Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ATRESIA DUCTUS/ATRESIA

BILLIER

Mata Kuliah :
KEPERAWATAN DEWASA SISTEM
MUSKULOSKELETAL,INTEGUMENT,PERSE
PSI SENSORI DAN PERSARAFAN

Dosen pembimbing

ELYK DWI MUMPUNINGTIYAS, S. Kep., Ns.,


M. Kep
Oleh :
1. Aulia aprilita sofiyana 719621264
2. Roghibafillh mumayyizah D 719621
3. Mery Agustini 719621
4. Edo Setia Dwitama 719621
5. Alfin Aliwafa 719621

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA


2021

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWTyang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan- Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan nikmat


sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
DEWASA DENGAN DIAGNOSA GOUT ”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini , supaya
makalah nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar besarnya,semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat (Gout) adalah penyakit gangguan metabolisme
purin ditandai dengan keadaan kadar asam urat serumnya melebihi 7
mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Asam urat
dipicu oleh meningkatnya asupan makanan kaya purin, dan
kurangnya intake cairan (air putih), sehingga proses pembuangannya
melalui ginjal menurun. Apabila asupan dan pola makan tidak
diubah maka kadar asam urat darah yang berlebihan akan
menimbulkan penumpukkan kristal asam urat, apabila kristal berada
dalam cairan sendi maka akan menyebabkan penyakit asam urat
(Misnadiarly, 2007). Asam urat termasuk penyakit degeneratif yang
menyerang persendian, dan paling sering dijumpai di masyarakat
terutama dialami oleh lanjut usia (lansia) (Damayanti,2012).
Sesuai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka prevalensi
penyakit asam urat tahun 2016 mencapai 20% dari penduduk dunia.
Penyakit asam urat mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8,3
juta (4%) pada orang dewasa di Amerika Serikat (Zhu et al., 2011
dalam Sun, 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2013 menunjukkan bahwa penyakit sendi di Indonesia sesuai
diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11,9%
dansesuaidiagnosis dan gejala sebesar 24,7%. Prevalensi penyakit
sendi di Jawa Tengah tahun 2013 sesuai diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 11,2% ataupun sesuai diagnosis dan gejala sebesar 25,5%
(Riskesdas, 2013). Prevalensi asam urat di Jawa Tengah belum
diketahui secara pasti, namun dari suatu survei epidemiologik yang
dilakukan di Jawa Tengah atas kerjasama World Health
Organization (WHO) didapatkan prevalensi asam urat sebesar
24,3% (Nengsi et al., 2014). Jumlah kunjungan penderita asam urat
di Sukoharjo tahun 2016 mencapai 1120 penderita dari 12
Puskesmas di Sukoharjo. Jumlah penderita asam urat khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura mencapai 404 penderita pada
tahun 2016. Wilayah kerja Puskesmas Kartasura terdiri dari 12 Desa
yaitu Desa Ngemplak, Desa Pucangan, Desa Kartasura, Desa
Ngabean, Desa Wirogunan, Desa Kertonatan, Desa Makam Haji,
Desa Gumpang, Desa Ngadirejo, Desa Pabelan, Desa Gonilan, Desa
Singopuran. Jumlah penderita menunjukkan bahwa penyakit
persendian di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Sukoharjo
masih cukup tinggi (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo &
Puskesmas Kartasura,2017).
Penyakit asam urat dapat menganggu kenyamanan lansia
dalam beraktivitas akibat nyeri sendi, selain itu dapat menyebabkan
komplikasi seperti gagal ginjal, maupun batu ginjal. Penyakit asam
urat perlu penanganan yang tepat dan aman untuk mengatasi
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit asam urat. Penanganan
asam urat dapat dilakukan secara farmakologis dan non
farmakologis. Arifin (2008) mengemukakan bahwa terapi
farmakologis harusdiminimalkan penggunaannya, sehingga terapi
non farmakologis lebih utama untuk mencegah atau mungkin bisa
mengurangi angka kejadian asam urat. Terapi secara non
farmakologis dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu relaksasi,
meningkatkan intake cairan, kompres air hangat, diet rendah purin
dengan cara mengatur pola hidup dan asupan makanan dengan
mengurangi makanan yang mengandung purin tinggi, seperti
kacang-kacangan dan jeroan, menjaga ideal tubuh, dan olahraga
seperti melakukan senam (Krisnatuti, 2006). Olahraga seperti senam
merupakan cara efektif untuk menurunkan kadar asam urat.
Olahraga juga sangat diperlukan untuk mencegah atau menunda
penyakit-penyakit degeneratif dan penyakit kelainan metabolisme.
Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan
sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat
radang sendi.
Olahraga juga dapat memberikan efek menghangatkan tubuh
sehingga mengurangi rasa sakit dan mencegah pengendapan asam
urat pada ujung- ujung tubuh yang dingin karena kurang pasokan
darah (Wratsongko, 2006). Melakukan olahraga pada lanjut usia
harus memperhatikan ketentuan- ketentuan untuk keselamatan lanjut
usia, olahraga sebaiknya dilakukan dengan lama latihan minimal 15-
45 menit secara teratur. Beberapa contoh olahraga yang dapat
dilakukan oleh lansia yaitu jalan kaki, olahraga yang bersifat reaktif
dan senam, senam bermanfaat menghindari penumpukkan lemak di
dalam tubuh (Sustrani dkk, 2004). Beberapa senam yang dapat
dilakukan oleh lansia yaitu yoga, taichi, senamergonomis, serta
senamzumba. Senam Zumba termasuk dalam jenis olahraga fitness
yang terinspirasi tarian latin yang menggabungkan unsur tari dan
aerobic. Menurut Andre Gunawan (2015:49) senam zumba
merupakan bentuk penerapan metode High Intensity Interval
Training (HIIT), yaitu latihan kardio yang dilakukan dalam waktu
singkat dengan intensitas yang tinggi, sehingga sangat membantu
dalam proses pembakaran lemak, memperlancar pengangkutan sisa
pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah dan penurunan
berat badan. Penelitian yang dilakukan Wuisantono, Rattu, dan Polii
(2015), mengenai pengaruh senam zumba terhadap kadar asam urat
pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Angkatan 2014, didapatkan
hasil penelitian yang menunjukkan terdapat perubahan kadar asam
urat yang bermakna setelah latihan senam zumba selama 1minggu.
Penelitian lain yang juga dilakukan Kusumadewi, Sumekar,
dan Hardian (2015) pengaruh latihan zumba terhadap persentase
lemak tubuh pada wanita usia muda. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan rerata persentase lemak tubuh pada subjek yang
melakukan latihan rutin senam Zumba. Senam Ergonomis
merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik
pernafasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan
diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh. Teknik pernafasan tersebut, mampu
memberikan pijatan pada jantung akibat naik turunnya diafragma,
membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke
jantung sertaaliran darah ke seluruh tubuhsehingga memperlancar
pengangkutan sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah
oleh sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk
urine dan feses (Wratsongko, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih, Aini, dan Saparwati (2015) mengenai pengaruh
senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia
dengan hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang, didapatkan hasil penelitian
yang menunjukkan ada pengaruh senam ergonomis terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia dengan hiperurisemia di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran
KabupatenSemarang.
1.2 Rumasan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Gout Artritis?
1.2.2 Apa etiologi Gout Artritis?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi Gout Artritis?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Gout Artritis?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinik Gout Artritis?
1.2.6 Bagaimna komplikasi Gout Artritis?
1.2.7 Bagaiamna penatalaksanaan Gout Artritis?
1.2.8 Bagaimana WOC Gout Artritis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Definisi Gout Artritis
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi Gout Artritis
1.3.3 Untuk mengetahui klasifikasi Gout Artritis
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi Gout Artritis
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinik Gout Artritis
1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi Gout Artritis
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan Gout Artritis
1.3.8 Untuk mengetahui WOC Gout Artritis
1.4 Manfaat
Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan
masukan untukmenambah dan meningkatkan pengetahuan
pengetahuan dan wawasan bagimahasiswa keperawatan serta
pembaca pada umumnya dapat memberikanasuhankeperawatan.
Bagi mahasiswa penambah wawasan dalam ilmu pengetahuan
khususnya kesehatan bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan
ilmunya dalam pendidikan. Bagi kebutuhan klien diharap
kangangguan mobilisasi teratasi dan dapat meningkatkan aktivitas
sesuai batasan toleransi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Artritis gout merupakan bentuk artritis inflamatorik yang terjadi
pada individu dengan kadar asam urat darah yang tinggi. Asam urat
ini dapat membentuk kristal dengan bentuk, seperti jarum di sendi.
Akibatnya, kondisi ini dapat menyebabkan serangan gout yang
sangat nyeri, disertai kemerahan, bengkak, dan hangat di area
tersebut.
Asam urat merupakan penyakit yang disebabkan karena
adanya penumpukan asam urat didalam tubuh secara berlebihan.
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisma senyawa
purin. Pembentukannya tergantung pada jumlah purin dari
makanan yang dikonsumsi dan dari pembentukan purin dalam
tubuh. Metabolisma adalah proses kimia atau reaksi kimia
yang secara alami selalu terjadi dalam tubuh.
Asam urat sebenarnya merupakan bagian yang normal dari
darah dan urin. Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa
pembuangan dari bahan makanan yang mengandung nukleotida
purin atau berasal dari nukleotida purin yang diproduksi oleh
tubuh. Artinya secara alami tubuh manusia akan selalu memiliki
asam urat dalam jumlah yang terbatas. Asam urat berasal dari
kata uric acid. Kata uric artinya urin sedangkan acid artinya
asam. Jad iuric acid atau asam merupakan kondisi seseorang
dengan air seni (urin) yang memiliki sifat asam. Air seni
berwarna putih dengan kepekatan tinggi yang dapat mengedap.
Endapan berwarna putih bersifat asam yang kemudian diketahui
sebagai asam urat, uric acid diberikan oleh peneliti Aulus
CorneliusCelsus pada tahun 30 M.
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai
gambaran khusus,yaitu artritis akut. Arthritis gout lebih
banyakterdapat pada pria dari pada wanita. Gout adalah
peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi
dan jari (depkes,1992). Gout adalah kerusakan metabolic yang
ditandai dengan peningkatan konsentrasi serum asam urat dan
deposit kristal asam urat dalam cairansinovial dan disekitar
jaringan sendi

2.2 Etiologi
Arthritis gout terjadi ketika kristal urat menumpuk di sendi,
kondisi ini menyebabkan peradangan dan rasa sakit yang hebat dari
serangan asam urat. Kristal urat dapat terbentuk ketika seseorang
memiliki kadar asam urat yang tinggi dalam darah.Tubuh
menghasilkan asam urat ketika memecah purin, yakni zat yang
ditemukan secara alami di dalam tubuh. Purin juga ditemukan pada
makanan tertentu, seperti steak, daging organ, dan makanan laut.
Makanan lain juga mempromosikan kadar asam urat yang lebih
tinggi, seperti minuman beralkohol, terutama bir, dan minuman yang
dimaniskan dengan gula buah (fruktosa).Biasanya, asam urat larut
dalam darah dan melewati ginjal ke dalam urine. Namun, kadang-
kadang tubuh memproduksi terlalu banyak asam urat atau ginjal
mengeluarkan terlalu sedikit asam urat. Ketika ini terjadi, asam urat
dapat menumpuk, membentuk kristal urat yang tajam dan
membutuhkan, seperti urat di jaringan sendi atau sekitarnya yang
menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan
2.3 Klasifikasi
Secara tradisional, gout dibagi menjadi dua, yaitu: bentuk primer
(90%) dan bentuk sekunder (10%). Gout primer adalah gout yang
penyebabnya tidak diketahui atau karena gangguan/kelainan proses
metabolisme tubuh. Sementara itu, gout sekunder adalah gout yang
penyebabnya dapat diketahui. Orang normal setiap hari membuang
700 mg asam urat melalui urin, dan sisa yang tersimpan dalam
cairan tubuh adalah sekitar 1.000 mg. Penderita gout menghasilkan
asam urat secara berlebihan, sehingga yang tersimpan dalam tubuh
meningkat menjadi 3-15 kali dari keadaan normal. Dan dilain

pihak pengeluarannya melalui ginjal terganggu atau menurun


(Junaidi, 2013:81)
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi arthritis gout dibagi menjadi empat tahap yaitu:
- Fase I
Tahap ini terjadi akibat peningkatan asam urat yang berasal dari
metabolisme purin yang berasal dari diet dan pemecahan sel tubuh.
Pada keadaan normal asam urat yang terbentuk selanjutnya akan
dipecah oleh enzim urikase menjadi substans yang larut pada urin
sehingga mudah diekskresikan. Tidak adanya enzim urikase ini
dapat menimbulkan peningkatan kadar asam urat.
Sekitar 90% peningkatan kadar asam urat ditimbulkan akibat
ketidakmampuan untuk mengekskresikan asam urat pada urin akibat
defek genetik pada transporter anion ginjal yang mengakibatkan
reabsorbsi asam urat yang berlebihan. Hal ini juga bisa disebabkan
oleh penggunaan beberapa obat seperti aspirin, diuretik dan alkohol,
serta fungsi ginjal yang menurun. Sekitar 10% peningkatan asam
urat dapat terjadi akibat produksi asam urat yang berlebihan akibat
defek genetik enzim yang memecahkan purin, peningkatan
penghancuran DNA sel yang mengandung purin pada tindakan
kemoterapi, serta asupan diet yang tinggi purin
- Fase II
Fase ini adalah serangan akut yang ditandai dengan tanda radang,
biasanya pada sendi metatarsofalang digiti I, dorsum kaki, mata
kaki, lutut, pergelangan tangan, dan sendi siku. Fase ini terjadi
akibat perpindahan monosodium urat ke cairan sendi dan
menimbulkan reaksi perlawanan dari sel neutrofil, sehingga
mencetuskan reaksi radang oleh beberapa sitokin inflamasi dan
ditandai dengan sendi yang merah, nyeri, panas, dan bengkak.
- Fase III
Fase ini sering dikenal dengan fase interkritikal asimptomatik yaitu
fase tanpa adanya gejala namun kristal monosodium urat tetap
terdeposit pada cairan sendi. Keadaan ini dapat berlangsung sampai
10 tahun. Tanpa penanganan asam urat yang baik dapat
menimbulkan serangan akut yang berulang akibat beberapa pencetus
seperti trauma lokal, diet tinggi purin, stress, dan pemakaian
diuretik.
- Fase IV
Fase ini adalah fase arthritis gout kronik yang ditandai dengan
munculnya tofus (deposit monosodium urat pada beberapa sendi
namun tanpa tanda radang).  Tofus ini dapat pecah sendiri dan sering
menimbulkan infeksi sekunder. Pada fase ini sering terjadi
kerusakan sendi, gangguan fungsi ginjal dan gangguan
kardiovaskuler.
2.5 Manifestasi Klinik
Gout arthritis terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus
berkembang menjadi tahap akhir. Perjalanan penyakit asam urat
mempunyai 4 tahapan, yaitu:
a. Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut) Serangan pertama
biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada lakilaki,
dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25
tahun merupakan bentuk tidak lazim gout artritis, yang
mungkin merupakan manifestasi adanya 12 gangguan
enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan
siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa arthritis
monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa
disebut podagra. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu
radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat
dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala
apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat
dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa
nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah,
disertai lekositosis dan peningkatan endap darah.
Sedangkan gambaran radiologis hanya didapatkan
pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan
cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi
sekalipun. Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama
jika tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat mengenai
sendi-sendi yang lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari
tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi
sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan
interval serangan yang lebih singkat, dan masa
penyembuhan yang lama
b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal) Pada tahap ini
penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu
tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda.
Dari rentang waktu 1- 10 tahun. Namun rata-rata rentang
waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu
pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya
pernah menderita serangan gout arthritis akut. Atau
menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada
hubungannya dengan penyakit gout arthritis.
c. Tahap 3 (Tahap Gout Artritis Akut Intermitten) Setelah
melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun
tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini
yang ditandai dengan serangan artritis yang khas seperti
diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat
serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu
dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan
lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah
sendi yang terserang makin banyak. Misalnya seseorang
yang semula hanya kambuh setiap setahun sekali, namun
bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka
serangan akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan,
tiap 3 bulan dan seterusnya, hingga pada suatu saat
penderita akan mendapat serangan setiap hari dan semakin
banyak sendi yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous) Tahap
ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10
tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-
benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang
disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras
yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit
dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang
disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan banyak
akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan
sepatu lagi.

2.6 Komplikasi
Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh masyarakat
umum. Menurut Soeryoko (2011), berikut ini komplikasi yang terjadi
akibat tingginya kadar asam urat.
1. Kerusakan sendi Arthritis gout merupakan penyakit yang
cukup ditakuti sebagian orang karena menimbulkan
kerusakan sendi danperubahan bentuk tubuh. Kerusakan
sendi yang disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di
tangan maupun kaki. Kerusakan tersebut terjadi karena
asam urat menumpuk di dalam sendi dan menjadi kristal
yang menganggu sendi. Sendi yang tertutup kristal asam
urat menyebabkan jari-jari tangan maupun kaki menjadi
kaku dan bengkok tidak beraturan. Namun yang ditakuti
penderita bukan bengkoknya melainkan rasa sakit yang
berkepanjangan.
2. Terbentuk tofi Tofi adalah timbunan kristal monosodium
urat monohidrat(MSUM) di sekitar persendian yang sering
mengalami serangan akut atau timbul di sekitar tulang
rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon. Di luar sendi, tofi
juga bisa ditemukan di jaringan lunak, otot jantung
(miokard), katup bicuspid jantung (katup mitral), retina
mata, dan pangal tenggorokan (laring). Tofi tampak seperti
benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering teraba pada
daun telinga, bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar
siku, ibu jari kaki, bursa di sekitar tempurung lutut
(prepatela), dan pada tendon achilles.Tofi baru ditemukan
pada kadar asam urat 10-11 mg/dL. Pada kadar >11 mg/dL,
pembentukan tofi menjadi sangat progresif. Bila
hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa membesar dan
menyebabkan kerusakan sendi sehingga fungsi sendi
tergangguTofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi) dan
mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung
MSU. Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi
pengendapan Na urat di ginjal.
3. Penyakit jantung Kadar asam urat yang tinggi dapat
menimbulkan gangguan jantung. Bila penumpukan asam
urat terjadi di pembuluh darah arteri maka akan
mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam urat yang
terlalu lama dapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel
Hypertropy) yaitu pembengkakan ventrikel kiri pada
jantung.
4. Batu ginjal Tingginya kadar asam urat uang terkandung
dalam darah dapat menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal
terbentuk dari beberapa zat yang disaring dalam ginjal. Bila
zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak bisa keluar
bersama urine maka membentuk batu ginjal. Batu ginjal
yang terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan pembuat
batu tersebut. Batu ginjal yang terbentuk dari asam urat
disebut batu asam urat.
5. Gagal ginjal (nefropati gout) Komplikasi yang sering terjadi
karena arthritis gout adalah gagal ginjal atau nefropati gout.
Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak fungsi
ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat menyebabkan
ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau
mengalami gagal ginjal. Bila gagal ginjal terjadi,ginjal tidak
dapat membersihkan darah. Darah yang tidak dibersihkan
mengandung berbagai macam racun yang menyebabkan
pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
Menurut Junaidi (2013), penatalaksanaan yang bisa dilakukan
adalah:
A. Medikasi
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO,
Colchine 1,0 – 3,0 mg (dalam Nacl/IV), phenilbutazon,
Indomethacin.
2. Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik)
3. Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah
fagositosis dari kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri
berkurang.
4. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi (NSAID) untuk
nyeri dan inflamasi.
5. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam
urat dan untuk mencegah serangan.
6. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat.Terapi pencegahan dengan
meningkatkan eksresi asam urat menggunakan probenezid
0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang
tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan
asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.
B. Perawatan
1. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan
yang mengandung purin yaitu jeroan (jantung, hati, lidah,
ginjal,usus), sarden, kerang, ikan herring, kacang –
kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
2. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan
kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
3. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi,
singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh
penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin.
4. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
5. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih.
6. Hindari penggunaan alkohol.
2.8 WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah klien sehingga dapat memberi arah terhadap
3.1.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
 Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia,alamat,
agama, bahasa yang digunakan, status perkawainan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosis medis. Severity(scale) of Pain: Nyeri yang
dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang skala
pengukuran 0-4.
 Keluhan utama Pada umumnya klien merasakan
nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki (sendi
lain).
 Riwayat penyakit sekarang Pengumpulan data
dilakukan sejak muncul keluhan dan secara umum
mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala
tersebut berkembang.penting di tanyakan berapa lama
pemakaian obat analgesic, alopurinol
 Riwayat penyakit dahulu Pada pengkajian
ini,ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout. Masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah adakah klien pernah dirawat
dengan masalah yang sama.kaji adanya pemakaian
alcohol yang berlebihan dan penggunaan obat
diuretic.
 Riwayat penyakit keluarga Kaji adakah keluarga
dari genarasi terdahulu mempunyai keluhan yang
sama dengan klien karena penyakit gout berhubungan
dengan genetik. Ada produksi /sekresi asam urat yang
berlebihan yang tidak di ketahui penyebabnya.
Riwayat psikososial Kaji respon emosi klien terhadap
penyakit yang didentanya dan penyakit klien dalam
keluarga dan masyarakat. Respon yang di dapat
meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang
variasi tingkat keeemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi
nyeri,hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri,
dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan
prognosis penyakit dan peningkatan asam urat
terhadap sirkulasi. Adanya perubahan peran dalanm
keluarga akibat adanya nyri dan hambatan mobilitas
fisik emberikan respon terhadap konsep diri yang
maldaptif.
3.1.2 Pengkajian Berdasarkan Pola
Pola Presepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Keluhan utama nyeri pada pada sendi
 Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara
mengatasi atau mengurangi serangan.
 Riwayat penyakit Gout pada keluarga
 Obat utntuk mengatasi adanya gejala

Pola nutrisi dan metabolic

 Peningkatan berat badan


 Peningkatan suhu tubuh
 Diet

Pola aktifitas dan Latihan

 Respon sentuhan pada sendi dan menjaga sendi yang


terkena
Pola presepsi dan konsep diri
 Rasa cemas dan takut untuk melakukan pergerakan
 Presepsi diri dalam melakukan mobilitas
 Pemeriksaaan fisik
 B1 (Breathing)
 Inspeksi: bila tidak melibatkan sistem pemapasan,
biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien
tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan.
o Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri dan kanan
o Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara napas hilang'melemah pada sisi
yang sakit, biasanya di dapat suara ronki atau mengi.
 B2 (Blood): pengisian kapiler kurang dari 1
detik,sering ditemukan keringat dingin,dan pusing
karena nyeri.
 B3 (Brain): kesadaran biasanya kompos mentias
o >kepala dan wajah : ada sianosis
o >mata : sclera biasanya tidak ikterik
o >leher : biasanya JVP dalam batas normal
 B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas
normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan , kecuali penyakit gout sudah mengalami
komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu asam
urat „dan GGK yang akan menimbulka perubahan
fungsi pada sistem ini ·
 B5 (bawel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout
tidak ada gangguan, tetapi perlu dikaji frekuensi,
konsistensi.warna, serta nbau feses. Selain itu perlu di
kaji frekiensi. konstitensi, wama, bau, dan jumlah
urine. Klien biasanya mual,mengalami nyeri
lambung.dan tidak ada nafsu makan, terutama klien
yang memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia
 B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan
o >Look: keluhan nyeri sendi uyang merupakan
keluhan utama yang mendorong klien mencari
pertolongan (meskipun sebelumnya sendi sudah kaku
dan berubah bentuknya). Nyrin biasaya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
istirahat. Beberapa ferakan tertentu kadang
menimbulkan nyeri yang lebuh dibandingkan dengan
gerakan yag lain. Deformitas sendi (temuan tofus)
terjadi dengan temuan salah satu pergelangan sendi
secara perlahan membesar
o >feel: ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak
o >Move: hambatan gerahan sendi biasanya semakin
memberat

3.2 Diagnosa Keperwatan


1) Nyeri akut b.d agen cidera biologis pembengkakan sendi,
melaporkan nyeri secara verbal pada area sendi
2) Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri persendian (kaku sendi)
3) Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perubahan
kadar elektrolit pada ginjal (disfungsi ginjal)
4) Hipertermia b.d proses penyakit (peradangan sendi)
5) Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit (nyeri
pada sendi)
6) Kerusakan integritas jaringan b.d kelebihan cairan
peradangan kronik akibat adanya kristal urat.
7) Gangguan citra diri b.d perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus
8) Perubahan pola tidur b.d nyeri
9) Kurangnya defisit perawatan diri yang b.d keterbatasan
sekunder terhadap penyakit

3.3 Intervensi
N Tujuan Dan KH Intervensi Rasional
O
1. Setelah dilakukan  Kaji lokasi,  Mengetahui
tindakan intensitas dan lokasi,
keperawatan tipe nyeri intensitas dan
selama….x24 jam  Berikan skala nyeri
nyeri berkurang/ kompres  Untuk
hilang hangat mengurangi
KH:  Ajarkan nyeri
 Rasa tehnik  Membantu
nyaman relaksasi pasien
Pasien distraksi mengatasi
terpenuhi  Kolaborasi nyeri
 Nyeri dalam
berkurang/H pemberian
ilang analgesic

2. Setelah dilakukan  Kaji


tindakan mobilitas
keperawatan yang ada dan
selama….x24 jam observasi
nyeri berkurang/ adanya
hilang peningkatan
KH: kerusakan
 Mobilitas  Beri latihan
fisik ROM
terpenuhi  Anjurkan
 Pasien keluaga
menunjukka untuk
n tindakan mendekatkan
untuk barang
meningkatka kebutuhan
n mobilitas pasien
dan  Kolaborasi
mempertaha dengan ahli
nkan fisioterapi
koordinasi untuk latihan
optimal fisik pasien

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
4.1 Contoh Kasus
Ny. R berusia 50 tahun TB:155cm, BB:70kg, ia mempunyai 2
orang putri dan suaminya seorang PNS. Selama 1 tahun ini ia
mendapatkan serangan nyeri di tungkai dan jempol kaki. Biasanya
ketika terjadi serangan nyeri Ny. R hanya minum obat anti inflamasi
dan mengkompres dengan air hangat. Saat Ny. R mendapat serangan
lagi tetapi semakin parah, rasa nyeri tidak dapat ditahan. Tungkai
kaki bengkak dan terasa panas dan Ny. R menjadi sulit berjalan
karena rasa sakit luar biasa. Ny. R berobat ke dokter dan disarankan
untuk dirawat di RS. Dari hasil pemeriksaan klinis diketahui asam
urat pasien 9 mg/dL, tensi 120/80mmHg. Terapi yang diberikan
adalah tirah baring, obat analgesik, anti inflamasi, dan obat penurun
asam urat.
4.2 Asuhan Keperawatan
A. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. R


No. RM :-
Tempat Tanggal Lahir : -
Umur : 50 th
Agama :-
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan :-
Alamat :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku :-
Diagnosa Medis : Gout Arthtitis
Tanggal Masuk RS :-
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2021
Sumber Informasi :-
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Tempat Tanggal Lahir : -
Umur : 55 th
Agama : islam
Alamat :-
Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : laki-laki
Hubungan dengan Pasien: Suami
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : nyeri dan bengkak pada kaki

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Selama 1 tahun ini ia


mendapatkan serangan nyeri di tungkai dan jempol kaki.
Biasanya ketika terjadi serangan nyeri Ny. R hanya minum
obat anti inflamasi dan mengkompres dengan air hangat.
Saat Ny. R mendapat serangan lagi tetapi semakin parah,
rasa nyeri tidak dapat ditahan. Tungkai kaki bengkak dan
terasa panas dan Ny. R menjadi sulit berjalan karena rasa
sakit luar biasa. Ny. R berobat ke dokter dan disarankan
untuk dirawat di RS. Dari hasil pemeriksaan klinis diketahui
asam urat pasien 9 mg/dL, tensi 120/80mmHg. Terapi yang
diberikan adalah tirah baring, obat analgesik, anti inflamasi,
dan obat penurun asam urat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : -
4. Riwayat Penyakit Keluarga : -
5. Genogram :
D. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut
Gordon (11 Pola)

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan


2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : klien mengatakan mendapatkan asupan nutrisi
dengan baik dari buah dan makanan 3x sehari
Selama sakit : klien mengatakan mendapatkan asupan nutrisi
kurang baik , frekuensi makan berubah menjadi 2x sehari
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
 BAK

Keluarga mengatakan klien warna urine berwarna cerah .


 BAB

Klien mengatakan BAB berwarna kuning dengan


konsistensi padat.
Selama sakit :
 BAK

Keluarga mengatakan klien warna urine berwarna gelap .


 BAB

Klien mengatakan BAB berwarna putih dengan


konsistensi padat.

4. Aktivitas dan Latihan


Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM √

Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √

Kemampuan makan/minum √

Kemampuan toileting √

Kemampuan Mandi √

Ket. : 0 = Mandiri
1 = Menggunakan alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung Total
5. Pola Istirahat dan aktivitas
Klien mengalami masalah dalam aktivitas lemas. Klien
mengatakan sulit untuk beristirahat , Klien sangat rewel
dibandingkan biasanya . klien mengatakan pola tidur
terganggu, dan sulit untuk tidur .
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
7. Konsep diri
a. Identitas Diri : ibu rumah tangga
b. Gambaran Diri :
c. Ideal Diri : berharap sembuh dari Gout Athritis
d. Harga Diri : baik
e. Peran Diri : pasien sebagai ibu rumah tangga
8. Sexual dan Reproduksi
Sebelum sakit :
Selama sakit :
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit :
Selama sakit :
10. Manajemen Koping Stress

Sebelum Sakit :
Selama sakit :
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit :
Selama sakit
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : composmentis
2. TTV : S : °C N : X/mnt TD : 120/80
mmHg RR : X/mnt
3. Kepala : -
4. Mata, Telinga, Hidung :
Mata : skelara putih, konjungtiva merah muda,dapat
membuka mata secara spontan
Hidung :-
Telinga : simetris tidak ada serumen,fungsi
pendengaran baik.tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid,tidak ada pembengkakan vena jugularis
5. Mulut :tidak ada sariawan
6. Leher : normal
7. Dada/Thoraks :
Inspeksi :simetris tidak ada benjolan atau luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada
Perkusi : suara paru sonor,suara jantung dullnes
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan,irama
jantung tertur
8. Abdomen
Inspeksi :bentuk perut datar
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : bunyi usus 6 x/menit
9. Genetalia : tidak dikaji
10. Ekstremitas : pada kaki mendapatkan serang nyeri di
tungkai dan jempol kaki
11. Kulit : normal
F. Pemeriksaan Penunjang
- Asam urat : 9 mg/dL
G. Therapy
- Tirah baring
- Obat analgesik
- Obat anti inflanasi dan obat penurun panas
H. Analisa Data

DATA MASALAH ETIOLOGI


DO : Px tampak lemas Nyeri Akut Sirkulasi darah daerah
dan nyeri di tungkai dan radang meningkat
jempol kaki
Vasodilatasi dari kapiler
DS : - UA : 9 mg/dl

Nyeri

DO : - adanya edema Gangguan mobilitas fisik Pembetukan tukak pada


pada tungkai kaki Px sendi
DS : - px susah berjalan
Tofus-tofus mengering
karena nyeri
-UA : 9 mg/dL
Kekakuan pada sendi

Membatasi pergerakan
pada sendi
Gangguan mobilitas fisik
DS : Px mengatakan Gangguan citra tubuh Terbentuk topus fibrosis
bengkak pada tungkai akilosis pada tulang
DO : adanya edema di
Perubahan bentuk tubuh
tungkai dan kaki Px
pada tulang dan sendi

Gangguan citra tubuhh

I. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1. Nyeri akut berhubungan dengan
proses inflamasin
2. Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(Nursing Care Plan)

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Nyeri akut berhubungan Tujuan: setelah dilakukan Manajemen nyeri I.08238 1. Untuk mengetahui
dengan proses tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,
inflamasin selama 2x24 jam tingkat lokasi,karakteritik,durasi,frek frekuensi,kualitas,intensita
nyeri menurun dengan uensi,kualitas,intensitas nyeri s nyeri klien
DO : Px tampak lemas 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
dan nyeri di tungkai dan KRITERIA HASIL : L. 3. Identifikasi respon nyeri non nyeri
jempol kaki 08066 verbal 3. Untuk mengetahui respon
DS : - UA : 9 mg/dl 1. Keluhan nyeri 4. Identifikasi factor yang nyeri non verbal
menurun memperberat dan 4. Untuk mengetahui factor
2. Meringis menurun memperingan nyeri yang memperberat dan
3. Gelisah menurun 5. Monitor efek samping memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur penggunaan analgetik. 5. Untuk mengetahui efek
menurun 6. Berikan teknik samping analgetik
5. Perasaan takut nonfarmakologis untuk 6. Untuk mengurangi rasa
mengalami cedera mengurangi rasa nyeri (mis. nyeri klien
ulang menurun TENS, hypnosis , terapi 7. Untuk memahami cara
6. Frekuensi nadi music, terapi pijat, kompres meredakan nyeri
membaik hangat/dingin)
7. Tekanan darah 7. Pertimbangkan jenis dan
membaik sumber nyeri dalam
8. Nafsu makan pemilihan strategi meredakan
membaik nyeri.
9. Pola tidur membaik
Gangguan mobilitas Tujuan: setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi I.05173 1. untuk mengetahui adanya
fisik berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau nyeri atau keluhan fisik
dengan nyeri selama 2x24 jam tingkat keluhan fisik lainnya lainnya pada pasien
mobilitas fisik membaik 2. Identifikasi toleransi fisik 2. untuk mengetahui
DO : - adanya edema dengan melakukan pergerakan toleransi fisik saat
pada tungkai kaki Px KRITERIA HASIL : 3. Monitor kondisi umum pergerakan pasien
DS : - px susah berjalan L.05042 selama melakukan mobilisasi 3. untuk mengetahui kondisi
karena nyeri 1. Pergerakan 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi umum selama mobilisasi
-UA : 9 mg/dL ekstremitas dengan alat bantu 4. agar bisa memenuhi
meningkat 5. Jelaskan tujuan dan prosedur kebutuhan aktivitas
2. Kekuatan otot mobilisasi mobilisasi dengan alat
meningkat 6. Ajarkan mobilisasi sederhana bantu
3. Rentang gerak yang harus dilakukan mis 5. agar klien paham tujuan
meningkat (duduk di tempat tidur,duduk dan prosedur mobilisasi
4. Nyeri menurun di sisi tempat tidur, pindah 6. untuk mengetahui cara
5. Kaku sendi menurun dari tempat tidur ke kursi mobilisasi sederahana
6. Gerakan terbatas
menurun
7. Kelemahan fisik
menurun.
Gangguan citra tubuh Tujuan: setelah dilakukan Promosi citra tubuh I. 09305 1. untuk mengtahui harapan
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. identifikasi harapan citra cittra tubuh pasien
perubahan fungsi tubuh selama 2x24 jam tingkat tubuh berdasarkan tahap berdasrakan tahap
citra tubug membaik dengan perkembangan perkembangan
DS : Px mengatakan KRITERIA HASIL : Citra 2. identifikasi perubahan citra 2. untuk mengetahui
bengkak pada tungkai Tubuh L. 09067 tubuh yang mengakibatkan perubahan citra tubuh
DO : adanya edema di 1. melihat bagian isolasi social yang mengakibatkan
tungkai dan kaki Px tubuh membaik 3. monitor apakah pasien bisa isolasi social
2. menyentuh bagian melihat bagian tubuh yang 3. untuk mengetahui apakah
tubuh membaik berubah pasien bisa melihat bagian
3. verbalisasi 4. diskusikan perubahan tubuh tubuh yang berubah
kecacatan bagian dan fungsinya 4. agar pasien memahami
tubuh membaik 5. diskusikan perbedaan perubahan tubuh dan
4. verbalisasi perasaan penampilan fisik terhadap fungsinya
negative tentang harga diri 5. agar pasien memahami
perubahan tubuh 6. diskusikan kondisi stress perbedaan penampilan
menurun yang mempengaruhi citra fisik terhadap harga diri
5. menyembunyikan tubuh mis 6. agar pasien memahami
bagian tubuh (luka,penyakit,pembedahan) kondisi stress yang
berlebih menurun 7. jelaskan pada keluarga mempengaruhi citra tbuh
6. focus pada tentang perawatan perubahan pasien
penampilan masa citra tubuh 7. agar keluarga paham
lalu menurun 8. anjurkan mengikuti tentang perawatan citra
7. hubungan social kelompok pendukung (missal tubuh
membaik. kelompok sebaya) 8. agar pasien bisa percaya
9. latih fungsi tubub yang diri kembali dengan
dimiliki kelompok pendukungnya
9. untuk melatih fungsi
tubuh.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :
No. RM :
Umur :
Dx Medis :

Hari/tgl Dx keperawatan Implementasi Evaluasi

12. Nyeri akut 1. mengIdentifikasi S.


berhubungan lokasi,karakteritik,durasi,frekuensi,kualitas,intensita Pasien mengatakan skala nyeri
dengan proses menurun
s nyeri
inflamasin O : 1. Keluhan nyeri menurun
2. mengIdentifikasi skala nyeri 2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
3. mengIdentifikasi respon nyeri non verbal
4. Kesulitan tidur menurun
4. mengIdentifikasi factor yang memperberat dan 5. Perasaan takut
mengalami cedera ulang
memperingan nyeri
menurun
5. meMonitor efek samping penggunaan analgetik. 6. Frekuensi nadi membaik
7. Tekanan darah membaik
6. memBerikan teknik nonfarmakologis untuk
8. Nafsu makan membaik
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis , terapi 9. Pola tidur membaik
A: masalah teratasi sepenuhnya
music, terapi pijat, kompres hangat/dingin)
P:-
7. memPertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.

Gangguan 1. mengIdentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik S: pasien mengatakan


mobilitas fisik lainnya pergerakan ekstremitas
2. mengIdentifikasi toleransi fisik melakukan
berhubungan meningkat
pergerakan
dengan nyeri 3. meMonitor kondisi umum selama melakukan O : 1. Pergerakan ekstremitas
mobilisasi meningkat
4. memFasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
2. Kekuatan otot meningkat
bantu
5. menJelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi 3. Rentang gerak meningkat
6. mengAjarkan mobilisasi sederhana yang harus 4. Nyeri menurun
dilakukan mis (duduk di tempat tidur,duduk di
5. Kaku sendi menurun
sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi 6. Gerakan terbatas
menurun
7. Kelemahan fisik menurun.
A : masalaha teratasi sebagian
P : intervensi 3,6 dilanjutkan

Gangguan citra 1. mengidentifikasi harapan citra tubuh berdasarkan S :Pasien mengatakan melihat
tubuh berhubungan bagian tubuh membaik
tahap perkembangan
dengan perubahan O : 1. melihat bagian tubuh
fungsi tubuh 2. mengidentifikasi perubahan citra tubuh yang membaik
mengakibatkan isolasi social 2. menyentuh bagian tubuh
3. memonitor apakah pasien bisa melihat bagian membaik
3. verbalisasi kecacatan
tubuh yang berubah
bagian tubuh membaik
4. mendiskusikan perubahan tubuh dan fungsinya 4. verbalisasi perasaan
negative tentang perubahan
5. mendiskusikan perbedaan penampilan fisik
tubuh menurun
terhadap harga diri 5. menyembunyikan bagian
tubuh berlebih menurun
6. mendiskusikan kondisi stress yang mempengaruhi
6. focus pada penampilan
citra tubuh mis (luka,penyakit,pembedahan) masa lalu menurun
7. hubungan social
7. menjelaskan pada keluarga tentang perawatan
membaik.
perubahan citra tubuh
8. menganjurkan mengikuti kelompok pendukung
(missal kelompok sebaya) A : masalah teratasi sepenuhnya
9. melatih fungsi tubub yang dimiliki P:-
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asam urat (Gout) adalah penyakit gangguan metabolisme purin ditandai dengan keadaan
kadar asam urat serumnya melebihi 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita.
Asam urat dipicu oleh meningkatnya asupan makanan kaya purin, dan kurangnya intake cairan
(air putih), sehingga proses pembuangannya melalui ginjal menurun. Arthritis gout terjadi
ketika kristal urat menumpuk di sendi, kondisi ini menyebabkan peradangan dan rasa sakit yang
hebat dari serangan asam urat.
Kesimpulan Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada dengan pasien Gout Athritis
selama 2 hari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari:
Pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, catatan perkembangan (pelaksanaan dan
evaluasi) dan dokumentasi, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kasus Gout Athritis dalam
memberikan asuhan keperawatan perlu adanya intervensi.

Adapun diagnosa yang muncul pada teori saat studi kasus Adalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasin

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh

5.2 Saran
1. Bagi masyarakat
Penulis berharap agar masyarakat atau pasien dapat memahami penyakit Gout Athritis
dan melakukan hidup sehat disekitar lingkungannya
2. Pengembang Ilmu Kperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu terapan bidang
keperawatan dalam memberi dan menjelaskan penyakit Gout Athritis
3. Penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memperoleh Pengalaman dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien Gout Athritis
4. Bagi RS
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien hendaknya tetap
meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kesehatan yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai