Anda di halaman 1dari 144

SKRIPSI

Di ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT NYERI


PADA KULI PANGGUL YANG MENGALAMI LOW BACK
PAIN DI PERUM BULOG BUDURAN
SIDOARJOkan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Oleh:

NASA FASALINO
NIM. 141.0067

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018
SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT NYERI


PADA KULI PANGGUL YANG MENGALAMI LOW BACK
PAIN DI PERUM BULOG BUDURAN
SIDOARJO

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)


di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Oleh:

NASA FASALINO
NIM. 141.0067

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018

i
HALAMAN PERNYATAAN

Saya bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nasa Fasalino

NIM : 141.0067

Tanggal lahir : 12 November 1995

Program studi : S-1 Keperawatan

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Nyeri Pada Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum

Bulog Buduran, Sidoarjo”, saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya.

Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes

Hang Tuah Surabaya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya agar dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 10 Juli 2018

Nasa Fasalino
NIM.141.0067

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, kami selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Nasa Fasalino

NIM : 141.0067

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada

Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum

Bulog Buduran, Sidoarjo.

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa Skripsi ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian

persyaratan untuk memperoleh gelar:

SARJANA KEPERAWATAN (S.Kep)

Surabaya, 10 Juli 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Christina Yuliastuti, S.Kep., Ns., M.Kep Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP: 03017 NIP: 03028

Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya

Tanggal : 10 Juli 2018

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dari:

Nama : Nasa Fasalino

NIM : 141.0067

Program studi : S1 Keperawatan

Judul : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada

Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum Bulog

Buduran, Sidoarjo.

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Skripsi di Stikes Hang Tuah

Surabaya, dan dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar “SARJANA KEPERAWATAN” pada Prodi S-1 Keperawatan

Stikes Hang Tuah Surabaya.

Penguji I : Dini Mei Widayanti, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP. 03011

Penguji II : Christina Yuliastuti, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP: 03017

Penguji III : Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP: 03028

Mengetahui,
STIKES HANG TUAH SURABAYA
PJS KA PRODI S-1 KEPERAWATAN

Hidayatus Sya’diyah, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP. 03.009

Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 10 Juli 2018
iv
ABSTRAK

Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya hal ini karena
mayoritas pekerja kuli panggul tidak tahu prosedur pengangkatan yang benar saat
proses bongkar muat.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor masa kerja,
posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok terhadap tingkat nyeri low back pain.

Desain penelitian ini adalah observasional analitik yang menggunakan pendekatan


cross sectional. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sebanyak
40 pekerja kuli panggul di Perum Bulog. Instrumen ini menggunakan kuesioner dan
lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji Spearman Rho dan uji Regresi
Ordinal dengan derajat kemaknaan ρ ≤ 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan faktor yang mempengaruhi


kuli panggul yang mengalami LBP, yaitu masa kerja (ρ = 0,007), posisi kerja (ρ =
0,000), IMT (ρ = 0,032), kebiasaan merokok (ρ = 0,000). Tidak ada faktor yang
paling dominan yang mempengaruhi tingkat nyeri LBP 4 faktor saling terkait.

Implikasi penelitian ini adalah peran instansi terkait, diharapkan memberikan


pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) pada pekerja informal, sehingga dapat mengurangi penyakit akibat kerja
terutama Low Back Pain.

Kata Kunci : nyeri, low back pain, masa kerja, posisi kerja, IMT, merokok,
kuli panggul

v
ABSTRACT

Low Back Pain (LBP) is a pain that is felt in the lower back area, can be local pain
or radicular pain or both of these because the majority of porters do not know the
correct lifting procedure during the loading process. The purpose of this study to
analyze the factors of working period, working position, BMI, smoking habit
toward low back pain level.

The design of this study was observational analytic using cross sectional approach.
Sample were taken by simple random sampling technique as many 40 workers in
Perum Bulog Buduran, Sidoarjo. This instrument used questionnaires and
observation sheets. Data were analyzed using Spearman Rho test and Ordinal
Regression test with degree of significance ρ ≤ 0,05.

The results showed that there was significant correlation between the factors
affecting the porters laboratory who had LBP, working period (ρ = 0,007), working
position (ρ = 0,000), BMI (ρ = 0,032), smoking habit (ρ = 0,000). Nothing dominant
factor that affects the level of LBP. The factors of working period, working position,
BMI, smoking habit interconnected factor pain level of LBP.

The implications of this research are the role of related institutions, it is expected to
provide health services such as counseling or health and safety (K3) training on
informal workers, thus reducing occupational diseases, especially Low Back Pain.

Keywords: pain, low back pain, working period, work position, BMI, smoking,
porters

vi
KATA PENGANTAR

Pertama peneliti panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha

Esa, atas limpahan dan hidayah - Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi

yang berjudul “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

NYERI PADA KULI PANGGUL YANG MENGALAMI LOW BACK PAIN

DI PERUM BULOG BUDURAN, SIDOARJO” dapat diselesaikan sesuai waktu

yang ditentukan.

Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Hang Tuah Surabaya. Proposal ini disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur

serta mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah peneliti menyampaikan rasa terima

kasih, rasa hormat dan penghargaan kepada:

1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Stikes Hang Tuah

Surabaya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Surabaya.

2. Kepala BULOG SUB. DIVRE 1 SURABAYA UTARA di Buduran, Sidoarjo.

3. Puket 1, puket 2 dan puket 3, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Surabaya yang telah memberi fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti dan

menyelesaikan program studi S-1 Keperawatan.

4. Ibu Dini Mei Widayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji ketua terima kasih

atas arahan, kritikan serta sarannya dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi

ini.

vii
5. Christina Yuliastuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji 1 yang telah

memberikan bimbingan, pengajaran, kritik serta saran demi kelancaran dan

kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

6. Imroatul Farida, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji 2 telah memberikan

arahan dan masukan serta dukungan kepada penulis demi kesempurnaan

penyusunan skripsi ini.

7. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya yang telah

membimbing selama menuntut ilmu di Program Studi S1 Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

8. Orang tua tersayang yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa

yang tidak pernah putus.

9. Serta kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi

kesempatan, dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya. Namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran dari semua pihak untuk menyempurnakan. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan. Amin Ya Robbal Alamin.

Surabaya, 10 Juli 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

COVER DALAM ................................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7


2.1 Konsep Low Back Pain ............................................................................. 7
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang Punggung ................................................. 7
2.1.2 Definisi Low Back Pain .......................................................................... 13
2.1.3 Epidemiologi Low Back Pain ................................................................. 14
2.1.4 Patofisiologi Low Back Pain .................................................................. 15
2.1.5 Klasifikasi Low Back Pain...................................................................... 16
2.1.6 Manifestasi Klinis Low Back Pain ......................................................... 18
2.1.7 Faktor Resiko Low Back Pain ................................................................ 19
2.1.8 Penyebab Nyeri Punggung Bawah.......................................................... 30
2.1.9 Kriteria Diagnosis Low Back pain .......................................................... 31
2.1.10 Penatalaksanaan Low Back Pain ............................................................ 33
2.1.11 Quick Exposure Checklist (QEC) ........................................................... 34
2.1.12 Tahapan Penggunaan QEC ..................................................................... 35
2.1.13 Pengukuran dan Perhitungan QEC ......................................................... 35
2.2 Konsep Nyeri .......................................................................................... 40
2.2.1 Definisi Nyeri.......................................................................................... 40
2.2.2 Klasifikasi Nyeri ..................................................................................... 41
2.2.3 Fisiologi Nyeri ........................................................................................ 42
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri ............................................. 43
2.2.5 Pengkajian Nyeri ..................................................................................... 46
2.2.6 Penatalaksanaan nyeri ............................................................................. 49
2.3 Konsep Ergonomi ................................................................................... 51

ix
2.3.1 Definisi Ergonomi................................................................................... 51
2.3.2 Ruang Lingkup Ergonomi....................................................................... 52
2.3.3 Faktor Risiko Kesalahan Ergonomi ........................................................ 53
2.3.4 Posisi Ergonomi ...................................................................................... 53
2.4 Model Konsep Keperawatan Katharine Kolcaba .................................... 54
2.5 Hubungan Antar Konsep......................................................................... 60

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ............................ 62


3.1 Kerangka Konseptual .............................................................................. 62
3.2 Hipotesis ................................................................................................. 63

BAB 4 METODE PENELITIAN ..................................................................... 64


4.1 Desain Penelitian .................................................................................... 64
4.2 Kerangka Kerja Penelitian ..................................................................... 65
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 66
4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling Desain................................................. 66
4.4.1 Populasi Penelitian .................................................................................. 66
4.4.2 Sampel Penelitian.................................................................................... 66
4.4.3 Besar Sampel .......................................................................................... 67
4.4.4 Teknik Sampling ..................................................................................... 68
4.5 Identifikasi Variabel................................................................................ 68
4.6 Definisi Operasional ............................................................................... 69
4.7 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data ....................................... 70
4.7.1 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 70
4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 72
4.7.3 Pengolahan Data ..................................................................................... 74
4.7.4 Analisis Data ........................................................................................... 75
4.8 Etika Penelitian ....................................................................................... 76

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 78


5.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 78
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 78
5.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian ....................................................... 80
5.1.3 Data Umum Hasil Penelitian .................................................................. 80
5.1.4 Data Khusus Hasil Penelitian.................................................................. 81
5.2 Pembahasan............................................................................................. 86
5.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain Di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo ................................................................................... 86
5.2.2 Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo ................................................................................... 88
5.2.3 Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja Kuli
Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo ................................................................................................... 90
5.2.4 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada
Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo ................................................................................... 91

x
5.2.5 Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada Kuli Panggul
Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo
................................................................................................................. 93
5.2.6 Keterbatasan............................................................................................ 94

BAB 6 PENUTUP .............................................................................................. 95


6.1 Simpulan ................................................................................................. 95
6.2 Saran ....................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97


Lampiran - Lampiran ....................................................................................... 100

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung ................................... 39


Tabel 2.2 Kategori nilai paparan pada bagian tubuh............................................. 40
Tabel 2.3 Kategori tingkat paparan & tindakan .................................................... 40
Tabel 4.1 Definisi Operasional...............................................................................67
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......................................... 80
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ............................... 80
Tabel 5.3 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP ................. 81
Tabel 5.4 Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP ................ 82
Tabel 5.5 Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP ............................ 83
Tabel 5.6 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Nyeri LBP ... 84
Tabel 5.7 Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri LBP ................. 85

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kolumna Vertebrae ............................................................................. 9


Gambar 2.2 Potongan Sagital Vertebrae Lumbar ................................................. 10
Gambar 2.3 Diskus Invertebralis........................................................................... 10
Gambar 2.4 Ligamen Longitudinal ....................................................................... 11
Gambar 2.5 Otot – Otot Punggung ....................................................................... 12
Gambar 2.6 Skala Intensitas Nyeri........................................................................ 47
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian. ...................................................... 62
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian................................................................. 65

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Curiculum Vitae............................................................................. 100


Lampiran 2 MOTTO dan PERSEMBAHAN ................................................... 101
Lampiran 3 Surat Pengambilan Data Penelitian ............................................... 102
Lampiran 4 Surat Keterangan Bulog................................................................. 103
Lampiran 5 Persetujuan Etik ............................................................................. 104
Lampiran 6 Lembar Information For Consent ................................................. 105
Lampiran 7 Informed Consent .......................................................................... 106
Lampiran 8 Lembar Screening .......................................................................... 107
Lampiran 9 Lembar Kuesioner ......................................................................... 108
Lampiran 10 Quick Exposure Checklist (QEC) .................................................. 110
Lampiran 11 Scoring QEC .................................................................................. 114
Lampiran 12 Lembar Observasi IMT ................................................................. 115
Lampiran 13 Lembar Tabulasi Data Umum Dan Data Khusus .......................... 116
Lampiran 14 Tabulasi Data Posisi Kerja ............................................................ 118
Lampiran 15 Frekuensi Data Umum Dan Khusus Hasil SPSS ........................... 119
Lampiran 16 Crosstabs Data Umum Dan Khusus Hasil SPSS ........................... 122
Lampiran 17 Dokumentasi Penelitian ................................................................. 127

xiv
DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan
IMT : Indeks Massa Tubuh
ILO : International Labour Organitation
IASP : Association for Study of Pain
Kg : Kilogram
LBP : Low Back Pain
MSDs : Musculoskeletal Disorders
m : Meter
NSAIDs : Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs
NIOSH : National Institute Occupational Safety Health
NBP : Nyeri Punggung Bawah
PAK : Penyakit Akibat Kerja
PERDOSSI : Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
QEC : Quick Exposure Checklist
SOP : Standar Operasional Prosedur
TB : Tinggi Badan
VAS : Visual Analog Scale
WHO : World Health Organization

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

LBP (Low Back Pain) bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebuah

gejala. Perkembangan rasa sakit itu berarti ada sesuatu yang salah di suatu tempat,

meskipun tidak selalu jelas apa masalahnya. Gejala ini disebabkan oleh adanya

ketidaksesuaian antara alat, manusia, dan proses kerja sehingga seringkali para

pekerja melakukan aktifitas produksi dengan postur janggal. Jika alat kerja dan

lingkungan fisik tidak sesuai dengan kemampuan tenaga kerja tersebut maka hasil

kerja tidak akan optimal dan bahkan berpotensi mengakibatkan resiko dengan PAK

(Penyakit Akibat Kerja) diantaranya LBP (Handayani, 2011). Berdasarkan

fenomena yang ditemukan oleh peneliti bahwa pekerjaan kuli panggul dapat

berisiko terkena gangguan MSDs (Musculoskeletal Disorders) diantaranya LBP.

Banyak pekerja kuli panggul tersebut melakukan angkat beban yang melebihi

muatan dengan posisi pengangkatan yang salah. Mayoritas pekerja kuli panggul

tidak tahu prosedur pengangkatan yang benar saat proses bongkar muat yang

terpenting pekerjaan selesai dan cepat tanpa menghiraukan dampak apa yang terjadi

kedepannya. Keluhan yang paling banyak dirasakan pada pekerja kuli panggul yaitu

nyeri punggung bagian bawah padahal para pekerja kuli panggul tersebut sudah

beristirahat tetapi nyeri punggung tiba – tiba bisa muncul setiap waktu. Apabila

nyeri punggung pada kuli panggul ini tidak segera ditindak lanjuti akan

menyebabkan menurunkan produktivitas kerja kuli panggul dan dapat menurunkan

produktivitas perusahaan.

1
2

Hasil riset yang dilakukan badan dunia ILO (2003) dalam Koesyanto,

(2013) tentang kecelakaan kerja menunjukkan setiap hari rata-rata 6.000 orang

meninggal berkaitan dengan pekerjaan mereka. Angka ini berarti setara dengan satu

orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang meninggal per tahun akibat sakit atau

kecelakan kerja. Sementara itu anggaran untuk kecelakaan dan penyakit akibat

kerja yang terbanyak yaitu penyakit muskuloskeletal sebanyak 40%, penyakit

jantung 16%, kecelakaan 16%, dan 19% penyakit saluran pernafasan. Negara

Inggris melaporkan 17,3 juta orang Inggris pernah mengalami nyeri punggung pada

suatu waktu dan dari jumlah tersebut 1,1 juta mengalami kelumpuhan akibat nyeri

punggung. Pekerja di Indonesia diperkirakan angka prevalensi 7,6% sampai 37%.

Nyeri punggung bawah ini juga diderita oleh usia muda maupun tua namun keadaan

semakin parah pada usia 30-60 tahun keatas. Sebanyak 2%- 5% dari karyawan di

negara industri tiap tahun mengalami low back pain dan 15% nya dari pekerja di

industri perdagangan (WHO, 2003). Angka kejadian Low Back Pain diperkirakan

antara 7,6% sampai 37% di Indonesia. Hasil penelitian secara nasional yang

dilakukan kelompok studi nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter Spesialis Saraf

Indonesia) pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil

menunjukkan bahwa keluhan nyeri tengkuk sebesar 37,5%, bahu kanan 53,8%,

bahu kiri 47,4%, dan nyeri punggang bawah sebesar 45% dari 1.598 orang

(Riningrum dan Widowati, 2016). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada

tanggal 2 Februari 2018 di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo didapatkan 8 dari 10

pekerja kuli panggul yang telah dilakukan skrining oleh peneliti. Hasil observasi 8

orang (80%) yang memenuhi kriteria Low Back Pain, pekerja kuli panggul

mengeluh nyeri di daerah punggung bagian bawah dikarenakan setelah melakukan


3

pekerjaan angkat beban yang tidak ergonomi pada saat bongkar muat dari dump

truk menuju ke gudang. Sedangkan 2 orang (20%) tidak ada tanda keluhan LBP.

Low Back Pain disebabkan dari keluhan muskuloskeletal yang sering

terpapar beban berat jika dibiarkan berlanjut dapat mengakibatkan kelainan yang

menetap pada otot dan juga kerangka tubuh. Keluhan pada punggung atau keluhan

muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan

intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat

sakit. Otot yang menerima beban statis secara berulang-ulang dan dalam waktu

yang lama dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan

tendon (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004). Kontraksi volunteer dan refleks dari

otot paraspinosus, gluteus maksimus, harmstring, dan iliopsoas sangat penting

dalam mencegah cidera vertebrae, karena ligament tidak sekuat itu untuk mencegah

kekuatan besar ketika punggung terpapar oleh beban berat yang berulang - ulang.

Beberapa ahli mengemukakan, terdapat beberapa faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya LBP yaitu faktor pekerjaan, faktor pekerja, faktor lingkungan, dan faktor

psikososial. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi yaitu postur kerja, durasi, beban

kerja, frekuensi, dan alat perangkai/genggaman (Handayani, 2011). Faktor pekerja

yaitu usia, jenis kelamin, waktu kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga,

masa kerja, Indeks Masa Tubuh (IMT), riwayat penyakit MSDs, dan kekuatan fisik

(Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004). Menurut Bridger dan Oborne 1995 dalam

Handayani, 2011) mengemukakan faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban,

getaran, dan iluminasi. Dampak yang terjadi jika Low Back Pain tidak teratasi yaitu

dapat menyebabkan cidera yang cukup besar yang diekspresikan sebagai rasa sakit

atau kesemutan, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau
4

kelemahan pada jaringan anggota tubuh yang terkena trauma dan dapat

menurunkan produktifitas pada perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dan tingginya angka kejadian Low Back Pain

(LBP) pada Perum Bulog Buduran, Sidoarjo, agar pihak instansi terkait dapat

melakukan tindakan preventif berupa penyuluhan pengangkatan barang dengan

benar dan penyuluhan tentang faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

nyeri Low Back Pain di kemudian hari guna menurunkan angka LBP pada kuli

panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo. Berdasarkan latar belakang tersebut

maka perlu dilakukan penelitian tentang beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat nyeri pada kuli panggul yang menderita LBP di Perum Bulog Buduran,

Sidoarjo.

1.2 Rumusan Masalah

Faktor apakah dari masa kerja, posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok yang

paling mempengaruhi tingkat nyeri Low Back Pain (LBP) pada pekerjaan kuli

panggul di Perum Bulog Buduran Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang

mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami LBP di Perum

Bulog Buduran Sidoarjo.


5

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi masa kerja terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang

mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

2. Mengidentifikasi posisi kerja terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang

mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

3. Mengidentifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap tingkat nyeri pada

kuli panggul yang mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

4. Mengidentifikasi kebiasaan merokok terhadap tingkat nyeri pada kuli

panggul yang mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

5. Menganalisis faktor yang paling dominan terhadap tingkat nyeri pada kuli

panggul yang mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teori faktor yang mampu meningkatkan tingkat nyeri Low Back Pain

pada kuli panggul yaitu masa kerja, posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok beresiko

meningkatkan tingkat nyeri LBP pada kuli panggul.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menerapkan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan serta merupakan pengalaman berharga dalam melakukan

penelitian tentang Analisa Faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli

panggul yang mengalami Low Back Pain (LBP) di Perum Bulog Buduran Sidoarjo.
6

2. Bagi lahan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan sumbangan

penelitian kepada perusahaan agar melakukan tindakan preventif berupa pembuatan

SOP pengangkatan barang dengan benar agar kedepannya dapat mengurangi angka

Low Back Pain pada kuli panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber informasi dan data awal untuk

melanjutkan penelitian dalam kejadian masalah serupa di bidang Analisa faktor

yang mempengaruhi tingkat nyeri pada buruh panggul yang mengalami Low Back

Pain (LBP).

4. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini dapat sebagai masukan dalam rangka pengembangan ilmu dan

sebagai bahan referensi yang berguna bagi profesi keperawatan khususnya dalam

melakukan asuhan keperawatan memberikan management nyeri non farmakologi

khususnya dalam kajian masalah penelitian serupa lebih lanjut mengenai analisis

faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami Low

Back Pain (LBP).


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab metode penelitian ini menjelaskan mengenai : 1) Konsep Low Back

Pain, 2) Konsep Nyeri, 3) Konsep Ergonomi, 4) Model Konsep Keperawatan

Katharine Kolcaba, 5) Hubungan Antar Konsep

2.1 Konsep Low Back Pain

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang Punggung

Anatomi dan fisiologi tulang punggung menurut Moore (2007) dalam

(Utami, 2017) punggung merupakan aspek posterior dari tubuh bagian bawah leher

hingga ke superior dari daerah gluteal, merupakan tempat dimana kepala, leher, dan

ekstremitas melekat. Punggung terdiri dari kulit, jaringan subkutan (lapisan dari

jaringan ikat ireguler yang terdiri dari jaringan lemak mengandung saraf kutan dan

pembuluh darah), deep fascia, otot, ligament, columna vertebralis, tulang iga (pada

daerah thorax), corda spinalis dan meninges (membrane yang melindungi corda

spinalis), dan berbagai segmen saraf dan pembuluh darah.

Columna vertebralis (tulang punggung), memanjang dari cranium hingga ke

apex dari coccyx, membentuk kerangka dari leher dan punggung dan merupakan

kerangka aksial utama (tulang artikulasi dari cranium, columna vertebralis, tulang

iga, dan sternum). Kolumna vertebralis melindungi corda spinalis dan saraf spinal,

mendukung berat dari tubuh superior hingga ke pelvis, menyediakan aksis yang

sebagian kaku dan fleksibel untuk tubuh dan sumbu untuk kepala, dan memainkan

peran yang penting dalam membentuk postur dan pergerakan. Kolumna vertebralis

orang dewasa biasanya terdiri dari 33 vertebrae yang dibagi menjadi lima bagian :

7
8

7 servikal, 12 thoracic, 5 lumbar, 5 sakral, dan 4 koksigeal. Sudut lumbrosakral

berada pada pertemuan dari bagian lumbar dari kolumna vertebralis dan sacrum.

Pergerakan signifikan terjadi hanya pada 25 vertebrae atas. Lima sacral vertebrae

menyatu pada dewasa untuk membentuk sakrum, dan 4 vertebrae coccygeal juga

menyatu menjadi coccyx. Vertebrae secara bertahap membesar sepanjang kolumna

vertebralis menurun hingga ke sacrum kemudian menjadi semakin mengecil ke

apex dari coccyx. Perbedaan structural ini berhhubungan dengan kenyataan

kemampuan vertebrae menahn peningkkatan jumlah dari berat tubuh. Kolumna

vertebralis fleksibel karena mengandung tulang-tulang kecil, vertebrae, yang

dipisahkan oleh diskus invertebralis.

25 vertebrae servikal, thoracic, lumbar, dan sacral pertama berartikulasi

pada sendi synovial zygapophysial, yang memfasilitasi dan mengontrol fleksibilitas

dari kolumna vertebralis. Corpus vertebrae berkontribusi hampir ¾ dari tinggi

kolumna vertebralis, dan fibrokartilago dari diskus invertebralis berkontribusi

kurang dari ¼ . Bentuk dan kekuatan dari vertebrae dan diskus invertebrali,

ligament, dan otot memberi stabilitas pada kolumna vertebralis.


9

Gambar 2.1 Kolumna Vertebrae


Sumber : L.Moore, Agur & Dalley (2014)

Fungsi dari columna vertebralis adalah sebagai pendukung badan yang

kokoh sekaligus juga sebagai penyangga dengan perantara diskus intervertebralis

yang lengkungnya memberi fleksibilitas dan kemungkinan membungkuk tanpa

patah. Diskus intervertebralis juga untuk menyerap goncangan (shock absorber)

yang terjadi bila menggerakkan berat seperti waktu berlari dan meloncat, dengan

demikian otak dan sumsum tulang belakang terlindungi terhadap goncangan.

Tulang coxae adalah penghubung antara badan dengan elstremitas bawah. Sebagian

dari kerangka axial, atau tulang sakrum dan tulang coccxygeus, yang letaknya

terjepit antars 2 tulang coxae, turut membentuk tulang ini. Dua tulang tersebut

bersendi antara satu dengan yg lainya ditempat yang disebut simfisis pubis (Pearce,

2006).
10

Gambar 2. 2 Potongan Sagital Vertebrae Lumbar


Sumber : L.Moore, Agur & Dalley (2014)

Gambar 2. 3 Diskus Invertebralis


Sumber : L.Moore, Agur & Dalley (2014)
11

Gambar 2. 4 Ligamen Longitudinal


Sumber : L.Moore, Agur & Dalley (2014)

Stabilitas dari tulang punggung bergantung pada integritas dari corpus

vertebrae dan diskus invertebralis dan dua struktur yang membantu, yakni ligament

(pasif) dan otot (aktif). Meskipun struktur ligament lumayan kuat,baik ligament

maupun kompleks diskus-korpus vertebrae memiliki kekuatan integral yang efisien

untuk melawan kekuatan besar yang dapat terjadi pada kolumna spinalis, stabilitas

pada punggung bawah sebagian besar bergantung secara volunteer dan reflex dari

sakrospinalis, abdominal, gluteus maximus, dan otot harmstring (Adam & Victor,

2010).
12

Gambar 2. 5 Otot – Otot Punggung


Sumber : (Sobotta, 2006 dalam Utami, 2017)

Inervasi struktur vertebrae dan paravertebrae berasal dari cabang meningeal

dan saraf spinalis (dikenal juga sebagai recurrent meningeal atau saraf

sinusvertebralis). Cabang-cabang meningeal ini berasal dari divisi posterior dari

saraf spinalis yang distal dari akar dorsal ganglia, masuk lagi ke kanal spinal menuju

foramina invertebralis, dan memasuk sabut nyeri ke ligament intraspinalis,

periosteum tulang, lapisan luar dan annulus fibrosus (yang menutup diskus), dan

kapsul dari articularis facets. Coppes dkk telah menemukan bahwa sabut A-δ dan

C yang memanjang kedalam lapisan dalam dari annulus dan bahkan nukleus

pulposus. Meskipun korda spinalis sendiri tidak sensitif, banyak kondisi yang

mempengaruhi dapat menghasilkan nyeri dengan struktur yang berdekatan.

Contohnya, sabut sensorik pada sendi lumbrosakral sacroiliaka memasuki korda

spinalis melalui akar lumbar kelima dan sakrum pertama. Sabut motorik keluar

bersamaan akar anterior dan membentuk refleks segmental dari ekstremitas eferen.

Saraf simpatetik berkontribusi hanya menginervasi pembuluh darah. Akar spinalis


13

di region lumbar, setelah keluar dari korda spinalis, berjalan kebawah ke canalis

spinalis kemudian secara bertahap terletak lateral hingga mereka membelok dan

keluar pada foramina invertebralis. Sebelum memasuki foraminal canal yang

pendek, akar spinal berjalan melalui alur yang dangkal sepanjang permukaan dalam

dari pediculus yang disebut lateral recesus. Dimana lateral recesus merupakan

daerah yang paling sering terjadi saraf terjebak oleh fragmen discus dan

pertumbuhan berlebihan tulang (Victor & Adams, 2010 ).

Bagian dari punggung yang memiliki kebebasan bergerak paling besar

namun paling sering terkena cedera adalah lumbar, lumbosacral, dan cervical.

Untuk membungkuk, memutar dan pergerakan volunteer lainnya, banyak aksi dari

tulang punggung yang refleksif dari asalnya dan merupakan dasar postur (Victor &

Adams, 2010).

2.1.2 Definisi Low Back Pain

Nyeri punggung bawah adalah gejala dan bukan penyakit. Studi telah

menemukan bahwa nyeri punggung bawah dapat berkembang dari banyak struktur

tulang belakang, termasuk sendi facet, ligamen, vertebral periosteum, otot

paravertebra, pembuluh darah yang berdekatan, anulus fibrosus, dan akar saraf

tulang belakang. Selain itu, nyeri punggung bisa menjadi gejala yang dirujuk dari

struktur abdomen seperti aorta perut, saluran GI, ginjal, kandung kemih, rahim,

ovarium, dan pankreas. Bab ini akan berfokus terutama pada nyeri punggung bawah

dari disk lumbalis yang menonjol yang menghasilkan stenosis (penyempitan) yang

cukup pada forensitas saraf tulang belakang lumbal sehingga menyebabkan

radikulopati (tanda dan gejala yang termasuk pada satu akar saraf) (Davis, King &

Schultz, 2005 ).
14

Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah sindroma nyeri yang terjadi

pada regio punggung bawah dengan penyebab yang bervariasi antara lain:

degenerasi, inflamasi, infeksi, metabolisme, neoplasma, trauma, konginetal,

muskuloskletal, viserogenik, vaskuler, dan psikogenik, serta paska operasi (Susanti,

Hartiyah dan Kuntowato, 2015).

Nyeri punggung adalah masalah yang sering dirasakan kebanyakan orang

dalam hidup mereka. Nyeri punggung biasanya dirasakan sebagai rasa sakit,

tegangan, atau rasa kaku di bagian punggung. Nyeri ini dapat bertambah buruk

dengan postur tubuh yang tidak sesuai pada saat duduk atau berdiri, cara menunduk

yang salah, atau mengangkat barang yang terlalu berat (Huldani, 2012).

2.1.3 Epidemiologi Low Back Pain

Tahun 2003, 3,2% dari total tenaga kerja Amerika Serikat mengalami

kerugian waktu produktif karena Low Back Pain (Colorado Department of Public

Health and Environment Occupational Health Indicators Report, 2012). Nyeri

muskuloskeletal sering terjadi dan sering dikaitkan dengan kecacatan yang wajar

dan biaya kesehatan yang tinggi, dan nyeri punggung merupakan kelainan

muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Perkiraan total biaya yang dikeluarkan

untuk mengobati nyeri punggung di Inggris saja pada tahun 2000 menghabiskan

dana sebesar 12,3 juta poundsterling. Nyeri punggung prevalensinya sangat tinggi

dan memiliki dampak besar pada lingkungan sosial dan individu. Penyakit ini

menyerang satu dari lima orang dalam waktu yang bersamaan dan pada usia 30

tahun setengah populasi akan mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung

(Utami, 2017).
15

Angka kejadian Low Back Pain diperkirakan antara 7,6% sampai 37% di

Indonesia. Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf

Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah

sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri

sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan

penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita Low Back Pain

(Riningrum dan Widowati, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter

Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita NPB

sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan

migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang dilakukan

di 14 kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI tahun 2002

ditemukan 18,13% penderita LBP dengan rata-rata nilai VAS sebesar 5,46 ± 2,56

yang berarti nyeri sedang sampai berat. Lima puluh persen diantaranya adalah

penderita berumur antara 41-60 tahun (Purba JS, 2008).

2.1.4 Patofisiologi Low Back Pain

Stabilitas dari tulang punggung merupakan hasil dari integritas dari empat

struktur : corpus vertebrae, diskus invertebralis, ligament diantara corpus vertebrae,

dan paraspinosus dan otot lain. Kontraksi volunteer dan refleks dari otot

paraspinosus, gluteus maksimus, harmstring, dan iliopsoas sangat penting dalam

mencegah cidera vertebrae, karena ligament tidak sekuat itu untuk mencegah

kekuatan besar yang mengenai punggung bawah. Pada diskus sehat, bagian tengah

mengandung gelatinous, nucleus pulposus kenyal, yang dikelilingi oleh sampul dari
16

jaringan fibrosus yang disebut annulus fibrosus. Struktur ini memberi diskus

kemampuan sebagai penyerap shock (shock absorber) untuk trauma setiap hari dari

berjalan dan meloncat (Davis, King & Schultz, 2005 ).

Setelah decade kedua, deposisi dari kolagen, elastin, dan perubahan

glikosaminiglikan pada nucleus pulposus mengakibatkan hilangnya air secara

bertahap. Kartilagenus dan plat menjadi kurang vaskuler. Mengakibatkan diskus

menjadi lebih tipis dan lebih rapuh ; dapat menonjol dan dengan cedera dapat

ekstrusi, penelitian menunjukan penonjolan diskus terjadi pada ¾ dewasa berumur

diatas 50 tahun secara asimptomatik. Meskipun, ekstruksi dari nucleus pulposus

dapat mengakibatkan nyeri lokal punggung dari respon inflamasi dan fragmen

ekstruksi dapat mengkompresi atau meregang aar saraf sebelum keluar dari neural

foramina (Davis, King & Schultz, 2005 ).

Nyeri punggung juga diakibatkan oleh struktur spial lain, penyeab dari nyeri

punggung bawah sendiri jarang dapat ditentukan, memaksa kegunaan istilah seperti

keregangan punggung atau keseleo punggung (Davis, King & Schultz, 2005).

2.1.5 Klasifikasi Low Back Pain

Low Back Pain menurut Macnab dalam (Utami, 2017) diklasifikasikan menjadi :

1. LBP viserogenik Disebabkan oleh adanya proses patologis di ginjal atau di

visera di daerah pelvis, serta tumor retro peritoneal. Nyeri tidak bertambah berat

dengan aktivitas tubuh dan tidak berkurang dengan istirahat. Penderita akan selalu

menggeliat sebagai usaha meredakan rasa nyeri.

2. LBP vaskulogenik Disebabkan oleh aneurisma atau penyakit vaskuler

perifer. Aneurisma abdomen dapat menimbulkan LBP di bagian dalam dan tidak

ada hubungannya dengan aktivitas tubuh. Insufisiensi A. Glutealis superior dapat


17

menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang bertambah berat saat berjalan dan akan

mereda saat diam berdiri. Claudicatio intermitten berhubungan dengan penyakit

vaskuler perifer yang suatu saat dapat menyerupai ischialgia yang disebabkan oleh

iritasi radiks.

3. LBP neurogenik Keadaan patologis pada saraf dapat menyebabkan LBP,

yaitu pada :

a. Neoplasma

Nyeri yang disebabkan oleh neoplasma pada umumnya mendahului

gangguan motoris dan sensoris sesuai dengan fokal lesi. Rasa nyeri sering

timbul saat tidur dan akan berkurang saat berjalan.

b. Arachnoiditis

Terjadi perlengketan – perlengketean, nyeri timbul bila terjadi

penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.

c. Stenosis kanalis spinalis

Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi

diskus intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala

klinis yang timbul ialah adanya claudicatio intermitten yang disertai rasa

kesemutan dan tidak hilang dengan istirahat.

4. LBP spondilogenik

Suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologis di kolumna

vertebralis yang terdiri dari unsur osteogenik, diskogenik, dan miogenik serta

proses di artikulasio sacro iliaca.


18

2.1.6 Manifestasi Klinis Low Back Pain

Manifestasi klinis LBP menurut (Mutaqqin, 2013) yaitu :

1. Perubahan gaya berjalan

a. Berjalan terasa kaku

b. Tidak bisa memutar punggung

c. Pincang

2. Persyarafan Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti, pasien

merasakan sensasi pada kedua anggota badan, tetapi merasakan sensasi

yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.

3. Nyeri

a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan

b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit

c. Nyeri otot dalam

d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki

e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis

f. Nyeri pada pertengahan bokong

g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat

Nyeri pada daerah lumbosacral (bagian bawah dari punggung) merupakan

gejala utama dari nyeri punggung bawah. Rasa Nyeri dapat menjalar kebawah

depan, samping, atau belakang dari tungkai kaki. Rasa nyeri dapat menjadi lebih

parah ketika beraktivitas. Terkadang, rasa nyeri dapat menjadi lebih parah pada saat

malam hari atau ketika melakukan aktivitas berat. Bisa juga terdapat mati rasa atau

kelemahan pada bagian dari tungkai kaki yang menerima pasokan saraf dari saraf

yang terkompresi. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan refleks plantar


19

pada kaki. Dimana artinya, orang tersebut tidak dapat berdiri dengan jari kakinya

atau menggerakan jempol kaki keatas. Hal ini terjadi ketika saraf sacral pertama

terkompresi atau tercedera (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004).

2.1.7 Faktor Resiko Low Back Pain

Faktor risiko LBP dibagi menjadi beberapa faktor :

1. Faktor individu

Faktor individu dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor

berikut ini :

a. Usia

Faktor usia menurut Bridger, (2003) dalam (Utami, 2017) sejalan

dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan

keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30

tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian

jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin

tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami

penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala

LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia

kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Garg dalam

(Pratiwi, 2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55

tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini

diperkuat dengan penelitian Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai

terjadi nyeri punggung bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55

tahun (Utami, 2017).


20

b. Jenis kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang

pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun

beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis

kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi

karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah

daripada pria. Menurut Astrand and Rodahl (1977) dalam (Tarwaka, Bakri

& Sudiajeng, 2004) mengemukakan bahwa kekuatan otot wanita hanya

sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria

pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian Betti’e at

al. (1989) dalam (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004) menunjukkan bahwa

rata - rata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60 % dari kekuatan otot

pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat

oleh hasil penelitian Chiang et al. (1993) yang menyatakan bahwa

perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3. Dari uraian

tersebut di atas, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam

mendesain beban tugas (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004).

c. Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat

menganggu kesehatan (Pratama, Rahmatullah dan Novitasari). Semakin

lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat

keluhan otot yang dirasakan. Menurut Boshuizen et al. (1993) dalam

(Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004) menemukan hubungan yang

signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang,


21

khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini

sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang.

Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga

kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai

akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang

bersangkutan harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga,

maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah,

pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan

akhirnya timbul rasa nyeri otot.

Smet (1994) dalam (Nasution, 2007) mengklasifikasikan perokok

berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap, yaitu :

1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok

dalam sehari.

2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.

3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

4) Tidak perokok yang tidak menghisap sama sekali batang rokok

dalam sehari.

d. Kebiasaan Olahraga

Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang

yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk

istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya melakukan

pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain

tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat

dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat
22

dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH (National

Institute Occupational Safety Health) menyatakan bahwa untuk tingkat

kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1

%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran

tubuh tinggi adalah 0,8 % (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004).

Salah satu bentuk olahraga untuk kesehatan atau pencegahan

penyakit dapat dilakukan dalam bentuk olahraga aerobik yang sedang

(moderate physical activity) selama 30 menit dari waktu 1440 menit dalam

sehari. Seseorang dikategorikan kurang melakukan olahraga jika

melakukan senam pagi/olahraga < 5 x/minggu. Sebaliknya, dikategorikan

cukup jika melakukan senam pagi/olahraga ≥ 5 x/minggu. Bagaimana

bentuk olahraga yang sehat itu menjadi pilihan tersendiri, yang penting fun

sehingga peserta tetap dapat berminat dan tertarik secara terus-menerus

melakukan olahraga itu. Bentuk-bentuk itu bisa berupa jalan cepat, lari di

taman, dancing, berenang, mengayuh sepeda, dan lain-lain (Handayani,

2011).

Dari uraian di atas dapat digaris bawahi bahwa, tingkat kesegaran

tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot.

Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik.

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan

massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

keluhan otot skeletal. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi

angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari
23

berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter

(kg/m2). Panduan terbaru dari WHO tahun (2000) mengkategorikan

indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa menjadi underweight (IMT

<18.5), normal range (IMT 18.5-22.9), dan overweight (IMT ≥23.0).

Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1

(IMT 25-29.9), dan obese 2 (IMT ≥ 30.0) (Utami, 2017).

Hasil penelitian Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang

yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan

orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah,

tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban yang membebani

tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya

pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang

paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbae lumbal (Utami,

2017 ). Pengukuran dan penilaian menggunakan IMT (Indeks Massa

Tubuh) menggunakan rumus IMT :

IMT = BB
(TB)2

f. Genetik

Suatu kondisi (penyakit, dan sebagainya) yang diturunkan dari

generasi (keluarga) sebelumnya. Low Back Pain (LBP) bisa disebabkan

oleh adanya faktor keturunan terkait penyakit rangka dan penyakit lainnya

yang dapat menyebabkan adanya keluhan LBP. Seseorang dengan riwayat

penyakit LBP mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian

lanjutan (Handayani, 2011).


24

Penyakit pada tulang belakang menurut Nolan dan Saladin, (2004)

dalam (Handayani, 2011 ) yang menyebabkan LBP adalah :

1) Spinal stenosis adalah sakit pada saluran tulang belakang

atau invertebral foramina yang disebabkan oleh hypertrophy tulang

belakang. Kondisi ini dapat dihasilkan dari penyakit lain, seperti

sakit pada paget atau osteoarthritis, dan hal itu paling sering terjadi

pada orang usia menengah dan usia tua.

2) Sakit degenerative disc terjadi ketika gelatinous nucleus

pulpous berubah menjadi fibrocartilage akibat penuaan, kadang-

kadang menjadi tulang belakang tidak stabil dan membuat tidak

sejajarannya tulang belakang dan putusnya disc.

3) Spondylolysis adalah kondisi dimana lamina tulang

belakang bagian pinggang tidak sempurna.

4) Spondylolisthesis terjadi ketika tidak sempurnanya tulang

belakang anteriorly, khususnya pada tingkat L5-S1. Berkurangnya

derajat berat Spondylolisthesis dapat dianggap hanya untuk

meredakan (meringankan nyeri), tetapi tingkat berat yang berlebih

mungkin membutuhkan operasi untuk meringankan tekanan pada

syaraf tulang belakang atau menstabilkan tulang belakang.

5) Osteoporosis, adalah suatu penyakit dengan tanda utama

berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat

meningkatnya risiko patah tulang dan LBP.


25

2. Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan faktor-

faktor berikut ini :

a. Postur Kerja

Postur tubuh menurut Pheasant (1991) dalam (Handayani, 2011)

dapat didefinisikan sebagai orientasi relatif dari bagian tubuh terhadap

ruang. Untuk melakukan orientasi tubuh tersebut selama beberapa rentang

waktu dibutuhkan kerja otot untuk menyangga atau menggerakkan tubuh.

Postur dapat diartikan sebagai konfigurasi dari tubuh manusia, yang

meliputi kepala, punggung, dan tulang belakang.

Secara alamiah postur tubuh menurut Bridger (2003) dalam

(Handayani, 2011 ) dapat terbagi menjadi :

1) Statis

Postur kerja statis didefinisikan sebagai postur kerja isometris

dengan sangat sedikit gerakan sepanjang waktu kerja sehingga dapat

menyebabkan beban statis pada otot, khususnya otot pinggang, seperti

duduk terus-menerus atau posisi kerja berdiri terus-menerus. Pada postur

statis persendian tidak bergerak, dan beban yang ada adalah beban statis.

Dengan keadaan statis suplai nutrisi kebagian tubuh akan terganggu

begitupula dengan suplai oksigen dan proses metabolisme pembuangan

tubuh. Posisi tubuh yang senantiasa berada pada posisi yang sama dari

waktu ke waktu secara alamiah akan membuat bagian tubuh tersebut

stress.
26

2) Dinamis

Stres akan meningkat ketika posisi tubuh menjauhi posisi normal tersebut.

Pekerjaan yang dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh

melakukan pergerakan yang terlalu ekstrim sehingga energi yang

dikeluarkan otot menjadi lebih besar atau tubuh menahan beban yang

cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga yang tiba-tiba dan hal

tersebut dapat menimbulkan cedera. Perbedaan antara postur statis dan

dinamis juga dapat dilihat dari kerja otot, aliran darah, oksigen dan energi

yang dikeluarkan pada kedua jenis postur tersebut. Berikut perbandingan

kebutuhan otot pada postur statis dan dinamis.

Tabel 2.1 Perbandingan Kebutuhan Otot pada Postur Statis dan


Dinamis

Otot Statis Otot Dinamis

1. Kontraksi otot secara 1. Pergantian fase


terus menerus konstruksi dan relaksasi

2. Aliran darah ke otot 2. Aliran darah ke otot


berkurang bertambah

3. Produksi energi bersifat 3. Produksi energi bersifat


oksigen independen oksigen dependen

4. Glikogen otot diubah 4. Glikogen otot = CO2 +


menjadi asam laktat H2O otot mengambil
glukosa dan asam lemak
dari darah
Sumber : (Bridger 2003 dalam Handayani, 2011).

Sedangkan untuk jenis bentuk postur tubuh menurut Pheasant,

(1991) dalam (Handayani, 2011) terdiri dari :


27

1) Postur netral

Merupakan postur ketika seseorang sedang melakukan proses

pekerjaannya sesuai dengan struktur anatomi tubuh seseorang dan tidak

terjadi penekanan atau pergeseran tubuh pada bagian penting tubuh, serta

tidak menimbulkan keluhan.

2) Postur janggal

Merupakan postur yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh seseorang

untuk membawa beban dalam jangka waktu yang lama dan dapat

menyebabkan terjadinya berbagai akibat yang merugikan tubuh seperti

kelelahan otot, rasa nyeri, serta menjadi tidak tenang.

b. Beban Kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang

diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu,

sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang

menerima beban tersebut. Istilah beban tidak sama dengan berat, beban

menunjuk kepada tenaga. Dalam penilaian risiko, berat hanyalah salah satu

aspek dari beban terhadap tubuh, beban maksimal yang diperbolehkan

untuk diangkat oleh orang dewasa yaitu 23-25 kg untuk pengangkatan

single (tidak berulang). Menurut Harrianto (2010) dalam (Utami, 2017

:17-18) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang

harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama

periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan

yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang

besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan
28

menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan

jaringan lainnya.

c. Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang

bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan

penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan

bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama

seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk

mengalami LBP. Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) bahwa

pekerja yang paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang

memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka dengan masa

kerja < 5 tahun ataupun 5-10 tahun (Andini, 2015).

Masa kerja dikategorikan menjadi 2 yaitu (Handoko, 2010) :

1) Masa kerja dengan kategori baru ≤ 3 tahun

2) Masa kerja kategori lama > 3 tahun

3. Faktor Lingkungan

a. Suhu dan Kelembaban

Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat

menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan

pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. Beda

suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan

sebagian besar energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh

untuk berdapatasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak

diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi


29

kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah

kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri otot (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004 ).

Tentang kriteria suhu nyaman menurut NIOSH (1993) dalam (Tarwaka,

Bakri & Sudiajeng, 2004), suhu udara dalam ruang dapat diterima adalah

berkisar antara 20- 24°C (untuk musim dingin) dan 23-26°C (untuk musim

panas) pada kelembapan 35-65%. Rata-rata gerakan udara dalam ruang

yang ditempati tidak melebihi 0,15 m/det untuk musim dingin dan 0,25

m/det untuk musim panas. Kecepatan udara di bawah 0,07 m/det akan

memberikan rasa tidak enak di badan dan rasa tidak nyaman. Beberapa

penelitian menyimpulkan bahwa pada temperatur 27-30°C, maka performa

kerja dalam pekerjaan fisik akan menurun.

Suhu yang ekstrim akan memberikan efek fisiologis heat stress dan cold

stress. Stres fisik terjadi ketika jaringan tubuh inadekuat terhadap suplai

darah yang mengandung oksigen dan nutrisi sehingga akan meningkatkan

potensi terjadinya gangguan pada musculoskeletal (Handayani, 2011 ).

b. Getaran

Vibrasi dapat menyebabkan perubahan fungsi aliran darah pada

ekstremitas yang terpapar bahaya vibrasi. menurut Oborne, (1995) dalam

(Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004 ). Getaran dengan frekuensi tinggi

akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Konstruksi statis ini

menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat

meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.


30

Paparan dari getaran lokal terjadi ketika bagian tubuh tertentu

kontak dengan objek yang bergetar, seperti kekuatan alat-alat yang

menggunakan tangan. Paparan getaran seluruh tubuh terjadi ketika

berdiri atau duduk dalam lingkungan atau objek yang bergetar, seperti

ketika mengoperasikan kendaraan mesin yang besar. Getaran merupakan

faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran

dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan

akhirnya timbul rasa nyeri (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004).

c. Kebisingan

Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bias mempengaruhi

performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu dan

meningkatkan rasa nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa membuat

stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang tidak baik (Utami, 2017).

2.1.8 Penyebab Nyeri Punggung Bawah

Rasa sakit nyeri punggung timbul karena adanya masalah pada salah satu

bagian tulang-tulang yang menyatu dengan otot, tendon, ligamen, saraf, serta

cakram sebagai bantalan peredam benturan. Posisi duduk, berdiri, dan mengangkat

benda dapat menjadi penyebab nyeri punggung (Andini, 2015).

Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri punggung umumnya tidak

bersifat serius. Penyebab paling umum adalah keseleo, cedera ringan, saraf terjepit

atau teriritasi, dan ketegangan otot. Namun kadang-kadang nyeri punggung dapat

terjadi mendadak tanpa sebab yang jelas. Misalnya, sebagian orang yang bangun di
31

pagi hari tiba-tiba dapat merasa nyeri punggung tanpa tahu penyebabnya (Pratiwi,

Setyaningsih dan Kurniawan, 2009).

Berikut ini beberapa hal lain yang dapat menyebabkan nyeri punggung

(Utami, 2017 ) :

1. Posisi tubuh yang salah saat mengangkat, membawa, menekan, atau

menarik sesuatu

2. Perenggangan tubuh yang berlebihan

3. Posisi duduk yang tidak benar

4. Membalikkan badan secara tiba-tiba

5. Berkendara dalam waktu lama atau dalam posisi membungkuk tanpa jeda

6. Gerakan buruk yang dilakukan berulang-ulang dapat memicu otot bekerja

secara berlebihan

2.1.9 Kriteria Diagnosis Low Back pain

1. Anamnesis

Kriteria diagnosis LBP menurut (Utami, 2017) dalam anamnesis perlu

diketahui :

a. Awitan

Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak

yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi

robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena

penyebab lain timbul bertahap.

b. Lama dan frekuensi serangan

Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari

sampai beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari


32

sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak

nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

c. Lokasi dan penyebaran

Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis

terutama terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai

bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri

yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi

sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.

d. Faktor yang memperberat/memperingan

Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah

parah saat aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat

nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada

penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

e. Kualitas/intensitas

Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat

membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antar

nyeri punggung dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan

intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri

radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada nyeri punggung

dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin

memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri nyeri punggung lebih banyak

daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi

radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.


33

Gejala nyeri punggung yang sudah lama dan intermiten, diselingi

oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB yang

terjadinya secara mekanis.Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang

mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa

menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar episode herniasi diskus

terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau

memungut barang yang enteng. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana

yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan

mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri,

dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-

abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan

sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-

mekanik.

2.1.10 Penatalaksanaan Low Back Pain

Penatalaksanaan dapat dilakukan melalui beberapa cara :

1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti

biasanya

2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus

dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri

3. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan

hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau OAINS. Jika tidak

ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan

tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat

bahaya ketergantungan
34

4. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas

sehari-harinya dalam 4-6 minggu

5. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan obat

penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam

1-2 minggu.

2.1.11 Quick Exposure Checklist (QEC)

QEC merupakan salah satu metode pengukuran beban postur yang

diperkenalkan oleh Li dan Buckle (1999). QEC memiliki tingkat sensitivitas dan

kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC

merupakan suatu metode untuk penilaian terhadap risiko kerja yang berhubungan

dengan gangguan otot di tempat kerja. Metode ini menilai gangguan risiko yang

terjadi pada bagian belakang punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan

leher. QEC membantu untuk mencegah terjadinya WMSDs seperti gerak repetitive,

gaya tekan, postur yang salah, dan durasi kerja (Adha & Desrianty, 2014).

Penilaian pada QEC menurut Li and Buckle, (1999) dalam (Handayani,

2011) dilakukan pada tubuh statis (body static) dan kerja dinamis (dynamic task)

untuk memperkirakan tingkat risiko dari postur tubuh dengan melibatkan unsur

pergelangan gerakan, tenaga/beban, dan lama tugas untuk area tubuh yang berbeda.

Konsep dasar dari metode ini sebenarnya adalah mengetahui seberapa besar

exposure score untuk bagian tubuh tertentu dibandingkan dengan bagian tubuh

lainnya. Salah satu karakteristik yang penting dalam metode ini adalah penilaian

dilakukan oleh peneliti dan pekerja, dimana faktor risiko yang ada dipertimbangkan

dan digabungkan dalam implementasi dengan tabel skor yang ada.


35

2.1.12 Tahapan Penggunaan QEC

QEC mempunyai empat tahapan kerja menurut Stanton, (2005) dalam

(Adha dan Desrianty 2014), yaitu :

1. Pengukuran oleh peneliti (observer’s assessment)

Peneliti (observer) memiliki form isian tersendiri yang dapat diisi melalui

pengamatan kerja di lapangan. Sebagai alat bantu, dapat menggunakan stopwatch

guna menghitung durasi dan frekuensi kerja.

2. Pengukuran oleh pekerja (worker’s assessment)

Seperti halnya peneliti (observer), pekerja pun memiliki form isian sendiri, yang

berisi pertanyaan seputar pekerjaan yang dilakukan.

3. Mengkalkulasi skor pajanan Proses kalkulasi dapat dilakukan melaui dua

cara, yakni manual (dengan menjumlahkan skor pada lembar isian), ataupun dengan

program komputer.

4. Consideration of action QEC secara cepat mengidentifikasi tingkat pajanan

dari punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan/tangan, dan leher. Hasil dari

metode ini juga merekomendasikan intervensi ergonomi yang efektif untuk

mengurangi tingkat pajanan.

2.1.13 Pengukuran dan Perhitungan QEC

Berikut ini cara pengukuran dan perhitungan QEC, menurut Stanton, (2005)

dalam (Handayani, 2011) :

1. Punggung

Mengukur postur punggung dilakukan pada saat pekerja menerima beban

yang paling tinggi. Hal yang dilihat adalah posisi punggung fleksi/ekstensi,
36

memutar, dan bengkok ke samping. Serta dengan mempertimbangkan jenis

pekerjaan kategori statis ataupun manual handling.

a. A1 dinamakan posisi hampir normal jika posisi fleksi/ekstensi, memutar,

dan bengkok punggung pekerja ≤ 20 derajat

b. A2 dinamakan bahaya sedang dengan gerakan fleksi atau putaran atau

bengkok antara 20 derajat sampai 60 derajat

c. A3 dinamakan bahaya kategori berat dengan sudut ≥ 60 derajat

(mendekati 90 derajat)

d. B1 jika pekerjaan/punggung pekerja ketika bekerja dalam keadaaan

dinamis

e. B2 jika pekerjaan/punggung pekerja ketika bekerja dalam keadaan statis.

f. B3 disebut jarang ketika pergerakan punggung pekerja ketika

mengangkat, mendorong/menarik, dan membawa benda < 6 kali/menit

g. B4 disebut sering ketika pergerakan punggung pekerja ketika

mengangkat, mendorong/menarik, dan membawa benda 8-12 kali/menit

h. B5 disebut sangat sering ketika pergerakan punggung pekerja ketika

mengangkat, mendorong/menarik, dan membawa benda ≥ 12 kali/menit.

2. Bahu dan Lengan

Mengukur postur bahu dan lengan (fleksi/ekstensi,memutar, dan bengkok)

khsusnya pada saat pekerjaan mengangkat ataupun mengambil barang dengan

beban yang paling tinggi.

a. C1 disebut tidak berbahaya jika benda berada pada posisi di bawah

pinggang
37

b. C2 disebut bahaya sedang jika benda berada pada ketinggian dada

c. C3 disebut posisi bahaya adalah saat lengan berada di atas bahu

d. D1 dinamakan jarang jika pergerakan bahu/lengan bergerak sebentar-

bentar

e. D2 dinamakan sering jika pergerakan bahu/lengan bergerak secara

teratur dengan sedikit berhenti

f. D3 dinamakan sangat sering jika pergerakan bahu/lengan hampir tidak

berhenti selama bekerja.

3. Pergelangan Tangan

Postur ini diukur selama pekerjaan dengan posisi pergelangan tangan tidak sesuai

ketika bekerja termasuk fleksi/ekstensi, bengkok (deviasi ulnar/radial), dan

rotasi/memutar.

a. E1 dinamakan hampir lurus/netral jika posisi pergelangan tangan lurus

dengan lengan (< 150)

b. E2 dinamakan menyimpang atau bengkok jika posisi pergelangan tangan

≥ 150

c. F1 gerakan berulang ≤ 10 kali/menit

d. F2 gerakan berulang 11-20 kali/menit

e. F3 gerakan berulang ≥ 20 kali/menit.

4. Leher

Posisi leher/kepala ketika bekerja dilihat dan dikategorikan

sebagai berikut :

a. G1 disebut tidak pernah jika posisi leher tidak pernah

menunduk/memutar
38

b. G2 disebut jarang

c. G3 disebut sering.

5. Kebutuhan ketelitian mata pekerja ketika bekerja dikategorikan sebagai

berikut :

a. L1 disebut ketelitian rendah jika pekerjaan yang dilakukan hampir tidak

membutuhkan ketelitian

b. L2 disebut ketelitian tinggi jika pekerjaan yang dilakukan membutuhkan

ketelitian.

6. Berat beban maksimal yang dibawa secara manual pada

saat melakukan pekerjaan dengan kategori :

a. H1 disebut beban rendah ≤ 5 kg

b. H2 disebut beban sedang 5-10 kg

c. H3 disebut beban berat 11-20 kg

d. H4 disebut sangat berat ≥ 20 kg.

7. Untuk kategori berat benda yang digunakan/dibawa dengan menggunakan

satu tangan adalah sebagai berikut :

a. K1 dikategorikan ringan dengan berat benda ≤ 1 kg

b. K2 dikategorikan sedang dengan berat benda 1-4 kg

c. K3 dikategorikan berat dengan berat benda ≥ 4 kg.

8. Ketegori penilaian waktu kerja berdasarkan lama yang

dibutuhkan dalam sehari oleh sesorang untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan

kategori :

a. J1 untuk pekerjaan yang dilakukan ≤ 2 jam

b. J2 untuk pekerjaan yang dilakukan 2-4 jam


39

c. J3 untuk pekerjaan yang dilakukan ≥ 4 jam.

9. Perhitungan QEC

Contoh perhitungan/penilaian MSDs untuk faktor pekerjaan

diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung

Sumber : Stanton, (2005) dalam (Adha dan Desrianty, 2014)

Untuk menetukan besar risiko dari faktor pekerjaan dengan

berpedoman pada tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung yang

menghasilkan nilai kombinasi postur kerja (A1-A3) dan berat (H1-H4). Jika

diperoleh nilai pada A1 dan H1 maka akan didapat nilai 2, kemudian nilai

tersebut ditulis pada kolom kosong yang tersedia di bagian pojok kanan

bawah. Begitu juga dengan tabel berikutnya dihitung dengan cara yang

sama. Setelah itu, nilai yang terdapat pada kotak bertuliskan “score 1”

hingga “score 6” dijumlahkan sehingga diperoleh total skor risiko paparan

MSDs pada salah satu bagian tubuh yang nantinya dibandingkan dengan

nilai standar yang ada. Prosedur yang sama dapat dilakukan kembali pada

perhitungan risiko MSDs bagian tubuh lainnya seperti bahu, pergelangan

tangan, leher.

Untuk mengetahui level risiko/paparan dari hasil perhitungan

di atas, dapat mengacu pada tabel berikut ini :


40

Tabel 2. 2 Kategori nilai paparan pada bagian tubuh

Sumber : Geoffrey, 2005 (Adha and Desrianty, 2014 ).

Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap bagian

tubuh, lalu dibagi dengan angka 176 (total skor/176).

Total Skor = Skor (punggung + leher + bahu + pergelangan tangan)


176

Adapun hasil perhitungan tersebut dikategorikan berdasarkan tabel berikut

berikut :

Tabel 2. 3 Kategori tingkat paparan & tindakan

Sumber : Stanton, 2005 dalam (Adha and Desrianty, 2014).

2.2 Konsep Nyeri

2.2.1 Definisi Nyeri

Pengertian nyeri menurut (Smeltzer dan Bare, 2001) nyeri adalah perasaan

tidak nyaman dan sangat individual yang tidak dapat dirasakan atau dibagi dengan

orang lain. Setiap individu akan merasakan reaksi dan persepsi yang berbeda. Nyeri

menyangkut dua aspek yaitu psikologis dan fisiologis yang keduanya dipengaruhi

faktor- faktor seperti budaya, usia, lingkungan dan sistem pendukung, pengalaman

masa lalu, kecemasan dan stress serta efek plasebo.


41

Definisi nyeri menurut International Association for Study of Pain (IASP),

nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi

terjadinya kerusakan. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan

potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang

mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan

mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri

seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P

yang akan mengakibatkan respon nyeri (Hartati, 2015).

2.2.2 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri menurut (Smeltzer dan Bare, 2001) secara umum dibagi

menjadi dua yaitu :

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat,

biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi secara adekuat

mempunyai efek yang membahayakan di luar ketidaknyamanan yang

disebabkannya karena dapat mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler,

gastrointestinal, endokrin, dan imonulogik.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjangsatu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang

ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak

memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri


42

kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang dapat meningkatkan

pertumbuhan tumor, depresi, dan ketidakmampuan. Nyeri kronis sering

didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.

2.2.3 Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-

ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit myelin yan tersebar pada kulit dan

mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantong

empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibatnya adanya stimulasi atau

rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis.

Stimulasi oleh zat kimiawi diantaranya seperti histamin, bradikinin, prostaglandin,

dan macam-macam asam seperti adanya asam lambung yang meningkat pada

gastritis atau stimulan yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan

(Hidayat, 2008).

Stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa

impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu

serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut lamban (serabut C). Impuls yang

ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan

ke serabut C. Serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta

sinaps pada dorsal hom. Dorsal hom tersebut terdiri atas beberapa lapisan atau

lamina yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga membentuk substanta

gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri

menyerebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur

spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur
43

spinothalamus dan spinorecticular tract (SRT) yang membawa informasi

mengenai sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme

terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh

pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus,

yang melalui otak tengah medula, ketanduk dorsal sumsum tulang belakang yang

berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan

neurotransmitter dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan

stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate

merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang

kurang banyak diketahui mekanismenya (Hidayat, 2008).

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut antara lain

(Smeltzer and Bare, 2001) :

1. Pengalaman nyeri masa lalu

Semakin sering individu mengalami nyeri , makin takut juga individu

tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan oleh nyeri tersebut.

Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri; akibatnya, ia ingin

nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Individu

dengan pengalaman nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan peningkatan nyeri

dan pengobatannva tidak adekuat.

Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian

nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat

saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis

dan persisten. Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman
44

sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap

pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan

adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa

mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik.

2. Ansietas

Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan dengan nyeri

dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Secara klinik, kecemasan

pasien menyebabkan menurunnya kadar serotonin. Serotonin merupakan

neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada susunan saraf

pusat. Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,

mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak

memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak

memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri

saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri

dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak

berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat

menurunkan persepsi nyeri.

3. Budaya

Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan memahami

mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya dapat membantu

untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan

nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan

mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat
45

dalam rnengkaji nyeri dan reaksi perilaku terhadap nyeri juga efektif dalarn

menghilangkan nyeri pasien.

4. Usia

Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak

dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua

kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa

bereaksi terhadap nyeri. Anak- anak kesulitan untuk memahami nyeri dan

beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-

anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan

mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau

perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri

jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.

Umumnya bagi para lansia menganggap nyeri sebagai komponen alamiah

dari proses penuaan dan dapat diabaikan atau tidak ditangani oleh petugas

kesehatan. Di lain pihak, normalnya kondisi nycri hebat pada dewasa muda dapat

dirasakan sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua mengalami

perubahan neurofisiologi dan mungkin mengalami penurunan persepsi sensori

stimulus serta peningkatan ambang nyeri. Selain itu, proses penyakit kronis yang

lebih umum terjadi pada dewasa tua seperti penyakit gangguan, kardiovaskuler

atau diabetes mellitus dapat mengganggu transmisi impuls saraf normal.


46

5. Efek plasebo

Efek placebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau

tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar

bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif.

Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan

medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk yang diterima

pasien tentang keefektifan intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya.

Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri

hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang

diberitahu bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun.

Hubungan pasien –perawat yang positif dapat juga menjadi peran yang amat

penting dalam meningkatkan efek plasebo.

2.2.5 Pengkajian Nyeri

.Pengkajian nyeri menurut (Smeltzer & Bare 2001) dapat dilakukan dengan

cara :

1. Mengkaji persepsi nyeri

a. Deskripsi verbal tentang nyeri

Informasi yang diperlukan harus mengggambaran nyeri individual

dengan beberapa cara berikut.

1) Intensitas nyeri

Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada

skala verbal ( misalnya , tidak nyeri , sedikit nyeri , nyeri hebat, dan

sangat hebat; atau 0 sampai 10 , dimana 0 = tidak ada nyeri dan 10

= nyeri sangat hebat).


47

Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 - 10

Skala Analog Visual (VAS)

Sumber : Smeltzer, et al. (2007)


Gambar 2. 6 Skala Intensitas Nyeri

2) Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri termasuk letak, durasi (menit, jam,

bulan,dsb.), irama (terus - menerus , hilang timbul ,periode

bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri ),

dan kualitas ( nyeri seperti ditusuk, dan seperti terbakar).

3) Faktor – faktor yang meredakan nyeri

Faktor – faktor yang meredekan nyeri (misalnya, gerakan,

kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat – obatan bebas,

dsb.) dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi

nyerinya.

4) Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari- hari

Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari- hari

(misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang


48

lain, gerakan fisik, bekerja dan aktivitas – aktivitas santai). Nyeri

akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronik dengan

depresi.

5) Kekhawatiran individu tentang nyeri

Kekhawatiran individu tentang nyeri dapat meliputi berbagai

masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh

terhadap peran dan perubahan citra diri.

2. Mengkaji respon fisiologik dan perilaku terhadap nyeri

Mengkaji indikasi fisiologis dan perilaku dari nyeri terkadang sulit.

Indikator fisiologis dan perilaku nyeri yang diamati dapat saja minimal atau tidak

ada, namun hal ini bukan berarti bahwa pasien tidak mengalami nyeri. Indikator

fsiologis nyeri merupakan perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai

indikator nyeri yang lebih akurat disbanding laporan verbal pasien. Respon

involunter ini sperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, pucatan

berkeringat. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal

perilaku vocal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisikengan orang lain, atau

perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat

menangis, merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal, atau

menarik diri. Meskipun respons perilaku pasien dapat menjadi indikasi pertama

bahwa ada sesuatu yang tidak beres, respons perilaku seharusnya tidak boleh

digunakan sebagai pengganti untuk mengukur nyeri kecuali dalam situasi yang

tidak lazim dimana pengukuran tidak memungkinkan (misalnya, orang yang

mengalami retardasi mental yang berat atau tidak sadar).


49

2.2.6 Penatalaksanaan nyeri

Penatalaksanaan nyeri menurut (Morton, et al. 2011) dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

1. Farmakologis

a. Analgesik non – opioid

Pada banyak populasi pasien , obat anti – inflamasi non-steroid

(NSAIDs, non-steroidal anti inflammatory drugs) merupakan obat pilihan

untuk komponen non-opioid pada terapi analgesik. NSAIDs mengurangi

nyeri dengan menghambat sintesa mediator inflamatorik (prostaglandin,

histamine, dan bradikinin) pada tempat cedera dan secara efektif meredakan

nyeri tanpa menyebabkan sedasi, depresi pernafasan, atau masalah fungsi

usus atau kandung kemih.

b. Opioid

Opioid adalah landasan farmakologis penatalaksanaan nyeri

pascaoperatif. Opioid meredakan nyeri karena berikatan dengan beragai

tempat reseptor dalam medula spinalis, system saraf pusat (SSP), dan sistem

saraf perifer, sehingga mengubah persepsi nyeri.

c. Sedasi dan ansiolisis

Nyeri akut sering kali disertai dengan kecemasan, dan kecemasan

dianggap meningkatkan persepsi nyeri pasien. Ketika menangani nyeri akut,

ansiolitik dapat digunakan untuk melengkapi analgesik dan meningkatkan

kenyamanan pasien secara menyeluruh.


50

2. Nonfarmakologis

a. Modifikasi lingkungan

Pada perawatan kritis, intevensi nonfarmakologis paling dasar dan

masuk adalah modifikasi ligkungan. Kebisingan dan cahaya yang

berlebihan di ICU dapat mengganggu tidur dan meningkatkan kecemasan

dan kegelisahan, yang kemudian menyebabkan nyeri. Asuhan harus

direncanakan terlebih dahulu guna meminimalkan kebisingan dan gangguan

selama jam tidur normal dan menciptakan suatu pola cahaya yang meniru

pola siang dan malam yang normal.

b. Distraksi

Distraksi membantu pasien mengalihkan perhatian mereka dari

sumber nyeri atau ketidaknyamanan ke hal-hal yang lebih menyenangkan.

Pasien, keluarga, dan perawat sering kali menggunakan distraksi secara

rutin tanpa terlalu mempertimbangkannya. Mengawali sebuah percakapan

dengan pasien selama suatu prosedur yang tidak nyaman, menonton

televise, dan kunjungan keluarga adalah sumber distraksi yang sempurna.

c. Teknik relaksasi

Relaksasi dapat memberikan rasa kendali pada pasien terhadap

bagian tubuh tertentu. Metode relaksasi kebanyakan membutuhkan

lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman , sikap yang pasif, dan

konsentrasi. Latihan pernapasan banyak berhasil digunakan pada

persalinan. Selain itu, juga berhasil digunakan pada pasien yang sakit kritis.

Refleks menenangkan adalah teknik pernapasan dan relaksasi yang

menurunkan stres dan dapat dengan mudah diajarkan pada pasien sadar.
51

d. Sentuhan

Salah satu kontribusi terhebat yang diberikan perawat adalah dalam

memberikan kenyamanan dan perhatian terhadap kehadiran dan sentuhan.

Kebutuhan sentuhan dianggap semakin kuat selama masa stress yang tinggi

dan tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh bentuk komunikasi lain. Sentuhan

tidak hanya berperan pada rasa sejahtera pasien, namun juga meningkatkan

pemulihan fisik dari penyakit. Sentuhan mempunyai pengaruh positif

terhadap kemampuan persepsi dan kognitif serta dapat mempengaruhi

parameter fisiologis, seperti pernafasan dan aliran darah. Sentuhan

mewakili unsur terapeutik positif dari interaksi manusia.

e. Masase

Masase adalah intervensi sempurna yang dapat digunakan anggota

keluarga guna memberikan kenyamanan bagi orang yang sakit. Tempat

yang baik untuk masase adalah tangan, kaki, dan bahu.

2.3 Konsep Ergonomi

2.3.1 Definisi Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu

“ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas

ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Indonesia memakai

istilah ergonomi, tetapi di beberapa negara seperti di Skandinavia menggunakan

istilah “Bioteknologi” sedangkan di negara Amerika menggunakan istilah “Human

Engineering” atau “Human Factors Engineering”. Namun demikian, kesemuanya


52

membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap

aktivitas yang dilakukan (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004).

Pengertian ergonomi menurut (McCauley-Bush, 2012 dalam Octaviani,

2017) merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu ergo (kerja) dan nomos (hukum)

yang dapat diartikan sebagai hukum atau ilmu tentang pekerjaan. The International

Ergonomics Association mendefinisikan ergonomi sebagai suatu bidang ilmu yang

mempelajari interaksi manusia dengan elemen- elemen dalam sistem, sehingga

akan dihasilkan berbagai teori dan metode guna mengoptimalkan kinerja dan

performa sistem secara keseluruhan.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya

dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat

bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah

penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk

menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan

ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,

cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia

(Utami, 2017 ).

2.3.2 Ruang Lingkup Ergonomi

Ruang lingkup ergonomi menurut Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, (2004)

yaitu :

1. Tehnik, bagaimana orang mengerjakan pekerjaanya

2. Fisik, bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja

3. Pengalaman psikis
53

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot serta

kekuatan persendian

5. Anthropometri

6. Sosiologi

7. Fisiologi terutama berhubungan dengan dengan temperatur tubuh, Oxygen up

take, pols, dan aktivitas otot

8. Desain,dll

2.3.3 Faktor Risiko Kesalahan Ergonomi

Kecelakaan kerja masih sering terjadi menurut Suhardi B, (2008) dalam

(Utami,2017) disebabkan karena pihak manajemen masih belum

mempertimbangkan segi ergonomi. Kondisi ini menimbukan cedera pada pekerja.

Ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan kesalahan ergonomi, sebagai

berikut :

1. Pengulangan yang banyak, yaitu menjalankan gerakan yang sama berulang-

ulang.

2. Beban berat, yaitu beban fisik yang berlebihan selama bekerja.

3. Postur yang kaku, yaitu menekuk atau memutar bagian tubuh.

4. Beban statis, yaitu bertahan lama pada satu postus sehingga menyebabkan

kontraksi otot.

5. Tekanan, yaitu tubuh tertekan pada suatu permukaan.

6. Getaran, yaitu menggunakan peralatan yang bergetar.

2.3.4 Posisi Ergonomi

Posisi ergonomi menurut Suhardi B, (2008) dalam (Utami, 2017)

yaitu :
54

1. Posisi Kerja : Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi

duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama

bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat

badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja : Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan

posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan

ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja : Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan

aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban : Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban

yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat.

Dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat

gerakan yang berlebihan.

2.4 Model Konsep Keperawatan Katharine Kolcaba

Model teori Kolcaba ini termasuk dalam lingkup Middle range theory yang

memiliki kriteria, lingkup, tingkat abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas.

Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk

memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada campuran populasi

klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek,

middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, middle grand

theory dapat diuji dalam pemikiran empiris (Tomey, 2006).


55

Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran

logis antara lain (Tomey, 2006) :

1. Induksi

Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang

diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan

praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin,

sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit,

terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka. Ketika perawat lulus

sekolah, mereka mungkin diminta untuk menjelaskan diagram prakteknya, yang

mana tugas tersebut sangatlah mudah.

2. Deduksi

Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan

spesifik berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang

umum ke yang spesifik. Langkah mengurangi pengembangan teori mengakibatkan

teori kenyamanan dapat dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan

suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan

kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih dulu melihat di tempat lain untuk

bekerja secara bersama untuk menyatukan kebutuhan seperti keringanan,

ketentraman dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan, dia merealisir suatu yang

abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan kenyamanan dan berisi

dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.


56

3. Retroduksi

Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat

untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji.

Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori.

Seperti pada kasus hasil riset, di mana saat ini memusat pada pengumpulan database

besar untuk mengukur hasil dan berhubungan pada pengeluaran untuk jenis

keperawatan, medis, institusi, atau protokol masyarakat. Penambahan suatu

kerangka teori keperawatan untuk riset hasil akan meningkatkan area penelitian

keperawatan karena praktek dasar teori memungkinkan perawat untuk mendisain

intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.

Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama

beserta definisinya, antara lain (Tomey, 2006) :

1. Health Care Needs

Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu

kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan

yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support system tradisional.

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan, yang

kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan verbal maupun non verbal, serta

kebutuhan yang berhubungan dengan parameter patofisiologis, membutuhkan

edukasi dan dukungan serta kebutuhan akan konseling financial dan intervensi.

2. Comfort

Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat

dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh

penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang
57

menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan (relief), ketenangan

(ease), and (transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat kontex pengalaman

yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan.

Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:

a. Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki

pemenuhan kebutuhan yang spesifik

b. Ease, suatu keadaan yang tenang dan kesenangan

c. Transedence, suatu keadaan dimana seorang individu mencapai diatas

masalahnya.

Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal

berikut :

a. Fisik, berkenaan dengan sensasi tubuh

b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi

harga diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan

terhadap kebutuhan lebih tinggi.

c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar.

d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

hubungan sosial

3. Comfort Measures

Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang

didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh

penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual, lingkungan,

dan intervensi fisik.


58

4. Enhanced Comfort

Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan,

mengacu pada teori comfort ini.

5. Intervening variables

Didefinisikan sebagai kekuatan yang berinteraksi sehingga mempengaruhi

persepsi resipien dari comfort secara keseluruhan. Variable ini meliputi

pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support system, prognosis,

financial, dan keseluruhan elemen dalam pengalaman si resipien.

6. Health Seeking Behavior (HSBs)

Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang

berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat

konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang

terkait dengan kesehatan), internal (penyembuhan, fungsi imun,dll.)

7. Institusional integrity

Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari

organisasi pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional. Pada sistem

rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum, agensi

home care, dll.


59

Model Bagan Kolcaba

Gambar 2.7 Model Bagan Kolcaba

Dalam perspektif pandangan teori Kolcaba Holistic comfort didefinisikan

sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui

kebutuhan akan pengurangan relief, ease, and transcendence yang dapat terpenuhi

dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikosipiritual, sosial

dan lingkungan. Asumsi lain menyebutkan bahwa penerapan teori Kolcaba dapat

berpengaruh penting pada bidang keperawatan. Perawat berfungsi untuk

menyediakan kenyamanan bagi pasien dan keluarganya. Tindakan kenyamanan

yang dilakukan oleh perawat akan memperkuat pasien dan keluarga-keluarga

mereka dan dapat dirasakan seperti mereka berada di dalam rumah mereka masing-

masing. Kondisi keluarga dan pasien diperkuat dengan tindakan pelayanan

kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan melibatkan penerapan perilaku.

Peningkatan Kenyamanan adalah sesuatu hasil ilmu perawatan yang merupakan

bagian penting dari teori comfort. Selain itu, ketika intervensi kenyamanan
60

dikirimkan secara konsisten dan terus-menerus, maka mereka secara teoritis akan

dihubungkan dengan suatu kecenderungan ke arah kenyamanan yang ditingkatkan

setiap waktu serta dengan sendirinya klien akan mencapai kesehatan yang

diinginkan dalam mencari ataupun mencapai kesembuhan (Tomey, 2006).

2.5 Hubungan Antar Konsep

Pekerja kuli panggul adalah suatu pekerjaan angkat beban yang berisiko

mengalami gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) seperti Low Back Pain

(LBP). Keadaan tersebut yang signifikan terjadi pada pekerja, pada awalnya

menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar pada

area punggung bawah. Gangguan tersebut merupakan faktor yang dapat

menyebabkan turunnya produktivitas kerja, hilangnya jam kerja, tingginya biaya

pengobatan dan material, serta rendahnya kualitas dari seorang individu. Kejadian

tersebut diterangkan pada teori keperawatan Kolcaba mengenai kenyamanan

(Tomey, 2006).

Model teori keperawatan Kolcaba menjelaskan bahwa terdapat beberapa

konsep utama yaitu teori comfort yang didalamnya Kolcaba menderivasi konsep

yaitu konsep fisik dan lingkungan. Pada konsep fisik menjelaskan tentang sensasi

tubuh dan pada konsep lingkungan yaitu pengaruh dari luar. Keadaan fisik seperti

postur kerja pada pekerja kuli panggul dapat diterapkan pada teori Kolcaba dimana

perawat dapat memberikan dukungan secara fisik mengenai tindakan

penatalaksanaan Low Back Pain. Sedangkan, pada konsep lingkungan yaitu

pengaruh dari beberapa faktor kejadian nyeri punggung pada pekerja kuli panggul

seperti masa kerja, IMT, dan kebiasaan merokok. Oleh karena itu, penjelasan teori
61

keperawatan Kolcaba bisa diterapkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi

nyeri punggung bawah yaitu postur kerja, masa kerja, IMT, dan kebiasaan merokok.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Pekerja kuli panggul

Mengangkat beban berat

Keluhan Keluhan yang menetap


Muskuloskeletal yang pada otot dan kerangka
dibiarkan berlanjut tubuh

Keluhan nyeri sendi,


Ligamen dan Tendon

Kebiasaan Konsep Lingkungan


Konsep Fisik Faktor IMT Low Back Pain Masa Kerja Postur Kerja Faktor Pekerjaan :
Merokok
Individu :
1. IMT 1. Masa Kerja
BB
2. Kebiasaan merokok Menurunkan 2. Postur kerja
Bertambah
3. Usia kapasitas paru 3. Beban kerja
paru Masa kerja > 10 Postur kerja
4. Jenis Kelamin Tulang 4. Durasi kerja
tahun jenis statis
5. Kebiasaan Olaraga belakang
tertekan Konsumsi Faktor Lingkungan :
oksigen 1. Suhu
Kerusakan menurun Semakin lama
waktu bekerja Persendian tak 2. Getaran
dan bahaya
pada struktur semakin besar bergerak 3. Kebisingan
tulang Kandungan
resiko
belakang oksigen dalam
mengalami LBP Suplay nutrisi
darah rendah
pada tubuh aan
terganggu
Mudah lelah

Pembakaran
karbohidrat
terhambat

Tumpukan asam
laktat

Rasa nyeri otot

Nursing Intervention Over


Health Care Need Intervening Variabel
Time

Meningkatkan kenyamanan
setiap waktu
(Kolcaba)

Keterangan :

: Diteliti : Berpengaruh

: Tidak diteliti : Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Faktor yang Mempengaruhi


Tingkat Nyeri Pada Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di
Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

62
63

3.2 Hipotesis

Hipotesis Penelitian ini adalah :

1. Masa kerja berhubungan terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang

mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

2. Posisi kerja berhubungan terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang

mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

3. IMT berhubungan terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami

LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

4. Kebiasaan merokok berhubungan terhadap tingkat nyeri pada kuli panggul

yang mengalami LBP di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo.

5. Hasil analisa faktor ada hubungan yang paling dominan terhadap tingkat

nyeri pada kuli panggul yang mengalami LBP di Perum Bulog Buduran,

Sidoarjo.
BAB 4

METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian ini menjelaskan mengenai : 1) Desain Penelitian, 2)

Kerangka Kerja, 3) Waktu dan Tempat Penelitian, 4) Populasi, Sampel, dan Teknik

Sampling, 5) Identifikasi Variabel, 6) Definisi Operasional, 7) Pengumpulan,

Pengolahan dan Analisis Data, dan 8) Etika Penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini untuk menganalisa beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami Low Back Pain di

Perum Bulog Buduran, Sidoarjo dengan menggunakan desain Observasional

Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Jenis penelitian ini menekankan

pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen pada saat

bersamaan (sekali waktu).

64
65

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Semua kuli panggul yang berjumlah 70 orang berdasarkan screening diagnosis LBP
dari populasi pekerja kuli panggul didapatkan ∑ = 50 Responden mengalami Low
Back Pain di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo

Teknik Sampling
Menggunakan Probability Sampling dengan pendekatan
Simple Random Sampling

Sampel
Kuli Panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo yang sudah mengalami Low Back
Pain yang berjumlah 40 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Pengumpulan Data
Skala nyeri VAS untuk skala nyeri LBP, kuesioner masa kerja, kuesioner QEC untuk
posisi kerja, Timbangan berat badan One Med dan Tinggi Badan Microtoa One Med
untuk IMT, Kuesioner dan wawancara untuk kebiasaan merokok

Pengolahan data
Data yang diperoleh dilakukan editing, coding, scoring, cleaning

Analisis Data
Bivariat : Non Parametrik
Uji Spearman dan Multivariat : Non Parametrik Uji Regresi Ordinal

Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Nyeri Pada Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum Bulog
Buduran, Sidoarjo.
66

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-19 Mei 2018, tempat penelitian di

Perum Bulog Buduran, Sidoarjo. Peneliti mengambil tempat penelitian di Perum

Bulog Buduran, Sidoarjo karena kuli panggul yang mengeluh nyeri pada area

punggung cukup banyak, terutama area punggung bawah. Penelitian tentang

analisis faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang

mengalami Low Back Pain juga belum pernah dilakukan di Perum Bulog Buduran,

Sidoarjo.

4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling Desain

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah kuli panggul di Perum Bulog,Buduran,

Sidoarjo yang mengalami Low Back Pain yang sesuai dengan screening diagnosis

LBP berjumlah 50 orang.

4.4.2 Sampel Penelitian

Kuli panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo yang mengalami Low Back

Pain yang telah di lakukan screening oleh peneliti sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi LBP yang berjumlah 40 orang sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Kuli panggul yang tidak mengkonsumsi obat anti nyeri ketika bekerja

b. Kuli panggul dengan istirahat kurang dari 2 jam setelah bekerja

c. Kuli panggul dengan usia 25- 40 tahun


67

2. Kriteria Eksklusi

a. Kuli panggul dengan cacat anatomi seperti kifosis atau scoliosis

b. Kuli panggul yang tidak kooperatif

4.4.3 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel menggunakan rumus :

n= N
1 + N (d²)

Keterangan :

n : Besarnya sampel

N : Besarnya populasi terjangkau

d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

Jadi besar sampel adalah :

n= N
1 + N (d2)

n= 44
1 + 44 (0,052)

n= 44
1,11

= 39,6 = 40

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang.


68

4.4.4 Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu Probability Sampling dengan

pendekatan simple random sampling karena pengambilan sampel dilakukan dengan

cara memilih sampel diantara populasi tanpa memperhatikan strata yang ada

didalam populasi. Kemudian peneliti melakukan penomeran 1 – 50 untuk mengambil

secara acak responden yang akan diambil. Responden yang mendapatkan angka 41 – 50

tidak digunakan sample oleh peneliti.

4.5 Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel Bebas (Independent) dalam penelitian ini adalah masa kerja, posisi

kerja, IMT, kebiasaan merokok.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel Terikat (Dependent) pada penelitian ini adalah tingkat nyeri Low Back

Pain pada kuli panggul.


69

4.6 Definisi Operasional

Tabel 4. 1 Definisi Operasional Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri


Pada Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum Bulog
Buduran, Sidoarjo.

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Operasional
Masa Lama seseorang Masa kerja menurut Kuesioner Ordinal 1. Baru : ≤ 3 Tahun
Kerja bekerja menjadi (Handoko, 2010) di 2. Lama : > 3 Tahun
kuli panggul kategorikan menjadi 2
dihitung sejak yaitu :
awal bekerja 1. Baru : ≤ 3 Tahun
sampai saat ini. 2. Lama : > 3 Tahun

Faktor/ Tingkat resiko / QEC (Quick Lembar Ordinal 1. Risiko ringan : 0-


resiko paparan dari Expossure Checklist) Checklist 40%
Pekerjaan aktivitas (Li dan Buckle (1999).
(posisi pekerjaan 2. Risiko sedang
kerja ) dengan : 41- 50%
mengukur postur
dan frekuensi 3. Risiko
bagian leher , Tinggi : 51-70%
tangan dan
punggung 4. Resiko sangat
dengan mengacu tinggi : 71-100%
pada skor Quick
Expossure
Checklist.
Indeks Mengukur IMT menurut (WHO, Timbanga Ordinal 1. Underweight :
Massa Kondisi status 2000) merupakan n badan (< 18,5)
Tubuh gizi pekerja kuli kalkulasi angka dari One Med 2. Normal range :
(IMT) panggul saat berat dan tinggi badan dan (18,5 – 22,9)
dilakukan seseorang yang Microtoa 3. Overweight : (≥
penelitian. dihitung menggunakan One Med 23)
rumus
BB
(TB)2
70

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Operasional
Kebiasaan Mengetahui Kebiasaan merokok Kuesioner Ordinal 1. Tidak merokok :
merokok banyaknya menurut Smet (1994) Tidak
jumlah rokok mengklasifikasikan mengkonsumsi
yang perokok berdasarkan rokok dalam
dikonsumsi banyaknya rokok yang sehari
oleh pekerja dihisap. 2. Perokok ringan :
kuli panggul 1-4 batang
setiap hari rokok dalam
sehari
3. Perokok sedang
: 5 – 14 batang
rokok dalam
sehari
4. Perokok berat :
≥ 15 batang rokok
dalam sehari
Low Back Nyeri yang VAS menurut Skala Ordinal 1. 0 = Tidak nyeri
Pain dirasakan (Smeltzer, et al Nyeri 2. 1-3 = Ringan
punggung 2007) merupakan VAS 3. 4-6 = Sedang
bawah yang pengukuran (0-10) 4. 7-8 = Berat
sumbernya tingkatan nyeri pada 5. 9-10 = Sangat
adalah tulang skala verbal. berat
belakang
daerah
punggung
bawah, otot,
saraf.

4.7 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data

4.7.1 Instrumen Pengumpulan Data

Pemilihan populasi dilakukan dengan screening untuk menentukan

diagnosis LBP, jika responden yang sudah memenuhi kriteria LBP. Kemudian

peneliti membagikan kuesioner pada waktu selesai proses bongkar muat di saat kuli

panggul beristirahat kerja. Hasil dari kuesioner dijadikan dalam bentuk prosentase
71

dan narasi. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang berisikan

tentang :

Variabel Independent

1. Kuesioner ( Masa Kerja)

Data mengenai masa kerja responden diperoleh dengan menggunakan

kuesioner masa kerja (Handoko, 2010) yaitu dengan menanyakan berapa lama

responden telah bekerja sebagai kuli panggul di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo

ataupun di bagian yang sama di perusahaan lain tempat sebelumnya bekerja.

Kemudian setelah mengetahui masa kerja kuli panggul jawaban di kategorikan

dalam bentuk tahun. Jika responden dinyatakan : baru ≤ 3 tahun dan lama > 3

tahun.

2. Kuesioner (Faktor Pekerjaan / Posisi Kerja)

Data mengenai faktor pekerjaan diperoleh melalui perhitungan risiko MSDs

pada bagian tubuh tertentu (punggung, leher, bahu/lengan, pergelangan tangan)

dengan mempertimbangkan faktor postur, durasi, beban serta frekuensi pekerjaan

pada penggunaan instrumen Quick Expossure Checklist (QEC) (Li dan Buckle

(1999). Pada lembar peneliti berupa observasi yang terdiri dari 7 item. Pada lembar

pekerja berupa pernyataan yang terdiri dari 8 item pernyataan untuk lembar pekerja

kuli panggul yang diteliti. Kemudian total skor diperoleh dengan mejumlahkan skor

pada setiap bagian tubuh lalu dibagi dengan angka 176 (total skor 176).
72

3. Observasi IMT (Indeks Massa Tubuh)

Data mengenai IMT responden diperoleh dengan mengobservasi tinggi

badan dan berat badan responden menggunakan merk One Med. Setelah data TB

dan BB responden terkumpul kemudian peneliti melakukan skoring dengan

menggunakan rumus BB/(TB)2.

4. Kuesioner (Kebiasaan Merokok)

Data mengenai kebiasaan merokok responden diperoleh dengan

menggunakan kuesioner kebiasaan merokok (Smet, 1994) dengan menanyakan

langsung kepada responden apakah pekerja merokok atau tidak dan jika pekerja

perokok berapa banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi per harinya.

Variabel Dependent

5. Kuesioner (Tingkat Nyeri Low Back Pain)

Penilaian variabel dependent (tingkat nyeri punggung bawah) yaitu dengan

menggunakan kuesioner yang berbentuk skala VAS (0-10), dimana responden akan

menilai nyeri yang dirasakannya dengan memberikan tanda lingkaran yang dibantu

oleh observer pada skala yang telah disediakan.

4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data melalui proses berkelanjutan dengan

melibatkan beberapa pihak dan cara yang sudah ditetapkan, yaitu :


73

1. Peneliti mengajukan surat perijinan penelitian dari institusi pendidikan program

studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.

2. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala BULOG

SUB.DIVRE 1 SURABAYA UTARA untuk melakukan penelitian di Perum

Bulog Buduran, Sidoarjo.

3. Peneliti mengajukan permohonan ijin pengumpulan data pada kuli panggul yang

mengalami Low Back Pain di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo pada bulan April

sampai dengan Juni 2018.

4. Peneliti menentukan populasi sebanyak 70 orang pekerja kuli panggul dengan

screening diagnosis LBP pada kuli panggul didapatkan 50 orang sesuai dengan

kriteria.

5. Peneliti menentukan sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebanyak 40 orang pekerja kuli panggul.

6. Peneliti membagikan information for concent.

7. Peneliti bersama rekan penelitian membagikan kuesioner kepada responden

pada saat waktu istirahat kerja dan diminta untuk mengisi lembar persetujuan

dan menjawab beberapa pernyataan yang diberikan oleh peneliti di tempat aula

kuli panggul beristirahat.

8. Peneliti memberikan kuesioner : masa kerja, postur kerja, kebiasaan merokok,

mengobservasi Indeks Massa Tubuh responden dengan timbangan badan dan

microtoa. Untuk mengukur tingkat nyeri yang dirasakan responden yang

mengalami LBP menggunakan skala VAS (0-10).

9. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas kesediaannya untuk

menjadi responden peneliti.


74

4.7.3 Pengolahan Data

Kuesioner yang telah diisi oleh responden oleh responden diperiksa ulang

kelengkapannya kemudian diberi kode responden. Data yang telah terkumpul diberi

kode berupa angka yang terdiri dari beberapa karakteristik, yaitu :

1. Setelah data kuesioner masa kerja terkumpul peneliti menjumlahkan

keseluruhan total lama bekerja pekerja kuli panggul berdasarkan tahun. Setelah

itu peneliti memberikan skor dan dikategorikan sebagai berikut :

1. jika hasil ≤ 3 tahun = baru

2. > 3 tahun = lama.

2. Setelah data kuesioner postur kerja (posisi kerja) terkumpul peneliti memberikan

skor. Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap bagian tubuh

lalu dibagi dengan angka 176 dalam tabel scoring QEC dan dikategorikan

sebagai berikut :

1. 0 – 40% = resiko ringan.

2. 41 – 50% = resiko sedang

3. 51 – 71 = resiko tinggi

4. jika hasil 71-100% = resiko sangat tinggi

3. Setelah data BB dan TB terkumpul peneliti melakukan observasi IMT responden

di lembar observasi Indeks Massa Tubuh dan dikategorikan sebagai berikut :

1. jika hasil (< 18,5) = underweight

2. (18,5 - 22,9) = normal range

3. (≥ 23) = overweight.
75

4. Setelah data kuesioner faktor kebiasaan merokok terkumpul peneliti

memberikan skor dan dikategorikan sebagai berikut :

1. Tidak mengkonsumsi rokok dalam sehari = tidak merokok

2. 1 - 4 batang rokok dalam sehari = perokok ringan.

3. 5 – 14 batang rokok dalam sehari = perokok sedang

4. jika hasil ≥ 15 batang rokok dalam sehari = perokok berat

5. Setelah peneliti melakukan observasi tingkat nyeri LBP menggunakan skala

VAS (0-10) pada responden. Peneliti memberikan skor dan dikategorikan

sebagai berikut :

1. jika hasil 0 = tidak nyeri

2. 1 – 3 = nyeri ringan

3. 4 – 6 = nyeri sedang

4. 7 – 8 = nyeri berat

5. 9 – 10 = nyeri sangat berat.

4.7.4 Analisis Data

Data lembar kuesioner yang telah terkumpul diperiksa ulang untuk

mengetahui kelengkapan isinya. Setelah data lengkap, data dikumpulkan dan

dikelompokkan. Setelah itu data ditabulasi kemudian dianalisa dengan :

Analisis Bivariat

1. Mengetahui hubungan masa kerja dengan tingkat nyeri LBP

2. Mengetahui posisi kerja dengan tingkat nyeri LBP

3. Mengetahui IMT dengan tingkat nyeri LBP

4. Mengetahui kebiasaan merokok dengan tingkat nyeri LBP


76

Mengetahui korelasi/hubungan antara variabel independent dan dependent

menggunakan Non Parametrik : Uji Spearman jika hasil p ≤ 0,05 maka ada

hubungan faktor massa kerja, posisi kerja, kebiasaan merokok dan IMT dengan

tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami Low Back Pain.

Faktor dominan yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang

mengalami LBP maka dilakukan analisis multivariat menggunakan Parametrik :

Uji Regresi Logistik dengan memasukan variabel yang ada pada analisis bivariat

yang mempunyai nilai p ≤ 0,25 setelah itu di proses dengan menggunakan SPSS 17

jika hasil analisis multivariat pada tiap variabel didapatkan hasil p ≤ 0,05 maka

variabel tersebut yang menjadi variabel dominan.

Table 4.2 Uji Statistik

Uji Spearman Uji Regresi Ordinal


1. Massa kerja dengan tingkat nyeri LBP 1. Faktor dominan dengan tingkat
2. Posisi kerja dengan tingkat nyeri LBP nyeri LBP
3. IMT dengan tingkat nyeri LBP
4. Kebiasaan merokok dengan tingkat
nyeri LBP

4.8 Etika Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan manusia sebagai objek penelitian, wajib

mempertimbangkan etika penelitian agar tidak menimbulkan masalah etik yang

dapat merugikan responden maupun peneliti. Penelitian ini dilakukan setelah

mendapat surat rekomendasi dari STIKES Hang Tuah Surabaya. Penelitian dimulai

dengan melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian

meliputi :
77

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, dengan tujuan agar

resonden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti tidak akan memberikan atau mencamtumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4. Keadilan (Justice)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati–hati, professional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, kecermatan,

psikologis dan perasaan subyek penelitian. Penggunaan prinsip keadilan pada

penelitian ini dilakukan dengan cara tidak membedakan jenis kelamin, usia,

suku/bangsa dan pekerjaan sebagai rencana tindak lanjut dari penelitian ini.

5. Asas Kemanfaatan (Beneficiency)

Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang mungkin

terjadi pada responden. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh

lebih besar daripada resiko yang akan terjadi. Penelitian tidak boleh menimbulkan

penderitaan kepada subjek penelitian


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan sesuai

dengan tujuan penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18-19 Mei

2018, dan didapatkan 40 responden. Penyajian data meliputi gambaran umum

lokasi penelitian, data umum (karakteristik responden), dan data khusus (variabel

penelitian).

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo Pada bagian ini

akan dipaparkan mengenai data lokasi dan kapasitas gudang pada Perum BULOG

Sub Divre Surabaya Utara. Banyaknya gudang yang menjadi tempat persediaan

beras untuk Perum BULOG Sub Divre Surabaya Utara berjumlah 3 gudang, yaitu

Gudang Banjar Kemantren I dengan kapasitas 28.000 ton, Gudang Banjar

Kemantren II dengan kapasitas 60.000 ton, dan Gudang Banjar Kemantren III

dengan kapasitas 80.000 ton. Ketiga komplek tersebut berada di satu lokasi yang

sama, yaitu di Jl. Banjar Kemantren Buduran, Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa

Timur. Adapun kapasitas yang terbilang besar tersebut selama ini digunakan

sebagian untuk penyimpanan beras RASKIN dan sebagian lainnya digunakan untuk

menyimpan beras Luar Negeri (LN) namun hanya transit saja, karena selanjutnya

beras-beras tersebut akan dikirim ke luar pulau Jawa. Adapun jumlah kuli yang

bekerja di masing-masing gudang berbeda-beda, bergantung 30 dengan besarnya

luas gudang. Berdasarkan hasil wawancara para pekerja kuli panggul tidak ada

pemeriksaan kesehatan berkala pada pekerja kuli panggul dan tidak ada SOP

78
79

pengangkatan barang dengan benar. Berikut adalah rekap data gudang pada Perum

BULOG.

Dengan batas-batas wilayah :

Utara : kelurahan Gedangan

Selatan : kecamatan Buduran

Barat : kecamatan Buduran

Timur : kelurahan Kemantren

Adapun Visi dan Misi Perum BULOG Buduran, Sidoarjo adalah sebagai berikut :

a. Visi

Menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpecaya dalam mendukung

terwujudnya kedaulatan pangan.

b. Misi

1) Menjalankan usaha logistic pangan pokok dengan mengutamakan layanan

kepada masyarakat;

2) Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya

manusia yang professional, teknologi yang terdepan dan system yang

terintegarasi;

3) Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa

melakukan perbaikan yang berkelanjutan;

4) Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan

pokok.
80

5.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah penderita Low Back Pain pada pekerja kuli

panggul di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo dengan jumlah keseluruhan subjek

penelitian 40 orang. Data demografi diperoleh melalui kuesioner yang di isi oleh

responden yaitu penderita Low Back Pain pada pekerja kuli panggul.

5.1.3 Data Umum Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pekerja Kuli Panggul Yang
Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo Pada
Tanggal 18-19 Mei 2018 (n = 40)
Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)
Dewasa Awal 25-30 tahun 11 27,5%
Dewasa Akhir 31-40 tahun 29 72,5%
Total 40 100%
Mean = 33,18

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 40 responden didapatkan sebagian besar

responden berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 29 orang(72,5%) dan sebagian kecil

25-30 berusia tahun sebanyak 11 orang (27,5%)

2.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 5. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pekerja Kuli


Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo Pada Tanggal 18-19 Mei 2018 (n = 40)
Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Prosentase (%)
SD 18 45,0%
SMP 15 37,5%
SMA 7 17,5%
Diploma/Sarjana 0 0%
Total 40 100%
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 40 responden didapatkan rata-rata

responden berpendidikan terakhir SD sebanyak 18 orang (45,0%), kemudian


81

didapatkan berpendidikan SMP sebanyak 15 orang (37,5%) dan berpendidikan

SMA sebanyak 7 orang (17,5%).

5.1.4 Data Khusus Hasil Penelitian

1. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja

Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,

Sidoarjo.

Tabel 5.3 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Total
Masa Kerja Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat
Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)
Baru ≤ 3 - - - - 6 85,7% 1 14,3% 0 0,0% 7 100%
Tahun
Lama > 3 - - - - 10 30,3% 20 60,6% 3 9,1% 33 100%
Tahun
Total - - - - 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,007

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 7 responden dengan masa kerja baru (≤

3 tahun) yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 6 orang (85,7%) dan yang

memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 1 orang (14,3%). Kemudian 33 responden

dengan masa kerja lama (>3 tahun) yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak

10 orang (30,3%), kemudian yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 20 orang

(60,6%) dan sebanyak 3 orang (9,1%) mengalami nyeri sangat berat. Hasil uji

statistik menunjukkan hubungan antara masa kerja dengan tingkat nyeri Low Back

Pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo (ρ = 0,007).
82

2. Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja

Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,

Sidoarjo.

Tabel 5. 4 Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Total
Posisi Kerja Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)
Resiko ringan - - - - - - - - - - - -
Resiko Sedang - - - - - - - - - - - -
Resiko Tinggi - - - - 16 50% 16 50% - - 32 100%
Sangat Tinggi - - - - - - 5 62,5% 3 37,5% 8 100%
Total - - - - 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,000

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 32 responden dengan posisi kerja

dengan resiko tinggi yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 16 orang (50%)

dan memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 16 orang (50%). Kemudian dari 8

responden dengan posisi kerja kategori sangat tinggi yang memiliki tingkat nyeri

berat sebanyak 5 orang (62,5%) dan 3 orang (37,5%) yang memiliki tingkat nyeri

sangat berat. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara posisi kerja dengan

tingkat nyeri low back pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG

Buduran, Sidoarjo (ρ = 0,000).


83

3. Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja Kuli

Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo.

Tabel 5. 5 Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja Kuli
Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,
Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Sangat Total
IMT Nyeri Ringan Sedang Berat Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)
Underweight - - - - 2 20% 7 70% 1 10% 10 100%
Normal - - - - 1 16,7% 4 66,7% 1 16,7% 6 100%
Overweight - - - - 13 54,2% 10 41,7% 1 4,2% 24 100%
Total - - - - 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,032

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 10 responden dengan IMT kategori

underweight yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 2 orang (20%),

kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 7 orang (70%) dan 1 orang (10%)

dengan tingkat nyeri sangat berat. Kemudian 6 responden dengan IMT kategori

normal yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 1 orang (16,7%), kemudian

dengan tingkat nyeri berat sebanyak 4 orang (66,7%) dan 1 orang (16,7%) memiliki

tingkat nyeri sangat berat. Sedangkan 24 responden dengan IMT kategori

overweight yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 13 orang (54,2%),

kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 10 orang (41,7%) dan 1 orang

(4,2%) memiliki tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan antara IMT dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita

LBP di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo (ρ = 0,032).


84

4. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada

Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,

Sidoarjo.

Tabel 5. 6 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada
Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum
BULOG Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Tingkat Nyeri Low Back Pain
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Total
Kebiasaan Merokok Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat
Berat
N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N %
Tidak Merokok - - - - - - - - - - - -
Perokok ringan - - - - 2 100% 0 0% 0 0% 2 100%
Perokok Sedang - - - - 14 43,8% 18 56,3% 0 0% 32 100%
Perokok Berat - - - 0 0% 3 50% 3 50% 6 100%
Total 16 40% 21 52,5% 3 7,5% 40 100%
Hasil Uji Statistik Spearman Rho ρ = 0,000

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 2 responden dengan kategori perokok

ringan yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 2 orang (100%). Kemudian 32

responden dengan kategori perokok sedang yang memiliki tingkat nyeri sedang

sebanyak 14 orang (43,8%) dan yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 18

orang (56,3%). Sedangkan 6 responden dengan kategori perokok berat yang

memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 3 orang (50%) dan 3 orang (50%) memiliki

tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara

kebiasaan merokok dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita

LBP di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo (ρ = 0,000).


85

5. Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Penderita Low Back

Pain Di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo

Tabel 5. 7 Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja
Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG
Buduran, Sidoarjo (n = 40)
Estimate S.E. Wald df Nilai ρ

Masa Kerja -1,425 1,233 1,336 1 0,248


Posisi Kerja -11,504 134,349 0,007 1 0,932
IMT 1,500 1,256 1,427 1 0,232
Kebiasaan Merokok -12,456 133,567 0,009 1 0,926

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 4 faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri

low back pain yaitu masa kerja, posisi kerja, indeks massa tubuh, kebiasaan

merokok. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Regresi Ordinal dalam

program SPSS 21 bahwa masa kerja didapatkan nilai kemaknaan ρ = 0,248, posisi

kerja didapatkan nilai kemaknaan ρ = 0,932, IMT didapatkan nilai kemaknaan ρ =

0,232 dan kebiasaan merokok didapatkan nilai kemaknaan ρ = 0,926. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada faktor yang dominan yang mempengaruhi

tingkat nyeri low back pain pada kuli panggul dengan derajat kemaknaan (ρ < 0,05).
86

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada

Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain Di Perum BULOG

Buduran, Sidoarjo

Hasil penelitian pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 7 responden

dengan masa kerja baru (≤ 3 tahun) yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 6

orang (85,7%) dan yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 1 orang (14,3%).

Kemudian 33 responden dengan masa kerja lama (>3 tahun) yang memiliki tingkat

nyeri sedang sebanyak 10 orang (30,3%), kemudian yang memiliki tingkat nyeri

berat sebanyak 20 orang (60,6%) dan sebanyak 3 orang (9,1%) mengalami nyeri

sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara masa kerja dengan tingkat nyeri

low back pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo

(ρ = 0,007).

Masa kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan

dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus

menerus dalam keadaan yang statis pekerja kuli panggul akan mengalami gangguan

pada tubuh. Tekanan fisik pada suatu kurun waktu tertentu akan mengakibatkan

kinerja otot pekerja kuli panggul berkurang yang ditandai dengan gejala semakin

rendahnya gerakan (Andini, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh (Hendra dan

Suwandi, 2009) dalam (Koesyanto, 2013) bahwa pekerja yang mempunyai masa

kerja lebih dari 4 tahun mempunyai risiko gangguan muskuloskeletal 2,775 kali

lebih besar dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja ≤ 4 tahun. Hal ini

diperkuat dengan penelitian lain yang dilakukan (Mayrika, 2009) usia lebih dari 5

tahun lebih berisiko terkena nyeri punggung dibandingkan dengan responden


87

dengan masa kerja kurang dari 5 tahun. Hal ini terjadi pada pekerja kuli panggul di

Perum BULOG Buduran, Sidoarjo karena tingkat daya tahan otot sering digunakan

untuk bekerja mengangkat beban yang berat daya tahan otot akan menurun seiring

lamanya seseorang bekerja. Semakin lama bekerja, semakin tinggi risiko untuk

terjadinya keluhan pada daerah punggung.

Asumsi peneliti bahwa semakin lama masa kerja kuli panggul dan sering

melakukan gerakan statis maka dapat meningkatkan resiko terkena low back pain

dibuktikan dengan data lama kerja > 3 tahun yang mengalami nyeri berat sebanyak

50% dan berdasarkan observasi peneliti banyak kuli panggul yang tidak sesuai

dengan prosedur pengangkatan barang pada saat proses bongkar muat dari dump

truck menuju ke gudang. Menurut teori ergonomi semakin lama pekerja kuli

panggul menerima paparan yang statis akan dapat mempengaruhi kemampuan kerja

fisik. Komponen kemampuan kerja fisik dan kesegaran jasmani seseorang

ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan otot dan ketahanan kardiovaskuler

(Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004). Jadi semakin lama waktu bekerja atau

semakin lama seseorang terpajan faktor yang tidak ergonomi ini maka semakin

besar pula risiko untuk mengalami low back pain seseorang bekerja sehari secara

baik pada umumnya 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat. Memperpanjang waktu

kerja dari itu biasanya disertai penurunan efisiensi, timbulnya kelelahan dan

penyakit akibat kerja. Secara fisiologis istirahat sangat perlu untuk

mempertahankan kapasitas kerja.


88

5.2.2 Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada

Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG

Buduran, Sidoarjo

Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 32 responden

dengan posisi kerja dengan resiko tinggi yang memiliki tingkat nyeri sedang

sebanyak 16 orang (50%) dan memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 16 orang

(50%). Kemudian dengan posisi kerja kategori sangat tinggi yang memiliki tingkat

nyeri berat sebanyak 5 orang (62,5%) dan 3 orang (37,5%) yang memiliki tingkat

nyeri sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara posisi kerja dengan tingkat

nyeri low back pain pada pekerja penderita LBP di Perum BULOG Buduran,

Sidoarjo (ρ = 0,000).

Postur tubuh menurut Pheasant (1991) dalam (Handayani, 2011) dapat

didefinisikan sebagai orientasi relatif dari bagian tubuh terhadap ruang. Untuk

melakukan orientasi tubuh tersebut selama beberapa rentang waktu dibutuhkan

kerja otot untuk menyangga atau menggerakkan tubuh. Postur dapat diartikan

sebagai konfigurasi dari tubuh manusia, yang meliputi kepala, punggung, dan

tulang belakang. Secara alamiah postur tubuh menurut Bridger (2003) dalam

(Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004) dapat terbagi menjadi 2 yaitu statis dan

dinamis. Penelitian yang dilakukan (Andini, 2015) bekerja dengan posisi janggal

dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal

dapat menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka

tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi

janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar,

memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit
89

dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung

dan lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera MSDs.

Asumsi peneliti semakin sering kuli panggul mengangkat beban yang tidak

sesuai prosedur maka semakin resiko terjadinya low back pain hal ini dibuktikan

dengan data QEC posisi kerja didapatkan pekerja mengeluh pada bagian bahu

dengan rata-rata 39,2. Posisi kerja kategori resiko tinggi yang mengalami nyeri

sedang sebanyak 50% dan nyeri berat sebanyak 50%. Menurut teori ergonomi

metode angkut yang benar harus memenuhi dua prinsip kinetis yaitu : Beban

diusahakan menekan pada otot-otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot

tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan, dan momentum

gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan (Tarwaka, Bakri dan

Sudiajeng, 2004). Berdasarkan observasi peneliti responden dengan nyeri sedang

50% tergolong dalam posisi kerja yang salah dan tergolong dalam kriteria umur

dewasa awal sehingga fisiknya masih kuat sedangkan responden dengan nyeri berat

50% tergolong dalam posisi kerja yang salah dengan derajat punggung

membungkuk (> 600) dan tergolong dalam dewasa akhir sehingga fisik juga

semakin menurun selain itu lama kerja juga mempengaruhi posisi kerja karena

semakin banyak terpapar mengangkat berat dengan posisi yang tidak sesuai maka

semakin beresiko terjadinya low back pain. Hasil observasi peneliti menggunakan

QEC pekerja kuli panggul yang paling banyak mengeluh pada daerah bahu dengan

total skor 1568 dari 40 pekerja kuli panggul di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo.
90

5.2.3 Hubungan Antara IMT Dengan Tingkat Nyeri LBP Pada Pekerja

Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,

Sidoarjo

Hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 10 responden

dengan IMT kategori underweight yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 2

orang (20%), kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 7 orang (70%) dan 1

orang (10%) dengan tingkat nyeri sangat berat. Kemudian 6 responden dengan IMT

kategori normal yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 1 orang (16,7%),

kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 4 orang (66,7%) dan 1 orang

(16,7%) memiliki tingkat nyeri sangat berat. Sedangkan 24 responden dengan IMT

kategori overweight yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 13 orang

(54,2%), kemudian dengan tingkat nyeri berat sebanyak 10 orang (41,7%) dan 1

orang (4,2%) memiliki tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara

IMT dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita LBP di Perum

BULOG Buduran, Sidoarjo (ρ = 0,032).

Tinggi badan dan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya keluhan otot skeletal. Menurut Karuniasih (2009) dalam (Utami, 2017)

menyatakan bahwa seseorang dengan ukuran tubuh pendek berasosiasi dengan

keluhan pada leher dan bahu. Keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuram

tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam

menerima beban, baik beban berat tubuh maupun berat badan lainnya. Penelitian

yang dilakukan Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight

lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki

berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan
91

untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan

mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu

daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah

verterbae lumbal.

Peneliti berasumsi bahwa kuli panggul yang overweight dapat berisiko

mengalami low back pain dibuktikan dengan kuli panggul yang overweight

mengalami nyeri LBP dalam kategori berat 54,2% hal ini dikarenakan ketika berat

badan pekerja kuli panggul bertambah tulang belakang akan tertekan untuk

menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya

terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Verterbae lumbal

adalah daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari

obesitas.bahwa kelebihan berat badan meningkatkan berat pada tulang belakang

dan tekanan pada diskus, struktur tulang belakang, serta herniasi pada diskus

lumbalis yang rawan terjadi.

5.2.4 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Nyeri LBP

Pada Pekerja Kuli Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum

BULOG Buduran, Sidoarjo

Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 2 responden dengan

kategori perokok ringan yang memiliki tingkat nyeri sedang sebanyak 2 orang

(100%). Kemudian 32 responden dengan kategori perokok sedang yang memiliki

tingkat nyeri sedang sebanyak 14 orang (43,8%) dan yang memiliki tingkat nyeri

berat sebanyak 18 orang (56,3%). Sedangkan 6 responden dengan kategori perokok

berat yang memiliki tingkat nyeri berat sebanyak 3 orang (50%) dan 3 orang (50%)

memiliki tingkat nyeri sangat berat. Hasil uji statistik hubungan antara kebiasaan
92

merokok dengan tingkat nyeri Low Back Pain pada pekerja penderita LBP di Perum

BULOG Buduran, Sidoarjo (ρ = 0,000).

World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian akibat

merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020 mencapai 10

juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan

pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya

aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan

berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat

terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Andini, 2015). Penelitian yang

dilakukan (Tana, 2012) dalam (Andini, 2015) melaporkan bahwa dari hubungan

antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan hasil responden dengan

perilaku merokok lebih banyak yang menderita low back pain daripada yang tidak

pernah merokok sama sekali. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Syafitri, 2010) dalam (Handayani, 2011) didapatkan hasil bahwa ada

hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan terjadinya keluhan LBP.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarwaka (2004) bahwa semakin

lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula keluhan yang

dirasakan.

Asumsi peneliti bahwa semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi

pekerja kuli panggul maka semakin beresiko mengalami low back pain hal ini

dibuktikan dengan kuli panggul yang merokok dengan kategori perokok sedang

mengalami nyeri punggung dengan kategori berat sebanyak 18 orang (45%). Hal

ini dapat terjadi karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan penyumbatan pada
93

aliran darah tidak optimal menuju tulang belakang maka terjadilah nyeri pada

tulang belakang. Bila darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit

terjadi.

5.2.5 Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada Kuli

Panggul Yang Mengalami Low Back Pain di Perum BULOG Buduran,

Sidoarjo

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 diketahui bahwa tidak ada faktor

dominan yang paling berhubungan dengan tingkat nyeri pada kuli panggul yang

mengalami low back pain didapatkan masa kerja dengan ρ value = 0,248, posisi

kerja dengan ρ value = 0,932, IMT dengan ρ value = 0,232 dan kebiasaan merokok

ρ value = 0,926 Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada faktor yang dominan

yang mempengaruhi tingkat nyeri low back pain pada kuli panggul dengan derajat

kemaknaan (ρ < 0,05).

Faktor resiko LBP dapat dibagi menjadi beberapa faktor yaitu dari faktor

individu dan faktor pekerjaan. Menurut Andini, (2015) faktor individu dapat dilihat

berdasarkan dari faktor usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan

merokok, kebiasaan olahraga, riwayat pendidikan, riwayat pendapatan sedangkan

faktor pekerjaan dapat diliat dari faktor masa kerja, posisi kerja, beban kerja, durasi

kerja. Kesalahan ergonomi juga dapat mempengaruhi tingkat nyeri low back pain

menurut Suhardi B, (2008) dalam (Utami, 2017) faktor resiko yang dapat

menimbulkan kesalahan ergonomi yaitu pengulangan yang banyak (menjalankan

gerakan yang berulang ulang), beban berat yaitu beban fisik yang berlebihan selama

bekerja, postur yang kaku yaitu menekuk atau memutar bagian tubuh, beban statis

yaitu bertahan lama pada satu postus sehingga menyebabkan kontraksi otot.
94

Asumsi peneliti kenapa tidak ada faktor yang paling dominan dalam

penelitian ini karena dari ke 4 faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri low back

pain pada kuli panggul seperti : masa kerja, posisi kerja, IMT, kebiasaan merokok

semua faktor saling berkaitan dalam tingkat nyeri low back pain pada kuli panggul

di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik

Regresi Ordinal tidak ada faktor yang mendominasi yaitu masa kerja, posisi kerja,

IMT, kebiasaan merokok bahwa dari 4 faktor tersebut saling berkaitan

mempengaruhi tingkat nyeri low back pain dibuktikan dengan hasil uji statistik

hubungan didapatkan masa kerja (ρ = 0,007), posisi kerja (ρ = 0,000), IMT (ρ =

0,032), kebiasaan merokok (ρ = 0,000). Sehingga ke 4 faktor dari masa kerja, posisi

kerja, IMT, kebiasaan merokok harus bisa di kontrol kalau semua faktor

mempengaruhi tingkat nyeri low back pain.

5.2.6 Keterbatasan

Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian. Pada

penelitian ini beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah :

1. Ada variabel perancu yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti yang

kemungkinan turut berpengaruh terhadap hasil penelitian, misalnya kondisi

patologis dari tulang belakang pekerja kuli panggul sehingga memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut untuk pekerja kuli panggul yang mengalami low

back pain.

2. Pengumpulan data saat pengisian kuesioner berlangsung beberapa

responden terburu-buru dikarenakan saat proses pengisian memanfaatkan

waktu istirahat responden yang terbatas.


BAB 6

PENUTUP

6.1 Simpulan

Hasil penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan yang dilaksanakan

peneliti, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Masa kerja, posisi kerja, indeks massa tubuh dan kebiasaan merokok

mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli panggul yang mengalami low back

pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo.

2. Tidak ada faktor dominan yang mempengaruhi tingkat nyeri pada kuli

panggul yang mengalami low back pain yang berarti semua faktor saling

berkaitan.

6.2 Saran

1. Pekerja kuli panggul sebaiknya melakukan istirahat atau peregangan disaat

sudah mulai merasakan stres pada otot tubuh, disarankan pada para pekerja

kuli panggul untuk mulai berhenti merokok karena merokok dapat merusak

kesehatan dan pekerja kuli panggul senantiasa memperhatikan aspek

ergonomi dalam bekerja terutama posisi dalam bekerja maupun berat beban

yang akan di angkut pada saat bekerja guna mencegah maupun mengurangi

angka low back pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo.

2. Bagi Supervisor gudang diharapkan memberikan pelayanan kesehatan

seperti konseling tentang pencegahan merokok di area bekerja dan membuat

SOP cara pengangkatan barang pada kuli panggul sehingga dapat

95
96

mengurangi penyakit akibat kerja terutama low back pain di Perum BULOG

Buduran, Sidoarjo.

3. Peneliti selanjutnya diharapakan dapat meneliti variabel lainnya seperti

faktor lingkungan dan faktor psikososial yang dapat mempengaruhi tingkat

nyeri low back pain di Perum BULOG Buduran, Sidoarjo.


97

DAFTAR PUSTAKA

Adha, E. Z. I. R. dan Desrianty, A. 2014. Usulan Perbaikan Stasiun Kerja pada PT.
Sinar Advertama Servicindo (SAS) Berdasarkan Hasil Evaluasi
Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC). Skripsi Jurusan
Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. 2(4).

Andini, F. 2015. Risk factors of low back pain in workers. Skripsi Fakultas
Kesehatan Universitas Lampung. 4(1)

Davis, Larry E., King, M. K. and Schultz Jessica L.2005. Fundamentals of


Neurologic Disease. United States : Damos Medical.

Handayani,W.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan


Muskuloskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya
Toto Indonesia Tangerang. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Edisi


Kedua. Yogyakarta : BPFE UGM.

Hartati, Eni, L. 2015. Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri pada
Penderita Rheumathoid Arthritis Usia 40 Tahun ke atas di Lingkungan
Kerja Puskesmas Tiga Balata. Skripsi Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Hidayat, A. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta :


Salemba Medika

Koesyanto, H. 2013. Masa Kerja dan Sikap duduk terhadap Nyeri Punggung bawah.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8(2).
https://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kemas/2824

L.Moore, Keith, Anne M.R Agur, and Arthur F. Dalley. 2014. Clinically Oriented
Anatomy. Philadelpia.
98

Li, G and Buckle, P. 1999. A Practical Method For The Assesment Of Work –
Related Musculos Keletal Risk – Quick Eksposure Check (QEC). In :
Proceedings Of Human Factors and Ergonomics Society 42 nd Annual
Meeting, October 5 – 9. Chicago

Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta : EGC.

Morton, Imron. 2011. Bahan Ajar Mahasiwa Kesehatan Statistika Kesehatan


Dilengkapi Indikator Kesehatan, Vital Statistik, Tabel Kematikan Klinis.
Jakarta : Cv. Sagung Seto

Nasution, Indri K. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Octaviani, D. 2017. Hubungan Postur Kerja dan Faktor Lain Terhadap Keluhan
Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) Pada Sopir Bus Antar Provinsi di
Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bandar
Lampung.

Pearce E. C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Purba JS, Ng DS. 2008. Nyeri Punggung Bawah : Patofisiologi, Terapi


Farmakologi. In Medicinus, 21(2) : 38-42.

Pratiwi, M., Setyaningsih, Y. dan Kurniawan, B. 2009. Beberapa Faktor Yang


Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu
Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 4(1), hal. 61–67.

Riningrum, H. dan Widowati, E. 2016. Pengaruh Sikap Kerja, Usia, dan Masa Kerja
Terhadap Keluhan Low Back Pain. Jurnal Pena Medika, 6(2), hal. 91–102.

Smeltzer, C. and Bare, G. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Susanti, N., Hartiyah., dan Kuntowato. 2015. Hubungan Berdiri Lama Dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Pekerja Kasir di Surakarta.
Jurnal Pena Medika. 5 (1), hal. 60-70
99

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. pp. 35; 97-101.

Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work, sixth edition. Toronto :
The CV Mosby Company St. Louis

Utami, N. W. 2017. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Keparahan


Nyeri Punggung Bawah Pada Buruh Panggul Di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya. Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.

Victor M, Ropper A. H., D. Adams R. D.2000. Adams & Victor`s Principles Of


Neurology 7th edition. United States: McGraw-Hill.

World Health Organization. 2003. The burden of musculoskeletal conditions at the


start of the new millennium. World Health Organization technical report
series. 919(i–x), pp. 1–218.
100

Lampiran 1

CURICULUM VITAE

Nama : Nasa Fasalino

NIM : 141.0067

Program Studi : S-1 Keperawatan

Tempat, tanggal lahir : Jombang, 12 November 1995

Alamat : Perum Tawangsari Permai DD 83 Taman-Sidoarjo

Status pekawinan : Belum kawin

Agama : Islam

No. HP : 081236665520

Email : nfasalino@gmail.com

Riwayat pendidikan :

1. TK Dharmawanita 2 Sidoarjo Tahun 2000-2002

2. SD Negeri Tawangsari 1 Taman-Sidoarjo Tahun 2002-2008

3. SMP Negeri 2 Sukodono Tahun 2008-2011

4. SMA Intensif Taruna Pembangunan Tahun 2011-2014


101

Lampiran 2

MOTTO dan PERSEMBAHAN

Motto:

“Fall Down Six Times, Get Up Seven”

Persembahan:

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT saya mempersembahkan

karya ini kepada:

1. Ayah dan Ibu saya, Bapak Saiful Arifin dan Ibu Nurul Latifah yang selalu

memberi petunjuk menuju tangga sederhana dari Allah.

2. Adik tercinta Rara dan Rere yang selalu jadi telinga dan bahu untuk

mendengar dan berbagi segala macam keluhan.

3. Untuk eyang terimakasih pijatan maut yang selalu bikin nyaman.

4. Untuk Alm. Ustdz. Ghofir terimakasih untuk ajaran islam yang selalu

engkau tekankan, engkau utamakan hingga akhirnya menjadi sebuah

kebiasaan indah. Semoga bapak mendapat tempat terindah disisi Allah

SWT.

5. Untuk S1 – 4 A terimakasih telah memberikan semngat dan doa nya untuk

penulisan ini, Semoga kita selalu dimudahkan oleh Allah SWT.

6. Untuk teman Rt 26 terimakasih telah memberikan dukungan serta

memberikan masukan dalam penulisan ini.

7. Untuk Wahyu Febrianto terimakasih telah memberi saran penulisan serta

selalu membuatkan teh hangat.


102

Lampiran 3
103

Lampiran 4
104

Lampiran 5
105

Lampiran 6

LEMBAR INFORMATION FOR CONSENT

Kepada Yth.

Klien Calon Responden Penelitian

Di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo

Saya adalah mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKES Hang Tuah


Surabaya akan mengadakan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Analisis Faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada Kuli Panggul yang mengalami Low Back
Pain”.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti dan
akan bisa menambah pengetahuan untuk saudara. Saya mengharapkan tanggapan
atau jawaban yang saudara berikan sesuai dengan yang terjadi pada saudara sendiri
tanpa ada pengaruh atau paksaan dari orang lain.
Dalam penelitian ini partisipasi saudara bersifat bebas artinya saudara ikut
atau tidak, tidak ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi responden
silahkan untuk menanda tangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Informasi atau keterangan yang saudara berikan akan dijamin
kerahasiaannya dan akan digunakan untuk kepentingan ini saja.

Yang menjelaskan Yang dijelaskan

NASA FASALINO
NIM : 141.0067
106

Lampiran 7

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia untuk ikut berpartisipasi
sebagai responden penelitianyang dilakukan oleh mahasiswa Prodi S1 keperawatan
STIKES Hang Tuah Surabaya atas nama :

Nama : Nasa Fasalino


NIM : 141.0067

Yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada


Kuli Panggul yang Mengalami Low Back Pain di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo”.
Tanda tangan saya menunjukkan bahwa :

1. Saya telah diberi informasi atau penjelasan tentang penelitian ini dan informasi
peran saya.

2. Saya mengerti bahwa catatan tentang penelitian ini dijamin kerahasiaannya.


Semua berkas yang mencamtumkan identitas dan jawaban yang saya berikan hanya
diperlukan untuk mengolah data.

3. Saya mengerti bahwa penelitian ini akan mendorong pengembangan tentang


“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Nyeri Pada Kuli Panggul yang
Mengalami Low Back Pain di Perum Bulog Buduran, Sidoarjo”.

Oleh karena itu saya secara sukarela menyatakan ikut berperan serta dalam
penelitian ini.

Surabaya, 18 Mei 2018

Peneliti Responden

Saksi Peneliti Saksi Responden


107

No Responden
Lampiran 8

LEMBAR SCREENING

PEKERJA KULI PANGGUL YANG MENGALAMI LOW


BACK PAIN DI PERUM BULOG BUDURAN
SIDOARJO

1. Nyeri yang dirasakan dalam jangka waktu : ......... (minggu/bulan/tahun) *)pilih salah Satu

2. Nyeri tubuh bagian mana yang dirasakan oleh pekerja :


Leher Punggung bagian bawah
Dada

3. Rasa nyeri yang anda rasakan seperti apa ? :


Nyeri menetap Nyeri menyebar
Nyeri hilang timbul

4. Kapan waktu yang anda rasakan saat nyeri punggung ( bisa memilih > 1 )
Saat istirahat
Saat aktivitas
Saat bangun tidur

5. Gerakan apa saja yang dapat mempengaruhi bertambahnya tingkat nyeri


punggung bawah
Duduk Berdiri
Tiduran

PENILAIAN PEKERJA KULI PANGGUL DENGAN DIAGNOSIS


LOW BACK PAIN :

1. Nyeri yang dirasakan (≥ 2 minggu)

2. Punggung bagian bawah 

3. Nyeri menyebar 

4. Saat aktivitas 

5. Berdiri 
108

No Responden
Lampiran 9

LEMBAR KUESIONER

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT NYERI


PADA KULI PANGGUL YANG MENGALAMI LOW BACK
PAIN DI PERUM BULOG BUDURAN
SIDOARJO

Petunjuk :
1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda.
2. Bacalah setiap pertanyaan secara seksama.
3. Beri tanda ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda.
4. Mohon semua pertanyaan dijawab dengan lengkap.
5. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan

A. Data Demografi
1. Usia : ............Tahun
2. Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma / Sarjana
3. TB :
4. BB :

B. Masa Kerja
Pertanyaan/ Pernyataan Kode (diisi
oleh peneliti)
1. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai kuli panggul di B1 ( )
Perum Bulog Buduran, Sidoarjo ?

Tahun

2. Apakah sebelumnya anda pernah bekerja di bagian yang B2 ( )


sama di perusahaan lain?
a. Ya, pernah b. Tidak pernah (SELESAI)

3. Sudah berapa lama anda bekerja di bagian yang sama pada B3 ( )


perusahaan sebelumnya?
_____________ Tahun
Setelah data terkumpukan kemudian di jumlahkan dalam ............Tahun
bentuk tahun
109

C. Kebiasaan Merokok

Pertanyaan/ Pernyataan Kode (kode


diisi peneliti
1. Apakah anda Perokok ? C1( )
a. Iya
b. Tidak pernah (Selesai)
2. Berapa batang rokok yang anda habiskan tiap hari ? C2( )

_________ Batang

D. Kuesioner Tingkat Nyeri Low Back Pain

Berilah lingkaran pada skala nyeri di bawah ini sesuai dengan tingkat nyeri

yang anda alami saat nyeri punggung bawah.


110

Lampiran 10

QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC)

LEMBAR PENELITI

PUNGGUNG

A: Ketika melakukan pekerjaan, posisi punggung adalah: (pilih posisi yang


paling tidak standar)

A1 Hampir netral (tegak lurus dengan kaki atau ≤ 20o)


A2 Bahaya fleksi atau putaran atau bengkok sedang (200-600)
A3 Bahaya Fleksi atau putaran atau bengkok berat (> 600)

B: Pilih SALAH SATU dua pilihan pekerjaan dibawah ini :


Untuk pekerjaan dengan posisi duduk atau berdiri. Apakah pekerjaan atau
punggung tersebut dalam keadaan statis?

B1 Tidak
B2 Ya

Untuk pekerjaan mengangkat, dorong/tarik dan membawa (Contoh:


Memindahkan benda). Apakah ada pergerakan dari punggung?

B3 Jarang (kurang dari 6 kali per menit)


B4 Sering (8- 12 kali per minute)
B5 Sangat sering (≥ 12 kali per minute)

BAHU / LENGAN :
C: Ketika bekerja, bagaimana posisi tangan? : (pilih posisi yang paling tidak
standar)

C1 Pada atau dibawah pinggang


C2 Pada ketinggian dada
C3 Pada atau di atas bahu

D: Seberapa sering pergerakan bahu/lengan

D1 Jarang (bergerak sebentar-sebentar)


D2 Sering (bergerak biasa dengan sedikit berhenti)
D3 Sangat Sering (hampir tidak berhenti)
111

PERGELANGAN TANGAN / TANGAN :

E: Saat bekerja posisi pergelangan tangan ? (pilih posisi yang paling tidak
standar)

E1 Posisi netral lurus dengan lengan (<150)


E2 Menyimpang atau bengkok ( ≥ 150)

F: Berapa frekuensi gerakan yang serupa terulang?

F1 ≤10 kali / menit


F2 11 - 20 kali / menit
F3 ≥ 20 kali / menit

LEHER
G: Saat bekerja, apakah postur kepala/leher menunduk/memutar?

G1 Tidak
G2 Ya, jarang
G3 Ya, sering
112

LEMBAR PEKERJA

Silahkan beri tanda pada kotak yang telah disediakan !

H: Berapa berat beban maksimal yang anda bawa secara manual


(menggunakan tangan)?

H1 Ringan (≤ 5 kg)
H2 Sedang (6 - 10 kg)
H3 Berat (11 – 20 kg)
H4 Sangat Berat (≥ 20 kg)

J: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan


anda?

J1 ≤ 2 jam
J2 2 - 4 jam
J3 ≥ 4 jam

K: Berapa berat benda yang dipegang dengan menggunakan satu tangan?

K1 Ringan (< 1 kg)


K2 Sedang (2 - 4 kg)
K3 Berat (> 4 kg)

L: Apakah pekerjaan anda membutuhkan ketelitian mata?

L1 Ketelitian rendah (hampir tidak membutuhkan ketelitian)


L2 Ketelitian tinggi (butuh beberapa ketelitian)

M: Apakah anda menggunakan/mengendarai alat berat di tempat kerja?

M1 Kurang dari 1 jam per hari atau tidak pernah


M2 1 – 4 jam per hari
M3 > 4 jam per hari

N: Apakah anda menggunakan alat yang bergetar di tempat kerja?

N1 Kurang dari 1 jam per hari atau tidak pernah


N2 1 – 4 jam per hari
N3 > 4 jam per hari
113

P: Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti tuntutan kerja (target


produksi)?

P1 Tidak pernah
P2 Kadang-kadang
P3 Sering

Q: Menurut anda, bagaimana pekerjaan anda secara umum?

Q1 Tidak membuat anda stress


Q2 Agak membuat anda stress
Q3 Cukup membuat anda stres
Q4 Sangat membuat anda stres
114

Lampiran 11
115

Lampiran 12

LEMBAR OBSERVASI
PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) KULI PANGGUL
DI PERUM BULOG BUDURAN, SIDOARJO

No. Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m) IMT (Kg/m2) Kategori
1 64 1,66 23,22 Overweight
2 66 1,64 24,53 Overweight
3 43 1,58 17,22 Underweight
4 61 1,61 23,53 Overweight
5 64 1,71 21,88 Normal Range
6 63 1,61 24,30 Overweight
7 62 1,64 23,05 Overweight
8 52 1,74 17,17 Underweight
9 68 1,65 24,97 Overweight
10 48 1,66 17,41 Underweight
11 65 1,74 21,46 Normal Range
12 63 1,71 21,54 Normal Range
13 48 1,66 17,41 Underweight
14 66 1,65 24,24 Overweight
15 62 1,65 22,77 Normal Range
16 65 1,67 23,30 Normal Range
17 70 1,64 26,02 Overweight
18 75 1,68 26,57 Overweight
19 68 1,65 24,97 Overweight
20 61 1,61 23,53 Overweight
21 48 1,66 17,41 Underweight
22 71 1,69 24,85 Overweight
23 70 1,68 24,80 Overweight
24 69 1,64 25,65 Overweight
25 50 1,69 17,50 Underweight
26 58 1,60 22,65 Overweight
27 72 1,67 25,81 Overweight
28 62 1,65 22,77 Normal Range
29 51 1,69 17,85 Underweight
30 61 1,61 23,53 Overweight
31 68 1,65 24,97 Overweight
32 70 1,68 24,80 Overweight
33 64 1,66 23,22 Overweight
34 68 1,65 24,97 Overweight
35 50 1,69 17,50 Underweight
36 63 1,61 24,30 Overweight
37 62 1,64 23,05 Overweight
38 70 1,68 24,80 Overweight
39 48 1,66 17,41 Underweight
40 52 1,74 17,17 Underweight
116

Lampiran 13

TABULASI DATA UMUM DAN DATA KHUSUS


KULI PANGGUL YANG MENGALAMI LOW BACK PAIN
DI PERUM BULOG BUDURAN, SIDOARJO

NO. USIA PENDIDIKAN POSISI IMT KEBIASAAN LBP


MASA KERJA
RESPONDEN KERJA MEROKOK
1 2 2 2 3 3 3 3
2 1 2 1 3 3 3 4
3 1 1 2 3 1 3 4
4 2 1 1 3 3 2 3
5 2 1 2 3 2 3 4
6 2 1 2 3 3 3 3
7 2 1 1 3 3 3 3
8 1 2 2 3 1 3 3
9 2 1 2 4 3 3 4
10 2 1 2 4 1 3 4
11 2 1 2 4 2 3 4
12 2 1 2 3 2 3 4
13 2 2 2 3 1 2 3
14 2 3 1 3 3 3 3
15 2 3 2 3 2 3 3
16 1 3 2 3 3 3 4
17 2 2 2 3 3 4 4
18 2 2 2 3 3 4 4
19 2 2 2 3 3 3 3
20 2 2 2 3 3 3 3
21 1 3 2 3 1 3 4
22 1 3 2 3 3 3 3
23 2 2 2 3 3 3 3
24 1 2 2 3 3 3 3
25 2 2 2 3 1 3 4
26 2 1 2 3 2 3 4
27 2 2 2 4 3 4 5
28 1 2 2 4 2 4 5
29 2 1 2 4 1 4 5
30 2 1 2 4 3 3 4
31 1 3 1 3 3 3 3
32 1 1 1 3 3 3 3
33 1 2 1 3 3 3 3
34 2 1 2 3 3 3 4
35 2 2 2 3 1 3 4
36 2 3 2 3 3 3 4
37 2 1 2 3 3 3 4
38 2 1 2 3 3 3 4
39 2 1 2 4 1 4 4
40 2 1 2 3 1 3 4
117

Keterangan :

Masa Kerja : Tingkat Nyeri Low Back Pain:


1. Baru ≤ 3 Tahun 1. (0 = Tidak Nyeri)
2. Lama > 3 Tahun 2. (1-3 = Nyeri Ringan)
Posisi Kerja : 3. (4-6 = Nyeri Sedang)
1. Resiko Ringan 0-40% 4. (7-8 = Nyeri Berat)
2. Sedang 41-50% 5. (9-10 = Nyeri Sangat Berat)
3. Tinggi 51-70%

4. Sangat Tinggi 71-100%

IMT : Usia :
1. Underweight (< 18,5) 1. 25 – 30 Tahun
2. Normal Range (18,5-22,9) 2. 31 – 40 Tahun
3. Overweight (≥ 23)

Kebiasaan Merokok : Pendidikan :

1. Tidak Merokok 1. SD

2. Perokok Ringan 1-4/Hari 2. SMP

3. Sedang 5-14/Hari 3. SMA

4. Berat ≥ 15 Batang/Hari 4. DIPLOMA/SARJANA


118

Lampiran 14

TABULASI DATA POSISI KERJA


KULI PANGGUL YANG MENGALAMI LOW BACK PAIN
DI PERUM BULOG BUDURAN, SIDOARJO
NO Back Shoulder/Arm Wrist/Hand Neck Driving Vibration Work Stress Kode
Pace
1 32 38 22 4 1 1 1 1 3
2 32 38 22 4 1 1 1 1 3
3 32 38 22 4 1 1 1 1 3
4 32 38 22 4 1 1 1 1 3
5 32 38 22 4 1 1 1 1 3
6 32 38 22 4 1 1 1 1 3
7 32 38 22 4 1 1 1 1 3
8 32 38 22 4 1 1 1 1 3
9 10 44 40 12 1 1 1 1 4
10 10 44 40 12 1 1 1 1 4
11 10 44 40 12 1 1 1 1 4
12 32 38 22 4 1 1 1 1 3
13 32 38 22 4 1 1 1 1 3
14 32 38 22 4 1 1 1 1 3
15 32 38 22 4 1 1 1 1 3
16 32 38 22 4 1 1 1 1 3
17 32 38 22 4 1 1 1 1 3
18 32 38 22 4 1 1 1 1 3
19 32 38 22 4 1 1 1 1 3
20 32 38 22 4 1 1 1 1 3
21 32 38 22 4 1 1 1 1 3
22 32 38 22 4 1 1 1 1 3
23 32 38 22 4 1 1 1 1 3
24 32 38 22 4 1 1 1 1 3
25 32 38 22 4 1 1 1 1 3
26 32 38 22 4 1 1 1 1 3
27 10 44 40 12 1 1 1 1 4
28 10 44 40 12 1 1 1 1 4
29 10 44 40 12 1 1 1 1 4
30 10 44 40 12 1 1 1 1 4
31 32 38 22 12 1 1 1 1 3
32 32 38 22 4 1 1 1 1 3
33 32 38 22 4 1 1 1 1 3
34 32 38 22 4 1 1 1 1 3
35 32 38 22 4 1 1 1 1 3
36 32 38 22 4 1 1 1 1 3
37 32 38 22 4 1 1 1 1 3
38 32 38 22 4 1 1 1 1 3
39 10 44 40 12 1 1 1 1 4
40 32 38 22 4 1 1 1 1 3
Total 1104 1568 1024 224 40 40 40 40
119

Lampiran 15

FREKUENSI DATA UMUM DAN KHUSUS HASIL SPSS

Statistics

USIA PENDIDIKAN MASAKERJA POSISIKERJA IMT KEBIASAAN LBP


MEROKOK

Valid 40 40 40 40 40 40 40
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0

1. Usia

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

25-40 11 27,5 27,5 27,5

Valid 31-40 29 72,5 72,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

2. Pendidikan

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 18 45,0 45,0 45,0

SMP 15 37,5 37,5 82,5

Valid SMA 7 17,5 17,5 100,0

40 100,0 100,0
Total
120

3. Masa Kerja

MASAKERJA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BARU < 3 7 17,5 17,5 17,5

Valid LAMA > 3 33 82,5 82,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

4. Posisi Kerja
POSISIKERJA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

RESIKO TINGGI 51 - 70% 32 80,0 80,0 80,0

Valid SANGAT TINGGI 71 - 100% 8 20,0 20,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

5. IMT
IMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

UNDERWEIGHT (< 18,5) 10 25,0 25,0 25,0

NORMAL RANGE (18,5 - 6 15,0 15,0 40,0


Valid 22,9)

OVERWEIGHT (> 23) 24 60,0 60,0 100,0

Total 40 100,0 100,0


121

6. Kebiasaan Merokok

KEBIASAANMEROKOK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

PEROKOK RINGAN 1-4 2 5,0 5,0 5,0


/HARI

SEDANG 5-14 32 80,0 80,0 85,0


Valid
BATANG/HARI

BERAT > 15 BATANG/HARI 6 15,0 15,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

7. Tingkat Nyeri Low Back Pain

LBP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Nyeri Sedang 16 40,0 40,0 40,0

Nyeri Berat 21 52,5 52,5 92,5


Valid
Sangat Berat 3 7,5 7,5 100,0

Total 40 100,0 100,0


122

Lampiran 16

CROSSTABS DATA UMUM DAN KHUSUS HASIL SPSS

1. Low Back Pain

a. Masa Kerja* Low Back Pain

MASAKERJA * LBP Crosstabulation

LBP Total

Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Berat

Count 6 1 0 7

% within MASAKERJA 85,7% 14,3% 0,0% 100,0%


BARU < 3
% within LBP 37,5% 4,8% 0,0% 17,5%
% of Total 15,0% 2,5% 0,0% 17,5%
MASAKERJA
Count 10 20 3 33

% within MASAKERJA 30,3% 60,6% 9,1% 100,0%


LAMA > 3
% within LBP 62,5% 95,2% 100,0% 82,5%

% of Total 25,0% 50,0% 7,5% 82,5%


Count 16 21 3 40

% within MASAKERJA 40,0% 52,5% 7,5% 100,0%


Total
% within LBP 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 40,0% 52,5% 7,5% 100,0%

Correlations

MASAKERJA LBP

Correlation Coefficient 1,000 ,420**

MASAKERJA Sig. (2-tailed) . ,007

N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,420** 1,000

LBP Sig. (2-tailed) ,007 .

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


123

b. Posisi Kerja* Low Back Pain

POSISIKERJA * LBP Crosstabulation

LBP Total

Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Berat

P Count 16 16 0 32
O 50,0% 50,0% 0,0% 100,0
% within POSISIKERJA
S
RESIKO TINGGI 51 - 70% %
I % within LBP 100,0% 76,2% 0,0% 80,0%
S
% of Total 40,0% 40,0% 0,0% 80,0%
I
Count 0 5 3 8
K
0,0% 62,5% 37,5% 100,0
E % within POSISIKERJA
SANGAT TINGGI 71 - 100% %
R
J % within LBP 0,0% 23,8% 100,0% 20,0%

A % of Total 0,0% 12,5% 7,5% 20,0%

Count 16 21 3 40

40,0% 52,5% 7,5% 100,0


% within POSISIKERJA
%
Total 100,0% 100,0% 100,0% 100,0
% within LBP
%

40,0% 52,5% 7,5% 100,0


% of Total
%

Correlations

LBP POSISIKERJA

Correlation Coefficient 1,000 ,536**


LBP Sig. (2-tailed) . ,000

N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,536** 1,000

POSISIKERJA Sig. (2-tailed) ,000 .

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


124

c. IMT* Low Back Pain

IMT * LBP Crosstabulation

LBP Total

Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Berat

Count 2 7 1 10

% within IMT 20,0% 70,0% 10,0% 100,0%


UNDERWEIGHT (< 18,5)
% within LBP 12,5% 33,3% 33,3% 25,0%

% of Total 5,0% 17,5% 2,5% 25,0%

Count 1 4 1 6

NORMAL RANGE (18,5 - % within IMT 16,7% 66,7% 16,7% 100,0%


IMT
22,9) % within LBP 6,3% 19,0% 33,3% 15,0%

% of Total 2,5% 10,0% 2,5% 15,0%

Count 13 10 1 24
% within IMT 54,2% 41,7% 4,2% 100,0%
OVERWEIGHT (> 23)
% within LBP 81,3% 47,6% 33,3% 60,0%

% of Total 32,5% 25,0% 2,5% 60,0%


Count 16 21 3 40

% within IMT 40,0% 52,5% 7,5% 100,0%


Total
% within LBP 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 40,0% 52,5% 7,5% 100,0%

Correlations

LBP IMT

Correlation Coefficient 1,000 -,339*

LBP Sig. (2-tailed) . ,032

N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,339* 1,000

IMT Sig. (2-tailed) ,032 .

N 40 40

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


125

a. Kebiasaan Merokok*Low Back Pain

KEBIASAANMEROKOK * LBP Crosstabulation

LBP Total

Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat


Berat

Count 2 0 0 2

PEROKOK RINGAN % within KEBIASAANMEROKOK 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%


1-4 /HARI % within LBP 12,5% 0,0% 0,0% 5,0%

% of Total 5,0% 0,0% 0,0% 5,0%

Count 14 18 0 32

KEBIASAAN SEDANG 5-14 % within KEBIASAANMEROKOK 43,8% 56,3% 0,0% 100,0%


MEROKOK BATANG/HARI % within LBP 87,5% 85,7% 0,0% 80,0%

% of Total 35,0% 45,0% 0,0% 80,0%


Count 0 3 3 6

BERAT > 15 % within KEBIASAANMEROKOK 0,0% 50,0% 50,0% 100,0%


BATANG/HARI % within LBP 0,0% 14,3% 100,0% 15,0%

% of Total 0,0% 7,5% 7,5% 15,0%


Count 16 21 3 40

% within KEBIASAANMEROKOK 40,0% 52,5% 7,5% 100,0%


Total
% within LBP 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 40,0% 52,5% 7,5% 100,0%

Correlations

LBP KEBIASAANME
ROKOK

Correlation Coefficient 1,000 ,555**

LBP Sig. (2-tailed) . ,000

N 40 40
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,555** 1,000

KEBIASAANMEROKOK Sig. (2-tailed) ,000 .

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


126

Regression

Parameter Estimates

Estimate Std. Error Wald df Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

T[LBP = 3] -23,775 189,444 ,016 1 ,900 -395,079 347,528


h -,204 1,327 ,024 1 ,878 -2,804 2,397
r
e
s
[LBP = 4]
h
o
l
d
[MASAKERJA=1] -1,425 1,233 1,336 1 ,248 -3,842 ,991

[MASAKERJA=2] 0a . . 0 . . .
L
[POSISIKERJA=3] -11,504 134,349 ,007 1 ,932 -274,822 251,815
o
c[POSISIKERJA=4] 0a . . 0 . . .

a[IMT=1] 1,193 1,006 1,407 1 ,236 -,779 3,164


t[IMT=2] 1,500 1,256 1,427 1 ,232 -,961 3,961
i[IMT=3] 0a . . 0 . . .
o
[KEBIASAANMEROKOK=2] -25,721 462,546 ,003 1 ,956 -932,294 880,851
n
[KEBIASAANMEROKOK=3] -12,456 133,567 ,009 1 ,926 -274,243 249,331

[KEBIASAANMEROKOK=4] 0a . . 0 . . .

Link function: Logit.


a. This parameter is set to zero because it is redundant.
127

Lampiran 17

Dokumentasi Penelitian
1

Anda mungkin juga menyukai