Anda di halaman 1dari 93

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DISPEPSIA DALAM PELAKSANAAN


TINDAKAN RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGURANGI NYERI
DI RUANG PRIA RSU KREL SADSUITUBUN

Oleh :

Resti Nila Sari


P07120218081

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2020
Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DISPEPSIA DALAM PELAKSANAAN


TINDAKAN RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGURANGI NYERI
DI RUANG PRIA RSU KREL SADSUITUBUN

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Suatu Persyaratan Untuk


Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kesehatan Pada
Program Studi Keperawatan Tual Jurusan Keperawatan Ambon
Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Oleh

Resti Nila Sari


P0712021808

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2021
PERNYATAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : RESTI NILA SARI
NIM : P07120218081
Program Studi : Keperawatan Tual
Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya
tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Langgur, 30 February 2021

Pembuat Pernyataan

Resti Nila Sari


NIM. P07120218081

Mengetahui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Jhon D. Haluruk, S.ST.,M.Kes Ns. Rhil Metanfanuan, S.Kep.,M.Ke


NIP. 19710429 199003 1 001 NIP. 195710317 199503 2 001
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh RESTI NILA SARI, NIM. P07120218081, Dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan

Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria

RSU Karel Sadsuitubun”, telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Langgur; 03 Februari 2021

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Jhon D. Haluruk, S.ST.,M.Kes Ns. Rhil Metanfanuan, S.Kep.,M.Kes


NIP. 19710429 199003 1 001 NIP. 195710317 199503 2 001
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh RESTI NILA SARI, NIM. P07120218081, Dengan judul

Dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DISPEPSIA

DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK

MENGURANGI NYERI DI RUANG PRIA RSU KAREL SADSUITUBUN”, telah

dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal, Februari 2021

Dewan Penguji

Penguji Ketua

Ns. Yohanis Lefta, S.Kep.,M.Kes


NIP. 19740327 199703 1 003

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Jhon D. Haluruk, S.ST.,M.Kes Ns. Rahil Metanfanuan, S.Kep.,M.Kes


NIP. 19710427 199003 1 005 NIP. 19691806 199603 1 001

Mengesahkan Mengesahkan
Direktur Politeknik Kesehatan Plt, Ketua Program Studi
Kemenkes Maluku

Hairudin Rasako, S.KM.,M.Kes Ns. Lucky H. Noya, S.kep.,M.Kep


NIP. 19641205 198903 1 002 NIP. 19690618 199603 1 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam

Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di

Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun”

Karya Tulis Ilmiah ini, disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Keperawatan Tual Politeknik

Kesehatan Kemenkes Maluku.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan

serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu,

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas penghargaan

yang tulus kepada yang terhormat:

1. Hairudin Rasako, S.KM,.M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku

2. Dr. Betty Zoebaidah, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Tual

3. Ns. Lucky H. Noya, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tual

4. Ns. Lusia Metubun, selaku kasubag rekam medik beserta staf yang telah

memberi izin dalam pengambilan data terkait penelitian yang akan penulis

lakukan

5. Ns. Yohanis Lefta,S.Kep.,M.Kep selaku penguji ketua

6. Jhon D Haluruk,S.ST.,M.Kes selaku pembmbing utama, sekaligus Penguji

Anggota II
7. Ns. Rahil Metanfanuan,S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing pendamping,

sekaligus Penguji Anggota I

8. Dosen dan seluruh staf Program Studi Keperawatan Tual

9. Keluarga tercinta, Ayah, Mama, Kakak, dan Kembar aku tersyang yang tak

henti-hentinya mendoakan keberhasilan penulis.

10. Sahabatku sesama SMA (Waddah) selalu memberikan motivasi, sahabat

sahabat Squad Hijabers, dan teman-teman seperjuangan angkatan Nervus 18

Dalam penyusunan KTI ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin

namun demikian tak luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak

demi penilitan yang akn datang.

Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis berharap semoga KTI ini bermanfaat bagi semua pihak

Langgur, February 2021

Penulis
ABSTRAK

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan


Tindakan Relaskasi Nafas Dalam Untuk Mengurngi Nyeri
Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun

Resti Nila Sari


(2021)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku


Program Studi Keperawatan Tual

Pembimbing Utama : Jhon D Haluruk S.ST.,M.Kes


Pembimbing Pendamping : Ns. Rahil Metanfanuan, S.Kep.,M.Kep
Kata Kunci : Dispepsia, Ralaksasi Nafas, Nyeri

Latar Belakang: Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk sindrom atau kumpulan
gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual, muntah, kembung, cepat
kenyang, rasa perut penuh. Keluhan tersebut dapat secara bergantian dirasakan pasien atau
bervariasi baik dari segi jenis keluhan ataupun kualitasnya. Nyeri juga merupakan sensasi rumit,
unik, universal, sehingga tidak ada dua kejadian nyeri menghasilkan respon atau perasaan yang
identik pada individu. Tindakan relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan pada pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam
lmbat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimn mengembuskan nafas secara perlahan
Tujuan: Menggambarkan Asuhan Keperwatan Pada Pasien Dispepsia Dalam Pelaksanaan
Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun
Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode penelitian yaitu
studi kasus yang dilaksanakan pada tanggal 14 September-25 September 2021. Dalam studi
kasus ini menggunakan 2 pasien
Hasil: Pelaksanaan Asuhan Keperwatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan
Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri terlaksanakan dengan baik sehingga
masalah kesehatan yang dialami pasien 1 dan pasien 2 teratasi dengan baik selama 3 hari
Kesimpulan: Asuhan Keperwatan Pada Pasien Dispepsia Dalam Pelaksanaan Tindakan
Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun melalui
proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi pada pasien 1 dan pasien 2 dapat
terlaksanakan dengan baik, hal ini ditandai dengan adanya perubahan status kesehatan pada
kedua subjek
Saran: Diharapkan bagi petugas RSU Karel Sadsuitubun untuk lebih giat dalam memberikan
pelayanan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Bagi responden untuk memperhatikan pola
makanan yang teratur hindari makanan yng menyebabkan dispepsia

Pustaka: 40 buah (2001-2018)


Abstract
Nursing Care In Patiens With Dyspepsia In Implementation Deep
Breath Relaxing Action To Reducepain In The
Men’s Room Karel Sadsuitubun Rsu

Resti Nila sari


(2021)

Maluku Healt Polytechnic


Tual Nursing Study Program

Main Advisor : Jhon D. Haluruk, S.ST.,M.Kes


Advisor : Ns. Rahil Metanfanuan, S.Kep.,M.Kep
Keywords : Dyspepsia, Deep Breathing Relaxtion For Reduce Pain

Backgroud : Dyspepsia is a term commonly used for a syndrome or a collection of symptoms


consisting of pain or discomfort in the pit of the stomach, nausea, vomiting, bloating, early satiety,
full stomach. These complaints can be alternately felt by the patient or vary both in terms of the
type of complaint or its quality. Pain is also a complex, unique, universal sensation, so that no two
events of pain produce an identical response or feeling in an individual. The act of deep breathing
relaxation is a form of nursing care, in which the nurse teaches the patient how to take slow deep
breaths (hold inspiration maximally) and how to exhale slowly.
Objective : Describing Nursing Care for Dyspepsia Patients in the Implementation of Deep
Breathing Relaxation Measures to Reduce Pain in the Men's Room at Karel Sadsuitubun General
Hospital
Methods : The design of this research is descriptive using a research method, namely a case
study conducted on September 14-25 September 2021. In this case study using 2 patients
Results : The implementation of nursing care in patients with dyspepsia in the implementation of
deep breath relaxation measures to reduce pain was carried out properly so that the health
problems experienced by patient 1 and patient 2 were resolved properly for 3 days
Conclusion : Nursing Care for Dyspepsia Patients in the Implementation of Deep Breathing
Relaxation Actions to Reduce Pain in the Men's Room at Karel Sadsuitubun General Hospital
through a nursing process that includes nursing assessments, nursing diagnoses, nursing
interventions, nursing implementation and evaluation in patients 1 and patient 2 can be carried
out properly, This is marked by a change in the health status of both subjects
Sugestion : It is hoped that the staff of Karel Sadsuitubun General Hospital will be more active in
providing services to improve the quality of service. For respondents to pay attention to regular
food patterns, avoid foods that cause dyspepsia

Libraries: 40 pieces (2001-2018)

DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN

SAMPUL DALAM

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

HALAM PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

ABSTACT

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Studi Kasus

1.4. Manfaat Studi Kasus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dispepsia

2.2. Konsep Dispepsia

2.3. Konsep Relaksasi Nafas Dalam

2.4. Konsep Nyeri

BAB 3 METODE STUDI KASUS

3.1. Rencana Studi Kasus

3.2. Subjek Penelitian


3.3. Fokus Studi Kasus

3.4. Defenisi Operasional

3.5. Instrumen Studi Kasus

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.7. Tempat Dan Waktu Studi Kasus

3.8. Analisis Dan Penyajian Data

3.9. Etika Studi Kasus

BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

4.3. Keterbatasan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 2 Pernyataan Persetujuan (Informed Concent)

Lampiran 3 Format Pengkajian Keperawatan KMB

Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur (SOP)

Lampiran 5 Pengambilan Data Awal

Lampiran 6 Surat Permohonan Bantuan

Lampiran 7 Data Jadwal Penelitian

Lampiran 8 Surat Ijin Pengambilan Data

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian

Lampiran 10 Surat Izin Penelitan Kesbangpol

Lampiran 11 Surat Izin Pengembalian Penelitian

Lampiran 12 Daftar Konsultasi

DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Hasil anamnesa

2. Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik

3. Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Diagnostik

4. Tabel 4.4 pengobatan & Perawatan

5. Tabel 4.5 Analisa Data

6. Tabel 4.6 Perencanaan Keperawatan

7. Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan

8. Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu sindrom

atau kumpulan gejalah yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada

ulu hati, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh.

Keluhan tersebut dapat secara bergantian dirasakan pasien atau bervariasi

baik dari segi jenis keluhan ataupun kualitasnya (Yuriko, 2013)

Diperkirakan sekitar 15-40% populasi di dunia memiliki keluhan

dispepsia kronis atau berulang yaitu sepertiganya merupakan dispepsia

organik (struktural) adalah dispepsia yang disebabkan oleh adanya

kelainan organik atau penyakit tertentu, seperti tukang lambung, penyakit

asam lambang (GERD), radang pankreas, radang empedu, dan kanker

lambung. Dispepsia organik paling sering terjadi pada usia lebih dari 40

tahun. Sedangkan pada dispepsia fugsional adalah kondisi yang cukup

umum. Gejalah yang ditimbulkan kondisi ini bisa mirip dengan yang

ditimbulkan oleh ulkus atau tukak lambung. Namun, sesuai dengan

namanya, kondisi ini tidak disebabkan oleh ulkus. Etiologi terbanyak

organik yaitu ulkus peptikum lmbung atau duodenum (usus dua belas jari),

penyakit refluks gastroesofagus dan kanker lambung ( Purnamasari, 2017)

Pada praktek umum terdapat 30% kasus dan pada praktek

gastroenterologist terdapat 60% kasus yang merupakan kasus dispepsia.

Bedasrkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30%

orang dewasa pernah mengalami dispepsia, dan dari data pustaka negara
barat didapatkan angka prevelensinya berkissar 7-14%, tapi hanya 10-20%

yang mencari pertolongan medis (Yuriko, 2013)

Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 dispepsia

termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap dirumah sakit tahun 2010,

pada urutan ke-5 dengan angka kejadian kasus sebesar 9.594 kasus pada

pria dan 15.122 kasus pada wanita. Sedangkan untuk 10 besar penyakit

rawat jalan dirumah sakit tahun 2010, dispepsia berada pada urutan ke-6

dengan angka kejadian kasus sebesar 34.981 kasus pada pria dan 53.616

pada kasus wanita, jumlah kasus baru sebesar 88.599 kasus dan 163.428

kunjungan ( Kementrian Kesehatan, 2012)

Sedangkan di Kabupaten Maluku Tenggara, pasien dispepsia yang

rawat di RSU Karel Sadsuitubun, untuk tahun 2018 sebanyak 196 orang,

tahun 2019 sebanyak 275 orang dan tahun 2020 sebanyak 126 orang,

terjadi penurunan pasien dispepsia yang dirawat setiap tahunnya ( Sumber,

RSU Karel Sadsuitubun, 2021 )

Dispepsia dapat menimbulkan beberapa dampak yang dapat

mengakibatkan gangguan pada penderita antara lain, pendarahan, kanker

lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus ( Purnamasari,

2017). Salah satu faktor dispepsia yaitu nyeri. Dimana nyeri sendiri

didefenesikan sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang

berhubungan dengan tubuh yang dimanifestasikan sebagai penderita oleh

presepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka ( Barbara, 1991 )

Nyeri juga merupakan sensasi rumit, unik, universal, sehingga tidak

ada dua kejadian nyeri menghasilkan respon atau perasaan yang identik

pada indifidu, secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada
pasien yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya

suara ( meringis, merintih ), ekpresi wajah ( meringis, menggigit bibir ),

pergerakan tubuh ( gelisah, otot tegang, mondar mandir ), interaksi sosial

(menghindar percekapan, disorientasi waktu). (Judha,2012)

Secara garis besar nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri

kronik. Nyeri akut biasanya timbul tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan

cedera spesifik, waktunya kurang lebih enam bulan dan biasanya kurang

dari satu bulan. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermetten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung selm

enam bulan atau lebih (potter & perry, 2006). Dari yang diketahui, pasien

yang mengalami penyakit dispepsia sering mengeluh rasa nyeri atau tidak

nyaman dibagian perut.

Strategi penatalaksanaan nyeri mencangkup penanganan

farmakologi dan non farmakologi. Salah satu tindakan non farmakologi

untuk nyeri pada pasien dispepsia adalah tindakan relaksasi nafas dalam

dimana tindakan relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien

bagaimana cara melakukan nafas dalam lambat (menahan ispirasi secara

maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain

dapat menurunkan intesitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat

meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenisasi darah

(Smeltzer & Bare, 2000)

Bedasarkan masalah dan data diatas sebagai bentuk laporan

penelitian penulis tertarik untuk menyusun sebuah Studi Kasus dengan

judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam


Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di

Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Bagaimanakah Gambaran Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan

Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria

RSU Karel Sadsuitubun

1.3. Tujuan Studi Kasus

Adapun tujuan dari penulisan studi kasus ini adalah menggambarkan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan

Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria

RSU Karel Sadsuitubun

1.4. Manfaat Studi Kasus

1.4.1. Bagi Rumah Sakit

Dapat memberikan pelayanan kesehatan dan meningkatkan

kualitas pelayanan agar terciptanya Asuhan Keperawatan yang

optimal bagi klien dispepsia dalam tindakan relaksasi nafas dalam

untuk mengurangi nyeri

1.4.2. Bagi Institusi

Menambah kelulusan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan

tambahan sumber bagi perpustakaan Program Studi Keperawatan


tentang Asuhan Keperawatan Pada Pada Pasien Dengan

Dispepsia Dalam Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam

Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun

1.4.3. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dan menambah wawasan dalam

penelitian mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pada Pasien

Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas

Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel

Sadsuitubun

1.4.4. Bagi Institusi

Menambah kelulusan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan

tambahan sumber bagi perpustakaan Program Studi Keperawatan

tentang Asuhan Keperawatan Pada Pada Pasien Dengan

Dispepsia Dalam Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam

Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun

1.4.5. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dan menambah wawasan dalam

penelitian mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pada Pasien

Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas

Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel

Sadsuitubun
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asuhan Keperawatan Dispepsia

2.1.1. Tahap Asuhan Keperawan

Asuhan Keperawatan terdiri dari lia tahapan yaitu pengkajian, dignosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi. Kelima tahapan ini merupakan

rangkaian proses keperawatan yang mana tujuannya adalah

menyelesaikan masalah penyakit hingga masalah kebutuhan klien.

2.1.1.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses

keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling

menentukan bagi tahap berikutnya. Oleh karena itu,

pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga

seluruh kebutuhan klien dapat diidentifikasi (Roman N & Walid

S, 2016) proses pengkajian meliputih :

1). Biodata klien meliputi :

Nama klien, umur, jenis kelamin, agama suku bangsa,

pekerjaan, tanggal masuk dirumah sakit, tanggal

pengkajian, no rekap medis dan diagnosa medis.

2). Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan merupakan pengkajian ststus

kesehatan, baik status kesehatan saat ini (riwayat penyakit

sekarang), status kesehatan masa lalu (riwayat penyakit


dahulu), dan status kesehatan keluarga (riwayat penyakit

keluarga)

a). Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan proses atau alur bagaimana keluhan bisa

terjadi. Bila dalam keluham utama tidak dijelaskan

bagaimana bisa keluhan utama dalam dispepsia itu

muncul. Pada pengkajian ini bisa muncul berbagai

keluhan yng lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien

adalah bagaimana proses keluhan menyangkut

dispepsia itu bisa terjad, tindakan yang telah dilakukan

pada pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan

yang muncul akibat dispepsia. Bagaimana prosesnya

sampai dibawah ke rumah sakit. Misalnya pada

dispepsia biasanya pasien merasakan neri pada ulu hati

b). Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengkaji apakah ada penyakit yang pernah klien derita

dimasa lalu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

penyakit terdahulu yang pernah diderita berdampak

pada penyakit yang muncul pada pasien saat ini.

3). Kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari

apakah ada faktor keturunan. Hal yang dinyatakan adalah

adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit

yang diderita pasien. Pada riwayat kesehatan keluarga

jangan lupa disertai dengan genogram


4). Riwayat aktivitas sehari-hari

a). Pola metabolik-nutrisi

Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan yang

dikonsumsi oleh pasien, jenis makanan dan minuman

yang sering dikonsumsi, jelaskan makanan dan

minuman yang baik yang dikonsumsi untuk penderita

selama 24 jam, adakah peningkatan atau penurunan

berat badan, adakah perubahan nafsu makan, pola

makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir.

b). Pola eleminasi

Kebiasaan pola BAK selama sakit, kebiasaan pola BAB

selama sakit, penggunaan bantuan obat-obatan untuk

ekskresi

c). Pola aktivitas latihan

Aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh pasien, apakah

klien suka melakukan olahraga, jenis olahraga yang

sering dilakukan pasien, apakah tingkat energi menurun

selama mengalami sakit dan lingkungan kerja pasien.

d). Pola istirahat dan tidur

Kebisaan tidur pasien sehari-hari, keyakinan budaya,

apakh pasien menggunakan obat-obatan yang

mempermudahkan pasin untuk istirahat dan tidur,

jadwal istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh

pasien, apakah ada gejala gangguan pola tidur yang


muncul, kaji faktor yang berhubungan misalnya proses

penuaan.

e). Pola persepsi kognitif

Gambaran panca indra pasien, apakah ada pengaruh

nyeri dengan gambaran panca indra, penggunaan alat

bantu pendukung pasca indra misalnya kacamata, alat

bantu dengar, persepsi ketidaknyamanan, tingkat

pendidikan, kemampuan pasien dan keluarganya dalam

mengambil keputusan, saat nama pasien merasakan

nyeri.

f). Pola konsep diri

Perasaan mengenai diri sendiri, ancaman terhadap diri

sendiri akibat yang dialami misalnya perubahan

peran,apa yang pasien rasakan saat menderita

dispepsia

g). Pola toleransi mengenai nyeri-koping

pencetus yang dialami baru-baru ini, tingkat nyeri yang

muncul, strategi yng biasa digunakan untuk mengatasi

nyeri serta kefektifannya, pengetahuan dan

penggunaannya manajemen nyeri, siapa yang

membantu pasien dalam mengurangi nyeri dialami saat

ini
5). Pemerikaan fisik (head to too)

a). Kepala dan rambut

tujuannya mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan

mengetahui keinginan yang terdapat dikepala. Apakah

adanya benjolan pada kepala atau tidak

b). Mata

Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, dan apakah

adanya kelainan pada mata.

c). Hidung

Tujuannya untuk menetahui bentuk dan funsi hidung

dan menentukan kesimetrisan struktur dan adanya

inflamasi atau infeksi, dan apakah ada benjolan atau

tidak.

d). Telinga

Tujuannya untuk mengetahui keadaan telinga luar,

saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi

pendengaran serta mengetahui adanya kelainan pada

telinga.

f). Leher

Tujuannya menentukan struktur integritas leher.

Mengetahui bentuk leherserta organ yang berkaitan.

Memeriksa sistem limfatik.

g). Thorax (fungsi pernafasan)

Tujuannya untuk menegetahui bentuk, kesismetrisas,

ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada. Mengetahui


frekuensi, sifat, irama, pernafasan. Mengetahui adanya

nyeri tekan, mas, peradangan.

h). Abdomen

bertujuan untuk mengetahui bentuk dan gerakan-

gerakan perut, mendengarkan suara peristaltik usus,

meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga

perut benjolan dalam perut.

g). Genitalia

Apakah ada kelainan dan gangguan pada genitalia.

2.1.1.2. Diagnosa Keperaatan

No SDKI SLKI SIKI Rasional

1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri : Observasi

cedera biologis intervensi keperawatan Observsi : 1. Dengan

selama 3x24 jm, 1. Identifkasi lokasi, mengidentifikasi

diharpkan hilangnya rasa karakteristik, durasi, dapat membantu

nyeri dengan cara intesitas nyeri perawat untuk

criteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri berfokus pada

1. Nyeri hilang 3. Identifikasi respon penyebab nyeri dan

2. Pasien tidak meringis nyeri nonverbal manajemnnya

menahan sakit lagi 4. Identifikasi faktor yang 2. Dengan mengetahui

3. Frekuensi nadi memperberat dan skala nyeri klien

membaik memperingan nyeri dapat membantu

4. Melaporkan nyeri Teraupetik : perawt untuk

terkontrol 1. Berikan teknik mengetahui tingkat

5. Kemampuan nonfarmakologis untuk nyeri klien


menggunakan teknik mengurangi rasa nyeri 3. Dengan

nonfarmakologis yaitu mis : teknik mengidntifikasirespon

meningkat Relaksasi Nafas nyeri nonverbal klien

Dalam, dan Kompres dapat mengetahui

hangat seberapa kuat nyeri

2. Control lingkungan yang dirasakan oleh

yang memperberat klien

rasa nyeri (mis. Suhu 4. Dengan

ruangan, mengidentifikasi

pencahayaan, faktor dan

kebisingan) memperberat nyeri

Edukasi : klien dapat

1. Ajarkan teknik mengetahui nyeri

nonfarmakologis untuk yang dirasakan

mengurangi rasa nyeri Teraupetik :

2. Jelaskan strategi 1. Dengan memberikan

meredahkan nyeri teknik

3. Anjurkan memonitoring nonfarmakologis

nyeri secara mandiri teknik nafas dalam

4. Ajarkan teknik dapat membantu

nonfarmakologis untuk klien dalam

mengurangi nyeri mengurangi rasa nyri

Kolaborasi : dan rileks

1. Kolaborasi pemberian 2. Dengan mengontrol

analgetik, jika perlu lingkungan yang


memperberat rasa

nyeri ( mis. Suhu

ruangan,

pencahayaan,

kebisingan) dapat

membuat klien

merasa rileks dan

nyaman

Edukasi :

1. Pemberian teknik

nonfarmakologis

dapat membantu

klien dalam

mengurangi

kecemaan

2. Dengan menjelaskan

strategi meredahkan

nyeri agar dapat

membantu klien

dapat mengurangi

rasa nyeri dan klien

merasa rileks

3. Untuk mengetahui

sejauh mana klien

dapat mengontrol
nyeri

4. Memberikan teknik

nonfarmakologis

dapat membantu

klien dalam

mengurangi

kecemasan

Kolaborasi :

1. Pemberian analgetik

dapat memblok nyeri

pada susunan saraf

pusat

2 Pemenuhan Setelah dilakukan Manajemn Nutrisi : Observasi :

kebutuhan nutrisi tindakan keperawatan Observasi : 1. Pengkajian penting

kurang dari selama 3x24 jam : maka 1. Identifikasi status dilakukan untuk

kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi nutrisi mengetahui status

sehubungan dengan terpenuhi dengan kriteria 2. Idntifikasi elergi dan nutrisi klien sehingga

peningkatan asam hasil : intoleransi makanan dapt menentukan

lambung 1. Porsi makan habis 3. Identifikasi makanan intervensi yang

2. Pasien nampak segar yang disukai diberikan

3. Tidak ada mual 4. Identifikasi kebutuhan 2. Supaya dilakukan

muntah kalori dan jenis nutrient intervensi dalam

5. Monitor asupan pemberian makan

makanan 3. Jik makanan yang

6. Monitor berat badan disukai pasien


Teraupetik : dimasukan

1. Lakukan oral hygiene perencanaan

sebelum makan makanan, kerja sama

2. Fasilitas menentukan ini dapat diupayakan

pedoman diet (mis. setelah pulang.

Piramida makanan) 4. Membantu dalam

3. Sajikan makanan mengidentifikasi

secara menarik dan malnutrisi protein-

suhu yang sesuai protein, khususnya

4. Berikan supleme apabila berat badan

makanan, jika perlu kurang dari normal

5. Hentikan pemberian 5. Dokumentasikan

makanan melalui masukan oral selama

selang nasogatrik jika 24 jam. Riwayat

asupan oral dapat makanan dengan

ditoleransi tepat

Edukasi : 6. Jelaskan pentingnya

1. Ajurkan posisi duduk, makanan bagi proses

jika mampu penyembuhan

2. Ajarkan diet yang Teraupetik :

diprogramkan 1. Mulut yang bersih

Kolaborasi : dapat meningkatkan

1. Kolaborasi dengan ahli nafsu makan

gizi untuk menentukan 2. Dengan meberikan

jumlah kalori dan jenis pedoman diet mis


nutrien yang yang pyramida makanan

dibutuhkan, jika perlu dapat membantu

pasien dalam

melakukan diet

teratur

3. Dengan memberikan

makanan secara

menarik dan suhu

yang sesuai dapat

membantu pasien

untuk meningkatkan

nafsu makan

4. Untuk dapat

meningkatkan nafsu

makan

Edukasi :

1. Agar pasien merasa

nyaman

2. Kepatuhan terhadap

diet dapat mencegah

kompikasi terjadinya

hiperglikemia

Kolaborasi :

1. Supaya mengetahui

diet apa yang tepat


untuk klien

3 Ansietas b.d Setelah dilakukan Manajemen kesehatan Observasi :

perubahan status intervensi 3 x 24 jam Observasi : 1. Untuk mengetahui

kesehatan Pasien dapat 1. Kaji tingkat kecemasan sejauh mana tingkat

mendemostarsikan 2. Berikan dorongan dan kecemasan pasien

koping yang potif dan berikan waktu untuk 2. Agar

mengungkapkan mengungkapkan mengembangkan

penurunan pikiran dan dengarkan rasa percaya diri

Kecemasan dengan keluhannya 3. Agar membantu

kriteria hasil : 3. Berikan dorongan pasien daka

1. Klien mengatakan spritual mengatasi

memahami tentang 4. Berikan HE kecemasan

penyakitnya (penyuluhan) kepada 4. Agar mningkatkan

klien dan keluargannya pemahama da

tentang proses pengetahuan klien

penyakit yang dialami dan keluarga tentang

proses penyakit yag

dialami pasien

4 Intoleransi aktivitas Setalah dilakukan Manajemen energi : 1. Membantu klien agar

b.d kelemahan fisik intervensi selama 3x24 1. Identifikasi gangguan menentukan derajat

jam, maka toleransi fungsi tubuh yang kerusakan dan

aktivitas meningkat, mengakibatkan kesulitan terhadap

dengan kriteria hasil : kelelahan kelelahan yang

1. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan fisik dialami

normal dan emosional 2. Untuk memudahkan


2. Keluhan lelah 3. Lakukan latihan dan membantupasien

menurun rentang gerak pasif dalam beraktivitas

3. Dispnea saat aktivitas dan/atau aktif 3. Membantu pasien

menurun dispnea 4. Ajurkan tirah baring mencegah kekakun

setelah aktivitas sendi, kelelahan otot,

menurun dan meningkatkan

4. Perasaan lemah kembalinya aktivitas

menurun secara dini

5. Aritmia saat aktivitas 4. Untuk membantu

menurun pasien meningkatkan

6. Sianosis menurun kenyamanan istirahat

7. Tekanan darah dan serta dukungan

membaik fisiologis dan

psikologis

2.1.1.3. Implementasi

Implementasi dilakukan setelah perencanaan dirancang

dengan baik. Tindakan keperawatan mulai dilakukan pada

pengkajian yang dilakukan implementasi nyeri berhubungan

dengan agen cedera fisik yaitu dengan : melakukan

pengkajian nyeri komperensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, intervensi atau beratnya nyeri,

dan faktor pencetus memasang infus, memberikan obat anti

nyeri (ranitidine, katarolac), mengajarkan prinsip-prinsip

manajemen nyeri, mengambil darah vena. Untuk masalah gizi


dikolaborasikan dengan ahli gizi serta diberikan penyuluhan

terkait penyakit yang diderita dan menjaga pola hidup sehat

dirumah untuk mencegah terjadinya kekambuhan.

2.1.1.4. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan,

evaluasi dilakukan dengan pedekatan SOAP (data subjektif,

data objektif, analisa dan planning). Dalam evaluasi ini dapat

ditentukan sejuh mana keberhasilan rencana tindakan

keperawatan yang harus dimodifikasi.

2.2. Konsep Teori Dispepsia

2.2.1. Defenisi Dispepsia

Menurut Djojoningrat (2014) kata dispepsia berasal dari

bahasa Yunani, “Dys” yang berarti jelek atau buruk dan “pepsia”

yang berarti pencernaan, jika digabungkan dispepsia memiliki arti

indegestion atau kesulitan dalam mencerna. Semua gejala-gejala

gastrointestinal yang berhubungan dengan masukan makanan

disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri epigastrium,

rasa tidak nyaman, atau distensi.

Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman dibagian

ulu hati. Kondisi ini dianggap gangguan didalam tubuh terhadap

lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan

ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali menyerang

individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016)


Dispepsia adalah suatu gejala yang ditandai dengan nyeri

ulu hati, rasa mual dan kembung. Gejala ini bisa berhubungan

atau tidak ada hubungan dengan makanan (Nugroho

Taufan,2011)

Dispepsia adalah bentk tidak enak, episodek atau persistem

yang berkaitan dengan abdomen (Inaya Lin, 2004). Jadi dispepsia

adalah rasa tidak enak pada ulu hati yang berhubungan atau tidak

ada hubungan dengan makanan yang menimbulkan gangguan

ketidak seimbangan metabolisme dan menyerang usia produktf

2.2.2. Klarifikasi Dispepsia

Pengelompokkan mayor dispepsia terbagi atas dua, yaitu :

2.2.2.1.Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelaina

organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsia organik

terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh

misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer,

Gastro-Esophageal reflukx disease, hyperacidity.

2.2.2.2. Dispepsia non organik (DNU), atau dyspepsia fungsional,

atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas

penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa di sertai dengan

kelainan atau gangguan struktur organ bedasarkan

pemeriksaan fisik, laborotarium, radiologi, dan endeskopi

(Ida, 2016).

2.2.3. Etiologi Dispepsia

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang

bersifat organik (struktural) dan fungsional. Penyakit yang bersifat


organik antara lain karena terjadinya gangguan disaluran cerna

atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu

dan lain-lain. Sedangkang penyakit yang bersifat fungsional dapat

dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-

obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017).

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang

bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik

antara lain karena karena terjadinya gangguan disaluran cerna

atau seperti pankreas, kandung empedu, dan lain-lain. Sedangkan

penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karea faktor bioligis

dan faktor intoleran terhadap obat-obatan da jenis makanan

tertentu.

Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :

2.2.3.1. Bakteri Helicobacter pylori

Bakteri tersebut hidup dibawah lapisan selaput lendir

sndiri adalah untuk melindungi kerusakn dinding lambung

akibat produksi asam lambung. Infeksi yang diakibtkan

bakteri helicobacter menyebabkan peradangan pada

dinding lambung

2.2.3.2. Merokok

Rokok akan merusak lapisan dinding lambung. Oleh

karena itu orang yang merokok lebih sensitif terhadap

dispepsia maupun ulser.


2.2.3.3. Stres

Stres bisa menyebabkan terjadinya perubahan hormon

didalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel

dalam lambung yang kemudian memproduksi asam

secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat

lambung terasa nyeri, perihdan kembung.

2.2.3.4. Efek samping obat-obat tertentu

Konsumsi obat penghilang rasa nyeri seperti obat anti

inflamasi nesteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven

yang terlalu sering dpat menyebabkan pnyakit gastritis,

baik itu gastritis akut maupun kronis.

2.2.3.5. Mengkonsumsi makanan tertentu

Minum-minuman yang mengandung alkohol dan kafein

seperti kopi dapat meningkatkan produksi asam lambung

berlebihan hingga akhirnya terjasi iritasi dan menurunkan

kemampuan fungsi dinding lambung.

2.2.3.6. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis

permukaan lambung

2.2.3.7. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam

Mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan

produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya

terjadi iritasi dan menurunkan kemmpuan fungsi dinding

lambung.
2.2.4. Patofisiologi Dispepsia

Adanya gas di perut, rasa penuh setelah makan, perih

menonjol, cepat kenyang, mual, tidak ada nafsu makan dan perut

teraa panas. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setalah

makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan,

nyeri ulu hati dan dada atau regurgitas asam lambung ke mulut.

Gejala dispepsia akut dan kronis bedasarkan jangka waktu tiga

bulan meliputi : rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih, mual,

berlangsung lama dan sering kambuh dan sertai dengan ansietas

dan depresi (Purnamasari, 2017).

Dispepsi perubahan pada kesehatan ansietas dispepsia

fungsional, dispepsia organik, respon mukosa lambung,

perangsangan saraf simpatis, kopi, alkohol, stres, nyeri, kintak,

dengan mukosa gaster, vasodilatasi mukosa gaster, mual,

peningkatan produksi Hcl dilambung, muntah, kekurangan volume

cairn, pengelupasan, nyeri epigastrik berhubungan dengan iritasi

pada mukosa lambung, defisit pengetahun


2.2.5. Patway Dispepsia

Dispepsia

Dispesia organik Dispepsia fungsional

stres Kopi, alkohol

Perangsang saraf simpatif Respon mukosa

Peningkatan
Produksi Hcl Vasolidatasi Pengelupasan
mukosa lambung
Mual
Hcl kontak dengan
Muntah mukosa Ansietas

Kekurangan Hcl kontak dengan


volume cairan
Nyeri

Nyeri epigastrik b.d iritasi Perubahan pada


pada mukosa lambung kesehatan

Sumber : (Ida, 2016)

2.2.6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang harus bisa menyingkirkan kelainan serius,

terutama kanker lambung, sekaligus menagakkan diagnosa bila

mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko kanker yang rendah dan

dianjurkan untuk terapi emperis tanpa endeskopi. Menurut Scwartz,

M William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan

pemeriksaan penunjang :
2.2.5.1. Tes darah

hitung darah lengkap dan LED (Laju Endapan Darah)

normal membantu menyingkirkan kelaianan serius. Hasil

tes serologi positif untuk Helicobacter Pylori menunjukkan

ulkus peptikus namun belum menyingkirkan keganasan

saluran pencernaan

2.2.5.2. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)

Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagos, penyakit

epitellium Barret, dan ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk

tes ureumse untuk H.pylopi (tes CLO).

Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik maa kini untuk

menyingkirkan kuasa organik pada pasien dispepsia.

Namum, pemeriksaan H.Pylori merupakan pendekatan

bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia baru.

Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada

pasien dengan keluhan yang muncul pertama kali pada

usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti

penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan

yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit structural.

Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut

dengan kemungkinan komplikasi serupa dengan pasien

muda. Menurut Tytgat GNJ (General Nutrition ), endoskopi

direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada

evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk

dapat mengklarifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia


organik atau fungsional. Dengan endoskopi dapat

dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan

patologis mukosa lambung.

2.2.5.3. DPL (Darah Pelengkap Lengkap) : Anemia mengarah pada

keganasan

2.2.5.4. EGD (Esapago Gastro Duodenumscopy) : Tumor, PUD

(Peptic Ulser Disease), penilaian esophagitis

2.2.5.5. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, amylase.

Lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit

pada tinja. Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah

lewat saluran cerna maka di anjurkan untuk melakukan

pemeriksaan barium pada saluran cerna bagian atas.

2.2.6. Penatalaksanaan Dispepsia

Non farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan

pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi

pasien, hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyei dan terapi

perilaku. Farmakologi pengobatan dispepsia mengenal beberapa

obat, yaitu : Antasida, pemberian antasida tidak dapat dilakukan

terus-menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi

nyeri. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin,

ranitidin,dan famotidine. Pemasangan cairan pariental, pemasangan

Naso Gastrik Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia, 2018)


2.2.8.1. Pencegahan Primodial

Merupakan pencegahan pada orang-orang yng belum

memiliki faktor resiko dispepsia, dengan cara mengenali

dan menghindari keadaan atau kebiasaan yang dapat

mencetuskan serangan dispepsia, dan untuk menghindari

infeksi helicobacter pylori dilakukan dengan cara menjaga

sanitasi lingkungan agar tetap bersih, perbakan gizi, dan

penyediaan air bersih (Rani, 2011)

2.2.8.2. Pecegahan Primer (Prymari Prevention)

Berperan dalam mengelolah dan mencegah timbulnya

gangguan akibat dispepsia pada orang yang sudah

memiliki faktor resiko dengan cara membatasi atau

menghilangkan kebiasan-kebiasan yang tidak sehat

seperti, mekan tidak teartur, merokok, mengkonsumsi

alkohol, minuman bersoda, makan berlemak, pedas, asam,

dan menimbulkan gas di lambung. Berat badan perlu

dikontrol agar tetap ideal, karena gangguan pada saluran

pencernaan seperti, rasa nyeri di lambung, kembung dan

konstipasi. rajin olahraga dan manajemen stres dapat

menurunkan resiko terjadinya dispepsia (Redaksi, 2009)

2.2.8.3. Pencegahn Sekunder

1) Diet mempunyai peran sangat penting, dasar diet

tersebut adalah makan sedikit berulang kali, makanan

harus mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan

asam lambung, dan bisa mentralisir asam HCL


2) Obat-obatan untuk mengatasi dispepsia adalah

antasida, antagonis resptor H2, penghambat pompa

asam (proton pump inhibator=PP), sitoproktetif,

prokinetik, dan kadang dibutuhkan psikoterapi, atau

psikofarma (obat anti depresi atau cemas) untuk

penderita yang berhubungan dengan faktor kejiwaan

seperti cemas, dan depresi (Redaksi, 2009)

3) Bagi yang berpuasa untuk mencegah kambuhnya

sindrom dispepsia, sebaiknya menggunakan obat anti

asam lambung yang bisa diberikan saat sahur dan

berbuka untuk mengontrol asam lambung selama

berpuasa. Berbeda dengan dispepsia organik, bila

sipenderita berpuasa kondisi asam lambungnya akan

semakin parah, penderita boleh berpuasa setelah

penyebab sakit lambungnya diobati terlebih dahulu

(Mansjoer, 2000)

2.2.8.4. Pencegahan Tersier

1) Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater,

dilakukan bagi penderita gangguan mental akibat

tekanan yang dialami penderita dispepsia terhadap

masalah yang dihadapi

2) Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien yang

sdudah lama dirawat dirumah sakit agar tidak

mengalami gangguan ketika kembali kemasyarakat

(Declan, 2001)
2.2.9. Penanganan Dispepsia Secara Farmakologi

Secara penerapan CLD dapat dijalankan dengan baik, penanganan

gangguan dispepsia dapat diberikan secara farmakologi

bedasarkan disiplin Ilmu Penyakit Dalam Psikiatri. Beberapa terapi

farmakologi yang bisa diberikan pada pasien dispepsia yaitu :

a) Antasida

b) Proton Pump Inhibato (PPI). Obat golongan ini dapat mengurangi

produksi asam lambung

c) H-2 receptor antaonists (H2RAs) untuk mengurangi produksi

asam lambung

d) Prokinetik dapat membantu proses pengosongan lambung

e) Antibiotik, pemberiannya dilakukan jika dispepsian oleh infeksi

f) Anti-depressnta atau anti-anxiety dapat diguanakanuntuk

menghilangkan rasa tidak nyaman yang diakibatkan dispepsia

dengan menurunkan sensasi nyeri yang dialami

2.2.10. Komplikasi Dispepsia

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat

memicu adanya komplikasi yang tidak ringan, komplikasi yang

terjadi antara lain, pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan

terjadinya ulkus peptikus (Purnamasari, 2017).


2.3. Kosep Relaksasi Nafas Dalam

2.3.1. Defenisi Ralaksasi Nafas Dalam

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien

yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yag dapat mengurangi

ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah

mnghebatnya stimulasi nyeri ada tiga hal yang utama dalam teknik

relaksasi :

a. Posisikan pasien dengn tepat

b. Piran beristirahat

c. Lingkungan yang tenang

2.3.2. Tujuan Relaksasi Nafas dalam

Untuk mengurangi atau menghilangkan raa nyeri

2.3.3. Indikasi

Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis

2.3.4. Prosedur Pelaksanaan

2.3.4.1. Tahap Pra-interaksi

a) Membaca status pasien

b) Mencuci tangan

c) Menyiapkan alat

2.3.4.2. Tahap Orientasi

a) Memberikan salam teraupetik

b) Validasi kondisi pasien

c) Menjaga privacy pasien

d) Menjelaskan tujuan dan proedur yang akan dilakukan

kepada pasien dan keluarga


2.3.4.3. Tahap Kerja

a) Ciptkan lingkungan yang tenang

b) Usaha tetap rileks dan tentang

c) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru

dengan udara melalui hitungan 1,2,3

d) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil

merasakan eksrimitas atas dan bawah rileks

e) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

f) Menarik nafas lagi melalui hidung dan mengehmbuskan

melalui mulut secara perlahan-lahan

g) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileksh

h) Usahakan agar tetap konsentrasi

i) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

j) Latihan dilakukan apabila rasa nyeri kembali dan setiap

melakukan latihan nafas dalam dilakukan sebanyak 3 kali

2.3.4.4. Tahap Terminasi

a) Evaluasi hasil kegiatan

b) Lakukan kontrak untuk kegitan selanjutnya

c) Akhiri kegiatan dengan baik

d) Cuci tangan

2.3.4.5. Dokumentasi

a) Catat waktu pelaksanaan tindakan

b) Catat respons pasien

c) Paraf dan nama perawat juga


2.4. Konsep Nyeri

2.4.1. Defenisi Nyeri

Nyeri merupakn suatu kondisi yang disebabkan oleh stimulus

tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik atau

mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual pada

setiap individu (Potter & Perry, 2010). Nyeri adalah sensory yang

muncul akibat stimulus nyeri yang berupa biologis, zat kimia, panas,

listrik serta mekanik (Prasetyo, 2010). Nyeri merupakan perasaan tidk

nyaman dan sangat subjektif dan hanya orng yng mengalaminya

yang dapat menjelaskan dan mengevaliasi perasaan tersebut

(Mubarak, 2007)

2.4.2. Klasifikasi Nyeri

Menurut Monahan, dkk (2007, nyeri diklasifikasikan menjadi dua

antara lain :

2.4.2.1. Nyeri akut didefenisikan sebagai suatu nyeri yang dapat

dikenali penyebabnya, waktunya pendek, dan diikuti oleh

peningkatan tegangan otot serta kecemasan. Ketegangan

otot dan kecemasan tersebut dapat meningkatkan presepsi

nyeri. Contohnya ada luka karena cedera atau operasi

2.4.2.2. Nyeri kronis didefenisikan sebagai suatau nyeri yang tidak

dapat dikenali dengan jlas penyebabnya. Nyeri kronis

biasanya terjadi pada rentang waktu 3-6 bulan


2.4.3. Patofisiologi Nyeri

Proses terjadinya nyeri menurut Hartanti (2008) adalah berikut :

ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin,

atau kekurangan O2 pada sel., maka bagian tubuh yang terluka

akan mengeluarkan berbagai substansi yang normalny ada di

intraseluler. Ketika substansi intraseluler dilepaskan ke ekstraseluler

maka akan mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan terangsang dan

bergerak sepanjang serabut saraf atau neontransimisi, yang

membaa pesan nyeri dari medulla spinalis ditransmisikan ke otak

dan dipersepsikan sebagai nyeri

2.4.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

Menurut Tamsuri (2008), ada berbagai macam faktor yang

mempengarui terhadap setiap respon nyeri setiap individu yaitu

antara lain :

2.4.4.1. Usia

Respon nyeri pada semua umur berbeda-beda dimana

pada anak masih belum bisa mengungkapkan nyeri pada

anak

2.4.4.2. Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita berbeda secara signifikan dalam

merespon nyeri, justru lebih berpengaruh faktor budaya

(tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh

mengeluh nyeri)
2.4.4.3. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaiman mereka

seharusnya merespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu

daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat

yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan,

jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri

2.4.4.4. Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang

terhadap nyeri dan bagaimana cara mengatsinya

2.4.4.5. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yng meningkat

sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon

nyeri yang menurun. Teknik relakasi nafas dalam

merupakan teknik untuk mengatasi nyeri

2.4.4.6. Ansietas

Kecemasa akan meningkatkan persepsi terhadap nyeri.

Sebaliknya, nyeri dapat menyebabkan seorang individu

menjadi cemas

2.4.4.7. Pengalaman masa lalu

Seorang individu yang pernah mengatasi nyeri dimasa lalu

dan disaat ini nyeri yang sama muncul, maka ia akan lebih

mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seorang


individu untuk mengatasi nyeri bergantung pada

pengalaman dimasa lalu dalam mengatasi nyeri.

2.4.4.8. Pola koping

Pola koping yang adaptif akan mempermudah seseorang

individu untuk mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping

yang maladaptif akan menyulitkan seseoarng individu untuk

mengatai nyeri

2.4.4.9. Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri sering bergantung pada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh

dukungan dan perlindungan

2.4.5. Penatalaksanaan nyeri

Menurut Tamsuri (2008), adalah sebagai berikut :

2.4.5.1. Pendekatan farmakologis Analgetik Opioid (narkotik),

Nonopioid / NSAIDs (Nonsteroid-Inflamation Drugs) dan

adjuvant, dan Ko-Analgesik.

2.4.5.2. Pendekatan non farmakologis metode pereda nyeri non

farmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat

rendah. Meskipun tindakan tersebut bukan merupakan

pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut mungkin

diperlukan atau tidak sesuai untuk mempersingkat episode

nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit.

Dalam hal ini terutama aat nyeri hebat yang berlangsung

berjam-jam atau berhari-hari, mengkombinasi teknik


nonfarmakologis dengan obat-obatan mungkin cara yng

paling efektif untuk menghilangkan nyeri

a) Distraksi

Pengalihan dari fokus terhadp nyeri ke stimulus lain,

misal melihat pertandingan, menonton televisi,

membaca koran, melihat pemandangan. Gambar,

gambar termasuk distrasi.

2.4.6. Penilaian Repon Intesitas nyeri

Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan

skala (Potter & Perry, 2010) yaitu sebagai berikut :

2.4.6.1. Skala deskriptif

Skala deskritif merupakan alat pengukurana tingkat

keparahan nyeri yang lebih onjektif. Skala deskriptif

verbal (Verbal Decriptor Scale) merupakan sebuah garis

yang terdiri dari tiga sampai lima kata deskripsi yang

tersusun dangan jarak yang sama disepanjang garis.

Pendiskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai

nyeri yang tidak tertahankan. Perawat menunjukan klien

skala tersebut dan meminta klien untuk memilih

insensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga

menanyakan sebarapa jauh nyeri terasa paling

menyakitkan dan sebarapa jauh nyeri tidak paling

menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih

sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri (Potter &

Perry, 2010)
2.4.6.2. Skala numerik

Skala penilaian numerik (Numeric Rating Scale) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.

Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan

sakla 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

insensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

teraupetik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri

maka direkomendasikan patokatokan 10 cm (Potter &

Perry, 2010).

2.4.6.3. Skala analog

Visual skala analog visual (Visual Scala Analog) adalah

suati garis lurus atau horizontal sepanjang 10 cm, yang

mewakili insensitas yang terus-menerus dan mendiksripsi

verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta untuk

menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri

terjadi sepanjang garis yang menunjukkan letak nyeri

terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya

menandakan “tidak ada” atau tidak nyeri” sedangkan

ujung kanan biasanya “berat” atau “nyeri yang paling

buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan

sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis

dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam centimeter

(Smeltzer & Bare, 2009) Wong & Baker (1988) dalam

Potter & Perry (2006) mengembangkan skala wajah untuk

mengkaji nyeri pada anak-anak.


BAB 3

METODE PENULISAN

3.1. Rencana Studi Kasus

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang di susun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam

penelitin yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan

sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013)

Desain pnelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

mendiskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristawa penting yang terjadi

pada masa kini (Nursalam, 2011). Rancangn yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif melalui pendekatan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan Tindakan

Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel

Sadsuitubun.

3.2. Subjektif Penelitian

Subjek penelitian merupakan subjk yang dituju untuk diteliti oleh

penelitih atau ubjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian

(Arikanto, 2006)

Subjek dalam penelitian ini adalah satu orang pasien dispepsia

dengan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam

Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di


Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun dengan menggunakan kriteria inklusi

dan eksklusi :

3.2.1. Kriteria Inklusi adalah :

3.2.1.1. Pasien yang mengalami nyeri

3.2.1.2. bersedia menjadi responden

3.2.1.3. Sadar dan mampu berkomunikasi dengan benar

3.2.1.4. Mampu membaca dan menulis

3.2.2. Kriteria Eksklusi adalah :

Kriteria Eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang

tidak bisa dijadikan sample penelitian (Notoatmodo, 2010) antara lain :

3.2.2.1. Pasien yang mengalami dispepsia

3.2.2.2. Pasien tidak bersedia menjadi responden

3.2.2.3 Tidak mampu berkomunikasi dengan baik

3.2.2.4. Tidak bisa membaca dan menulis

3.3. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus identik dengan variabel penelitian aau karakteristik

yang membeikan nilai berbeda terhadap sesuatu (Nursalam, 2011). Fokus

dalam penelitian ini adalah memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam

Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun

3.4. Defenisi Operasional

3.4.1. asuhan keperawatan adalah proses keperawatan yang dilaksanakan

untuk melayani pasien yang dimulai dari pengkajian pasien, intervensi,

implementasi, dan evaluasi


3.4.2. Dispepsia adalah suatu gejala yag ditandai dengan nyri ulu hati, rasa

mual dan kembung. Ketidak nyamanan perut bgian atas, yang

dijelaskan seperti sensasi terbakar, kembung, atau begah, mual, atau

perasaan cepat kenyang setelah mulai makan.

3.4.3. Tindakan relaksasi nafas dalam adalah tindakan yang dilakukan

dengan tujuan untuk mengurangi nyeri.

3.5. Instrumen Studi Kasus

Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu format pengkajian KMB,

Standar Operasional Prosedur (SOP), dan Lembar Observasi (PQRST)

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Observasi

Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara

mengamati atau meninjau secara cermat dan langsung dilokasi

penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau membuktikan

kebenaran dari sebuah desain penelitian yang sedang dilakukan.

3.6.2. wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melauli

tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.

3.6.3. Pemeiksaan fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari

seseorang ahli medis yang memeriksa tubuh pasien untuk

menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat

dalam rekam medis. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan rekam medis


akan membantu dalam penegakan diagnosis da perencanaan

perawatan pasien.

3.7. Tempat dan Waktu Studi

3.7.1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan diruang pria RSU Karel Sadsuitubun

3.7.2. Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 September 2021 – 25

September 2021

3.8. Analisis dan Penyajian Data

Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan dengan cara mengukur secara

sitematis pedoman pengkajian, analisadata, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

3.9. Etika Studi Keperawatan

Menurut Notoatmodjo (2010), masalah etika keperawatan sangat penrting

karena penelitia ini berhubungan langsung dengan manusia, sehingga

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

3.9.1. Informed Concet (lembar persetujuan)

Informed concet mrupakan lembar persetujuan yang akan diteliti

agar subjek mengerti maksud dan tujuan prnrlitian. Bila respondek

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak-hak

responden.
3.9.2. Anatomty (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, penelitian tidak

mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data.

3.9.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijami kerahasiaannya

oleh peneiliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan

kepada pihak yang terkait dengan peneliti.


BAB 4

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pada BAB ini menguraikan tentang hasil studi kasus mengenai proses

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia Dalam Pelaksanaan

Tindakan Relaksasi Nafas dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria

RSU Karel Sadsuitubun yang dilakukan pada tanggal 14 September – 25

September 2021 di ruang pria RSU Karel Sadsuitubun. Prinsip dari

pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang

terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan

evluasi keperawatan

4.1.1. Gambar Loksi Penelitian

Rumah sakit umum daerah Karel Sadsuitubun terletak pada

wilayah Kabupaten Maluku Tenggara yang berkedudukan Langgur,.

RSU Karel Sadsuitubun berstatus tipe B dengan memiliki pegawai

sebanyak 355 orang yang terdiri dari 190 PNS, Non PNS 165.

Sedangkan untuk jumlah SDM terdiri dri 7 dokter spesialis, 5 dokter

umum, 7 administrator, 85 perawat, 19 bidn, 5 farmasi, 7 kesehatan

masyarakat, tenaga fisioterapi, 2 tenaga radioligi, 2 tenaga anastesi, 2

tenaga teknik elektro, 4 tenaga analis, 30 perkarya, 165 tenaga

honorer.

4.1.2. Hasil Studi Kasus


4.1.2.1. Pengkajian

Hasil amnesa pasien dispepsia dengan Pelaksanaan

Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di

Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun. Pengkajian pada pasien

1 dilaksanakan pada tanggal 14 sepetember 2021 jam 13:00

WIT dan pasien 2 dilaksanakan pada tangga 25 september

2021 jam 08:30 WIT. Hasil penelitian tentang pengkajian yang

didapatkan melalui observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi pada pasien terebut.

Tabel 4.1. Hasil anamnesa pada pasien Dispepsia Dengan


Pelaksanaan Tindakan Relaksasi nafas Dalam Untuk Mengurangi
Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun.

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2

A. Identitas Klien :

Nama Tn.P.p Tn.N

Umur 39 tahun 38 tahun

Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki

Suku/bangsa Bugis/Indosnesai Kei/Indonesia

Agama Islam Kristen

Pendidikan S1 S1

Pekerjaan Wiraswasta PNS

Alamat Angkatan laut Langgur

No register 19.66.89 19.67.95

Tgl/masuk RS 13 Sep 2021/01:00 24 Sep 2021/20:00

Tgl/jam Pengkajian 14 Sep 2021/13:00 25 sep 2021/08:00

Diagnosa medis Dispepsia Diaspepsia


B. Identitas

Penanggung jawab :

Nama Ny.S Ny. A

Umur 25 tahun 30 tahun

Suku/bangsa Bugis/Indonesia Kei/indonesia

Agama Islam Kristen

Pendidikan SMA S1

Pekerjaan IRT PNS

Alamat Angkatan Laut Langgur

Hubungan keluarga Istri pasien Istri pasien

Riwayat penyakit Riwayat Penykit Riwayat Penykit

sekarang Sekarang : Sekarang :

Pada tanggal 13 Sep 2021 Klien datang dengan

pasien masuk RS diantar keluhan nyeri di ulu hatian

oleh keluarga dengan perut bagian bawah, ± 1

keluhan nyeri ulu hati minggu, mual dan muntah

menjalar keperut bagian atas a. Keluhan utama :

dialami ± 4 jam SMRS nyeri

a. keluhan utama : a. Keluhan utama : Nyeri b. Keluhan saat

b. keluhan saat b. Keluhan saat pengkajian pengkajian : nyeri

pengkajian : : nyeri uluhati ulu hati dan mual

c. sifat Keluhan c. Sifat keluhan (PQRST) ) muntah

(PQRST) → untuk → untuk keluhan nyeri c. Sifat keluhan


keluhan nyeri P : nyeri akibat terlambat (PQRST) ) →

makan untuk keluhan

Q : nyeri seperti tertusuk- nyeri

tusuk P : nyri timbul akibat

R : bagian perut (ulu hati) telat makan

S: 6-7 Q : nyeri seprti ditusuk-

T : kadang-kadang tusuk

hilang/timbul R : ulu hati

d. keadaan yang d. Keadaan yang S : skala nyeri 4

memperberat : memperberat : T :

Sedang kadang-kadang/timbul

e. Keluhan yang e. Keluhan yang menyertai d. Keadaan yang

menyertai : : nyeri dirasakan teru- memperberat :

menerus Sedang

e. Keluhan yang

menyertai :

dirasakan terus-

menerus

Riwayat Penyakit dahulu : Riwayat Penyakit dahulu : Riwayat Penyakit dahulu

a. Riwayat penyakit a. Riwayat penyakit :

kronis/menular/pembe kronis/menular/pembed a. Riwayat penyakit

dahan : ahan : tidak ada kronis/menular/pemb

b. Pernah dirawat inap di b. Pernah dirawat inap di edahan : tidak ada

RS/Puskesmas : RS/Puskesma : tidak b. Pernah dirawat inap


pernah di RS/Puskesma :

c. Riwayat penyakit c. Riwayat penyakit pernah

keturunan keturunan : tidak ada c. Riwayat alergi : elergi

d. Riwayat alergi : d. Riwayat alergi : tidak ada ikan komo

Riwayat Kesehatan Riwayat ksehatan keluarga Riwayat ksehatan

Keluarga a. Apakah dalam keluarga keluarga

a. apakah dalam ada riwayat penyakit a. Apakah dalam

keluarga ada riwayat menular/keturunan/kroni keluarga ada riwayat

penyakit s: tidak ada penyakit

menular/keturunan/kr menular/keturunan/kr

onis : onis: tidak ada

b. apakah ada riwyat b. Apakah ada riwayat b. Apakah ada riwayat

alergi dalam keluarga alergi dalam keluarga : alergi : ada

tidak ada

Aktivitas Sehari-Hari Aktivitas sehari-hari Aktivitas sehari-hari

a. nutrisi : a. Nutrisi : a. Nutrisi :

Sebelum sakit : pasien Sebelum sakit :

mengatakan sebelum pasien mengatakan

sakit tidak pernah pantang sebelum sakit pasien

makan tetapi sering makan kurang teratur.

terlambat makan Pasien tidak

Setelah sakit : pasien mempunyai pantangan

makan 3x sehari (bubur, makanan. Pasien

ikan, sayur) hanya makan nasi dan


lauk

Setelah sakit : pasien

makannya jarang dan

tidak nafsu makan dan

porsi yang disediakan

tidak pernah habis (2 -

3 sendok)

b. cairan : b. Cairan b. Cairan

Sebelum sakit : pasien Sebelum sakit :

menyukai air teh dn air pasien menyukai air

putih. Banyaknya ± 5 - 6 putih. Banyaknya ± 5

gelas/hari – 6 gelas/hari

Setelah sakit : pasien Setelah sakit : pasien

hanya minum air putih, hanya minum air putih,

banyaknya ± 1 - 2 banyaknya ± 1 – 2

gelas/hari

c. eliminasi c. Eliminasi (BAB/BAK) : c. Eliminasi

(BAB/BAK) : BAB (BAB/BAK) :

Sebelum sakit : pasien Setelah sakit : pasien

BAB 1x/hari dengan BAB 1x/hari dengan

konstitensi pada lunak, konstitensi pada lunak,

warna kuning dan berbau warna kuning dan

khas fases berbau khas fases

Setelah sakit : klien BAB Setelah sakit :

1x/hari dengan konsitensi klien BAB 1x/hari


padat lunak, warna kuning dengan konsitensi

dan berbau khas faces padat lunak, warna

tapi lebih sedikit karena kuning dan berbau

klien tidak bnyak makan khas faces tapi lebih

BAK sedikit karena klien

Sebelum sakit : frekuensi tidak bnyak makan

BAK ± 5 - 6x/hari, BAK

bewarna kuning jernih dan Sebelum sakit :

berbau khas (amoniak). frekuensi BAK ± 5 - 6

Setelah sakit : frekuensi x/hari, bewarna kuning

BAK ± 2 - 3/hari, bewarna jernih dan berbau khas

kuning jernih dan berbauh (amoniak).

khas (amoniak) Setelah sakit : :

frekuensi BAK ± 2 -

3/hari, bewarna kuning

jernih dan berbauh

d. istirahat dan tidur : d. Istirahat dan tidur d. Isirahat dan tidur

Sebelum sakit : pasien Sebelum sakit :

mengatakan istirahat jam pasien mengatakan

13:00-14:00 WIT dan sebelum sakit pola

malam sekitar 20:00- tidur siang 1 – 3

06:00 WIT jam/hari, tidur malam

Setalah sakit : Pasien jam 22:00 – 05:00

mengatakan tidur siang Setelah sakit : pasien

kurang lebih 1 jam karena mengatakan susah


di RS kadang ribut dan tidur karena sakit perut

malam tidur tidak teratur dan mual seingga

krena merasa nyeri pasien tidur kurang

lebih stengah jam

e. aktivitas : e. Aktivitas e. Aktivitas

Sebelum sakit : pasien Sebelum sakit :

selalu melakukan pasien selalu

pekerjaan diluar rumah melakukan pekerjaan

rumah seperti mencri diluar rumah rumah

nafkah. seperti mencri nafkah.

Setalah sakit : pasien Setelah sakit :

hanya berbaring ditempat aktivitas klien dibantu

tidur, aktivitas klien oleh keluarga dan

terbatas, klien melakukan pasien hanya bisa

aktivitas dengan bantuan berbaring ditempat

keluarga seperti ke toilet tidur

f. personal hygiene f. Personal Hygiene : f. Personal Hygiene

Sebelum sakit : pasien Sebelum sakit :

mandi 2 x/sehari, cuci pasien mandi 2

rambut 2 - 3x/minggu, x/sehari, cuci rambut 2

potong kuku 1x/minggu, - 3x/minggu, potong

gosok gigi 3 x/sehari, klien kuku 1x/minggu, gosok

tidak mengalami gigi 3 x/sehari, klien

hambatan untuk tidak mengalami

melakukan personal hambatan untuk


hygiene. melakukan personal

Setalah sakit : pasien hygiene.

tidak pernah mandi, Setelah sakit : pasien

hanya diwaslap oleh hanya diwaslap oleh

keluarganya keluarganya

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan fisik pada pasien Dispepsia Dengan


Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi
Nyeri Di Ruang Pria Wanita RSU Karel Sadsuitubun

observasi Pasien 1 Pasien 2

1. Pemeriksaan fisik 1. Pemeriksaan fisik 1. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : a. Keadan umum : sakit a. Keadaan umum :

sedang sakit sedang

b. Kesadaran : b. Kesadaran : b. Kesadaran :

Composmentis Composmentis

c. Tanda-tanda vital : c. Tanda-tanda vital c. TTV :

- TD : - TD : 110/70 mmHg - TD : 100/60

- N: - N : 87 x/menit mmHg

- S: - S : 36,5 ˚C - N : 8 x/menit

- - S : 36,5 ˚C

d. Pernapasan : d. Pernapasan : d. Pernapasan :

20x/menit 24x/menit

e. BB/TB : e. BB/TB : 50 kg/152 cm e. BB/TB : 60 x/menit

2. Head to toe 2. Head to toe 2. Head to toe


a. kepala : penyebaran

a. Kepala : rambut merata, tidak a. kepala :

mudah rontok, kepala penyebaran

kotor, warna rambut rambut merata,

hitam, tidak ada tidak mudah

benjolan, tidak ada rontok, kepala

nyeri tekan, tektur kotor, warna

rambut kasar. rambut hitam, tidak

ada benjolan, tidak

ada nyeri tekan,

b. Mata : skela tidak tektur rambut halus

b. Mata : ikterik, konjungktiva b. Mata : skela tidak

tidak anemis, posisi ikterik,

bola mata simetris dan konjungktiva tidak

penglihatan normal, anemis, posisi bola

tidak menggunakan mata simetris dan

alat bantu penglihatan

normal, tidak

menggunakan alat

c. Hidung : bentuk bantu

c. Hidung : simetris kiri dan kanan, c. Hidung : bentuk

tidak terdapat simetris kiri dan

kotoran/secret, fungsi kanan, tidak

penciuman normal terdapat

kotoran/secret,
fungsi penciuman

d. Mulut : mukosa bibir normal

d. Mulut : kering dan terlihat d. Mulut : mukosa

pucat, keadaan gigi bibir kering dan

lengkap, tidak terlihat pucat,

menggunakan gigi keadaan gigi

palsu, kemampuan lengkap, tidak

mengunyah atau menggunakan gigi

berbicara baik palsu, kemampuan

mengunyah atau

e. Teingah : bentuk dan berbicara baik

e. Telinga : posisi simetris, terlihat e. Teingah : bentuk

bersih dan tidak ada dan posisi simetris,

cairan yang keluar terlihat bersih dan

tidak ada cairan

f. Leher : tidak teraba yang keluar

f. Leher : adanya pembesaran f. Leher : tidak

kelenjar getah bening teraba adanya

dan thyroid. pembesaran

Pergerakan leher dapat kelenjar getah

digerakan. bening dan thyroid.

Pergerakan leher

g. Integumen : turgo kulit dapat digerakan

g. Integumen : normal g. Integumen : turgo

h. Thorax dan kulit normal


h. Thorax dan pernapasan : h. Thorax dan

pernafasan : pergerakan dada pernapasan :

normal, tidak ada bunyi pergerakan dada

nafas tambahan, tidak normal, tidak ada

menggunakan alat bunyi nafas

bantu pernafasan tambahan, tidak

menggunakan alat

i. Abdomen : bentuk bantu pernafasan

i. Abdomen : simetris, tidak i. Abdomen : bentuk

kembung, nyeri tekan simetris, tidak

pada epigastrium kembung, nyeri

tekan pada

j. Genitalia dan anus : epigastrium

j. Genetalia dan anus : organ genitalia lengkap j. Genitalia dan

anus : organ

k. Ekstremitas : pada genitalia lengkap

k. Ekstremitas : ekstremitas kanan k. Ekstremitas :

atas terpasang IVFD pada ekstremitas

RL 20 tts/menit kiri atas terpasang

IVFD NaCl 0,9 %

l. Status reologi : 20 Tpm makrodips

l. Status neurologi Saraf-saraf cranial l. Status reologi :

- Kesadaran : berfungsi dengan baik Saraf-saraf cranial

- GCS : berfungsi dengan

baik
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan diagnostik pada Pasien Dengan
Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi
Nyeri Di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun (pasien 1 & pasien 2)

Pemeriksaan Penunjang

a. Pasien 1

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal

MCV FI 76-96

MCH Pg 26-32

MCHC g/ld 32-36

Trombosit 190-000 /µL 150.000-450.000

Hemotokrit 25% Lk : 40-55

Monosit Pr : 37-47

CT 2-7 menit

BT 1-6 menit

Golongan Darah

b. Pasien 2

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal

MCV 76,4 80,0 – 96 – 6

MCH 24,5 27,0 – 36,0

RDW – SD 35,4 37 – 54

Jumlah leukosit 2,59 4,50 – 6,20

Jumlah monosit 6 2-8


Pengobatan : Pengobatan saat ini

a. Pasien 1

Nama obat Dosis

Ivfd Cairan RL 20 tts/menit

Injeksi Ranitidin 50 mg/IV

Injeksi ondan centron 4 mg

Injeksi omeprozole 40 mg/IV

Antasida 4 x 1 tab

Perawatan :

a. Monitor TTV

b. Mengkaji Skala Nyeri

c. Mengajarkan Teknik Relaksasi

b. Pasien 2

Nama obat Dosis

Ranitidine 1 amp / IV

Ketarolac 1 amp / IV

Antasida Syrup 1 sdm / Oral

IVFD NaCl 0,9% 20 Tpm makrodips

Perawatan :

a. Monitor TTV

b. Mengkaji Skala Nyeri

c. Mengajarkan Teknik Relaksasi


Tabel 4.5 Analisa Data Pada Pasien Dispepsia Dengan Pelaksanaan
Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang
Pria RSUD Karel sadsuitubun

Data Problem Etiologi

Pasien 1:

DS :

- Pasien mengatakan

nyeri ulu hati Nyeri akut Iritasi mukosa lambung

- Pasien mengatakan tidak

nafsu makan

DO : Gangguan pemenuhan nutrisi

- Wajah pasien terlihat kurang dari kebutuhan tubuh Peningkatan asam lambung

meringis menahan sakit

- TD : 110/70 mmHg

- S : 37,5 ˚C

- RR : 20x/menit

P : nyeri akibat terlambat

makan

Q : nyeri seperti

tertusuk-tusuk

R : bagian perut (ulu

hati)

S: 6-7

T : kadang-kadang

hilang/timbul

- K/u lemah, bibir kering,


dan pecah-pecah,

- Porsi makan tidak habis

- Tampak mual

Pasien 2 :

DS :

- pasien mengatakan

daerah perut terasa nyeri

dan mual muntah, lemas

DO : Nyeri akut Iritasi mukosa lambung

- wajah pasien tampak

meringis

- TTV ; TD : 110/70

mmHg, RR : 30 x/menit,

S : 36,5 ˚C, N : 76

x/menit

4.1.2.2. Diagnosa keperawatan

1. Pasien 1

a) Nyeri akut b.d iritasi mukosa lambung

b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

Peningkatan asam lambung

2. Pasien 2

a) Nyeri akut b.d iritasi mukosa lambung

b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d Peningkatan asam lambung


4.1.2.3. Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.6 Perencanaan keperawatan pada pasien Pasien Dispepsia


Dengan Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk
Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSUD Karel sadsuitubun

No SDKI SLKI SIKI Rasional

1 Pasien 1

Nyeri akut b.d iritasi Setelah dilakukan Manajemen nyeri : Observasi

mukosa lambung intervensi keperawatan Observsi : 1. Dengan

selama 3 x 24 jam, 1. Identifkasi lokasi, mengidentifikasi

diharapkan hilangnya karakteristik, durasi, dapat membantu

rasa nyeri dengan cara intesitas nyeri perawat untuk

criteria hasil : 2. Identifikasi skala berfokus pada

1. Nyeri hilang nyeri penyebab nyeri dan

2. Pasien tidak meringis 3. Identifikasi respon manajemnnya

menahan sakit lagi nyeri nonverbal 2. Dengan mengetahui

3. Frekuensi nadi 4. Identifikasi faktor skala nyeri klien

membaik yang memperberat dapat membantu

4. Melaporkan nyeri dan memperingan perawt untuk

terkontrol nyeri mengetahui tingkat

Kemampuan Teraupetik : nyeri klien

menggunakan teknik 1. Berikan teknik 3. Dengan

nonfarmakologis nonfarmakologis mengidntifikasirespo

meningkat untuk mengurangi n nyeri nonverbal

rasa nyeri yaitu mis : klien dapat

teknik Relaksasi mengetahui


Nafas Dalam, seberapa kuat nyeri

2. Edukasi : yang dirasakan oleh

3. Ajarkan teknik klien

nonfarmakologis 4. Dengan

untuk mengurangi mengidentifikasi

rasa nyeri faktor dan

4. Jelaskan strategi memperberat nyeri

meredahkan nyeri klien dapat

5. Anjurkan mengetahui nyeri

memonitoring nyeri yang dirasakan

secara mandiri Teraupetik :

6. Ajarkan teknik 1. Dengan

nonfarmakologis memberikan teknik

untuk mengurangi nonfarmakologis

nyeri teknik nafas dalam

dapat membantu

klien dalam

mengurangi rasa

nyri dan rileks

Edukasi :

1. Pemberian teknik

nonfarmakologis

dapat membantu

klien dalam

mengurangi
kecemaan

2. Dengan

menjelaskan strategi

meredahkan nyeri

agar dapat

membantu klien

dapat mengurangi

rasa nyeri dan klien

merasa rileks

3. Untuk mengetahui

sejauh mana klien

dapat mengontrol

nyeri

4. Memberikan teknik

nonfarmakologis

dapat membantu

klien dalam

mengurangi

kecemasan

Gangguan Setelah dilakukan Manajemn Nutrisi : Observasi :

pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan Observasi : 1. Pengkajian penting

kurang dari selama 3x24 jam : maka 1. Identifikasi status dilakukan untuk

kebutuhan tubuh b.d kebutuhan nutrisi nutrisi mengetahui status

Peningkatan asam terpenuhi dengan kriteria 2. Idntifikasi elergi dan nutrisi klien sehingga
lambung hasil : intoleransi makanan dapt menentukan

1. Porsi makan habis 3. Identifikasi makanan intervensi yang

2. Pasien nampak segar yang disukai diberikan

3. Tidak ada mual 4. Identifikasi 2. Supaya dilakukan

muntah kebutuhan kalori intervensi dalam

dan jenis nutrient pemberian makan

5. Monitor asupan 3. Jik makanan yang

makanan disukai pasien

6. Monitor berat badan dimasukan

Teraupetik : perencanaan

1. Lakukan oral makanan, kerja

hygiene sebelum sama ini dapat

makan diupayakan setelah

2. Fasilitas pulang.

menentukan 4. Membantu dalam

pedoman diet (mis. mengidentifikasi

Piramida makanan) malnutrisi protein-

3. Sajikan makanan protein, khususnya

secara menarik dan apabila berat badan

suhu yang sesuai kurang dari normal

4. Berikan supleme 5. Dokumentasikan

makanan, jika perlu masukan oral

5. Hentikan pemberian selama 24 jam.

makanan melalui Riwayat makanan

selang nasogatrik dengan tepat


jika asupan oral 6. Jelaskan pentingnya

dapat ditoleransi makanan bagi

Edukasi : proses

1. Ajurkan posisi penyembuhan

duduk, jika mampu Teraupetik :

2. Ajarkan diet yang 1. Mulut yang bersih

diprogramkan dapat meningkatkan

nafsu makan

2. Dengan meberikan

pedoman diet mis

pyramida makanan

dapat membantu

pasien dalam

melakukan diet

teratur

3. Dengan

memberikan

makanan secara

menarik dan suhu

yang sesuai dapat

membantu pasien

untuk meningkatkan

nafsu makan

4. Untuk dapat

meningkatkan nafsu
makan

1. Edukasi :

2. Agar pasien merasa

nyaman

3. Kepatuhan terhadap

diet dapat

mencegah

kompikasi terjadinya

hiperglikemia

2 Pasien 2

Nyeri akut b.d iritasi Setelah dilakukan Manajemen nyeri : Observasi

mukosa lambung intervensi keperawatan Observsi : 1. Dengan

selama 3 x 24 jam, 1. Identifkasi lokasi, mengidentifikasi

diharapkan hilangnya karakteristik, durasi, dapat membantu

rasa nyeri dengan cara intesitas nyeri perawat untuk

criteria hasil : 2. Identifikasi skala berfokus pada

1. Nyeri hilang nyeri penyebab nyeri dan

2. Pasien tidak meringis 3. Identifikasi respon manajemnnya

menahan sakit lagi nyeri nonverbal 2. Dengan mengetahui

3. Frekuensi nadi 4. Identifikasi faktor skala nyeri klien

membaik yang memperberat dapat membantu

4. Melaporkan nyeri dan memperingan perawt untuk

terkontrol nyeri mengetahui tingkat

Kemampuan Teraupetik : nyeri klien


menggunakan teknik 1. Berikan teknik 3. Dengan

nonfarmakologis nonfarmakologis mengidntifikasirespo

meningkat untuk mengurangi n nyeri nonverbal

rasa nyeri yaitu mis : klien dapat

teknik Relaksasi mengetahui

Nafas Dalam, seberapa kuat nyeri

Edukasi : yang dirasakan oleh

1. Ajarkan teknik klien

nonfarmakologis 4. Dengan

untuk mengurangi mengidentifikasi

rasa nyeri faktor dan

2. Jelaskan strategi memperberat nyeri

meredahkan nyeri klien dapat

3. Anjurkan mengetahui nyeri

memonitoring nyeri yang dirasakan

secara mandiri Teraupetik :

4. Ajarkan teknik 1. Dengan

nonfarmakologis memberikan teknik

untuk mengurangi nonfarmakologis

nyeri teknik nafas dalam

dapat membantu

klien dalam

mengurangi rasa

nyri dan rileks

2. Edukasi :
3. Pemberian teknik

nonfarmakologis

dapat membantu

klien dalam

mengurangi

kecemaan

4. Dengan

menjelaskan strategi

meredahkan nyeri

agar dapat

membantu klien

dapat mengurangi

rasa nyeri dan klien

merasa rileks

5. Untuk mengetahui

sejauh mana klien

dapat mengontrol

nyeri

6. Memberikan teknik

nonfarmakologis

dapat membantu

klien dalam

mengurangi

kecemasan
4.1.2.4. Implementasi

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan Pasien Dispepsia Dengan


Pelaksanaan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk
Mengurangi Nyeri Di Ruang Pria RSUD Karel sadsuitubun

No Implementasi Hari 1 Hari 2 Hari 3

DX

Pasien 1 Tgl 14 sepeteber 2021 Tgl 15 Sep 2021 Tgl 16 Sep 2021

Pukul :10:00 WIT Pukul : 10:00

1. Hasil P : nyeri akibat 1. Hasil P : nyeri

1. Kaji frekuensi terlambat makan, berkurang,

nyeri Q : tertusuk-tusuk, R Q :tertusuk-tusuk,

: bagian perut, S : 4- R :bagian peut, S : 0-

I 6 (skala sedang), T : 3 (skala ringan), T :

kadang/hilang timbul kadang/hilang timbul

2. Berikan teknik 2. Mengajarkan teknik 2. Mengajarkan teknik

relaksasi nafas relaksasi nafas relaksasi napas

dalam dalam dalam

Intervensi di hentkan

pukul : 14:00 WIT Pukul : 14:00 WIT pasien pulang

1. Anjurkan makan 1. Sering akan dalam 1. Menganjurkan makan

sedukit tapi porsi yang sediit sedikit tapi sering

sering 2. Menganjurkan 2. Menganjurkan paien

2. Kaji kebutuhan pasien untuk tidak untuk makana-

II nutrisi mengkonsumsi makanan tinggi serat

makanan pedas
atau asam

Pasien 2 Tgl 25 septeber 2021 Tgl 25 september 2021 Tgl 27 sep 2021
Pukul : 09:00 WIT Pukul : 09:00 WIT Pukul : 09:00 WIT

1. Mengkaji tingkat
1. Hasil P : nyeri karena
1. Hasil P : nyeri
nyeri
terlambat makan, Q :
karena terlambat
I
tertusuk-tusuk, R :
makan, Q : tertusuk-
bagian perut (ulu
tusuk, R ; bagian
hati), S : 0 – 3 (skala
perut (ulu hati), S : 0
ringan), T : kadang –
– 4 (skala sedang), Pasien pulang
kadang/hilang timbul
T : kadang – kadang intervensi dihentikan
2. Menganjurkan pasien
/ hilang timbul
untu tidak makan –
2. Menganjurkan
2. Anjurkan pasien
makanan tinggi serat
pasien untuk tidak
untuk mengatur
3. Anjurkan klien makan
mengkonsumsi
waktu makannya
sedikit tapi sering
makanan pedas dan
4. Hasil TTV :
asam,
- TD : 110/70
3. Sering makan dalm
3. Mengobservasi
mmHg
porsi yang sedikit
TTV
- S : 38,7 ˚C
4. Hasil TTV :
- N : 80 x/menit
- TD : 110/70
mmHg 5. mengajarkan teknik

- S : 38,5 ˚C relaksasi nafas dalam

- N : 80 x/menit

5. mengajarkan teknik

4. Berikan teknik relaksasi nafas

relaksasi nafas dalam

dalam untuk

pasien

4.1.2.5. Evaluasi

Tabel 4.8. Evaluasi Pasien Dispepsia Dengan Pelaksanaan


Tindakan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Di
Ruang Pria RSUD Karel sadsuitubun

Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3

Pasien 1 Tgl 16 September 2921 tgl 16 Sep 2021 Tgl 16 Sep 2021
Jam 09:00 WIT Jam : 14:00 WIT Jam : 17:00 WIT
1. Diagnosa I

Nyeri akut b.d iritasi


S : Psien mengatakan S : klien mengatakan
mukosa lambung nyeri pada perutsudah
nyeri bekurang
tidak terasa lagi (kadang-
O : Klien terlihat tenang,
kadang muncul)
skala nyeri 2 (nyeri O : klien terlihat tenang
dan santai, skala nyeri 1
sedang), TTV : TD :110/70
(nyeri ringan), TTV :
mmHg, S: 37,5 ˚C, N : 76
TD:110/80 mmHg, S :
x/menit 37,5 ˚C, N : 76 x/menit Intervensi dihentik
A : Masalah teratasi karena pasien pul
A : masalah teratasi
P : intervensi lanjut hari
sebagian
ke 3
P : Lanjutkan intervensi
hari ke 2

2. Diagnosa II

Gangguan S : Klien mengatakan


S : klien mngatakan
pemenuhan nutrisi mual, muntah dan kurang
mual, muntah dan
kurang dari nafsu makan kurang nafsu makan
sudah tidak ada lagi.
kebutuhan tubuh b.d O : Klien tampak lemah,
O : klien tampak cerah
Peningkatan asam bibir kering, dan pecah-
(segar), klien tidak
lambung pecah, porsi makan tidak muntah lagi, klien sudah
bisa makan apa yang
habis, tampak mual
disediakan
A : masalah sebagian
A : Intervensi dihentikan
teratasi P intervensi lanjut hari ke
3
P : lanjutkan intervensi

hari ke 2

Pasien 2 Tgl 26 sepetember 2021 Tgl 26 sep 2021


Diagnosa I Pukul : 10:00 WIT Pukul : 16:00 WIT

Nyeri akut b.d iritasi S : pasien mengatakan S : pasien mengatakan


nyeri pada daeah perut sudah tidak nyeri ulu
mukosa lambung
(ulu hati) berkurang/hilang, hati, sudah makan
sudah makan sedikit tapi sedikit tapi sering, TTV :
sering TD : 120/80 mmHg, N :
O : Pasien tampak 97 x/menit, S : 36,0 ˚C,
senang, ekpresi waah BB, skala nyeri 1
ceriah, terpasang IVFD O : Pasien tampak
NaCl 0,9% 20 tpm senang, tidak terpasang
Makrodrips, porsi makan IVFD lagi, porsi makan
diabiskan dihabiskan
A : Masalah sebagian A : Masalah sebagian
teratasi teratasi
P : Intervensi di lanjutkan P : Intervensi di lanjutkan
hari ke 2
hari ke 2

4.2. Pembaasan

Pada kesempatan ini peneliti akan membahas mengenai kesengjangan

antara teori dengan fakta lapangan dalam pelaksnaan Studi Kasus seperti

dibawah ini :

4.2.1. Pengkajian

Pelaksanaan pengkajia data fokuspada pasien 1 Tn P.p yang

mengalami dispespia ditemukan keluha antara lain : nyeri ulu hati dan

tidak nafsu makan, sedangkan pasien 2 Tn N ditemukan nyeri ulu hati

dan mual muntah

Menurut Sujuno (2006) terdapat beberapa gejalah dispepsia

antara lain : adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut

meonjol, cepat kenyang, sering sendawa, perut terasa panas.

Sedangkan pada pasien 2 ditemukan 2 gejalah yang muncul anatara

lain nyeri ulu hati dan mual muntah sedangkan yng tidak ditemkan

pada pasien 2 antara lain adanya gas diperut, rasa penuh setelah

makan, perut menonjol, cepat kenyang, sendawa, tidak nafsu makan,

perut terasa panas.


Enurut asumsi peneliti, data yang ditemukan dilapangan aik pada

pasien 1 aupun pasien 2 tidak berbedah jauh dengan teori, namum

ada beberapa gejalah yang tidak ditemukan pada pasien 1 dan 2,

teryata dari hasil yang didapatkan ada perbedaan antara gejalah

pasien 1 dan pasien 2. Hal ini karena adanya perbedaan usia, sistem

imun, status gizi dan faktor lingkungan

4.2.2.Diagnsa Keperawatan

Setelah dilakukan analisa data ditemukan dua masalah

keperawatan pasien 1 dan pasien 2 yaitu nyeri akut b.d iritasi mukosa

lambung, gaangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d peningkatan asam lambung

Enurut Inayah (2004) pada kasus dispepsia terdapat empat

diagnosa anatara lain : nutrisi kurang dar kebutuhan tubuh b.d

peningkatan asa lambung, perubahan kesembangan cairan dan

elektrolit b.d adanya mual muntah, nyeri epigastrium b.d iritasi pada

mukosa lambung, kevemasan b.d perubahan status kesehatan

Dalam studi kasus ini peneliti menemukan antara teori dan

kenyataan dilapangan dalam menemukan diagnoa keperawatan pada

pasien 1 dan pasien 2 dimana dalam teori ada terdapat empat

diagnosa keperawatan, tetapi yang menjadi prioritas adalah adalah

dua diagnosa dari empat sesuai gejalah yang uncu, dimana karena

keterbatasan waktu penelitian hanya berfokus pada masalah prioritas.

Peneliti berasumsi bahwa bila bermasalah diagnosa utama teratasi

maka keempat diagnosa lainnya juga dengan sendirinya dapat teratasi


melalui tindakan keperawatan yang dilaksanakan kepada kedua subjek

sasaran.

4.2.3. Perencanaan Keperawatan

Dalam merumuskan rencana tindakan peneliti menetapkan

sepuluh tujuan yang akan dicapai yaitu kaji tingkat nyeri, berikan terapi

relaksasi nafas dalam, anjurkan pasien menghindari makanan yang

dapat menigkatkan kerja asam lambung, anjurkan pasien menghindari

makanan yang dapat meningkatkan kerja aam lambung, anjurkan

pasien mengatur waktu makanan, observasi TTV, pantau haluran

setiap jam dan didokumentasikan, timbang BB pasien, berikan makan

sedikit tapi sering, kaji pola makan pasien monitor take dan output

pasien secara periodik

Menurut NANDA (2015) perencanaan keperawatan pada kasus

dispepsia ada sepuluh rencana keperawatan antara lain : kaji tingkat

nyeri, berikan terapi relaksasi nafas dalam, berikan kompres hangat,

anjurkan pasien menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja

aam lambung, anjurkan pasien mengatur waktu makanan, observasi,

TTV, pantau haluran setiap jam dan didokumentasikan, timbang BB

pasien, berikan makan sedikit tapi sering, kaji pola makan pasien

monitor take dan output pasien secara periodik

Dalam memutukan rencana tindakan keperawatan, peneliti

menetapkan sepuluh tindakan prioritas dari sepuluh tindakan yang

terdapat pada teori. Hal ini sejalan antara teori dan praktik lapangan,

peneliti menemukan sepuluh rencana sesuai kondisi pada pasien 1

dan pasien 2.
4.2.4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatanpada kedua pasien studi kasus

sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan

yaitu kaji tingkat nyeri, berikan tindakan relaksasi nafas dalam,

anjurkan pasien menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja

asam lambung, anjurkan pasien mengatur waktu makan, observasi

TTV, pantau haluran tiap jam dan dokumentasikan, berikan makan tapi

sering, kaji makan pasien, monitor intake dan output secara priodik.

Pada pasien 1 dan pasien 2 tindakan yang dilakukan oleh peneliti 2

hari karena pasien pulang.

Menurut Asmadi (2008) implentasi keperawatan adalah tahap

ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan guna untuk membantu klien mencanpai tujuan

yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada

tahap implementasi adalah kemapuan hubungan komunikasi yang

efektif, keampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan

saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan

melakukan observasi, sistematis, kempuan memberikan pendidikan

kesehatan, kemampuan advokasi.

Pada tahap ini perawat tidak bekerja sendiri tetapi melibatkan

keluarga dan profesi kesehatan yang lain menjadi tim keperawatan

ksehatan dirumah sakit. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan,

peneliti tidak melaksanakan tindakan keperawatan secara mendalam

karena dibatasi oleh waktu yang seharusnya dilakukan secara


mendalam dan komprehensif, tetapi karena adanya dukungan dan

kerja sama yang baik dari keluarga yang menjadi studi kasus.

4.2.5. Evaluasi Keperawatan

Dalam pelakanaan tahap evaluasi tindakan keperawatan dengan

masalah nyeri akut b.d iritasi pada mukosa lambung dan gangguan

pemenuhan nutrisi kurang dari kebeutuhan tubuh b.d peningkatan

asam lambung dengan tindakan kaji tingkat nyeri, berikan tindakan

relaksasi nafas dalam, anjurkan pasien menghindari makanan yang

dapat meningkatkan kerja asam lambung, anjurkan pasien menatur

waktu makan, observasi TTV, pantau haluaran tiap jam dan

dokumentasikan, berikan makan tapi sering, kaji pola makan pasien,

monitor take dan output secara periodik dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri akut

berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil : tidak terjadi nyeri akut,

dan pasin tidak meringis menahan sakit lagi. Pada pasien 1 pda

tanggal 14 september 2021 pukul: 13:00 WIT. Hasil S : Klien

mengatakan nyeri pada perut sudah tidak terasa lagi (kadang-kadang

muncul), O : Klien terlihat tenang dan santai, Skala nyeri 1 (nyeri

ringan), TTV : TD : 110/80 mmHg, T : 37,5 ˚C, N : 76 x/menit, A :

Masalah teratasi, P : Intervensi di lanjutkan. Pada tanggal 16

sepetember 2021 pasien pulang intervensi dihentikan. Sedangkan

pasien 2 tanggal 25 september 2021 pukul : 08:30 WIT. Hasil S :

pasien mengatakan sudah tida nyeri ulu hati lagi, udah makan sedikit

tapi sering, TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 97 x/menit, S : 36,0%, skala

nyeri 1, O : pasien tampak tenang, tidak terpasang IVFD lagi, porsi


makan dihabiskan, A : masalah teratasi, P : Intervensi di lanjutkan,

pada tanggal 27 pasien pulang.

Menurut Janet W. Kennay (2009) evaluasi adalah suatu proses

yang terencana dan sistematis dalam mengumpulkan organisasi,

menganalis, dan membandingkan status kesehatn pasien dengan

kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai derajat pencapaian hasil

pasien.

Dalam melakanakan evaluasi tidakan keperawatan, peneliti tidak

menemukan kesenjangan yang berarti antara teori dengan kenyataan

dilapangan. Hal ini terjadi karena tujuan dan standar penilaian dibuat

secara baik dan mudah diukur baik tingkat kognitif, efektif maupun

psikomotor dari pasien serta adanya dukungan dan kerja sama yang

baik dari kedua keluarga yang menjadi subjek studi kasus.

4.3. Keterbatasan

Dalam penulisan Karya Tulis Tulis Ilmiah ini penulis menemui beberapa

kendala dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatn yaitu :

4.3.1. Saat pengkajin sampai dengan evluasi tidak dapat dilkukan secara

mendalam karena dibatasi oleh waktu yang seharusnya dilakukan

secara komprenshif terhadap kedua subjek sehingga mepengaruhi

hasil penulisan

4.3.2. sumber buku yang digunakan tidak terlalu banyak sehingga kenyataan

yang penulis alami di alami dilapangan belum bisa diterapkan sesuai

dengan teori.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan dispepsia dalam

pelaksaan tindakan relaksasi nafas dalam untuk mengurngi nyeri di ruang

pria RSU Karel Sadsuitubun melalui proses keperawatan yang meliputi

pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dn evaluasi keperawatan pada pasien 1 (Tn P.p)

dan pasien 2 (Tn.N) dapat terlaksanakan dengan baik, hal ini ditandai

dengan adanya perubahan stats kesehatan pada kedua subjek penelitian

serta adanya dukungan kerja sama dari keluarga kedua subjek penelitian

sehingga masalah dispepsia teratasi dengan baik

5.2. Saran

Bedasaarkan hasil penelitian yang dilakukan, adapun saran yang dapat

diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

5.2.1. Bagi Rumah Sakit

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memotivasi perawat untuk

lebih giat dalam memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal

mungkin untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit

5.2.2. Bagi Masyarakat

Menjadi masukn atau tambahan ilmu pengetahuan bagi masyarakat,

khususnya keluarga sehingga jika menemukan anggota keluarga yang


sakit segera dibawah ke fasilitas pelayanan kesehatan baik

puskesmas maupun RS untuk mendapatkan penanganan.

5.2.3. Bagi Institusi

Agar dapat meningkatkan proses pembelajaran tentang pemberian

teknik relaksasi nafas dalam untu kenguragi nyeri pada pasien dengan

dispepsia

5.2.4. Bagi Peneliti Selanjutya

Dapat memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan dispepsia dalam pelaksaanaan

tindakan relaksasi nafas dalam pada penelitian selanjutnya


DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental: Konsep,


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Amelia, K. (2018). Keperawatan Gawat Darurat Dan Bencana Sheehy.


Jakarta ELSEVIER.

Anas, Tamsuri. 2008, Klien Gangguan Pernafasan: Seri asuhan


keperawatan Jakarta: EGC

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktek. Jakarta:


PT. Rineke Cipta

Declan Wash. T, 2001. Kapitan Selekta Penyakit dan Terapi. Penerbit


Buku Kedokteran, Jakarta

Diagnosa Keperawatan (NANDA 2015)

Djojoningrat, 2014. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Buku


Ajar Ilmu Penyakit dalam. InternaPublishing. jakarta

Djojoningrat, D., 2010. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam: Dispepsia


Fungsional 5th ed. Jakarta: EGC. 352-54

Hartanti. (2008). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Intensitas Nyeri


Pada Anak Usia Sekolah Saat Dilakukan Prosedur Invasi Di RS
PKU. Muhammadiyah Yogykarta. Jumal Kebidanan dan
keperawatan no.2, 4, 87-96

Ida, M. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Pencernaan. Jakarta : Pustaka Baru Press

Inayah, lin. (2004) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pencernaan. Jakarta : Salemba Madika

Kozier, B. (2010). Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Majid A, Judha M & Itianah U. (2011). Keperawatan Perioperatif.


Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Monahan FD, et al. (2007). Phipps Medical-Surgical Nursing : Health


and Illnes Perspectivess. 8th ed. Philadelphia : Mosby Inc
Mubarak & Chayatin (2008), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori
dan aplikasi dalam Praktik, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.

Nugroho, Taufan. (2011). Buku ajar obstetric untuk mahasiswa


kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medikal

Nursalam. (2010). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan, jakarta : Selemba Medika

Potter PA & Perry AG.2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan


Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4, jakarta : EGC

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing. Proses and Practice .


Edisi 7. Vol 3. Jakarta : EGC

Prasetyo, S. N (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Purnamasari, L. (2017). Faktor resiko, klasifikasi, dn terapi sindrom


dispepsia. 870.

Rani, A. A., Jacobus, A., 2011. Buku Ajar Gastrointerologi, In: Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 1st ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing. 55-
65

Redaksi, 2009. Mengatasi gangguan Penyakit maag. Yogyakarta. Banyu


Media

Rohman, N., & Walid, S., (2016). Proses Keperawatan teori dan aplikasi.
Jogjakarta : ISBN.

Schwartz, M. W. (2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

Wibawa, I.D.N., 2006, “Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia”, Jurnal


Penyakit Dalam, 7 (3) : 214

Yuriko, A. (2013). Hubungan pola makan dengan kejadian depresi pada


penderita dispepsia fungsional. p.1

Anda mungkin juga menyukai