Oleh:
NASA FASALINO
NIM. 141.0067
Oleh:
NASA FASALINO
NIM. 141.0067
i
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 141.0067
Tingkat Nyeri Pada Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum
Bulog Buduran, Sidoarjo”, saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
Nasa Fasalino
NIM.141.0067
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 141.0067
menyetujui bahwa Skripsi ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian
Pembimbing I Pembimbing II
Christina Yuliastuti, S.Kep., Ns., M.Kep Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP: 03017 NIP: 03028
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dari:
NIM : 141.0067
Buduran, Sidoarjo.
Surabaya, dan dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
Mengetahui,
STIKES HANG TUAH SURABAYA
PJS KA PRODI S-1 KEPERAWATAN
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya hal ini karena
mayoritas pekerja kuli panggul tidak tahu prosedur pengangkatan yang benar saat
proses bongkar muat.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor masa kerja,
posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok terhadap tingkat nyeri low back pain.
Kata Kunci : nyeri, low back pain, masa kerja, posisi kerja, IMT, merokok,
kuli panggul
v
ABSTRACT
Low Back Pain (LBP) is a pain that is felt in the lower back area, can be local pain
or radicular pain or both of these because the majority of porters do not know the
correct lifting procedure during the loading process. The purpose of this study to
analyze the factors of working period, working position, BMI, smoking habit
toward low back pain level.
The design of this study was observational analytic using cross sectional approach.
Sample were taken by simple random sampling technique as many 40 workers in
Perum Bulog Buduran, Sidoarjo. This instrument used questionnaires and
observation sheets. Data were analyzed using Spearman Rho test and Ordinal
Regression test with degree of significance ρ ≤ 0,05.
The results showed that there was significant correlation between the factors
affecting the porters laboratory who had LBP, working period (ρ = 0,007), working
position (ρ = 0,000), BMI (ρ = 0,032), smoking habit (ρ = 0,000). Nothing dominant
factor that affects the level of LBP. The factors of working period, working position,
BMI, smoking habit interconnected factor pain level of LBP.
The implications of this research are the role of related institutions, it is expected to
provide health services such as counseling or health and safety (K3) training on
informal workers, thus reducing occupational diseases, especially Low Back Pain.
Keywords: pain, low back pain, working period, work position, BMI, smoking,
porters
vi
KATA PENGANTAR
Pertama peneliti panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Esa, atas limpahan dan hidayah - Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi
yang ditentukan.
Hang Tuah Surabaya. Proposal ini disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur
Surabaya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan
Surabaya.
3. Puket 1, puket 2 dan puket 3, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Surabaya yang telah memberi fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti dan
4. Ibu Dini Mei Widayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji ketua terima kasih
atas arahan, kritikan serta sarannya dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi
ini.
vii
5. Christina Yuliastuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji 1 yang telah
6. Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji 2 telah memberikan
7. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya yang telah
8. Orang tua tersayang yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa
9. Serta kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari semua pihak untuk menyempurnakan. Semoga skripsi ini dapat
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2.3.1 Definisi Ergonomi................................................................................... 51
2.3.2 Ruang Lingkup Ergonomi....................................................................... 52
2.3.3 Faktor Risiko Kesalahan Ergonomi ........................................................ 53
2.3.4 Posisi Ergonomi ...................................................................................... 53
2.4 Model Konsep Keperawatan Katharine Kolcaba .................................... 54
2.5 Hubungan Antar Konsep......................................................................... 60
x
5.2.5 Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada Kuli Panggul
Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo
................................................................................................................. 93
5.2.6 Keterbatasan............................................................................................ 94
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
IMT : Indeks Massa Tubuh
ILO : International Labour Organitation
IASP : Association for Study of Pain
Kg : Kilogram
LBP : Low Back Pain
MSDs : Musculoskeletal Disorders
m : Meter
NSAIDs : Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs
NIOSH : National Institute Occupational Safety Health
NBP : Nyeri Punggung Bawah
PAK : Penyakit Akibat Kerja
PERDOSSI : Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
QEC : Quick Exposure Checklist
SOP : Standar Operasional Prosedur
TB : Tinggi Badan
VAS : Visual Analog Scale
WHO : World Health Organization
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
LBP (Low Back Pain) bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebuah
gejala. Perkembangan rasa sakit itu berarti ada sesuatu yang salah di suatu tempat,
meskipun tidak selalu jelas apa masalahnya. Gejala ini disebabkan oleh adanya
ketidaksesuaian antara alat, manusia, dan proses kerja sehingga seringkali para
pekerja melakukan aktifitas produksi dengan postur janggal. Jika alat kerja dan
lingkungan fisik tidak sesuai dengan kemampuan tenaga kerja tersebut maka hasil
kerja tidak akan optimal dan bahkan berpotensi mengakibatkan resiko dengan PAK
fenomena yang ditemukan oleh peneliti bahwa pekerjaan kuli panggul dapat
Banyak pekerja kuli panggul tersebut melakukan angkat beban yang melebihi
muatan dengan posisi pengangkatan yang salah. Mayoritas pekerja kuli panggul
tidak tahu prosedur pengangkatan yang benar saat proses bongkar muat yang
terpenting pekerjaan selesai dan cepat tanpa menghiraukan dampak apa yang terjadi
kedepannya. Keluhan yang paling banyak dirasakan pada pekerja kuli panggul yaitu
nyeri punggung bagian bawah padahal para pekerja kuli panggul tersebut sudah
beristirahat tetapi nyeri punggung tiba – tiba bisa muncul setiap waktu. Apabila
nyeri punggung pada kuli panggul ini tidak segera ditindak lanjuti akan
produktivitas perusahaan.
1
2
Hasil riset yang dilakukan badan dunia ILO (2003) dalam Koesyanto,
(2013) tentang kecelakaan kerja menunjukkan setiap hari rata-rata 6.000 orang
meninggal berkaitan dengan pekerjaan mereka. Angka ini berarti setara dengan satu
orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang meninggal per tahun akibat sakit atau
kecelakan kerja. Sementara itu anggaran untuk kecelakaan dan penyakit akibat
jantung 16%, kecelakaan 16%, dan 19% penyakit saluran pernafasan. Negara
Inggris melaporkan 17,3 juta orang Inggris pernah mengalami nyeri punggung pada
suatu waktu dan dari jumlah tersebut 1,1 juta mengalami kelumpuhan akibat nyeri
Nyeri punggung bawah ini juga diderita oleh usia muda maupun tua namun keadaan
semakin parah pada usia 30-60 tahun keatas. Sebanyak 2%- 5% dari karyawan di
negara industri tiap tahun mengalami low back pain dan 15% nya dari pekerja di
industri perdagangan (WHO, 2003). Angka kejadian Low Back Pain diperkirakan
antara 7,6% sampai 37% di Indonesia. Hasil penelitian secara nasional yang
Indonesia) pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil
menunjukkan bahwa keluhan nyeri tengkuk sebesar 37,5%, bahu kanan 53,8%,
bahu kiri 47,4%, dan nyeri punggang bawah sebesar 45% dari 1.598 orang
(Riningrum dan Widowati, 2016). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada
pekerja kuli panggul yang telah dilakukan skrining oleh peneliti. Hasil observasi 8
orang (80%) yang memenuhi kriteria Low Back Pain, pekerja kuli panggul
pekerjaan angkat beban yang tidak ergonomi pada saat bongkar muat dari dump
truk menuju ke gudang. Sedangkan 2 orang (20%) tidak ada tanda keluhan LBP.
terpapar beban berat jika dibiarkan berlanjut dapat mengakibatkan kelainan yang
menetap pada otot dan juga kerangka tubuh. Keluhan pada punggung atau keluhan
intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat
sakit. Otot yang menerima beban statis secara berulang-ulang dan dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan
tendon (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004). Kontraksi volunteer dan refleks dari
dalam mencegah cidera vertebrae, karena ligament tidak sekuat itu untuk mencegah
kekuatan besar ketika punggung terpapar oleh beban berat yang berulang - ulang.
terjadinya LBP yaitu faktor pekerjaan, faktor pekerja, faktor lingkungan, dan faktor
psikososial. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi yaitu postur kerja, durasi, beban
yaitu usia, jenis kelamin, waktu kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga,
masa kerja, Indeks Masa Tubuh (IMT), riwayat penyakit MSDs, dan kekuatan fisik
(Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004). Menurut Bridger dan Oborne 1995 dalam
getaran, dan iluminasi. Dampak yang terjadi jika Low Back Pain tidak teratasi yaitu
dapat menyebabkan cidera yang cukup besar yang diekspresikan sebagai rasa sakit
atau kesemutan, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau
4
kelemahan pada jaringan anggota tubuh yang terkena trauma dan dapat
Berdasarkan uraian diatas dan tingginya angka kejadian Low Back Pain
(LBP) pada Perum Bulog Buduran, Sidoarjo, agar pihak instansi terkait dapat
benar dan penyuluhan tentang faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
nyeri Low Back Pain di kemudian hari guna menurunkan angka LBP pada kuli
tingkat nyeri pada kuli panggul yang menderita LBP di Perum Bulog Buduran,
Sidoarjo.
Faktor apakah dari masa kerja, posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok yang
paling mempengaruhi tingkat nyeri Low Back Pain (LBP) pada pekerjaan kuli
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami LBP di Perum
1. Mengidentifikasi masa kerja terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang
2. Mengidentifikasi posisi kerja terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang
5. Menganalisis faktor yang paling dominan terhadap tingkat nyeri pada kuli
Secara teori faktor yang mampu meningkatkan tingkat nyeri Low Back Pain
pada kuli panggul yaitu masa kerja, posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok beresiko
1. Bagi Peneliti
penelitian tentang Analisa Faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli
panggul yang mengalami Low Back Pain (LBP) di Perum Bulog Buduran Sidoarjo.
6
SOP pengangkatan barang dengan benar agar kedepannya dapat mengurangi angka
Low Back Pain pada kuli panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.
Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber informasi dan data awal untuk
yang mempengaruhi tingkat nyeri pada buruh panggul yang mengalami Low Back
Pain (LBP).
Penelitian ini dapat sebagai masukan dalam rangka pengembangan ilmu dan
sebagai bahan referensi yang berguna bagi profesi keperawatan khususnya dalam
khususnya dalam kajian masalah penelitian serupa lebih lanjut mengenai analisis
faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami Low
TINJAUAN PUSTAKA
(Utami, 2017) punggung merupakan aspek posterior dari tubuh bagian bawah leher
hingga ke superior dari daerah gluteal, merupakan tempat dimana kepala, leher, dan
ekstremitas melekat. Punggung terdiri dari kulit, jaringan subkutan (lapisan dari
jaringan ikat ireguler yang terdiri dari jaringan lemak mengandung saraf kutan dan
pembuluh darah), deep fascia, otot, ligament, columna vertebralis, tulang iga (pada
daerah thorax), corda spinalis dan meninges (membrane yang melindungi corda
apex dari coccyx, membentuk kerangka dari leher dan punggung dan merupakan
kerangka aksial utama (tulang artikulasi dari cranium, columna vertebralis, tulang
iga, dan sternum). Kolumna vertebralis melindungi corda spinalis dan saraf spinal,
mendukung berat dari tubuh superior hingga ke pelvis, menyediakan aksis yang
sebagian kaku dan fleksibel untuk tubuh dan sumbu untuk kepala, dan memainkan
peran yang penting dalam membentuk postur dan pergerakan. Kolumna vertebralis
orang dewasa biasanya terdiri dari 33 vertebrae yang dibagi menjadi lima bagian :
7
8
berada pada pertemuan dari bagian lumbar dari kolumna vertebralis dan sacrum.
Pergerakan signifikan terjadi hanya pada 25 vertebrae atas. Lima sacral vertebrae
menyatu pada dewasa untuk membentuk sakrum, dan 4 vertebrae coccygeal juga
kurang dari ¼ . Bentuk dan kekuatan dari vertebrae dan diskus invertebrali,
yang terjadi bila menggerakkan berat seperti waktu berlari dan meloncat, dengan
Tulang coxae adalah penghubung antara badan dengan elstremitas bawah. Sebagian
dari kerangka axial, atau tulang sakrum dan tulang coccxygeus, yang letaknya
terjepit antars 2 tulang coxae, turut membentuk tulang ini. Dua tulang tersebut
bersendi antara satu dengan yg lainya ditempat yang disebut simfisis pubis (Pearce,
2006).
10
vertebrae dan diskus invertebralis dan dua struktur yang membantu, yakni ligament
(pasif) dan otot (aktif). Meskipun struktur ligament lumayan kuat,baik ligament
untuk melawan kekuatan besar yang dapat terjadi pada kolumna spinalis, stabilitas
pada punggung bawah sebagian besar bergantung secara volunteer dan reflex dari
sakrospinalis, abdominal, gluteus maximus, dan otot harmstring (Adam & Victor,
2010).
12
dan saraf spinalis (dikenal juga sebagai recurrent meningeal atau saraf
saraf spinalis yang distal dari akar dorsal ganglia, masuk lagi ke kanal spinal menuju
periosteum tulang, lapisan luar dan annulus fibrosus (yang menutup diskus), dan
kapsul dari articularis facets. Coppes dkk telah menemukan bahwa sabut A-δ dan
C yang memanjang kedalam lapisan dalam dari annulus dan bahkan nukleus
pulposus. Meskipun korda spinalis sendiri tidak sensitif, banyak kondisi yang
spinalis melalui akar lumbar kelima dan sakrum pertama. Sabut motorik keluar
bersamaan akar anterior dan membentuk refleks segmental dari ekstremitas eferen.
di region lumbar, setelah keluar dari korda spinalis, berjalan kebawah ke canalis
spinalis kemudian secara bertahap terletak lateral hingga mereka membelok dan
pendek, akar spinal berjalan melalui alur yang dangkal sepanjang permukaan dalam
dari pediculus yang disebut lateral recesus. Dimana lateral recesus merupakan
daerah yang paling sering terjadi saraf terjebak oleh fragmen discus dan
namun paling sering terkena cedera adalah lumbar, lumbosacral, dan cervical.
Untuk membungkuk, memutar dan pergerakan volunteer lainnya, banyak aksi dari
tulang punggung yang refleksif dari asalnya dan merupakan dasar postur (Victor &
Adams, 2010).
Nyeri punggung bawah adalah gejala dan bukan penyakit. Studi telah
menemukan bahwa nyeri punggung bawah dapat berkembang dari banyak struktur
paravertebra, pembuluh darah yang berdekatan, anulus fibrosus, dan akar saraf
tulang belakang. Selain itu, nyeri punggung bisa menjadi gejala yang dirujuk dari
struktur abdomen seperti aorta perut, saluran GI, ginjal, kandung kemih, rahim,
ovarium, dan pankreas. Bab ini akan berfokus terutama pada nyeri punggung bawah
dari disk lumbalis yang menonjol yang menghasilkan stenosis (penyempitan) yang
radikulopati (tanda dan gejala yang termasuk pada satu akar saraf) (Davis, King &
Schultz, 2005 ).
14
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah sindroma nyeri yang terjadi
pada regio punggung bawah dengan penyebab yang bervariasi antara lain:
dalam hidup mereka. Nyeri punggung biasanya dirasakan sebagai rasa sakit,
tegangan, atau rasa kaku di bagian punggung. Nyeri ini dapat bertambah buruk
dengan postur tubuh yang tidak sesuai pada saat duduk atau berdiri, cara menunduk
yang salah, atau mengangkat barang yang terlalu berat (Huldani, 2012).
Tahun 2003, 3,2% dari total tenaga kerja Amerika Serikat mengalami
kerugian waktu produktif karena Low Back Pain (Colorado Department of Public
muskuloskeletal sering terjadi dan sering dikaitkan dengan kecacatan yang wajar
dan biaya kesehatan yang tinggi, dan nyeri punggung merupakan kelainan
muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Perkiraan total biaya yang dikeluarkan
untuk mengobati nyeri punggung di Inggris saja pada tahun 2000 menghabiskan
dana sebesar 12,3 juta poundsterling. Nyeri punggung prevalensinya sangat tinggi
dan memiliki dampak besar pada lingkungan sosial dan individu. Penyakit ini
menyerang satu dari lima orang dalam waktu yang bersamaan dan pada usia 30
tahun setengah populasi akan mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung
(Utami, 2017).
15
Angka kejadian Low Back Pain diperkirakan antara 7,6% sampai 37% di
Indonesia. Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf
sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan
penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita Low Back Pain
sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan
migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang dilakukan
di 14 kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI tahun 2002
ditemukan 18,13% penderita LBP dengan rata-rata nilai VAS sebesar 5,46 ± 2,56
yang berarti nyeri sedang sampai berat. Lima puluh persen diantaranya adalah
Stabilitas dari tulang punggung merupakan hasil dari integritas dari empat
dan paraspinosus dan otot lain. Kontraksi volunteer dan refleks dari otot
mencegah cidera vertebrae, karena ligament tidak sekuat itu untuk mencegah
kekuatan besar yang mengenai punggung bawah. Pada diskus sehat, bagian tengah
mengandung gelatinous, nucleus pulposus kenyal, yang dikelilingi oleh sampul dari
16
jaringan fibrosus yang disebut annulus fibrosus. Struktur ini memberi diskus
kemampuan sebagai penyerap shock (shock absorber) untuk trauma setiap hari dari
menjadi lebih tipis dan lebih rapuh ; dapat menonjol dan dengan cedera dapat
dapat mengakibatkan nyeri lokal punggung dari respon inflamasi dan fragmen
ekstruksi dapat mengkompresi atau meregang aar saraf sebelum keluar dari neural
Nyeri punggung juga diakibatkan oleh struktur spial lain, penyeab dari nyeri
punggung bawah sendiri jarang dapat ditentukan, memaksa kegunaan istilah seperti
keregangan punggung atau keseleo punggung (Davis, King & Schultz, 2005).
Low Back Pain menurut Macnab dalam (Utami, 2017) diklasifikasikan menjadi :
visera di daerah pelvis, serta tumor retro peritoneal. Nyeri tidak bertambah berat
dengan aktivitas tubuh dan tidak berkurang dengan istirahat. Penderita akan selalu
perifer. Aneurisma abdomen dapat menimbulkan LBP di bagian dalam dan tidak
menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang bertambah berat saat berjalan dan akan
vaskuler perifer yang suatu saat dapat menyerupai ischialgia yang disebabkan oleh
iritasi radiks.
yaitu pada :
a. Neoplasma
gangguan motoris dan sensoris sesuai dengan fokal lesi. Rasa nyeri sering
b. Arachnoiditis
klinis yang timbul ialah adanya claudicatio intermitten yang disertai rasa
4. LBP spondilogenik
vertebralis yang terdiri dari unsur osteogenik, diskogenik, dan miogenik serta
c. Pincang
2. Persyarafan Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti, pasien
3. Nyeri
gejala utama dari nyeri punggung bawah. Rasa Nyeri dapat menjalar kebawah
depan, samping, atau belakang dari tungkai kaki. Rasa nyeri dapat menjadi lebih
parah ketika beraktivitas. Terkadang, rasa nyeri dapat menjadi lebih parah pada saat
malam hari atau ketika melakukan aktivitas berat. Bisa juga terdapat mati rasa atau
kelemahan pada bagian dari tungkai kaki yang menerima pasokan saraf dari saraf
pada kaki. Dimana artinya, orang tersebut tidak dapat berdiri dengan jari kakinya
atau menggerakan jempol kaki keatas. Hal ini terjadi ketika saraf sacral pertama
1. Faktor individu
berikut ini :
a. Usia
keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30
kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Garg dalam
terjadi nyeri punggung bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55
b. Jenis kelamin
kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi
daripada pria. Menurut Astrand and Rodahl (1977) dalam (Tarwaka, Bakri
sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria
al. (1989) dalam (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004) menunjukkan bahwa
rata - rata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60 % dari kekuatan otot
pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat
perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3. Dari uraian
c. Kebiasaan Merokok
lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat
maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah,
dalam sehari.
dalam sehari.
d. Kebiasaan Olahraga
dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat
22
kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1
(moderate physical activity) selama 30 menit dari waktu 1440 menit dalam
bentuk olahraga yang sehat itu menjadi pilihan tersendiri, yang penting fun
melakukan olahraga itu. Bentuk-bentuk itu bisa berupa jalan cepat, lari di
2011).
angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari
23
berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter
indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa menjadi underweight (IMT
orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah,
pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang
paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbae lumbal (Utami,
IMT = BB
(TB)2
f. Genetik
oleh adanya faktor keturunan terkait penyakit rangka dan penyakit lainnya
sakit pada paget atau osteoarthritis, dan hal itu paling sering terjadi
2. Faktor Pekerjaan
a. Postur Kerja
1) Statis
statis persendian tidak bergerak, dan beban yang ada adalah beban statis.
tubuh. Posisi tubuh yang senantiasa berada pada posisi yang sama dari
stress.
26
2) Dinamis
Stres akan meningkat ketika posisi tubuh menjauhi posisi normal tersebut.
dikeluarkan otot menjadi lebih besar atau tubuh menahan beban yang
cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga yang tiba-tiba dan hal
dinamis juga dapat dilihat dari kerja otot, aliran darah, oksigen dan energi
1) Postur netral
terjadi penekanan atau pergeseran tubuh pada bagian penting tubuh, serta
2) Postur janggal
untuk membawa beban dalam jangka waktu yang lama dan dapat
b. Beban Kerja
menerima beban tersebut. Istilah beban tidak sama dengan berat, beban
menunjuk kepada tenaga. Dalam penilaian risiko, berat hanyalah salah satu
besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan
28
jaringan lainnya.
c. Masa Kerja
seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk
pekerja yang paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang
memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka dengan masa
3. Faktor Lingkungan
pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. Beda
sebagian besar energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh
Bakri & Sudiajeng, 2004), suhu udara dalam ruang dapat diterima adalah
berkisar antara 20- 24°C (untuk musim dingin) dan 23-26°C (untuk musim
yang ditempati tidak melebihi 0,15 m/det untuk musim dingin dan 0,25
m/det untuk musim panas. Kecepatan udara di bawah 0,07 m/det akan
memberikan rasa tidak enak di badan dan rasa tidak nyaman. Beberapa
Suhu yang ekstrim akan memberikan efek fisiologis heat stress dan cold
stress. Stres fisik terjadi ketika jaringan tubuh inadekuat terhadap suplai
b. Getaran
berdiri atau duduk dalam lingkungan atau objek yang bergetar, seperti
faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran
c. Kebisingan
meningkatkan rasa nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa membuat
stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang tidak baik (Utami, 2017).
Rasa sakit nyeri punggung timbul karena adanya masalah pada salah satu
bagian tulang-tulang yang menyatu dengan otot, tendon, ligamen, saraf, serta
cakram sebagai bantalan peredam benturan. Posisi duduk, berdiri, dan mengangkat
bersifat serius. Penyebab paling umum adalah keseleo, cedera ringan, saraf terjepit
atau teriritasi, dan ketegangan otot. Namun kadang-kadang nyeri punggung dapat
terjadi mendadak tanpa sebab yang jelas. Misalnya, sebagian orang yang bangun di
31
pagi hari tiba-tiba dapat merasa nyeri punggung tanpa tahu penyebabnya (Pratiwi,
Berikut ini beberapa hal lain yang dapat menyebabkan nyeri punggung
(Utami, 2017 ) :
menarik sesuatu
5. Berkendara dalam waktu lama atau dalam posisi membungkuk tanpa jeda
secara berlebihan
1. Anamnesis
diketahui :
a. Awitan
robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena
bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri
parah saat aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat
nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada
e. Kualitas/intensitas
nyeri punggung dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada nyeri punggung
memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri nyeri punggung lebih banyak
oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB yang
terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri,
abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan
sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-
mekanik.
biasanya
2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus
dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri
hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau OAINS. Jika tidak
bahaya ketergantungan
34
4. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas
1-2 minggu.
diperkenalkan oleh Li dan Buckle (1999). QEC memiliki tingkat sensitivitas dan
kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC
merupakan suatu metode untuk penilaian terhadap risiko kerja yang berhubungan
dengan gangguan otot di tempat kerja. Metode ini menilai gangguan risiko yang
leher. QEC membantu untuk mencegah terjadinya WMSDs seperti gerak repetitive,
gaya tekan, postur yang salah, dan durasi kerja (Adha & Desrianty, 2014).
2011) dilakukan pada tubuh statis (body static) dan kerja dinamis (dynamic task)
untuk memperkirakan tingkat risiko dari postur tubuh dengan melibatkan unsur
pergelangan gerakan, tenaga/beban, dan lama tugas untuk area tubuh yang berbeda.
Konsep dasar dari metode ini sebenarnya adalah mengetahui seberapa besar
exposure score untuk bagian tubuh tertentu dibandingkan dengan bagian tubuh
lainnya. Salah satu karakteristik yang penting dalam metode ini adalah penilaian
dilakukan oleh peneliti dan pekerja, dimana faktor risiko yang ada dipertimbangkan
Peneliti (observer) memiliki form isian tersendiri yang dapat diisi melalui
Seperti halnya peneliti (observer), pekerja pun memiliki form isian sendiri, yang
cara, yakni manual (dengan menjumlahkan skor pada lembar isian), ataupun dengan
program komputer.
Berikut ini cara pengukuran dan perhitungan QEC, menurut Stanton, (2005)
1. Punggung
yang paling tinggi. Hal yang dilihat adalah posisi punggung fleksi/ekstensi,
36
(mendekati 90 derajat)
dinamis
pinggang
37
bentar
3. Pergelangan Tangan
Postur ini diukur selama pekerjaan dengan posisi pergelangan tangan tidak sesuai
rotasi/memutar.
≥ 150
4. Leher
sebagai berikut :
menunduk/memutar
38
b. G2 disebut jarang
c. G3 disebut sering.
berikut :
membutuhkan ketelitian
ketelitian.
kategori :
9. Perhitungan QEC
menghasilkan nilai kombinasi postur kerja (A1-A3) dan berat (H1-H4). Jika
diperoleh nilai pada A1 dan H1 maka akan didapat nilai 2, kemudian nilai
tersebut ditulis pada kolom kosong yang tersedia di bagian pojok kanan
bawah. Begitu juga dengan tabel berikutnya dihitung dengan cara yang
sama. Setelah itu, nilai yang terdapat pada kotak bertuliskan “score 1”
MSDs pada salah satu bagian tubuh yang nantinya dibandingkan dengan
nilai standar yang ada. Prosedur yang sama dapat dilakukan kembali pada
tangan, leher.
berikut :
Pengertian nyeri menurut (Smeltzer dan Bare, 2001) nyeri adalah perasaan
tidak nyaman dan sangat individual yang tidak dapat dirasakan atau dibagi dengan
orang lain. Setiap individu akan merasakan reaksi dan persepsi yang berbeda. Nyeri
menyangkut dua aspek yaitu psikologis dan fisiologis yang keduanya dipengaruhi
faktor- faktor seperti budaya, usia, lingkungan dan sistem pendukung, pengalaman
tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
Klasifikasi nyeri menurut (Smeltzer dan Bare, 2001) secara umum dibagi
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat,
biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi secara adekuat
b. Nyeri kronik
sepanjangsatu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak
kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang dapat meningkatkan
didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.
ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit myelin yan tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantong
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibatnya adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis.
dan macam-macam asam seperti adanya asam lambung yang meningkat pada
gastritis atau stimulan yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan
(Hidayat, 2008).
impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu
serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut lamban (serabut C). Impuls yang
ke serabut C. Serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal hom. Dorsal hom tersebut terdiri atas beberapa lapisan atau
lamina yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga membentuk substanta
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur
43
mengenai sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme
terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh
pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus,
yang melalui otak tengah medula, ketanduk dorsal sumsum tulang belakang yang
merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang
tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan oleh nyeri tersebut.
Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri; akibatnya, ia ingin
nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Individu
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian
nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat
saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis
dan persisten. Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman
44
pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan
2. Ansietas
neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada susunan saraf
pusat. Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,
memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak
saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri
berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat
3. Budaya
mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya dapat membantu
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat
45
dalam rnengkaji nyeri dan reaksi perilaku terhadap nyeri juga efektif dalarn
4. Usia
Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak
kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa
bereaksi terhadap nyeri. Anak- anak kesulitan untuk memahami nyeri dan
beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri
dari proses penuaan dan dapat diabaikan atau tidak ditangani oleh petugas
kesehatan. Di lain pihak, normalnya kondisi nycri hebat pada dewasa muda dapat
dirasakan sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua mengalami
stimulus serta peningkatan ambang nyeri. Selain itu, proses penyakit kronis yang
lebih umum terjadi pada dewasa tua seperti penyakit gangguan, kardiovaskuler
5. Efek plasebo
tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar
bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif.
medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk yang diterima
Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri
hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang
Hubungan pasien –perawat yang positif dapat juga menjadi peran yang amat
.Pengkajian nyeri menurut (Smeltzer & Bare 2001) dapat dilakukan dengan
cara :
1) Intensitas nyeri
skala verbal ( misalnya , tidak nyeri , sedikit nyeri , nyeri hebat, dan
2) Karakteristik nyeri
nyerinya.
depresi.
Indikator fisiologis dan perilaku nyeri yang diamati dapat saja minimal atau tidak
ada, namun hal ini bukan berarti bahwa pasien tidak mengalami nyeri. Indikator
indikator nyeri yang lebih akurat disbanding laporan verbal pasien. Respon
perilaku vocal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisikengan orang lain, atau
perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat
menarik diri. Meskipun respons perilaku pasien dapat menjadi indikasi pertama
bahwa ada sesuatu yang tidak beres, respons perilaku seharusnya tidak boleh
digunakan sebagai pengganti untuk mengukur nyeri kecuali dalam situasi yang
1. Farmakologis
histamine, dan bradikinin) pada tempat cedera dan secara efektif meredakan
b. Opioid
tempat reseptor dalam medula spinalis, system saraf pusat (SSP), dan sistem
2. Nonfarmakologis
a. Modifikasi lingkungan
selama jam tidur normal dan menciptakan suatu pola cahaya yang meniru
b. Distraksi
c. Teknik relaksasi
lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman , sikap yang pasif, dan
persalinan. Selain itu, juga berhasil digunakan pada pasien yang sakit kritis.
menurunkan stres dan dapat dengan mudah diajarkan pada pasien sadar.
51
d. Sentuhan
Kebutuhan sentuhan dianggap semakin kuat selama masa stress yang tinggi
dan tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh bentuk komunikasi lain. Sentuhan
tidak hanya berperan pada rasa sejahtera pasien, namun juga meningkatkan
e. Masase
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu
“ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas
ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Indonesia memakai
membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap
2017) merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu ergo (kerja) dan nomos (hukum)
yang dapat diartikan sebagai hukum atau ilmu tentang pekerjaan. The International
akan dihasilkan berbagai teori dan metode guna mengoptimalkan kinerja dan
dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan
ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia
(Utami, 2017 ).
yaitu :
2. Fisik, bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja
3. Pengalaman psikis
53
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot serta
kekuatan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
8. Desain,dll
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan kesalahan ergonomi, sebagai
berikut :
ulang.
4. Beban statis, yaitu bertahan lama pada satu postus sehingga menyebabkan
kontraksi otot.
yaitu :
54
1. Posisi Kerja : Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi
duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
2. Proses Kerja : Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan
posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan
3. Tata letak tempat kerja : Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat.
Dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat
Model teori Kolcaba ini termasuk dalam lingkup Middle range theory yang
memiliki kriteria, lingkup, tingkat abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas.
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk
memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada campuran populasi
klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek,
middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, middle grand
1. Induksi
terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka. Ketika perawat lulus
2. Deduksi
spesifik berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang
suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan
kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih dulu melihat di tempat lain untuk
ketentraman dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan, dia merealisir suatu yang
abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan kenyamanan dan berisi
3. Retroduksi
untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji.
Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori.
Seperti pada kasus hasil riset, di mana saat ini memusat pada pengumpulan database
besar untuk mengukur hasil dan berhubungan pada pengeluaran untuk jenis
kerangka teori keperawatan untuk riset hasil akan meningkatkan area penelitian
Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama
yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support system tradisional.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan, yang
edukasi dan dukungan serta kebutuhan akan konseling financial dan intervensi.
2. Comfort
dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh
penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang
57
(ease), and (transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat kontex pengalaman
masalahnya.
berikut :
hubungan sosial
3. Comfort Measures
4. Enhanced Comfort
5. Intervening variables
pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support system, prognosis,
konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang
7. Institusional integrity
organisasi pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional. Pada sistem
rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum, agensi
sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui
kebutuhan akan pengurangan relief, ease, and transcendence yang dapat terpenuhi
dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikosipiritual, sosial
dan lingkungan. Asumsi lain menyebutkan bahwa penerapan teori Kolcaba dapat
mereka dan dapat dirasakan seperti mereka berada di dalam rumah mereka masing-
bagian penting dari teori comfort. Selain itu, ketika intervensi kenyamanan
60
dikirimkan secara konsisten dan terus-menerus, maka mereka secara teoritis akan
setiap waktu serta dengan sendirinya klien akan mencapai kesehatan yang
Pekerja kuli panggul adalah suatu pekerjaan angkat beban yang berisiko
(LBP). Keadaan tersebut yang signifikan terjadi pada pekerja, pada awalnya
menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar pada
pengobatan dan material, serta rendahnya kualitas dari seorang individu. Kejadian
(Tomey, 2006).
konsep utama yaitu teori comfort yang didalamnya Kolcaba menderivasi konsep
yaitu konsep fisik dan lingkungan. Pada konsep fisik menjelaskan tentang sensasi
tubuh dan pada konsep lingkungan yaitu pengaruh dari luar. Keadaan fisik seperti
postur kerja pada pekerja kuli panggul dapat diterapkan pada teori Kolcaba dimana
pengaruh dari beberapa faktor kejadian nyeri punggung pada pekerja kuli panggul
seperti masa kerja, IMT, dan kebiasaan merokok. Oleh karena itu, penjelasan teori
61
nyeri punggung bawah yaitu postur kerja, masa kerja, IMT, dan kebiasaan merokok.
BAB 3
Pembakaran
karbohidrat
terhambat
Tumpukan asam
laktat
Meningkatkan kenyamanan
setiap waktu
(Kolcaba)
Keterangan :
: Diteliti : Berpengaruh
62
63
3.2 Hipotesis
1. Masa kerja berhubungan terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang
2. Posisi kerja berhubungan terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang
3. IMT berhubungan terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami
5. Hasil analisa faktor ada hubungan yang paling dominan terhadap tingkat
nyeri pada kuli panggul yang mengalami LBP di Perum Bulog Buduran,
Sidoarjo.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Kerangka Kerja, 3) Waktu dan Tempat Penelitian, 4) Populasi, Sampel, dan Teknik
mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami Low Back Pain di
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen pada saat
64
65
Populasi
Semua kuli panggul yang berjumlah 70 orang berdasarkan screening diagnosis LBP
dari populasi pekerja kuli panggul didapatkan ∑ = 50 Responden mengalami Low
Back Pain di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo
Teknik Sampling
Menggunakan Probability Sampling dengan pendekatan
Simple Random Sampling
Sampel
Kuli Panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo yang sudah mengalami Low Back
Pain yang berjumlah 40 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Pengumpulan Data
Skala nyeri VAS untuk skala nyeri LBP, kuesioner masa kerja, kuesioner QEC untuk
posisi kerja, Timbangan berat badan One Med dan Tinggi Badan Microtoa One Med
untuk IMT, Kuesioner dan wawancara untuk kebiasaan merokok
Pengolahan data
Data yang diperoleh dilakukan editing, coding, scoring, cleaning
Analisis Data
Bivariat : Non Parametrik
Uji Spearman dan Multivariat : Non Parametrik Uji Regresi Ordinal
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Nyeri Pada Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum Bulog
Buduran, Sidoarjo.
66
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-19 Mei 2018, tempat penelitian di
Bulog Buduran, Sidoarjo karena kuli panggul yang mengeluh nyeri pada area
analisis faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang
mengalami Low Back Pain juga belum pernah dilakukan di Perum Bulog Buduran,
Sidoarjo.
Sidoarjo yang mengalami Low Back Pain yang sesuai dengan screening diagnosis
Kuli panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo yang mengalami Low Back
Pain yang telah di lakukan screening oleh peneliti sesuai dengan kriteria inklusi dan
1. Kriteria Inklusi
a. Kuli panggul yang tidak mengkonsumsi obat anti nyeri ketika bekerja
2. Kriteria Eksklusi
n= N
1 + N (d²)
Keterangan :
n : Besarnya sampel
n= N
1 + N (d2)
n= 44
1 + 44 (0,052)
n= 44
1,11
= 39,6 = 40
cara memilih sampel diantara populasi tanpa memperhatikan strata yang ada
secara acak responden yang akan diambil. Responden yang mendapatkan angka 41 – 50
Variabel Bebas (Independent) dalam penelitian ini adalah masa kerja, posisi
Variabel Terikat (Dependent) pada penelitian ini adalah tingkat nyeri Low Back
diagnosis LBP, jika responden yang sudah memenuhi kriteria LBP. Kemudian
peneliti membagikan kuesioner pada waktu selesai proses bongkar muat di saat kuli
panggul beristirahat kerja. Hasil dari kuesioner dijadikan dalam bentuk prosentase
71
dan narasi. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang berisikan
tentang :
Variabel Independent
kuesioner masa kerja (Handoko, 2010) yaitu dengan menanyakan berapa lama
responden telah bekerja sebagai kuli panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo
dalam bentuk tahun. Jika responden dinyatakan : baru ≤ 3 tahun dan lama > 3
tahun.
pada penggunaan instrumen Quick Expossure Checklist (QEC) (Li dan Buckle
(1999). Pada lembar peneliti berupa observasi yang terdiri dari 7 item. Pada lembar
pekerja berupa pernyataan yang terdiri dari 8 item pernyataan untuk lembar pekerja
kuli panggul yang diteliti. Kemudian total skor diperoleh dengan mejumlahkan skor
pada setiap bagian tubuh lalu dibagi dengan angka 176 (total skor 176).
72
badan dan berat badan responden menggunakan merk One Med. Setelah data TB
langsung kepada responden apakah pekerja merokok atau tidak dan jika pekerja
perokok berapa banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi per harinya.
Variabel Dependent
menggunakan kuesioner yang berbentuk skala VAS (0-10), dimana responden akan
menilai nyeri yang dirasakannya dengan memberikan tanda lingkaran yang dibantu
3. Peneliti mengajukan permohonan ijin pengumpulan data pada kuli panggul yang
mengalami Low Back Pain di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo pada bulan April
screening diagnosis LBP pada kuli panggul didapatkan 50 orang sesuai dengan
kriteria.
pada saat waktu istirahat kerja dan diminta untuk mengisi lembar persetujuan
dan menjawab beberapa pernyataan yang diberikan oleh peneliti di tempat aula
Kuesioner yang telah diisi oleh responden oleh responden diperiksa ulang
kelengkapannya kemudian diberi kode responden. Data yang telah terkumpul diberi
keseluruhan total lama bekerja pekerja kuli panggul berdasarkan tahun. Setelah
2. Setelah data kuesioner postur kerja (posisi kerja) terkumpul peneliti memberikan
skor. Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap bagian tubuh
lalu dibagi dengan angka 176 dalam tabel scoring QEC dan dikategorikan
sebagai berikut :
3. 51 – 71 = resiko tinggi
3. (≥ 23) = overweight.
75
sebagai berikut :
2. 1 – 3 = nyeri ringan
3. 4 – 6 = nyeri sedang
4. 7 – 8 = nyeri berat
Analisis Bivariat
menggunakan Non Parametrik : Uji Spearman jika hasil p ≤ 0,05 maka ada
hubungan faktor massa kerja, posisi kerja, kebiasaan merokok dan IMT dengan
tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami Low Back Pain.
Faktor dominan yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang
Uji Regresi Logistik dengan memasukan variabel yang ada pada analisis bivariat
yang mempunyai nilai p ≤ 0,25 setelah itu di proses dengan menggunakan SPSS 17
jika hasil analisis multivariat pada tiap variabel didapatkan hasil p ≤ 0,05 maka
mendapat surat rekomendasi dari STIKES Hang Tuah Surabaya. Penelitian dimulai
meliputi :
77
resonden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia, maka
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya yang telah
4. Keadilan (Justice)
penelitian ini dilakukan dengan cara tidak membedakan jenis kelamin, usia,
suku/bangsa dan pekerjaan sebagai rencana tindak lanjut dari penelitian ini.
Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang mungkin
terjadi pada responden. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh
lebih besar daripada resiko yang akan terjadi. Penelitian tidak boleh menimbulkan
Pada bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan sesuai
dengan tujuan penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18-19 Mei
lokasi penelitian, data umum (karakteristik responden), dan data khusus (variabel
penelitian).
Penelitian ini dilakukan di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo Pada bagian ini
akan dipaparkan mengenai data lokasi dan kapasitas gudang pada Perum BULOG
Sub Divre Surabaya Utara. Banyaknya gudang yang menjadi tempat persediaan
beras untuk Perum BULOG Sub Divre Surabaya Utara berjumlah 3 gudang, yaitu
Kemantren II dengan kapasitas 60.000 ton, dan Gudang Banjar Kemantren III
dengan kapasitas 80.000 ton. Ketiga komplek tersebut berada di satu lokasi yang
sama, yaitu di Jl. Banjar Kemantren Buduran, Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
Timur. Adapun kapasitas yang terbilang besar tersebut selama ini digunakan
sebagian untuk penyimpanan beras RASKIN dan sebagian lainnya digunakan untuk
menyimpan beras Luar Negeri (LN) namun hanya transit saja, karena selanjutnya
beras-beras tersebut akan dikirim ke luar pulau Jawa. Adapun jumlah kuli yang
luas gudang. Berdasarkan hasil wawancara para pekerja kuli panggul tidak ada
pemeriksaan kesehatan berkala pada pekerja kuli panggul dan tidak ada SOP
78
79
pengangkatan barang dengan benar. Berikut adalah rekap data gudang pada Perum
BULOG.
Adapun Visi dan Misi Perum BULOG Buduran, Sidoarjo adalah sebagai berikut :
a. Visi
b. Misi
kepada masyarakat;
terintegarasi;
pokok.
80
Subjek penelitian ini adalah penderita Low Back Pain pada pekerja kuli
penelitian 40 orang. Data demografi diperoleh melalui kuesioner yang di isi oleh
responden yaitu penderita Low Back Pain pada pekerja kuli panggul.
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pekerja Kuli Panggul Yang
Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo Pada
Tanggal 18-19 Mei 2018 (n = 40)
Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)
Dewasa Awal 25-30 tahun 11 27,5%
Dewasa Akhir 31-40 tahun 29 72,5%
Total 40 100%
Mean = 33,18
responden berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 29 orang(72,5%) dan sebagian kecil
1. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo.
Tabel 5.3 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Total
Masa Kerja Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat
Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)
Baru ≤ 3 - - - - 6 85,7% 1 14,3% 0 0,0% 7 100%
Tahun
Lama > 3 - - - - 10 30,3% 20 60,6% 3 9,1% 33 100%
Tahun
Total - - - - 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,007
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 7 responden dengan masa kerja baru (≤
3 tahun) yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 6 orang (85,7%) dan yang
dengan masa kerja lama (>3 tahun) yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak
10 orang (30,3%), kemudian yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 20 orang
(60,6%) dan sebanyak 3 orang (9,1%) mengalami nyeri sangat berat. Hasil uji
statistik menunjukkan hubungan antara masa kerja dengan tingkat nyeri Low Back
Pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo (ρ = 0,007).
82
2. Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo.
Tabel 5. 4 Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Total
Posisi Kerja Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)
Resiko ringan - - - - - - - - - - - -
Resiko Sedang - - - - - - - - - - - -
Resiko Tinggi - - - - 16 50% 16 50% - - 32 100%
Sangat Tinggi - - - - - - 5 62,5% 3 37,5% 8 100%
Total - - - - 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,000
dengan resiko tinggi yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 16 orang (50%)
dan memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 16 orang (50%). Kemudian dari 8
responden dengan posisi kerja kategori sangat tinggi yang memiliki tingkat nyeri
berat sebanyak 5 orang (62,5%) dan 3 orang (37,5%) yang memiliki tingkat nyeri
sangat berat. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara posisi kerja dengan
tingkat nyeri low back pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG
3. Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja Kuli
Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo.
Tabel 5. 5 Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja Kuli
Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Sangat Total
IMT Nyeri Ringan Sedang Berat Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)
Underweight - - - - 2 20% 7 70% 1 10% 10 100%
Normal - - - - 1 16,7% 4 66,7% 1 16,7% 6 100%
Overweight - - - - 13 54,2% 10 41,7% 1 4,2% 24 100%
Total - - - - 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,032
kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 7 orang (70%) dan 1 orang (10%)
dengan tingkat nyeri sangat berat. Kemudian 6 responden dengan IMT kategori
normal yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 1 orang (16,7%), kemudian
dengan tingkat nyeri berat sebanyak 4 orang (66,7%) dan 1 orang (16,7%) memiliki
kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 10 orang (41,7%) dan 1 orang
(4,2%) memiliki tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik menunjukkan
hubungan antara IMT dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita
Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo.
Tabel 5. 6 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada
Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum
BULOG Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Total
Kebiasaan Merokok Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat
Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N %
Tidak Merokok - - - - - - - - - - - -
Perokok ringan - - - - 2 100% 0 0% 0 0% 2 100%
Perokok Sedang - - - - 14 43,8% 18 56,3% 0 0% 32 100%
Perokok Berat - - - 0 0% 3 50% 3 50% 6 100%
Total 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,000
ringan yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 2 orang (100%). Kemudian 32
responden dengan kategori perokok sedang yang memiliki tingkat nyeri sedang
sebanyak 14 orang (43,8%) dan yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 18
memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 3 orang (50%) dan 3 orang (50%) memiliki
tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara
kebiasaan merokok dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita
Tabel 5. 7 Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Estimate S.E. Wald df Nilai ρ
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 4 faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri
low back pain yaitu masa kerja, posisi kerja, indeks massa tubuh, kebiasaan
merokok. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Regresi Ordinal dalam
program SPSS 21 bahwa masa kerja didapatkan nilai kemaknaan ρ = 0,248, posisi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada faktor yang dominan yang mempengaruhi
tingkat nyeri low back pain pada kuli panggul dengan derajat kemaknaan (ρ < 0,05).
86
5.2 Pembahasan
5.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada
Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain Di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo
dengan masa kerja baru (≤ 3 tahun) yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 6
orang (85,7%) dan yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 1 orang (14,3%).
Kemudian 33 responden dengan masa kerja lama (>3 tahun) yang memiliki tingkat
nyeri sedang sebanyak 10 orang (30,3%), kemudian yang memiliki tingkat nyeri
berat sebanyak 20 orang (60,6%) dan sebanyak 3 orang (9,1%) mengalami nyeri
sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara masa kerja dengan tingkat nyeri
low back pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo
(ρ = 0,007).
dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus
menerus dalam keadaan yang statis pekerja kuli panggul akan mengalami gangguan
pada tubuh. Tekanan fisik pada suatu kurun waktu tertentu akan mengakibatkan
kinerja otot pekerja kuli panggul berkurang yang ditandai dengan gejala semakin
rendahnya gerakan (Andini, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh (Hendra dan
Suwandi, 2009) dalam (Koesyanto, 2013) bahwa pekerja yang mempunyai masa
kerja lebih dari 4 tahun mempunyai risiko gangguan muskuloskeletal 2,775 kali
lebih besar dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja ≤ 4 tahun. Hal ini
diperkuat dengan penelitian lain yang dilakukan (Mayrika, 2009) usia lebih dari 5
dengan masa kerja kurang dari 5 tahun. Hal ini terjadi pada pekerja kuli panggul di
Perum BULOG Buduran, Sidoarjo karena tingkat daya tahan otot sering digunakan
untuk bekerja mengangkat beban yang berat daya tahan otot akan menurun seiring
lamanya seseorang bekerja. Semakin lama bekerja, semakin tinggi risiko untuk
Asumsi peneliti bahwa semakin lama masa kerja kuli panggul dan sering
melakukan gerakan statis maka dapat meningkatkan resiko terkena low back pain
dibuktikan dengan data lama kerja > 3 tahun yang mengalami nyeri berat sebanyak
50% dan berdasarkan observasi peneliti banyak kuli panggul yang tidak sesuai
dengan prosedur pengangkatan barang pada saat proses bongkar muat dari dump
truck menuju ke gudang. Menurut teori ergonomi semakin lama pekerja kuli
panggul menerima paparan yang statis akan dapat mempengaruhi kemampuan kerja
(Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004). Jadi semakin lama waktu bekerja atau
semakin lama seseorang terpajan faktor yang tidak ergonomi ini maka semakin
besar pula risiko untuk mengalami low back pain seseorang bekerja sehari secara
baik pada umumnya 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat. Memperpanjang waktu
kerja dari itu biasanya disertai penurunan efisiensi, timbulnya kelelahan dan
5.2.2 Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada
Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo
dengan posisi kerja dengan resiko tinggi yang memiliki tingkat nyeri sedang
sebanyak 16 orang (50%) dan memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 16 orang
(50%). Kemudian dengan posisi kerja kategori sangat tinggi yang memiliki tingkat
nyeri berat sebanyak 5 orang (62,5%) dan 3 orang (37,5%) yang memiliki tingkat
nyeri sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara posisi kerja dengan tingkat
nyeri low back pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo (ρ = 0,000).
didefinisikan sebagai orientasi relatif dari bagian tubuh terhadap ruang. Untuk
kerja otot untuk menyangga atau menggerakkan tubuh. Postur dapat diartikan
sebagai konfigurasi dari tubuh manusia, yang meliputi kepala, punggung, dan
tulang belakang. Secara alamiah postur tubuh menurut Bridger (2003) dalam
(Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004) dapat terbagi menjadi 2 yaitu statis dan
dinamis. Penelitian yang dilakukan (Andini, 2015) bekerja dengan posisi janggal
dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal
dapat menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka
janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar,
memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit
89
dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung
dan lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera MSDs.
Asumsi peneliti semakin sering kuli panggul mengangkat beban yang tidak
sesuai prosedur maka semakin resiko terjadinya low back pain hal ini dibuktikan
dengan data QEC posisi kerja didapatkan pekerja mengeluh pada bagian bahu
dengan rata-rata 39,2. Posisi kerja kategori resiko tinggi yang mengalami nyeri
sedang sebanyak 50% dan nyeri berat sebanyak 50%. Menurut teori ergonomi
metode angkut yang benar harus memenuhi dua prinsip kinetis yaitu : Beban
diusahakan menekan pada otot-otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan, dan momentum
50% tergolong dalam posisi kerja yang salah dan tergolong dalam kriteria umur
dewasa awal sehingga fisiknya masih kuat sedangkan responden dengan nyeri berat
50% tergolong dalam posisi kerja yang salah dengan derajat punggung
membungkuk (> 600) dan tergolong dalam dewasa akhir sehingga fisik juga
semakin menurun selain itu lama kerja juga mempengaruhi posisi kerja karena
semakin banyak terpapar mengangkat berat dengan posisi yang tidak sesuai maka
semakin beresiko terjadinya low back pain. Hasil observasi peneliti menggunakan
QEC pekerja kuli panggul yang paling banyak mengeluh pada daerah bahu dengan
total skor 1568 dari 40 pekerja kuli panggul di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo.
90
5.2.3 Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo
dengan IMT kategori underweight yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 2
orang (20%), kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 7 orang (70%) dan 1
orang (10%) dengan tingkat nyeri sangat berat. Kemudian 6 responden dengan IMT
kategori normal yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 1 orang (16,7%),
kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 4 orang (66,7%) dan 1 orang
(16,7%) memiliki tingkat nyeri sangat berat. Sedangkan 24 responden dengan IMT
(54,2%), kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 10 orang (41,7%) dan 1
orang (4,2%) memiliki tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara
IMT dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita LBP di Perum
Tinggi badan dan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya keluhan otot skeletal. Menurut Karuniasih (2009) dalam (Utami, 2017)
keluhan pada leher dan bahu. Keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuram
menerima beban, baik beban berat tubuh maupun berat badan lainnya. Penelitian
lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki
berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan
91
mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu
daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah
verterbae lumbal.
mengalami low back pain dibuktikan dengan kuli panggul yang overweight
mengalami nyeri LBP dalam kategori berat 54,2% hal ini dikarenakan ketika berat
badan pekerja kuli panggul bertambah tulang belakang akan tertekan untuk
terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Verterbae lumbal
adalah daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari
dan tekanan pada diskus, struktur tulang belakang, serta herniasi pada diskus
Pada Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum
Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 2 responden dengan
kategori perokok ringan yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 2 orang
tingkat nyeri sedang sebanyak 14 orang (43,8%) dan yang memiliki tingkat nyeri
berat yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 3 orang (50%) dan 3 orang (50%)
memiliki tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara kebiasaan
92
merokok dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita LBP di Perum
merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020 mencapai 10
juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Andini, 2015). Penelitian yang
dilakukan (Tana, 2012) dalam (Andini, 2015) melaporkan bahwa dari hubungan
antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan hasil responden dengan
perilaku merokok lebih banyak yang menderita low back pain daripada yang tidak
pernah merokok sama sekali. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Syafitri, 2010) dalam (Handayani, 2011) didapatkan hasil bahwa ada
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarwaka (2004) bahwa semakin
lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula keluhan yang
dirasakan.
pekerja kuli panggul maka semakin beresiko mengalami low back pain hal ini
dibuktikan dengan kuli panggul yang merokok dengan kategori perokok sedang
mengalami nyeri punggung dengan kategori berat sebanyak 18 orang (45%). Hal
ini dapat terjadi karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan penyumbatan pada
93
aliran darah tidak optimal menuju tulang belakang maka terjadilah nyeri pada
tulang belakang. Bila darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit
terjadi.
Sidoarjo
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 diketahui bahwa tidak ada faktor
dominan yang paling berhubungan dengan tingkat nyeri pada kuli panggul yang
mengalami low back pain didapatkan masa kerja dengan ρ value = 0,248, posisi
kerja dengan ρ value = 0,932, IMT dengan ρ value = 0,232 dan kebiasaan merokok
ρ value = 0,926 Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada faktor yang dominan
yang mempengaruhi tingkat nyeri low back pain pada kuli panggul dengan derajat
Faktor resiko LBP dapat dibagi menjadi beberapa faktor yaitu dari faktor
individu dan faktor pekerjaan. Menurut Andini, (2015) faktor individu dapat dilihat
berdasarkan dari faktor usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan
faktor pekerjaan dapat diliat dari faktor masa kerja, posisi kerja, beban kerja, durasi
kerja. Kesalahan ergonomi juga dapat mempengaruhi tingkat nyeri low back pain
menurut Suhardi B, (2008) dalam (Utami, 2017) faktor resiko yang dapat
gerakan yang berulang ulang), beban berat yaitu beban fisik yang berlebihan selama
bekerja, postur yang kaku yaitu menekuk atau memutar bagian tubuh, beban statis
yaitu bertahan lama pada satu postus sehingga menyebabkan kontraksi otot.
94
Asumsi peneliti kenapa tidak ada faktor yang paling dominan dalam
penelitian ini karena dari ke 4 faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri low back
pain pada kuli panggul seperti : masa kerja, posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok
semua faktor saling berkaitan dalam tingkat nyeri low back pain pada kuli panggul
di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik
Regresi Ordinal tidak ada faktor yang mendominasi yaitu masa kerja, posisi kerja,
mempengaruhi tingkat nyeri low back pain dibuktikan dengan hasil uji statistik
0,032), kebiasaan merokok (ρ = 0,000). Sehingga ke 4 faktor dari masa kerja, posisi
kerja, IMT, kebiasaan merokok harus bisa di kontrol kalau semua faktor
5.2.6 Keterbatasan
1. Ada variabel perancu yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti yang
pemeriksaan lebih lanjut untuk pekerja kuli panggul yang mengalami low
back pain.
PENUTUP
6.1 Simpulan
1. Masa kerja, posisi kerja, indeks massa tubuh dan kebiasaan merokok
mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami low back
2. Tidak ada faktor dominan yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli
panggul yang mengalami low back pain yang berarti semua faktor saling
berkaitan.
6.2 Saran
sudah mulai merasakan stres pada otot tubuh, disarankan pada para pekerja
kuli panggul untuk mulai berhenti merokok karena merokok dapat merusak
ergonomi dalam bekerja terutama posisi dalam bekerja maupun berat beban
yang akan di angkut pada saat bekerja guna mencegah maupun mengurangi
95
96
mengurangi penyakit akibat kerja terutama low back pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo.
DAFTAR PUSTAKA
Adha, E. Z. I. R. dan Desrianty, A. 2014. Usulan Perbaikan Stasiun Kerja pada PT.
Sinar Advertama Servicindo (SAS) Berdasarkan Hasil Evaluasi
Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC). Skripsi Jurusan
Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. 2(4).
Andini, F. 2015. Risk factors of low back pain in workers. Skripsi Fakultas
Kesehatan Universitas Lampung. 4(1)
Hartati, Eni, L. 2015. Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri pada
Penderita Rheumathoid Arthritis Usia 40 Tahun ke atas di Lingkungan
Kerja Puskesmas Tiga Balata. Skripsi Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Koesyanto, H. 2013. Masa Kerja dan Sikap duduk terhadap Nyeri Punggung bawah.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8(2).
https://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kemas/2824
L.Moore, Keith, Anne M.R Agur, and Arthur F. Dalley. 2014. Clinically Oriented
Anatomy. Philadelpia.
98
Li, G and Buckle, P. 1999. A Practical Method For The Assesment Of Work –
Related Musculos Keletal Risk – Quick Eksposure Check (QEC). In :
Proceedings Of Human Factors and Ergonomics Society 42 nd Annual
Meeting, October 5 – 9. Chicago
Nasution, Indri K. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Octaviani, D. 2017. Hubungan Postur Kerja dan Faktor Lain Terhadap Keluhan
Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) Pada Sopir Bus Antar Provinsi di
Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bandar
Lampung.
Riningrum, H. dan Widowati, E. 2016. Pengaruh Sikap Kerja, Usia, dan Masa Kerja
Terhadap Keluhan Low Back Pain. Jurnal Pena Medika, 6(2), hal. 91–102.
Smeltzer, C. and Bare, G. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Susanti, N., Hartiyah., dan Kuntowato. 2015. Hubungan Berdiri Lama Dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Pekerja Kasir di Surakarta.
Jurnal Pena Medika. 5 (1), hal. 60-70
99
Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work, sixth edition. Toronto :
The CV Mosby Company St. Louis
Lampiran 1
CURICULUM VITAE
NIM : 141.0067
Agama : Islam
No. HP : 081236665520
Email : nfasalino@gmail.com
Riwayat pendidikan :
Lampiran 2
Motto:
Persembahan:
1. Ayah dan Ibu saya, Bapak Saiful Arifin dan Ibu Nurul Latifah yang selalu
2. Adik tercinta Rara dan Rere yang selalu jadi telinga dan bahu untuk
4. Untuk Alm. Ustdz. Ghofir terimakasih untuk ajaran islam yang selalu
SWT.
Lampiran 3
103
Lampiran 4
104
Lampiran 5
105
Lampiran 6
Kepada Yth.
NASA FASALINO
NIM : 141.0067
106
Lampiran 7
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia untuk ikut berpartisipasi
sebagai responden penelitianyang dilakukan oleh mahasiswa Prodi S1 keperawatan
STIKES Hang Tuah Surabaya atas nama :
1. Saya telah diberi informasi atau penjelasan tentang penelitian ini dan informasi
peran saya.
Oleh karena itu saya secara sukarela menyatakan ikut berperan serta dalam
penelitian ini.
Peneliti Responden
No Responden
Lampiran 8
LEMBAR SCREENING
1. Nyeri yang dirasakan dalam jangka waktu : ......... (minggu/bulan/tahun) *)pilih salah Satu
4. Kapan waktu yang anda rasakan saat nyeri punggung ( bisa memilih > 1 )
Saat istirahat
Saat aktivitas
Saat bangun tidur
3. Nyeri menyebar
4. Saat aktivitas
5. Berdiri
108
No Responden
Lampiran 9
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda.
2. Bacalah setiap pertanyaan secara seksama.
3. Beri tanda ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda.
4. Mohon semua pertanyaan dijawab dengan lengkap.
5. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan
A. Data Demografi
1. Usia : ............Tahun
2. Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma / Sarjana
3. TB :
4. BB :
B. Masa Kerja
Pertanyaan/ Pernyataan Kode (diisi
oleh peneliti)
1. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai kuli panggul di B1 ( )
Perum Bulog Buduran, Sidoarjo ?
Tahun
C. Kebiasaan Merokok
_________ Batang
Berilah lingkaran pada skala nyeri di bawah ini sesuai dengan tingkat nyeri
Lampiran 10
LEMBAR PENELITI
PUNGGUNG
B1 Tidak
B2 Ya
BAHU / LENGAN :
C: Ketika bekerja, bagaimana posisi tangan? : (pilih posisi yang paling tidak
standar)
E: Saat bekerja posisi pergelangan tangan ? (pilih posisi yang paling tidak
standar)
LEHER
G: Saat bekerja, apakah postur kepala/leher menunduk/memutar?
G1 Tidak
G2 Ya, jarang
G3 Ya, sering
112
LEMBAR PEKERJA
H1 Ringan (≤ 5 kg)
H2 Sedang (6 - 10 kg)
H3 Berat (11 – 20 kg)
H4 Sangat Berat (≥ 20 kg)
J1 ≤ 2 jam
J2 2 - 4 jam
J3 ≥ 4 jam
P1 Tidak pernah
P2 Kadang-kadang
P3 Sering
Lampiran 11
115
Lampiran 12
LEMBAR OBSERVASI
PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) KULI PANGGUL
DI PERUM BULOG BUDURAN, SIDOARJO
No. Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m) IMT (Kg/m2) Kategori
1 64 1,66 23,22 Overweight
2 66 1,64 24,53 Overweight
3 43 1,58 17,22 Underweight
4 61 1,61 23,53 Overweight
5 64 1,71 21,88 Normal Range
6 63 1,61 24,30 Overweight
7 62 1,64 23,05 Overweight
8 52 1,74 17,17 Underweight
9 68 1,65 24,97 Overweight
10 48 1,66 17,41 Underweight
11 65 1,74 21,46 Normal Range
12 63 1,71 21,54 Normal Range
13 48 1,66 17,41 Underweight
14 66 1,65 24,24 Overweight
15 62 1,65 22,77 Normal Range
16 65 1,67 23,30 Normal Range
17 70 1,64 26,02 Overweight
18 75 1,68 26,57 Overweight
19 68 1,65 24,97 Overweight
20 61 1,61 23,53 Overweight
21 48 1,66 17,41 Underweight
22 71 1,69 24,85 Overweight
23 70 1,68 24,80 Overweight
24 69 1,64 25,65 Overweight
25 50 1,69 17,50 Underweight
26 58 1,60 22,65 Overweight
27 72 1,67 25,81 Overweight
28 62 1,65 22,77 Normal Range
29 51 1,69 17,85 Underweight
30 61 1,61 23,53 Overweight
31 68 1,65 24,97 Overweight
32 70 1,68 24,80 Overweight
33 64 1,66 23,22 Overweight
34 68 1,65 24,97 Overweight
35 50 1,69 17,50 Underweight
36 63 1,61 24,30 Overweight
37 62 1,64 23,05 Overweight
38 70 1,68 24,80 Overweight
39 48 1,66 17,41 Underweight
40 52 1,74 17,17 Underweight
116
Lampiran 13
Keterangan :
IMT : Usia :
1. Underweight (< 18,5) 1. 25 – 30 Tahun
2. Normal Range (18,5-22,9) 2. 31 – 40 Tahun
3. Overweight (≥ 23)
1. Tidak Merokok 1. SD
Lampiran 14
Lampiran 15
Statistics
Valid 40 40 40 40 40 40 40
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
1. Usia
USIA
2. Pendidikan
PENDIDIKAN
40 100,0 100,0
Total
120
3. Masa Kerja
MASAKERJA
4. Posisi Kerja
POSISIKERJA
5. IMT
IMT
6. Kebiasaan Merokok
KEBIASAANMEROKOK
LBP
Lampiran 16
LBP Total
Count 6 1 0 7
Correlations
MASAKERJA LBP
N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,420** 1,000
N 40 40
LBP Total
P Count 16 16 0 32
O 50,0% 50,0% 0,0% 100,0
% within POSISIKERJA
S
RESIKO TINGGI 51 - 70% %
I % within LBP 100,0% 76,2% 0,0% 80,0%
S
% of Total 40,0% 40,0% 0,0% 80,0%
I
Count 0 5 3 8
K
0,0% 62,5% 37,5% 100,0
E % within POSISIKERJA
SANGAT TINGGI 71 - 100% %
R
J % within LBP 0,0% 23,8% 100,0% 20,0%
Count 16 21 3 40
Correlations
LBP POSISIKERJA
N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,536** 1,000
N 40 40
LBP Total
Count 2 7 1 10
Count 1 4 1 6
Count 13 10 1 24
% within IMT 54,2% 41,7% 4,2% 100,0%
OVERWEIGHT (> 23)
% within LBP 81,3% 47,6% 33,3% 60,0%
Correlations
LBP IMT
N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,339* 1,000
N 40 40
LBP Total
Count 2 0 0 2
Count 14 18 0 32
Correlations
LBP KEBIASAANME
ROKOK
N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,555** 1,000
N 40 40
Regression
Parameter Estimates
[MASAKERJA=2] 0a . . 0 . . .
L
[POSISIKERJA=3] -11,504 134,349 ,007 1 ,932 -274,822 251,815
o
c[POSISIKERJA=4] 0a . . 0 . . .
[KEBIASAANMEROKOK=4] 0a . . 0 . . .
Lampiran 17
Dokumentasi Penelitian
1