Anda di halaman 1dari 130

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

F DENGAN NYERI AKUT


DALAM TINJAUAN TEORI CALISTA ROY DI RUANGAN
CEMARA 1 RSUD TORA BELO SIGI

KARYA ILMIA AKHIR NERS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program


Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkkes Palu
Jurusan Keperawatan

Oleh :
ALDA AYU NINGSIH
NIM : PO7120422127

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Ilmia Akhir Ners ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
untuk di uji oleh tim penguji Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan
Prodi Pendidikan Profesi Ners

Nama :Alda Ayu Ningsih


NIM : PO7120422127

Palu, Juli 2023


Pembimbing I

Yulianus Sudarman H Melangka, S.Kep.Ns.M.Med.Ed


NIM. 196806191988021001

Palu, Juli 2023


Pembimbing II

Iwan, S.Kep.Ns.M.Kes
NIP. 197703262003121004

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Dr. Irsanti Collein, M.Kep.Ns.Sp.Kep.MB


NIP. 197910112000122003

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Karya Ilmia Akhir Ners ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
untuk di uji oleh tim penguji Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan
Prodi Pendidikan Profesi Ners
Nama :Alda Ayu Ningsih
NIM : PO7120422127

Tim Penguji

Dr. Fajrillah Kolomboy, S.Kep.Ns.M.Kes


NIP : 197309261993031004 Penguji 1

Amyadin, SKM.,S.Kep.Ns.M.Si Penguji 2


NIP: 196710021987031002

Dr. Irsanti Collein, M.Kep.Ns.Sp.Kep.MB Penguji 3


NIP. 1967910112000122003

Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

T Iskandar Faisal, S.Kp., M.Kes Dr. Andi Fatmawati, M.Kep., Ns., SP.Kep.An
NIP : 197007081993031005 NIP: 197506272002122001

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala

yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya dan izinkanlah peneliti

menghaturkan sembah sujud sedalam-dalamnya serta terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua tercinta yaitu bapak saya Hamsa

dan ibu saya Hasni serta adik saya yaitu Moh. Luthfi. Serta pihak-pihak yang

sangat membantu, atas semua doa, dorongan semangat, inspirasi, serta segala

bantuan baik moral maupun materialnya selama studi yang senantiasa ikut

menemani setiap mata kuliah yang peneliti jalani sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tepat pada waktunya dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan Nyeri Akut Dalam Tinjauan

Teori Calista Roy Di Ruangan Cemara I RSUD Torabelo Sigi’ yang

merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Profesi

Ners di Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

Dalam menyelesaikan penulisan Karya Ilmia Akhir Ners ini, peneliti telah

banyak menerima bimbingan, bantuan , dorongan, arahan dan doa dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti juga ingin meyampaikan rasa

terima kasih kepada:

1. T. Iskandar Faisal, S.Kp.,M.Kes Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Palu.

2. Dr. Andi Fatmawati, M.Kep.Ns.,SP.Kep.An Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

iv
3. Dr. Irsanti Collein, M.Kep.Ns.,SP.Kep.MB Ketua Program Studi Profesi

Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

4. Yulianus Sudarman, S.Kep.Ns.M.Med.Ed selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dalam melakukan

penyusunan hasil penelitian ini.

5. Iwan, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing peneliti dalam melakukan penyusunan hasil penelitian

ini.

6. Bapak/ibu dosen dan staf Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada penulis.

7. Responden pasien dan keluarga di RSUD Torabelo Sigi yang telah bersedia

menjadi responden.

8. Kepada seluruh rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan

Keperawatan Prodi Pendidikan Profesi Ners angkatan 2022 yang tidak bisa

Peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas kekompakan dan

kebersamaannya selama mengikuti pendidikan, dan telah banyak

memberikan masukan bagi peneliti dalam mengikuti pendidikan dan

menyelesaikan studi ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis, semoga Allah SWT

membalas semua kebaikan kalian. Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan. peneliti mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun demi perbaikan karya ilmiah ini. Akhir kata, semoga karya

v
ilmiah ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengatahuan, khususnya di

bidang ilmu keperawatan.

Palu, Juli 2023

Peneliti

vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

Alda Ayu Ningsih, 2023. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn.F Dengan
Tinjauan Teori Callista Roy di Ruangan Cemara I RSUD
Tora Belo Sigi. Karya Ilmiah Akhir Ners Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu. Pembimbing : (1)
Yulianus Sudarman H Melangka (2) Iwan

ABSTRAK

(i-xii + 70 halaman + 2 gambar + 8 tabel + 4 lampiran)


Gerd adalah gangguan berupa isi lambung mengalami refliks berulang
kedalam esofagus, menyebabkan gejala atau komplikasi yang mengganggu. Studi
kasus ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana penerapan asuhan keperawatan
nyeri akut ditinjau dari teori Callista Roy di Ruangan Cemara I RSUD Tora Belo
Sigi.
Metode : Penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini menggunakan metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan
meliputi : pengkajian, pemeriksaan fisik, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Penelitian ini di lakukan pada tanggal 19-22
Desember 2022 di Ruangan Cemara I RSUD Tora Belo Sigi.
Hasil Penelitian : Berdasarkan pengkajian pada Nn.F mengeluh merasa
nyeri uluhati, skala nyeri 6, klien merasa nyerinya seperti diremas-remas, nyeri
terasa ± 15 menit dan hilang tibul, klien tampak meringis, klien kesulitan tidur,
klien tampak gelisah. Masalah keperawatan prioritas yang diangkat yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. intervensi mengajarkan
teknik non farmakologis (aromaterapi minyak lavender). Hasil penelitian dari
pengkajian sampai evaluasi disimpulkan bahwa setelah diberikan asuhan
keperawatan dengan tindakan mandiri keperawatan pemberian aromaterapi
minyak lavender selama 3 hari masalah nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria
hasil klien merasa nyeri saat lambat makan saja, klien tidak tampak meringis,
klien tampak tidak gelisa, klien tidak susah untuk tidur, skala nyeri 2.
Kesimpulan : Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Nn.F Dalam
Tinajauan Teori Callista Roy di Ruangan Cemara I RSUD Tora Belo Sigi telah
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Kata Kunci : Gastroesofageal Reflux Disease (GERD), Nyeri Akut, Aromaterapi


Lavender
Daftar Pustaka : 13 Pustaka (2013 – 2021)

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.............................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Keperawatan ................................................................................5
2.2 Konsep Penyakit GERD......................................................................................8
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................20
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN
3.1 Metodologi Penelitian........................................................................................29
3.1.1 Rancangan Penelitian................................................................................29
3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................29
3.1.3 Subjek Penelitian.......................................................................................30
3.1.4 Variabel dan Definisi Operasional.............................................................31
3.1.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................32
3.1.6 Uji Kabsahan Data.....................................................................................33
3.1.7 Analisa Data..............................................................................................33
3.2 Laporan Kasus Kelolaan.....................................................................................35
3.2.1 Pengkajian.................................................................................................35
3.2.2 Klasifikasi Data.........................................................................................45
3.2.3 Analisa Data..............................................................................................46
3.2.4 Diagnosa Keperawatan..............................................................................48
3.2.5 Perencanaan Keperawatan.........................................................................49
3.2.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..................................................54
3.2.7 Catatan Perkembangan..............................................................................56
BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Kasus Terkait..........................59
4.2 Analisis Intervensi Utama dengan Konsep dan Penelitian..................................65
4.3 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan.....................................................66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................68

viii
5.2 Saran...................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................70

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

...............................................................................................................................

22
Tabel 3.1 Pengkajian Pola Fungsi.........................................................................38
Tabel 3.2 Hasil Laboratorium................................................................................43
Tabel 3.3 Klasifikasi Data.....................................................................................45
Tabel 3.4 Analisa Data..........................................................................................46
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan.........................................................................49
Tabel 3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..............................................54
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Hari Pertama....................................................56
Tabel 3.8 Catatan Perkembangan Hari Kedua......................................................58

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway GERD .............................................................................13

Gambar 3.1 Genogram..................................................................................... 37

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Curriculum Vitae


Lampiran 2 Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 3 Laporan Pendahuluan
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaann

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gaya hidup seperti merokok, konsumsi alcohol, obesitas, makan

terlalu banyak, kopi, stress, berbaring setelah makan, mengonsumsi

makanan atau minuman asam dapat menyebabkan gangguan kesehatan

system pencernaan. Gaya hidup tersebut dapat menyebabkan gangguan

kesehatan system pencernaan sala satunya GERD (Gastroesophageal

Reflux Disease). Gerd adalah gangguan berupa isi lambung mengalami

refliks berulang kedalam esofagus, menyebabkan gejala atau komplikasi

yang mengganggu (Saputera, 2017).

Laju prevelensi kejadian GERD diseluruh dunia sekitar 15%-25%.

Untuk prevelensi diAsia pada tahun 2018 menjadi 5,2%-8,5%. Dari hasil

penelitian di Indonesia prevelensi GERD mengalami peningkatan pada

maret 2018 yaitu sebesar 22,8% (Amran 2019).

Dari data provinsi Sulawesi tengah angka kejadian GERD tahun

2018 mencapai 530 orang. Kejadian GERD diKota Palu pada tahun 2018

sebesar 19.480 orang. Data yang diperoleh dari RSUD Tora Belo Sigi

bahwa jumlah penderita GERD pada tahun 2018 sebanyak 34 orang yang

pernah dirawat.

Bahaya penyakit GERD jika dibiarkan terus menerus akan merusak

fungsi system pencernaan dan meningkatkan resiko terkena kanker

esofagus sehingga diperlukan pengobatan yang tepat (Ndraha, 2016).

1
2

Gejala khas GERD adalah heartburn dan regurgitation (Karina, 2016).

Nyeri merupakan respon emosional yang tidak menyenangkan dari

individu yang menggambarkan adanya gangguan maupun kerisakan

jaringan. Nyeri yang dirasakan pada pasien GERD dapat menimbulkan

stress, gelisa, dan mengalami gangguan tidur (Peery, 2014).

Nyeri yang dirasakan oleh pasien GERD bisa diatasi dengan

menerapkan teori keperawatan model adaptasi menurut Calista Roy.

Calista Roy mendefinisikan tujuan keperawatan adalah meningkatkan

respon adaptasi dengan memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, atau

residual. Perawat juga harus mempersiapkan individu untuk

mengantisipasi perubahan melalui penguatan mekanisme kognator dan

regulator (Nursalam, 2015).

Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada

Ny.F dengan Nyeri Akut dalam Tinjauan Teori Calista Roy di Ruangan

Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi.

1.2. Perumusan Masalah

“Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada Ny.f dengan

diagnosa keperawatan nyeri akut dalam tinjauan teori Calista Roy di

Ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi Tahun 2023”.


3

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum Karya Ilmia Akhir ini yaitu untuk

mengetahui asuhan keperawatan pada Ny.f dengan diagnose

keperawatan nyeri akut dalam tinjauan teori Calista Roy di

Ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengkajian keperawatan yang komprehensif pada

Ny.f dengan diagnosa keperawatan nyeri akut dalam tinjauan

teori Calista Roy di Ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi.

b. Menentukan rumusan diagnosa keperawatan pada Ny.f dengan

diagnose keperawatan nyeri akut dalam tinjauan teori Calista

Roy di Ruangan Camara 1 RSUD Tora Belo Sigi.

c. Menetukan perencanaan keperawatan pada Ny.f dengan

diagnose keperawatan nyeri akut dalan tinjauan teori Calista

Roy di Ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny.f dengan

diagnose keperawatan nyeri akut dalam tinjauan teori Calista

Roy di Ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.f dengan diagnose

keperawatan nyeri akut dalam tinjauan teori Calista Roy di

Ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi.


4

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil Karya Ilmia Akhir ini dapat menjadi masukan bagi

pelayanan di Rumah Sakit agar dapat melakukan asuhan

keperawatan sesuai standar SOP yang berlaku pada pasien GERD

di RSUD Tora Belo Sigi.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi terbaru bagi ilmu keperawatan

Profesi Ners untuk menjadi panduan oleh peneliti selanjutnya dan

pembelajaran dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasin

GERD di Rumah Sakit.

1.4.3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan

dan pengalaman bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang

benar dan sesuai standar SOP pada pasien GERD di Rumah Sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori Keperawatan Calista Roy

a. Konsep Utama Teori Calista Roy

Model keperawatan adaptasi Roy adalah model yang

memandang manusia sebagai suatu sistem adaptasi mulai dari

tingkatan individu itu sendiri sampai ke adaptasi dengan

lingkungan. Teori ini menjelaskan proses keperawatan yang

bertujuan membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap

perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan

hubungan interdependensi selama sehat sakit bahwa komponen

sistem adaptasi Calista Roy diantaranya oksigenasi, nutrisi,

eliminasi, cairan, elektrolit, fungsi endokrin, aktivitas, tidur /

istirahat, perlindungan dan indra/ sensori. Indikator adaptif pada

fungsi fisiologis oleh (Michael, 2021).

Dijelaskan sebagai berikut :

- Oksigenasi : fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area

oksigenasi jika pernafasan yang seimbang, pola pertukaran

gas yang stabil, dan transportasi gas yang memadai.

Sedangkan dikatakan inefektif bila terjadinya hipoksia,

gangguan ventilasi, pertukaran dan transportasi gas yang

tidak adekuat, perubahan perfusi jaringan dan proses

5
6

kompensasi untuk perubahan oksigen yang kurang (Emily,

2018).

- Nutrisi, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area nutrisi

jika pencernaan yang stabil, pola nutrisi sesuai dengan

kebutuhan tubuh, kebutuhan metabolisme dan nutrisi

terpenuhi. Sedangkan inefektif jika penurunan berat badan,

perasaan mual dan muntah serta pola pola makan tidak

adekuat (Emily, 2018).

- Eliminasi, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area

eliminasi jika pola eliminasi dan defeksi baik. Sedangkan

inefektif jika perubahan pola eliminasi dan defeksi yang tidak

efektif (Emily, 2018).

- Aktifitas dan istirahat, fungsi fisiologis dikatakan adaptif

pada area aktifitas dan istirahat jika proses mobilitas yang

terintegrasi, pergerakan yang cukup, pola aktifitas dan

istirahat yang efektif, dan menyesuaikan tidur dengan

perubahan lingkungan. Sedangkan dikatakan inefektif jika

immobilitas, intoleransi aktifitas, pola aktifitas dan istirahat

tidak efektif dan gangguan pola tidur (Emily, 2018).

- Proteksi, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area

proteksi jika kulit utuh, respon penyembuhan luka yang

efektif, integritas dan kekebalan tubuh tubuh yang cukup,

proses imunitas yang efektif dan pengaturan suhu yang


7

efektif. Dikatakan inefektif jika adanya gangguan integritas

kulit, delayed wound healing, infeksi, pengaturan suhu yang

tidak efektif dan proses imunitas tidak efektif (Emily, 2018).

- Sensori, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area sensori

jika proses sensori yang efektif, pola persepsi yang stabil,

strategi kopig untuk gangguan sensori efektif. Dikatakan

inefektif jika adanya gangguan sensori primer, hilangnya

kemampuan merawat diri sendri, gangguan komunikasi,

nyeri akut dan kronis, gangguan persepsi dan strategi koping

kerusakan sensori yang tidak efektif (Emily, 2018).

- Cairan dan elektrolit, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada

area cairan dan elektrolit jika memperlihatkan adanya proses

keseimbangan cairan dan stabilitas elektrolit didalam tubuh

stabil, status asam basa yang seimbang, regulasi buffer kimia

yang efektif. Dikatakan inefektif jika adaya dehidrasi, adanya

edema, syok, gangguan elektrolit dan ketidakeseimbangan

asam basa (Emily, 2018).

- Fungsi endokrin, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area

endokrin jika pengaturan hormonal yang efektif, strategi

koping teerhadap stress yang efektif. Dikatakan inefektif jika

regulasi hormon yang tidak efektif, fatigue, iritabilitass dan

stress (Emily, 2018).


8

2.2. Konsep Penyakit

a. Definisi

GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu

penyakit yang jarang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena

bila belum menimbulkan keluhan yang berat seperti refluks

esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa.Refluks gastroesofagus

adalah masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara

intermiten pada orang, terutama setelah makan (Asroel, 2014).

Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux

Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis

sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang

menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di

esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto,

2013).

Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak

sewaktu habis makan.Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh

adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir

masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks

sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan

keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks fisiologis.

Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-

ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi

lambung untuk waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti


9

kerusakan esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti erosi dan

ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2013).

Jadi, GERD merupakan suatu keadaan patologis akibat

maksuknya isi lambung ke esofagus yang biasa terjadi setelah

makan dan dapat terjadi pada posisi tegak oleh adanya konstraksi

peristaltik primer lambung.

b. Anatomi fisiologi

1) Esofagus

Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang

berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke

lambung.Esofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa

tanduk. Padalapisan submukosa terdapat kelompokan

kelenjar-kelenjar esofagea yang mensekresikan mukus.Pada

bagian ujung distalesofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel

ototpolos, pada bagian tengah,campuran sel-sel otot lurik dan

polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.

2) Lambung

Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang

melebar, yang fungsi utamanya adalah menampung makanan

yang telah dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat

yang dinamakan kimus (chyme).Permukaan lambung ditandai

oleh adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae.

Invaginasi epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut menembus


10

lamina propria, membentuk alurmikroskopik yang dinamakan

gastric pits atau foveolae gastricae.Sejumlah kelenjar-kelenjar

kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke

dalam dasar gastric pits ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini

terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Lambung

secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,

korpus, fundus, dan pylorus.

c. Etiologi

Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:

 Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)

 Bersihan asam dari lumen esofagus menurun

 Ketahanan epitel esofagus menurun

 Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya

pepsin, garam empedu, HCL

 Kelainan pada lambung

 Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis

 Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas

 Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga

membuat refluks

 Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein

dan berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang

bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah

termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa


11

antihistamin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan

nitrat

 Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

(Yusuf, 2015)

d. Patofisiologi

Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD

(gastroesophageal reflux disease) disebabkan aliran balik (refluks)

isi lambung ke dalam esophagus.GERD sering kali disebut nyeri

ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam

yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau

menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.

Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan

disebabkan melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di

dalam lambung yang lebih tinggi dari esophagus.Dengan kedua

mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak masuk ke

dalam esophagus.

Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke

esofagus karena adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter

esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu area yang tonus

ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika

gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah

esofagus. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan

makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus seharusnya


12

tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak

organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan

abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian,

ada kecenderungan isi lambung terdorong ke dalam esofagus.

Akan tetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten, sfingter tidak

dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah

bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah

(esofagus). Episode refluks yang berulang dapat memperburuk

kondisi karena menyebabkan inflamasi dan jaringan parut di area

bawah esofagus.

Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala

keadaan normal, refluks dapat terjadi jika terdapat gradien

tekananyang sangat tinggi di sfingter. Tekanan abdomen yang

tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks.

Hal ini memperbesar gradien tekanan antara esofagus dan rongga

abdomen. Posisi berbaring, terutama setelah makan juga dapat

mengakibatkan refluks.
13

e. Pathway keperawatan

GASTROESOPHAGEAL REFLIKS DISEASE


(GERD)

Asam lambung mengiritasi sel Nafas bau asam Refluks saat


mukosa esofagus malam

Merangsang
Kerusakan sel mukosa pusat mual Aspirasi isi
esofagus lambung ke
tracheobronkial
Mual
Peradangan
Risiko
Odinofagia Penurunan nafsu Aspirasi
Hearth burn makan
non cardiac
Gangguan
Menelan Intake nutrisi in
Nyeri Akut adekuat

BB menurun

Defisit Nutrisi

Sumber (Yusuf, 2015)


Gambar 2.1.Pathway GERD

f. Manifestasi klinik

 Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)

 Muntah

 Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya,

bahkan menjalar ke leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya

timbul setelah makan atau ketika berbaring


14

 Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya

penyempitan (stricture) pada kerongkongan dari reflux.

 Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan

kerongkongan, bisa dihasilkan dari refluks berulang. Bisa

menyebabkan nyeri yang biasanya berlokasi di belakang

tulang payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan lokasi

panas dalam perut.

 Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada

penyempitan pada saluran udara

 Suara parau

 Ludah berlebihan (water brash)

 Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus)

 Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis)

 Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga

(pada anak)

 Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa

menyebabkan pendarahan yang biasanya ringan tetapi bisa

jadi besar. Darah kemungkinan dimuntahkan atau keluar

melalui saluran pencernaan, menghasilkan kotoran berwarna

gelap, kotoran berwarna ter (melena) atau darah merah terang,

jika pendarahan cukup berat.

 Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari

refluks berulang, lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah


15

(menghasilkan sebuah kondisi yang disebut kerongkongan

Barrett). Perubahan bisa terjadi bahkan pada gejala-gejala

yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum kanker dan

berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.

g. Pemeriksaan penunjang

1) Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas

merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan

ditemukannya mucosal break di esophagus (esofagitis refluks).

Jika tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan

endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala

khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive reflux disease

(NERD).

2) Esofagografi dengan barium

Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini

kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan,

terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada keadaan yang

lebih berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding

dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen.

3) Monitoring pH 24 jam

Episode refluks gastroesofageal menimbulkan

asidifikasi bagian distal esophagus. Episode ini dapat

dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikroelektroda


16

pH pada bagian distal esophagus. Pengukuran pH pada

esophagus bagian distal dapat memastikan ada tidaknya

refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas

LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.

h. Penatalaksanaan

Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan

gejala menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya

(perbaikan esofagitisnya).Hal ini tampaknya lebih praktis bagi

pasien dan cukup efektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana

GERD.Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam

terapi medikamentosa GERD :

1) Antasid

Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam

menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi

esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat

memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah.

Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya kurang

menyenangkan, dapat menimbulkan diare terutama yang

mengandung magnesium serta konstipasi terutama antasid

yang mengandung aluminium, penggunaannya sangat

terbatas pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.


17

2) Antagonis reseptor H2

Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah

simetidin, ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai

penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam

pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan

dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.

Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis

derajat ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.

3) Obat-obatan prokinetik

Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan

GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan

motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERD

sangat bergantung pada penekanan sekresi asam.

4) Metoklopramid

Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor

dopamine. Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala

serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus

kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau

penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak,

maka dapat timbul efek terhadap susunan saraf pusat berupa

mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia.


18

5) Domperidon

Golongan obat ini adalah antagonis reseptor

dopamine dengan efek samping yang lebih jarang disbanding

metoklopramid karena tidak melalui sawar darah

otak.Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan

penyembuhan lesi esophageal belum banyak dilaporkan,

golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus LES

serta mempercepat pengosongan lambung.

6) Cisapride

Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini

dapat mempercepat pengosongan lambung serta

meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya dalam

menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus

lebih baik dibandingkan dengan domperidon.

7) Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)

Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam,

obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam

lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan

pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl

di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu.

Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja

secara topikal (sitoproteksi).


19

8) Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI)

Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam

pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini bekerja

langsung pada pompa proton sel parietal dengan

mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai

tahap akhir proses pembentukan asam lambung.

Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan

serta penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive

derajat berat serta yang refrakter dengan golongan antagonis

reseptor H2.Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu

(terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan

(maintenance therapy) selama 4 bulan atau on-demand therapy,

tergantung dari derajat esofagitisnya.

i. Komplikasi

 Batuk dan asma

 Erosif esophagus

 Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi

kolumner metaplastik

 Esofagitis ulseratif

 Perdarahan saluran cerna akibat iritasi

 Striktur esophagus / Peradangan esophagus

 Aspirasi

 Tukak kerongkongan
20

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

 Data umu pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat

 Informasi keluaraga : nama, umur, jenis kelamin, hubungan

dengan pasien

 Genogram

 Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat keluhan utama,

riwayat penyakit, riwayat alergi

 Pemeriksaan fisik ( Head to toe)

 Kebutuhan dasar

 Data focus

 Pemeriksaan diagnostic

 Psikososial

b. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul

 Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).

 Risiko aspirasi (D.0006) brhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran, penurunan reflex muntah dan/atau batuk,

gangguan menelan, disfagia, kerusakan mobilitas fisik,

peningkatan residu lambung, peningkatan tekanan

intragastritik, penurunan mobilitas gastrointestinal, sfingter

esophagus bawah inkompeten, perlambatan pengosongan


21

lambung, terpasang selang nasogastritik, terpasang

trakeostomi atau endotracheal tube, trauma/pembedahan

leher, mulut, dan/atau wajah, efek agen farmakologis,

ketidakmatangan koodinasi menghisap, menelan dan

bernapas

 Gangguan menelan (D.0063) berhubungan dengan

gangguan serebrovaskular, gangguan saraf kranialis,

paralisis serebral, akalasia, abnormalitas laring,

abnormalitas orofaring, anomaly jalan napas atas, defek

anatomik kongenital, defek laring, defek nasal, defek

rongga nasofaring, defek trakea, refluk gastroesovagus,

obstruksi mekanis, prematuritas.

 Nausea (D. 0076) berhubungan dengan gangguan

biokimiawi (mis. Uremia, ketoasidosis diabetic), gangguan

pada esophagus, distensi lambung, iritasi lambung,

gangguan pancreas, peregangan kapsul limpa, tumor

terlokalisasi (mis neuroma akustik, tumor otak primer atau

sekunder, metastasis tulang didasar tengkorak),

peningkatan tekanan intraabdominal (mis. Keganasan

intraabdomen), peningkatan tekanan intracranial,

peningkatan tekanan intraorbital (mis. Galaukoma), mabuk

perjalanan, kehamilan, aroma tidak sedap, rasa

makanan/minuman yang tidak enak, stimulus penglihatan


22

tidak emnyenangkan, factor psikologis (mis. Kecemasan,

ketakutan, stress), efek agen farmakologis, efek toksin.

 Deficit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan

mencerna makanan, ketidakmampuan mengabstroksi

nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, factor

ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi), factor

psikologis (mis. Stress, keenggangan untuk makan).

c. Intervensi

Tabel 2.1. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan (I.08328)
selama ......x 24 Observasi :
jam, pasien tidak - Identifikasi
mengalami nyeri, lokasi,
dengan kriteria hasil: karakteristik,
Tingkat Nyeri dirasi, frekuensi,
(L.08066) kualitas dan
- Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun - Identifiksi skala
- Meringis nyeri
menurun - Identifikasi
- Gelisah menurun respons nyeri
- Kesulitan tidur non verbal
menurun - Identifikasi
- Tanda-tanda vital factor yang
membaik memperberat dan
memperingan
nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan
tentang nyeri
- Identifikasi
respon budaya
terhadap nyeri
23

- Identifikasi
pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Teraupetik :
- Berikan teknik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis.
Terapi music,
terapi pijat,
aromaterapi)
- Control
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi
istirahat dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
24

memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
non farmakologis
unruk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
peberian
analgetik, jika
perlu
2. Risiko aspirasi Setelah dilakukan Pencegahan Aspirasi
tindakan keperawatan (I.01018)
selama ...x 24 jam Observasi :
masalah aspirasi pada - Monitor tingkat
klien dapat diatasi kesadaran, reflek
dengan kriteria hasil: batuk dan
Tingkat Aspirasi kemampuan
(L.01006) menelan.
- Kemampuan Teraupetik :
menelan - Posisikan semi
meningkat fowler (30-45
- Kebersihan mulut derajat) sebelum
meningkat makan dan
- Gelisa menurun setelah makan
Edukasi :
- Anjurkan makan
secara perlahan
- Ajarkan starategi
mencegah
aspirasi
3. Gangguan Setelah dilakukan Pemberian Makanan
Menelan tindakan keperawatan (I.03125)
selama .....x 24 jam Observasi :
maka gangguan - Identifikasi
menelan pada klien makanan yang
dapat diatasi dengan diprogramkan
kriteria hasil: - Identifikasi
Status Menelan kemampuan
(L.06052) menelan
- Mempertahankan Teraupetik :
25

makanan dimulut - Berika posisi


meningkat duduk atau semi
- Usaha menelan fowler saat
meningkat makan
- Muntah menurun - Berikan makanan
- Refluks lambung hangat
menurun - Berikan makanan
- Gelisa menurun sesui keinginan
- Penerimaan Edukasi :
makanan - Anjurkan orang
membaik tua atau keluarga
untuk membantu
memberi makan
kepada pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgesic yang
adekuat sebelum
makan, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
antiemetil
sebelum makan,
jika perlu
4. Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual
tindakan keperawatan (I.03117)
selama ......x 24 jam Observasi :
klien nausea menurun - Identifikasi
dengan kriteria hasil: karakteistik
Tingkat Nausea : muntah (mis.
- Perasaan ingin Warna,
muntah menurun konsistensi,
- Perasaan asam adanya darah,
dimulut menurun waktu, frekuensi
- Nafsu makan dan durasi)
membaik - Periksa volume
- Frekuensi muntah
menelan membaik - Identifikasi
factor penyebab
muntah
- Monitor
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Taraupetik :
26

- Atur posisi untuk


mencegah
aspirasi
- Bersuhkan mulut
Edukasi :
- Anjurkan
memperbanyak
istirahat
- Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologis
untuk mengelola
muntah (mis.
Relaksasi, terapi
music,
akupresur,
biofeedback)
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
antimetik, jika
perlu
5. Deficit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan (I.03119)
selama .....x 24 jam,  Observasi :
deficit nutrisi pada - Identivikasi
klien dapat diatasi status nutrisi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi
Status Nutrisi alergi dan
(L.03030) intoleransi
- Porsi makan yang makanan
diha iskan - Identifikasi
meningkat makanan yang
- Perasaan cepat disukai
kenyang menurun - Identifikasi
- Nyeri abdomen kebutuhan kalori
menurun dan nutrien
- Berat badan - Monitor asupan
membaik makanan
- Indeks masa tibuh - Monitor berat
(IMT) membaik badan
- Frekuensi makan - Monitor hasil
membaik pemeriksaan
- Nafsu makan labolatorium
membaik Teraupetik :
27

- Lakukan oral
higien sebelum
makan atau
setelah makan,
jika perlu
- Sajikan makan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi :
- Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda
nyeri,
antiemetic), jika
perlu
- Kolabotasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu.

d. Implemetasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian

tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain

untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan


28

perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang

sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Notoatmodjo,

2014).

e. Evaluasi

Menurut (Notoatmodjo, 2014) evaluasi keperawatan terdiri dari

dua jenis yaitu:

- Evaluasi formatif

Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi

dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

- Evaluasi somatif

Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

3.1.1 Rancangan Penelitian

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi

diagnose keperawatan nyeri akut pada pasien dengan diagnose

GERD dengan tinjauan teori keperawatan Calista Roy diRuangan

Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi.

3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruangan Cemara 1

RUSD Tora Belo Sigi, untuk ruangan Cemara 1 itu sendiri

adalah ruangan perawatan penyakit dalam. Ruangan Cemara

1 memiliki 8 ruangan perawatan, 1 ruangan kelas 3

perempuan terdapat 8 ekstra bed dan 1 kamar mandi, 1

ruangan kelas 3 laki-laki terdapat 8 ekstar bed dan 1 kamar

mandi, 1 ruangan kelas 2 perempuan terdapat 5 ekstra bed

dan 1 kamar mandi, 1 ruangan kelas 2 laki-laki terdapat 5

ekstra bed dan 1 kamar mandi, 1 ruangan kelas 1 perempuan

terdapat 3 ektra bed dan 1 kamar mandi, 1 ruangan kelas 1

laki-laki terdapat 3 ekstra bed dan 1 kamar mandi, 1 ruangan

VIP terdapat 1 ekstra bed dan 1 kamar mandi. Meliki 1 buah

ners station, satu ruangan obat dan alat, 1 ruangan untuk

29
30

kepala ruangan, 1 kamar mandi perawat, jumlah tenaga

perawat di ruangan jambu ada 14 dan 1 kepala ruangan.

b. Waktu penelitian

Dilaksanakan pada Tanggal 19 Desember 2022 selama 1

minggu di ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigi dan

memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Klien

Ny.F dengan diagnosa keperawatan nyeri akut dengan

GERD.

3.1.3 Subyek Penelitian

Klien Ny.F usia 66 tahun jenis kelamin perempuan alamat

tempat tinggal Desa Banasu datang di UGD RSUD Tora Belo Sigi

di antar oleh keluarga pada jam 02.30 WITA dan dipindahkan

keruangan perawatan Cemara 1 pada jam 05.30 WITA. Saat

dilakukan pengkajian diruangan perawatan didapatkan data dari

hasil wawancara dan hasil observasi keluhan nyeri uluhati, mual

muntah dan mengeluh pusing. Keluarga mengatakan klien pernah

di rawat di RSUD Tora Belo Sigi 1 tahun yang lalu dengan

penyakit yang sama. Saat dilakukan pengukuran tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg, N : 60 x/ m, R : 20 x/m, S : 36,6 °C dan SPO2

: 98 % serta terpasang Intravenous Fluid Drops (IVFD) RL 20

TPM.
31

3.1.4 Variabel dan Definisi Oprasional

a. Variabel

Variabel dalam penelitian Asuhan Keperawatan di mulai

dari proses pengkajian keperawatan, penentuan diagnosa

keperawatan, melakukan perencanaan serta memberikan

intervensi yang sudah di tentukan dari hasil pengkajian yang

didapatkan, dilaksanakan dalam implementasi keperawatan dan

melakukan evalusi pada klien Ny.F dengan diagnose

keperawatan nyeri akut selama 3 hari di Ruangan Cemara 1

RSUD Tora Belo Sigi.

b. Definisi oprasional

- Pengkajian Keperawatan menggunakan format

Keperawatan Medikal Bedah atau pengkajian Gordon yang

di mana mencakup data yang dikumpulkan melalui

wawancara, penggumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan

fisik, laboratorium dan diagnostik.

- Penentuan Diagnosa Keperawatan menggunakan buku

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1

Agustus 2017 yang di buat oleh Persatuan Perawat

Nasional Indonesia (PPNI).

- Menentukan Intervensi sesuai diagnosa keperawatan yang

di alami klien dengan menggunakan buku Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 September


32

2018 yang di buat oleh Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI).

- Untuk Kriteria hasil yang ingin di capai dari pemberian

intervensi pada klien menggunakan buku Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) adisi 1 Januari 2019 yang di

buat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab terhadap

klien atau keluarga untuk mendapatkan data yang lebih

akurat tentang penyakit yang di alami.

b. Obeservasi adalah suatu pengamatan langsung terhadap klien

untuk mengatahui tanda dan gejala penyakit yang di alami

klien untuk melengkapi data yang telah di dapatkan dari hasil

wawancara.

c. Pemeriksaan fisik adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan memerikasa klien secara langsung yang

bertujuan untuk membantu dalam penegakan diagnosis dan

perencanaan keperawatan.

d. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang menunjang

dari penyakit klien seperti hasil Rontgen, hasil Laboratorium,

hasil EKG, hasil USG untuk membantu melengkapi data dari

penyakit yang di alami klien.


33

3.1.6 Uji Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dan kualitas informasi yang

diperoleh dalam melakukan asuhan keperawatan, dengan cara

peneliti menjadi instrument utama, sehingga dilakukan dengan

cara :

1) Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan

2) Sumber informasi tambahan menggunakan tiangulasi tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dalam hal ini

preceptor klinik dan preceptor institusi dan keluarga pasien

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk

mendapatkan data yang valid dan akurat.

3.1.7 Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan dituangkan

dalam pembahasan. Membandingkan kesenjangan antara data

secara teori dengan kenyataan yang ada.

Teknik Analisis data dilakukan dengan menarasikan

jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara/pengkajian yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah.

Urutan analisis data:


34

- Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik

dan studi dokumen terhadap status pasien. Hasil ditulis dalam

format pengkajian dan lembaran asuhan keperawatan.

- Mereduksi data dengan mengkategorikan data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

keperawatan disusun atau diklasifikasikan. Dikategorikan

dalam bentuk data subyektif dan data obyektif. Selanjutnya

disusun tema yang sesuai dengan cara merumuskan masalah

keperawatan keperawatan dan menentukan etiologi yang

sesuai.

- Penyajian data

Penyajian data dilakukan dengan tabel dan teks atau diuraikan

dengan teknik narasi. Kerahasiaan responden dijamin dengan

menuliskan inisial responden.

- Kesimpulan

Data disajikan kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan konsep asuhan keperawatan secara teori. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.


35

3.2. Laporan Kasus Kelolaan

3.2.1 Pengkajian
Tanggal masuk : 19 Desember 2022
Jam masuk : Pukul 05.30
Ruangan : Cemara 1
No register : 058447
Dx. Medis : GERD
Tanggal pengkajian : 19 desember 2022
a. Biodata
1) Identitas pasien
Nama : Ny.F
Umur : 66 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen
Suku : Uma’a
Alamat : Desa Banasu
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.M
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen
Suku : Uma’a
Alamat : Desa Banasu
Hub. Dengan klien : Anak kandung
36

b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama saat masuk RS : Klien mual muntah dan
nyeri uluhati
2) Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengatakan nyeri
pada bagian uluhati
3) Riwayat keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada
uluhati sejak 2 hari yang lalu. Klien merasakan nyeri saat
lambat makan, nyeri dirasakan seperti diremas-remas,
skala nyeri 6, klien tampak meringis, nyeri dirasakan ± 15
menit dan hilang timbul.
4) Keluhan lain yang menyertai : klien mengatakan nyeri
bagian dada, mual muntah dan mengeluh pusing.
5) Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan bahwa
pernah masuk RS dengan penyakit yang sama 6 bulan
yang lalu
6) Riwayat kesehatan keluarga :
7) Klien mengatakan tidak keluarga yang mengidap penyakit
menular dan penyakit seperti yang di deritanya.
8) Riwayat alergi (obat dan makanan) : klien mengatakan
tidak ada alergi obat dan makanan.
37

c. Genogram

G1
x X x X

G2
x x X
X X

x X

G3 X x x

Keterangan :

: laki-laki G1 : Kakek dan nenek dari

ayah dan dari ibu klien sudah


: Perempuan
meninggal karena faktor usia.

: Menikah G2 : Ayah klien anak pertama

dari 4 bersaudara dan sudah


: Keturunan
meninggal karena faktor
: Klien
usia,ibu klien anak ke2 dari 3

bersaudara dan sudah

meninggal karena factor

usia.

-- -- :Tinggal serumah G3 : klien bersaudara 6, klien

anak ke-1 dan klien sudah

menikah dan memiliki


38

5 orang anak. laki-laki dan

perempuan

Gambar 3.1. Genogram

d. Pengkajian pola fungsional kesehatan

Tabel 3.1. Pengkajian Pola Fungsional


No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Persepsi Klien mengatakan Klien
Kesehatan saat sakit ringan mengatakan
klien maupun nanti sakit
keluarga akan berat/sudah
pergi ke tidak tertahan
puskesmas lagi baru
kerumah sakit
2. Pola Metabolisme Frekuensi makan Frekuensi
Nutrisi 2-3 kali sehari, makan 2 kali
- Frekuensi porsi makan sehari, porsi
makan,porsi dihabiskan, makan tidak
makan, kadang lambat dihabiskan,
pantangan, makan, tidak ada klien mengeluh
makanan, makanan nafsu makan
pantangan. menurun.
- Pola minum, Minum ± 2 botol
jumlah ukuran 1500 Minum ± 4
cairan/hari ml/hari botol ukuran
600 ml/hari
3. Pola istirahat Klien mengatakan Klien
/tidur : siang tidak tidur mengatakan
Siang dan malam tidur siang dan
Malam mulai pukul malam hari
Gangguan tidur 22.00-06.00 serta sering
tidak ada terbangun dan
gangguan tidur. mengeluh
susah tidur
kembali. Klien
nampak gelisah
4. Pola kebersihan Klien mengatakan Klien
siri : mandi 2 kali mengatakan
Mandi sehari, sikat gigi 2 belum pernah
Sikat gigi kali sehari mandi, belum
Cuci rambut bersamaan sikat gigi, dan
Potong kuku dengan mandi. belum potong
Klien mencuci kuku.
39

rambut 3 kali
dalam seminggu.
Klien memotomg
kuku seminggu
sekali.
5. Pola eliminasi : Klien mengatakan Klien
BAB : Frekuensi, BAB 1 kali mengatakan
warna, konsistensi sehari, feses baru 1 kali
berwarna kuning BAB selama
keciklatan, masuk RS serta
konsistensi tidak ada
lembek serta tidak keluhan saat
BAK : Frekuensi, ada kesulitan saat BAB.
warna, jumlah BAB.
urin Klien mengatakan
BAK 5-8 kali Klien
sehari, urine mengatakan
berwarna kuning BAK ±6 kali
jernih. sehari.
6. Pola Aktivitas Klien mengatakan Klien
sering melakukan mengatakan
aktivitas seperti aktivitas
biasa sebagai ibu terganggu
rumah tangga. karena merasa
nyeri diuluhati
7. Pola persepsi diri Klien Klien
(konsep diri) mempersepsikan mengatakan
dirinya sehat ingin cepat
ketika klien dapat sembuh
melakukan sehingga klien
pekerjaannya. menerima
semua tindakan
yang diberikan
perawat.
8. Pola hubungan Klien mengatakan Klien
peran setiap hari klien mengatakan
berperan sebagai saat sakit klien
kepala keluarga belum bisa
yang mencari memenuhi
nafka untuk kebutuhan
kebutuhan rumah rumah tangga
tangga. karena masih
dalam keadaan
sakit.
9. Pola koping Klien mengatakan Klien
toleransi stress jika ada masalah mengatakan
40

selalu dibicarakan
khawatir
dengan anaknya. dengan kondisi
penyakitnya
karena klien
merasa sering
masuk RS
dengan
penyakit yang
sama
10. Pola nilai Klien mengatakan Klien
kepercayaan sering beribadah megatakan
spiritual setiap hari. belum bisa
melakukan
ibadah karena
kondisinya
yang masi
sakit.

e. Pemeriksaan Fisik

BB sebelum sakit : - kg

BB saat sakit : - kg

Tinggi badan : 160 cm

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg N 60 x/menit

R 20 x/menit SB 36,6 oC

SPO2 98 %

1) Kepala dan rambut

Inspeksi : Rambut klie terdistribusi rata, bersih dan tidak

ada ketombe.

Palpasi : Tida teraba benjolan dikepala dan tidak ada nyeri

tekan.
41

2) Telinga

Inspeksi : Telinga seperti huruf C, terdapat serumen

berwarna kuning, kondisi telinga normal, tidak ada caran

yang keluar dari telinga, dan pendengaran klien baik.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

3) Mata

Inspeksi : Pupil bereaksi terhadap cahaya, pupil isokor,

sclera berwarna putih, kunjingtiva tidak pucat, klien tidak

menggunakan alat bantu penglihatan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dia area mata.

4) Hidung

Inspeksi : Tidak ada deviasi sektum, kondisi hidung bersih,

klien dapat membedakan bau.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

5) Mulut

Inspeksi : Warna bibir pucat, mukosa bibir lembab, tidak

ada massa, gigi klien nampak kuning dan lidah berwarna

putih.

6) Leher

Inspeksi : Tidak ada luka

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran

tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis


42

7) Dada (jantung)

Inspeksi : Tidak nampak iktus cordis

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba iktus cordis diICS 5,

CRT <2 detik

Perkusi : Saat diperkusi batas-batas jangtung bunyi pekak.

Auskultasi : bj1 “lup” bj2 “dup” tidak ada bunyi tambahan

atau murmur.

Paru-paru

Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi paru simetris

kanan dan kiri

Palpasi : palpasi vokal fremitus redup

Perkusi : terdengar bunyi paru sonor

Auskultasi : bunyi paru vesikuler, tidak ada bunyi napas

tambahan atau ronchi

8) Abdomen

Inspeksi : Warna kulit abdomen merata, tidak ada bekas

luka.

Auskultasi : Terdengar bising usus 15x/menit.

Perkusi : Terdengar bunyi tympani

Palpasi : Ada nyeri tekan pada uluhati

9) Genetalia

Inspeksi : Klien tidak terpasang kateter.


43

10) Ekstrimitas atas

Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada

fraktur, klien dapat mengangkat kedua tangan dan dapat

melawan tekanan, klien terpasang ivfd ditangan sebelah

kanan.

Palpasi : Tidak nyeri tekan

11) Ekstrimitas bawah

Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada

fraktur, klien dapat mengangkat kedua kaki dan dapat

melawan tekanan, klien berjalan tanpa menggunakan alat

bantu

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

12) Kulit :

Inspeksi : Warna kulit sawo matang, integritas kulit kering,

turgor kulit tidak elastis.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

f. Data penunjang

Tanggal 19-12-2022

1. Hasil laboratorium :

Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal
RBC 2.87 3.80-5.80
PLT 574 150 – 500
HGB 8.8 11.5 – 16.0
44

g. Penatalaksanaan terapi medis

- IVFD RL 20 tpm

- Inj. omz /12 jam

- Kcl 2flakon dalam nacl 500/24 jam

- Farbion 1 ap / drip / 24 jam

- N ace 3 x 1

- Ksr 2 x 1

- Ttd 2 x 1

- Ibuprofen 3 x 1
45

3.2.2 Klasifikasi Data


Tabel 3.3. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan merasa - Klien nampak meringis
nyeri pada bagian uluhati - Keadaan umum lemah
- Klien mengatakan merasa - Klien nampak gelisa
nyeri saat lambat makan - Tanda-tanda vital :
- Klien mengatakan nyeri TD 110/70 mmHg
seperti diremas-remas N 60 x/menit
- Klien mengatakan skala R 20 x/menit
nyeri 6 SB 36,6 oC
- Klien mengatakan nyeri SPO2 98 %
terasa ± 15 menit dan hilang
tibul
- Klien mengatakan merasa
pusing
- Klien mengatakan nafsu
makannya menurun
- Klien mengatakan merasa
mual dan muntah
- Klien mengatakan susah
tidur saat siang dan malam
hari
- Klien mengatakan sering
terbangun saat malam hari
dan sulit untuk tidur kembali
- Klien mengatakan khawatir
dengan kondisi penyakitnya
karena klien merasa sering
masuk RS dengan penyakit
yang sama
46

3.2.3 Analisa Data


Tabel 3.4. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Agen Pencedera Nyeri Akut
- Klien Fisiologis (GERD) (D.0077)
mengatakan
merasa nyeri
pada bagian
uluhati
- Klien
mengatakan
merasa nyeri
saat lambat
makan
- Klien
mengatakan
nyeri seperti
diremas-
remas
- Klien
mengatakan
nyeri terasa ±
15 menit dan
hilang tibul
- Klien
mengatakan
susah tidur
siang dan
malam hari
- Klien
mengatakan
sering
terbangun
dimalam hari
Data Objektif :
- Klien nampak
meringis
- Skala nyeri 6
- Klien nampak
gelisah
- Ttv :
TD 110/70
mmHg
N 60 x/menit
47

R 20 x/menit
SB 36,6 oC
SPO2 98 %

2. Data Subjektif : Distensi Lambung Nausea (D.0076)


- Klien
mengatakan
merasa mual
dan muntah
- Klien
mengatakan
merasa
pusing
- Klien
mengatakan
nafsu makan
menurun
Data Objektif :
- Keadaan
umum lemah
- Ttv :
TD 110/70
mmHg
N 60 x/menit
R 20 x/menit
SB 36,6 oC
SPO2 98 %

3. Data Subjektif : kekhawatiran Ansietas (D.0080)


- Klien Terhadap Penyakit
mengatakan
khawatir
dengan
kondisi
penyakitnya
karena
merasa sering
masuk RS
dengan
penyakit yang
sama
- Klien
mengatakan
48

susah tidur
saat siang dan
malam hari
- Klien
mengatakan
sering
terbangun
saat malam
hari dan sulit
untuk tidur
kembali
Data Objektif :
- Klien tampak
gelisa
- Ttv :
TD 110/70
mmHg
N 60 x/menit
R 20 x/menit
SB 36,6 oC
SPO2 98 %

3.2.4 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

(GERD)

b. Nausea berhubungan dengan distensi lambung

c. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran terhadap penyakit


49

3.2.5 Intervensi Keperawatan


Tabel 3.5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan (I.08328)
dengan agen keperawatan Observasi :
pencedera selama 3x24 jam - Identifikasi
fisiologis diharapkan lokasi,
(GERD) masalah nyeri akut karakteristik,
dapat teratasi dirasi,
Data Subjektif : dengan kriteria frekuensi,
- Klien hasil : kualitas dan
mengatakan - Keluhan nyeri intensitas nyeri
merasa menurun - Identifiksi skala
nyeri pada - Meringis nyeri
bagian menurun - Identifikasi
uluhati - Skala nyeri respons nyeri
- Klien menurun non verbal
mengatakan - Kesulitan tidur - Identifikasi
merasa menurun factor yang
nyeri saat memperberat
lambat dan
makan memperingan
- Klien nyeri
mengatakan - Identifikasi
nyeri seperti pengetahuan
diremas- dan keyakinan
remas tentang nyeri
- Klien - Identifikasi
mengatakan respon budaya
nyeri terasa terhadap nyeri
± 15 menit - Identifikasi
dan hilang pengaruh nyeri
tibul terhadap
- Klien kualitas hidup
mengatakan - Monitor
susah tidur keberhasilan
siang dan terapi
malam hari komplementer
- Klien yang sudah
mengatakan diberikan
sering - Monitor efek
terbangun samping
dimalam penggunaan
50

hari analgetik
Teraupetik :
Data Objektif : - Berikan teknik
- Klien non
nampak farmakologis
meringis untuk
- Skala nyeri mengurangi
6 rasa nyeri (mis.
- Klien Terapi music,
nampak terapi pijat,
gelisah aromaterapi)
- Ttv : - Control
TD 110/70 lingkungan
mmHg yang
N 60 memperberat
x/menit rasa nyeri (mis.
R 20 Suhu ruangan,
x/menit pencahayaan,
SB 36,6 oC kebisingan)
SPO2 98 % - Fasilitasi
istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
- Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
51

tepat
- Ajarkan teknik
non
farmakologis
unruk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
peberian
analgetik, jika
perlu

2. Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual


berhubungan tindakan (I.03117)
dengan distensi keperawatan Observasi :
lambung selama 3x24 jam - Identifikasi
diharapkan karakteistik
Data Subjektif : masalah nausea muntah (mis.
- Klien dapat teratasi Warna,
mengatakan dengan kriteria konsistensi,
merasa hasil : adanya darah,
mual dan - Perasaan ingin waktu,
muntah muntah frekuensi dan
- Klien menurun durasi)
mengatakan - Nafsu makan - Periksa volume
merasa meningkat muntah
pusing - Identifikasi
- Klien factor penyebab
mengatakan muntah
nafsu - Monitor
makan keseimbangan
menurun cairan dan
Data Objektif : elektrolit
- Keadaan Taraupetik :
umum - Atur posisi
lemah untuk
- Ttv : mencegah
TD 110/70 aspirasi
mmHg - Bersuhkan
N 60 mulut
x/menit Edukasi :
R 20 - Anjurkan
x/menit memperbanyak
SB 36,6 oC istirahat
SPO2 98 % - Ajarkan
52

penggunaan
teknik non
farmakologis
untuk
mengelola
muntah (mis.
Relaksasi,
terapi music,
akupresur,
biofeedback)
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
antimetik, jika
perlu

3. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


berhubungan tindakan (I.09314)
dengan keperawatan Obsevasi
kekhawatiran selama 3x24 jam - Identifikasi saat
terhadap diharapkan tingkat ansietas
penyakit masalah ansietas berubah
dapat teratasi - Monitor tanda-
Data Subjektif : dengan kriteria tanda ansietas
- Klien hasil : (verbal dan non
mengatakan - Verbalisasi verbal)
khawatir khawatir Teraupetik :
dengan akibat kondisi - Temani pasien
kondisi yang dihadapi untuk
penyakitnya menurun mengurangi
karena - Perilaku kecemasan, jika
merasa gelisah memungkinkan
sering menurun - Pahami situasi
masuk RS - Pola tidur yang membuat
dengan membaik ansietas
penyakit - Tanda-tanda - Dengarkan
yang sama vital dalam dengan penuh
- Klien batas normal perhatian
mengatakan Edukasi :
susah tidur - Informasikan
saat siang secara factual
dan malam mengenai
hari diagnosis,
- Klien pengobatan dan
mengatakan prognosis
sering - Anjurkan
53

terbangun keluarga untuk


saat malam tetap bersama
hari dan pasien, jika
sulit untuk perlu
tidur - Anjurkan
kembali mengungkapka
Data Objektif : n perasaan dan
- Klien persepsi
tampak - Latih teknik
gelisa relaksasi
- Ttv : Kolaborasi :
TD 110/70 - Kolaborasi
mmHg pemberian obat
N 60 antiansietas,
x/menit jika perlu
R 20
x/menit
SB 36,6 oC
SPO2 98
%s
54

3.2.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tabel 3.6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Hari/TGL Imlementasi Evaluasi
Jam
1. Nyeri Selasa, 1. Mengidentifikas Selasa, 20-12-2022
akut b/d 20-12- i lokasi, jam 13.30
Agen 2022 karakteristik, S:
penceder 09.00 durasi, - Klien mengatakan
a frekuensi, masi merasa sedikit
fisiologis kualitas, nyeri pada uluhati
(GERD) intensitas nyeri - Klien merasakan
Hasil : nyeri saat lambat
- Klien makan
mengeluh - Nyeri seperti
sakit pada diremas – remas
uluhati - waktu nyeri ± 15
- Klien menit dan hilang
merasakan timbul
nyeri saat O:
lambat - Klien nampak
makan meringis.
- Nyeri seperti - Skala nyeri 5
diremas – - Klien nampak
remas gelisah.
- Nyeri terasa - Klien mengeluh
± 15menit susah tidur karena
09.15 dan hilang sering terbangun.
timbul A : Masalah nyeri akut
2. Mengidentifikas belum teratasi
i skala nyeri P : Lanjutkan intervensi
09.25 Hasil: Skala - Identifikasi lokasi,
nyeri 6 karakteristik,
3. Memberikan durasi, frekuensi,
teknik kualitas, intensitas
nonfarmakologis nyeri.
untuk - Identifikasi skala
mengurangi rasa nyeri.
nyeri - Berikan teknik
09.30 Hasil: Klien nonfarmakologis
menggunakan untuk mengurangi
aromaterapi rasa nyeri
4. menjelaskan - Kolaborasi
strategi pemberian analgeti.
meredakan nyeri
55

Hasil : Klien
memahami
strategi
09.40 meredakan nyeri
menggunakan
aromaterapi.
5. mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Hasil: Klien
11.00 menggunakan
aromaterapi
dibagian
abdomen
6. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik
Hasil:
Omeprazole
IV/12 Jam
56

3.2.7 Catatan Perkembangan


Tabel 3.7. Catatan Perkembangan Hari Pertama
No Diagnosa Hari/TGL Imlementasi Evaluasi
Jam
1. Nyeri Rabu, 1. Mengidentifikasi Rabu, 21-12-2022
akut b/d 21-12-2022 lokasi, jam 13.30
Agen 09.00 karakteristik, S:
pencedera durasi, frekuensi, - Klien
fisiologis kualitas, mengatakan masi
(GERD) intensitas nyeri merasa sedikit
Hasil : nyeri pada
- Klien uluhati
mengeluh sakit - Klien merasakan
pada uluhati nyeri saat lambat
- Klien makan
merasakan - Nyeri seperti
nyeri saat diremas – remas
lambat makan - waktu nyeri ± 15
- Nyeri seperti menit dan hilang
diremas – timbul
remas O:
- Nyeri terasa ± - Klien nampak
15menit dan meringis.
09.15 hilang timbul - Skala nyeri 4
2. Mengidentifikasi - Klien nampak
skala nyeri gelisah.
09.25 Hasil: Skala nyeri - Klien mengeluh
5 susah tidur
3. Memberikan karena sering
teknik terbangun.
nonfarmakologis A : Masalah nyeri akut
untuk mengurangi belum teratasi
rasa nyeri P : Lanjutkan intervensi
Hasil: Klien - Identifikasi
09.30 menggunakan lokasi,
aromaterapi karakteristik,
4. menjelaskan durasi, frekuensi,
strategi meredakan kualitas,
nyeri Hasil : Klien intensitas nyeri.
memahami strategi - Identifikasi skala
09.40 meredakan nyeri nyeri.
menggunakan - Berikan teknik
aromaterapi. nonfarmakologis
5. mengajarkan untuk
57

teknik mengurangi rasa


nonfarmakologis nyeri
untuk mengurangi - Kolaborasi
rasa nyeri pemberian
Hasil: Klien analgeti.
11.00 menggunakan
aromaterapi
dibagian abdomen
6. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik
Hasil: Omeprazole
IV/12 Jam
58

Tabel 3.8. Catatan Perkembangan Hari Ke dua


No Diagnosa Hari/TGL Imlementasi Evaluasi
Jam
1. Nyeri akut Kamis, 1. Mengidentifikasi Kamis, 22-12-2022
b/d Agen 22-12-2022 lokasi, jam 13.30
pencedera 09.00 karakteristik, S:
fisiologis durasi, frekuensi, - Klien
(GERD) kualitas, mengatakan
intensitas nyeri sedikit merasa
Hasil : nyeri pada
- Klien uluhati
mengeluh - Klien
sakit pada merasakan nyeri
uluhati saat lambat
- Klien makan
merasakan - Nyeri seperti
nyeri saat diremas – remas
lambat makan - waktu nyeri ±
- Nyeri seperti 15 menit dan
diremas – hilang timbul
remas O:
- Nyeri terasa ± - Klien tidak
09.15 15menit dan nampak
hilang timbul meringis.
2. Mengidentifikasi - Skala nyeri 2
09.25 skala nyeri - Klien tidak
Hasil: Skala nyeri nampak gelisah.
4 - Klien sudah
3. Memberikan tidak susah tidur
teknik A : Masalah nyeri akut
nonfarmakologis teratasi
untuk P : Intervensi
mengurangi rasa dihentikan klien pulang
nyeri
11.00 Hasil: Klien
menggunakan
aromaterapi
4. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik
Hasil:
Omeprazole
IV/12 Jam
BAB IV

ANALISIS

4.1. Analisis Masalah Keperawatan Utama Dengan Kasus Terkait

GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit

yang jarang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum

menimbulkan keluhan yang berat seperti refluks esofagitis dokter belum

bisa mendiagnosa.Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi lambung ke

dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang, terutama setelah

makan (Asroel, 2014).

Pembahasan hasil review kasus ini akan membahas mengenai

adanya kesesuaian dan kesenjanagn antara teori dan pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny.F dengan kasus GERD, yang meliputi pengkajian,

diagnose keperawatan intervensi keperawatan implementasi dan evaluasi

keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh

proses keperawatan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi

dan data-data pasien supaya dapat mengidentifikadsi masalah-

masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,

mental, social dan lingkungan. Pengkajian yang lengkap, akurat,

sesuai kenyataan. Kebenaran data sangat penting untuk merumuskan

suatu diagnose keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan respon individu (Rizal, 2019).


60

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 19 Desember 2022 dengan

hasil obsevasi langsung, wawancara dan pemeriksaan fisik

didapatkan:

a. Data subjektif

Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian uluhati, klien

mengatakan merasa nyeri saat lambat makan, klien mengatakan

nyeri seperti diremas-remas, klien mengatakan nyeri terasa ± 15

menit dan hilang tibul, klien mengatakan susah tidur siang dan

malam hari, klien mengatakan sering terbangun dimalam hari.

b. Data objektif

Klien nampak meringis, klien nampak gelisah, skala nyeri

6, Ttv : TD 110/70 mmHg, N 60 x/menit, R 20 x/menit, SB 36,6


o
C, SPO2 98 %.

Menurut (Saputera, 2017) Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) adalah suatu gangguan saluran pencernaan dimana

isi lambung mengalami reflux secara berulang kedalam esofagusyang

menyebabkan terjadinya beberapa gejala hingga komplikasi.

Beberapa manifestasi klinis dari GERD anatara lain yaitu nyeri

uluhati, mual, kesulitan tidur pada malam hari, regurgutasi, dan

adinofagia.

Pengkajian yang telah dilakukan tidak di dapatkan

kesenjangan antara teori dan fakta. Klien dalam kasus ini mengalami

nyeri akut yang ditandai dengan data saat dikaji yaitu klien Klien
61

mengatakan merasa nyeri pada bagian uluhati, Klien mengatakan

merasa nyeri saat lambat makan, Klien mengatakan nyeri seperti

diremas-remas, Klien mengatakan nyeri terasa ± 15 menit dan hilang

tibul, Klien mengatakan susah tidur siang dan malam hari, Klien

mengatakan sering terbangun dimalam hari. Klien nampak meringis,

Klien nampak gelisah, skala nyeri 6, Ttv : TD 110/70 mmHg, N 60

x/menit, R 20 x/menit, SB 36,6 oC, SPO2 98 %.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah didapatkan data dari pasien dan keluarga, tahap

selanjutnya adalah menentukan diagnose keperawatan. Begitu juga

dalam teori keperawatan Calista Roy, pada tahap pengambilan

diagnose keperawatan, perawat menyimpulkan masalah keperawatan

apa saja yang muncul berdasarkan data-data yang dikelompokkan.

Masalah keperawatan yang ditetapkan akan menjadi focus intervensi

asuhan keperawatan yang akan di implementasikan pada pasien

(Ilmiasih et al, 2016).

Analisis kasus pada klien Ny.F penegakan diagnose sesuai

dengan data focus serta analisa data yang dikaji dari pasien tersebut

maka pada klien Ny.F ditegakkan diagnose utama adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

Menurut (Fadillah, dkk, 2017) nyeri akut adalah

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak


62

atau lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari tiga bulan. Tanda dan gejala pada nyeri akut adalah

mengeluh nyeri, tampak meringis, bersifat protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas

berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik

diri, berfikus pada diri sendiri, dan diafhoresis.

Penulis berasumsi bahwa tidak ada kesenjangan antara teori

dan fakta. Ny.F mengalami nyeri pada uluhati karena penyakit GERD

yang didukung oleh keluhan klien atau data yang ditemukan saat

pengkajian.

3. Perencanaan Keperawatan

Dalam menyusun rencana keperawatan kepada pasien harus

berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan. Tidak semua rencana

tindakan keperawatan dapat ditegakkan pada tinjauan kasus, karena

tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhandan keadaan

pasien saat pengkajian.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada Ny.F

dengan diagnose keperawatan nyeri akut yaitu dengan melakukan

intervensi manejemen nyeri (I.108238), sesuai dengan Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2018. Adapun intervensinya identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi

skala nyeri, berikan teknik non farmakologis, jelaskan strategi


63

meredakan nyeri, ajarkan teknik non farmakologis, dan kolaborasi

pemberiab terapi.

Intervensi keperawatan yang dicantumkan pada

perencanaan keperawatan sesuai dengan intervensi dari Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Tujuan yang diharapkan

dari perencanaan keperawatan adalah keluhan nyeri menurun

meringis menurun, skala nyeri menurun dan kesulitan tidur menurun.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah

direncanakan dalam perencanaan keperawatan. Tindakan keperawatan

mencakup tindakan mandiri yaitu aktivitas perawat yang didasarkan

pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan

petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain, dan tindakan

kolaborasi merupakan tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan

bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan yang lain (Wartonah,

2015).

Implementasi yang dilakukan pada masalah utama nyeri

akut sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun yaitu

identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri, identifikasi skala nyeri, berikan teknik non farmakologis,

jelaskan strategi meredakan nyeri, ajarkan teknik non farmakologis,

dan kolaborasi pemberiab terapi.


64

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan suatu kegitan yang terjadi pada setiap

langkah dari proses keperawatan dan pada kesimpulan. Evaluasi pada

dasarnya adalah membandingkan status kesehatan pasien dengan

tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan, yang dimana evaluasi

keperawatan ini dicatat dan disesuaikan dengan setiap diagnose

keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose keperawatan meliputi

data subjek (S) dan objektif (O), analisa permasalahan (A), klien

berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil

analisa data diatas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses (Nurarif,

2015).

Evaluasi pada Ny.F dilakukan selama tiga hari. Evaluasi hari pertama

pada hari Selasa, 20 Desember 2022 pukul 13.30 didapatkan data

subjektif : klien mengatakan masi merasa sedikit nyeri pada uluhati,

klien merasakan nyeri saat lambat makan, nyeri seperti diremas –

remas, waktu nyeri ± 15 menit dan hilang timbul. Data objektif : skala

nyeri 5, klien nampak meringis, klien nampak gelisah, klien mengeluh

susah tidur karena sering terbangun. Dari data tersebut tujuan belum

tercapai (masalah nyeri akut belum teratasi). Evaluasi hari ke dua

yaitu pada hari Rabu, 21 Desember 2022 pukul 13.30 didapatkan data

subjektif : klien mengatakan masi merasa sedikit nyeri pada uluhati,

klien merasakan nyeri saat lambat makan, nyeri seperti diremas –

remas, waktu nyeri ± 15 menit dan hilang timbul. Data objektif :


65

klien nampak meringis, skala nyeri 4, klien nampak gelisah,

klien mengeluh susah tidur karena sering terbangun. Dari data tesebut

tujuan belum tercapai (masalah nyeri akut belum teratasi). Evaluasi ke

tiga yaitu pada hari Rabu, 22 Desember 2022 pukul 13.30 didapatkan

data subjektif : klien mengatakan sedikit merasa nyeri pada uluhati,

klien merasakan nyeri saat lambat makan, nyeri seperti diremas –

remas, waktu nyeri ± 15 menit dan hilang timbul. Data objektif :

klien tidak nampak meringis, skala nyeri 2, klien tidak nampak

gelisah, klien sudah tidak susah tidur. Dari data tersebut tujuan sudah

tercapai (masalah nyeri akut teratasi, klien pilang).

4.2. Analisis Intervensi Utama Di Hubungkan Dengan Konsep

Teori

Intervensi yang dilakukan pada pasien kelolaan menggunakan

model teori Calista Roy dimana teori ini menjelaskan bahwa peerawat

dapat meningkatkan penyesuaian diri pasien menuju adaptasi dalam

menghadapi stimulus. Tindakan keperawatan di arahkan untuk

mengurangi atau menghilangkan dan meningkatkan kemampuan adaptasi

manusia (Alligood, 2014).

Pengkajian tanggal 19 Desember 2022 didapatkan keluhan utama

Ny.F yaitu Nyeri uluhati, mual, muntah, pusing, gelisa, susah tertidur,

maka masalah keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis. Pengkajian ini sejalan dengan (Saputera,


66

2017) tanda dan gejala dari GERD anatara lain yaitu nyeri uluhati, mual,

kesulitan tidur pada malam hari, regurgutasi, dan adinofagia.

Berdasarkan pengkajian dan perumusan diagnose didapatkan

masalah utama pada kasus Ny.F adalah nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis. Intervensi utama yang penulis lakukan yaitu

dengan mengajatrkan teknik non farmakologis (aromaterapi).

Menurut (Utami, Kartika, 2018) terapi non farmakologis adalah

terapi yang berfokus pada latihan-latihan atau rangkaian terapi yang

bertujuan untuk meredakan rasa sakit dari GERD. Untuk terapi non

farmakologis yang dapat digunakan antara lain teknik distraksi atau

pengalihan, relaksasi misalnya nafas dalam, pijat effurage, teknik imajinasi

yang dipandu dan aromaterapi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sujatmiko, Triwiyat,

2014) disuatu RS, pemberian aromaterapi minyak lavender pada sejumlah

pasien GERD dapat mengurangi nyeri yang dikeluhkan pasien. Didalam

jurnal penelitian menyebutkan bahwa sebelum diberi aromaterapi minyak

lavender 6 pasien mengalami nyeri sedang. Sesuah diberikan aromaterapi

minyak lavender 6 pasien tersebut mengalami nyeri ringan.

4.3. Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dapat Dilakukan

Berdasarkan fakta pada pasien Ny.F dengan masalah keperawatan

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Sebelum

dilakukan intervensi keperawatan dilakukan observasi terlebih dahulu

dengan mengidentifikasi nyeri yang dirasakan pasien serta mengkaji skala


67

nyeri yang dilakukan denganmenggunakan skala nyeri numeric. Pada hari

pertama setelah diberikan aromaterapi minyak lavender klien mengeluh

nyeri uluhati dan skala nyeri 5, pada hari kedua setelah diberikan

aromaterapi minyak lavender klien mengeluh masi merasa sedikit nyeri

uluhati dan skala nyeri 4, dan pada hari ketiga klien mengatakan merasa

nyeri jika saat lambat makan saja dan skala nyeri 2.

Penulis berasumsi bahwa aromaterapi minyak lavender dapat

menjadi alternative pemecahan masalah terhadap nyeri akut pada pasien

GERDdi Ruangan Cemara 1 RSUD Tora Belo Sigiyang dapat

memengaruhi penurunan nyeri pada pasien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sujatmiko, Triwiyat,

2014) disuatu RS, pemberian aromaterapi minyak lavender pada sejumlah

pasien GERD dapat mengurangi nyeri yang dikeluhkan pasien. Didalam

jurnal penelitian menyebutkan bahwa sebelum diberi aromaterapi minyak

lavender 6 pasien mengalami nyeri sedang. Sesuah diberikan aromaterapi

minyak lavender 6 pasien tersebut mengalami nyeri ringan.


68
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sesuai hasil yang didapatkan kasus penerapan asuhan

keperawatan pada Ny.F penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

a. Pengkajian

Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada

pasien Ny.F dimana pasien mengalami nyeri pada uluhati, nyeri

terasa saat lambat makan, nyeri terasa seperti diremas-remas, skala

nyeri 6, nyeri terasa ± 15 menit dan hilang timbul, klien nampak

meringis, klien nampak gelisah klien mengatakan susah tidur dan

sering terbangun, merasa mual dan muntah. Tekanan Darah 110/720

mmHg, Frekuensi Nadi 60 X/Menit, Frekuensi Napas 20 X/Menit

Dan Suhu 36,6°C dan SPO2 98 %.

b. Diagnosa Keperawatan

Kasus Ny.F diagnosa keperawatan telah menggunakan

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).

c. Perencanaan Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada Ny.F menggunakan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Dan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) dan disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan pasien.

69
70

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan

rencana tindakan yang telah disusun. Implementasi pada Ny.F telah

dilaksanakan semua sesuai dengan intervensi yang disusun selama 3

hari.

e. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada Ny. F sesuai dengan catatan

perkembangan SOAP. Pada Ny.F diagnosa utama nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang didapatkan

hasil klien tidak mengeluh merasa nyeri pada uluhati serta tidak

merasa mual dan muntah.

5.2 Saran

Penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan

khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Kami juga mengharapkan

kritik dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki laporan

studi kasus ini.


71

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan. Jogjakarta: MediAction

Karina, R. F. (2016). Karajteristik Penderita Gastroesophageal Reflux Disiase


(GERD) Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan keluhan Utama di
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Al Islam. (p. Vol. 2 No 2).
Bandung: Prosiding Pendidikan Dokter.

Davis, Emily, (2018). Changing Consumer Preferences and ROI: An Empirical


Analysis Jurnal of Marketing Research, Vol. 42, No, 1, pp.105-120

Yusuf, Ismail. 2013. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara


Klinis. PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3,
Edition September – November 2013.

Brown, Michael (2021). Tecnological Advancements and ROI: A Case Study.


Journal of Technology Management, Vol. 15, No. 3, pp, 78-95.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Fadilla, Harif, dkk. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI

Ndraha. S. O. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan


Terapi GERD. Jurnal Kedokteran Medikte, Vol. 22No 60.

Saputera, M. D. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Gastroesophageal Reflux


Disease (GERD) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal
Continuing Medical Education, Vol. 44 No 5.

Nursalam, (2015). Manajemen Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Alda Ayu Ningsih

NIM : PO7120321086

Tempat, tanggal lahir : Pinedapa, 18 Februari 2000

Agama : Islam

Alamat : Desa Pinedapa

B. Riwayat Pendidikan

1. MI DDI Masamba tahun 2013

2. SMP Negri 3 Poso Pesisir tahun 2016

3. Madrasah Aliya Negri 1 Poso tahun 2018

4. Politeknin Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program

Studi D-III Keperawatan Poso tahun 2021

5. Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program

Studi Sarjana Terapan Keperawatan Palu tahun 2021

6. Terdaftar terdaftar sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes

Palu Jurusan Keperawatan Program Studi Pendidikan Profesi Ners

tahun 2022
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Alda Ayu Ningsih

Nim : P07120422127

Jurusuan/Prodi : Keperawatan/Pendidikan Profesi Ners

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners yang

saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis

ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan

tersebut.

Palu, 2023
Yang Membuat Pernyataan

Alda Ayu Ningsih


P07120422127
LAPORAN PENDAHULUAN

GERD (GASTROESOFAGEAL REFLUX DISEASE)

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit

yang jarang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum

menimbulkan keluhan yang berat seperti refluks esofagitis dokter

belum bisa mendiagnosa.Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi

lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang,

terutama setelah makan (Asroel, 2014).

Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux

Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis

sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang

menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di

esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto,

2013).

Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu

habis makan.Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya

kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir masuk ke

esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak

merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau

gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks fisiologis. Keadaan ini


baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-ulang yang

menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk

waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus

akibat refluks cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel

skuamosa esofagus (Susanto, 2013).

Jadi, GERD merupakan suatu keadaan patologis akibat

maksuknya isi lambung ke esofagus yang biasa terjadi setelah makan

dan dapat terjadi pada posisi tegak oleh adanya konstraksi peristaltik

primer lambung.

2. Anatomi fisiologi

a. Esofagus

Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang

berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke

lambung.Esofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa

tanduk. Padalapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-

kelenjar esofagea yang mensekresikan mukus.Pada bagian ujung

distalesofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel ototpolos, pada

bagian tengah,campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada

ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.

b. Lambung

Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang

melebar, yang fungsi utamanya adalah menampung makanan

yang telah dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat yang


dinamakan kimus (chyme).Permukaan lambung ditandai oleh

adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae.

Invaginasi epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut menembus

lamina propria, membentuk alurmikroskopik yang dinamakan

gastric pits atau foveolae gastricae.Sejumlah kelenjar-kelenjar

kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam

dasar gastric pits ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri

dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Lambung secara

struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia, korpus,

fundus, dan pylorus.

3. Etiologi

Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:

 Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)

 Bersihan asam dari lumen esofagus menurun

 Ketahanan epitel esofagus menurun

 Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya

pepsin, garam empedu, HCL

 Kelainan pada lambung

 Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis

 Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas

 Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat

refluks
 Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan

berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang

bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah

termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa

antihistamin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan

nitrat

 Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

(Yusuf, 2015)

4. Patofisiologi

Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD

(gastroesophageal reflux disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi

lambung ke dalam esophagus.GERD sering kali disebut nyeri ulu

hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang

normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau

menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.

Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan

disebabkan melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di

dalam lambung yang lebih tinggi dari esophagus.Dengan kedua

mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak masuk ke

dalam esophagus.

Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke

esofagus karena adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter

esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu area yang tonus


ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika

gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah

esofagus. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan

makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus seharusnya

tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak

organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan

abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada

kecenderungan isi lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan

tetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten, sfingter tidak dapat

mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi

(lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks

yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan

inflamasi dan jaringan parut di area bawah esofagus.

Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan

normal, refluks dapat terjadi jika terdapat gradien tekananyang

sangat tinggi di sfingter. Tekanan abdomen yang tinggi cenderung

mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal ini memperbesar

gradien tekanan antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi

berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks.


5. Pathway keperawatan

GASTROESOPHAGEAL REFLIKS DISEASE


(GERD)

Asam lambung mengiritasi sel Nafas bau asam Refluks saat


mukosa esofagus malam

Merangsang
Kerusakan sel mukosa pusat mual Aspirasi isi
esofagus lambung ke
tracheobronkial
Mual
Peradangan
Risiko
Odinofagia Penurunan nafsu Aspirasi
Hearth burn makan
non cardiac
Gangguan
Menelan Intake nutrisi in
Nyeri Akut adekuat

BB menurun

Defisit Nutrisi

Sumber (Yusuf, 2015)


Gambar 2.1.Pathway GERD

6. Manifestasi klinik

 Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)

 Muntah

 Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya,

bahkan menjalar ke leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya

timbul setelah makan atau ketika berbaring


 Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya

penyempitan (stricture) pada kerongkongan dari reflux.

 Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan

kerongkongan, bisa dihasilkan dari refluks berulang. Bisa

menyebabkan nyeri yang biasanya berlokasi di belakang tulang

payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan lokasi panas

dalam perut.

 Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada

penyempitan pada saluran udara

 Suara parau

 Ludah berlebihan (water brash)

 Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus)

 Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis)

 Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga

(pada anak)

 Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan

pendarahan yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah

kemungkinan dimuntahkan atau keluar melalui saluran

pencernaan, menghasilkan kotoran berwarna gelap, kotoran

berwarna ter (melena) atau darah merah terang, jika pendarahan

cukup berat.

 Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari

refluks berulang, lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah


(menghasilkan sebuah kondisi yang disebut kerongkongan

Barrett). Perubahan bisa terjadi bahkan pada gejala-gejala yang

tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum kanker dan

berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas

merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan

ditemukannya mucosal break di esophagus (esofagitis refluks).

Jika tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan

endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala

khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive reflux disease

(NERD).

b. Esofagografi dengan barium

Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini

kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan,

terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada keadaan yang lebih

berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding dan

lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen.

c. Monitoring pH 24 jam

Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi

bagian distal esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan

direkam dengan menempatkan mikroelektroda pH pada bagian


distal esophagus. Pengukuran pH pada esophagus bagian distal

dapat memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH

dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik

untuk refluks gastroesofageal.

8. Penatalaksanaan

Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan

gejala menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya

(perbaikan esofagitisnya).Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien

dan cukup efektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana

GERD.Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam

terapi medikamentosa GERD :

a. Antasid

Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam

menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi

esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat

memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah.

Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya kurang

menyenangkan, dapat menimbulkan diare terutama yang

mengandung magnesium serta konstipasi terutama antasid yang

mengandung aluminium, penggunaannya sangat terbatas pada

pasien dengan gangguan fungsi ginjal.


b. Antagonis reseptor H2

Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin,

ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi

asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit

refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi

dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif

pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta

tanpa komplikasi.

c. Obat-obatan prokinetik

Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan

GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan

motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERD sangat

bergantung pada penekanan sekresi asam.

d. Metoklopramid

Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine.

Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta tidak

berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam

kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat

pompa proton. Karena melalui sawar darah otak, maka dapat

timbul efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk,

pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia.


e. Domperidon

Golongan obat ini adalah antagonis reseptor

dopamine dengan efek samping yang lebih jarang disbanding

metoklopramid karena tidak melalui sawar darah otak.Walaupun

efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi

esophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini

diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat

pengosongan lambung.

f. Cisapride

Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat

mempercepat pengosongan lambung serta meningkatkan

tekanan tonus LES. Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala

serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik dibandingkan

dengan domperidon.

g. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)

Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini

tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini

bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa

esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat

mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup

aman diberikan karena bekerja secara topikal (sitoproteksi).


h. Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI)

Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam

pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini bekerja langsung

pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H,

K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses

pembentukan asam lambung.

Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan

serta penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive

derajat berat serta yang refrakter dengan golongan antagonis

reseptor H2.Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu

(terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan

(maintenance therapy) selama 4 bulan atau on-demand therapy,

tergantung dari derajat esofagitisnya.

9. Komplikasi

 Batuk dan asma

 Erosif esophagus

 Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi

kolumner metaplastik

 Esofagitis ulseratif

 Perdarahan saluran cerna akibat iritasi

 Striktur esophagus / Peradangan esophagus

 Aspirasi

 Tukak kerongkongan
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

 Data umu pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat

 Informasi keluaraga : nama, umur, jenis kelamin, hubungan

dengan pasien

 Genogram

 Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat keluhan utama,

riwayat penyakit, riwayat alergi

 Pemeriksaan fisik ( Head to toe)

 Kebutuhan dasar

 Data focus

 Pemeriksaan diagnostic

 Psikososial

2. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul

 Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).

 Risiko aspirasi (D.0006) brhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran, penurunan reflex muntah dan/atau batuk,

gangguan menelan, disfagia, kerusakan mobilitas fisik,

peningkatan residu lambung, peningkatan tekanan

intragastritik, penurunan mobilitas gastrointestinal, sfingter

esophagus bawah inkompeten, perlambatan pengosongan


lambung, terpasang selang nasogastritik, terpasang

trakeostomi atau endotracheal tube, trauma/pembedahan

leher, mulut, dan/atau wajah, efek agen farmakologis,

ketidakmatangan koodinasi menghisap, menelan dan

bernapas

 Gangguan menelan (D.0063) berhubungan dengan

gangguan serebrovaskular, gangguan saraf kranialis,

paralisis serebral, akalasia, abnormalitas laring,

abnormalitas orofaring, anomaly jalan napas atas, defek

anatomik kongenital, defek laring, defek nasal, defek

rongga nasofaring, defek trakea, refluk gastroesovagus,

obstruksi mekanis, prematuritas.

 Nausea (D. 0076) berhubungan dengan gangguan

biokimiawi (mis. Uremia, ketoasidosis diabetic), gangguan

pada esophagus, distensi lambung, iritasi lambung,

gangguan pancreas, peregangan kapsul limpa, tumor

terlokalisasi (mis neuroma akustik, tumor otak primer atau

sekunder, metastasis tulang didasar tengkorak),

peningkatan tekanan intraabdominal (mis. Keganasan

intraabdomen), peningkatan tekanan intracranial,

peningkatan tekanan intraorbital (mis. Galaukoma), mabuk

perjalanan, kehamilan, aroma tidak sedap, rasa

makanan/minuman yang tidak enak, stimulus penglihatan


tidak emnyenangkan, factor psikologis (mis. Kecemasan,

ketakutan, stress), efek agen farmakologis, efek toksin.

 Deficit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan

mencerna makanan, ketidakmampuan mengabstroksi

nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, factor

ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi), factor

psikologis (mis. Stress, keenggangan untuk makan).

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan (I.08328)
selama ......x 24 Observasi :
jam, pasien tidak - Identifikasi
mengalami nyeri, lokasi,
dengan kriteria hasil: karakteristik,
Tingkat Nyeri dirasi, frekuensi,
(L.08066) kualitas dan
- Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun - Identifiksi skala
- Meringis nyeri
menurun - Identifikasi
- Gelisah menurun respons nyeri
- Kesulitan tidur non verbal
menurun - Identifikasi
- Tanda-tanda vital factor yang
membaik memperberat dan
memperingan
nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan
tentang nyeri
- Identifikasi
respon budaya
terhadap nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Teraupetik :
- Berikan teknik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis.
Terapi music,
terapi pijat,
aromaterapi)
- Control
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi
istirahat dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
non farmakologis
unruk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
peberian
analgetik, jika
perlu
2. Risiko aspirasi Setelah dilakukan Pencegahan Aspirasi
tindakan keperawatan (I.01018)
selama ...x 24 jam Observasi :
masalah aspirasi pada - Monitor tingkat
klien dapat diatasi kesadaran, reflek
dengan kriteria hasil: batuk dan
Tingkat Aspirasi kemampuan
(L.01006) menelan.
- Kemampuan Teraupetik :
menelan - Posisikan semi
meningkat fowler (30-45
- Kebersihan mulut derajat) sebelum
meningkat makan dan
- Gelisa menurun setelah makan
Edukasi :
- Anjurkan makan
secara perlahan
- Ajarkan starategi
mencegah
aspirasi
3. Gangguan Setelah dilakukan Pemberian Makanan
Menelan tindakan keperawatan (I.03125)
selama .....x 24 jam Observasi :
maka gangguan - Identifikasi
menelan pada klien makanan yang
dapat diatasi dengan diprogramkan
kriteria hasil: - Identifikasi
Status Menelan kemampuan
(L.06052) menelan
- Mempertahankan Teraupetik :
makanan dimulut - Berika posisi
meningkat duduk atau semi
- Usaha menelan fowler saat
meningkat makan
- Muntah menurun - Berikan makanan
- Refluks lambung hangat
menurun - Berikan makanan
- Gelisa menurun sesui keinginan
- Penerimaan Edukasi :
makanan - Anjurkan orang
membaik tua atau keluarga
untuk membantu
memberi makan
kepada pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgesic yang
adekuat sebelum
makan, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
antiemetil
sebelum makan,
jika perlu
4. Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual
tindakan keperawatan (I.03117)
selama ......x 24 jam Observasi :
klien nausea menurun - Identifikasi
dengan kriteria hasil: karakteistik
Tingkat Nausea : muntah (mis.
- Perasaan ingin Warna,
muntah menurun konsistensi,
- Perasaan asam adanya darah,
dimulut menurun waktu, frekuensi
- Nafsu makan dan durasi)
membaik - Periksa volume
- Frekuensi muntah
menelan membaik - Identifikasi
factor penyebab
muntah
- Monitor
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Taraupetik :
- Atur posisi untuk
mencegah
aspirasi
- Bersuhkan mulut
Edukasi :
- Anjurkan
memperbanyak
istirahat
- Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologis
untuk mengelola
muntah (mis.
Relaksasi, terapi
music,
akupresur,
biofeedback)
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
antimetik, jika
perlu
5. Deficit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan (I.03119)
selama .....x 24 jam,  Observasi :
deficit nutrisi pada - Identivikasi
klien dapat diatasi status nutrisi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi
Status Nutrisi alergi dan
(L.03030) intoleransi
- Porsi makan yang makanan
diha iskan - Identifikasi
meningkat makanan yang
- Perasaan cepat disukai
kenyang menurun - Identifikasi
- Nyeri abdomen kebutuhan kalori
menurun dan nutrien
- Berat badan - Monitor asupan
membaik makanan
- Indeks masa tibuh - Monitor berat
(IMT) membaik badan
- Frekuensi makan - Monitor hasil
membaik pemeriksaan
- Nafsu makan labolatorium
membaik Teraupetik :
- Lakukan oral
higien sebelum
makan atau
setelah makan,
jika perlu
- Sajikan makan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi :
- Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda
nyeri,
antiemetic), jika
perlu
- Kolabotasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu.

4. Implemetasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian

tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain

untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan


perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang

sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Notoatmodjo,

2014).

5. Evaluasi

Menurut (Notoatmodjo, 2014) evaluasi keperawatan terdiri dari

dua jenis yaitu:

- Evaluasi formatif

Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi

dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

- Evaluasi somatif

Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf, Ismail. 2013. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara


Klinis. PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3,
Edition September – November 2013.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.F DENGAN KASUS
GERD (GASTROESOFAGEAL REFLUX DISEASE)
DI RUANGAN CEMARA I RSUD TORA BELO SIGI

Tanggal masuk : 19 Desember 2022

Jam masuk : Pukul 05.30

Ruangan : Cemara 1

No register : 058447

Dx. Medis : GERD

Tanggal pengkajian : 19 desember 2022

1. IDENTITAS PASIEN

a. Biodata

1) Identitas pasien

Nama : Ny.F

Umur : 66 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Agama : Kristen

Suku : Uma’a

Alamat : Desa Banasu

2) Identitas penanggung jawab

Nama : Ny.M

Umur : 31 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Agama : Kristen

Suku : Uma’a

Alamat : Desa Banasu

Hub. Dengan klien : Anak kandung

b. Riwayat penyakit

1) Keluhan utama saat masuk RS : Klien mual muntah dan nyeri

uluhati

2) Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengatakan nyeri pada

bagian uluhati

3) Riwayat keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada uluhati

sejak 2 hari yang lalu. Klien merasakan nyeri saat lambat makan,

nyeri dirasakan seperti diremas-remas, skala nyeri 6, klien tampak

meringis, nyeri dirasakan ± 15 menit dan hilang timbul.

4) Keluhan lain yang menyertai : klien mengatakan nyeri bagian

dada, mual muntah dan mengeluh pusing.

5) Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan bahwa pernah

masuk RS dengan penyakit yang sama 6 bulan yang lalu

6) Riwayat kesehatan keluarga :

7) Klien mengatakan tidak keluarga yang mengidap penyakit

menular dan penyakit seperti yang di deritanya.


8) Riwayat alergi (obat dan makanan) : klien mengatakan tidak ada

alergi obat dan makanan.

c. Genogram

G1
x X x X

G2
x x X
X X

x X

G3 X x x

Keterangan :

: laki-laki G1 : Kakek dan nenek dari

ayah dan dari ibu klien sudah


: Perempuan
meninggal karena faktor usia.

: Menikah G2 : Ayah klien anak pertama

dari 4 bersaudara dan sudah


: Keturunan
meninggal karena faktor
: Klien
usia,ibu klien anak ke2 dari 3

bersaudara dan sudah

meninggal karena faktor

usia.
-- -- :Tinggal serumah G3 : klien bersaudara 6, klien

anak ke-1 dan klien sudah

menikah dan memiliki

5 orang anak. laki-laki dan

perempuan

d. Pengkajian pola fungsional kesehatan

No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Persepsi Kesehatan Klien mengatakan Klien mengatakan
saat sakit ringan nanti sakit
klien maupun berat/sudah tidak
keluarga akan tertahan lagi baru
pergi ke kerumah sakit
puskesmas
2. Pola Metabolisme Frekuensi makan Frekuensi makan
Nutrisi 2-3 kali sehari, 2 kali sehari,
- Frekuensi porsi makan porsi makan tidak
makan,porsi dihabiskan, kadang dihabiskan, klien
makan, lambat makan, mengeluh nafsu
pantangan, tidak ada makanan makan menurun.
makanan, pantangan.
Minum ± 2 botol Minum ± 4 botol
- Pola minum, ukuran 1500 ukuran 600
jumlah ml/hari ml/hari
cairan/hari
3. Pola istirahat /tidur : Klien mengatakan Klien mengatakan
Siang siang tidak tidur siang dan malam
Malam dan malam tidur hari sering
Gangguan tidur mulai pukul 22.00- terbangun dan
06.00 serta tidak mengeluh susah
ada gangguan tidur kembali.
tidur. Klien nampak
gelisah
4. Pola kebersihan siri : Klien mengatakan Klien mengatakan
Mandi mandi 2 kali belum pernah
Sikat gigi sehari, sikat gigi 2 mandi, belum
Cuci rambut kali sehari sikat gigi, dan
Potong kuku bersamaan dengan belum potong
mandi. Klien kuku.
mencuci rambut 3
kali dalam
seminggu. Klien
memotomg kuku
seminggu sekali.
5. Pola eliminasi : Klien mengatakan Klien mengatakan
BAB : Frekuensi, BAB 1 kali sehari, baru 1 kali BAB
warna, konsistensi feses berwarna selama masuk RS
kuning keciklatan, serta tidak ada
konsistensi lembek keluhan saat
serta tidak ada BAB.
kesulitan saat
BAK : Frekuensi, BAB.
warna, jumlah urin Klien mengatakan Klien mengatakan
BAK 5-8 kali BAK ±6 kali
sehari, urine sehari.
berwarna kuning
jernih.
6. Pola Aktivitas Klien mengatakan Klien mengatakan
sering melakukan aktivitas
aktivitas seperti terganggu karena
biasa sebagai ibu merasa nyeri
rumah tangga. diuluhati
7. Pola persepsi diri Klien Klien mengatakan
(konsep diri) mempersepsikan ingin cepat
dirinya sehat sembuh sehingga
ketika klien dapat klien menerima
melakukan semua tindakan
pekerjaannya. yang diberikan
perawat.
8. Pola hubungan peran Klien mengatakan Klien mengatakan
setiap hari klien saat sakit klien
berperan sebagai belum bisa
kepala keluarga memenuhi
yang mencari kebutuhan rumah
nafka untuk tangga karena
kebutuhan rumah masih dalam
tangga. keadaan sakit.
9. Pola koping toleransi Klien mengatakan Klien mengatakan
stress jika ada masalah khawatir dengan
selalu dibicarakan kondisi
dengan anaknya. penyakitnya
karena klien
merasa sering
masuk RS dengan
penyakit yang
sama
10 Pola nilai Klien mengatakan Klien megatakan
. kepercayaan spiritual sering beribadah belum bisa
setiap hari. melakukan ibadah
karena kondisinya
yang masi sakit.

e. Pemeriksaan fisik

BB sebelum sakit : - kg

BB saat sakit : - kg

Tinggi badan : 160 cm

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg N 60 x/menit

R 20 x/menit SB 36,6 oC

SPO2 98 %

1) Kepala dan rambut

Inspeksi : Rambut klie terdistribusi rata, bersih dan tidak ada

ketombe.

Palpasi : Tida teraba benjolan dikepala dan tidak ada nyeri tekan.

2) Telinga

Inspeksi : Telinga seperti huruf C, terdapat serumen berwarna

kuning, kondisi telinga normal, tidak ada caran yang keluar dari

telinga, dan pendengaran klien baik.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


3) Mata

Inspeksi : Pupil bereaksi terhadap cahaya, pupil isokor, sclera

berwarna putih, kunjingtiva tidak pucat, klien tidak menggunakan

alat bantu penglihatan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dia area mata.

4) Hidung

Inspeksi : Tidak ada deviasi sektum, kondisi hidung bersih, klien

dapat membedakan bau.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

5) Mulut

Inspeksi : Warna bibir pucat, mukosa bibir lembab, tidak ada

massa, gigi klien nampak kuning dan lidah berwarna putih.

6) Leher

Inspeksi : Tidak ada luka

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran tiroid,

tidak ada pembesaran vena jugularis

7) Dada (jantung)

Inspeksi : Tidak nampak iktus cordis

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba iktus cordis diICS 5, CRT

<2 detik

Perkusi : Saat diperkusi batas-batas jangtung bunyi pekak.

Auskultasi : bj1 “lup” bj2 “dup” tidak ada bunyi tambahan atau

murmur.
Paru-paru

Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi paru simetris kanan dan

kiri

Palpasi : palpasi vokal fremitus redup

Perkusi : terdengar bunyi paru sonor

Auskultasi : bunyi paru vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan

atau ronchi

8) Abdomen

Inspeksi : Warna kulit abdomen merata, tidak ada bekas luka.

Auskultasi : Terdengar bising usus 15x/menit.

Perkusi : Terdengar bunyi tympani

Palpasi : Ada nyeri tekan pada uluhati

9) Genetalia

Inspeksi : Klien tidak terpasang kateter.

10) Ekstrimitas atas

Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada fraktur, klien

dapat mengangkat kedua tangan dan dapat melawan tekanan, klien

terpasang ivfd ditangan sebelah kanan.

Palpasi : Tidak nyeri tekan

11) Ekstrimitas bawah

Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada fraktur, klien

dapat mengangkat kedua kaki dan dapat melawan tekanan, klien

berjalan tanpa menggunakan alat bantu


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

12) Kulit

Inspeksi : Warna kulit sawo matang, integritas kulit kering, turgor

kulit tidak elastis.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

f. Data penunjang

Tanggal 19-12-2022

Hasil laboratorium :

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal


RBC 2.87 3.80-5.80
PLT 574 150 – 500
HGB 8.8 11.5 – 16.0

g. Penatalaksanaan terapi medis

- IVFD RL 20 tpm

- Inj. omz /12 jam

- Kcl 2flakon dalam nacl 500/24 jam

- Farbion 1 ap / drip / 24 jam

- N ace 3 x 1

- Ksr 2 x 1

- Ttd 2 x 1

- Ibuprofen 3 x 1
2. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan merasa nyeri - Klien nampak meringis
pada bagian uluhati - Keadaan umum lemah
- Klien mengatakan merasa nyeri - Klien nampak gelisa
saat lambat makan - Tanda-tanda vital :
- Klien mengatakan nyeri seperti TD 110/70 mmHg
diremas-remas N 60 x/menit
- Klien mengatakan skala nyeri 6 R 20 x/menit
- Klien mengatakan nyeri terasa ± SB 36,6 oC
15 menit dan hilang tibul SPO2 98 %
- Klien mengatakan merasa pusing
- Klien mengatakan nafsu
makannya menurun
- Klien mengatakan merasa mual
dan muntah
- Klien mengatakan susah tidur saat
siang dan malam hari
- Klien mengatakan sering
terbangun saat malam hari dan
sulit untuk tidur kembali
- Klien mengatakan khawatir
dengan kondisi penyakitnya
karena klien merasa sering masuk
RS dengan penyakit yang sama
3. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif : Agen Pencedera Nyeri Akut (D.0077)
- Klien Fisiologis (GERD)
mengatakan
merasa nyeri
pada bagian
uluhati
- Klien
mengatakan
merasa nyeri
saat lambat
makan
- Klien
mengatakan
nyeri seperti
diremas-remas
- Klien
mengatakan
nyeri terasa ±
15 menit dan
hilang tibul
- Klien
mengatakan
susah tidur
siang dan
malam hari
- Klien
mengatakan
sering
terbangun
dimalam hari
Data Objektif :
- Klien nampak
meringis
- Skala nyeri 6
- Klien nampak
gelisah
- Ttv :
TD 110/70
mmHg
N 60 x/menit
R 20 x/menit
SB 36,6 oC
SPO2 98 %

2. Data Subjektif : Distensi Lambung Nausea (D.0076)


- Klien
mengatakan
merasa mual
dan muntah
- Klien
mengatakan
merasa pusing
- Klien
mengatakan
nafsu makan
menurun
Data Objektif :
- Keadaan umum
lemah
- Ttv :
TD 110/70
mmHg
N 60 x/menit
R 20 x/menit
SB 36,6 oC
SPO2 98 %

3. Data Subjektif : kekhawatiran Ansietas (D.0080)


- Klien Terhadap Penyakit
mengatakan
khawatir
dengan kondisi
penyakitnya
karena merasa
sering masuk
RS dengan
penyakit yang
sama
- Klien
mengatakan
susah tidur saat
siang dan
malam hari
- Klien
mengatakan
sering
terbangun saat
malam hari dan
sulit untuk tidur
kembali
Data Objektif :
- Klien tampak
gelisa
- Ttv :
TD 110/70
mmHg
N 60 x/menit
R 20 x/menit
SB 36,6 oC
SPO2 98 %

4. DIAGNOSE KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (GERD)

b. Nausea berhubungan dengan distensi lambung

c. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran terhadap penyakit


5. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan (I.08328)
dengan agen selama 3x24 jam Observasi :
pencedera fisiologis diharapkan masalah - Identifikasi
(GERD) nyeri akut dapat lokasi,
teratasi dengan kriteria karakteristik,
Data Subjektif : hasil : dirasi, frekuensi,
- Klien - Keluhan nyeri kualitas dan
mengatakan menurun intensitas nyeri
merasa nyeri - Meringis menurun - Identifiksi skala
pada bagian - Skala nyeri nyeri
uluhati menurun - Identifikasi
- Klien - Kesulitan tidur respons nyeri
mengatakan menurun non verbal
merasa nyeri - Identifikasi
saat lambat factor yang
makan memperberat
- Klien dan
mengatakan memperingan
nyeri seperti nyeri
diremas-remas - Identifikasi
- Klien pengetahuan
mengatakan dan keyakinan
nyeri terasa ± tentang nyeri
15 menit dan - Identifikasi
hilang tibul respon budaya
- Klien terhadap nyeri
mengatakan - Identifikasi
susah tidur pengaruh nyeri
siang dan terhadap
malam hari kualitas hidup
- Klien - Monitor
mengatakan keberhasilan
sering terapi
terbangun komplementer
dimalam hari yang sudah
Data Objektif : diberikan
- Klien nampak - Monitor efek
meringis samping
- Skala nyeri 6 penggunaan
- Klien nampak analgetik
gelisah Teraupetik :
- Ttv : - Berikan teknik
TD 110/70 non
mmHg farmakologis
N 60 x/menit untuk
R 20 x/menit mengurangi rasa
SB 36,6 oC nyeri (mis.
SPO2 98 % Terapi music,
terapi pijat,
aromaterapi)
- Control
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
non
farmakologis
unruk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
peberian
analgetik, jika
perlu

2. Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual


berhubungan tindakan keperawatan (I.03117)
dengan distensi selama 3x24 jam Observasi :
lambung diharapkan masalah - Identifikasi
nausea dapat teratasi karakteistik
Data Subjektif : dengan kriteria hasil : muntah (mis.
- Klien - Perasaan ingin Warna,
mengatakan muntah menurun konsistensi,
merasa mual - Nafsu makan adanya darah,
dan muntah meningkat waktu, frekuensi
- Klien dan durasi)
mengatakan - Periksa volume
merasa pusing muntah
- Klien - Identifikasi
mengatakan factor penyebab
nafsu makan muntah
menurun - Monitor
Data Objektif : keseimbangan
- Keadaan umum cairan dan
lemah elektrolit
- Ttv : Taraupetik :
TD 110/70 - Atur posisi
mmHg untuk mencegah
N 60 x/menit aspirasi
R 20 x/menit - Bersuhkan
SB 36,6 oC mulut
SPO2 98 % Edukasi :
- Anjurkan
memperbanyak
istirahat
- Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologis
untuk mengelola
muntah (mis.
Relaksasi, terapi
music,
akupresur,
biofeedback)
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
antimetik, jika
perlu

3. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


berhubungan tindakan keperawatan (I.09314)
dengan selama 3x24 jam Obsevasi
kekhawatiran diharapkan masalah - Identifikasi saat
terhadap penyakit ansietas dapat teratasi tingkat ansietas
dengan kriteria hasil : berubah
Data Subjektif : - Verbalisasi - Monitor tanda-
- Klien khawatir akibat tanda ansietas
mengatakan kondisi yang (verbal dan non
khawatir dihadapi menurun verbal)
dengan kondisi - Perilaku gelisah Teraupetik :
penyakitnya menurun - Temani pasien
karena merasa - Pola tidur untuk
sering masuk membaik mengurangi
RS dengan - Tanda-tanda vital kecemasan, jika
penyakit yang dalam batas memungkinkan
sama normal - Pahami situasi
- Klien yang membuat
mengatakan ansietas
susah tidur saat - Dengarkan
siang dan dengan penuh
malam hari perhatian
- Klien Edukasi :
mengatakan - Informasikan
sering secara factual
terbangun saat mengenai
malam hari dan diagnosis,
sulit untuk tidur pengobatan dan
kembali prognosis
Data Objektif : - Anjurkan
- Klien tampak keluarga untuk
gelisa tetap bersama
- Ttv : pasien, jika
TD 110/70 perlu
mmHg - Anjurkan
N 60 x/menit mengungkapkan
R 20 x/menit perasaan dan
SB 36,6 oC persepsi
SPO2 98 %s - Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
6. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari/TGL Imlementasi Evaluasi


Jam
1. Nyeri Selasa, 7. Mengidentifikas Selasa, 20-12-2022
akut b/d 20-12- i lokasi, jam 13.30
Agen 2022 karakteristik, S:
penceder 09.00 durasi, - Klien mengatakan
a frekuensi, masi merasa sedikit
fisiologis kualitas, nyeri pada uluhati
(GERD) intensitas nyeri - Klien merasakan
Hasil : nyeri saat lambat
- Klien makan
mengeluh - Nyeri seperti
sakit pada diremas – remas
uluhati - waktu nyeri ± 15
- Klien menit dan hilang
merasakan timbul
nyeri saat O:
lambat - Klien nampak
makan meringis.
- Nyeri seperti - Skala nyeri 5
diremas – - Klien nampak
remas gelisah.
- Nyeri terasa - Klien mengeluh
± 15menit susah tidur karena
09.15 dan hilang sering terbangun.
timbul A : Masalah nyeri akut
8. Mengidentifikas belum teratasi
i skala nyeri P : Lanjutkan intervensi
09.25 Hasil: Skala - Identifikasi lokasi,
nyeri 6 karakteristik,
9. Memberikan durasi, frekuensi,
teknik kualitas, intensitas
nonfarmakologis nyeri.
untuk - Identifikasi skala
mengurangi rasa nyeri.
nyeri - Berikan teknik
09.30 Hasil: Klien nonfarmakologis
menggunakan untuk mengurangi
aromaterapi rasa nyeri
10. menjelaskan - Kolaborasi
strategi pemberian analgeti.
meredakan nyeri
Hasil : Klien
memahami
strategi
09.40 meredakan nyeri
menggunakan
aromaterapi.
11. mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Hasil: Klien
11.00 menggunakan
aromaterapi
dibagian
abdomen
12. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik
Hasil:
Omeprazole
IV/12 Jam
7. CATATAN PERKEMBANGAN HARI PERTAMA

No Diagnosa Hari/TGL Imlementasi Evaluasi


Jam
1. Nyeri Rabu, 7. Mengidentifikasi Rabu, 21-12-2022
akut b/d 21-12-2022 lokasi, jam 13.30
Agen 09.00 karakteristik, S:
pencedera durasi, frekuensi, - Klien
fisiologis kualitas, mengatakan masi
(GERD) intensitas nyeri merasa sedikit
Hasil : nyeri pada
- Klien uluhati
mengeluh sakit - Klien merasakan
pada uluhati nyeri saat lambat
- Klien makan
merasakan - Nyeri seperti
nyeri saat diremas – remas
lambat makan - waktu nyeri ± 15
- Nyeri seperti menit dan hilang
diremas – timbul
remas O:
- Nyeri terasa ± - Klien nampak
15menit dan meringis.
09.15 hilang timbul - Skala nyeri 4
8. Mengidentifikasi - Klien nampak
skala nyeri gelisah.
09.25 Hasil: Skala nyeri - Klien mengeluh
5 susah tidur
9. Memberikan karena sering
teknik terbangun.
nonfarmakologis A : Masalah nyeri akut
untuk mengurangi belum teratasi
rasa nyeri P : Lanjutkan intervensi
Hasil: Klien - Identifikasi
09.30 menggunakan lokasi,
aromaterapi karakteristik,
10. menjelaskan durasi, frekuensi,
strategi meredakan kualitas,
nyeri Hasil : Klien intensitas nyeri.
memahami strategi - Identifikasi skala
09.40 meredakan nyeri nyeri.
menggunakan - Berikan teknik
aromaterapi. nonfarmakologis
11. mengajarkan untuk
teknik mengurangi rasa
nonfarmakologis nyeri
untuk mengurangi - Kolaborasi
rasa nyeri pemberian
Hasil: Klien analgeti.
11.00 menggunakan
aromaterapi
dibagian abdomen
12. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik
Hasil: Omeprazole
IV/12 Jam
8. CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE DUA

No Diagnosa Hari/TGL Imlementasi Evaluasi


Jam
1. Nyeri akut Kamis, 5. Mengidentifikasi Kamis, 22-12-2022
b/d Agen 22-12-2022 lokasi, jam 13.30
pencedera 09.00 karakteristik, S:
fisiologis durasi, frekuensi, - Klien
(GERD) kualitas, mengatakan
intensitas nyeri sedikit merasa
Hasil : nyeri pada
- Klien uluhati
mengeluh - Klien
sakit pada merasakan nyeri
uluhati saat lambat
- Klien makan
merasakan - Nyeri seperti
nyeri saat diremas – remas
lambat makan - waktu nyeri ±
- Nyeri seperti 15 menit dan
diremas – hilang timbul
remas O:
- Nyeri terasa ± - Klien tidak
09.15 15menit dan nampak
hilang timbul meringis.
6. Mengidentifikasi - Skala nyeri 2
09.25 skala nyeri - Klien tidak
Hasil: Skala nyeri nampak gelisah.
4 - Klien sudah
7. Memberikan tidak susah tidur
teknik A : Masalah nyeri akut
nonfarmakologis teratasi
untuk P : Intervensi
mengurangi rasa dihentikan klien pulang
nyeri
11.00 Hasil: Klien
menggunakan
aromaterapi
8. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik
Hasil:
Omeprazole
IV/12 Jam

Anda mungkin juga menyukai