Proposal Karya Tulis Ilmiah Deskriptif disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Program Pendidikan diploma III Keperawatan
Ns. Sri Novita Yuliet., M.Kep., Sp. Kom Hj. Rusherina, S.Pd, S.Kep, M.Kes
NIP. 198607122008122002 NIP. 196504241988032002
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji
M.Kep
Mengetahui Ketua
Jurusan Keperawatan
baik. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Riau.
3. Ibu Idayanti, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
4. Ibu Ns. Sri Novita Yuliet., M.Kep., Sp. Kom Dosen Pembimbing I yang telah
5. Ibu Ns. Erni Forwaty, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Penguji I dalam Ujian
6. Ibu Melly., SST., M.Kes selaku Dosen Penguji II dalam Ujian Proposal
7. Pimpinan Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau yang telah memberi izin
Penulis
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Halaman
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Pembuat Pernyataan
M. Azis Azhari
NIM. P032114401065
Mengetahui:
Ns. Sri Novita Yuliet., M. Kep., Sp.Kom Hj. Rusherina, S.Pd, S.Kep, M.Kes
NIP. 198607122008122002 NIP. 196504241988032002
Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)
Dengan hormat,
Peneliti
M. Azis Azhari
kuesioner penelitian
Responden
( )
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa adalah ketika orang dalam keadaan sehat dan bisa
terhadap diri sendiri maupun orang lain dan bisa menerima orang lain sebagai
seseorang individu berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga
perkembangan individu tersebut tidak sesuai maka disebut gangguan jiwa (UU,
mengalami gangguan pada jiwa, pikiran, prilaku dan perasaan yang mencakup
pada bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna dan bisa
dan menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Fairuzahida, 2018). Salah satu
atau penilaian tanpa adanya stimulus yang diterima oleh panca indra, dan
merupakan suatu dampak dari gangguan persepsi (Diah & Nur, 2022)
Gangguan jiwa ditemukan di semua negara termasuk Indonesia
sendiri, pada wanita dan pria, pada manusia tahap kehidupan, orang miskin
maupun orang kaya baik di pedesaan maupun di perkotaan mulai dari yang ringan
sampai yang berat. Hal tersebut menunjukkan masalah gangguan jiwa di dunia
memang sudah menjadi masalah yang sangat serius dan menjadi masalah global.
Prevelensi gangguan jiwa berat mempengaruhi lebih dari 21 juta jiwa di dunia dan
(WHO, 2016) (Dalam Estika, 2021). Menurut WHO (2022) Terdapat 300 juta
jiwa diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa seperti depresi, bipolar dan
terdapat peningkatan signifikan dibanding dari Riskesdes 2013, data naik dari
1,7% menjadi 7% dari 300 ribu sampel rumah tangga (1,2 juta jiwa) di 34
Provinsi 316 Kabupaten dan 98 Kota. Angka kejadian skizofrenia di Rumah Sakit
jumlah 1.848 menurut data rekam medik yang ada di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru Provinsi Riau. Berdasarkan data sekunder yang didapat melalui data
pasien rawat inap penderita skizofrenia 4 bulan terakhir 2020 yaitu dari bulan
stimulus eksternal. Apabila halusinasi sudah melekat, pasien akan merasa sangat
ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan yang
sekitar 70% halusinasi yang dialami pasien gangguan jiwa adalah halusinasi
pendengaran, 20% adalah halusinasi penglihatan. Pasien dengan halusinasi
dengan baik dapat berisiko terhadap keamanan diri pasien sendiri, orang lain dan
bisikan-bisikan perintah melukai dirinya sendiri maupun orang lain (Rrogers &
dengan skizofrenia, demensia dan depresi berat dengan gejala psikosis. Adapun
suara yang tidak didengar orang lain, suara itu bisa berupa suara ajakan, suara
marah, percakapan, tawa, bahkan suara langkah kaki seseorang. Misalnya, pasien
seolah mendengar seseorang sedang berjalan di loteng, padahal tidak ada siapa-
siapa di loteng. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada pasien dengan skizofrenia,
yaitu munculnya histeris, rasa lemah, dan tidak mampu mencapai tujuan,
ketakutan yang berlebihan, pikiran yang buruk dan dapat melakukan tindak
menyebabkan timbul respon maladatif seperti mencederai diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan, prilaku kekerasan hingga bunuh diri (Keliat, 2011 dalam Jundan
Setyowati, 2019)
terhadap suara musik yang diberikan, efek terapi musik klasik tersebut dapat
Salah satu psikoterapi yang efektif adalah dengan terapi musik klasik
dimana terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang
Terapi musik klasik bertujuan untuk memberikan relaksasi terhadap pikiran dan
tubuh pasien yang mengalami halusinasi, terapi ini dapat dipelajari dan
nyaman dan aman bagi pasien (Purnama, 2016 dalam Yanti, Dian Angri, et,al,
2020)
musik klasik di Rumah Sakit Jiwa yang memiliki hasil didapatkan hasil bahwa
dari rata-rata skor 18.05 ke skor 10.32 dengan selisih rata-rata 7.73 yaitu dari
yang berjudul aktivitas terapi musik terhadap halusinasi pendengaran pada pasien
skizofrenia yang memiliki hasil terapi musik dapat menurunkan halusinasi
Tampan Pekanbaru dari tahun 2023, didapatkan data pasien dengan prilaku
orang (81,3%), pasien dengan harga diri rendah sebayak 2 orang (2,2%), pasien
dengan isolasi sosial berjumlah 3 orang (3,3%), pasien dengan defisit perawatan
diri sebayak 7 orang ( 7,7%), dan pasien dengan RBD berjumlah 5 orang (5,5%).
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa dengan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Penerapan Terapi Musik Klasik Untuk
Riau”.
Tampan Pekanbaru.
Tampan Pekanbaru.
Tampan Pekanbaru.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi
halusinasi pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, RPK dan
prilaku aneh dan katonik (Made et al. 2023). Skizofrenia merupakan gangguan
jiwa yang dapat mengakibatkan berakhir dengan hilangnya nyawa diri sendiri
atau orang lain bisa tidak segera diatasi. Dalam penanganan penyakit ini perlu
dilakukan adalah dengan terapi, rehabilitas dan juga konseling. Upaya terbesar
masyarakat, dalam hal ini terapi terbaik adalah bentuk dukungan keluarga dalam
1. Faktor Alami/Biologis
3) Infeksi
namun 10% yang mempunyai hubungan paling dekat seperti orang tua, kakak
1. Skizofrenia Simplek
yang jarang di dapat, jenis ini timbulnya berlahan dan sering timbul pada
masa remaja.
2. Skizofrenia Hebefrenia
atau antara umur 15-25 tahun. Gejala yang mencolok ialah gangguan
dan halusinasi.
3. Skizofrenia Katatonia
4. Skizofrenia Paranoid
6. Skizofrenia Residual
jelas adanya gejala-gejala skunder, keadaan ini sering muncul ketika sudah
yaitu:
1. Gejala primer
1) Gangguan proses pikiran atau bentuk, langkah dan isi pikiran. Pada
meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat atau mereka menganggap hal itu
2. Gejala sekunder
1) Waham
bagi menjadi 2 kelompok yaitu : waham primer timbul secara tidak logis
sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar dan waham sekunder
2) Halusinasi
dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada
yang sebetulnya tidak ada (Damayanti,2012 dalam Maria Nikosia Tagu, 2020).
Halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang terjadi ketika klien
mendengar suara-suara, halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa sangat
ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan yang di alaminya
halusinasi itu adalah persepsi klien yang salah melalui panca indra terhadap
1. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
2) Faktor sosiokultural
lingkungan
3) Biologi
halusinogen neurokimia.
4) Psikologis
demi masa depannya, klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
5) Sosial Budaya
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi
diajak komunikasi, objek yang ada dalam lingkungan dan juga suasana
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
2) Dimensi Emosional
3) Dimensi Intelektual
Pada awalnya halusinasi adalah usaha dari ego diri sendiri untuk
4) Dimensi Sosial
sosialnya.
5) Dimensi Spiritual
bangun tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
2.2.3 Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena suatu hal kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
stimulus yang dilakukan terhadap stimulus panca indra tidak sesuai stimulus
1. Halusinasi Pendengaran
melakukan sesuatu
2. Halusinasi Penglihatan
gambar kartun
amis, busuk, darah, dan bau menjijikkan, terkadang bisa juga merasakan
bau harum
4. Halusinasi Peraba
enak tanpa ada stimulus yang terlihat, sensasi merasakan sensasi listrik
5. Halusinasi Pengecap
seperti darah dan juga bisa merasan seuatu yang busuk dan menjijikkan.
1. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindar diri dari
orang lain
4. Berbicara sendiri
dan lingkungan)
Pada fase ini klien merasa bayak masalah, ingin menghindar dari
menghayal.
2. Fase Kedua/Comforting
3. Fase Ketiga/Condemning
bias. Klien klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan
dapat berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien
berat.
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, pada
1. Penatalaksanaan Keperawatan
menghardik.
berbincang-bincang.
menggunakan musik klasik dan aktivitas musik untuk memfasilitasi proses terapi
halnya terapi yang merupakan upaya yang dirancang untuk membantu klien
konteks fisik dan mental, terapi musik mendorong klien untuk berinteraksi,
penggunaan profesional dari musik dan elemennya sebagai salah satu intervensi
terapi yang telah diungkapkan dalam berbagai penelitian dan berbagai literatur.
Terapi musik sendiri dianggap sebagai sesuatu yang spesial dan sebagai metode
bahwa muisk bersifat universal. Musik akan menyediakan jembatan alami antara
media utama terapi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Havlat (2006) yang
komunikasi verbal dan non-verbal anak autis. Penelitian ini menggunakan terapi
musik karena menganggap musik adalah aspek universal pengganti bahasa yang
Psikologi Frizt juga menunjukkan bahwa aspek wajah yang dapat dikenali
secara universal seperti pada ekspresi wajah dan emosional prosody (Change et
al., 2021).
BAB 3
METODE STUDI KASUS
Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus (casestudy).
pasien menyukai musik klasik . Pada studi kasus ini penulis akan menggambarkan
Subyek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dibicarakan oleh
pembicara. Subyek yang digunakan pada studi kasus ini adalah 2 orang dewasa di
wilayah Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, yang memiliki karakteristik
2. Responden kooperatif
1. Klien dengan gangguan jiwa berat yang mengalami cacat fisik yang
Fokus studi penelitian ini adalah penurunan gejala halusinasi pada pasien
(Damayanti,2012 dalam
berintraksi, improvisasi,
2021)
b. Speaker
kooperatif dirungan kuantan dan memilih yang sesuai dengan kriteria subjek yang
a. Wawancara
Penulis melakukan wawancara pada subjek penelitian untuk
Tanya jawab.
b. Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan
Rating Scale (AHRS) yang dilakukan sebelum dan sesudah terapi musik
diberikan.
c. Dokumentasi
sebelum dan setelah diberikan terapi musik dengan observasi dan wawancara
Data disajikan secara tekstural berdasarkan fakta yang didapat dan berbentuk
narasi.
privasi dan hak objek penelitian. Etika yang mendasari studi kasus ini
terdiri dari
a. Inform consent
c. Confidentiality (kerahasiaan)
d. Justice (keadilan)
Pada etika studi kasus Justice ini penulis perlakuan yang adil seadil-
Change, G., Cimino, M., York, N., Alifah, U., Mayssara A. Abo Hassanin Supervised,
A., Chinatown, Y., Staff, C., & Change, G. (2021). PEMBERIAN TERAPI
MUSIK, PSIKORELIGIUS, DAN AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DALAM
PENURUNAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN
SKIZOFRENIA. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(2),
6.
Irwan, F., Putra Hulu, E., Warman Manalu, L., Sitanggang, R., & Febrian Putra Waruwu,
J. (n.d.). Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi.
Livana, Rihadini, Kandar, Suerni, T., Sujarwo, Maya, A., & Nugroho, A. (2020).
Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Melalui Terapi Generalis
Halusinasi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa, 2(1), 1–8.
Mister, Nugroho, A. P., & dkk. (2022). Studi Kasus Halusinasi Pendengaran pada Pasien
Schizofrenia. Jurnal Keperawatan Notokusumo, 10(1), 21.
Moekroni, R., & Analia. (2016). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik dalam
Menurunkan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan. Jurnal Majority,
5, 1–11.
Napitupulu, M., & Sutriningsih. (2019). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Lansia
Penderita Insomnia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 4(2), 70–75.
Patimah, S. (2021). Aplikasi Terapi Bercakap - Cakap Pada Tn. N dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Jampang Kulon. Jurnal Lentera, 4(1),
6–10. https://doi.org/10.37150/jl.v4i1.1382
Simanjuntak, M. R., Tampubolon, R. F., Manurung, Y., Sibagariang, E. E., & Gultom, D.
(2022). Pemanfaatan Terapi Musik Klasik Dalam Upaya Menurunkan Tingkat
Stress Kerja Guru Sd Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Kedokteran STM (Sains
Dan Teknologi Medik), 5(1), 29–36. https://doi.org/10.30743/stm.v5i1.225
Suhermi; Rahmawati Ramli; Hasriani Caing. (2021). DOI:
http://dx.doi.org/10.33846/sf12114 Pengaruh Terapi. 12(4), 54–57.
Yuniartika, W., Santi, C. N., & Azizah S, N. (2019). Penurunan Kecemasan pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menggunakan Terapi Musik. Jurnal Penelitian
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, 6(1), 26–30.
https://doi.org/10.32699/ppkm.v6i1.496