas dan gangguan
gaya berjalan.(Nurseptiani et al., 2022)

2) Perubahan Mental
Menurut Yanti et al (2022), mengatakan Lanjut usia
mengalami proses menua, dalam perjalanan proses menua lansia
melewati tiga faktor yang mempengaruhi yaitu fisik, psikologis
atau mental dan psikososial. Perubahan mental atau psikologis
yang terjadi pada lansia menimbulkan resiko menurunnya konsep
harga diri pada lanjut usia, diakibatkan karena perubahan jabatan di
masyarakat, lansia masih mengharapkan tetap diberi peranan dalam
masyarakat. Faktor yang mempengaruhi lansia mengalami
perubahan mental atau psikologis yaitu menurunnya kondisi fisik,
khususnya perubahan dalam indra perasa, keadaan fisik secara
umum, tingkat pendidikan yang rendah, keturunan (hereditas) atau
cacat fisik dan penyakit yang diwariskan pada keturunannya, dan
lingkungan.
Lanjut usia mengalami perubahan kepribadian yang dratis,
namun kondisi ini jarang terjadi. Kondisi yang sering terjadi berupa
ungkapan tulus dari seseorang atau kekakuan kemungkinan karena
faktor lain,misalnya penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh
proses perubahan psikologis pada lanjut usia antara lain, penurunan
kemampuan sensori, kecemasan berlebih, menurunnya kondisi fisik
atau kondisi menjadi buruk, demensia dan penyakit sistem kognitif
lainnya.

3) Perubahan Psikososial
Menurut Baiti (2022), mengatakan bahwa psikosisosial adalah
istilah yang menggambarkan hubungan kondisi seseorang yang
dengan kesehatan mental dan emosinya atau kehidupan seseorang
yang berkaitan dengan faktor psikis dan sosialnya. Konsep harga
diri rendah yang dialami lansia juga diakibatkan oleh hilangnya
teman sebayanya dan hilangnya pasangan hidup seiring perjalanan
waktu seorang lansia tersebut. Gangguan Kesehatan secara
psikologis bisa diakibatkan oleh kendala atau masalah yang ada
dalam hidupnya. Kondisi seperti ini membuat seorang lanjut usia
untuk susah fokus dalam melakukan kegiatan dan berinteraksi
sosial dengan masyarakat, dan menimbulkan dampak pada kualitas
hidup pada lansia. Faktor resiko pada perubahan psikososial yang
sering terjadi dalam kondisi ini bisa dilihat dari lansia menerima
kondisi fisiknya dan seorang lansia mampu mengontrol diri dari
berbagai tekanan yang terjadi dilingkungannya dan mampu
beradaptasi terhadap lingkungannya.

2. Tekanan Darah
a. Definisi
Menurut Jaleha & Amanati (2023), mengatakan bahwa tekanan
yang ditimbulkan pada dinding arteri disebut dengan tekanan darah.
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah seperti, curah jantung, arteri,
volume atau kekentalan darah. Untuk mengetahui hasil dari curah
jantung, tahanan perifer menggunakan suatu Tindakan pengukuran
tekanan darah menggunakan sphynomanometer.

b. Klasifikasi Tekanan Darah


Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
1 Normal <130 <85
2 Normal tinggi 130-139 85-89
3 Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
4 Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Sumber: (Kemekes RI,2018)

c. Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, maka makin besar
resikonya. Pada lansia penyakit yang sering diderita hipertensi, karena
menjadi penyebab utama payah jantung dan penyakit jantung koroner
dan bisa dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah otak, penyakit
stroke, gagal ginjal, gagal jantung bahkan kematian. (Mandaty et al.,
2023)

d. Etiologi Hipertensi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), Penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi 2 golongan:
1) Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer atau esensial sampai saat ini tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: individu dengan
keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mengalami
hipertensi atau biasa disebut dengan genetik, umur, jenis kelamin,
lingkungan, kebiasaan hidup mengkonsumsi garam yang tinggi,
makanan berlemak, kegemukan, stress dan kurang beraktivitas
fisik,merokok, minum alkohol dan kafein dan obat-obatan sehingga
hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.

2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui dengan pasti. Penyebab hipertensi sekunder yaitu: kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu, penggunaan kontrasepsi
hormonal (estrogen), penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi pada usia lanjut
dibedakan atas:
a) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan/ atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
dari 90 mmHg
b) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg

e. Faktor Resiko Hipertensi


Menurut Aditya & Mustofa (2023), Faktor resiko yang relevan
terhadap mekanisme terjadinya hipertensi adalah:
1) Genetik
Hipertensi bersifat genetik atau turunan. Individu dengan
Riwayat keluarga menderita hipertensi maka individu tersebut
memiliki resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
dibandingkan individu yang Riwayat keluarganya tidak menderita
hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Tekanan darah pada laki-laki relatif tinggi dibandingkan
perempuan. Sedangkan Ketika proses menua perempuan
mengalami Perubahan hormon seperti menopause sehingga kadar
tekanan darah pada lansia semakin selalu meningkat
3) Usia
Seiring bertambahnya usia seseorang, terjadi proses perubahan
fisik termasuk pada sisitem kardiovaskuler mengenai jantung dan
pembuluh darah dapat mengalami katup jantung menebal dan
menjadi kaku, rongga kiri pun mengalami penurunan akibat
kurangnya aktivitas fisik, elastisitas dinding aorta menurun, curah
jantung menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun
setiap tahunnya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kinerja
jantung lebih rentan, tekanan darah akan meninggi akibat resistansi
pembuluh darah perifer akan naik secara bertahap. Jadi pada usia
lanjut cenderung memiliki tekanan darah tinggi daripada usia muda.
4) Obesitas
Obesitas sangat mempengaruhi tekanan darah di karenakan
obesitas menyebabkan seseorang untuk mempertahankan asupan
dan ekskrei natrium di ginjal. Pada seseorang yang mengalami
obesitas, ginjal lebih bekerja kerja dan dapat menyebabkan tekanan
darah meningkat.
5) Asupan Garam
Pada proses menua terdapat perubahan proses menua seperti
menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal dalam meningkatkan
sensitivitas garam atau natrium. Peningkatan sensitivitas garam
terjadi karena penurunan dari aktivitas pompa natrium atau kalium
dan kalsium adenosisn trifosfat yang memicu vasikonstriksi dan
risistensi vascular.
6) Hiperaktivitas Simpati
Sekresi katekolamin yang meningkat akan memacu produksi
renin yang menyebabkan kontriksi ateriol dan vena serta
meningkatkan curah jantung.
7) Aktivitas Fisik
Seseorang yang aktivitas fisiknya berkurang memiliki
kapasitas jantung yang lebih dan jantung perlu memompa lebih
keras untuk mengirim darah keseluruh tubuh. Aktivitas fisik bisa
membuat jantung lebih kuat.

f. Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut Lingga (2023), Tanda dan gejala hipertensi dibedakan
menjadi:
1) Tidak Ada Gejala
Sebagian besar hipertensia tidak ada gejala yang spesifik yang
dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri saat screening rutin atau Ketika penderita
memeriksakan komplikasinya. Hal ini berarti tekanan arteri tidak
pernah terukur dalam hipertensi arterial
2) Gejala Yang Lazim, (Kemenkes RI, 2021):
a) Sakit kepala atau pusing
b) Lemas,
c) kelelahan
d) Sesak nafas
e) Gelisah
f) Mual
g) Muntah
h) Epistaksis
i) Kesadaran menurun

g. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian didunia. Faktor
risiko utama yang diakibatkan oleh hipertensi merupakan penyakit
stroke, infark miokard, demensia, gagal jantung, gagal ginjal, dan
penyakit pembuluh darah perifer lainnya.(Kurnia, 2020)

h. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua acara yaitu
1) Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis yaitu dengan cara meminum
obat-obatan anti hipertensi yang dalam kerjanya dapat
mempengaruhi tekanan darah klien, seperti menggunakan golongan
obat sejenis diuretik, hidroklorotiazis, vasodilator langsung dan
antagonis angiotensin.
2) Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis yaitu dengan menjalani
pola hidup dengan baik, mengurangi atau menurunkan makanan
yang tinggi kadar natrium, menjaga berat badan, mengurangi
konsumsi alkohol, tidak merokok, dan meningkatkan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk orang dewasa harus
melakukan paling sedikit 30 menit dengan intensitas setiap harinya.
Pada lanjut usia, Senam lansia terbukti bermanfaat dalam
menurunkan tekanan darah bagi lansia penderita hipertensi.
(Kharisma, 2022)

i. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah


Menurut Santosa (2019), mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi tekanan darah adalah:
1) Umur

Seiring bertambahnya usia makan semakin berkurangnya


elastisitas pembuluh darah arteri, dinding arteri semakin kaku
sehingga tahanan arteri semakin besar dan dapat meningkatkan
tekanan darah.

2) Waktu Pengukuran

Waktu pengukuran tekanan darah tidak bisa menjadi patokan,


karena pada setiap orang tekanan darah akan berubah-ubah tidak
ada pola dan derajat variasinya tekanan darahnya sama.

3) Latihan dan Aktivitas Fisik

Latihan dan aktvitas fisik mengakibatkan tekanan darah akan


naik di karenakan aktivitas fisik membutuhkan energi yang lebih
cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan metabolisme tubuh.

4) Stress

Stress, cemas, takut, emosi dan nyeri akan mengakibatkan


rangsangan syaraf simpatik dan membuat peningkatan denyut
jantung atau tahanan arteri. Hal ini dapat meningkatkan tekanan
darah.

5) Posisi tubuh

Posisi yang baik untuk mengukur tekanann darah adalah


dengan berbagai karena berbaring baroreseptor akan merespon saat
tekanan darah turun dan berusaha menstabilkan tekanan darah.

6) Obat-obatan
Kafein dan obat stimulus yang lainnya adalah obat-obatan
yang akan meningkatkan tekanan darah sedangkan obat-obatan
analgetik atau anti hipertensi yang akan menurunkan tekanan
darah.

7) Peningkatan dan penurunan viskositas

Tekanan darah akan meningkat jika terjadi peningkatan


viskositas, sedangkan tekanan darah akan menurun jika terjadi
penurunan viskositas.

3. Senam Lien Tien Kung


a. Sejarah
Senam lien tien kung pertama kali ditemukan di Surabaya tahun
1999 oleh fu long swee alias Awiek Widjaja (Swee, 2015). Bermula
pada tahun 1961 mengalami cedera akibat kegiatan olahraganya, dan
mengidap penyakit asma yang kronis dan akut. Ia berpendapat bahwa
dokter tidak dapat menyembuhkan melainkan hanya meringankan
gejala-gejalanya saja. Pada tahun 1989, fu long swee berusia 54 tahun
ia mengalami penurunan Kesehatan secara bertahap akibat proses
menuanya. Namun, fu long swee tidak hanya diam begitu saja, ia
mencari cara dan solusi agar Kesehatannya tetap stabil dan tidak
menurun.
Fu long swee mencari solusi untuk masalah Kesehatannya dari 20
tahun yang lalu, ia berpendapat bahwa bagaimana mungkin pengobatan
medis dapat menyembuhkan masalah kesehatannya yang diakibatkan
oleh proses menua. Fu long swee mulai mencari jalan alternatif dan
mempelajari Teknik-teknik olah diri seperti, Tai Chi Chuen, Chi Kung,
Wai Tai Kung, dan Yoga. Bukan hanya fu long swee yang mengalami
masalah Kesehatan, istrinya bernama ellia bestari alias sie le ai
mengidap penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan yaitu
menderita penyakit tekanan darah tinggi/hipertensi.
Pada tahun 1999, penuaan yang menyebabkan gangguan kesehatan
bagi fu long swee, gangguan kesehatan tersebut adalah berhubungan
dengan penglihatan Setelah dilakukan operasi mata dan kembali seperti
semula, membuat fu long swee lebih bersemangat untuk melanjutkan
pencarian solusi-solusi di luar tubuh melainkan di dalam tubuh itu
sendiri.
Riwayat senam lien tien kung disusun mengacu kepada buku-buku ilmu
silat yang berasal dari china. Tujuan utama dari upaya ini adalah untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia baik dari ilmu
pengetahuan kuno maupun modern.
Berdasarkan penafsiran yang di lakukan oleh Fu long Swee tentang
bab ke IV kitab Tao Te Ching dan berdasarkan tentang ilmu
pengetahuan biologi, fisika dan kimia modern ini, mendapatkan
pencerahan dan ilham yang menjadi cikal bakal lahirnya lien tien kung.
Ling tien kung, chi"alias" fu chi" alias"chi ala fu long swee" yang
artinya energi/tenaga titik nol atau energi/tenaga titik awal alias energi
kehidupan yang menentukan. Sebuah pengertian abstrak tentang adanya
sumber energi kehidupan di dalam tubuh manusia yang fungsinya
menyerupai accu. Dari accu inilah semua organ-organ tubuh kita
berikut sistem koordinasi kerjanya menerima supply energi
sesuai/sebanyak yang mereka butuhkan. Kutub-kutub accu manusia itu
terletak pada Pusar (kutub negatif) dan anus (kutub positif). Kutub
positif/anus merupakan kunci terpenting dari accu manusia ini, karena
dari sinilah arus listrik mengalir menuju kutub negatif/pusar.
Seiring bertambahnya usia, otot-otot yang membentuk anus dan
otot-otot di sekitar anus ini akan mengendur. Pengenduran dari otot ini
disebabkan oleh tidak pernah mengolahragakan organ yang satu ini
(anus). Turunnya dari tegangan ini dapat mengakibatkan malfungsi atau
sistem yang tidak bekerja dengan semestinya dari organ-organ tubuh
tertentu. Untuk memulihkan dan menghindari pengenduran dari
pengikat bidang kontak accu manusia ini dengan teknik pelatihan anus
bernama fu kang alias empet-empet anus ala fu long swee.(Swee, 2015)
b. Definisi
Lien tien kung adalah senam empet-empet anus yang memusatkan
Latihannya pada gerak anus. Senam lien tien kung adalah Salah satu
jenis senam untuk lanjut usia yang dilakukan oleh lansia untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran fisik. Gerakan lien tien kung ini dapat
membantu pengaturan kerja sistem saraf pusat dan memperbaiki
sirkulasi darah sehingga mengurangi ketegangan.(Palupi et al., 2022)
Menurut Hijriani (2020), lien tien kung merupakan terapi relaksasi
yang setiap gerakannya menimbulkan efek posisif pada sistem
kardiovaskuler yaitu memperlancar peredaran darah dan mereggangkan
(vasodilatasi) pembuluh darah, otot, maupun sendi.
c. Tujuan Senam Lien Tien Kung
Membantu pengaturan kerja sistem syaraf pusat dan memperbaiki
sirkulasi darah sehingga mengurangi ketegangan.
d. Manfaat Senam Lien Tien Kung
1) Menerapi sendi-sendi dan otot bagian lutut.
2) Memperlancar sirkulasi aliran darah
3) Membantu pengaturan kerja sistem syaraf
4) Memperlancar perederahan darah ke jari-jari
5) Menerapi kekakuan sendi-sendi dibagian jari tangan, pergelangan
tangan
6) Melatih keseimbangan tubuh
e. Tingkatan Dasar Lien Tien Kung
Menurut (Swee, 2015), Lien Tien Kung terbagi menjadi 3 tingkatan:
1) Tingkat Dasar (Penyembuhan)
Teknik- teknik gerakan lien tien kung di tingkat dasar berpusat
pada pemulihan/ terapi accu manusia untuk menormalkan kembali
sistem lien tien kung atau chi (tenaga titik nol). hasil yang di capai
pada teknik ini adalah penyembuhan dan kesehatan dalam arti,
bebas dari penyakit. Penerapan yang rutin serta kedisiplinan dapat
memperlambat proses penuaan.
2) Tingkat Menengah (Peremajaan)
Hasil yang akan diperoleh dalam penerapan teknik-teknik
gerakan lien tien kung tingkat menengah ini adalah peremajaan.
Selain itu dapat dipelajari bagaimana berlangsungnya proses-proses
konversi dan distribusi dari lien tien kung di dalam tubuh manusia.
3) Tingkat Atas (Penyembuhan)
Tingkatan ke-3 dari lien tien kung ini adalah The Deep End of
Ling Tien Kung (ilmu titik nol yang terdalam). Tingkatan ke-3 ini
menjelaskan pusat pengontrolan dari proses-proses dan sistem
distribusi dari lien tien kung. Tujuan utamanya adalah untuk
menyempurnakan apa yang akan diperoleh dari tingkat dasar dan
menengah agar dapat melewati hidup usia demi usia dengan sehat
dan mencapai batas-batas usia semaksimum mungkin yang
sebenarnya dapat dicapai oleh tubuh manusia.
f. Sasaran Pelaksanaan Senam Lien Tien Kung
Latihan senam ini diberikan kepada lansia dengan tidak mengalami
hambatan mobilitas fisik total, yang masih bisa melakukan aktivitas
sendiri. Apabila ada lansia yang mengalami nyeri sendi bagian lutut,
dilakukan sesuai kemampuannya
g. Waktu pelaksanaan
Menurut WHO (2018), durasi minimal 150 menit untuk latihan
fisik sedang atau 17 menit untuk latihan fisik berat dalam waktu
seminggu. Sebagian besar lansia mempunyai kendala dalam koordinasi
tubuh, sehingga membutuhkan sesi latihan keseimbangan minimal tiga
kali seminggu, sedangkan untuk latihan otot minimal dua kali seminggu.
Sehingga, dalam pelaksanaan senam lien tien kung itu dilakukan dua
minggu sekali, dengan durasi waktu ±30-45 menit.
h. Pelaksanaan Senam Lien Tien Kung
Pada umumnya semua tahapan senam sama-sama mempunyai 3
gerakan utama yaitu pemanasan, latihan inti, dan pendinginan, sebagai
berikut:
a) Pemanasan (Warming Up)
Pemanasan sangat penting dilakukan sebelum latihan.
Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu
menyiapkan organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang
lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Melalui pemanasan, aliran
darah ke otot akan meningkat dan begitu pula suhunya. Hal
tersebut mengakibatkan otot dan ligament menjadi lentur. Sehingga,
meminimalisir resiko terjadinya cedera. Gerakan pada pemanasan
yang dilakukan senam ini melibatkan sendi dan otot bagian lutut,
dengan melakukan teknik gerakan lipat pinggang dan jongkok
kocok yang dilakukan berulang sampai 3x50 hitungan
Setelah pemanasan dilakukan, selanjutnya dilakukan tahap inti.
Latihan inti dalam senam ini terbagi menjadi 3 tahapan yaitu
memperbaiki kondisi accu, penataan ulang organ-organ tubuh dan
membangkitkan tenaga titik nol. Gerakan senam ini dilakukan
berurutan dan dapat diiringi dengan musik yang disesuaikan
dengan gerakan. Gerakan senam ini terdiri dari berbagai Teknik
gerakan seperti:
a) Memperbaiki Kondisi Accu
 Empet-empet anus
 Jinjit-jinjit
 Buka jendela langit
 Gerak legong
b) Penataan Ulang Organ-Organ Tubuh
 Kocok lengan atas-bawah
 Kocok lengan maju-mundur
 Kocok lengan kanan-kiri
 Kocok buka dada
 Kocok buka dada atas
 Kocok buka dada bawah
 Kocok jari-jari
 Kocok pergelangan tangan
 Kocok kaki bagian lutut
 Kocok seluruh badan
c) Membangkitkan Tenaga Titik Nol
 Jongkok delapan titik
 Kaki bangau titik nol
 Kaki bangau sepuluh titik
 Jalan bebek
 Derap kuda
b) Pendinginan (Cooling Down)
Pendinginan merupakan periode yang sangat penting. Tahap ini
bertujuan untuk melemaskan kembali otot-otot atau
mengembalikan kondisi tubuh sebelum berlatih dengan melakukan
serangkaian Teknik gerakan jinjit lepas/berdiri, jongkok
bangun/berdiri dan goyang pingang. Saat melakukan pendinginan
atur napas dengan baik, hal ini dapat membantu peningkatan
sirkulasi oksigen yang membantu memulihkan tubuh dan
membantu pikiran menjadi lebih rileks.
B. Ringkasan Studi Literatur
Tabel 2.2 Ringkasan Studi Literatur
Peneliti Dan Judul Tujuan Penelitian Metode Hasil Data Base
Penelitian
Ningrum, N. P. (2019). Menganalisa Desain: pre eksperimental Berdasarkan hasil https://snhrp.unipa
Teknik Gerakan Ling penerapan Teknik design dengan pendekatan one penelitian, Setelah sby.ac.id/prosidin
Tien Kung Dalam Gerakan lien tien group pretest posttest design. dilakukan senam lien tien g/index.php/snhrp/
Menurunkan Hipertensi kung dalam Sampel: Teknik sampling yang kung, hasil pemeriksaan article/view/92
Pada Lansia. SNHRP, menurunkan digunakan adalah total tekanan darah pada lansia
571-577. hipertensi pada sampling yaitu 48 orang dengan penderita hipertensi,
lansia. Variabel: Teknik Gerakan lien tekanan darahnya menurun.
tien kung & kadar hipertensi
Instrument:
Dengan cara kelompok subjek
di observasi, di lakukan
pemeriksaan kadar hipertensi
untuk menilai tingkat kadar
hipertensi sebelum dilakukan
Latihan Gerakan lien tien kung
dan sesudah dilakukan
intervensi

Palupi, L. M., & Menganalisa Desain: quasi eksperimen Berdasarkan hasil https://ejournal.sti
Widiani, E. (2019). perbedaan senam dengan pre-test dan posttest penelitian, menunjukkan kesmajapahit.ac.id
Perbedaan pengaruh lien tien kung dan two design bahwa diantara kedua hasil /index.php/HM/art
senam ling tien kung senam ergonomik Sampel: 14 lansia yang post-test tidak ada beda icle/view/177/167
dan senam ergonomik terhadap penurunan menderita asam urat tanpa yang signifikan, sehingga
terhadap penurunan kasar asam urat di komplikasi penyakit lain menandakan bahwa
kadar asam urat pada lansia Variabel: Gerakan senam lien kedua intervensi tersebut
lansia. Hospital tien kung dan gerakan senam sama-sama efektif, tidak
Majapahit (Jurnal ergonomik & penurunan kadar ada yang saling
Ilmiah Kesehatan asam urat mengungguli dalam hal
Politeknik Kesehatan Instrumen: SAK (Satuan Acara penurunan kadar asam
Majapahit Kegiatan) & satu set alat tes urat dengan rentang waktu
Mojokerto), 11(1), 60- asam urat dengan merk easy intervensi sebanyak 8 kali
67. touch dalam waktu 4 minggu
Dwianto, I. H. (2021). Menganalisa Desain: Berdasarkan hasil https://journal.um-
Pengaruh Senam Ling pengaruh senam lien quasi eksperimen dengan one penelitian, menunjukkan surabaya.ac.id/ind
Tien Kung Terhadap tien kung terhadap group pre-test dan post-test. bahwa, terdapat peningkatan ex.php/JKM/articl
Peningkatan peningkatan Sampel: keseimbangan antara e/view/10486/443
Keseimbangan Tubuh keseimbangan tubuh 30 orang dari anggota senam sebelum dan setelah 1#
Pada Lansia. Jurnal pada lansia lien tien kung, dibagi menjadi perlakuan senam ling tien
Keperawatan dua kelompok pretest dan kung dengan rentang waktu
Muhammadiyah, 6(4). posttest intervensi 4 minggu (8kali)
Variabel: atau 2x dalam 1 minggu
pengaruh senam lien tien kung dengan waktu 45 menit.
& peningkatan keseimbangan
tubuh pada lansia
Instrumen:
30 0rang dibagi dua kelompok
yaitu kelompok pretest
(functional reach test dan time
up and go test sebelum
melakukan senam lien tien
kung) dan kelompok posttest
(functional reach test dan time
up and go setelah melakukan
senam lien tien kung)
Hijriani, H. Menganalisa Desain: eksperimen deskriptif. Berdasarkan hasil http://eprints.unm.
(2021). Pengaruh pengaruh senam lien Sampel: sampel dipilih dengan penelitian, menunjukkan ac.id/19428/1/JUR
Terapi Ling Tien Kung tien kung terhadap teknik porposive sampling bahwa ada pengaruh terapi NAL%20Hijriani.
Terhadap Daya Tahan tingkat daya tahan diperoleh sampel sebanyak 10 lien tien kung terhadap daya pdf
Jantung Paru Pada jantung paru pada sampel. tahan jantung paru pada
Lansia Pengurus Bkmt lansia. Variabel: terapi lien tien kung lansia dengan waktu 12
Kecamatan & daya tahan jantung paru menit menggunakan salah
Rappocini (Doctoral Instrumen: satu Teknik gerakan senam
Dissertation, Instrument yang akan di lien tien kung seperti
Universitas Negeri gunakan pada test yang jongkok kocok dan jalan
Makassar). diberikan yaitu jalan 12 menit. bebek sebanyak 30 kali
Adapun alat yang digunakan hitungan.
dalam penelitian ini yaitu
Lintasan lari (jalan datar),
Nomor dada, Stopwatch,
Bendera start, Alat pengukur
jarak (meteran), Blanko
(kertas), Pensil (pulpen)
Yobel, S. (2018). Menganalisa Desain: pre eksperimen dengan Berdasarkan hasil http://journal.wim
Pengaruh Senam Lansia pengaruh senam model pendekatan pre-test penelitian, menunjukkan a.ac.id/index.php/
Ling Tien Kung lansia lien tien kung post-test one group design bahwa ada pengaruh Senam NERS/article/view
Terhadap Penurunan terhadap penurunan Sampel: Teknik sampling Lansia Ling Tien Kung /2487
Nyeri Pada Arthritis nyeri pada lansia menggunakan purposive terhadap penurunan nyeri
Dikelompok Lansia dengan arthritis sampling dengan besar sampel yaitu menjadi nyeri sedang,
Karang Werdha sebanyak 22 responden ringan, hingga tidak nyeri,
Yudhistira Surabaya. Variabel: senam lien tien kung dengan rentang waktu
Jurnal Ners LENTERA, & penurunan nyeri pada lansia intervensi 2 kali dalam 1
6(2), 97-102. dengan arthritis minggu selama 4 minggu.
Instrument: alat yang
digunakan dalam pengumpulan
data adalah daftar hadir,
lembar observasi nyeri
menggunakan skala numerik
Berdasarkan tabel diatas penelitian terdahulu dan penelitian saat ini, hasilmya dapat digunakan sebagai acuan penelitian saat ini,
terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan pada penelitian terdahulu dan penelitian saat ini yaitu desain penelitian
menggunakan desain pre-ekperimental design dengan pendekatan one group pre-test post-test, variabel independent nya yaitu
senam lien tien kung dengan menggunakan intrumen penelitian lembar observasi tahapan senam dan variabel dependen nya tekanan
darah dengan intrumen penelitiannya menggunakan sphygmomanometer.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu jumlah sampel yang akan di ambil, subjek lansia dan
tempat penelitiannya di kelurahan pasanggrahan dan metode penelitiannya menggunakan analisis wilcoxon signed rank test.
C. Kerangka Teori Sumber: (Rizky, 2021), (Untari, 2018), (Kemenkes RI, 2021), (Swee, 2015)

Lanjut usia

Perubahan proses menua

1. Perubahan fisik dan Hipertensi


Senam Lien Tien Kung
fungsi tubuh
2. Perubahan mental
3. Perubahan psikososial Penatalaksanaan
Tahapan senam

1. Pemanasan (warming up)


2. Memperbaiki kondisi accu
Farmakologis Non Farmakologis 3. Penataan ulang organ-organ
Golongan Obat Sejenis 1. Mengurangi konsumsi tubuh
kadar natrium tinggi 4. Membangkitkan tenaga titik
1. Diuretik,
2. Menjaga berat badan nol
2. Hidroklorotiazis
3. Mengurangi konsumsi 5. Pendinginan (cooling down)
3. Vasodilator Langsung
4. Antagonis Angiotensin. alcohol dan merokok
4. Meningkatkan aktivitas
fisik
D. Hipotesis
Hipotesis adalah bentuk kalimat pertanyaan yang merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah peneliti. Dikatakan sementara karena
kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sugiyono, 2022)
Hipotesis yang ingin dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah:
Ha: ada pengaruh senam lien tien kung terhadap tekanan darah lansia di
Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung
H0: tidak ada pengaruh senam lien tien kung terhadap tekanan darah lansia di
Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah jenis kerangka berpikir yang berfungsi untuk
menjelaskan alur pemikiran yang terhubung antara konsep dengan berbagai
faktor yang telah di indetifikasi sebagai masalah penting. (Sugiyono, 2022)
Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Ada pengaruh
Senam
Lien Tien Tekanan darah
Kung
Tidak Ada
pengaruh

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: garis penghubung variabel penelitian

B. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Eksperimental Designs dengan
pendekatan one group pretest posttest design. Penelitian ini dikatakan Pre-
Eksperimental Designs, karena belum merupakan eksperimen sungguh-
sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Penelitian ini menggunakan one group pretest
posttest desings, karena disain ini melibatkan dua pengukuran pada subjek

92
yang sama sebelum diberi perlakuan atau pengukuran kedua setelah dilakukan
perlakuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
senam lien tien kung terhadap tekanan darah pada lansia di kelurahan
pasanggrahan kecamatan ujung berung. Pada dasarnya suatu perlakuan tidak
memberi pengaruh maka perbedaan rata-ratanya adalah nol.
PreTest Perlakuan PostTest

01 X 02

Gambar 3.1 disain penelitian

Keterangan :

01 : Pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan senam

X : Perlakuan Senam Lien Tien Kung

02 : Pengukuran Tekanan Darah Setelah Dilakukan Senam

C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah atribut, ukuran, ciri, sifat atau nilai dari orang,
objek, kegiatan atau suatu kelompok yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan peran atau hubunganya antar satu variabel dengan variabel yang
lain maka variabel penelitian dibagi menjadi empat yaitu: variabel idependen,
variabel dependen, variabel moderator, variabel intervening dan variabel
kontrol.(Sugiyono, 2022).
Pada umumnya, variabel penelitian dibedakan menjadi dua yaitu variabel
bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini
variabel yang akan digunakan adalah variabel dependen dan independen dan
tidak melibatkan variabel yang lain.
a) Variabel Bebas (Independen):
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau mejadi
variabel resiko atau sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(Dependen). Variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor dan
antecedent.(Sugiyono, 2022). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah senam lien tien kung
b) Variabel Terikat (Dependen):
Variabel dependen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel ini disebut juga variabel
output, kriteria, dan konsekuen.(Sugiyono, 2022). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah tekanan darah.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional pada masing- masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Penelitian
1 Senam lien Senam lien tien kung di Observasi Lembar observasi Ordinal 1. Sesuai
tien kung definisikan sebagai senam pelaksanaan Tahapan Senam
empet-empet anus yang senam lien 2. Tidak Sesuai
memusatkan latihannya pada tien kung Tahapan Senam
gerak anus dan jinjit-jinjit.
Senam ini dilakukan di Keterangan:
kelurahan pasanggrahan dengan Sesuai jika semua
durasi selama ±30 sampai 45 tahapan (25 teknik)
menit. Tahapan senam lien tien dilakukan
kung ini terdiri dari 5 tahapan, Tidak sesuai jika
pemanasan, 3 latihan inti dan ada salah satu
pendinginan. Dilakukan selama 2 tahapan dilakukan
kali dalam 1 minggu selama 4
minggu.
2 Tekanan Tekanan darah didefinisikan Melakukan 1. Stetoskop Interval 1. Normal: <130
darah sebagai tekanan saat jantung pemeriksaan 2. 1 set mmHg/<85
memompa darah ke seluruh tekanan darah sphygomanometer mmHg
tubuh atau Tekanan yang 2. Normal
ditimbulkan pada dinding arteri. Tinggi: 130-139
Pemeriksaan tekanan darah mmHg/85-89
dilakukan sebelum dan sesudah mmHg
melakukan aktivitas fisik senam 3. Hipertensi
lien tien kung. Derajat 1: 140-
159 mmHg/90-99
mmHg
4. Hipertensi
Derajat 2: ≥160
mmHg/≥100
mmHg
(Kemenkes RI,2018)
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.(Sugiyono, 2022). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia dengan jumlah 60 orang anggota senam lien tien kung yang
rutin mengikuti senam di kelurahan pasanggrahan.
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
benar-benar representative (mewakili).(Sugiyono, 2022)
Teknik sampling adalah Teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai Teknik sampling yang digunakan.(Sugiyono, 2017). Peneliti ingin
menggunakan Teknik non probability sampling yaitu total sampling karena
Sugiyono (2022) menjelaskan bahwa “Teknik pengambilan sampling
sebagai Teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian. Teknis tersebut
dimulai dari penetuan sampel yang digunakan sampai penghitungan analisis
yang digunakan”
Untuk mengukur besaran sampel yang akan diteliti peneliti menggunakan
rumus slovin, dimana rumus ini mampu mengukur besaran sampel yang
akan diteliti. Besaran sampel yang akan diteliti sebagai berikut:

( )
Keterangan
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : nilai kritis (batas kesalahan) yang diinginkan adalah 5%
dari rumus diatas didapat angka sebagai berikut:
( )

( )

Jadi, setelah dihitung menggunakan rumus slovin yang memiliki tingkat


signifikansi 0,05 (5%), maka jumlah sampel minimal yang harus diambil
52 responden yang memenuhi kriteria inklusi.

3. Kriteria sampel
Dalam memilih sampel, peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi:
1) Usia sama dan ≥60 tahun ke atas
2) Mampu berkomunikasi verbal dengan baik
3) Tidak sedang berada dibawah pengawasan atau terapi dokter dan
tidak dalam kondisi sakit
4) Lansia yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria eklusi:
1) Lansia yang tidak mengundurkan diri menjadi responden

F. Intrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik semua fenomena
ini disebut variabel penelitian.(Sugiyono, 2022). Intrumen dalam penelitian ini
untuk aktivitas fisik senam lien tien kung menggunakan Satuan Acara
Kegiatan, sedangkan intrumen untuk Tekanan darah menggunakan observasi.
1. Lembar Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Intrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar ceklis observasi tahapan
kegiatan senam lien tien kung. Skala pengukuran pada intrumen ini
menggunakan skala guttman karena peneliti ini mendapatkan jawaban yang
tegas terhadap suatu permasalahan yang dilakukan.
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah atau cek tensi adalah prosedur untuk
mengukur seberapa kuatnya tekanan darah di arteri saat jantung di pompa.
Intrumen ini digunakan untuk mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik
dalam tubuh responden. Responden akan di ukur tekanan darah
menggunakan sphygnamometer analog atau manual sebanyak dua kali yaitu
sebelum dan sesudah melakukan senam lien tien kung.

G. Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Mengurus surat izin pendahuluan penelitian dari Institut Kesehatan
Immanuel Bandung
2. Mengurus surat izin pendahuluan penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kota Bandung
3. Mengurus surat izin pendahuluan penelitian ke Dinas Kesehatan Kota
Bandung
4. Meminta data mengenai hipertensi pada lansia ke UPT Puskesmas Pasir Jati
5. Mengurus perizinan ke ketua senam Lien Tien Kung
6. Setelah peneliti mendapatkan ijin dari instansi terkait, peneliti mengadakan
pendekatan pada calon responden
7. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian dan kemudian
bagi calon responden yang bersedia maupun tidak bersedia menjadi
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent
8. Responden melakukan satuan acara kegiatan dan mengisi semua daftar
pertanyaan dan jika sudah selesai mengisi semua kuisioner diserahkan pada
peneliti.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data
a. Editing
Upaya kegiatan untuk melakukan pengecekan kembali kebenaran
data yang diperoleh dan dikumpulkan untuk mengurangi kesalahan atau
kekeliruan. Editing ini adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan
kembali isian formulir identitas atau instrumen penelitian, yang harus
diperhatikan dalam proses editing, yaitu: kelengkapan, kejelasan, relevan,
dan konsisten.
b. Scoring
Scoring adalah suatu tahap pengolahan data dengan cara
memberikan skor. Skoring dalam penelitian ini berdasarkan hasil lembar
observasi aktivitas fisik senam lien tien kung dan hasil pengukuran
pemeriksaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam.
Skor untuk senam lien tien kung
1: Sesuai Tahapan Senam
0: Tidak Sesuai Tahapan Senam
Skor untuk tekanan darah
0: Normal: <130 mmHg/<85 mmHg
1: Normal Tinggi: 130-139 mmHg/85-89 mmHg
2: Hipertensi Derajat 1: 140-159 mmHg/90-99 mmHg
3: Hipertensi Derajat 2: ≥160 mmHg/≥100 mmHg
c. Coding
Coding adalah pemberian kode atau kegiatan merubah data,
mengklasifikasikan atau menggolongkan dan memilah data berdasarkan
klasifikasi tertentu. coding adalah kegiatan mengolah data dengan cara
mengubah data berbentuk huruf menjadi angka.
d. Entri
Memasukan jawaban dari responden dan mengisi kolom dengan
kode yang sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

e. Tabuling
Suatu tahapan memproses data agar dianalisis, setelah semua
kuisioner terisi penuh dan benar serta diberi kode jawaban pada kuisioner
kemudian di Analisa menggunakan SPPS 25
f. Cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah sudah benar
atau ada kesalahan pada memasukan data. Cleaning data digunakan
untuk mengetahui adanya missing data, variasi data dan konsistensi
data.

2. Analisis data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Analisis data adalah kegiatan
mengelompokan data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.(Sugiyono, 2022). Penelitian ini menggunakan
dua analisis yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik sebuah variabel penelitian. Variabel ini digunakan untuk
menganalisis masing-masing variabel dengan menggunakan distribusi
frekuensi, Analisis ini dilakukan terhadap karakter sampel meliputi:
jenis kelamin dan usia, Untuk mengidentifikasi senam lien tien kung
dan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan pemeriksaan di
tampilkan dengan data distribusi frekuensi yaitu:
Keterangan:
P : presentase
f : jumlah kategori responden
n : jumlah total responden
Untuk porposi responden dari setiap kategori di deskripsikan
sebagai berikut:
0% = tidak seorangpun responden
1%-26% = sebagian kecil dari responden
27%-49% = hampir setengahnya dari responden
50% = setengahnya dari responden
51-75% = sebagian besar dari responden
100% = seluruh responden

Data disajikan dengan kategori hasil


1) Senam lien tien kung
a) Sesuai Tahapan Senam: Sesuai jika semua tahapan (25
teknik) dilakukan
b) Tidak Sesuai Tahapan Senam: jika ada salah satu tahapan
tidak dilakukan
2) Tekanan darah
a) Normal: <130 mmHg/<85 mmHg
b) Normal Tinggi: 130-139 mmHg/85-89 mmHg
c) Hipertensi Derajat 1: 140-159 mmHg/90-99 mmHg
d) Hipertensi Derajat 2: ≥160 mmHg/≥100 mmHg
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui pengaruh setiap
variabel baik variabel independen maupun dependen. (Notoatmodjo,
2018). Analisis bivariat adalah Analisa yang dilakukan lebih dari dua
variabel. Untuk kategori uji beda rata-rata dapat dibagi jadi dua yaitu uji
lebih dua rata-rata dan uji dua rata-rata.Uji statistik yang akan dilakukan
dengan uji T berpasangan.
Paired sampel T-test merupakan uji beda dua sampel berpasangan.
Sampel berpasangan merupakan subjek yang sama, tapi mengalami
perlakuan yang berbeda. Model uji beda ini digunakan untuk
menganalisis model peneltian sebelum dan sesudah. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significant 0,05 (a=5%) antar variabel independent
dengan variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak Ho pada uji ini adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikan >0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
(perbedaan kinerja tidak signifikan)
2) Jika nilai signifikan <0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
(perbedaam kinerja signifikan)
Pengujian ini untuk membuktikan apakah sampel penelitian apakah
sampel penelitian sebelum dan sesudah dilaksanakan senam lien tien
kung memiliki rata-rata yang berbeda secara signifikan atau tidak. Alasan
peneliti menggunakan uji penelitian ini karena dalam penelitian ini
digunakan dua sampel yang berpasangan.
Rumus Paired T-Test
̅

( )

Keterangan :
t : Nilai t hitung
̅ : rata-rata pengukuran sampel 1 dan 2
SD : standar deviasi pengukuran sampel 1 dan 2
N : jumlah sampel

I. Etika Penelitian
Menurut Kemenkes RI, (2016), Dalam penelitian ini harus dilandasi etika
penelitian:
1. Menghormati Harkat Martabat Manusia (Respect for Persons)
Peneliti menghormati kebebasan berkehendak responden dan responden
berhak mendapatkan informasi mengenai tujuan peneliti melakukan
penelitian tersebut. Sebagai menghormati harkat martabat subjek subjek
penelitian, peneliti mempersiapkan lembar informed consent atau lembar
persetujuan. Jika responden bersedia maka peneliti akan memberikan
lembar informed consent. Jika responden tidak bersedia maka peneliti tidak
berhak memaksa dan mencari responden lain

2. Berbuat Baik (Beneficence) dan Tidak Merugikan (Non-Maleficence)


Peneliti memperhitungan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
Penelitian ini manfaat nya lebih besar dibandingkan resiko yang diterima.
Responden berhak mengetahui tujuan atau manfaat dalam penelitian yang
akan dilakukan. Peneliti berupaya dengan baik agar tidak merugikan
responden.
3. Keadilan (Justice)
Dalam penelitian ini, peneliti tidak berhak memaksa responden atas
ketidaksediaannya dalam mengikuti penelitian. Responden berhak menolak
jika tidak mau menjadi subjek responden dan peneliti tidak membeda-
bedakan responden dari suku, agama, dan status sosialnya. Peneliti
memperlakukan responden penelitian ini dengan sama rata dan adil.

J. Lokasi dan Waktu


1. Lokasi
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Lapangan Superindo Ujung
Berung Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2023-Juli 2023
K. Rencana Pelaksanaan
Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Pengumuman judul skripsi
yang diterima
3 Pengumuman SK
pembimbing
4 Mengurus izin pendahuluan
5 Menyusun bab I, Bab II,
dan Bab III
6 Melakukan bimbingan
7 Melakukan perbaikan
8 Persiapan seminar proposal
9 Seminar proposal
10 Revisi proposal
11 Mengurus izin penelitian
12 Pengumpulan data
13 Pengolahan data
14 Sidang hasil penelitian
15 Revisi laporan
16 Pengumpulan skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, N., & Mustofa, S. (2023). Hypertension: An Overview. 11 no.2.


http://www.jurnalmajority.com/index.php/majority/article/view/165/105

Baiti, L. K. (2022). Gambaran Psikososial Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas


Gambirsari Kota Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/100760

Dwianto, I. H. (2021). Pengaruh Senam Ling Tien Kung Terhadap Peningkatan


Keseimbangan Tubuh Pada Lansia. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
6(4), 91–93.

Hijriani, Mappanyukki, A. A., & Rahman, A. (2020). Pengaruh Terapi Ling Tien
Kung Terhadap Daya Tahan Jantung Paru Pada Lansia Pengurus Bkmt
Kecamatan Rappocini. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952., 23, 5–24.

Imas, H. (2022). Injauan Hukum Islam Terhadap Pisah Ranjang Pasangan Suami
Istri Lanjut Usia Dalam Mewujudkan Rumah Tangga Sakinah. 97.
http://repository.radenintan.ac.id/22544/#

Indonesia, K. K. R. (2019). Hipertensi penyakit yang paling banyak diidap


masyarakat. Biro Komunikasi Dan Pelayanan Masyarakat.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html#:~:text=Berdasarkan Riskesdas 2018
prevalensi hipertensi,tahun (55%2C2%25).

Istiqomah, S. N., & Imanto, M. (2019). Hubungan Kualitas Hidup Lansia dengan
Gangguan Pendengaran. Majority, 8(2), 234–239.

Jaleha, B., & Amanati, S. (2023). Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Tekanan
Darah. 7 no.1, 114–117. https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v7i1.271

Juarta, T. (2022). Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Infant Intra Operasi
Dengan Menggunakan Touch Warmer dan Blanket Warmer Di RSUD Kota

92
Bandung. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/10511

Kartika Sari, A. D., & Wirjatmadi, B. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Konstipasi Pada Lansia Di Kota Madiun. Media Gizi Indonesia,
11(1), 40. https://doi.org/10.20473/mgi.v11i1.40-47

kemenkes RI. (2016). Peraturan menteri kesehatan republik indoneis nomor 7


tahun 2016 tentang komisi etik penelitian dan pengembangan kesehatan
nasional.

kemenkes RI. (2021). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana


Hipertensi Pada Anak Dengan. Pedoman, 1–55.

Kharisma, Z. B. (2022). Pemeriksaan dan Pendidikan Kesehatan Hipertensi


Kepada Lansia di Dusun Bangkel. 1(1), 178–184.

Kurnia, A. (2020). Self-Management Hipertensi (T. Lestari (ed.)). CV.Jakad


Media Publishing.

Lingga, S. ageleo. (2023). Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien


Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Singkil. E-feb-2023.
http://repository.uisu.ac.id/handle/123456789/1765

Maulidah, K., Neni, N., Maywati, S., Kesehatan, J., Fakultas, M., Kesehatan, I., &
Siliwangi, U. (2022). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan
Keluarga Dengan Upaya Pengendalian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang. In Jurnal Kesehatan
komunitas Indonesia (Vol. 18).

Naashiruddiin, M. D., Sari, R. M., & Andayani, S. (2022). Alat Bantu Berjalan
Bagi Lansia Yang Mengalami Gangguan Penglihatan Untuk Meminimalkan
Risiko Jatuh. Health Sciences Journal, 6(2).
https://doi.org/10.24269/hsj.v6i2.1538

Ningrum, Y., Wahyu, I., Indriyati, Suwarni, & anik. (2023). Pengaruh Art
Therapy Kaligrafi Terhadap Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Usia
Lanjut Aisyiyah Surakarta. http://repository.usahidsolo.ac.id/2564/

Noor, C. A., & Merijanti, L. T. (2020). Hubungan antara aktivitas fisik dengan
fungsi kognitif pada lansia. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(1), 8–14.
https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2020.v3.8-14

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis&Nanda Nic-Noc (Yudha, Budi, & Oskar (eds.); 1st ed.).
Mediaction.

Nurseptiani, D., Tresnowati, I., & Maghfiroh, A. (2022). Analysis Of The


Occurence Of Muskuloskeletal Disorder In The Elderly In Kedungwuni.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/2305/2266

Palupi, L. M., Hidayah, N., & Widiani, E. (2022). Pemberdayaan Lansia Sebagai
Upaya Pemantauan Pemicu Penyakit Degeneratif Melalui Latihan Ling Tien
Kung. Link, 18(1), 17–21. https://doi.org/10.31983/link.v18i1.7907

Pangribowo, S. (2022). Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera (Winnie widiantini


(ed.)).

Putra, H., Mantika, N. I., & Pratiwi, J. M. (2023). Peningkatan Aktivitas Fisik
Melalui Senam Lansia Pada Pasien Hipertensi Di Desa Kukin Kecamatan
Moyo Utara. 2(1), 13–16.

Rizky, H. M. (2021). Hubungan Kategori Hipertensi Dengan Penurunan Fungsi


Kognitif Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat 2021. 28-Dec-2022.
https://repository.uisu.ac.id/handle/123456789/1588

Safitri, W., & Astuti, H. P. (2017). Pengaruh senam hipertensi terhadap


Gondangrejo. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 129–134.

Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (29th ed.).
ALPABETA.

Swee, F. L. (2015). Lien Tien Kung Making People Healthy (D. I. R. A. Widjaja
(ed.); 2nd ed.). Insan Cedekia.

Titania, N. A. (2023). Hubungan Antara Tingkat Aktivitas Fisik Lansia Dengan


Resiko Terjadinya Hipertensi Di Dusun Kajang Desa Mojorejo KEC junrejo
Kota Batu. https://etd.umm.ac.id/id/eprint/2276

Untari, I. (2018). Keperawatan Gerontik Terapi Tertawa&Senam Cegah Pikun


(W. Praptiani (ed.)). EGC.

Wijayadi, L. J., & Wardoyo, A. H. (2022). Xerosis Dan Pruritus Di Usia Lanjut.
02(01), 73–82.
https://journal.untar.ac.id/index.php/JMMPK/article/view/20490

Yanti, L., Rizzal, A. F., Sari, N. L. P. D. Y., Hidayat, A. T., Paneo, S. A. R., &
Pradana, A. A. (2022). Sosialisasi Penanganan Kegawatdaruratan Psikososial
pada Lansia di Masyarakat. Journal of Community Engagement in Health,
5(1), 21–27. https://doi.org/10.30994/jceh.v5i1.289
Lampiran 1
PERMOHONAN KESEDIAAN UNTUK MENJADI RESPONDEN
Kepada:
Yth.Bapak/Ibu
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Institut Kesehatan
Immanuel Bandung
Nama : Gebby Shantya Rahma Yanti
NIM :1420119021
Dalam rangka penyusunan skripsi, saya mohon kesediaan dan bantuan dari
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan saya laksanakan.
Adapun judul penelitian saya adalah “Pengaruh Senam Lien Tien Kung Terhadap
Tekanan Darah Lansia Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung”.
Saya memohon kesediaan bapak/ibu untuk diperiksakan dan diukur tekanan
darah. Segala informasi yang bapak/ibu berikan akan digunakan sepenuhnya
hanya dalam penelitian ini. Sebelum diperiksakan Kesehatan, peneliti akan
memberikan formular informed consent sebagai tanda persetujuan untuk menjadi
responden dan peneliti sepenuhnya akan menjaga kerahasiaan indentitas
responden dan tidak dipublikasikan dalam bentuk apapun.
Apabila bapak/ibu berkenan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka
peneliti mohon kesediaannya menandatangani lembar persetujuan. Atas perhatian
dan kerjasamanya peneliti ucapkan terima kasih

Peneliti

Gebby Shantya Rahma Yanti


Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Gebby Shantya Rahma Yanti

NIM : 1420119021

Alamat : Neglasari 2 No.133 Rt 03 Rw 05 Kelurahan Pasanggrahan


Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

Judul penelitian : Pengaruh Senam Lien Tien Kung Terhadap Tekanan Darah
Lansia Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung

Saya bersedia untuk dilakukan pengukuran dan pemeriksaan demi


kepentingan penelitian, dengan ketentuan hasil pemeriksaan akan dirahasiakan
dan hanya semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan

Demikian surat pernyataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan


semestinya

Bandung, ……..2023

Responden

(……………….)
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

TAHAPAN SENAM LIEN TIEN KUNG

Nama :

Usia :

Hari/Tanggal :

Beri tanda (√) pada kolom

Ya : bila kegiatan dikerjakan dengan benar

Tidak : bila kegiatan tidak dikerjakan/dikerjakan tidak benar

No Aspek yang di nilai Lansia


Ya Tidak

1 Pemanasan (Warming up)/ Le pe kung

a. Lipat pinggang-jongkok kocok


2 Memperbaiki kondisi accu
a. Empet-empet anus
b. Jinjit-jinjit
c. Buka jendela langit
d. Gerak legong
3. Penataan ulang organ-organ tubuh
a. Kocok lengan atas-bawah
b. Kocok lengan maju-mundur
c. Kocok lengan kanan-kiri
d. Kocok buka dada
e. Kocok buka dada atas
f. Kocok buka dada bawah
g. Kocok jari-jari
h. Kocok pergelangan tangan
i. Kocok kaki bagian lutut
j. Kocok seluruh badan
4 Membangkitkan tenaga titik nol
a. Jongkok delapan titik
b. Kaki bangau titik nol
c. Kaki bangau sepuluh titik
d. Jalan bebek
e. Derap kuda
5 Pendinginan (Cooling down)/ Pengendapan Emosi
a. Jinjit lepas/berdiri
b. Jongkok bangun/berdiri
c. Goyang pinggang
d. Gaya kodok
e. Gaya belalang

Peneliti

Gebby Shantya Rahma Yanti


Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PRE DAN POST SENAM


LIEN TIEN KUNG

No Nama Usia Jenis TD pre TD post Ket


kelamin
sistole diastole sistole diastole

Tanggal:
Lampiran 5

MODUL SENAM LIEN TIEN KUNG

A. Definisi Senam Lien Tien Kung


Lien tien kung adalah senam empet-empet anus yang memusatkan
Latihannya pada gerak anus. Senam lien tien kung adalah Salah satu jenis
senam untuk lanjut usia yang dilakukan oleh lansia untuk menjaga kesehatan
dan kebugaran fisik. Gerakan lien tien kung ini dapat membantu pengaturan
kerja sistem saraf pusat dan memperbaiki sirkulasi darah sehingga
mengurangi ketegangan.(Palupi et al., 2022)
Menurut Hijriani (2020), lien tien kung merupakan terapi relaksasi yang
setiap gerakannya menimbulkan efek posisif pada sistem kardiovaskuler yaitu
memperlancar peredaran darah dan mereggangkan (vasodilatasi) pembuluh
darah, otot, maupun sendi.

B. Tujuan Senam Lien Tien Kung


Membantu pengaturan kerja sistem syaraf pusat dan memperbaiki
sirkulasi darah sehingga mengurangi ketegangan.

C. Manfaat Senam Lien Tien Kung


7) Menerapi sendi-sendi dan otot bagian lutut.
8) Memperlancar sirkulasi aliran darah
9) Membantu pengaturan kerja sistem syaraf
10) Memperlancar perederahan darah ke jari-jari
11) Menerapi kekakuan sendi-sendi dibagian jari tangan, pergelangan tangan
12) Melatih keseimbangan tubuh
D. Tingkatan Dasar Senam Lien Tien Kung
Menurut (Swee, 2015), Lien Tien Kung terbagi menjadi 3 tingkatan:
4) Tingkat Dasar (Penyembuhan)
Teknik- teknik gerakan lien tien kung di tingkat dasar berpusat pada
pemulihan/ terapi accu manusia untuk menormalkan kembali sistem lien
tien kung atau chi (tenaga titik nol). hasil yang di capai pada teknik ini
adalah penyembuhan dan kesehatan dalam arti, bebas dari penyakit.
Penerapan yang rutin serta kedisiplinan dapat memperlambat proses
penuaan.
5) Tingkat Menengah (Peremajaan)
Hasil yang akan diperoleh dalam penerapan teknik-teknik gerakan lien
tien kung tingkat menengah ini adalah peremajaan. Selain itu dapat
dipelajari bagaimana berlangsungnya proses-proses konversi dan distribusi
dari lien tien kung di dalam tubuh manusia.
6) Tingkat Atas (Penyembuhan)
Tingkatan ke-3 dari lien tien kung ini adalah The Deep End of
Ling Tien Kung (ilmu titik nol yang terdalam). Tingkatan ke-3 ini
menjelaskan pusat pengontrolan dari proses-proses dan sistem
distribusi dari lien tien kung. Tujuan utamanya adalah untuk
menyempurnakan apa yang akan diperoleh dari tingkat dasar dan
menengah agar dapat melewati hidup usia demi usia dengan sehat
dan mencapai batas-batas usia semaksimum mungkin yang
sebenarnya dapat dicapai oleh tubuh manusia

E. Sasaran Senam Lien Tien Kung


Latihan senam ini diberikan kepada lansia dengan tidak mengalami hambatan
mobilitas fisik total, yang masih bisa melakukan aktivitas sendiri. Apabila ada
lansia yang mengalami nyeri sendi bagian lutut, dilakukan sesuai
kemampuannya

F. Waktu pelaksanaan
Menurut WHO (2018), durasi minimal 150 menit untuk latihan
fisik sedang atau 17 menit untuk latihan fisik berat dalam waktu
seminggu. Sebagian besar lansia mempunyai kendala dalam
koordinasi tubuh, sehingga membutuhkan sesi latihan keseimbangan
minimal tiga kali seminggu, sedangkan untuk latihan otot minimal dua
kali seminggu.
Sehingga, dalam pelaksanaan senam lien tien kung itu dilakukan dua
minggu sekali, dengan durasi waktu ±30-45 menit.

G. Teknik Senam Lien Tien Kung


1. Warming Up (Ie Pe Kung) atau Pemanasan
a. Lipat pingangg-jongkok kocok

Gambar 1 teknik gerak lipat pinggang

Gambar 2 teknik gerak jongkok kocok

Menggerakkan secara bergantian lipat pinggang dan jongkok


kocok seperti kaki lurus, pinggang dilipat kemudian kedua
lengan lurus dan mejulur ke bawah sambil di tekan-tekan dan
lutut tidak boleh di tekuk. dan jongkok, hanya sendi bagian
lutut saja yang di tekan-tekan. Masing-masing sebanyak 3x
50 hitungan.

2. Latihan inti
a. Memperbaiki kondisi accu
1) Empet-empet anus (Fu Kang)

Gambar 3 teknik gerak empet-empet anus

Gerakan dilakukan dengan berdiri tegap, mata lurus menatap


kedepan-kearah bawah, jari-jari kaki di acungkan (tegang), posisi
empet anus di empet-tahan. Gerakan dilakukan 1x 100 hitungan.

2) Jinjit-jinjit

Gambar 4 teknik gerak jinjit-jinjit


Gerakan dilakukan dengan berdiri tegap, kedua tangan dibelakang
badan, anus diempet. Pada saat jinjit, hanya telapak kaki saja
yang menginjak tanah, sedangkan jari-jari kaki tetap diacungkan
(tegang). Lalu melakukan jongkok kocok seperti pada bagian
pemanasan. Gerakan jinjit-jinjit dilakukan 3x 300 hitungan dan
jongkok kocok dilakukan 3x50 hitungan.

13) Buka jendela langit (Khai Tien Chuang)

Gambar 5 teknik gerak buka jendela langit

Gambar 6 teknik gerak kap kepala

Gerakan dilakukan dengan posisi berdiri tegap, jari-jari kedua


belah tangan dirangkai, dilipat dan diankat ke kuat-kuat ke atas
(tegang), kedua ujung jempol bersentuhan. Kedua lengan lurus ke
atas berdempetan dengan kedua telinga. Lalu ditahan dan anus
diempet kuat dan ditahan. Gerakan ditahan 1x50 hitungan.
Kemudian Gerakan kap kepala seperti, kedua belah jari tangan
diturunkan dan ditangkupkan ke atas kepala tidak menempel
diantara rambut dan dahi, jari kaki tetap di acungkan ke atas, anus
di empet erat-erat. Posisi ini hingga 1x20 hitungan.

14) Gerak legong


i. Bagian 1

Gambar 7 teknik gerak legong bagian 1


Gerakan dilakukan dengan posisi berdiri tegap, mata menatap
kedepan-kearah bawah, jari-jari kaki diacungkan keatas,anus di
empet-tahan, kedua belah lengan dibentangkan kesamping lurus
dengan ujung-ujung telapak tangan menghadap ke atas,
kemudian, pangkal telapak tangan ditekan ke arah lengan
sehingga otot-otot dilengan bagian bawah menjadi tegang. Posisi
seperti ini ditahan hingga 50 hitungan.

ii. Bagian 2
Posisi tetap seperti bagian 1, kendorkan selama 5 hitungan.
Kemudian, tegangkan kembali selama 5 hitungan. Di posisi inim
jari-jari tangan digerakkan ke kanan dan ke kiri. Gerakan ini
dilakukan berulang sebanyak 5x
iii. Bagian 3
Gambar 8 teknik gerak legong bagian 3
Tetap dalam posisi tegang dari gerakan bagian ke-2, kedua
telapak tangan di gesek-gesekkan ke kanan-kiri sebanyak 10 kali
iv. Bagian 4

Gambar 9 teknik gerak legong bagian 4


Dalam posisi tegang, telapak tangan diluruskan dan kemudian
dibalik ke atas. Lakukan gerakan kap kepala seperti bagian 3
sebanyak 10 hitungan

v. Bagian 5

Gambar 10 teknik Gerak legong bagian 5


Tangan diturunkan ke wajah (mata terbuka) dengan ujung-ujung
telapak tangan menghadap ke atas. Posisi ini ditahan sebanyak 10
hitungan

vi. Bagian 6

Gambar 11 teknik gerak legong bagian 6


Kemudian tangan diturunkan ke pusar. Jari-jari dijaringkan dan
ditangkupkan di pusar. Posisi ini ditahan sebanyak 20 hitungan

vii. Bagian 7

Gambar 12 teknik gerak legong bagian 7


Dari pusar, tangan kanan dan kiri ditempelkan di bagian ginjal
(cari posisi ternyaman). Posisi ini ditahan sebanyak 20 hitungan

d. Penataan ulang organ-organ tubuh


1) Kocok Lengan Atas-Bawah (Sang Sia-Chen Thang)

Gambar 13 teknik gerak kocok lengan atas-bawah

Gerakan ini dilakukan dengan posisi berdiri tegap.Kedua lengan


ditekuk di depan dada dan telapak tangan dikepalkan menghadap
ke atas. Kemudian dikocok (dengan hentakan) ke atas dan ke
bawah. Gerakan ini dilakukan dengan 1x50 hitungan.

2) Maju mundur (Chien Ho-Chen Thang)

Gambar 14 teknik gerak kocok lengan maju mundur

Gerakan ini dilakukan dengan posisi berdiri tegap. Kedua lengan


ditekuk di samping pinggang dan telapak tangan dikepalkan
menghadap ke depan. Kemudian dikocok (dengan hentakan) maju
dan mundur. Gerakan ini dilakukan 1x50 hitungan.

3) Kanan kiri (Cou Yu-Chen Thang)


Gambar 15 teknik gerak kocok lengan kanan-kiri

Gerakan ini dilakukan dengan posisi berdiri tegap. Kedua lengan


ditekuk di samping bahu dan telapak tangan dikepalkan menghadap
ke atas. Kemudian di kocok (dengan hentakan) atas dan ke bawah.
Gerakan ini dilakukan 1x50 hitungan.
4) Buka dada (Can Siung- Chen Thang)

Gambar 16 teknik gerak kocok buka dada samping

Gerakan ini dilakukan dengan posisi berdiri tegap. Lengan


direntangkan ke samping. Telapak tangan dibuka (menghadap ke
depan. Kemudian ditarik-tarik ke belakang (dengan hentakan).
Gerakan ini dilakukan 1x30 hitungan
5) Buka dada atas (Sang Fang-Chen Thang)
Gambar 17 teknik gerak kocok buka dada atas

Lengan dijulurkan ke atas. Telapak tangan dibuka (menghadap ke


depan). Kemudian ditarik-tarik ke belakang (dengan hentakan).
Gerakan ini dilakukan 1x30 hitungan.
6) Buka dada bawah (Sia Fang- Chen Thang)

Gambar 18 teknik gerak kocok buka dada atas

Lengan direntangkan ke samping. Telapak tangan dibuka


(menghadap ke bawah). Kemudian ditarik-tarik ke atas (dengan
hentakan). Gerakan ini dilakukan 1x30 hitungan
7) Jari-jari (Sou Tzi-Chen Thang)
i. Posisi atas
Gambar 19 teknik kocok jari-jari posisi atas

Lengan menjulur ke atas dan kocok jari-jari dengan cepat sebanyak


10 hitungan

ii. Posisi tengah

Gambar 20 teknik gerak kocok jari-jari posisi tengah


Lengan dijulurkan setinggi dada dan kocok jari-jari dengan cepat
sebanyak 10 hitungan.
iii. Posisi bawah
Gambar 21 teknik gerak kocok jari-jari posisi bawah
Lengan dijukurkan ke bawah setinggi pinggul dan kocok jari-jri
dengan cepat sebanyak 10 hitungan.
8) Pergelangan tangan (Sou Wan-Chen Thang)
i. Posisi atas

Gambar 22 teknik gerak kocok pergelangan tangan posisi atas

Lengan menjulur ke atas dan telapak tangan menghadap ke


depan. Lalu, kocok pergelangan sebanyak 10 hitungan
ii. Posisi tengah
Gambar 23 teknik kocok pergelangan tangan posisi tengah
Lengan julurkan setinggi dada dan telapak tangan
menghadap ke bawah. Lalu, kocok pergelangan sebanyak
10 hitungan
iii. Posisi bawah

Gambar 24 teknik gerak kocok pergelangan tangan posisi bawah


Lengan dijulurkan ke bawah setinggi pinggul dan telapak
tangan menghadap ke belakang. Kemudian, kocok
pergelangan sebanyak 10 hitungan.
9) Kaki bagian lutut (Siek Kai- Chen Thang)
Gambar 25 teknik gerak kocok kaki bagian lutut

Lutut agak ditekuk. Kedua tangan diletakkan di belakang dan


saling berpegangan. Kemudian, lutut dikocok ke kanan dan kiri
secara cepat dan kuat sebanyak 50 hitungan
10) Seluruh badan (Chuen Sen-Chen Thang)

Gambar 26 teknik gerak kocok seluruh badan

Gerakan ini dilakukan dengan posisi berdiri tegap dan kaki


diluruskan rilexs. Jari-jari kaki diacungkan ke atas/ Anus di empet-
tahan. Kemudian, kocok seluruh rubuh dengan menggunakan
lompat-lompat kecil di tempat. Tetapi hanya tumit saja yang
diangkat-angkat. Gerakan ini dilakukan sebanyak 1x50 hitungan.

e. Membangkitkan tenaga titik nol


a) Jongkok delapan titik (Sia Tuen Yuin Tung Tien Pak Tien)
Gambar 27 teknik gerak jongkok delapan titik posisi awal

Gerakan ini dilakukan dengan posisi awal berdiri tegap, tangan


diletakkan di pinggang. Kemudian Jinjit, anus diempet-tahan

Gambar 28 teknik gerak jongkok 1/3


Turun jongkok 1/3, anus bebas

Gambar teknik jongkok 2/3


Jongkok 2/3, anus tetap bebas

Gambar 29 teknik jongkok penuh


Jongkok penuh, anus tetap bebas

Gerakan kebalikannya:

Angkat kembali ke posisi jongkok 2/3, anus di empet-tahan lagi.


Lalu naik lagi, kembali ke posisi jongkok 1/3, anus tetap diempet-
tahan. Naik ke posisi jinjit, anus tetap diempet-tahan. Lalu kembali
lagi ke posisi awal. Berdiri tegap dan anus bebas. Gerakan ini
dilakukan 8x pengulangan.
c) Kaki bangau titik nol (Sien Hok Sen Cen-Tien Ling Tien)

Gambar 30 teknik gerak kaki bangau titik nol

Gerakan ini dilakukan dengan posisi awal berdiri tegap dan kedua belah
tangan berpegangan di belakang badan. Pertama-tama, kaki kiri diangkat
menyerupai bangau bertengger dengan satu kaki di rawa-rawa. Tahan
posisi ini selama 30 hitungan/detik. Setelah itu, turunkan kaki kiri kembali
ke posisi semula. Kemudian, lakukan gerakan yang sama dengan kaki
kanan. Gerakan ini lakukan berulang sebanyak 3x.
d) Kaki bangau 10 titik (Sien Hok Tien Sek Tien)

Gambar 31 teknik gerak bangau 10 titik

Gerakan ini dilakukan dengan posisi awal, badan berdiri tegak dengan tangan
berpegang di belakang badan. Pertama-tama, angkat kaki kiri seperti bangau
dengan kaki kanan sebagai tumpuan. Lalu lutut pada kaki tumpuan
diturunkan ke posisi jongkok 1/3
Kemudian lakukan gerakan-gerakan berikut:

Gambar 32 teknik gerak bangau kesatu

Kaki dijulurkan ke depan


Gambar 33 teknik gerak bangau kedua
Kaki ditarik kembali ke posisi semula

Gambar 34 teknik gerak bangau ketiga


Kaki dijulurkan ke samping

Gambar 35 teknik gerak bangau keempat


Kaki ditarik kembali ke posisi semula
Gambar 36 teknik gerak bangau kelima
Kaki dijulurkan lurus ke belakang

Gambar 37 teknik gerak bangau keenam


Kaki ditarik kembali ke posisi semula

Gambar 38 teknik gerak bangau ketujuh


Kaki dijulurkan ke depan

Gambar 39 teknik gerak bangau kedelapan


Kaki ditarik/putar menuju ke samping.

Gambar 40 teknik gerak bangau kesembilan


Kaki ditarik/diputar menuju ke belakang

Gambar 41 teknik gerak bangau kesepuluh


Kaki ditarik ke posisi semua. Kaki diturunkan kembali ke posisi awal dan
kaki berdiri tegap. Selanjutnya, lakukan gerakan-gerakan seperti di atas
dengan kaki kanan dan kaki kiri yang digunakan sebagai tumpuan. Gerakan
ini dilakukan berulang 3x.
e) Jalan bebek (Yak Tze Cin Cou)

Gambar 42 teknik gerak jalan bebek

Gerakan ini dilakukan dengan posisi awal berjongkok, dimana kaki kanan
bertumpu dengan telapak kai dan kaki yang kiri agak ditarik kebelakang dan
bertumpu dengan pangkal telapak kaki (jari-jari kaki). Berdiri sedikit dan kaki
kiri melangkah kecil ke depan, lalu jongkok kembali sehingga posisinya
sekarang berlawanan dengan posisi semula. Lakukan gerakn ini sebanyak 15
langkah. Kemudian lakukan gerakan yang sama sebanyak 15 langkah ke arah
kebalikannya
f) Derap kuda (Ye Ma Fen Sung)
1) Posisi awal:

Gambar 43 teknik gerak derap kuda

Gerakan ini dilakukan dengan posisi awal berdiri tegap, telapak


tangan dikepalkan dan lengan dilipat setinggi pinggang membentuk
sudut 90º. Kedua kaki ditekuk sedikit, satu kaki digunakan sebagai
tumpuan dan kaki yang lain diangkat sedikit. Pusat tenaga berada
di perut (titik nol). Selanjutnya lakukan gerakan mengikuti panduan
dan aba-aba sebagai berikut:
2) Persiapan

Gambar 44 persiapan kesatu teknik gerak derap kuda

Kaki yang diangkat tadi dibuka ke samping, ditahan dengan kaki tumpuan

Gambar 45 persiapan kedua teknik gerak derap kuda

Dorong: kedua tangan didorong ke arah samping sesuai posisi kaki yang
dibuka ke samping tadi. Kedua telapak tangan terbuka dan menghadap ke
atas membentuk sudut 90º terhadap lengan. Badan sedikit condong ke
depan dan disangga oleh kaki depan
3) Tarik
Gambar 46 teknik gerak derap kuda tarik

Badan ditarik ke belakang, tangan ikut ditarik membentuk sudut


90º. kaki belakang menahan berat badan
4) Putar

Gambar 47 teknik gerak derap kuda putar

Telapak kaki depan menghadap ke atas dan diputar ke samping


dengan tumit saja yang menginjak tanah
Gambar 48 teknik gerak derap kuda putar kesatu
Satu: badan ditekan ke depan, lutut ditekuk menyangga badan yang
condong kedepan

Gambar 49 teknik gerak derap kuda putar kedua


Dua: badan tetap ditekan dan diputar 45º. kedua tangan
direntangkan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Kaki belakang
tetap menginjak tanah

Gambar 50 teknik gerak derap kuda putar ketiga


Tiga: badan tetap ditekan dan kaki belakang diangkat sedikit. Posisi
tubuh tetap tidak berubah.
Gambar 51 teknik gerak derap kuda putar keempat
Empat: badan tetap ditekan dan kaki belakang ditarik kembali ke
posisi seperti pada saat persiapan

Langkah kedua:

Langkah kedua ini sama dengan langkah yang pertama, hanya


posisinya saja yang berbeda. Jika tadi ke kiri, sekarang ke kanan.
Demikian dilanjutkan sebanyak 6 langkah. Kemudian putar balik
sebanyak 6 langkah juga.

2. Pendinginan
a. Cooling down (Pengendapan Emosi)
1) Jinjit lepas/berdiri (Lik Thi Sang Sia)
Seluruh gerakan-gerakan cooling down terdiri dari 5 gerakan yang
berkesinambungan (tidak putus-putus)
i. Posisi awal:
Gambar 52 posisi awal teknik gerak Lik Thi Sang Sia

Berdiri tegap dan relaks dengan telapak tangan terbuka

ii. Tarik

Gambar 53 teknik gerak Lik Thi Sang Sia jinjit

Kedua buah lengan dalam keadaan lurus ditarik/diangkat perlahan-


lahan seirama dengan musik dari posisi awal menuju ke depan dada
hingga setinggi bahu. Bersamaan dengan itu, tubuh juga
ditarik/diangkat ke atas perlahan-lahan (dengan cara berjinjit)
seirama dengan gerakan lengan dari posisi awal hingga mencapai
posisi jinjit tertinggi yang dapat dilakukan.
iii. Lepas

Gambar 54 teknik gerak Lik Thi Sang Sia jinjit lepas

Kemudian turunkan kedua buah lengan dan tubuh perlahan-lahan


seirama dengan musik kembali ke posisi awal.
2) Jongkok bangun/berdiri (Sia Tuen Sang Sia)
i. Posisi awal

Gambar 55 posisi awal Teknik gerak sia tuen sang sia

Berdiri tegap dan rilexs dengan telapak tangan terbuka

ii. Tarik

Gambar 56 teknik gerak Sia Tuen Sang Sia Tarik bagian kesatu

Kedua buah lengan dalam keadaan lurus ditarik/diangkat dengan


cara merentangkannya perlahan-lahan seirama dengan musik dari
posisi awal menuju ke atas kepala
Gambar 57 teknik gerak sia tuen sang sia tarik bagian kedua

Gambar 58 teknik gerak sia tuen sang sia tarik bagian ketiga
Bersamaan dengan itu, tubuh juga ditarik/diangkat keatas perlahan-
lahan (dengan cara berjinjit) seirama dengan pergerakan lengan
dari posisi awal hingga mencapai posisi jinjit tertinggi yang dapat
dilakukan
iii. Lepas

Gambar 59 teknik gerak sia tuen sang sia kedua


Kemudian turunkan kedua buah lengan perlahan-lahan seirama
dengan musik ke bawah hingga setinggi lutut. Bersamaan dengan
itu, tubuh diturunkan dari posisi jinjit ke posisi jongkok secara
perlahan-lahan seirama dengan pergerakan lengan
iv. Tarik

Gambar 60 teknik gerak sia tuen sang sia ketiga

Kedua buah lengan dalam keadaan lurus ditarik/diangkat perlahan-


lahan seirama dengan musik dari posisi awal menuju ke depan dada
hingga setinggi bahu. Bersamaan dengan itu, tubuh juga
ditarik/diangkat ke atas perlahan-lahan (dengan cara berjinjit)
seirama dengan gerakan lengan dari posisi awal hingga mencapai
jinjit tertinggi yang dapat dilakukan
v. Lepas

Gambar 61 teknik gerak sia tuen sang sia keempat

Kemudian turunkan kedua buah lengan dan tubuh perlahan-lahan


seirama dengan musik kembali ke posisi awal.
Gerakan jongkok-bangun/berdiri dilakukan pengulangan 2x.

3) Goyang pinggang (Yau Yau Chien Ho)


i. Posisi awal

Gambar 62 posisi awal teknik gerak goyang pinggang/yau yau


chien ho

Berdiri tegap dan relaks dengan telapak tangan terbuka

ii. Tarik

Gambar 63 teknik gerak goyang pinggang/yau yau chien ho Tarik


bagian kesatu
Gambar 64 teknik gerak goyang pinggang/yau yau chien ho Tarik
bagian kedua

Kedua buah lengan dalam keadaan lurus ditarik/diangkat perlahan-


lahan seirama dengan musik dari posisi awal menuju ke atas kepala
iii. Lepas

Gambar 65 teknik gerak goyang pinggang/yau yau chien ho lepas

Kemudian turunkan kedua buah lengan perlahan-lahan seirama


dengan musik kembali ke posisi awal. Lakukan gerakan tersebur
sebanyak 2 kali. Kemudian lanjutkan dengan gerakan berikut:
iv. Putar kiri
Gambar 66 teknik gerak goyang pinggang/yau yau chien ho ketiga
putar kiri bagian kesatu

Gambar 67 teknik gerak goyang pinggang/yau yau chien ho ketiga


putar kiri bagian kedua

Kedua buah lengan dalam keadaan lurus ditarik perlahan-lahan dari


posisi awal menuju ke samping kiri dan diputar bersama-sama
dengan pinggang kiri arah kanan melewati atas kepala hingga
posisi di depan dada seirama dengan musik
v. Putar kanan
Gambar 68 teknik gerak goyang pinggang/yau yau chien ho
keempat putar kanan

Putar kedua buah lengan ke arah sebaliknya hingga mencapai


posisi awal.
4) Gaya kodok (Ching Wa Yung Sek)
i. Posisi awal:

Gambar 69 Posisi Awal Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung


Sek

Berdiri tegap dan relaks dengan telapak tangan terbuka

ii. Tarik
Gambar 70 Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung Sek Tarik
bagian kesatu

Kedua buah lengan dalam keadaan lurus ditarik/diangkat perlahan-


lahan seirama dengan musik dari posisi awal menuju ke atas kepala

Gambar 71 Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung Sek Tarik


bagian kedua
Bersamaan dengan itu, tubuh ditarik/diangkat perlahan-lahan
(dengan cara berjinjit) seirama dengan gerakan lengan dari posisi
awal hingga mencapai posisi jinjit tertinggi yang dapat dilakukan
iii. Lepas
Gambar 72 Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung Sek lepas
bagian kesatu

Kemudian turunkan kedua buah kengan dengan cara


merentangkannya perlahan-lahan seirama dengan musik kembali ke
posisi awal.

Gambar 73 Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung Sek lepas


bagian kedua
Bersamaan dengan itu, tubuh diturunkan dari posisi jinjit hingga
mencapai posisi jongkok secara perlahan-lahan seirama dengan
pergerakan lengan
iv. Tarik
Gambar 74 Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung Sek ketiga

Dari posisi jongkok ini, ulangi gerakan “pertama: tarik”


v. Lepas

Gambar 75 Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung Sek


keempat lepas bagian satu

Kemudian turunkan kedua buah lengan dengan cara


merentangkannya perlahan-lahan seirama dengan musik kembali ke
posisi awal.
Gambar 76 Teknik Gerak Gaya Kodok Ching Wa Yung Sek
keempat lepas bagian kedua
Bersamaan dengan itu, tubuh diturunkan dari posisi jinjit kembali
ke posisi awal secara perlahan-lahan seirama dengan pergerakan
lengan
Keterangan:

Gerakan gaya kodok ini menyerupai katak yang sedang berenang.

5) Gaya belalang (Thang Lang U Tao)


i. Posisi awal:

Gambar 77 posisi awal gaya belalang/ Thang Lang U Tao

Berdiri tegap dan relaks dengan telapak tangan terbuka


ii. Pertama
Rangkaian gerakan ke arah kiri:

Gambar 78 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao kesatu


Lutut sedikit ditekuk, tumpuan berada di kaki sebelah kanan. Kaki
kiri diangkat ringan menyentuh tanah. Kedua buah lengan ditekuk
ke depan perut dan telapak tangan dibentuk seperti memeluk bola.
iii. Kedua:

Gambar 79 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao kedua


bagian satu

Gambar 80 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao kedua


bagian dua
Kaki kiri dibuka ke samping. Seluruh badan ikut diputar kekiri.
Kedua tangan dibuka dan didorong ke depan.
iv. Ketiga:
Gambar 81 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao ketiga
Kedua tangan ditarik ke belakang dan ditekuk. Telapak tangan
dikerucutkan menyerupai “kaki depan belalang”. badan juga ikut
ditarik ke belakang dan disangga dengan kaki belakang
v. Keempat

Gambar 82 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao


keempat
Kedua tangan diturunkan dan disapukan dari bawah ke depan, lalu
ke atas.
vi. Kelima

Gambar 83 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao kelima


Lakukan gerakan seperti yang ketiga.
vii. Keenam

Gambar 84 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao keenam


bagian satu

Gambar 85 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao keenam


bagian dua
Kedua tangan diangkat dan dijulurkan dari atas ke bawah bersama-
sama dengan badan membentuk setengah lingkaran.
viii. Ketujuh

Gambar 86 teknik gerak gaya belalang/Thang Lang U Tao ketujuh


Lakukan gerakan seperti yang ketiga
Rangkaian gerakan ke arah kanan

Tekniknya sama dengan rangkaian gerakan ke arah kiri. Tekniknya


sama dengan rangkaian gerakan ke arah kiri. Hanya saja badan
diputar balik ke arah kanan diikuti dengan menarik napas, dan
kemudian:

Transisi: kedua tangan dari posisi ketujuh dijulurkan ke depan


seperti di posisi kedua. Kaki kanan ditarik dan segera dibuka ke
kanan depan. Untuk seterusnya lakukan gerakan-gerakan seperti
rangkaian gerakan ke arah kiri.
Lampiran 6
SURAT IZIN PENDAHULUAN PENELITIAN KE KESBANGPOL
KOTA BANDUNG

1
Lampiran 7
BALASAN SURAT DARI KESBANPOL KOTA BANDUNG
Lampiran 8
SURAT IZIN PENDAHULUAN PENELITIAN KE DINAS KESEHATAN
KOTA BANDUNG

Lampiran 9
BALASAN SURAT DARI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
Lampiran 10

FORMAT BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Gebby Shantya Rahma Yanti

NIM : 1420119021

Judul : Pengaruh Senam Lien Tien Kung Terhadap Tekanan Darah


Lansia Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung

Pembimbing Utama : Dr.Antonius Ngadiran, S.Kep., Ners., M.Kep., M.Pd

No Tanggal Hasil Bimbingan Paraf Paraf


Mahasiswa Pembimbing
1 04 April Bab I
2023 1. Membuat studi
pendahuluan
2. Merumuskan latar
belakang masalah ini
a. Alasan memilih senam
yang akan diteliti
b. Alasan memilih lokasi
yang akan di teliti
2 11 April Bab I
2023 1. Menambahkan data
riskesdas hipertensi
2. Memperbaiki kalimat
yang kurang dimengerti
3. Memperbaiki sitasi
Bab II
1. Merumuskan tinjauan
teori
2. Menambahkan teori sesuai
variabel
3. Menentukan hipotesis
penelitian
3 2 Mei Bab I
2023 1. Perbaiki sistematika
penulisan
2. Tambahkan studi
pendahuluan mengenai
keluhan lansia dengan
gejala hipertensi
3. Jelaskan mengenai
kelebihan senam lien tien
kung
4. Perbaiki tujuan khusus
Bab II
1. Tambahkan studi literatur
2. Tambahkan penjelasan
yang berhubungan dengan
hipertensi dan senam lien
tien kung dalam kerangka
teori
4 5 Mei Bab II
2023 1. Perbaiki sistematika
penulisan
2. Tambahkan studi
literatur
3. Perbaiki kerangka teori
Bab III
1. Perbaiki definisi
operasional
2. Hitung sampel yang akan
di teliti
3. Tambahkan Teknik
pengolahan dan analisis
data

5 8 mei Bab II
2023 Perbaiki kerangka teori dan
sistematika penulisan
Bab III
1. Jelaskan mengenai teori
Teknik Analisa data
2. Jelaskan alasan
mengambil uji penelitian
tersebut
6 11 mei Bab I
2023 Lengkapi data studi
pendahuluan
Bab II
1. Lengkapi tinjauan teori
mengenai senam lien tien
kung
2. Perbaiki kerangka teori
Bab III
Perbaiki Analisa data

7 19 mei Bab I
2023 Perbaiki data yang tidak perlu
Bab III
Perbaiki hasil ukur definisi
operasional
Lampiran
Buat sop senam lien tien kung
menjadi modul latihan
Lampiran 11

FORMAT BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Gebby Shantya Rahma Yanti

NIM : 1420119021

Judul : Pengaruh Senam Lien Tien Kung Terhadap Tekanan


Darah Lansia Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung

Pembimbing pendamping : Stephanie Melia, S.Kep.,Ners.,M.Kep

No Tanggal Hasil Bimbingan Paraf Paraf


Mahasiswa Pembimbing
1 05 April
2023

Bab I
Merumuskan studi
pendahuluan
1. Melengkapi/merumuskan
latar belakang
a. Alasan memilih senam
yang akan di teliti
b. Alasan memilih lokasi
penelitian
2. Memperbaiki bahasa yang
akan digunakan
3. Melanjutkan pengerjaan
bab II

2 21 April Bab I
2023 1.Perbaiki sistem penulisan
2.Perbaiki mengenai sejarah
senam lien tien kung
3.Perbaiki tujuan khusus

3 01 Mei
2023

Bab I
1. Tambahkan penjelasan
mengenai proses
fisiologis pada sistem
menua
2. Tambahkan jurnal/buku
referensi
3. Jelaskan resiko akibat
menua
4. Perbaiki mengenai
sejarah senam lien tien
kung, buat lebih
sederhana
5. studi pendahuluan
mengenai hipertensi di
kelurahan pasanggrahan
6. Perbaiki kalimat sehingga
mudah di mengerti
Bab 2
1. Perbaiki sistematika
penulisan
2. Jelaskan mengenai sistem
perubahan pada proses
menua lebih mendalam
mengenai pembuluh
darah dan tekanan darah
3. Masukan tinjauan
literatur sebelum
kerangka teori
4. Buat SPO senam lien tien
kung atau masukan
gambar teknik senam
yang akan dilakukan
4 15 Mei
2023

Bab I
1.Perbaiki mengenai
penjelasan faktor resiko
hipertensi
2.Perbaiki sistematika
penulisan
3.Tambahkan studi
pendahuluan mengenai data
hipertensi, keluhan lansia
yang mengarah ke hipertensi,
kegiatan posbindu yang
terjadi di pasanggrahan,
kegiatan senam lien tien kung
dan jelaskan mengenai waktu
dan jumlah lansia yang
menghadiri senam lien tien
kung
Bab II
1.Buat kalimat lebih
sederhana dan efektif
2.Jelaskan kejadian hipertensi
lebih mendalam, tidak perlu
memasukan tinjauan literatur
yang tidak berhubungan
3.Jelaskan indikasi senam
lien tien kung
4.Perbaiki ringkasan literatur,
buat lebih sederhana
5.Perbaiki kerangka teori

Bab III
1. Perbaiki klasifikasi
tekanan darah menurut
Kemenkes RI
2. Perbaiki mengenai
kriteria sampel dan
intrumen penelitian
3. Perbaiki hasil ukur di
definisi operasional dan
teknik analisa data.

Anda mungkin juga menyukai