Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERENCANAAN UNTUK MELAKUKAN PENDIDIKAN GIZI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Gizi

Dosen Pengampuh :Dr. Yahmi Ira Setyaningrum, STP, M.Si ;

Sri Hapsari SP, S.Gz. M.Gizi , dan Guritan Indra Sukma, M.Pd

Disusun oleh :

Riski Amaliyah (192101101)

DIANA (192101107)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah
berjudul “PERENCANAAN UNTUK MELAKUKAN PENDIDIKAN GIZI” ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Gizi.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.Penyusun meyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Penyusun dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat.Akhir kata melalui
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih.

Malang, 01 Maret 2022

Penyusun

RESUME

2
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Lingga,Lanny, 2012). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai (kementrian kesehatan RI, 2019).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi sebesar 22% pada
kelompok usia ≥18 tahun pada tahun 2019 dan terus meningkat, serta hubungannya
dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal (Yonata1 dan Arif
Satria Putra Pratama2,2016).Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar
penyebab kematian dini(Pradana Tedjasukmana,2013).The Third National Health and
Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan
risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar
24%.
Persiapan yang dilakukan adalah Pre planning kegiatan penyuluhan tentang
hipertensi di Desa Barisallo telah dibuat dan dikonsultasikan oleh pembimbing sebelum
kegiatan dilaksanakan. Selain itu, pihak pengurus RW juga telah dihubungi dua hari
sebelum acara.Hal ini dilakukan agar persiapan dapat dilakukan dengan maksimal dan
hasil yang didapatkan dapat optimal. Pihak pengurus Desa bersedia dan menyambut
dengan baik rencana untuk melakukan penyuluhan mengenai penyakit hipertensi.
Koordinasi dengan pihak pengurus Desa juga dilakukan dengan melakukan kerjasama
mengenai persiapan kegiatan yang akan dilakukan.
Hipertensi dapat dikontrol dengan berbagai upaya menjaga gaya hidup. Hal ini
dapat tercapai jika pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan dan perawatan
hipertensi baik. Saat ini kementerian kesehatan berupaya meningkatkan promosi
kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi. Selain itu teori yang memperkuat
dari hasil pengabdian tentang upaya peningkatan pengetahuan tentang pencegahan
hipertensi yaitu teori yang di kemukakan oleh (Soekidjo Notoatmodjo, 2010) yang
mengatakan bahwa pengetahuan yang di peroleh dari pendidikan, pengalaman, media

3
massa maupun dari lingkungan dapat menumbuhkan kemampuan atau dorongan sikap
maupun perilaku seseorang.
Menopause merupakan fase biologis, periode signifikan penuaan perempuan
yang ditandai dengan hipoestrogenisme yang secara fisiologis progresif berakhir pada
penghentian siklus menstruasi secara permanen (Prawirohardjo, 2008). Pada
perempuan berumur 40 sampai 50 tahun, terjadi proses peningkatan berat badan,
terutama akumulasi berlebihan lemak perut(Ventura et al., 2014), cenderung menderita
penyakit akibat gaya hidup seperti hipertensi dan diabetes, dan sering mempunyai
masalah penyakit endokrin dan gangguan kesehatan pasca menopause (Chung et al.,
2011).
Di Indonesia, program pencegahan dan pengendalian tekanan darah bagi
penderita hipertensi sudah dicanangkan dan diimplementasikan secara nasional dan
lokal. Kebijakan dan strategi nasional pengendalian tekanan darah bagi penderita
hipertensi terdiri dari 3 komponen yaitu surveilans dan monitoring, pencegahan dan
pengontrolan faktor risiko, deteksi dini serta pengobatan yang tepat dan
berkesinambungan (Kemenkes RI, 2015).
Hasil Riskesdas tahun 2013, masyarakat yang mengetahui menderita hipertensi
sebesar 35,84% tetapi yang diobati hanya sebesar 3,01% (Kemenkes RI, 2014). Hasil
kohor prospektif di kota Bogor, prevalensi hipertensi terkontrol sekitar 21-33% (Riyadina,
2014) dan sekitar 23% (Pradono, Riyadina and Kristanti, 2018).Hasil penelitian di
kabupaten Bogor, kontrol tekanan darah rendah karena kurangnya pengetahuan tentang
faktor risiko terjadinya hipertensi serta akibat yang ditimbulkan menyebabkan tingkat
kepedulian rendah untuk melakukan pengobatan (Pradono, Indrawati and Murnawan,
2013).
Faktor perilaku kesehatan penting dalam pencegahan hipertensi. Faktor perilaku
kesehatan meliputi faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal meliputi faktor
biologis dan faktor sosio psikologis, sedangkan faktor situasional meliputi faktor ekologis,
lingkungan rumah, temporal (suasana), teknologi dan sosial budaya (Notoatmodjo,
2010). Faktor ekologis dan lingkungan rumah termasuk lingkungan sosial, fisik dan
biologi, termasuk kualitas air minum.
Tujuan penelitian kualitatif adalah mengeksplorasi secara mendalam gambaran
perilaku pencegahan dan pengontrolan tekanan darah bagi penderita hipertensi dan

4
secara kuantitatif menilai kualitas air minum yang dikonsumsi oleh wanita pasca
menopause di Kota Bogor. Manfaat penelitian diharapkan memberikan masukan solusi
untuk intervensi tepat guna melalui pendekatan konsep biopsikososial dalam mencegah
dan mengendalikan hipertensi secara mandiri oleh masyarakat sesuai dengan perilaku
dan budaya masyarakat setempat.
Informan adalah masyarakat penderita hipertensi dan bukan penderita
(normotensi) dan key informan adalah penanggungjawab program pengendalian
penyakit tidak menular (PTM) di tingkat Dinas Kesehatan dan Puskemas.
Sumber air minum baik pada informan normotensi dan hipertensi dari rumah
tangga terpilih sebagai sampel (84%) mayoritas menggunakan air PAM (ledeng) sebesar
61,7 persen, diikuti air isi ulang sebesar 10,2 persen dan air kemasan sebesar 5,6
persen.
Karakteristik sosiodemografi adalah karakteristik wanita pasca menopause
meliputi umur, pendidikan, status pekerjaan,suku (asli/Sunda atau pendatang) dan
agama. Sebagian besar wanita pasca menopause baik yang normotensi, penderita
hipertensi terkontrol maupun yang tidak terkontrol mempunyai umur rata-rata diatas 50
tahun. Rata-rata umur untuk penderita hipertensi tidak terkontrol justru yang paling muda
dibandingkan hipertensi terkontrol dan normotensi.
Karakteristik sosiodemografi pada key informan adalah karakteristik yang
meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan lama menduduki jabatan. Key informan
mempunyai umur berkisar antara 29-52 tahun, berlatar belakang pendidikan paling
rendah SMA dan tertinggi S2. Sedangkan lama memegang jabatan sekitar 3 - 20 tahun.
Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang
dimilikinya. Pengetahuan meliputi konsep tentang sehat sakit, pengetahuan tentang
penyakit hipertensi dan konsep pencegahan hipertensi bagi normotensi dan
pengontrolan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Beberapa cara untuk mengendalikan tekanan darah meliputi menjaga pola
makan (kurangi asin/gorengan, minum susu, makanan direbus, makan buah sayur,
banyak minum air putih), olah raga (senam/jalan kaki), rutin periksa tekanan darah,
melakukan pengobatan (minum obat antihipertensi/herbal), mengkondisikan pikiran
tenang (introspeksi diri, menyemangati sendiri).

5
Kebiasaan makan buah dan sayur, rendah lemak dan rendah garam dipercaya
dapat menurunkan tekanan darah tinggi atau mengendalikan hipertensi. Penderita
hipertensi berpendapat, jika konsumsi makanan berlemak dan makanan gorengan
menyebabkan tekanan darah tinggi, tetapi kebiasaan konsumsi tersebut diakui sulit
ditinggalkan atau dikurangi.
Pengobatan hipertensi secara konvensional adalah pengobatan farmakologis
dengan obat antihipertensi. Obat antihipertensi hanya dikonsumsi pada saat tekanan
darah dalam keadaan tinggi saja dan setelah tekanan darah dianggap normal maka
minum obatnya diberhentikan.
Pengetahuan dan sikap informan terhadap pencegahan hipertensi dan
pengontrolan tekanan darah bagi penderita hipertensi sudah cukup baik. Sebagian besar
wanita pasca menopause baik yang normotensi maupun penderita hipertensi sudah
mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik mengenai apa itu hipertensi dan dampak
buruknya, faktor risiko dan pencegahan serta pengobatan baik medis atau tradisional.
Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri
ketika darah tersebut melewatinya (Dorland, 2009). Hasil penelitian WHO menunjukkan
hampir setengah dari kasus serangan jantung dipacu oleh tekanan darah tinggi. Dua
pertiga penderita hipertensi hidup di Negara miskin dan berkembang, berdasarkan data
WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat
pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang
hipertensi yaitu dengan dilakukan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan merupakan suatu
upaya yang direncanakan untuk menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah
timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan,memaksimalkan fungsi dan
peran penderita selama sakit, dan membantu penderita dan keluarga mengatasi masalah
kesehatan (Pratiwi, 2010).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seharusnya dimiliki oleh pasien
karena pasien adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap terkontrolnya
tekanan darah. Berdasarkan konsep tersebut, faktor pengetahuan tentang hipertensi

6
kemungkinan mempunyai hubungan dengan terkontrolnya tekanan darah.Gaya hidup
adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan
opininya. Banyak penyakit akibat gaya hidup yang berhubungan erat dengan kebiasaan
hidup yang salah sedangkan untuk mencapai kondisi fisik dan psikis tetap prima
dibutuhkan serangkaian kebiasaan maupun gaya hidup yang sehat.
Secara biologis penuaan menjadikan manusia rentan terhadap berbagai
penyakit karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh. (Ginting, 2010). Berdasarkan
penelitian terhadap jenis kelamin, jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jenis
kelamin laki-laki. Perempuan lebih berisiko untuk terkena Hipertensi dibandingkan
dengan lakilaki, sebelum menopause wanita cenderung terlindungi oleh hormon estrogen
yang dimana kadar estrogen menurun setelah menopause. Pada wanita seringkali dipicu
oleh perilaku tidak sehat (konsumsi makanan dalam jumlah berlebihan,kelebihan berat
badan/ overweight), depresi, dan status pekerjaan yang menyebabkan kurang gerak
(Arief, 2008).
Peningkatan jumlah lansia yang semakin tinggi dapat berakibat pada perubahan
fenomena angka kejadian penyakit berupa peningkatan angka kesakitan yang
disebabkan penyakit degeneratif. Lansia akan mengalami proses penuaan yang nantinya
dapat menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh sehingga banyak terjadi gangguan
kesehatan pada lansia, baik secara fisik maupun beban psikologis. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (2018) penyakit terbanyak pada lansia untuk penyakit tidak menular
yang menduduki peringkat pertama adalah hipertensi.
Pengetahuan dan sikap seseorang memiliki pengaruh yang besar dalam
manajemen perawatan penyakit yang dideritanya (Sadeq,R.,& Lafta,R.K.,
2017).Sebagian besar lansia memiliki pengetahuan yang kurang baik terhadap
perawatan penyakit hipertensi yang dideritanya, sebagian besar memiliki sikap yang baik
terhadap penyakit hipertensi, dan sebagian besar memiliki perilaku terhadap perawatan
hipertensi yang kurang baik. Maka langkah awal yang sangat penting dilakukan adalah
memberikan informasi mengenai perawatan penyakit hipertensi sebagai langkah
preventif yang mendasar. Karena jika sama sekali atau kurang memiliki informasi akan
sulit membentuk kesadaran akan upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi.
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi
lebih banyak menyerang orang kulit berwarna daripada orang kulit putih. Pada usia

7
setengah baya dan muda, hipertensi II lebih banyak menyerang pria daripada wanita.
Pada golongan umur 55-64 tahun, jumlah penderita hipertensi pada pria dan wanita
sama banyak. Namun, pada usia 65 tahun ke atas, penderita hipertensi wanita lebih
banyak daripada pria.
Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18%. Penelitian epidemiologi
membuktikan bahwa tingginya tekanan arah berhubungan erat dengan angka kejadian
penyakit jantung. Pembentukan perilaku diawali dari kelompok sosial terkecil yaitu
keluarga. Pencapaian perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing
keluarga. Perilaku seseorang atau masyarakat yang sehat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik internal maupun eksternal yang salah satunya dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan.
Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi dan atau
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan
perilaku hidup sehat, sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan
suatu kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan
praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri.Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal
kronik.
Pemberian penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan
dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat bantu
lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids) dan alat bantu lihat dengar (Audio
Visual Aids). Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar seseorang mampu
menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat
mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka
ditambah dengan dukungan dari luar mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna
untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,
dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempengaruhi persepsi seseorang dalam
mengambil keputusan dan bertindak. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang,
misalnya kesehatan, ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan
sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan

8
fasilitas, sikap dan perilakupara petugas kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku kesehatan
sebagai perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala
(asymptomatic stage).
Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan
modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti merokok, melakuan diet berat badan,
menghindari alkohol, serta yang mencakup psikis antara lain menghindari stres,
melakukan olahraga, dan istirahat yang cukup. Sedangkan terapi farmakologis
menggunakan obat-obatan antihipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah.
Golongan obat antihipertensi antara lain beta blocker, angiotensin II receptor blocker
(ARB), angiostensin converting enzym inhibitor (ACEI), diuretic, dan calcium channel
blocker dianggap sebagai obat antihipertensi utama dan salah satunya obat amlodipin
untuk pengendalian tekanan darah tinggi. Amlodipin merupakan obat antihipertensi yang
sering digunakan untuk terapi hipertensi. Amlodipin tergolong dalam obat antagonis
kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium). Amlodipin obat yang dikonsumsi
dalam jangka panjang, maka diperlukan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat ini
(Soenarto et al, 2015).
Kepatuhan minum obat amlodipin sangat penting karena dengan minum obat
antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah penderita hipertensi.
Sehingga dalam jangka panjang risiko kerusakan organorgan penting tubuh seperti
jantung, ginjal, dan otak dapat dikurangi.
Menurut Lawrance Green perilaku kesehatan di pengaruhi oleh 3 faktor utama
yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi
terdiri dari pengetahuan dan sikap.
Kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat kemampuan pasien
untuk mengikuti perawatan secara optimal sering terganggu oleh beberapa penghalang,
diantaranya: faktor sosial ekonomi, sistem perawatan kesehatan, karakteristik penyakit,
terapi penyakit dan faktor yang terkait dengan pasien.

9
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang berhubungan dengan jantung
dan pembuluh darah. Sistem kardiovaskuler berfungsi sebagai sistem regulasi
melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh. Adapun
komponen sistem kardiovaskuler yang memengaruhi stabilnya organ-organ vital yaitu
jantung, komponen darah, dan pembuluh darah. Ketiga komponen tersebut harus
berfungsi dengan baik agar seluruh jaringan dan organ tubuh menerima suplai oksigen
dan nutrisi dengan baik. Apabila ketiga komponen tersebut tidak berfungsi dengan baik
akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan sehingga, muncul penyakit
diantaranya yaitu aterosklerosis, angina pektoris, infark miokardium, dan hipertensi
(Udjianti, 2013).
Dalam upaya penurunan tekanan darah dapat dilakukan dengan monitoring
tekanan darah, mengatur gaya hidup dan obat anti hipertensi. Berkaitan dengan
pengaturan gaya hidup yaitu mengurangi asupan garam atau diet rendah garam.
Penatalaksanaan hipertensi, diet rendah garam sangat diperlukan. Pembatasan asupan
natrium berupa diet rendah garam merupakan salah satu terapi diet yang dilakukan
untuk mengendalikan tekanan darah (Nuraini, 2016).
Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi. Faktor makanan
(kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada penderita
hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.
Analisis Univariat : Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Penyajian hasil akan disajikan secara deskriptif dan menggunakan program
komputers SPSS versi 16. Analisa Bivariat : Analisa bivariat adalah analisis yang
menghubungkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Jika pengetahuan responden tentang cara mengontrol diet rendah garam kurang
maka cenderung mengkonsumsi makanan yang tinggi garam tanpa memperdulikan
kesehatan tubuhnya, begitupun sebaliknya jika pengetahuan responden baik tentang
cara mengontrol diet rendah garam maka responden akan mencegah atau menghindari
makanan yang tinggi garam.
Sikap merupakan keyakinan yang positif atau negatif dari seseorang untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu. Niat merupakan indikasi seberapa kuat keyakinan

10
seseorang akan mencoba suatu perilaku dan seberapa besar usaha yang akan
digunakan untuk melakukan sebuah perilaku.
Sikap ditentukan oleh keyakinan individu mengenai konsekuensi dari
menampilkan suatu perilaku dan evaluasi terhadap konksekuensi tersebut.Sikap menjadi
faktor yang paling kuat, karena dengan sikap ingin sembuh dan keinginan untuk menjaga
kondisi tubuh tetap sehat akan berpengaruh terhadap penderita untuk mengontrol diri
dalam berperilaku sehat. Kemampuan penderita hipertensi agar tidak menjadikan
penyakitnya semakin parah adalah menjaga perilaku pola makan yang salah satunya
adalah melakukan diet rendah garam (Notoarmodjo 2010).
Pola makan merupakan salah satu perilaku manusia yang dilakukan setiap hari
dalam memenuhi kebutuhannya (Anisah & Soleha, 2018). Beberapa makanan yang
disarankan kepada penderita hipertensi yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan
yang mengandung garam dan lemak, mengurangi asupan garam, mengurangi alkohol,
perbanyak makan sayur dan buah-buahan, hindari makanan seperti jeroan, otak,
makanan bersantan yang kental, kulit ayam dan perbanyak minum air putih.
Pola makan yang baik dapat meningkatkan status kesehatan pasien hipertensi.
Menurut H.L.Blum status kesehatan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh perilaku.
Perilaku seseorang dapat mempengaruhi kepada penatalaksanaan hipertensi (Zaini,
Ratnawati, & Ririanty, 2015).Perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku
adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan & Dewi, 2016).
Sikap menurut Anggreani (2019) adalah sebuah konsep yang paling penting
dalam kehidupan sosial yang berhubungan erat dengan pembentukan karakter dalam
individu maupun antar kelompok. Sedangkan pengetahuan tentang suatu penyakit dan
berbagai kebiasaan hidup dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit atau
terjadinya kekambuhan (Abdurrachim et al., 2015).
Peran perawat yaitu sebagai educator yang memberikan informasi hipertensi
dalam pengetahuan pasien dan dapat membentuk sikap yang positif agar pasien dapat
melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga dapat mencegah komplikasi
(Damayantie, Heryani, & Muazir, 2018). Hipertensi bisa menyebabkan komplikasi seperti
stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan kejang (Syamsudin, 2011).

11
Kuesioner perilaku yaitu diukur dengan cara menjawab kuesioner sebanyak 20
pertanyaan. Jika pada pertanyaan positif no 2, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 15 responden menjawab
Selalu diberi skor 4, jika Sering diberi skor 3, jika Jarang diberi skor 2, jika Tidak Pernah
diberi skor 1. Didalam kuesioner ini berisi pernyataan tentang tindakan atau perilaku
yang dilakukan seseorang setiap harinya meliputi, apakah responden memakan sayur,
buah, daging, makanan yang mengandung garam atau yang asin, dan makanan lainnya
baik yang dianjurkan untuk pasien hipertensi atau yang tidak dianjurkan untuk pasien
hipertensi.
Sikap merupakan respon seseorang terhadap apa yang diketahuinya
(Notoatmodjo,2014). Karena selain pengetahuan, sikap juga dapat mempengaruhi
terhadap diet hipertensi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mapagerang, Alimin, & Anita
(2018) bahwa sikap yang mendukung akan membentuk pribadi yang positif, dan akan
menjadi sulit terpengaruh untuk melaksanakan pola makan yang tidak dianjurkan.
Setelah membahas bagaimana perilaku pada responden di wilayah kerja
Puskesmas Guntur, perilaku yang harus diubah yaitu dengan mengganti minyak goreng
menggunakan minyak zaitun atau dengan tidak menggunakan minyak berulang kali,
mengurangi konsumsi biskuit / crackers, dan kurangi konsumsi kuning telur. Perilaku
yang harus dipertahankan yaitu dengan selalu mengkonsumsi buah, sayur, dan hindari
makanan yang asin-asin.
Hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan tidak terkontrol akan
menimbulkan komplikasi pada organ lain. Smeltzer dan Bare (2008) mengatakan
komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi adalah stroke, infark miokard, dan gagal
ginjal. Soenarta, Erwinanto, Mumpuni, Barack, Lukito, Hersunarti, dan Pratikto (2015).
Menurut Kang (2016) manajemen hipertensi adalah salah satu hal yang dapat dilakukan
sebagai upaya mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit lain.
Pengetahuan masyarakat mengenai manajemen hipertensi saat ini masih
kurang. Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan seseorang. Pendidikan dapat diberikan pada berbagai
bidang, termasuk kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat diberikan kepada seluruh
sasaran, namun harus menggunakan metode yang tepat agar informasi yang diberikan
dapat diterima dengan baik.

12
Semua penderita hipertensi yang diwawancari mengatakan bahwa tidak pernah
dilakukan pendidikan kesehatan selain saat posyandu lansia. Pendidikan kesehatan
yang diberikan biasanya hanya sekedar ceramah saat diukur tekanan darahnya
termasuk tinggi. Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai manajemen hipertensi
menyebabkan kurangnya pengetahuan pada penderita hipertensi.
Distribusi jenis kelamin pada kedua kelompok adalah sama yaitu 100%
perempuan. Hal tersebut terjadi karena posyandu lansia di Desa Banteran, Kecamatan
Sumbang, Banyumas selalu diadakan pada pagi hari sehingga warga yang mengikuti
posyandu lansia tersebut mayoritas adalah perempuan. Hipertensi juga dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Banyaknya penderita hipertensi yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dapat
disebabkan oleh kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan. Hal ini dikarenakan orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga
otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi (Smeltzer dan Bare,
2008). Semakin keras dan sering otot jantung harus memompa maka semakin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
Prevalensi hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di
negara berkembang salah satunya Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada
usia 18 tahun ke atas adalah sebesar 31,7% (Riset Kesehatan Dasar/RisKesDas, 2007).
Prevalensi hipertensi terus meningkat salah satunya disebabkan oleh gaya hidup
yang tidak sehat, seperti gemar makan makanan fast food yang kaya lemak, dan asin
(Wahdah, 2011). Selain itu, kegemukan (obesitas), stres, merokok, dan mengkonsumsi
alkohol juga dapat memicu terjadinya hipertensi (WHO, 2013).
Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik, mempunyai resiko tinggi untuk
terjadi komplikasi, antara lain stroke, edema paru,serangan jantung, dan gagal ginjal
(Soeryoko, 2010). Apabila komplikasi tersebut terus berlanjut, dapat menyebabkan
kematian (Prince & Wilson, 2006).Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan
komplikasi hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain masih pengetahuan
pasien tentang hipertensi dan pola makan pasien.
Perilaku diet hipertensi yang direkomendasikan oleh DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) untuk penderita hipertensi adalah diet rendah garam, diet rendah

13
kolestrol dan lemak jenuh, diet rendah kalori, meningkatkan makanan yang mengandung
serat dan tinggi kalium, mengurangi berat badan jika obesitas, tidak merokok,
mengurangi minuman yang mengandung alkohol, dan melakukan aktifitas fisik (National
Heart, Lung, & Blood Institute, 2011). Namun, banyak penderita hipertensi yang masih
mempunyai perilaku diet hipertensi yang kurang baik.
Metode pemberian pendidikan kesehatan yang sudah banyak diberikan dengan
metode secara langsung seperti ceramah, diskusi, dan demontrasi. Namun, pendidikan
kesehatan secara tidak langsung dengan menggunakan media seperti internet atau web
di Indonesia masih belum diterapkan dan kebanyakan media internet hanya digunakan
untuk membuka media sosial seperti twitt er dan facebook. Sedangkan di luar negeri,
banyak penelitian yang menerapkan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media
internet seperti penggunaan web.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh blog edukatif
tentang hipertensi terhadap pengetahuan tentang hipertensi dan perilaku diet hipertensi
pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.
Skala yang digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang hipertensi dan
perilaku diet hipertensi menggunakan skala rasio sehingga semakin tinggi skor maka
semakin tinggi atau baik pengetahuan dan perilaku diet hipertensi. Instrumen yang
digunakan adalah media blog dan kuesioner (kuesinoer data demografi ,kuesioner
pengetahuan tentang hipertensi dan perilaku diet hipertensi).
Berdasarkan karakteristik usia, sebagian besar pasien dengan usia
pertengahan. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan munculnya
penyakit tekanan darah akibat perubahan fi siologi pada lanjut usia adalah usia. Selain
itu, tekanan darah pada tekanan diastol mengalami peningkatan sampai usia 50-60
tahun dan kemudian cenderung menetap (Suhadi, 2011).
Untuk mempunyai pengetahuan, seseorang dapat memperolehnya melalui
bangku pendidikan formal maupun tidak formal, seperti melalui membaca media cetak
maupun media elektronik.

DAFTAR ISI

14
kementrian kesehatan RI (2019) Laporan Hasil Riset Fasilitas Kesehatan.
Tersediapada:https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-hasil-riset-fasilitas-kesehatan/.
Purnama SG, Utami A, S. P. (2016) “Pemeriksaan Dan Pengendalian Hipertensi Banjar
Puseh Kangin.”
TuloliTS,M.(2019)“PENATALAKSANAAN HIPERTENSI YANG TEPAT BAGI
MASYARAKAT DESA TUNGGULO SELATAN KECAMATAN TILONGKABILA,”
JURUSAN FARMASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN, 5, hal. 1–19.
Depkes (2003) „Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular‟.
Kemenkes RI (2015) „Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Tahun 2015-2019‟.Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendlaian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Anna Lusia Kus,2011.Penyakit Hipertensi. http://pjnkh.go.id. Diakses tanggal 31 Maret
2014
Dewi M, 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Jakarta : Nuha Medika
Masyudi, M. (2018). Faktor yang berhubungan dengan perilaku lansia dalam
mengendalikan hipertensi. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 3(1), 57-64.
Notoatmodjo, S., & Sarwono, S. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Badan
Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
1985.
Depkes RI 2012, Riset Kesehatan Dasar,Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Agrina. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet
Hipertensi, Vol 6.
Bertalina, B., & Muliani, M. (2016). Hubungan pola makan, asupan makanan dan
obesitas sentral dengan hipertensi di Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung.
Jurnal Kesehatan, 7(1), 34-45.
Ardliyah, S. N., 2015, Pengaruh Edukasi Dengan Modul Pembelajaran terhadap
Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden
Kabupaten Banyumas, Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

15
Alexander et al, 2014 Patient Knowledge and Awareness of Hypertension Is Suboptimal:
Results From a Large Health Maintenance Organization. The Journal of Clinical
Hypertension. 5. 254-260.

16

Anda mungkin juga menyukai