Oleh
Abdul Wahab
NIM: P07120118045
Palu, 2021
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Prodi D-III KeperawatanPalu
Palu, 2021
Mengetahui, Mengetahui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan
Abdul Wahab
NIM. PO7120118045
A. IDENTITAS
Nama : ABDUL WAHAB
NIM : PO71200118045
Tempat, Tanggal Lahir : Pombalowo, 13 Agustus 1998
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pakafani, Desa Olaya, Kec. Parigi, Kab. Parigi
Moutong
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat SD Negeri Pombalowo Tahun 2004-2010
2. Tamat SMP Negeri 1 Parigi Tahun 2010-2013
3. Tamat SMK Kesehatan Terpadu Khatulistiwa Parigi Tahun 2013-2016
4. Mengikuti Pendidikan Di Politekhnik Kesehatan Kemenkes Palu
Jurusan DIII Keperawatan Dimulai pada Tahun 2018 – 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas Rahmat-Nya sehingga penyusunan KTI dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Diare Akut Di Ruangan Nuri Bawah
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Terima kasih kepada orang tua dan keluarga saya atas semua dukungannya
baik materil, moril, dan fasilitas yang telah diberikan kepada peneliti, serta
dukungan doa yang membuat peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan tepat waktu.
Selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mengalami
banyak tantangan, namun atas bantuan bimbingan dan kerjasama dari semua
pihak yang terlibat di dalamnya maka KTI ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Untuk itu melalui kesempatan ini perkenankanlah peneliti
mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Nasrul, SKM, M.Kes, Direktur Poltekkes Kemenkes Palu yang telah
membantu dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
2. drg. Heri, M.Kes, Direktur Rumah Sakit Umum Anutapura Palu yang telah
mengizinkan peneliti mengambil data awal dan melakukan penelitian.
3. Selvi Alfrida Mangundap, S.Kp, M.Si, Ketua Jurusan Keperawatan yang telah
membantu dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Prodi DIII Keperawatan Palu
sekaligus sebagai pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan dan
mengarahkan peneliti sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat di
selesaikan.
5. Metrys Ndama, S.SiT, M.Kes Sebagai Pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Zainul, SKM M.Kes Sebagai penguji I yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan saran serta masukan untuk kesempurnaan dan penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Rina Tampake,S.Pd, S.Kep, Ns, M.Med, Ed Sebagai penguji II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran serta masukan untuk
kesempurnaan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Dr. Hj. Jurana, S.Kep, Ners, M.Kes Sebagai penguji III yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran serta masukan untuk
kesempurnaan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepala ruangan Nuri Rumah sakit umum Anutapura Palu, yang telah
memberikan izin dan membantu peneliti dalam pengambilan data dan
penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah.
10. Perawat diruangan Nuri Rumah Sakit Umum Anutapura yang telah
membantu untuk melakukan penelitian.
11. Semua dosen dan staf pendidikan yang selalu membatu dan memberikan
dukungan.
12. Semua teman-teman Jurusan Keperawatan, khususnya D-III Keperawatan
Palu angkatan 2018.
13. Semua teman-teman Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),
Lembaga Dakwah Kampus Assyifa (LDK Assyifa), dan Pusat Informasi dan
Konseling Mahasiswa Sangulara (PIK-M Sangulara) Poltekkes Kemenkes
Palu Periode 2019/2020 sampai 2020/2021
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
dan terima kasih kepada teman-teman seangkatan serta semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan terima kasih
kepada Susmeyanto Wibowo, Alda Nofriana, Nur Alisa, Untung, Astina
Mooduto, Andi Fahrul Rizki, Fitriani Nur Azizah, Nikhmatun Hidayah dan
Andi Wahyuni Novie Angraeni serta teman seangkatan yang turut membantu
dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir. Akhir kata
peneliti mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari
beberapa pihak demi kesempurnaan dalam penyusunan ini. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan bagi yang membacanya.
Akhir kata peneliti mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya
membangun dari beberapa pihak demi kesempurnaan dalam penyusunan ini.
Semoga KTI ini dapat menambah wawasan bagi yang membacanya.
Palu, 14 Juli 2021
Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN PALU
Abdul Wahab. 2021. Asuhan Keperawatan Pada An.N dengan kasus diare akut di
ruangan Nuri Bawah Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Karya Tulis
Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Palu Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palu. Pembimbing (1) Metrys Ndama (2) Wayan Supetran
ABSTAK
DAFTAR ISI
HALAMAAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 5
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare
1. Pengertian Diare Akut 7
2. Etiologi 7
3. Manifestasi Klinis 8
4. Patofisiologi 10
5. Pathway 11
6. Dampak Diare 13
7. Pemeriksaan Diagnostik 14
8. Komplikasi 15
9. Pencegahan 15
10. Penatalaksaan 22
B. Konsep Asuhan Keperawatan Diare
1. Pengkajian Keperawatan 26
2. Diagnosa Keperawatan 29
3. Perencanaan Keperawatan 29
4. Implementasi 33
5. Evaluasi 33
DAFTAR GAMABAR
Gambar Halaman
2.1 Pathway 11
2.2 Genogram 46
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Pemeriksaan Penunjang 51
4.2 Analisa Data 53
4.3 Perencanaan Keperawatan 55
4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 58
4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke I 62
4.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke II 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Sedangkan diare akut adalah
diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun
pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare
berat (Simatupang, 2018).
Penyakit diare akut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, hal ini terjadi karena morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi. Secara global terjadi peningkatan kejadian
diare dan kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015-2017.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2015 diare menyebabkan sekitar 688 juta
orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia terjadi pada anak-anak
dibawah 5 tahun. Hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan
angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya.
Berdasarkan Riskesdes tahun 2018 prevelensi diare di Indonesia
mengalami penurunan dari 18,5% menjadi 12,3% kasus. Penyakit Diare akut
merupakan salah satu penyakit yang sering menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) sehingga dikatakan bahwa penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Meskipun di Sulawesi Tengah dalam sepanjang tahun
2018 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare sudah jarang terjadi, namun masih
sering dilaporkan adanya peningkatan kasus di beberapa wilayah kerja
puskesmas pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada pergantian musim
ataupun pada saat musim buah tertentu (seperti buah rambutan, mangga, dll.).
Pada tahun 2018 telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 4
kali kejadian dengan jumlah kasus terbanyak 163 penderita dengan 6
kematian. Kumulatif Case Fatality Rate (CFR) 3,68%. Secara Nasional CFR
KLB Diare diharapkan <1%, sehingga bila melihat CFR KLB diare di yang
tertinggi di Sulawesi Tengah yakni berada Kabupaten Tojo Una-una sebanyak
3 kali dengan jumlah frekuensi kejadian kasus 133 orang disertai 5 kematian
dengan Case Fatality Rate (CFR) 3,75% maka penanggulangan kejadian luar
biasa (KLB) di Provinsi Sulawesi Tengah tidak memenuhi target (Dinkes
Sulawesi Tengah, 2018).
Faktor risiko penyebab terjadinya diare akut pada balita antara lain
faktor lingkungan, tingkat pengetahuan ibu, sosial ekonomi masyarakat,
makanan atau minuman yang di konsumsi dan perilaku atau kebiasaan cuci
tangan. Kesehatan yang kurang baik dari dalam diri anak maupun ibu dapat
memicu timbulnya penyakit diare. Maka pentingnya mengedukasikan kepada
pasien tentang kebersihan diri dan lingkungan untuk menjaga kesehatan.
Kekambuhan dan komplikasi diare dapat dicegah dengan penatalaksanaan
yang tepat.
Upaya untuk menurunkan angka kematian anak karena diare dengan
melakukan tatalaksana secara tepat dan akurat. WHO mengembangkan
kerangka kerja pelayanan kesehatan yang salah satunya dalam buku
pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, di dalamnya berisi panduan
tatalaksana anak sakit di rumah sakit oleh tenaga kesehatan termasuk
perawat, dengan lima langkah tuntaskan diare (lintas) diare (WHO, 2016).
Dalam tatalaksana diare, perawat dapat melaksanakan perannya dalam
beberapa hal, salah satunya adalah memberikan pendidikan kepada orang tua
mengenai rehidrasi oral untuk mengatasi diare.
Peran perawat dalam pemberi asuhan keperawatan Diare Akut pada
anak yaitu sebagai pemberi pelayanan, pendidik dan pelindung. Sebagai
pemberi pelayanan, perawat bertanggung jawab melakukan pengkajian,
penentuan diagnosa, menentukan perencanaan yang meliputi tujuan,
intervensi dan rasional dimana dalam menentukan intervensi harus
mengunakan ONEC yaitu Observasi, nursing treatment, education dan
colaboration, serta harus mengimplementasikan asuhan keperawatan yang
telah di rencanakan dan mengevaluasi tujuan dan masalah yang telah dicapai.
Sedangkan sebagai pendidik, perawat melakukan edukasi dalam pemberian
zinc, makan dan nasehat. Perawat juga melalukan informed concent dalam
pemberian antibiotik sebagai bentuk dari peran sebagai pelindung.
Hasil pengambilan data Diare Akut berdasarkan diagnosa medis yang
didapatkan, di RSU Anutapura Palu tahun 2020 penderita diare akut sebanyak
380 kasus dengan 1 kematian yang terjadi selama triwulan pertama dimana
60 kasus terjadi pada anak usia 1-4 Tahun dan 47 kasus pada anak usia 5-14
Tahun, sedangkan pada triwulan kedua terjadi penurunan yaitu sebanyak 60
kasus, dimana 8 kasus yang terjadi pada anak usia 1-4 Tahun dan 5 kasus
pada anak usia 5-14 Tahun. (Rekam Medik RSU Anutapura 2020)
Pada Triwulan ketiga terjadi sebanyak 93 kasus dimana 7 kasus terjadi
pada anak usia 1-4 tahun dan 8 kasus terjadi apada anak usia 5-14 tahun
sedangkan triwulan ke 4 terjadi 65 kasus dengan 1 kamatian dimana 8 kasus
pada anak usia 1-4 tahun dan 6 kasus pada anak usia 5-14 Tahun (Rekam
Medik RSU Anutapura 2020)
Fenomena asuhan keperawatan di ruangan Nuri Rumah Sakit Umum
Anutapura Palu adalah penanganan asuhan keperawatan pada pasien balita
dengan kasus diare akut. berdasarkan hasil pengamatan, Perawat sudah
melakukan pengkajian yang meliputi identitas anak dan orang tua, alamat,
riwayat kesehatan, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik. Perawat sudah
melakukan tindakan pemasangan infus untuk memenuhi kebutuhan cairan
pada pasien dan perawat mementau kondisi pasien pada saat pergantian
dinas, pemberian obat, dan saat mengganti cairan infus pasien. Selain itu
perawat merencanakan tindakan intervensi dan melaksanakan implementasi
dengan benar sehingga mendapatkan hasil yang baik.
Berdasarkan informasi dan data diatas peneliti tertarik mengambil judul
penelitian yaitu, Asuhan keperawatan pada balita dengan kasus diare akut
diruangan nuri bawah Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Kasus Diare Akut
Diruangan Nuri RSU Anutapura Palu?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian diterapkan asuhan keperawatan Pada An.N
dengan kasus Diare Akut diruangan Nuri RSU Anutapura Palu.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :
a. Dilakukan nya pengkajian keperawatan pada An.N dengan kasus Diare
Akut diruangan Nuri RSU Anutapura Palu.
b. Dilakukan nya perumusan diagnosa keperawatan pada An.N dengan
kasus Diare Akut diruangan Nuri RSU Anutapura Palu.
c. Dilakukan nya perencanaan keperawatan pada An.N dengan kasus
Diare Akut diruangan Nuri RSU Anutapura Palu.
d. Dilakukan nya tindakan keperawatan pada An.N dengan kasus Diare
Akut diruangan Nuri RSU Anutapura Palu.
e. Dilakukan nya evaluasi keperawatan pada An.N dengan Kasus Diare
akut diruangan Nuri RSU Anutapura Palu
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan
sumber bacaan bagi mahasiswa yang terkait asuhan keperawatan pada
pasien Diare Akut serta sebagai tambahan referensi pada Perpustakan
Poltekkes Kemenkes Palu.
2. Bagi Rumah Sakit Anutapura Palu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan bagi semua
perawat atau tenaga kesehatan dalam upaya penerapan asuhan
keperawatan pada pasien Diare Akut di RSUD Anutapura Palu.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien Diare Akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare
1. Definisi
Menurut WHO (2016) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya BAB dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.
Menurut Depkes RI (2016), diare adalah sesuatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Menurut Suardi & Rita (2016), diare diartikan sebagai suatu
keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau
lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lender sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus (Lestari.T, 2016)
2. Etiologi
a. Faktor Infeksi
Infeksi eternal; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.
Coli, Salmonelia, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dll),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll)
infeksi parasit (C. Albicans). Infeksi parenteral; merupakan infeksi di
luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti; otitis
media akut, tonsillitis, bronkopneumonia, ensefasilitis, dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat; disakarida (Intoleransi laktosa,
Maltosa, dan Sukrosa), monosakarida (Intoleransi glukosa, Fruktosa,
dan Galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu (Lestari.T, 2016)
3. Manifestasi Klinis
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan
cairan), tanda-tandanya : Berak cair 1-2 kali sehari, muntah (-), haus (-),
nafsu makan tidak berkurang, masih ada keinginan untuk bermain. Pada
anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Tanda-
tandanya : bera cair 4-9 kali sehari, kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu
tubuh kadang meningkat, haus, tidak ada nafsu makan, badan lesu lemas.
Sedangkan pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.
Tanda-tandanya : berak cair terus-menerus, muntah terus-menerus, haus,
mata cekung, bibir kering dan biru, tangan dan kaki dingin, sangat lemah,
tidak ada nafsu makan, tidak ada keinginan untuk bermain, tidak ada BAK
selama 6 jam atau lebih, kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa tanpa rehidrasi yang adekuat
adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovelik
atau gangguan biokimia berupa asidosis metabolik yang berlanjut.
Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan
berkurang, ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering, tulang
pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun)
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi
air yang isotonic. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka
perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan
penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).
Gangguan kardio vaskuler pada tahap hipovolmik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan
kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut
(Lestari.T, 2016)
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotic, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air
dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare (Lestari.T, 2016)
5. Dampak Diare
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (Output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian
pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (Metabolik Asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ionNa dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan
Kalori dan Protein. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40% mg pada bayi dan 50% pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh : makanan sering dihentikan oleh orang tua karena
takut diare atau muntah yang bertambah hebat. Walaupun susu
diteruskan, sering di berikan terlalu lama. Makanan yang di berikan
sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistatik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan
meninggal (Lestari.T, 2016)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan tinja :
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bekteriuntuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakkan terhadap contoh
tinja.
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menggunakan PH keseimbangan analisa gas
darah atau astrup.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f. Pemeriksaan elektrolit intubasi dondenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama pada penderita diare
kronik (Lestari.T, 2016)
7. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalema (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikati, perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energy, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan (Lestari.T, 2016)
8. Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara
umum yakni : pencegahan penyakit tingkat pertama (Primary Prevention)
yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan
tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat, pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditunjukan pada factor
penyebab, lingkungan dan factor pejamu. Untuk factor penyebab diare
dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan
peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
1) Penyediaan air bersih
Faktor Penyebab Diare
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia,
bahkan hampir 70% tubuh manusia mengandung air. Air di pakai
untuk keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan
yang lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan
Proses Infeksi
kebutuhan per orangMalosorbsi
per hari untuk Lemak
Faktor Makanan
hidup sehat 60 liter. Selain dari
peranan air sebagai kebutuhanProtein
pokok manusia, juga dapat berperan
besar dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare.
Defisiensi enzim laktase
Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat Usus adalah: air memetabolisme
tidak mampu
Berkembang di usus lipase dan disakaridase
permukaan yang merupakan air sungai dan danau. Air tanah yang
dangkal atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal
dari atmosfir seperti hujan dan salju.
Hipersekresi air & elektrolitAir dapat juga menjadi sumber openularan penyakit. Peran
7 elektrolit air dalam terjadinya penyakit menular
Pemecahan berupa, air sebagai penyebar
laktosa menjadi
mikroba pathogen, sarang insekta penyebar
Glukosa terganggu penyakit, bila jumlah
air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat
membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes
Isi usussementara penyakit. Untuk mencegah terjadinya diare maka air
bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak
terkontaminasi. SumberGangguan penyerapan
air bersih harus jauh dari kandang ternak
dam kakus paling makanan
sedikit diusus
sepuluh menurun
meter dari sumber air. Air harus
Diare/Tinja cair
ditampung di dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam
wadah dengan menggunakan gayung bersih, dan untuk minum air
harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila di
banding dengan masyarakat yang Tekanan osmotik
tidak mendapatkan air bersih.
meningkat
2) Tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari
kesehatan lingkungan. Pembuangan
Pergeseran airtinja yang tidak
dan elektrolit ke tepat dapat
berpengaruh langsung terhadapusus insiden penyakit tertentu yang
meningkat
menularnya melalui tinja antara lain penyakit diare. Keluarga yang
tidak mememiliki jamban harus membuat dan keluarga harus
membuang air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan
mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka anggota
keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan
daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber Diare
air bersih. Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik.
Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila
memenuhi syarat
Nyeri kesehatan
Iritasi Rektum: tidak mengotori air permukaan, tidak Frekuensi BAB meningkat
dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah Hilang cairan & elektrolit
digunakan dan dipelihara, dan murah. Tempat pembuangan tinja berlebihan
Kerusakan
yang tidak integritas
memenuhi syaratkulit
sanitasi akan meningkatkan risiko
terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat di
bandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang
Hipertermi
tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi.
3) Status gizi
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak Devisit Volume Cairan
As.Met
episode diare yang dialami. Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar Dan Elek trolit
timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas
sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan
nonspesifik terhadap kelompok organisme berkurang.
Sesak
4) Pemberian air susu ibu (ASI) Dehidrasi
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen
zat makana tersedia dalam bentuk ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan Gangguan
sampai umur 4-6 bulan. Untuk
pertukaran
menyusui dengan aman dan nyaman ibu gas jangan memberikan cairan
tambahan seperti air, air gula atau susu formula terutama pada awal
kehidupan anak. Memberikan ASI segera setelah bayi lahir, serta
berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai Kekurang
khasiat preventif Resiko syok (hipovolemi)
secara imunogik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. an volume
ASI turut memberikan perlindungan cairan terhadap diare,
pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh
mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare
daripada pemebrian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi
yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya,
risiko mendapatkan diare adalah 30 kali besar disbanding dengan
bayi yang tidak di beri ASI. Bayi yang memperoleh ASI
mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih rendah. Bayi
dengan air susu buatan (ASB) mempunyai risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang selain mendapat susu tambahan
juga mendapatkan ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare
lebih tinggi di bandingkan dengan bayi yang sepenuhnya
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). Risiko relative ini tinggi dalam
bulan-bulan pertama kehidupan.
5) Kebiasaan mencuci tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya
berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebagian besar
kuman infeksius penyebab diare di tularkan melalui jalur oral.
Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan
yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme pathogen
dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan
memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih
makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh
manusia.
Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat
berhubungan dengan penyadiaan fasilitas yang dapat menghalangi
pencemaran sumber perantara oleh tinja serta mengahalagi
masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut.
Kebiasaan mencuci tangan memakai sabun adalah perilaku amat
penting bagi upaya mencegah diare. Kebiasaan mencuci tangan
dilakukan setelah melakukan buang air besar, setelah menangani
tinja anak, sebelum makan atau memberi makan anak, dan sebelum
menyiapkan makanan. Kejadian diare terutama berhubungan
langsung dengan makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan
makanan serta tempat keluarnya membuang tinja anak.
Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting diare.
Tinja anak, terutama yang sedang menderita diare merupakan
sumber penularan diare bagi penularan diare bagi orang lain. Tidak
hanya anaka yang sakit, anak sehat juga tinjanya juga dapat
menjadi carrier asimptomatik yang sering kurang mendapat
perhatian. Oleh karena itu cara membuang tinja anak penting
sebagai upaya mencegah terjadinya diare.
6) Imunisasi
Diare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga
pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare.
Anak harus diimunisasi terhadap penyakit campak secepat
mungkin setelah usia sembilan bulan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini, ditunjukkan kepada si anak yang
telah terkena diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan
banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, Sampai radang.
Pengobatan yang diberikan harus disesuaikani dengan klinis
pasien. Obat diare di bagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstinpansia
untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya
jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter.
Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab
diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki
efek samping dan sebaliknya diminum sesuai petunjuk dokter.
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecacatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi
untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha
yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan
bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan
terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan
ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak l. Anak yang
menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan
psikologis juga harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi
atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan (Lestari.T,
2016)
9. Penatalaksanaan
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)
Tindakan:
1) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari
biasanya
2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
3) Makanan di berikan seperti biasanya
4) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke puskesmas
terdekat
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Tindakan :
1) Berikan oralit
2) Air Susu Ibu (ASI) diteruskan
3) Teruskan pemberian makanan
4) Sebaiknya yang lunak, mudah di cerna dan tidak merangsang
5) Bila tidak ada perubahan segera bawa kbali ke Puskesmas terdekat.
c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan :
1) segera bawa ke rumah sakit/puskesmas dengan fasilitas perawatan
2) oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
d. Takaran pemberian oralit
1) di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1.5 gelas selanjutnya 0,5 gelas
setiap kali mencret
2) di bawah 5 tahun (anak balita) : 3 jam pertama 3 gelas selanjutnya 1
gelas setiap kali mencret
3) anak diatas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas
setiap kali mencret
4) anak diatas 12 tahun keatas & dewasa : 3 jam pertam 6 gelas,
selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas 200 CC)
2. Diagnosa Keperawatan
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi
kebutuhan pasien.Bila data pengkajian menunjukkan masalah, perawat
diarahkan pada pemilihan diagnosa keperawatan. Beberapa diagnosa
keperawatan akan tampak dengan jelas berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik yang saksama. Diagnosa utama akan terbukti berdasarkan usia,
kondisi dan etiologi Diare(Nursalam,2013).
Terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
NANDA; (Nurarif. A.H. & Kusuma. H, 2016).
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses
keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan bagi pasien dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
Penentuan tujuan pada perencanaan dari proses keperawatan adalah
sebagai arah dalam membuat rencana tindaan dari masing-masing
diagnosa keperawatan. Kriteria hasil dilakukan untuk memberi petunjuk
bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kriteria hasil adalah
berfokus pada pasien, singkat, jelas untuk memudahkan perawat dalam
mengidentifikasi tujuan dan rencana tindakan.
Pada perencanaan tindakan, peneliti mengacu pada referensi Nursing
Interventions Clasification (NIC) dan Nursing Outcome Clasification
(NOC). Penulis mengambil dari referensi dan menyesuaikan dengan
kondisi pasien, sehingga dapat mengoptimalkan keberhasilannya. Selain
itu, dipilihnya perencanaan bertujuan untuk menyesuaikan kondisi dan
kemampuan pasien serta fasilitas yang ada.
Penentuan tujuan, penulis menggunakan konsep SMART. Konsep
SMART yaitu S : Spesific, yang dimaksudkan adalah tujuan keperawatan
harus jelas; M : Measurable, yang di maksutkan adalah dalam penentuan
tujuan keperawatan harus dapat diukur sesuai dengan keadaan pasien; A :
Achievable, yang dimaksudkan adalah tujuan keperawatan harus dapat
dicapai sesuai dengan kondisi pasien; R : Reasonable, yang dimaksudkan
adalah dalam menentukan tujuan keperawatan harus nyata dan dapat
dipertanggung jawabkan; T : Time, yang dimaksutkan adalah tujuan
keperawatan harus dapat dicapai dengan waktu yang sudah ditetapkan
sesuai kondisi pasien.
Saat melakukan penentuan intervensi, penulis berfokus pada empat
pokok penting dalam perencanaan yaitu ONEC yaitu observasi
(observation), tindakan keperawatan (nursing treatment), pendidikan
kesehatan (education) dan tindakan kolaborasi (collaboration).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus, Penelitian studi kasus ini dilakukan asuhan
keperawatan pada An.N dengan dengan kasus diare Akut. Yang diobsevasi
selama 3 hari pada bulan April
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 27-29 Januari
2021 diruangan Nuri di RSU Anutapura Palu selama 3 hari
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah An.N dengan kasus Diare Akut
diruangan Nuri Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
D. Definisi Operasional
Definisi operasinal adalah batasan dan cara pengukuran variabel yang
akan diteliti. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga
konsistensi pengumpulan data, menghidarkan perbedaan interprestasi serta
membatasi ruang lingkup variable.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap awal dan dasar
dalam proses keperawatan yakni pengumpulan data, klasifikasi data,
analisa data yang dilakukan secara sistematis dalam mengumpulkan data
yang meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan yang sekarang dan
riwayat kesehatan terdahulu serta pengumpulan data objektif (DO) yaitu
data yg di dapatkan berdasarkan pengamatan dan hasil pemeriksaan pada
pasien dan data subjektif (DS) yaitu data yang di dapatkan berdasarkan
keluhan pasien atau keluarga yang tidak dilihat secara langsung oleh
perawat guna agar dapat mengidentifikasi serta mengenali masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan perawatan pasien baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis keperawatan pada
pasien dengan diare akut yang dibuat berdasarkan hasil analisa data
subjektif dan data objektif (DS/DO) guna untuk mencapai hasil derajat
kesehatan pasien yang optimal.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan adalah proses penyusunan tujuan dan perencanaan
keperawatan yang disusun berdasakan ONEC, yaitu Observasi, nursing,
education dan colaboration yang dibuat bedasarkan keluhandiagnosa
keperawatan dan data objektif serta subjektif (DO/DS) untuk mengatasi
masalah keperawatan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian yang dilaksanakan dengan
mengacu pada subjektif, objektif, assesment dan perencanaan (SOAP).
6. Diare Akut
Diare akut merupakan suatu keadaan dimana proses defekasi/BAB
melebihi dari batas normal (≥1-3x/hari) dengan konsistensi tinja cair dan
disetai dengan atau tampa darah.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahap dalam proses penelitian yang
penting, karena hanya dengan mendapatkn data yang tepat maka, proses
penelitian akan berlangsung sampai mendapatkan jawaban dari perumusan
masalah yang sudah ditetapkan.
1. Data primer
Sumber data primer adalah klien. Sebagai sumber data primer, bila
klien dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara, atau
pendengaran, klien masih bayi, atau karena beberapa sebab klien tidak
dapat memberikan data subjektif secara langsung, perawat dapat
menggunakan data objektif untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
Namun, bila diperlukan klarifikasi data subjektif, hendaknya perawat
melakukan anamnesis pada keluarga.
2. Anamnesis
Dalam melakukan penyusunan proposal penulis menganamnese
identitas pasien, keluahan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, dahulu
dan keluarga, riwayat pola fungsional, dan pemeriksaan fisik.
3. Observasi
Obeservasi merupakan tindakan mengamati keadaan umum klien.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi dan pemeriksaan dilakukan mulai dari kepala, telinga,
mata, hidung, mulut, leher, dada, perut, genitalia, dan esktremitas atas dan
bawah.
5. Data skunder
Data yang akan dibuat dalam bentuk asuhan keperawatan oleh
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien, yaitu
keluarga, orang terdekat, teman, dan orang lain yang tahu tentang status
kesehatan klien. Selain itu, studi dokumentasi juga dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, juga
termasuk sumber data sekunder.
F. Analisa Data
Analisa data akan dilakukan sejak pengumpulan data sampai semua
data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan mengemukakan fakta dan
membandingkan dengan teori. Tekhenik yang akan digunakan adalah dengan
menarasikan jawaban dari hasil pengumpulan data yang dilakukan untuk
menjawab rumusan dan tujuan penelitian. Urutan dalam penelitian data
adalah :
1. Pengumpulan data
Data yang akan dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan
studi dokumen akan ditulis dalam bentuk asuhan keperawatan
2. Merekduksi data dengan membuat koding dan kategori
Data yang akan dibuat dalam bentuk asuhan keperawatan oleh
peneliti sesuai dengan topik penelitian yang berfokus pada tindakan
keperawatan data objektif akan dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan
diagnostik dan akan dibandingkan dengan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan disertai
narasi. Kerahasian responden tetap harus di perbaikan.
4. Kesimpulan
Data yang akan disajikan selanjutnya dan diu bahas dan akan
dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang
mendukiung. Penarikian kesimpulan akan dilakukan dengan metode
induktif. Pembahasan akan dilakukan sesuai dengan tahapan asuhan
keperawatan pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
G. Etika Penelitian
Ada beberapa prinsip etik dalam penelitian yang melibatkan manusi
sebagai objek penelitian diantaranya :
3. Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan (the right to
freedom from harm and discomfort).
Jika penelitian kasus ini dianggap dapat membahayakan
responden, maka peneliti juga harus mencantumkan (ethical clearance)
Dalam suatu penelitian yang melibatkan manusia sebagai objek
penelitian, seorang peneliti memiliki kewajiban untuk mencegah
terjadinya sesuatu yang membahayakan peserta penelitian. Sesuatu yang
membahayakan yang harus dicegah itu dapat berupah cedera fisik (luka
ataupun aktivitas yang membuat peserta kelelahan), emosional (peneliti
yang membuat peserta stres atau ketakutan ataupun masalah), social
(misalnya kehilangan dukungan social/social support), ataupun masalah
finansial (misalnya kehilangan uang/harta). Secara etik seorang peneliti
harus membuat strategi untuk mencegah masalah tersebut terjadi.
Penelitian sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi
yang baik khususnya jika penelitian tersebut menggunakan alat atau
prosedur yang membahayakan. Jika peneliti tersebut adalah peneliti yang
akan melakukan uji coba obat sebaiknya tidak dilakukan langsung
kepada manusia namun di uji cobakan kepada binatang terlebih dahulu.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Studi kasus di laksanakan di Ruangan Nuri Bawah Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu. Ruangan Nuri adalah ruang perawatan
anak yang terdiri dari nuri bawah ruangan penyakit dalam dan nuri
atas ruangan isolasi.
2. Pengkajian
Pengkajian dimulai pada tanggal 27 Januari 2021 pukul 15:10
WITA dengan metode observasi dan wawancara kepada keluarga
pasien, yang meliputi observasi langsung pada pasien, pemeriksaan
fisik dan melihat catatan medis, sehingga peneliti mendapatkan data
sebagai berikut.
a. Biodata Pasien
Pasien bernama An.N usia 2 tahun 4 bulan berjenis
kelamin Perempuan, beragama Islam, dan alamat tempat tinggal
di Jln Jati. An. N masuk Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
pada tanggal 25 Januari 2021 pukul 10:15 WITA nomor RM
541173 dengan diagnosa medis Diare Akut.
b. Biodata Penanggung jawab
Penanggung jawab bernama Ny. S usia 30 tahun berjenis
kelamin perempuan, pekerjaan sebagai wiraswasta, agama Islam,
suku Kaili, alamat tempat tinggal Jln. Jati dan hubungan dengan
pasien sebagai ibu kandung.
c. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien masuk Rumah sakit dengan keluhan BAB cair ±
sudah 4 hari
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masuk RSU Anutapura Palu pada tanggal 25
Januari 2021, jam 10.15 wita dengan keluhan BAB cair ± sudah 4
hari, dan disertai muntah, ibu pasien mengatakan anaknya demam
serta rewel.
e. Keluhan yang menyertai
Ibu pasien mengatakan anaknya muntah-muntah disertai
lemas, tidak mau makan, nampak ada kemerahan pada bokong.
f. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Prenatal, ibu pasien mengatakan selama mengandung
An.N sering melakukan pemeriksaan di bidan, imunisasi TT, dan
tidak pernah terserang penyakit saat hamil, dan berat badan selalu
naik setiap bulan nya. Intranatal, ibu pasien mengatakan ketika
melahirkan lewat sectio cesarea, berat badan ketika lahir 2700
gram dan panjang badan 49 cm. Postnatal, ibu pasien mengatakan
pada saat itu bayi di asuh oleh ke 2 orang tuanya sendiri, mulai 6
bulan ASI ekslusifnya di berhentikan dan di berikan makanan
tambahan.
g. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah dirawat di
rumah sakit dan ini yang pertama kalinya
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit menular seperti tuberculosis paru (TBC) dan
penyakit lainnya.
Gambar 4.1 Genogram
a b
c d
e
: Tinggal serumah
i. Pola Fungsional
1) Data Nutrisi
Ibu pasien mengatakan pada saat sehat pasien makan
teratur 3 kali sehari, pada saat sakit ibu pasien mengatakan
makan 3 kali sehari namun porsi makan tidak di habiskan dan
hanya menghabiskan setengah porsi dari makanan yang
disajikan. Pasien pada saat sehat minum air putih sebanyak 7
sampai 9 gelas sehari, dan pada saat sakit tidak mau minum.
2) Data eliminasi
Pola buang air besar (BAB) ibu pasien mengatakan
sebelum sakit anaknya BAB 1 kali dalam sehari dengan
konsistensi setengah padat, bau khas tinja, dengan warna
tinja kuning kecoklatan. Pada saat sakit ibu pasien
mengatakan anaknya BAB 3-4 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair. Pola buang air kecil ( BAK) ibu pasien
mengatakan pada saat sehat 3 sampai 4 kali sehari dengan
warna kuning dan aroma amoniak, pada saat sakit sebanyak 2
kali dalam sehari warna kuning aroma amoniak.
3) Data istrahat dan tidur
Ibu pasien mengatakan pada saat sehat pasien tidur
malam dari jam 21.00-07.00 dan pada saat sakit juga sama
21.00-07.00, serta tidak mempunyai keluhan pada saat
istrahat dan tidur hanya saja pasien selalu rewel.
4) Data aktivitas
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya biasa
melakukan aktivitas bermain bersama kakak nya, saat sakit
ibu pasien mengatakan anak nya tidak dapat beraktivitas
seperti biasanya.
j. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik.
Tingkat kesadaran klien sadar penuh (composmentis). Hasil
pemeriksaan fisik tanda-tanda vital sebagai berikut : nadi 120
kali per menit dengan irama kuat dan teratur, respirasi 28 kali
permenit, suhu tubuh 37º C, tinggi badan 60cm, berat badan 6300
gram.
1) Kepala
a) Inspeksi Bentuk kepala bronchiocepalus dengan
lingkar kepala 34 cm, Warna rambut hitam
: dan nampak bersih
Tidak benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
b) Palpasi :
2) Mata
a) Inspeksi : Mata cekung, sklera putih, konjung tifa
merah mudah, refleks pupil mengecil saat
terkena sinar.
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada palpebral
3) Hidung
a) Inspeksi : Hidung bersih, lubang hidung kiri dan kanan
sama tidak ada polip,tidak teraba adanya
masa dan tidak ada nyeri tekan.
b) Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
4) Mulut
a) Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi bersih, dan tidak
ada pembengkakan pada tonsil.
b) Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
5) Telinga
a) Inspeksi : Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, tidak
ada serumen, dan tidak ada gangguan
pendengaran.
b) Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
6) Leher
a) Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kalenjar tiroid
dan getah bening
b) Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
7) Dada
a) Inspeksi : Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan
saat respirasi, tidak ada alat bantu
pernafasan, tidak ada jejas.
b) Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan.
c) Perkusi : Suara sonor
d) Auskultasi : Suara nafas vesikuler dan tidak ada suara
nafas tambahan, bunyi jantung regular.
8) Abdomen
a) Inspeksi : Bentuk abdomen datar
b) Auskultasi : Terdengar peristaltik usus 24 kali permenit,
turgor kulit elastis dan warna kulit sawo
matang
c) Perkusi : Tympani
d) Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut sebelah kiri
bagian bawah.
9) Genetalia
a) Inspeksi : Tidak ada hemoroid, dan nampak kemerahan
pada bokong
b) Palpasi : Tidak terdapat nteri tekan
10) Ekstremitas
a) Inspeksi : Kekuatan Otot ekstremitas atas kanan dan
kiri 5, dan tidak ada perubahan bentuk
tulang, perubahan akral hangat. Ekstremitas
bawah kanan 5 dan kiri 5, dan perubahan
akral hangat.
b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
k. Pemeriksaan penunjang
Tabel 4.1 Pemeriksaan Penunjang
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 8,6 10˄3 /uL 4,8 / 10,8
RBC 5 10˄6/uL 4,7 / 6,1
HGB 12,6 g/dL 14 / 18
PLT 206 10˄3/uL 150 / 450
GDS 79 Mg/dL 60/119
l. Penatalaksanaan Medis
Selama sakit An. N diberikan terapi RL 18 tetes/menit,
Injeksi cefotaxime 500 mg/IV, gentamicin 50 mg/IV,
dexamatasone 1 mg/IV
m. Pengumpulan Data
Ibu pasien mengatakan anaknya BAB dengan konsistensi
cair 3-4 kali perhari sejak 4 hari yang lalu, nampak BAB encer,
mukosa bibir kering, turgor kulit elastis, ibu klien mengatakan
anaknya muntah dan lemas, ibu klien mengatakan anaknya tidak
mau makan, pasien nampak lemah, ibu pasien mengatakan
anaknya nampak ada kemerahan pada bokong, peristaltik usus 24
kali permenit, berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, Tanda-
tanda vital suhu 37˚C, nadi 120 kali permenit, respirasi 28 kali
permenit. Dan nampak kemerahan pada area bokong, terpasang
IVFD RL 18 tetes permenit.
n. Klasifikasi Data
1) Data Subjektif
Ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair sejak 4 hari
yang lalu, dengan konsistensi cair 3-4 kali perhari, ibu pasien
mengatakan anaknya lemas, ibu pasien mengatakan anaknya
tidak mau makan, ibu pasien mengatakan anaknya nampak
ada kemerahan pada bokong.
2) Data Objektif
Nampak BAB encer, pasien nampak lemah, mukosa
bibir kering, turgor kulit elastis, peristaltik usus 24 kali
permenit, berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, Tanda-
tanda vital suhu 37˚C, nadi 120 kali permenit, respirasi 28
kali permenit. Dan nampak kemerahan pada area bokong,
terpasng IVFD RL 18 tetes permenit
o. Analisa Data
Analisa data dari hasil pengkajian pada An.N dapat di
lihat pada table dibawah ini yaitu :
Tabel 4.2 Analisa Data
Data Etiologi Problem
Data Subjectif Kehilangan Resiko
1. Ibu pasien mengatakan cairan elektrolit kekurangan
anaknya BAB cair sejak 4 hari volume cairan
yang lalu
2. Ibu pasien mengatakan
anaknya BAB dengan
konsistensi tinja yang cair 3-4
kali perhari
3. Ibu pasien mengatakan
anaknya lemas
Data Objectif
1. Nampak BAB Encer
2. Mukosa bibir kering
3. Turgor kulit kering
4. Pasien nampak lemah dan
lemas
5. BB 10 kg
PB 80 cm
6. TTV
Nadi = 120x/menit
Suhu = 37˚C
Repirasi = 28x/menit
Data Subjectif Proses infeksi, Diare
1. Ibu pasien mengatakan inflamasi di usus
anaknya BAB cair sejak 4 hari
yang lalu
2. Ibu pasien mengatakan
anaknya BAB dengan
konsistensi tinja yang cair 3-4
kali perhari
Data Objectif
1. Nampak BAB encer
2. Peristaltik 24menit
3. BB 10 kg
PB 80 cm
4. TTV
Nadi = 120x/menit
Suhu = 37˚C
Repirasi = 28x/menit
Data Subjectif Seringnya BAB Kerusakan
1. Ibu pasien mengatakan integritas kulit
anaknya nampak ada
kemerahan pada bokong.
Data Objectif
1. Nampak BAB encer
2. Turgor kulit kering
5. Peristaltik usus 24x/menit
6. BB 10 kg
PB 80 cm
3. Tanda-tanda vital
suhu 37˚C
nadi 120 x/menit
respirasi 28x/menit
4. Nampak kemerahan pada area
bokong
5. Terpasang IVFD RL 10 TPM
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan elektrolit
b. Diare berhubungan dengan Proses infeksi, inflamasi di usus
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB
4. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4. 3 Perencanaan Keperawatan pada An.N dengan Diare akut diruangan
Nuri bawah RSUD Anutapura Palu
No Diagnosa Perencanaan
keperawatan
Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
kekurangan tindakan keperawatan TTV mengatahui TTV
volume cairan 3x24 jam diharapkan secara berkala
berhubungan diare pada klien dapat apakah terjadi
dengan teratasi dengan peningkatan atau
kehilangan kriteria hasil : 2. Monitor penurunan
cairan aktif 1. TTV dalam batas status 2. Untuk
Data Subjectif normal hidrasi mengetahui
a. Ibu pasien 2. Tidak ada tanda- adanya tanda-
mengatakan tanda dehidrasi, tanda dehidrasi
anaknya elastis turgor dan mencegah
BAB cair baik, membran 3. Dorong dan syok
sejak 4 hari mukosa lembab ajarkan hipovalemik
yang lalu keluarga 3. Untuk
b. Ibu pasien pasien mempertahankan
mengatakan untuk cairan
anaknya membantu 4. Untuk
BAB pasien memberikan
dengan makan hidrasi cairan
konsistensi 4. Kolaborasi tubuh secara
tinja yang dalam parenteral
cair 3-4 kali pemberian
perhari terapi
c. Ibu pasien
mengatakan
anaknya
lemas
Data Objectif
a. Nampak BAB
Encer
b. Mukosa bibir
kering
c. Turgor kulit
kering
d. Klien nampak
lemah dan
lemas
e. BB 10 kg
PB 80 cm
f. TTV
Nadi =
120x/menit
Suhu =
37˚C
Repirasi =
28x/menit
2. Diare Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
berhubungan tindakan keperawatan turgor kulit mengetahui
dengan Proses 3x24 jam diharapkan secara berkala apakah terjadi
infeksi, diare pada pasien 2. Monitor tanda dehidrasi atau
inflamasi di dapat teratasi dengan dan gejala tidak
usus kriteria hasil : diare 2. Untuk
Data Subjectif 1. Feses bebentuk, 3. Mengajarkan mengetahui
a. Ibu pasien BAB sehari keluarga klien tingkat diare
mengatakan sekali untuk secara tiba-tiba
anaknya 2. Menjaga daerah menggunakan 3. Agar keluarga
BAB cair sekitar rektal obat antidiare klien dapat
sejak 4 hari dari iritasi 4. Kolaborasi memahami
yang lalu 3. Tidak mengalami dalam penggunaan obat
b. Ibu pasien diare pemberian antidiare
mengatakan 4. Menjelaskan terapi 4. Untuk
anaknya penyebab diare memberikan
BAB dan rasional hidrasi cairan
dengan tindakan tubuh secara
konsistensi 5. Mempertahankan parenteral dan
tinja yang turgor kulit menstimulus
cair 3-4 kali agar diare
perhari berkurang
Data Objectif
a. Nampak
BAB encer
b. Peristaltik
24menit
c. BB 10 kg
PB 80 cm
d. TTV
Nadi =
120x/menit
Suhu =
37˚C
Respirasi =
28x/menit
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan membahas tentang Asuhan
Keperawatan pada An.N dengan kasus diare akut diruangan Nuri Bawah
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Pembahasan pada bab ini terutama
membahas adanya kesesuain maupun antara teori dengan kasus. Asuhan
keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia
melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada An.N dengan diare akut di ruangan
Nuri Bawah Rumah Sakit Umum Anutapura Palu terdiri dari identitas
pasien, penanggung jawab, data subjektif dan objektif. Keluhan utama
pada saat pengkajian, riwayat kesehatan sekarang, keluhan yang
menyertai, riwayat kehamilan dan persalinan, pemeriksaan umum.
Sedangkan data objektif adalah data head to toe, pemeriksaan
penunjang dan terapi medis.
Pengkajian dan wawancara pada keluarga An.N didapatkan
keluhan utama yaitu Ny.S mengatakan An.N buang buang air besar
dengan konsistensi cair 3-4 kali perhari sejak 4 hari yang lalu. Hasil
pengkajian juga didapatkan tanda-tanda vital pasien dengan hasil nadi
120x/menit, respirasi 28x/menit, suhu tubuh 37˚C. Ny.S mengatakan
anaknya muntah, lemas dan nampak kemerahan pada bokong.
Menurut asumsi peneliti dari hasil pengkajian yang didapatkan
pada An.N sesuai dengan teori yang ada dimana pasien masuk dengan
keluhan BAB lebih dari 3x dalam sehari disertai dengan konsistensi
encer, muntah, rewel, lemas, mukosa bibir kring, muntah dan disertai
dengan demam, peneliti berasumsi bahwa penyebab terjadinya diare
yang dialami oleh An.N di karenakan faktor infeksi dimana penyebab
diare pada An.N yaitu disebabkan oleh infeksi ecoli, dan penyebab
terjadinya An.N menjadi lemas dan demam pada saat diare karena
An.N kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih, dan tidak mau
menyusu sehingga pemenuhan cairan pada tubuh An.N berkurang
akibatnya hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi yang membuat
An.N menjadi lemas
Penelitian yang dilakukan Farikhan Nailirohman pada klien
diare didapatkan diagnosa prioritas yakni kekurangan volume cairan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, penyembuhan
dapat dikatakan sembuh dengan tercukupi cairan didalam tubuh
dengan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Secara teori diare merupakan gangguan buang air besar atau
diare akut yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan BAB lebih dari 3 kali
sehari, BAB tidak disertai darah dan atau lendir, anak yang mengalami
diare akibat infeksi bakeri mengalami kram perut, muntah, demam,
mual, dan diare cair akut. Klien yang terpasang infus dapat merasakan
nyeri dibagian yang terpasang infus, bengkak, kotor dan kemerahan
(Wijoyo,2016).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang
aktual dan potensial atau proses kehidupan.
Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan pada pasien
diruangan Nuri Bawah Rumah Sakit Umum Anutapura Palu, didapkan
diagnosa keperawatan yaitu : diare berhubungan dengan proses
infeksi/inflamasi di usus, kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan seringnya BAB.
Menurut asumsi peneliti dari hasil pengkajian yang dilakukan
didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, dimana teori
terdapat enam diagnosa keperawatan dan pada kasus terdapat tiga
diagnosa yang mana pada diagnosa kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya BAB tidak terdapat didalam teori, hal
ini disebabkan karena pada kasus ditemukan data – data yang sesuai
dengan batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan diare
berhubungan dengan proses infeksi/inflamasi di usus, kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, peneliti
berasumsi bahwa penyebab terjadinya diare pada An.N yaitu karena
disebabkan kebiasaan pola hidup orang tua yang tidak sehat sehingga
menimbulkan perkembangan bakteri ecoli. sedangkan pada diagnosa
kekurangan volume cairan terjadinya dehidrasi yang mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih dan pemenuhan cairan
tidak terpenuhi, dimana 80% bagian tubuh bayi terdiri dari cairan
akibatnya anak yang mengalami dehidrasi dapat mejadi lemas dan
memicu dehidrasi akibat kekurangannya cairan. Hal ini sesuai dengan
hasil pengkajian dimana Ny.S mengatakan anaknya muntah, BAB cair
sudah 4 hari, lemas, demam.
Menurut asumsi seseorang yang mengalami diare akut pasti
mengalami gangguan rasa aman dan nyaman karena perubahan status
kesehatan dan efek hospitalisasi. Diagnosa resiko syok hipovolemi
berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit tidak ditegakan
karena tidak ditemukan tanda-tanda terjadinya syok, tanda-tanda syok
seperti akral teraba dingin, denyut nadi cepat
Berdasarkan beberapa sumber buku, peneliti menemukan ada 8
diagnosa yang muncul pada kasus diare yaitu : 1) Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler. 2)
Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus. 3)
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif. 4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB
sering. 5) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan. 6) Resiko syok
(Hipovalemi) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. 7) Ansietas
berhubungan dengan status kesehatan. 8) Resiko infeksi berhubungan
dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder.
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah ditemukan masalah keperawatan, kriteria hasil yang
ingin dicapai berdasarkan kriteria SMART, S (Spesifik), M
(Measurable), A (Achieveable), R (Region), T (Time). Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan masalah diare
dapat teratasi dengan kriteria hasil feses berbentuk/BAB sehari sekali,
menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi, tidak mengalami diare,
mampu menjelaskan penyebab diare serta mempertahankan turgor
kulit.
Masalah kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan
kriteria hasil : TTV dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda
dehidrasi. Sedangkan masalah kerusakan integritas kulit dapat teratasi
dengan kriteria hasil : integritas kulit yang baik dapat dipertahankan,
tidak ada lesi pada kulit, perfusi jaringan baik dan mampu melindungi
serta mempertahankan kelembaban kulit.
Alasan penelitian melakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
karena tindakan keperawatan dapat mengurangi bahkan dapat
mengatasi masalah diare, kekurangan volume cairan dan kerusakan
integritas kulit sehingga dapat membantu dalam proses penyembuhan
pada pasien. Peneliti melakukan intervensi keperawatan berdasarkan
ONEC, O (obeservasion), N (Nursing), E (Eduction), C
(Colaboration), adalah Lakukan observasi tanda-tanda vital, kaji
tanda dan gejala dehidrasi, observasi turgor kulit secara rutin, kaji
intake makanan yang masuk, menganjurkan banyak minum,
begitupun dengan masalah hipertermi peneliti melakukan intervensi
secara ONEC O (obeservasion), N (Nursing), E (Eduction), C
(Colaboration), adalah lakukan observasi tanda-tanda vital, kompres
hangat pada lipatan paha dan aksila, anjurkan keluarga pasien untuk
memberikan pakaian tipis kepada pasien dan yang menyerap keringat,
anjurkan kepada keluarga pasien untuk memberikan banyak minum,
serta kolaborasi dalam pemberian obat antidiare.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi dari intervensi
keperawatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
manifasilitasi koping (Herdman.T.H. & Kamitsuru. S, 2018).
Implementasi yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
intervensi yang telah direncanakan peneliti, yaitu pada kasus
kekurangan volume cairan peneliti Mengobservasi tanda-tanda vital,
kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi turgor kulit secara rutin, kaji
intake makanan yang masuk, menganjurkan banyak minum, dan pada
kasus keduan peneliti melakukan observasi tanda-tanda vital, kompres
hangat pada lipatan paha dan aksila, anjurkan keluarga pasien untuk
memberikan pakaian tipis kepada pasien dan yang menyerap keringat,
anjurkan kepada keluarga pasien untuk memberikan banyak minum,
serta kolaborasi dalam pemberian obat antidiare.
Asumsi peneliti, implementasi yang peneliti berikan sesuai
dengan perencanaan yang telah paneliti buat pada proses penyusunan
intervensi keperawatan.
Menurut Herdman T.H dan Kamitsuru 2018 Implementasi
keperawatan adalah realisasi dari intervensi keperawatan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan manifasilitasi koping.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah memberi dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan
akuntabilitas perawat (Herdman.T.H. & Kamitsuru. S, 2018).
Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari merupakan hasil dari
implementasi keperawatan. Evaluasi yang akan dilakukan oleh peneliti
disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan SOAP ( Subjek, Objek, Assessment, Planning).
Evaluasi keperawatan pada diagnosa diare berhubungan
dengan proses infeksi/inflamasi di usus, kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan sering nya BAB. didapatkan data ibu pasien
mengatakan anaknya BAB 1-2 x dalam sehari serta tidak mengalami
muntah serta tidak demam lagi dengan hasil tanda-tanda vital Nadi :
o
100x/menit, Suhu : 36 c, Respirasi : 24x/menit. Analisa masalah
tujuan tercapai pasien pulang
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan tindakan keperawatan asuhan
keperawatan pada An.N dengan kasus diare akut di ruangan nuri bawah
rumah sakit umum anutapura Palu:
1. Pengkajian Keperawatan
Setelah peneliti melakukan pengkajian pada An.N didapatkan
data subjektif, ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair sejak 4 hari
yang lalu, dengan konsistensi cair 3-4 kali perhari, ibu pasien
mengatakan anaknya lemas, ibu klien mengatakan anaknya tidak mau
makan, ibu pasien mengatakan anaknya nampak ada kemerahan pada
bokong. Data objektif, nampak BAB encer, pasien nampak lemah,
mukosa bibir kering, turgor kulit kering, peristaltik usus 24 kali
permenit, Tanda-tanda vital suhu 37˚C, nadi 120 kali permenit,
respirasi 28 kali permenit. Dan nampak kemerahan pada area bokong,
terpasng IVFD RL 18 tetes permenit
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang diangkat oleh peneliti yaitu, Diare berhubungan
dengan Proses infeksi/inflamasi di usus, kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya BAB.
3. Perencanaan Keperawatan
Diare berhubungan dengan proses infeksi/inflamasi di usus
intervensinya : observasi turgor kulit secara berkala, monitor tanda dan
gejala diare, mengajarkan keluarga pasien untuk menggunakan obat
antidiare dan kolaborasi dalam pemberian terapi. Diagnosa kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit,
intervensinya : obsevasi TTV, monitor status hidrasi, dorong dan
ajarkan keluarga untuk membantu pasien makan, dan berkolaborasi
dalam pemberian terapi. Diagnosa kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya BAB, intervensinya : observasi TTV,
jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, anjurkan kepada
keluarga pasien agar menggunakan pakaian longgar, oleskan lotion atau
minyak baby oil.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
intervensi yang telah direncanakan peneliti, yaitu : Observasi TTV dan
turgor kulit secara berkala, memonitor tanda dan gejala diare,
mengajarkan dan mendorong keluarga dalam pemberian obat anti diare
serta pemberian makanan yang berserat tinggi, mejaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan kolaborasi dalam pemberian terapi.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang dicapai selama 3 hari, masalah diare,
kurangnya volume cairan dan kerusakan integritas kulit dapat teratasi
B. Saran
Setelah peneliti melakukan tindakan keperawatan asuhan
keperawatan pada batita dengan kasus diare akut di ruangan nuri bawah
rumah sakit umum anutapura Palu peneliti memberikan usulan dan
masukan positif pada bidang kesehatan antara lain:
1. Bagi rumah sakit
Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang baik dalam saran prasarana dan lebih menerapkan
pemberian asuhan keperawatan komprehensif pada kasus diare akut
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini agar dapat dijdikan sebagai salah satu referensi
untuk kasus penelitian yang sama
69
DAFTAR PUSTAKA
RSUD Anutapura Palu. Reklam Medik 2020 Pravalensi diare akut pada anak
Rumah sakit umum anutapura Palu
Saftarina Fitria dan Anzani Bella Pratiwi. 2019. Penatalaksaan Diare Pada
Usia Anak 2 Tahun Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal
Fakultas Kedokteran Lampung. Vol 8. Di akses 7 April 2021
JADWAL PENELITIAN
Rencana Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
12341 2 3 4 123412341234123412341 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
2 ACC Judul
3 Pengambilan
Data Awal
4 Penyusunan
Proposal
5 Konsultasi
Proposal
6 Perbaikan
Proposal
7 Persetujuan
8 Seminar
Proposal
9 Perbaikan
Proposal
10 Perizinan
Penelitian
11 Pelaksanaan
Penelitian
12 Penyusunan
Hasil
Penelitian
13 Konsultasi
Hasil
Penelitian
14 Ujian KTI
15 Perbaikan
KTI
16 Penyerahan
KTI
17 Wisuda
(ABDUL WAHAB)
URAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
S
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
“Asuhan Keperawatan Pada An.N dengan kasus diare akut diruangan nuri
RSU Anutapura Palu”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Palu, 2021
Yang
menyatakan
(……………………………….. )