Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS PRAKTIK BERBASIS BUKTI PENERAPAN TERAPI BERCAKAP

– CAKAP PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI


RUANG ANTAREJA RUMAH SAKIT JIWA DR H MARZOEKI MAHDI
BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR

Oleh:
MAYA INDAH PURNAMA SARI
0432950921033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS BEKASI
OKTOBER, 2022
ANALISIS PRAKTIK BERBASIS BUKTI PENERAPAN TERAPI BERCAKAP
– CAKAP PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI
RUANG ANTAREJA RUMAH SAKIT JIWA DR H MARZOEKI MAHDI
BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR

Oleh:
MAYA INDAH PURNAMA SARI
0432950921033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS BEKASI
OKTOBER, 2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan hormat :

Saya bertandatangan dibawah ini :

Nama : Maya Indah Purnama Sari

NIM : 0432950921033

Mahasiswa Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners angkatan 2022

Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan
Terapi Bercakap – cakap Pada pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di
Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi Bogor adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-


benarnya.

Bekasi, 30 September 2022

Maya Indah Purnama Sari

i
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH AKHIR

Karya ilmiah akhir oleh Maya Indah Purnama Sari (0432950921033) dengan judul:
“Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan Terapi Bercakap – cakap Pada pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi
Bogor”. Karya ilmiah akhir ini telah disetujui dan siap diuji sidingkan dihadapan
penguji sidang Karya Ilmiah Akhir Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi.

Bekasi, 30 September 2022


Pembimbing

(Ns. Yusrini, M. Kep. Sp. Kep. J)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah ini diajukan oleh:


Nama : Maya Indah Purnama Sari
NIM : 0432950921033
Program Studi : Profesi Ners
Judul Karya Ilmiah : Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan Terapi Bercakap –
cakap Pada pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruang Antareja RSJ dr H
Marzoeki Mahdi Bogor
Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji pada hari Rabu, 05 Oktober
2022 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang sah dan diperlukan untuk
memperoleh gelar Ners pada Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh.

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji/Pembimbing: Ns. Yusrini, M. Kep. Sp. Kep. J ( )

Penguji 1 : Ns. Aty Nurillawaty R, M. Kep., Sp. ( )


Kep. J
Penguji 2 : Ns. Soimah, S. Kep. M. Kep. Sp. Kep. ( )
J
Ditetapkan di : Kota Bekasi

Tanggal : 05 Oktober 2022

Mengetahui.

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

(Ns.Ashar Prima., M.Kep) (Ns. Meria Woro L,M.Kep.,Sp.Kep.Kom)

NIP. NIP.

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Maya Indah Purnama Sari

Nim : 0432950921033

Program Studi : Profesi Ners

Jenis Karya : Karya Ilmiah AKhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKES Bani Saleh Bekasi Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Analisis Praktik
Berbasis Bukti Penerapan Terapi Bercakap – cakap Pada pasien Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi di Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi Bogor”. Dengan
hak bebas royalti noneksklusif ini STIKES Bani Saleh berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demi
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bekasi 30 September 2022

Maya Indah Purnama Sari

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir yang berjudul
“Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan Terapi Bercakap – cakap Pada pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi
Bogor”. Penyusunan karya ilmiah akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan banyak terimakasih
kepada:

1. Ns. Yusrini, M. Kep. Sp. Kep. J selaku pembimbing yang senantiasa telah
membimbing, meluangkan waktu untuk bisa memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini
dengan baik.
2. Ns. Aty Nurillawaty R, M. Kep., Sp. Kep. J selaku penguji 1 dan yang telah
meluangkan waktu, memberikan masukan dan pengarahan guna
penyempurnaan karya ilmiah akhir ini.
3. Ns. Soimah, S. Kep. M. Kep. Sp. Kep. J selaku penguji 2 dan yang telah
meluangkan waktu, memberikan masukan dan pengarahan guna
penyempurnaan karya ilmiah akhir ini.
4. Ns. Meria Woro L,M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku kaprodi STIKES Bani Saleh
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
5. Ns. Ashar Prima.,M.Kep selaku PLT ketua STIKES Bani Saleh dan ketua
jurusan keperawatan STIKES Bani Saleh yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan Staf akademik Stikes Bani Saleh Bekasi
7. Bapak dan ibu saya yang selalu memberikan dukungan semangat dan
mendo’akan untuk kelancaran saya dalam membuat karya ilmiah akhir ini dan
memberikan material kepada saya untuk bisa membeli barang-barang saya
butuhkan untuk keperluan penyusunan karya ilmiah akhir ini.
8. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners STIKES Bani Saleh Bekasi yang
selalu bersama-sama, memberikan kenangan yang indah semasa kuliah dan
selama menjalankan stase di rumah sakit.

v
9. Semua pihak yang sangat berperan penting didalam proses pengerjaan karya
ilmiah akhir ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Peneliti tidak bisa menyebutkan satu persatu, peneliti hanya dapat memanjatkan do’a
agar semua kebaikkan yang telah diberikan mendapatkan keberkahan dari allah SWT
Aamiin. Semoga karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi peneliti serta pihak-
pihak lain yang membutuhkan.

Bekasi, 30 September 2022

Maya Indah Purnama Sari

vi
Maya Indah Purnama Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Jurusan
Keperawatan Program Studi Profesi Ners Karya
Ilmiah Akhir, 2022
Maya Indah Purnama Sari

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI PENERAPAN


TERAPI BERCAKAP – CAKAP PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI: HALUSINASI SKIZOFRENIA DI RSJ H. MARZOEKI MAHDI
BOGOR
xii + 5 BAB + 66 halaman + 5 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu


masalah keperawatan yang sering ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia.
Perilaku maladaptive yang dapat ditimbulkan dari halusinasi yang dialami pasien
adalah perilaku agresif yang dapat menyerang ketika dirinya merasa terganggu,
ketakutan atau panik yang berlebihan akibat dari halusinasi yang muncul. Salah satu
upaya untuk meminimalkan risiko masalah halusinasi untuk menurunkan tanda dan
gejala halusinasi yaitu salah satunya penerapan terapi bercakap – cakap Tujuan:
untuk memberikan gambaran pelaksanaan dalam penerapan terapi Terapi Bercakap –
cakap pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi. Metode Penelitian:
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada 3
pasien yang mengalami gangguan persepsi sensori dengan cara pre-post test one
group design. Hasil: Setelah dilakukan terapi bercakap – cakap pasien mampu
mengontrol halusinasi ditandai dengan penurunan rata – rata hasil evaluasi tanda dan
gejala halusinasi sebanyak 10 tanda dan gejala halusinasi. Kesimpulan : Pemberian
terapi Bercakap - cakap ini efektif terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi
serta dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi pada
pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi Saran : Diharapkan pada pihak Rumah
Sakit Jiwa untuk menggunakan intervensi keperawatan khususnya terapi Bercakap -
cakap dalam kegiatan Terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan gangguan
sensori persepsi: halusinasi dan gangguan mental lainnya.

Kata Kunci : Skizofrenia ,Terapi Bercakap - cakap, Penurunan Tanda dan


Gejala Halusinasi

vii
Maya Indah Purnama Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Jurusan
Keperawatan Program Studi Profesi Ners Karya
Ilmiah Akhir, 2022
Maya Indah Purnama Sari

ANALYSIS OF EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE APPLICATION OF


SPEAKING THERAPY I N SENSORY PERCEPTION DISORDERS
PATIENTS: SCHHIZOPHRENIA HALUSINATIONS IN ANTERAJA DR H
MARZOEKI MAHDI HOSPITAL BOGOR.

Xii + 5 CHAPTER + 66 Pages + 5 Attachments

ABSTRACT

Background: Sensory perception disorder: Hallucinations are one of the nursing problems that
are often found in patients with schizophrenia. Maladaptive behavior that can be caused by
hallucinations experienced by patients is aggressive behavior that can attack when they feel
disturbed. excessive fear or panic as a result of the hallucinations that appear. One of the efforts
to minimize the risk of hallucinations problems to reduce signs and symptoms of hallucinations
is one of them is the application of conversation therapy. Objective: to provide an overview of
the implementation in the application of speech therapy therapy in patients with hallucinatory
sensory perception disorders. Research Methods: The research method used in this study is a
case study on 3 patients with sensory perception disorders by means of a pre-post test one group
design. Results: After conversational therapy, the patient was able to control hallucinations,
marked by a decrease in the average results of the evaluation of hallucinatory signs and
symptoms by 10 signs and symptoms of hallucinations. hallucinations in patients with sensory
perception disorders: hallucinations. Suggestion: It is hoped that the Mental Hospital will use
nursing interventions, especially conversation therapy in group activity therapy activities in
patients with sensory perception disorders, hallucinations and other mental disorders

Keywords: Schizophrenia Conversation Therapy, Decreased Signs and Symptoms of


Hallucinations

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH AKHIR ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. iv
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 3
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 4
1.4.1 Teoritis ......................................................................................................... 4
1.4.2 Praktis .......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
2.1 Konsep Skizofrenia ............................................................................................. 5
2.2.1 Pengertian Skizofrenia .................................................................................. 5
2.2.2 Gejala Skizofrenia ........................................................................................ 6
2.2.3 Etiologi ........................................................................................................ 7
2.2 Konsep Halusinasi ............................................................................................... 7
2.2.4 Pengertian Halusinasi ................................................................................... 7
2.2.5 Rentang Respon Neurobiologi ...................................................................... 8
2.2.6 Tingkat Halusinasi ........................................................................................ 8
Tabel 2.1 tingkat, karakteristik, dan perilaku halusinasi .............................................. 8
2.3 Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi .................................................... 9
2.3.1 Pengkajian .................................................................................................... 9

ix
2.3.2 Faktor Predisposisi ..................................................................................... 10
2.3.3 Faktor Presipitasi ........................................................................................ 10
2.3.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 11
2.3.5 Intervensi Keperawatan .............................................................................. 12
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ............................................................................ 12
2.4 Konsep Intervensi Keperawatan ........................................................................ 13
2.4.1 Konsep Terapi Bercakap – cakap ................................................................ 13
BAB III PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI ................................. 15
3.1 Ringkasan Jurnal Rujukan Utama ...................................................................... 15
3.2 Ringkasan Kritisi Jurnal .................................................................................... 15
3.2.1. Validitas ..................................................................................................... 15
3.2.2. Reability ..................................................................................................... 16
3.2.3. Applicability .............................................................................................. 16
3.3 Rencana Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti..................................................... 16
3.3.1. Kriteria Pasien ............................................................................................ 17
3.3.2. Prosedur Pelaksanaan ................................................................................. 17
Tabel 3.1 Standar Prosedur Operasional .............................................................. 18
Tabel 3.2 lembar kriteria evaluasi tanda dan gejala ............................................ 19
halusinasi, dan lembar observasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
(Yellisia, 2018) ........................................................................................................ 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 23
4.1 Hasil ................................................................................................................. 23
4.1.1 Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti................................ 23
4.1.2 Karakteristik Partisipan .............................................................................. 23
Tabel 4.1 Resume Partisipan Pemberian Latihan Bercakap – cakap .......................... 23
4.1.3 Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti ............................................................ 26
Tabel 4.2 Hasil Penerapan Terapi Bercakap – cakap................................................. 26
4.1.4 Implementasi Keperawatan ......................................................................... 27
Tabel 4.3. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 27
Tabel 4.4 Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 29
4.2 Pembahasan ...................................................................................................... 35
4.2.1 Usia ............................................................................................................ 35
4.2.2 Lama Perawatan dengan Kemampuan Mengontrol Halusinasi .................... 35

x
4.2.3 Keefektifan Terapi Bercakap – cakap untuk Menurunkan Tanda dan Gejala
Halusinasi ........................................................................................................... 36
Tabel 4.5 Review Jurnal Terapi Bercakap – cakap.................................................... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 39
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 39
5.2 Saran ................................................................................................................. 40
5.2.1 Bagi Institusi .............................................................................................. 40
5.2.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota Bogor ......................... 40
5.2.3 Bagi Penerapan Evidence Base Selanjutnya ................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 41

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 tingkat, karakteristik, dan perilaku halusinasi ................................................ 8


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ............................................................................... 12
Tabel 3.1 Standar Prosedur Operasional ..................................................................... 18
Tabel 3.2 lembar kriteria evaluasi tanda dan gejala ..................................................... 19
Tabel 4.1 Resume Partisipan Pemberian Latihan Bercakap – cakap ............................ 23
Tabel 4.2 Hasil Penerapan Terapi Bercakap – cakap ................................................... 26
Tabel 4.3. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 27
Tabel 4.4 Evaluasi Keperawatan ................................................................................. 29
Tabel 4.5 Review Jurnal Terapi Bercakap – cakap ...................................................... 37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Penjelasan Penelitian

Lampiran 2: Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Bercakap – cakap

Lampiran 3: Lembar Evaluasi Tanda dan Gejala Halusinasi

Lampiran 4: Dokumentasi Pelaksanaan

Lampiran 5: Lembar Konsultasi KIA

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa dapat terjadi pada semua usia, sehingga menjadi sehat
jiwa merupakan keinginan setiap individu.sehat jiwa adalah kondisi jiwa
seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasannya
salam pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang serius (PH et al., 2018).
Sedangkan, masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang belum terselesaikan
di masyarakat, baik di tingkat global maupun nasional.
Menurut World Health Organitation (WHO) Tahun 2019 terdapat 264
juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50
juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia
diantaranya mengalami halusinasi. Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia pada
tahun 2019 terdapat sebanyak 197 ribu yang meningkat menjadi 227 ribu pada
tahun 2020 (Kemenkes, 2020). Skizofrenia sendiri di Indonesia pada tahun 2018
sebanyak 6,7 jiwa/1000 penduduk penderita gangguan jiwa sedangkan di Jawa
Barat sebesar 11.360 warga Jawa Barat menderita Gangguan Jiwa
(RISKESDAS, 2018). Berdasarkan data tahunan profil RSJ Dr H. Marzoeki
Mahdi Bogor jumlah pasien yang dirawat inap pada tahun 2020 dengan
diagnosa schizophrenia sebanyak 106. Dalam dua tahun terakhir angka kejadian
schizophrenia di ruang Antareja RSJ Dr H Marzoeki Mahdi Bogor sebanyak
153 pasien.
Halusinasi merupakan suatu penyerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar, orang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi
dan menginter prestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterimanya
melalui panca indera. Stimulus tersebut tidak ada pada pasien halusinasi. Akibat
yang ditimbulkan pada pasien halusinasi dapat berakibat fatal karena beresiko
tinggi untuk merugikan diri pasien sendiri, orang lain disekitarnya dan juga
lingkungan (Aritonang, 2019)
Pasien dengan halusinasi pendengaran umumnya sering menarik diri,
tersenyum sendiri, memandang satu arah, gelisah dan tiba – tiba marah
(Aritonang, 2019). Tanda – tanda tersebut juga terdapat pada pasien yang di

1
2

rawat di ruang Antareja Rumah Sakit DR H Marzoeki Mahdi akibat yang


ditimbulkan bersifat maladaptive, dikarenakan halusinasi pendengaran yang
dialami pasien.
Masalah perilaku yang timbul pada pasien yang mengalami halusinasi
mengakibatkan orang tersebut mengalami ketakutan yang berlebihan dalam
menjalani aktivitas sehari – hari, serta kurang fokus dalam melakukan kegiatan.
Perilaku maladaptive yang dapat ditimbulkan dari halusinasi yang dialami
pasien adalah perilaku agresif yang dapat menyerang ketika dirinya merasa
terganggu, ketakutAn atau panik yang berlebihan akibat dari halusinasi yang
muncul.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko masalah
halusinasi yang dialami oleh pasien diperlukan beberapa penanganan. Bentuk
penanganan medis yang dapat dilakukan untuk pasien dengan halusinasi
pendengaran yaitu salah satunya adalah dengan terapi aktifitas kelompok
stimulasi persepsi. Terapi kelompok adalah metode pengobatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi
modalitas keperawatan jiwa untuk penanganan halusinasi pendengaran pada
pasien yang dilakukan perawat pada pasien dengan halusinasi. Di dalam
kelompok terjadi interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat, Akemat, 2015).
Terapi bercakap – cakap merupakan salah satu cara untuk mengontrol
klien yang mengalami halusinasi pendengaran. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa halusinasi dapat dikendalikan dengan cara bercakap –
cakap atau mengobrol dengan oranglain. Terapi bercakap – cakap ini
sebelumnya sudah dilakukan oleh Kusumawaty et al (2021) di tempat
penampungan penderita gangguan jiwa Sumatra Selatan, dengan hasil melatih
orang dengan gangguan jiwa untuk bercakap – cakap dalam upaya mengontrol
halusinasi dapat terjadi proses distraksi sehingga dapat meminimalisir frekuensi
munculnya halusinasi. Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Alfaniyah &
Pratiwi (2021) terdapat peningkatan kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi serta terdapat penurunan tanda dan gejala halusinasi pada pasien
halusinasi setelah diberikan terapi bercakap – cakap.
3

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan


“Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan Terapi Bercakap – cakap pada
Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Rumah Sakit DR H Marzoeki
Mahdi”
1.2 Rumusan Masalah
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang sering ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia, Masalah
perilaku yang timbul mengakibatkan orang tersebut mengalami ketakutan yang
berlebihan dalam menjalani aktivitas sehari – hari, serta kurang fokus dalam
melakukan kegiatan. Perilaku maladaptive yang dapat ditimbulkan dari
halusinasi yang dialami pasien adalah perilaku agresif yang dapat menyerang
ketika dirinya merasa terganggu, ketakutan atau panik yang berlebihan akibat
dari halusinasi yang muncul. Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko
masalah halusinasi diperlukan beberapa penanganan untuk menurunkan tanda
dan gejala halusinasi yaitu salah satunya penerapan terapi bercakap – cakap
yang dapat mendistraksi atau mengalihkan pasien dari halusinasi untuk
menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti “Penerapan Terapi Bercakap – cakap pada pasien Skizofrenia
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Karya Ilmiah Akhir ini dibuat untuk memberikan gambaran pelaksanaan
dalam penerapan terapi Terapi Bercakap – cakap pada Pasien Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi di RSJ Dr H Marzoeki Mahdi Bogor
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengukur karakteristik responden (umur) pada klien Skizofrenia
gangguan persepsi sensori: Halusinasi
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi pada pasien
3) Mengukur kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi sebelum
dan sesudah diberikan terapi bercakap – cakap
4

1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Hasil dari pelaksanaan EBN ini dapat menjelaskan keefektifan dari
latihan bercakap – cakap untuk mengontrol halusinasi pada penderita
skizofrenia dengan halusinasi pendengaran
1.4.2 Praktis
1) Bagi perawat
Hasil pelaksanaan Karya Ilmiah Akhir EBN ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan profesi keperawatan, sehingga mampu
mengembangkan intervensi keperawatan mandiri yang akan diberikan kepada
pasien, khususnya yang bekerja di wilayah Rumah Sakit Jiwa dalam
membantu terapi modalitas pada klien dengan Skizofrenia Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi.
2) Bagi rumah sakit
Sebagai dasar pengetahuan dan dapat ikut berpartisipasi dalam melakukan
terapi Bercakap – cakap pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi,
dan dapat memasukan terapi Bercakap – cakap dalam kegiatan terapi
aktivitas kelompok pada klien gangguan jiwa.
3) Bagi institusi pendidikan
Dalam rangka penambah referensi Karya Ilmiah Akhir di bidang
Keperawatan Jiwa, dan diharapkan memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai
referensi dalam pengembangan kurikulum pembelajaran keperawatan jiwa
sebagai topik bahasan, baik dalam kelas maupun lahan praktik di Rumah
Sakit Jiwa langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Skizofrenia


2.2.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia tidak dapat diterangkan sebagai suatu penyakit, lebih
tepatnya apabila skizofrenia dianggap sebagai suatu sindrom atau
suatu proses penyakit dengan macam – macam variasi gejala.
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak yang dapat menimbulkan
distorsi pikiran sehingga pikiran itu menjadi sangat aneh, juga
distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku. Biasanya skizofrenia
diketahui dan didiagnosis pada masa remaja dan masa dewasa muda
(Baradero et al, 2016)
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir,
berkomunikasi, merasakan dan mengekspreskan emosi, serta
gangguan otak yang ditandi dengan pikiran yang tidak teratur, delusi,
halusinasi dan perilaku aneh (Pardede et al., 2021).
Kesimpulannya yaitu skizofrenia merupakan suatu kondisi
gangguan mental dimana penderitanya tidak dapat menafsirkan
realita yang ditandai dengan berbagai gejala seperti delusi, halusinasi
dan berperilaku aneh.
Menurut manual diagnostic dan statistic gangguan mental DSM –
IV – TR tahun 2000 dalam Baradero et al (2016) tipe skizofrenia
dibagi menjadi berikut:
1) Skizofrenia tipe paranoid, ditandai dengan
a. Perasaan dianiaya atau dimata matai
b. Delusi kebesaran
c. Halusinasi kesalahan yang berlebihan
d. Kadang – kadang tingkah agresif atau bermusuhan
2) Skizofrenia disorganisasi, ditandai dengan:
a. Afek yang tidak tepat atau datar
b. Bicara tidak jelas (inkoheren)

5
6

3) Skizofrenia katatonik, ditandai dengan


a. Gangguan psikomotor yang hebat
b. Klien kaku dan tidak bergerak sama sekali atau ada gerakan
motoris yang berlebihan
c. Negativism yang berlebihan, mutisme, ekolalia (mengulang –
ulang tanpa disadari kata – kata yang diungkapkan orang lain)
dan ekopraksi (meniru gerak – gerak orang yang dilihatnya)
2.2.2 Gejala Skizofrenia
Tanda dan gejala menurut (Siregar, 2008)
1) Tidak ada yang patognomonik: heteroanamnesis, riwayat
hidup penting, gejala bisa berubah dengan berjalannya waktu,
tingkat kecerdasan, latar belakang pendidikan dan budaya
akan mempengaruhi gejala.
2) Premorbid : gejala-gejala premorbid, tampak sebelum awitan
proses sakit yang diawali oleh fase prodromal: kepribadian
skizoid, skizotipal (pendiam, pasif, introvert), pada masa anak
anak hanya punya sedikit teman, pada masa remaja tidak
punya sahabat, tidak punya pacar, tidak menjadi anggota tim
olahraga dan lebih suka menonton tv, mendengarkan musik
serta bermain “game” daripada terlibat dalam aktivitas sosial,
beberapa penderita, ketika remaja bisa memperlihatkan gejala
obsesif kompulsif pada masa prodromal.
3) Prodromal : gejala-gejalanya sering sudah tampil beberapa
bulan-tahun sebelum skizofrenianya manifest: keluhan
somatik, gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan kegiatan
pribadi dan mulai mengembangkan pikiran-pikiran (aneh)
menyangkut tematema yang bersifat abstrak, filosofis, religi:
perilaku yang aneh, afek yang abnormal, isi pembicaraannya
aneh, punya ide-ide dan pengalaman persepsi yang aneh.
4) Gambaran umum : tampilan bervariasi, berteriak-teriak,
banyak bicara agitatif-agresif tanpa provokasi yang jelas,
kusut-sangat rapih, membisu, mematung, sikap tubuh yang
aneh, canggung, tiks, stereotipi, mannerime, kadang-kadang
7

ekhopraksia, perawatan diri pada umumnya buruk, “precox


feeling”: pemeriksa secara intuitif merasa tidak dapat
membentuk raport yang baik dengan penderita.

2.2.3 Etiologi
1) Faktor genetik
Gangguan jiwa terkait skizofrenia seperti gangguan kepribadian
skizotipal, schizoid dan paranoid lebih sering didapatkan dari
keluarga biologis penderita skizofrenia.
2) Faktor biokimia
Khasiat banyak obat antipsikotik terutama terkait dengan daya
antagnisme terhadap reseptor dopamine dan zat/obat peningkat
aktivitas dopaminergic, bersifat psikotomimetik yang berlebihan
dianggap penyebab skizofrenia
3) Faktor neuropatologi
Neuropatologi skizofrenia (sistim limbik, ganglia basalis)
serta kelainan neuropatologi dan neurokimia di korteks serebral,
thalamus dan batang otak. Berkurangnya volume otak penderita
skizofrenia dikaitkan dengan kemungkinan berkurangnya
densitas akson, dendrit dan sinaps yang memediasi fungsi
asosiatif otak.
2.2 Konsep Halusinasi
2.2.4 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu
obyek tanpa adanya ransangan dari luar, gangguan persepsi
sensori ini meliputi seluruh pancaindra. halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapak perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada (Yusuf et al., 2014)
Halusinasi pendengaran (akustik, auditorik) adalah
gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
8

terutama suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara


orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan suatu
tindakan (Prabowo, 2014).
2.2.5 Rentang Respon Neurobiologi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori,
waham merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya
merupakan gangguan dari respon neurobiologi. Oleh karenanya
secara keseluruhan, rentang respon halusinasi mengikuti kaidah
rentang respon neurobiologi (Stuart, 2016).

Rentang Respon Neurobiologis (Stuart, 2016)


Adaptif Maladaptif

Pikiran sesekali terdistorsi Gangguan pemikiran/


Berpikir logis
ilusi waham
Persepsi akurat
Reaksi emosional Halusinasi
Emosi konsisten dengan
berlebihan atau tidak Kesulitan pengolahan
pengalaman
bereaksi emosi
Perilaku sesuai
Perilaku aneh atau Perilaku kacau
Berhubungan sosial
penarikan tidak biasa Isolasi sosial

2.2.6 Tingkat Halusinasi


Intensitas Halusinasi menurut (Yusuf et al., 2014)
Tabel 2.1 tingkat, karakteristik, dan perilaku halusinasi
Level Karakteristik Halusinasi Perilaku Pasien
TAHAP I
1. Memberi rasa nyaman 1. Mengalami ansietas 1. Tersenyum/ tertawa sendiri
2. Tingkat ansietas sedang kesepian, rasa bersalah dsn 2. Menggerakan bibir tanpa suara
3. Secara umum halusinasi ketakutan 3. Penggerakan mata yang cepat
merupakan suatu 2. Mencoba berfokus pada 4. Respons verbal yang lambat
kesenangan pikiran yang dapat 5. Diam dan berkonsentrasi
menghilangkan ansietas
3. Pikiran dan pengalaman
sensori masih ada dalam
kontrol kesadaran (jika
9

kecemasan dikontrol)
TAHAP II
1. Menyalahkan 1. Pengalaman sensori 1. Peningkatan sistem saraf otak,
2. Tingkat kecemasan berat menakutkan tanda – tanda ansietas, seperti
3. Secara umum halusinasi 2. Mulai merasa kehilangan peningkatan denyut jantung,
menyebabkan rasa antipati kontrol pernapasan dan tekanan darah
3. Merasa dilecehkan oleh 2. Rentang perhatian menyempit
pengalaman sensori 3. Konsentrasi dengan pengalaman
tersebut sensori
4. Menarik diri dari oranglain 4. Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari
NON PSIKOTIK realita
TAHAP III
1. Mengontrol tingkat 1. Pasien menyerah dan 1. Perintah halusinasi ditaati
kecemasan berat menerima pengalaman 2. Sulit berhubungan dengan orang
2. Pengalaman sensori tidak sensorinya lain
dapat ditolak lagi 2. Isi halusinasi menjadi 3. Rentang perhatian hanya
atraktif beberapa detik atau menit
3. Kesepian bila pengalaman 4. Gejala fisika ansietas berat,
sensori berakhir berkeringat, tremor, dan tidak
mampu mengikuti perintah

PSIKOTIK
TAHAP IV
1. Menguasai tingkat 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku panik
kecemasan panik secara menjadi ancaman 2. Potensial tinggi untuk bunuh diri
umum diatur dan 2. Halusinasi dapat 3. Tindakan kekerasan agitasi,
dipengaruhi oleh waham. berlangsung selama menarik diri, atau katatonia
beberapa jam atau hari 4. Tidak mampu berespon terhadap
(jika tidak diinvensi) perintah yang kompleks
5. Tidak mampu berespon terhadap
PSIKOTIK lebih dari satu orang

2.3 Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi


2.3.1 Pengkajian
Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan
dengan menggunakan konsep stress adaptasi Stuart (2013) yang
meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
10

2.3.2 Faktor Predisposisi


1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang
dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat
diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran
ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan
ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
gangguan orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak,
pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal
dan limbik.
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi
umumnya ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia
ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika
kedua orang tua skizofrenia.

2.3.3 Faktor Presipitasi


1) Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi
penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang
11

penting, atau diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan


halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin,
indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan
gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah
memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas.
Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif
persepsi, motorik, dan sosial.

2.3.4 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa
diagnosis keperawatan adalah gangguan persepsi sensori:
halusinasi
Berikut merupakan pohon masalah diagnosis gangguan persepsi
sensori: halusinasi (Yusuf et al., 2014)

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan


Akibat lingkungan

Masalah Utama Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Penyebab Isolasi sosial: Menarik diri


12

2.3.5 Intervensi Keperawatan


Tindakan keperawatan untuk pasien halusinasi meliputi (Yusuf et al.,
2014):
1) Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons pasien saat
halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien
agar mampu mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien
empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi,
yaitu sebagai berikut.
a. Menghardik halusinasi.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal.
d. Menggunakan obat secara teratur.

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan Setelah dilakukan Sp 1
persepsi intervensi selama 3x 24 1. Bina hubungan saling
sensori: jam diharapkan pasien percaya
Halusinasi mampu 2. Mendiskusikan halusinasi
1. Menyebutkan jenis, (isi, frekuensi, situasi,
isi, waktu, frekuensi, waktu)
situasi, pencetus saat 3. Diskusikan respon pasien
halusinasi muncul terhadap halusinasi
2. Pasien mampu 4. Memasukan jadwal
menjelaskan dan menghardik dalam kegiatan
memperagakan cara harian
mengontrol Sp 2
halusinasi 1. Evaluasi cara menghardik
3. Pasien mampu halusinasi
mengontrol 2. Latihan cara menghardik
halusinasi dengan obat
halusinasi dengan 3. Jelaskan pentingnya
cara minum obat penggunaan obat pada
pasien: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas
cara meminum obat)
4. Jelaskan jika putus obat dan
cara berobat
5. Masukan ke jadwal kegiatan
cara menghardik halusinasi
dan minum obat
13

Sp 3
1. Evaluasi kegiatan
menghardik dan minum
obat
2. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara
berbincang – bincang
dengan oranglain
3. Masukan kedalam jadwal
kegiatan harian
Sp 4
1. Evaluasi cara menghardik,
minum obat, berbincang –
bincang dengan oranglain
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
3. Masukan kedalam jadwal
kegiatan harian

2.4 Konsep Intervensi Keperawatan


2.4.1 Konsep Terapi Bercakap – cakap
1) Pengertian terapi bercakap – cakap
Terapi bercakap – cakap merupakan salah satu cara untuk
mengontrol klien yang mengalami halusinasi pendengaran.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa halusinasi dapat
dikendalikan dengan cara bercakap – cakap atau mengobrol
dengan oranglain (Fresa et al., 2014)
a. Tujuan terapi bercakap – cakap
1. Mengurangi terjadinya halusinasi
2. Mengatasi atau mengontrol halusinasi yang muncul lagi
yaitu dengan menyibukkan diri melakukan aktivitas
bercakap-cakap.
b. Setting tempat
1. Klien dan terapis duduk bersama
2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Metode terapi bercakap – cakap
1. Ceramah/memberikan penjelasan
2. Demonstrasi
2) Satuan Operasional Prosedur (SOP) terapi bercakap – cakap
a. Persiapan
14

1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah disepakati


2. Mempersiapkan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
Salam dari perawat kepada klien
2. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak
Perawat menjelaskan tujuan yaitu terapi bercakap – cakap
4. Tahap kerja
a. Perawat mengkaji dengan lembar kemampuan klien dan
lembar evaluasi tanda dan gejala klien
b. Perawat menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan
gejala halusinasi, dan cara mengatasi halusinasi
c. Kemudian perawat mendemonstrasikan bagaimana cara
bercakap – cakap
d. Perawat meminta klien untuk melakukan bercakap –
cakap dengan temannya
e. Setelah klien melakukan bercakap – cakap, perawat
memberikan pujian atas keberhasilan klien
f. Perawat mengkaji kembali dengan lembar kemampuan
klien dan lembar evaluasi tanda dan gejala klien
5. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Peerawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
terapi bercakap – cakap
6. Rencana tindak lanjut
Perawat menganjurkan klien untuk bercakap – cakap
dengan temannya atau pun perawat disaat halusinasinya
muncul kembali
BAB III
PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI

3.1 Ringkasan Jurnal Rujukan Utama


Penelitian ini dilakukan oleh Alfaniyah & Pratiwi (2021) dengan
judul “Penerapan Terapi Bercakap – cakap pada Pasien Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi”. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus dua pasien yang mengalami gangguan
persepsi sensori dengan cara pre-post test dengan intervensi mengedukasi
pengertian halusinasi, tanda dan gejala, dampak, cara mengatasi dan
mendemonstrasikan bercakap – cakap dan terakhir meminta responden
untuk bercakap – cakap. Penelitian ini dilakukan selama 9 hari.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 2 pasien di RPSBM dengan
kriteria inklusi yaitu, mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan,
pasien halusinasi yang sudah melewati SP 1, pasien halusinasi yang
mampu berkomunikasi dengan baik serta tidak mengalami gangguan
komunikasi.
Hasil penelitian terapi bercakap – cakap efektif menurunkan tanda
dan gejala halusinasi pada pasien halusinasi sebelum diberikan terapi
bercakap – cakap pada responden 1 tanda dan gejala yang ditunjukan
sejumlah 22 tanda dan responden 2 tanda dan gejala yang ditunjukan
sejumlah 20 tanda. Sesudah diberikan terapi bercakap – cakap pada
responden 1 dan 2 tanda gejala yang ditunjukan sejumlah 6 dan 4 tanda.
Studi kasus ini menunjukan bahwa penerapan terapi bercakap – cakap
efektif meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
3.2 Ringkasan Kritisi Jurnal
3.2.1. Validitas
Jurnal penelitian yang penulis gunakan untuk rujukan
utama evidence base nurse (EBN) sudah dilakukan validasi
dengan menggunakan panduan daftar periksa penilaian kritikal
untuk jenis penelitian quasi experiment. Penilaian tentang valid
atau tidaknya jurnal penelitian ini dilihat dari tiga pertanyaan
yaitu: bagaimana kasus diperoleh, apakah kontrol yang sesuai

15
16

yang dipilih, apakah metode yang digunakan sama antara kasus


dan kontrol. Kasus diperoleh berdasarkan banyaknya pasien
halusinasi yang muncul terus menerus dan memperburuk
psikologis klien.
Apakah kontrol sesuai: dalam penelitian ini tidak terdapat
kelompok kontrol tetapi terdapat satu kelompok intervensi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sudah ditentukan
kriterianya yaitu, mengalami halusinasi pendengaran dan
penglihatan, pasien halusinasi yang sudah melewati SP 1, pasien
halusinasi yang mampu berkomunikasi dengan baik serta tidak
mengalami gangguan komunikasi.
3.2.2. Reability
Dalam jurnal penelitian ini terdapat estimasi hasil. Analisis
univariat dilakukan terhadap setiap data hasil penelitian yang meliputi
data demografi. Hasil analisis data katagorik disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi. Untuk melihat efektifitas terapi bercakap – cakap
dapat dilihat pada hasil pre-post evaluasi tanda dan gejala halusinasi.
3.2.3. Applicability
Kriteria pasien dalam jurnal penelitian dengan kriteria pasien
pada analisis praktik berbasis bukti memiliki persamaan yaitu
mengalami halusinasi pendengaran, pasien halusinasi yang sudah
melewati standar pelaksanaan (SP) 1: mengenal halusinasinya dan
dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi, pasien
halusinasi yang mampu berkomunikasi dengan baik serta tidak
mengalami gangguan komunikasi. Hasil penelitian oleh Alfaniyah &
Pratiwi (2021) sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Larasaty &
Hargiana (2019) bahwa terdapat efektifitas terapi bercakap – cakap
pada pasien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi.
3.3 Rencana Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti
Rencana pelaksanaan praktik keperawatan berbasis bukti pada
karya ilmiah akhir ini menggunakan intervensi terapi bercakap –
cakap. Pada intervensi ini praktisi menggunakan kriteria inklusi pada
pasien yang mengalami halusinasi pendengaran, pasien halusinasi
17

yang sudah melewati standar pelaksanaan (SP) 1: mengenal


halusinasinya dan dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik
halusinasi, pasien halusinasi yang mampu berkomunikasi dengan baik
serta tidak mengalami gangguan komunikasi. Setelah critical review
dilakukan dan keperawatan berbasis bukti disetujui oleh pembimbing
institusi dan pihak RSJ Dr H Marzoeki Mahdi pada tanggal. Dengan
jumlah sampel 3 orang pasien kelompok intervensi.
Sebelum intervensi terapi bercakap – cakap ini dilakukan
peneliti melakukan pendekatan kepada pasien.
3.3.1. Kriteria Pasien
3.3.1.1. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
2. Pasien halusinasi yang sudah melewati SP 1:
mengenal halusinasinya dan dapat mengontrol
halusinasi dengan menghardik halusinasi
3. Pasien halusinasi yang mampu berkomunikasi dengan
baik serta tidak mengalami gangguan komunikasi di
ruang Antareja RSJ Dr H Marzoeki Mahdi Bogor
4. Pasien kooperatif
3.3.1.2. Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang memiliki gangguan atau keterbatasan
komunikasi
2. Pasien yang tidak kooperatif
3. Pasien dengan diagnose medis selain Skozofrenia
3.3.2. Prosedur Pelaksanaan
1) Terapi Bercakap – cakap
Terapi bercakap – cakap merupakan salah satu cara untuk mengontrol
klien yang mengalami halusinasi pendengaran. Beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa halusinasi dapat dikendalikan dengan cara
bercakap – cakap atau mengobrol dengan oranglain (Fresa et al.,
2014)
Pada penelitian ini terapi bercakap – cakap dilakukan selama 3 hari
dengan waktu pemberian dalam sehari dilakukan selama 1 kali
dengan waktu 15 menit perpasien.
18

2) Standar Pelaksanaan Prosedur


Tabel 3.1 Standar Prosedur Operasional
SPO TERAPI BERCAKAP – CAKAP
Pengertian Terapi bercakap – cakap merupakan salah satu cara untuk
mengontrol klien yang mengalami halusinasi pendengaran
Tujuan untuk mengurangi, mengatasi atau mengontrol halusinasi
yang muncul lagi yaitu dengan menyibukkan diri
melakukan aktivitas bercakap-cakap.
Prosedur 1. Fase Orientasi
pelaksanaan a. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi bu R. Apakah ibu masih ingat dengan
saya?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bu R hari ini? Apakah
Halusinasinya masih muncul? Apakah bu R telah
melakukan cara yang telah kita pelajari kemarin
untuk menghilangkan suara-suara yang
menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
harian bu R? bagus sekali latihan menghardik
suara-suara telah ibu lakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan
dua cara tadi suara-suara yang Bu R dengarkan
berkurang? Coba sekarang praktekkan cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari.
c. Kontrak
- Topik: “Baiklah bu R, sesuai janji kita
kemarin, hari ini kita akan belajar cara
kedua dari empat cara mengendalikan
suara-suara yang muncul yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain, Apakah bu R
bersedia?
- Waktu: “Bagaimana kalau kita berbincang-
bincang selama 20 menit?
- Tempat: “ Bu R mau berbincang-bincang
dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu?.
2. Fase Kerja
“caranya adalah jika bu R mulai mendengar suara –
suara. Langsung saja ibu cari teman untuk diajak
berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan ibu,
contohnya begini: “tolong berbicara dengan saya.. saya
mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol!‟ Atau
Bu R minta pada ibu perawat untuk berbicara
dengannya seperti „bu, tolong berbicara dengan saya
karena saya mulai mendengar suara- suara.‟ Coba bu R
praktekkan, bagus sekali ibu.
Terminasi a. Evaluasi Subjektif: “Bagaimana perasaan bu R setelah
kita berlatih tentang cara mengontrol suara-suara
dengan bercakap-cakap?”
b. Evaluasi Objektif: “Jadi sudah berapa cara yang kita
latih untuk mengontrol suara - suara? Coba sebutkan!
Bagus sekali bu R. Tentang cara yang baru saja kita
19

pelajari, coba ibu peragakan bagaimana ketika muncul


suara-suara yang mengganggu ibu? Wah bagus bu,
mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian ya
bu R.”
c. RTL: “berapa kali bu R akan bercakap-cakap. Ya dua
kali. jam berapa saja bu R? baiklah Bu R jam 09.00 dan
16.00. Jangan lupa ibu lakukan cara yang kedua agar
suara-suara yang ibu R dengarkan tidak mengganggu
ibu lagi.”
d. Kontrak yang akan datang:
- Topik: “Baik lah bu R bagaimana kalau besok ki ta
berbincang-bincang dan berlatih cara ketiga untuk
mengontrol suara-suara atau halusinasi yaitu dengan
cara melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah ibu
bersedia?”
- Waktu: “bu R mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
10.00? Berapa lama Bu R mau berbincang-bincang?”
- Tempat: “bu R maunya dimana kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah bu
R besok saya akan kesini jam 10.00 sampai jumpa
besok. saya permisi. Selamat siang”

Tabel 3.2 lembar kriteria evaluasi tanda dan gejala


halusinasi, dan lembar observasi terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi (Yellisia, 2018)
No Aspek Penilaian Tanggal Evaluasi
I. Tanda Gejala Kognitif
1. Mendengar suara – suara
2. Melihat bayangan atau
sinar
3. Menghindu bau – bauan
(bunga, parfum,
kemenyan, darah, reases,
urine)
Merasakan rasa pahit,
4. asem, asin dilidah
5. Merasakan sensasi tidak
nyaman dikulit
6. Ambivalen
7. Tidak dapat
menfokuskan fikiran
8. Mudah lupa
9. Tidak mampu
mengambil keputusan
10. Tidak mampu
20

memecahkan masalah
11. Tidak dapat berfikir logis
12. Inkoheren
13. Disorientasi
14. Sirkumtansial
15. Flight of idea (ide yang
melompat)
16. Mendengar suara hati
17. Blocking fikiran
18. Daya tilik diri jelek
Afektif
19. Senang
20. Sedih
21. Merasa terganggu
22. Marah – marah
23. Ketakutan
24. Khawatir
25. Curiga
26. Merasa
terbelenggu/terikat
27. Afek datar/tumpul
Fisiologis
28. Sulit tidur
29. Kewaspadaan meningkat
30. Tekanan darah
meningkat
31. Denyut nadi meningkat
32. Frekuensi pernafasan
meningkat
33. Muka tegang
34. Keringat dingin
35. Pusing
36. Keletihan/kelelahan
Perilaku
37. Bicara sendiri
38. Tertawa sendiri
39. Menyeringai
40. Menggerakan
bibir/komat kamit
21

41. Diam sambil menikmati


halusinasinya
42. Perilaku menyerang
43. Kurang mampu merawat
diri
44. Perilaku mengikuti isi
halusinasinya
45. Memalihkan muka kea
rah suara
46. Menarik diri
Sosial
47. Tidak tertarik dengan
kegiatan sehari – hari
48. Tidak mampu
berkomunikasi secara
spontan
49. Acuh terhadap
lingkungan
50. Tidak dapat memulai
pembicaraan
51. Tidak dapat
mempertahankan
pembicaraan
52. Tidak dapat
mempertahankan kontak
mata
Total Jumlah Tanda dan Gejala
II. Kemampuan Pasien
53. Menyebutkan jenis
halusinasi
54. Menyebutkan isi
halusinasi
55. Menyebutkan waktu
halusinasi
56. Menyebutkan frekuensi
halusinasi
57. Menyebutkan situasi
yang menimbulkan
halusinasi
22

58. Menyebutkan perilaku


saat halusinasi muncul
59. Menghardik halusinasi
60. Menggunakan obat
secara teratur
61. Melakukan bercakap –
cakap
62. Melakukan kegiatan
untuk mengontrol
halusinasi
Total Jumlah Kemampuan Paien
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti
Penerapan terapi aktivitas kelompok latihan bercakap – cakap ini dilaksanakan
di Ruang Antareja Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi pada tanggal 9
sampai 11 Februari 2022. Partisipan yang akan diambil sebanyak 3 klien
skizofrenia: gangguan sensori persepsi: halusinasi yang terdiri dari 3 pasien
intervensi yang berjenis kelamin perempuan. Peneliti menggunakan ruangan
rawat inap pasien dengan ventilasi yang baik, penerangan yang cukup terang,
bersih, rapih, tenang, nyaman bagi klien dalam melakukan kegiatan latihan
bercakap – cakap.
4.1.2 Karakteristik Partisipan
1) Kriteria Partisipan
a. Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
b. Pasien halusinasi yang sudah melewati SP 1: mengenal halusinasinya dan
dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
c. Pasien halusinasi yang mampu berkomunikasi dengan baik serta tidak
mengalami gangguan komunikasi di ruang Antareja RSJ Dr H Marzoeki
Mahdi Bogor
d. Pasien kooperatif
2) Resume Partisipan
Pengkajian penerapan praktik berbasis bukti dengan pemberian latihan
bercakap – cakap pada pasien skizofrenia sebagai berikut:
Tabel 4.1 Resume Partisipan Pemberian Latihan Bercakap – cakap Terhadap
Tanda dan gejala pasien skizofrenia di RSJ dr H Marzoeki Mahdi Kota
Bogor
Pasien Intervensi (n=3)

No Data Pasien 1: Ny. N Pasien 2: Ny. M Pasien 3: Ny. I


1. Usia 46 tahun 43 tahun 30 tahun

2. Jenis Perempuan Perempuan Perempuan


Kelamin

23
24

3. Status SD SLP SMA


Pendidikan

4. Diagnosa Skizofrenia Skizofrenia Skizofrenia


Medis

5. Tanggal 26 – 01 – 2022 26 – 01 – 2022 09 – 02 – 2022


masuk

6. Tanggal 09 – 02 – 2022 09 – 02 – 2022 09 – 02 – 2022


Pengkajian
7. Keluhan Berdasarkan data dari Berdasarkan data dari Berdasarkan data dari
Utama rekam medis pasien rekam medis pasien rekam medis pasien
gelisah, marah – marah, gelisah, marah – marah, selalu menyendiri, tidak
sulit tidur, bicara dan merusak alat rumah ingin keluar rumah,
tertawa sendiri, diam saja tangga, tidak mau makan sering diam dan berbicara
dan tidak mau makan. 1 minggu, curiga sendiri dan suka
Berdasarkan pengkajian berlebihan, bicara dan berbicara melantur dan
secara langsung pasien tertawa sendiri, bicara marah – marah
mengatakan saat sendirian melantur. Berdasarkan pengkajian
dirinya mendengar Berdasarkan pengkajian secara langsung pasien
bisikan – bisikan yang secara langsung pasien mengatakan sering
dianggap oleh dirinya mengatakan mendengar suara – suara
tersebut bisikan dari mendengarkan bisikan tetapi tidak ada orangnya,
temannya, bisikan seperti orang mengobrol, pasien mengatakan suara
tersebut berupa dirinya paling sering mendengar – suara lebih sering
diajak bermain ke suatu bisikan pada malam hari muncul saat pasien
tempat yang sendirian, pasien
menyenangkan mengatakan hanya diam
di rumah sendirian dan
tidak ingin keluar rumah
karena malu belum
menikah dan merasa di
jadikan bahan omongan
oleh tetangganya karna
belum menikah
Fokus a) Data Subyektif: a) Data Subyektif a) Data Subyektif
Pengkajian 1. Pasien 1. Pasien 1. Pasien
mengatakan mengatakan mengatakan
dirinya sering dirinya sering dirinya sering
mendengar suara mendengar mendengar suara
bisikan – bisikan suara seperti – suara tetapi
dari temannya orang yang tidak ada orang
untuk diajak sedang yang berbicara
bermain mengobrol saat 2. Pasien
2. Pasien pasien sendirian mengatakan
mengatakan 2. Pasien suara tersebut
bisikan muncul mengatakan sering muncul
setiap saat pagi, suara – suara pagi siang
siang, sore tersebut lebih maupun malam
maupun malam sering muncul saat dirinya
dengan frekuensi pada malam sedang sendirian,
sering jika pasien hari, suara – lama halusinasi 1
sedang sendirian, suara muncul – 2 menit
lama halusinasi 1 selama < 1 b) Data Obyektif
– 2 menit menit 1. Keadaan umum
3. Pasien b) Data Obyektif baik
mengatakan tidak 1. Keadaan umum 2. Kesadaran: CM
mau berbicara baik 3. TTV: TD: 120/70
25

dengan oranglain 2. Kesadaran: CM mmHg, Nadi: 78


4. Klien 3. TTV: TD: x/menit, RR: 20
mengatakan 140/90 mmHg, x/menit
malas berkumpul Nadi: 80 4. Kontak mata
dengan teman x/menit, RR: 19 pasien kurang
yang lain x/menit 5. Pasien tampak
5. Klien 4. Klien tampak lebih sering diam
mengatakan lebih lebih sering dan senyum –
suka bermain diam dengan senyum sendiri
dengan teman tatapan kosong
yang
mengajaknya
main (dalam
halusinasinya)
b) Data Obyektif
1. Keadaan umum
baik
2. Kesadaran: CM
3. TTV: TD:
104/76 mmHg,
Nadi: 88 x/menit,
RR: 20 x/menit
4. Klien tampak
senyum –
senyum sendiri
5. Klien tampak
senang dengan
halusinasinya
6. Kontak mata
pasien kurang
7. Pasien tampak
lebih banyak
diam
8. Masalah Gangguan persepsi Gangguan persepsi Gangguan persepsi
Keperawatan sensori: Halusinasi sensori: Halusinasi sensori: Halusinasi
pendengaran pendengaran pendengaran
9. Rencana Sp 1 Sp 1 Sp 1
Keperawatan 1. Bina hubungan saling 1. Bina hubungan 1. Bina hubungan
percaya saling percaya saling percaya
2. Mendiskusikan 2. Mendiskusikan 2. Mendiskusikan
halusinasi (isi, halusinasi (isi, halusinasi (isi,
frekuensi, situasi, frekuensi, situasi, frekuensi, situasi,
waktu) waktu) waktu)
3. Diskusikan respon 3. Diskusikan respon 3. Diskusikan respon
pasien terhadap pasien terhadap pasien terhadap
halusinasi halusinasi halusinasi
4. Memasukan jadwal 4. Memasukan jadwal 4. Memasukan jadwal
menghardik dalam menghardik dalam menghardik dalam
kegiatan harian kegiatan harian kegiatan harian
Sp 2 Sp 2 Sp 2
1. Evaluasi cara 1. Evaluasi cara 1. Evaluasi cara
menghardik menghardik menghardik
halusinasi halusinasi halusinasi
2. Latihan cara 2. Latihan cara 2. Latihan cara
menghardik menghardik menghardik
halusinasi dengan halusinasi dengan halusinasi dengan
obat obat obat
3. Jelaskan pentingnya 3. Jelaskan pentingnya 3. Jelaskan pentingnya
penggunaan obat penggunaan obat penggunaan obat
pada pasien: jenis, pada pasien: jenis, pada pasien: jenis,
26

guna, dosis, guna, dosis, guna, dosis,


frekuensi, cara, frekuensi, cara, frekuensi, cara,
kontinuitas cara kontinuitas cara kontinuitas cara
meminum obat) meminum obat) meminum obat)
4. Jelaskan jika putus 4. Jelaskan jika putus 4. Jelaskan jika putus
obat dan cara berobat obat dan cara berobat obat dan cara berobat
5. Masukan ke jadwal 5. Masukan ke jadwal 5. Masukan ke jadwal
kegiatan cara kegiatan cara kegiatan cara
menghardik menghardik menghardik
halusinasi dan minum halusinasi dan halusinasi dan
obat minum obat minum obat
Sp 3 Sp 3 Sp 3
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
menghardik dan menghardik dan menghardik dan
minum obat minum obat minum obat
2. Latih pasien 2. Latih pasien 2. Latih pasien
mengontrol mengontrol mengontrol
halusinasi dengan halusinasi dengan halusinasi dengan
cara berbincang – cara berbincang – cara berbincang –
bincang dengan bincang dengan bincang dengan
oranglain oranglain oranglain
3. Masukan kedalam 3. Masukan kedalam 3. Masukan kedalam
jadwal kegiatan jadwal kegiatan jadwal kegiatan
harian harian harian
Sp 4 Sp 4 Sp 4
1. Evaluasi cara 1. Evaluasi cara 1. Evaluasi cara
menghardik, minum menghardik, minum menghardik, minum
obat, berbincang – obat, berbincang – obat, berbincang –
bincang dengan bincang dengan bincang dengan
oranglain oranglain oranglain
2. Latih cara 2. Latih cara 2. Latih cara
mengontrol mengontrol mengontrol
halusinasi dengan halusinasi dengan halusinasi dengan
melakukan kegiatan melakukan kegiatan melakukan kegiatan
harian harian harian
3. Masukan kedalam 3. Masukan kedalam 3. Masukan kedalam
jadwal kegiatan jadwal kegiatan jadwal kegiatan
harian harian harian

4.1.3 Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti


2) Hasil Penerapan Latihan Bercakap – cakap
Tabel 4.2 Hasil Penerapan Terapi Bercakap – cakap
No Pelaksanan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Selisih
latihan 09 Februari 2022 10 Februari 2022 11 Februari 2022
bercakap – Jumlah tanda dan Jumlah tanda dan Jumlah tanda dan
cakap gejala sebelum gejala setelah gejala setelah
latihan bercakap latihan bercakap latihan bercakap
– cakap – cakap – cakap
1. Ny. N 21 16 10 11
2. Ny. M 19 16 9 10
3. Ny. I 22 20 11 11
4. Nilai Mean 20,6 17,3 10 10,6
27

4.1.4 Implementasi Keperawatan


Tabel 4.3. Implementasi Keperawatan

No Nama Diagnosa Tanggal


pasien keperawatan
09 Februari 2022 10 Februari 2022 11 februari 2022
Waktu Implementasi Waktu Implementasi Waktu Implementasi
1. Ny. N Gangguan 09.00 Membina 09.00 Membina 09.00 Membina
persepsi hubungan saling hubungan saling hubungan
sensori: percaya dengan percaya dengan saling percaya
Halusinasi menggunakan menggunakan dengan
Pendengaran komunikasi komunikasi menggunakan
terapeutik terapeutik komunikasi
terapeutik
09.05 Mengobservasi 09.05 Mengobservasi 09.05 Mengobservas
tingkah laku tingkah laku i tingkah laku
pasien yang pasien yang pasien yang
terkait dengan terkait dengan terkait dengan
halusinasi halusinasi halusinasi
09.10 Membantu 09.10 Membantu 09.10 Membantu
pasien mengenal pasien mengenal pasien
halusinasinya halusinasinya mengenal
halusinasinya
09.15 Berdiskusi 09.15 Berdiskusi 09.15 Berdiskusi
dengan pasien dengan pasien dengan pasien
situasi yang situasi yang situasi yang
dapat dapat dapat
menimbulkan menimbulkan menimbulkan
halusinasi halusinasi halusinasi
09.20 Mengukur 09.20 Mengukur 09.20 Mengukur
jumlah tanda jumlah tanda jumlah tanda
dan gejala dan gejala dan gejala
halusinasi halusinasi halusinasi
sebelum latihan sebelum latihan sebelum
berbincang – berbincang – latihan
bincang bincang berbincang –
menggunakan menggunakan bincang
lembar lembar menggunakan
observasi observasi lembar
observasi
09.25 Mengajarkan 09.25 Mengajarkan 09.25 Mengajarkan
pasien untuk pasien untuk pasien untuk
melakukan melakukan melakukan
latihan bercakap latihan bercakap latihan
– cakap dan – cakap dan bercakap –
meminta pasien meminta pasien cakap dan
untuk untuk meminta
mempraktikann mempraktikann pasien untuk
ya kembali ya kembali mempraktikan
nya kembali
09.35 Mengevaluasi 09.35 Mengevaluasi 09.35 Mengevaluasi
tanda dan gejala tanda dan gejala tanda dan
halusinasi halusinasi gejala
setelah latihan setelah latihan halusinasi
bercakap – bercakap – setelah latihan
28

cakap cakap bercakap –


menggunakan menggunakan cakap
lembar evaluasi lembar evaluasi menggunakan
lembar
evaluasi
2. Ny.M Gangguan 10.30 Membina 10.30 Membina 10.30 Membina
persepsi hubungan saling hubungan saling hubungan
sensori: percaya dengan percaya dengan saling percaya
Halusinasi menggunakan menggunakan dengan
Pendengaran komunikasi komunikasi menggunakan
terapeutik terapeutik komunikasi
terapeutik
10.35 Mengobservasi 10.35 Mengobservasi 10.35 Mengobservas
tingkah laku tingkah laku i tingkah laku
pasien yang pasien yang pasien yang
terkait dengan terkait dengan terkait dengan
halusinasi halusinasi halusinasi
10.40 Membantu 10.40 Membantu 10.40 Membantu
pasien mengenal pasien mengenal pasien
halusinasinya halusinasinya mengenal
halusinasinya
10.45 Berdiskusi 10.45 Berdiskusi 10.45 Berdiskusi
dengan pasien dengan pasien dengan pasien
situasi yang situasi yang situasi yang
dapat dapat dapat
menimbulkan menimbulkan menimbulkan
halusinasi halusinasi halusinasi
10.50 Mengukur 10.50 Mengukur 10.50 Mengukur
jumlah tanda jumlah tanda jumlah tanda
dan gejala dan gejala dan gejala
halusinasi halusinasi halusinasi
sebelum latihan sebelum latihan sebelum
berbincang – berbincang – latihan
bincang bincang berbincang –
menggunakan menggunakan bincang
lembar lembar menggunakan
observasi observasi lembar
observasi
10.55 Mengajarkan 10.55 Mengajarkan 10.55 Mengajarkan
pasien untuk pasien untuk pasien untuk
melakukan melakukan melakukan
latihan bercakap latihan bercakap latihan
– cakap dan – cakap dan bercakap –
meminta pasien meminta pasien cakap dan
untuk untuk meminta
mempraktikann mempraktikann pasien untuk
ya kembali ya kembali mempraktikan
nya kembali
10.20 Mengevaluasi 10.20 Mengevaluasi 10.20 Mengevaluasi
tanda dan gejala tanda dan gejala tanda dan
halusinasi halusinasi gejala
setelah latihan setelah latihan halusinasi
bercakap – bercakap – setelah latihan
cakap cakap bercakap –
menggunakan menggunakan cakap
lembar evaluasi lembar evaluasi menggunakan
lembar
evaluasi
3. Ny. I Gangguan 10.30 Membina 10.30 Membina 10.30 Membina
persepsi hubungan saling hubungan saling hubungan
29

sensori: percaya dengan percaya dengan saling percaya


Halusinasi menggunakan menggunakan dengan
Pendengaran komunikasi komunikasi menggunakan
terapeutik terapeutik komunikasi
terapeutik
10.35 Mengobservasi 10.35 Mengobservasi 10.35 Mengobservas
tingkah laku tingkah laku i tingkah laku
pasien yang pasien yang pasien yang
terkait dengan terkait dengan terkait dengan
halusinasi halusinasi halusinasi
10.40 Membantu 10.40 Membantu 10.40 Membantu
pasien mengenal pasien mengenal pasien
halusinasinya halusinasinya mengenal
halusinasinya
10.45 Berdiskusi 10.45 Berdiskusi 10.45 Berdiskusi
dengan pasien dengan pasien dengan pasien
situasi yang situasi yang situasi yang
dapat dapat dapat
menimbulkan menimbulkan menimbulkan
halusinasi halusinasi halusinasi
10.50 Mengukur 10.50 Mengukur 10.50 Mengukur
jumlah tanda jumlah tanda jumlah tanda
dan gejala dan gejala dan gejala
halusinasi halusinasi halusinasi
sebelum latihan sebelum latihan sebelum
berbincang – berbincang – latihan
bincang bincang berbincang –
menggunakan menggunakan bincang
lembar lembar menggunakan
observasi observasi lembar
observasi
10.55 Mengajarkan 10.55 Mengajarkan 10.55 Mengajarkan
pasien untuk pasien untuk pasien untuk
melakukan melakukan melakukan
latihan bercakap latihan bercakap latihan
– cakap dan – cakap dan bercakap –
meminta pasien meminta pasien cakap dan
untuk untuk meminta
mempraktikann mempraktikann pasien untuk
ya kembali ya kembali mempraktikan
nya kembali
11.05 Mengevaluasi 11.05 Mengevaluasi 11.05 Mengevaluasi
tanda dan gejala tanda dan gejala tanda dan
halusinasi halusinasi gejala
setelah latihan setelah latihan halusinasi
bercakap – bercakap – setelah latihan
cakap cakap bercakap –
menggunakan menggunakan cakap
lembar evaluasi lembar evaluasi menggunakan
lembar
evaluasi

Tabel 4.4 Evaluasi Keperawatan


Diagnosa Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
No Nama
Keperawatan 09 Februari 2022 10 Februari 2022 11 Februari 2022
1. Ny. N Gangguan S: S: S:
persepsi 1. Pasien 1. Pasien 1. Pasien
sensori: mengatakan mengatakan mengatakan
30

Halusinasi bisikan suara jarang jarang


Pendengaran ajakan untuk mendengar mendengar
bermain suara bisikan suara bisikan
berkurang untuk untuk
2. Pasien mengajaknya mengajaknya
mengatakan bermain bermain
tidak ingin 2. Pasien 2. Pasien
mengobrol mengatakan mengatakan
dengan terkadang jika
oranglain malas untuk mendengar
3. Pasien mengobrol bisikan ia
mengatakan dengan segera
lebih suka oranglain mengajak
berbicara O: temannya
dengan teman 1. Keadaan untuk
halusinasinya umum baik berbincang
O: 2. Kesadaran: O:
1. Keadaan CM 1. Keadaan
umum baik 3. TTV: TD: umum baik
2. Kesadaran: 102/60 2. Kesadaran:
CM mmHg, Nadi: CM
3. TTV: TD: 82 x/menit , 3. TTV: TD:
110/60 RR: 19 110/70
mmHg, Nadi: x/menit mmHg, Nadi:
82 x/menit , 4. Pasien 82 x/menit ,
RR: 19 kooperatif RR: 19
x/menit 5. Terdapat x/menit
4. Pasien kontak mata 4. Pasien
kooperatif saat kooperatif
5. Kontak mata berbincang 5. Terdapat
pasien kurang 6. Pasien kontak mata
6. Pasien tampak saat
tampak senyum – berbincang
senyum – senyum 6. Pasien
senyum sendiri memiliki
sendiri 7. Pasien sering keinginan
7. Pasien sering melamun untuk
melamun 8. Jumlah tanda berbincang –
8. Jumlah tanda dan gejala bincang
dan gejala halusinasi: 16 dengan
halusinasi: 21 tanda dan perawat
tanda dan gejala maupun
gejala halusinasi temannya
halusinasi A: 7. Pasien tampak
A: Intervensi latihan senyum –
Intervensi latihan bercakap – cakap senyum
bercakap – cakap pada pasien sendiri
pada pasien gangguan persepsi 8. Jumlah tanda
gangguan persepsi sensori: dan gejala
sensori: Halusinasi halusinasi: 10
Halusinasi pendengaran tanda dan
pendengaran membantu dalam gejala
membantu dalam mengontrol halusinasi
mengontrol halusinasi A:
halusinasi P: Intervensi latihan
P: 1. Anjurkan bercakap – cakap
1. Anjurkan pasien untuk pada pasien
pasien untuk bercakap – gangguan persepsi
bercakap – cakap dengan sensori: Halusinasi
cakap dengan teman pendengaran
31

teman maupun membantu dalam


maupun perawat mengontrol
perawat ruangan halusinasi
ruangan untuk P:
untuk mengontrol 1. Anjurkan
mengontrol halusinasi pasien untuk
halusinasi saat bercakap –
saat halusinasi cakap dengan
halusinasi muncul teman maupun
muncul 2. Anjurkan perawat
2. Anjurkan pasien untuk ruangan untuk
pasien untuk melakukan mengontrol
melakukan kegiatan halusinasi saat
kegiatan sehari – hari halusinasi
sehari – hari untuk muncul
untuk menurunkan 2. Anjurkan
menurunkan tanda dan pasien untuk
tanda dan gejala melakukan
gejala halusinasi kegiatan
halusinasi 3. Diskusi sehari – hari
3. Diskusi dengan pasien untuk
dengan pasien tentang menurunkan
tentang keuntungan tanda dan
keuntungan memiliki gejala
memiliki teman dan halusinasi
teman dan kerugian 3. Diskusi
kerugian tidak dengan pasien
tidak memiliki tentang
memiliki teman keuntungan
teman memiliki
teman dan
kerugian tidak
memiliki
teman
2. Ny. M Gangguan S: S S
persepsi 1. Pasien 1. Pasien 1. Pasien
sensori: mengatakan mengatakan mengatakan
Halusinasi suara seperti setelah setelah
Pendengaran orang yang menerapkan menerapkan
sedang bercakap – bercakap –
mengobrol cakap saat cakap saat
mulai mendengar mendengar
berkurang suara – suara, suara – suara,
2. Pasien perlahan perlahan suara
mengatakan suara tersebut tersebut hilang
suara – suara hilang 2. Pasien
tersebut 2. Pasien mengatakan
masih muncul mengatakan jarang
pada malam jarang mendengar
hari mendengar suara – suara
O: suara – suara di malam hari
1. Keadaan di malam hari O
umum baik O 1. Kedaan umum
2. Kesadaran: 1. Kedaan baik
CM umum baik 2. Kesadaran:
3. TTV: TD: 2. Kesadaran: CM
140/90 CM 3. TTV: TD:
mmHg, Nadi: 3. TTV: TD: 140/90
88 x/menit , 130/90 mmHg, Nadi:
RR: mmHg, Nadi: 80 x/menit,
32

22x/menit 80 x/menit, RR: 20


4. Pasien RR: 20 x/menit
kooperatif x/menit 4. Pasien
5. Kontak mata 4. Pasien kooperatif
pasien kurang kooperatif 5. Ada kontak
6. Pasien lebih 5. Kontak mata mata
banyak diam pasien kurang 6. Pasien tampak
7. Pasien 6. Pasien masih
tampak masih tampak masih berhalusinasi
berhalusinasi berhalusinasi 7. Jumlah tanda
8. Jumlah tanda 7. Jumlah tanda dan gejala
dan gejala dan gejala halusinasi: 9
halusinasi: 19 halusinasi: 16 tanda dan
tanda dan tanda dan gejala
gejala gejala halusinasi
halusinasi halusinasi A
A: A Intervensi latihan
Intervensi latihan Intervensi latihan bercakap – cakap
bercakap – cakap bercakap – cakap pada pasien
pada pasien pada pasien gangguan persepsi
gangguan persepsi gangguan persepsi sensori: Halusinasi
sensori: sensori: pendengaran
Halusinasi Halusinasi membantu dalam
pendengaran pendengaran mengontrol
membantu dalam membantu dalam halusinasi
mengontrol mengontrol P:
halusinasi halusinasi 3. Anjurkan
P: P: pasien untuk
1. Anjurkan 1. Anjurkan bercakap –
pasien untuk pasien untuk cakap dengan
bercakap – bercakap – teman maupun
perawat
cakap dengan cakap dengan
ruangan untuk
teman teman mengontrol
maupun maupun halusinasi saat
perawat perawat halusinasi
ruangan ruangan muncul
untuk untuk 4. Anjurkan
mengontrol mengontrol pasien untuk
melakukan
halusinasi halusinasi
kegiatan
saat saat sehari – hari
halusinasi halusinasi untuk
muncul muncul menurunkan
2. Anjurkan 2. Anjurkan tanda dan
pasien untuk pasien untuk gejala
melakukan melakukan halusinasi
kegiatan kegiatan
sehari – hari sehari – hari
untuk untuk
menurunkan menurunkan
tanda dan tanda dan
gejala gejala
halusinasi halusinasi

3. Ny. I Gangguan S S S
persepsi 1. Pasien 1. Pasien 1. Pasien
sensori: mengatakan mengatakan mengatakan
Halusinasi masih sering masih sering masih sering
33

Pendengaran mendengar mendengar mendengar


suara – suara suara – suara suara – suara
tidak jelas tidak jelas tidak jelas
2. Pasien 2. Pasien 2. Pasien
mengatakan mengatakan mengatakan
masih masih masih
mendengar mendengar mendengar
suara suara suara terutama
terutama saat terutama saat saat dirinya
dirinya dirinya sendirian
sendirian sendirian 3. Pasien
3. Pasien 3. Pasien mengatakan
mengatakan mengatakan sudah bisa
sudah bisa sudah bisa mengontrol
mengontrol mengontrol halusinasi
halusinasi halusinasi dengan cara
dengan cara dengan cara menghardik
menghardik menghardik O
O O 1. Keadaan
1. Keadaan 1. Keadaan umum baik
umum baik umum baik 2. Kesadaran:
2. Kesadaran: 2. Kesadaran: CM
CM CM 3. TTV: TD:
3. TTV: TD: 3. TTV: TD: 120/70
120/70 120/70 mmHg, Nadi:
mmHg, Nadi: mmHg, Nadi: 78 x/menit,
78 x/menit, 78 x/menit, RR: 20
RR: 20 RR: 20 x/menit
x/menit x/menit 4. Klien
4. Klien 4. Klien kooperatif
kooperatif kooperatif 5. Kontak mata
5. Kontak mata 5. Kontak mata pasien kurang
pasien kurang pasien kurang 6. Pasien sering
6. Pasien sering 6. Pasien sering melamun
melamun melamun 7. Pasien masih
7. Pasien masih 7. Pasien masih berhalusinasi
berhalusinasi berhalusinasi 8. Jumlah tanda
8. Jumlah tanda 8. Jumlah tanda dan gejala
dan gejala dan gejala halusinasi: 11
halusinasi: 22 halusinasi: 20 tanda dan
tanda dan tanda dan gejala
gejala gejala halusinasi
halusinasi halusinasi A:
A: A: Intervensi latihan
Intervensi latihan Intervensi latihan bercakap – cakap
bercakap – cakap bercakap – cakap pada pasien
pada pasien pada pasien gangguan persepsi
gangguan persepsi gangguan persepsi sensori: Halusinasi
sensori: sensori: pendengaran tidak
Halusinasi Halusinasi membantu dalam
pendengaran tidak pendengaran tidak mengontrol
membantu dalam membantu dalam halusinasi
mengontrol mengontrol P:
halusinasi halusinasi 1. Anjurkan
P: P: pasien untuk
1. Anjurkan 1. Anjurkan bercakap –
pasien untuk pasien untuk cakap dengan
bercakap – bercakap – teman maupun
cakap dengan perawat
cakap dengan
teman ruangan untuk
34

teman maupun mengontrol


maupun perawat halusinasi saat
perawat ruangan halusinasi
ruangan untuk muncul
mengontrol 2. Anjurkan
untuk halusinasi pasien untuk
mengontrol saat melakukan
halusinasi halusinasi kegiatan
saat muncul sehari – hari
halusinasi 2. Anjurkan untuk
muncul pasien untuk menurunkan
melakukan tanda dan
2. Anjurkan
kegiatan gejala
pasien untuk sehari – hari halusinasi
melakukan untuk
kegiatan menurunkan
sehari – hari tanda dan
untuk gejala
menurunkan halusinasi
tanda dan
gejala
halusinasi

3) Faktor Pendukung dan Penghambat


Pelaksanaan praktik berbasis bukti ada dua faktor pendukung dan faktor
penghambat, salah satu faktor pendukung dalam melakukan praktik berbasis
bukti ini peneliti disediakan Rumah Sakit Jiwa untuk pelaksanaan terapi
bercakap – cakap pada pasien skizofrenia yang berlokasi di Ruang Antareja
Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota Bogor, peneliti mempunyai
referensi – referensi yang sangat mendukung dalam proses penulisan Karya
Ilmiah Akhir, peneliti dibimbing oleh CI (Clinical Instruktur) Dalam
menentukan pasien yang kooperatif dan bisa dilakukan terapi bercakap –
cakap, pasien mampu bekerja sama dengan baik, pasien kooperatif dalam
tindakan terapi bercakap – cakap, pasien mampu mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan terapi bercakap – cakap.
Sedangkan fakor penghambat dalam melakukan praktik berbasis bukti ini
adalah berdasarkan jurnal utama terapi bercakap – cakap efektif dilakukan
selama 9 hari namun dengan keterbatasan waktu praktik di ruangan dan
keterbatasan dalam mencari pasien yang kooperatif dan sesuai dengan kriteria
inklusi peneliti hanya melakukan penelitian selama 3 hari dengan bersumber
jurnal pendukung oleh Luhsar et al (2018) serta terdapat beberapa pasien tidak
mau menerapkan bercakap – cakap karena merasa malas dan tidak ingin
35

berbicara dengan oranglain dan tidak ingin mengikuti kegiatan apapun selama
di rumah sakit.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Usia
Berdasarkan karakteristik responden yang diberikan intervensi mengalami
penurunan tanda dan gejala setelah dilakukan terapi bercakap – cakap yaitu Ny. N
berusia 46 tahun menjadi 10 tanda dan gejala halusinasi, Ny. M berusia 43 tahun
menjadi 9 tanda dan gejala halusinasi dan Ny. I berusia 30 tahun menjadi 11 tanda
dan gejala halusinasi dapat disimpulkan bahwa terapi bercakap – cakap efektif
dilakukan pada rentang usia dewasa akhir. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Emilyani (2010) dimana usia tersebut tergolong usia dewasa
sehingga perubahan koping setelah pemberian Terapi Aktivitas Kelompok akan
lebih mudah dan pada usia tersebut kepribadian seseorang lebih matang secara
emosional.
4.2.2 Lama Perawatan dengan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruang Antareja Rumah Sakit Jiwa dr H
Marzoeki Mahdi Bogor yang terdiri dari 3 pasien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi diantaranya 2 pasien sudah dirawat selama 2 minggu
dibandingkan dengan 1 pasien yang baru 1 hari pada saat dilakukan pengkajian,
dengan perbedaan waktu perawatan tersebut didapatkan hasil setelah dilakukan
penerapan terapi bercakap – cakap dengan penurunan tanda dan gejala yaitu Ny. N
menjadi 10 tanda dan gejala halusinasi, Ny. M menjadi 9 tanda dan gejala
halusinasi dan Ny. I menjadi 11 tanda dan gejala halusinasi. Hasil pengukuran
tanda dan gejala ketiga pasien tersebut hanya berselisih 1-3 tanda dan gejala
halusinasi hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama
perawatan dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Devita & Hendriyani (2019) penelitian
menunjukan bahwa tidak ada hubungan lama rawat dengan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia dengan nilai p value
0,407 (>0,05).
Kemampuan pasien dalam mengontrol Halusinasi dipengaruhi oleh keadaan
individu yang mengalami gangguan berpikir, orientasi realitas, pemecahan
masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping (Stuart,
36

2016). Menurut hasil observasi peneliti tidak adanya hubungan lama perawatan
dengan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.
Kemampuan mengontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keinginan
dan motivasi pasien yang kurang untuk sembuh serta koping yang maladaptive
serta respon pasien terhadap halusinasinya. Terdapat pasien dengan halusinasi
pendengaran yang didapatkan malah menyukai halusinasinya, sehingga tidak mau
ketika disuruh untuk mengusir halusinasinya dan terdapat pasien yang enggan dan
malas untuk berbicara dengan orang lain dan enggan melakukan aktivitas lainnya
dan mengontrol halusinasinya. Hal inilah membuat pasien dengan waktu rawat
yang lama masih menunjukan tanda dan gejala halusinasi sehingga pasien kurang
memiliki kemampuan untuk mengontrol halusinasinya. Sedangkan pada pasien
dengan waktu rawat yang sebentar memiliki keinginan dan motivasi yang tinggi
untuk sembuh sehingga memudahkan untuk mengontrol halusinasi yang ditandai
oleh penurunan tanda dan gejala halusinasi yang signifikan.
4.2.3 Keefektifan Terapi Bercakap – cakap untuk Menurunkan Tanda dan Gejala
Halusinasi
Perbandingan jurnal dan intervensi latihan bercakap – cakap tidak ada
perbedaan antara jurnal dan intervensi yang dilakukan oleh peneliti, dan hasil
yang didapatkan dalam terapi bercakap – cakap berpengaruh terhadap
penurunan tanda dan gejala halusinasi pada pasien skizofrenia: gangguan
persepsi sensori: halusinasi. Berdasarkan pada panduan KIA Ners yang
dilakukan intervensi terapi bercakap – cakap sebanyak 3 pasien yang terdiri dari
3 pasien intervensi. SOP terapi bercakap – cakap sesuai dengan yang dilakukan
oleh penulis dengan tinjauan pustaka.
Hasil intervensi pada pasien 1, 2 dan 3 dengan skizofrenia: gangguan persepsi
sensori: halusinasi sebelum dilakukan terapi bercakap – cakap masih mengalami
halusinasi, sering lupa dengan kegiatan sehari – hari, masih tidak mampu
memulai pembicaraan dan tidak dapat mempertahankan kontak mata dan
didapatkan rata – rata hasil evaluasi tanda dan gejala halusinasi pada hari
pertama yaitu sebanyak 20,6 tanda dan gejala halusinasi. Setelah dilakukan
terapi bercakap – cakap pasien mampu mengontrol halusinasi ditandai dengan
pasien jarang berhalusinasi, pasien mampu mempertahankan kontak mata,
pasien mampu memulai pembicaraan dan didapatkan penurunan rata – rata hasil
37

evaluasi tanda dan gejala halusinasi sebanyak 10 tanda dan gejala halusinasi.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfaniyah & Pratiwi,
2021 di Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) Kota
Pekalongan dengan hasil pasien mampu mengalami peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi ditandai dengan penurunan tanda dan gejala halusinasi
setelah diberikan terapi bercakap – cakap dibuktikan dengan hasil evaluasi tanda
dan gejala halusinasi yang dialami responden 1 sebelum pemberian terapi
bercakap – cakap ditemukan sebanyak 22 tanda dan gejala halusinasi, kemudian
tanda dan gejala halusinasi turun menjadi 6 sesudah diberikan terapi bercakap –
cakap. Sementara pada responden 2 sebelum pemberian terapi bercakap – cakap
ditemukan sebanyak 20 tanda dan gejala halusinasi kemudian setelah diberikan
terapi bercakap – cakap hasilnya menurun menjadi 4 tanda dan gejala halusinasi.
Dalam penerapan terapi bercakap – cakap pada pasien skizofrenia: gangguan
persepsi sensori: halusinasi adapun pendekatan analisis menggunakan P-I-C-O-
T merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan kejadian
(evidens). Berikut merupakan analisis berbasis P-I-C-O-T, yaitu:
Tabel 4.5 Review Jurnal Terapi Bercakap – cakap
Time/Lama
No Populasi Intervensi Comparasi Outcome Jurnal
Penelitian
1. 2 pasien Terapi bercakap - Mengontrol Penelitian Penerapan
dengan – cakap halusinasi dilakukan terapi
skizofrenia: selama 9 bercakap –
gangguan hari cakap pada
persepsi pasien
sensori: gangguan
halusinasi percepsi
pendengaran sensori:
dan Halusinasi
penglihatan
2. 6 pasien Latihan - 1. Peningkatan Penelitian Melatih
dengan bercakap – kemampuan ini bercakap –
skizofrenia: cakap pasien dilakukan cakap pada
gangguan dalam selama 2 orang
persepsi bercakap – hari (11 – dengan
sensori: cakap 12 Oktober gangguan
halusinasi 2. Mengontrol 2021) jiwa untuk
halusinasi mengontrol
halusinasi
3. 19 pasien 1. Menghardik - Mengontrol Mei 2019 Efektifitas
dengan halusinasi halusinasi terapi
skizofrenia: 2. Latihan pendengaran aktifitas
gangguan bercakap – kelompok
persepsi cakap stimulasi
sensori: dengan terhadap
halusinasi oranglain kemampuan
pendengaran 3. Patuh mengontrol
38

minum obat halusinasi


4. Melakukan pendengaran
kegiatan pasien ruang
sehari – Cempaka
hari RSJ Prof dr
Ildrem
Medan
4. 15 pasien 1. Menghardik - Mengontrol 2 hari Pengaruh
dengan halusinasi halusinasi terapi
skizofrenia: 2. Latihan aktivitas
gangguan bercakap – kelompok
persepsi cakap stimulasi
sensori: dengan persepsi
halusinasi oranglain terhadap
pendengaran 3. Patuh kemampuan
minum obat pasien
4. Melakukan mengontrol
kegiatan halusinasi
sehari – pendengaran
hari di RSKJ
Soeprapto
Bengkulu
5. 2 pasien 1. Menghardik - Mengontrol 3 hari Asuhan
dengan halusinasi halusinasi Keperawatan
skizofrenia: 2. Latihan Jiwa
gangguan bercakap – Perubahan
persepsi cakap Persepsi
sensori: dengan Sensori:
halusinasi oranglain Halusinasi
pendengaran Pendengaran
dan Latihan
Bercakap –
cakap
dengan
Oranglain
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia: gangguan persepsi
sensori: halusinasi dilakukan selama 3 hari perawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan pada saat pengkajian
dilakukan dengan observasi, wawancara dan melalui rekam medis pasien
di Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota Bogor. Pasien yang
memenuhi kriteria dalam penerapan terapi bercakap – cakap ini
sebanyak 3 pasien yang merupakan pasien intervensi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil penurunan tanda
dan gejala halusinasi secara signifikan setelah penerapan terapi bercakap
– cakap efektif dilakukan pada rentang usia dewasa akhir. Kemampuan
mengontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keinginan dan
motivasi pasien yang kurang untuk sembuh serta koping yang
maladaptive serta respon pasien terhadap halusinasinya sehingga tidak
adanya hubungan lama perawatan dengan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.
Hasil intervensi pada pasien 1, 2 dan 3 dengan skizofrenia:
gangguan persepsi sensori: halusinasi sebelum dilakukan terapi bercakap
– cakap pada hari pertama yaitu sebanyak 20,6 tanda dan gejala
halusinasi. Setelah dilakukan terapi bercakap – cakap pasien mampu
mengontrol halusinasi ditandai dengan penurunan rata – rata hasil
evaluasi tanda dan gejala halusinasi sebanyak 10 tanda dan gejala
halusinasi. Terapi bercakap – cakap efektif terhadap penurunan tanda
dan gejala halusinasi serta dapat meningkatkan kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia: gangguan persepsi
sensori: halusinasi di Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota
Bogor.

39
40

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi
Diharapkan karya ilmiah akhir ini dapat berguna bagi institusi
sebagai bahan referensi pembelajaran untuk mahasiswa –
mahasiswi lainnya di STIKes Bani Saleh dalam mengaplikasikan
teori terapi bercakap – cakap dalam ilmu keperawatan jiwa guna
menunjang terwujudnya pelayanan kesehatan mental yang
menyentuh kebutuhan mental dan psikososial pada pasien
skizofrenia: gangguan persepsi sensori: halusinasi.
5.2.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota Bogor
Diharapkan pada pihak Rumah Sakit Jiwa untuk menggunakan
intervensi keperawatan khususnya terapi bercakap – cakap dalam
kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien skizofrenia:
gangguan persepsi sensori: halusinasi.
5.2.3 Bagi Penerapan Evidence Base Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan menambah waktu pelaksanaan dan
menambah jumlah responden terapi bercakap – cakap supaya
mendapat variasi hasil yang lebih beragam dan memperluas
bahasan dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Alfaniyah, U., & Pratiwi, Y. S. (2021). Penerapan Terapi Bercakap - cakap pada
Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi. 2398–2403.
Aritonang, M. (2019). EFEKTIFITAS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI
TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN
PASIEN RUANG CEMPAKADI RSJ PROF. DR. ILDREM MEDAN. 248–257.
Baradero, M dkk. 2016. Kesehatan Mental Psikiatri: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Devita, Y., & Hendriyani. (2019). Hubungan Lama Rawat dengan Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pendengaran pada Paien Skizofrenia.
Emilyani, D. (2010). Peningkatan Kemampuan Mengendalikan Halusinasi pada Pasien
Skizofrenia dengan Terapi Aktivitas Kelompok Menggunakan Pendekatan Health
Belief Model.
Fresa, O., Rochmawati, D. H., & SN, M. S. A. (2014). PADA PASIEN HALUSINASI
PENDENGARAN. 25, 1–10.
Keliat, BA & Akemat. 2014. Buku Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC

Kemenkes. (2020). Profil Kesehatan Indonesia.


Kusumawaty, I., Yunike, & Gani, A. (2021). MELATIH BERCAKAP-CAKAP PADA
ORANG DENGAN. 1(2), 59–64.
Luhsar, N. H., Widowati, I., & Harnany, A. S. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DAN
LATIHAN BERCAKAP-CAKAP DENGAN ORANG LAIN PADA PASIEN Sdr. O
DAN Sdr. E DI RUANG MADRIM RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH.

Pardede, J. A., Harjuliska, & Ramadia, A. (2021). Self Efficacy dan Peran Keluarga
Berhubungan Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. 4, 57–66.
PH, L., Rumihat, I. I. A., Sujarwo, Suerni, T., Kandar, & Nugroho, A. (2018).
Peningkatan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi melalui terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi. 5K(1), 35–40.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
RISKESDAS. (2018). Persebaran Prevalensi Skizofrenia / Psikosis di Indonesia. 2019.
Siregar, I. M. P. (2008). BUKU ACUAN MODUL II – GANGGUAN PSIKIATRIK SUB
MODUL II . 3. 1–116.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2014). keperawatan kesehatan jiwa.

41
42

Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Analisis Praktik Keperawatan Berbasis Bukti


Penerapan Terapi Bercakap – cakap Pada pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruang
Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi Bogor
Peneliti : Maya Indah Purnama Sari
NIM : 0432950921033
Jurusan : Keperawatan
Program Studi : Profesi Ners
Peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang analisis praktik
keperawatan berbasis bukti pemberian Terapi Bercakap – cakap Pada pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki
Mahdi Bogor oleh karena itu peneliti meminta kesediaan saudara/i untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun. Saudara/i berhak memilih untuk berpartisipasi atautidak berpartisipasi
atau mengajukan keberatan atas penelitian ini. Tidak ada konsekuensi atau dampak
negatif jika saudara/i membatalkan untuk ikut berparsipasi. Sebelum saudara/i
memutuskan berpartisipasi, maka saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi psikoedukasi
terhadap kemampuan keluarga merawat pasien skizropenia dengan halusinasi .
2. Manfaat penelitian ini adalah dapat menjadi sumber informasi dan referensi
tambahan bagi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan skizofrenia
halusinasi di rumah sehingga keluarga dapat lebih memahami kondisi anggota
keluarga yang menderita skizofrenia dan penderita tidak mengalami kekambuhan.
3. Jika saudara/i bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti
akan melakukan intervensi langsung dengan memberikan terapi psikoedukasi kepada
saudara/i. Penelitian dilakukan selama 5 kali pertemuan. Sebelum intervensi pertama
(hari kesatu) dan setelah intervensi terakhir diberikan (hari kelima) peneliti akan
melakukan wawancara menggunakan Kuesioner kemampuan keluarga untuk
mengukur tingkat kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan odgj
4. Peneliti tidak akan memberikan pengaruh yang merugikan pada saudara/i, hanya
memberikan intervensi tersebut sebagai terapi alternatif selama menjalani mngerawat
anggota keluarga dengan odgj
5. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya
dan pelaporan hasil penelitian ini akan menggunakan kode responden bukan nama
sebenarnya dari responden.
43

6. Hasil penelitian ini juga dapat diserahkan kepada saudara/i jika saudara/i
menginginkannya.
7. Jika dari penjelasan di atas terdapat hal yang belum dipahami dan kurang jelas, maka
saudara/i bisa menanyakan langsung kepada peneliti.

Jika saudara/i sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini,
silahkan saudara/i menandatangani lembar persetujuan yang telah tersedia .
44

Lampiran 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI BERCAKAP – CAKAP

SPO TERAPI BERCAKAP – CAKAP


Pengertian Terapi bercakap – cakap merupakan salah satu cara untuk
mengontrol klien yang mengalami halusinasi pendengaran
Tujuan untuk mengurangi, mengatasi atau mengontrol halusinasi
yang muncul lagi yaitu dengan menyibukkan diri
melakukan aktivitas bercakap-cakap.
Prosedur 3. Fase Orientasi
pelaksanaan d. Salam Terapeutik.
”Selamat pagi bu R. Apakah ibu masih ingat dengan
saya?”
e. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bu R hari ini? Apakah
Halusinasinya masih muncul? Apakah bu R telah
melakukan cara yang telah kita pelajari kemarin
untuk menghilangkan suara-suara yang
menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
harian bu R? bagus sekali latihan menghardik
suara-suara telah ibu lakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan
dua cara tadi suara-suara yang Bu R dengarkan
berkurang? Coba sekarang praktekkan cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari.
f. Kontrak
- Topik: “Baiklah bu R, sesuai janji kita
kemarin, hari ini kita akan belajar cara
kedua dari empat cara mengendalikan
suara-suara yang muncul yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain, Apakah bu R
bersedia?
- Waktu: “Bagaimana kalau kita berbincang-
bincang selama 20 menit?
- Tempat: “ Bu R mau berbincang-bincang
dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu?.
4. Fase Kerja
“caranya adalah jika bu R mulai mendengar suara –
suara. Langsung saja ibu cari teman untuk diajak
berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan ibu,
contohnya begini: “tolong berbicara dengan saya.. saya
mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol!‟ Atau
Bu R minta pada ibu perawat untuk berbicara
dengannya seperti „bu, tolong berbicara dengan saya
karena saya mulai mendengar suara- suara.‟ Coba bu R
praktekkan, bagus sekali ibu.
Terminasi e. Evaluasi Subjektif: “Bagaimana perasaan bu R setelah
kita berlatih tentang cara mengontrol suara-suara
dengan bercakap-cakap?”
45

f. Evaluasi Objektif: “Jadi sudah berapa cara yang kita


latih untuk mengontrol suara - suara? Coba sebutkan!
Bagus sekali bu R. Tentang cara yang baru saja kita
pelajari, coba ibu peragakan bagaimana ketika muncul
suara-suara yang mengganggu ibu? Wah bagus bu,
mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian ya
bu R.”
g. RTL: “berapa kali bu R akan bercakap-cakap. Ya dua
kali. jam berapa saja bu R? baiklah Bu R jam 09.00 dan
16.00. Jangan lupa ibu lakukan cara yang kedua agar
suara-suara yang ibu R dengarkan tidak mengganggu
ibu lagi.”
h. Kontrak yang akan datang:
- Topik: “Baik lah bu R bagaimana kalau besok ki ta
berbincang-bincang dan berlatih cara ketiga untuk
mengontrol suara-suara atau halusinasi yaitu dengan
cara melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah ibu
bersedia?”
- Waktu: “bu R mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
10.00? Berapa lama Bu R mau berbincang-bincang?”
- Tempat: “bu R maunya dimana kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah bu
R besok saya akan kesini jam 10.00 sampai jumpa
besok. saya permisi. Selamat siang”
46
Lampiran 3

LEMBAR EVALUASI TANDA DAN GEJALA HALUSINASI

No Aspek Penilaian Tanggal Evaluasi


III. Tanda Gejala Kognitif
1. Mendengar suara – suara
2. Melihat bayangan atau
sinar
3. Menghindu bau – bauan
(bunga, parfum,
kemenyan, darah, reases,
urine)
Merasakan rasa pahit,
4. asem, asin dilidah
5. Merasakan sensasi tidak
nyaman dikulit
6. Ambivalen
7. Tidak dapat
menfokuskan fikiran
8. Mudah lupa
9. Tidak mampu
mengambil keputusan
10. Tidak mampu
memecahkan masalah
11. Tidak dapat berfikir logis
12. Inkoheren
13. Disorientasi
14. Sirkumtansial
15. Flight of idea (ide yang
melompat)
16. Mendengar suara hati
17. Blocking fikiran
18. Daya tilik diri jelek
Afektif
19. Senang
20. Sedih
21. Merasa terganggu
47
22. Marah – marah
23. Ketakutan
24. Khawatir
25. Curiga
26. Merasa
terbelenggu/terikat
27. Afek datar/tumpul
Fisiologis
28. Sulit tidur
29. Kewaspadaan meningkat
30. Tekanan darah
meningkat
31. Denyut nadi meningkat
32. Frekuensi pernafasan
meningkat
33. Muka tegang
34. Keringat dingin
35. Pusing
36. Keletihan/kelelahan
Perilaku
37. Bicara sendiri
38. Tertawa sendiri
39. Menyeringai
40. Menggerakan
bibir/komat kamit
41. Diam sambil menikmati
halusinasinya
42. Perilaku menyerang
43. Kurang mampu merawat
diri
44. Perilaku mengikuti isi
halusinasinya
45. Memalihkan muka kea
rah suara
46. Menarik diri
Sosial
47. Tidak tertarik dengan
kegiatan sehari – hari
48. Tidak mampu
48
berkomunikasi secara
spontan
49. Acuh terhadap
lingkungan
50. Tidak dapat memulai
pembicaraan
51. Tidak dapat
mempertahankan
pembicaraan
52. Tidak dapat
mempertahankan kontak
mata
Total Jumlah Tanda dan Gejala
IV. Kemampuan Pasien
53. Menyebutkan jenis
halusinasi
54. Menyebutkan isi
halusinasi
55. Menyebutkan waktu
halusinasi
56. Menyebutkan frekuensi
halusinasi
57. Menyebutkan situasi
yang menimbulkan
halusinasi
58. Menyebutkan perilaku
saat halusinasi muncul
59. Menghardik halusinasi
60. Menggunakan obat
secara teratur
61. Melakukan bercakap –
cakap
62. Melakukan kegiatan
untuk mengontrol
halusinasi
Total Jumlah Kemampuan Paien
49
Lampiran 4

DOKUMENTASI PENELITIAN
50
Lampiran 5
LEMBAR KONSULTASI KIA
Nama : Maya Indah Purnama Sari
NIM : 0432950921033
Pembimbing : Ns. Yusrini M. Kep. Sp. Kep. J
Judul Penelitian : Analisis Praktik Keperawatan Berbasis Bukti Penerapan
Terapi Bercakap – cakap Pada pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di
Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi Bogor

NO Hari/Tangga l Materi Masukan/saran Dosen Tanda Tangan


Bimbingan Bimbingan Pembimbing Mahasiswa Pembimb ing

1 Minggu, 17 Penjelasan - Penjelasan karya ilmiah


Desember 2021 mengenai KIA akhir literatur rivew
(Karya Ilmiah - Penjelasan karya ilmiah
Akhir) akhir praktik berbasis
bukti
- menentukan pilihan dari
kedua tersebut
- saran karya ilmiah
berbasik bukti

2 Sabtu, 15 Januari Pengajuan judul - Mencari topik


2022 / topik penelitian
penelitian - Mencari jurnal – jurnal
51
3. Kamis,03 Membuat Latar - Tulis secara sistematis
Februari 2022 Belakang - Penulisan ringkas
- Mengkerucut berdasarkan
fenomena dan topik
masalah

4. Jumat, 22 Juli Konsultasi BAB - Revisi BAB 1 - 5


2022 1- 5

Anda mungkin juga menyukai