OLEH
HUGOLARIS PANTOLA
NIM: 67102821
OLEH
HUGOLARIS PANTOLA
NIM: 67102821
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar
NIM : 67602821
Tanda Tangan :
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui oleh pembimbing dan diterima sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program StudiProfesi Ners,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang pada tanggal 22Oktober 2022
PEMBIMBING
iv
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Mengetahui
Ns. Stefanus M Kiik, M.Kep., Sp.Kep.Kom Ns. Ni Made Merlin, S.Kep., M.Kep
NIDN.0828058401 NIDN.0803099201
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat rahmat dan karunia-Nya, maka saya dapat menyelesaikan KIAN
dengan judul “AnalisisAsuhan Keperawatan Hipertensi Melalui Pemberian
Pemberian Air RebusanSeledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Ny.F.T Di UPT Kesejahteraan Sosail Lanjut Usia Budi Agung Kupang”. dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini Saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ketua Yayasan Maranatha NTT, Bapak Alfred Selan atas dukunganya.
2. Stefanus M. Kiik, S.Kep.Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Ketua STIKes
Maranatha Kupang beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada STIKes
Maranatha Kupang.
3. Juandri S. Tusi,S.Kep.,M.Tselaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan Saya selama menyusun KIAN.
4. FrasitaFiah,S.Kep., M. Hkesselaku penguji yang telah memberikan masukan,
saran, untuk perbaikan penulisan KIAN ini.
5. Wakil ketua I, II,III STIKes Maranatha Kupang, yang telah memfasilitasi
kelancaran perkuliahan pada Program Studi Profesi Ners.
6. Ni Made Merlin, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Maranatha Kupang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Profesi Ners.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang mengabdi di STIKes Maranarha Kupang
yang telah dengan susah payah mengajar, membimbing, serta memotivasi
selama menjalani pendidikan di STIKes Maranarha Kupang.
8. Teristimewa kedua orangtua Saya, Istri Terkasih Saya serta om dan tanta, kaka
dan adik saya yang senantiasa memberikan cinta dan dukungannya selama ini.
9. Teman-teman angakatan IX profesi ners yang senantiasa memberikan dukungan
kepada penulis.
vi
10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat Saya sebut satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KIAN ini jauh dari sempurna
namun semoga KIAN ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan
bagi teman sejawat pada umumnya. Kritik, saran, arahan, dan koreksi yang bersifat
membangun dari pembaca akan memberikan perbaikan KIAN ini kemudian hari.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................3
1.2.1 tujuan umum.....................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.................................................................................3
1.3 Manfaat.......................................................................................................4
1.4 Metode Penulisan........................................................................................4
ix
2.1.10 Penatalaksanaan ..............................................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................13
2.2.1 Pengkajian .......................................................................................13
2.2.2 Diagnosis Keperawatan....................................................................16
2.2.3 Rencana Keperawatan......................................................................16
2.2.4 Implementasi....................................................................................19
2.2.5 Evaluasi............................................................................................19
2.3 Konsep Lansia............................................................................................20
2.3.1 Pengertian Lansia.............................................................................20
2.3.2 Batasan Lansia..................................................................................20
2.3.3 Klasifikasih Lansia...........................................................................20
2.3.4 Perubahan pada Lanjut Usia.............................................................21
2.3.5 Permasalahan Lanjut Usia................................................................25
2.3.6 Konsep Lansia sebagai Populasi Berisiko atau Rentan ...................26
2.3.7 Karateristik Lansia sebagai Populasi Rentan....................................26
2.4 Konsep dasar Seledri..................................................................................28
2.4.1 Definisi Seledri.................................................................................28
2.4.2 Kandungan Seledri...........................................................................28
2.4.3 Manfaat Seledri untuk penyakit Hipertensi......................................29
2.4.4Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap
Penurunan Tekanan Darah........................................................................29
2.4.11 SPO Rebusan Daun Seledri............................................................30
x
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................70
4.1 Provil Lahan Praktek..........................................................................70
4.2 Analisis Masalah Keperawatan..........................................................71
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian
Terkait.................................................................................................71
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat di lakukan ....................................73
BAB V KESIMPULAN..................................................................................74
5.1 Kesimpulan ................................................................................................74
5.2 Saran ..........................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................76
xi
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, 2014).
Namun, menurut WHO, batasan lansia dibagi atas: usia pertengahan (middle
age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia
tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
(Notoadmodjo,2011).
WHO, populasi lansia di Asia Tenggara sebesar 8 % atau sekitar 142 juta jiwa.
Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia akan terus meningkat hingga 3
kali lipat.Pada tahun 2000 didapatkan data jumlah lansia sekitar 5,300,000
(7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 terjadi peningkatan
jumlah lansia menjadi 24. 000. 000(9,77%)dari total populasi dan diperkirakan
pada tahun 2020 jumlah lansia akan terus meningkat hingga 28.800.000
1
2
jumlah penduduk kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas) adalah sebanyak 350
ribu jiwa dengan variasi diantaranya untuk Kota Kupang sebanyak 200 ribu
jiwa, sementara kelompok lanjut usia di UPT Kesejahtraan Sosial Lanjut Usia
harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Angka harapan
hidup di Kota Kupang tahun 2010- 2017 mengalami peningkatan, yakni dari
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah
berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih.Kondisi ini dapat menjadi berbahaya,
karena jantung di paksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga
bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan
systole ˃140 mmHg dan tekanan diastole ˃ 90 mmHg. Tujuan dari penelitian ini
8,4% berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥18 tahun. Berdasarkan
Indonesia adalah sekitar 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi
pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan
3
44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran tekanan darah
di Indonesia.
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600
juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data terbaru tahun 2022 yang diperoleh dari klinik UPT
Lanjut Usia Budi Agung Kupang pada petugas kesehatan, mengatakan pasien
laki 8 orang dan perempuan 22 orang maka penulis tertarik untuk melakukan
Pada Ny. F.T UPT. Panti Sosial Penyantun Lanjut Usia Budi Agung Di Wisma
Melati
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
dan bagi penanggung jawab panti agar dijadikan sebagai referensi untuk
manfaat rebusan daun saledri pada kasus hipertensi, dan agar menjadikan Karya
tulis ini bermanfaat bagi pendidikan agar menambah literatur perpustakaan dalam
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Analisis Ners ini
hipertensi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan
sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau
lebih besar dari 90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan
sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolic 90
6
7
2.1.2 Etiologi
risiko yang dibagi menjadi penyebab hipertensi. Faktor risiko tersebut di bedakan
menjadi 2 yaitu,ada faktor risiko yang dapat diubah dan ada faktor risiko yang
keturunan/genetik, ciri dari perseorangan (umur, jenis kelamin dan ras) serta
a) Umur
paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.
snagat wajar. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah, dan hormon. Namun jika perubahaan ini disertai dengan
usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang
Sari, 2014).
b) Jenis kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun
pada usia pertengahan dan lebih tua. Insiden pada wanita akan meningkat
sehingga pada usia di atas 65 tahun. Insiden pada wanita lebih tinggi
lebih banyak yang menderita hipertensi. Namun, hal ini akan terjadi
2006).
c) Keturunan (genetik)
jika hanya salah satu orang tua menderita hipertensi, maka kemungkinan
dapat mempengaruhi tekanan darah, namun pada pembahasan kali ini gen-
yang berperan dalam homeostasis natrium ginjal dan gen yang mengatur
ginjal yaitu WNK-1 (gen lysine- deficient protein kinase 1), SNNN1B
10
reabsorpsi natrium pada ginjal maka volume plasma dan cairan ekstrasel
intron 16 dan merupakan gen yang juga diduga berperan kuat dalam
homozigot II. Dengan bertambahnya kadar ACE dalam darah dan jaringan,
maka kadar Ang II (angiotensin II) juga meningkat. Dua pengaruh utama
11
berbagai daerah di tubuh dan penurunan ekskresi garam dan ginjal oleh air.
arteri. Angiotensin II juga berperan dalam reabsorpsi natrium dan air dari
a. Kebiasaan merokok
merangsang saraf simpatis sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan
darah segera setelahhisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap
12
Tiap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia, dan hampir
1.) Nikotin.
yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin
oksigen (Anonymus,2013).
13
2.) Tar.
ginjal. Darah harus di keluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi natrium
14
c. Obesitas
sistolik 5-20 mmHg.Maka dari itu dengan melakukan program diet sehat
d. Stres
tekanan darahnya akan naik lebih tinggi diatas normalnya. Hal ini
sementara waktu dan jika stres sudah hilang, maka tekanan darah akan
e. Alkohol
napas, detak jantung tidak teratur (aritmia), kelelahan, dan batuk terus
2014).
b. Sering gelisah.
c. Wajah merah.
e. Telinga berdengung.
f. Mudah marah.
g. Sukar tidur.
h. Sesak nafas.
j. Mudah lelah.
2.1.5 Patofisiologi
Menurut(Sciences,2019) mekanismeyangmengontrolkontriksidanrelaksasi
dilepaskannyanorefinefrinmengakibatkankontriksipembuluhdarah. Berbagai
darah terhadaprangsangvasokonstriktor.Individudengan
pembuluhdarahsebagairesponrangsangemosi,kelenjaradrenaljugaterangsangm
18
mensekresikortisoldansteroidlainnya,yangdapat
memperkuatresponvasokonstriktorpembuluhdarah.Vasokonstriksiyangmenga
kibatkanpenurunanalirandarahkeginjakeadaanhipertensi.
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana
rennin.
19
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relasasi otot polos
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
tahanan perifer.
20
2.1.6 Patway
21
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai rasa mual muntah, akibat
2. Pusing,lemas, kelelahan
4. Ayunan langkah yang yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat.
merusak jangka panjang pada pembuluh darah besar dan kecil dari
jantung, ginjal, otak, dan mata.Efek ini dikenal sebagai penyakit organ
target.
a. Laboratorium
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut. Dan pemeriksaan darah perifer
b. EKG
c. Foto Rontgen
Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea,
atau tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10%
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan
4) Olahraga Teratur
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan
tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress
(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga
melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah,
tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative
sebagaiberikut:
kegiatansantai.
c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikanbagiannya.
7.1.9 Penatalaksanaan
mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal
ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
25
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
vascular.
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan
kiri.Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
3. Olahraga
(Aspiani, 2016)
7.1.10 Komplikasi
1. Penyakit jantung
2. Ginjal
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang
3. Otak
27
diperdarahi berkurang.
4. Mata
pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah kaya oksigen dari jantung
kehilangan elastisitasnya.
2.2.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien.
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi
adalah :
a. Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
b. Riwayat kesehatan :
pelayanankesehatan.
28
melakukan pengkajian.
penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan
tanda dan gejala mayor dan minor yang sudah tercantum dalam buku
1. Subyektif :
topic.
B. Diagnosis Keperawatan
b. Rencana Keperawatan
Kode dx SDKI (D.0015) Kode SLKI Kode SIKI
D.0015 Perfusi perifer L. Setelah dilakukan I.02060 Pemantauan tanda vital
tidak efektif b.d 02011 intervensi keperawatan 2 Observasi
peningkatan x7 jam perfusi perifer 1. Monitor tekanan darah
tekanan darah meningkat dengan 2. Monitor
Kritria Hasil: nadi(frekuensi,kekuatan,Irama)
1. Denyut nadi perifer 3. Monitor suhu tubuh
meningkat(5)
2. Warna kulit pucat Terpeutik
menurun(5) 4. atur interval pemantauan
3. Nyeri ekstermitas sesuai kondisi pasien
menurun (5) 5. dokumentasikan hasil
4. Akral membaik(5) pemantauan
5. Tekanan darah Edukasi
sistolik membaik(5) 6. jelaskan tujuan dan prosedur
6. Tekanan darah diastolik pemantauan
membaik (5)
D.0077 Nyeri akut b,d L.08065 Setelah di lakukan I.09326 Terapi Relaksasi
30
Edukasi
7. anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
D.0111 Difisit L.12111 Setelah di lakukan I. 12383 Edukasi kwswhatan
pengetahuan b.d tindakan keperawatan Observasi
kurang terpapar selama 2x24 jam maka 1. identifikasi kesiapan dan
informasi tingkat pengetahuan kemampuan menerima informasi
meningkat dengan 2. identifikasi factor-faktor yang
Kriteria Hasil: dapt meningkatkan dan
1. perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
2. verbalisasi minat dalam Terapeutik
belajar meningkat 3. sediakan materi dan media
3. menjalani pemeriksaan pendidikan kesehatan
yang tidak tepat 4. jadwalkan pendidikan
menurun kesehatan sesuai jatwal
4. perilaku membaik 5. berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
6. jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
33
2.2.4 Evaluasi
pasien terhadap intervensi yang telah dilakukan.Evaluasi ini terdiri dari dua
tingkat yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif atau
biasa juga dikenal dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang
sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap
2.3 KonsepLansia
Lansia atau manua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
usia meliput:
(elderly), kelompok 60-74 tahun. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
dan lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun
berikut:
35
Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun,
lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih, lansia potensial, lansia yang
menghasilkan barang atau jasa, lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya
atau tidak bisa mencari nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada
orang lain.
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual
(Kholifa, 2016).
a. Perubahan fisik
1) Sistem indera
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit di mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas
60 tahun.
2) Sistem integumen
Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
3) Sistem muskuloskeletal
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai
Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
7) Sistem perkemihan
8) Sistem saraf
38
9) Sistem reproduksi
b. Perubahan kognitif
merupakan proses penuaan yang normal seperti: memory (daya ingat, ingatan),
c. Perubahan mental
d. Perubahan spiritual
semakin matang (mature) dal am kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
e. Perubahan psikososial
sebagai berikut:
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
40
2). Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apa lagi jika pasa masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
4). Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
5). Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada lansia tipe ini
a. Masalah ekonomi
secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun
b. Masalah sosial
bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil.
c. Masalah kesehatan
kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan
terhadap penyakit.
d. Masalah psikososial
Proses menua atau aging adalah proses alami pada manusia yang disertai
kesehatan secara umum dan kesehatan mental secara khusus, serta masalah lain
pada lansia.
Populasi rentan menurut Flaskrud dan Winslow (1998 dalam & Lancaster,
kronologis meliputi tua muda yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai
74 tahun, setengan tua yaitu kelompok lansia yang berusia 75 tahun sampai
43
85 tahun, atau tua atau sangat tua yaitu kelompok lansia yang telah berusia
lansia banyak yang bersifat kronik yang berhubungan dengan genetik gaya
3. Secara social
Menurut teori Cumning dan Henry (1961 dalam Miller 2012) menyatakan
bahwa semakin tua seseorang tidak akan terlibat secara emosional degan
duania sekitar, sehingga lansia akan melepaskan diri. Lansia juga menjadi
rentan secara social karena dapat mengalami stress social dan hal ini akan
4. Secara ekonomi
Proses penuaan atau kondisi kesehatan yang kurang baik pada lansia,
lansia yang semula bekerja harus berhenti bekerja atau lansia yang harus
2.4.1 DefinisiSeledri
(Soeryoko,2015).
sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan
sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang. Manitol dan apiin bersifat
pada sel darah, membersihkan dan membuang simpanan lemak tubuh yang
Tanaman yang tinggi khasiat dan mudah dijangkau yaitu daun seledri
protein, kalsium, garam fosfat, vitamin A, vitamin B dan C. Batang dan daun
biji seledri mengandung apiin dan apigenin yang mempunyai efek sebagai
(Rahayu, 2017)
Darah
sistole rata-rata sebesar 19,5 mmHg dan diastole rata-rata sebesar 12,5 mmHg.
Hal ini diduga karena seledri memiliki kandungan senyawa yang dapat
degeratif dan berperan sebagai zat yang dapat membantu metabolisme lamak.
Flafanoit bertindak sebagai qwincer atau tenstabil oksigen singlet. Salah satu
flafanoit yang berkhasiat seperti itu adalah qwercetin. Senyawa ini beraktifitas
47
kepada radikal bebas beroksi agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut
darah.
tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai dengan penjelasan Wibowo (2019) bahwa
masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki otot-otot maka akan
pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan
B. Tujuan
a. Tujuaninstruksional Umum
seledri
b. Tujuaninstruksional khusus
C. Pelaksanaan
Persiapan lingkungan
a. Menyiapkan ruangan
b. Seting tempat
b. Air 100 cc
49
c. Saringan
d. Gelas
e. Sendok
Persiapan Peserta
a. Perkenalkan diri
b. Kontrak waktu
6. Minum air seledri sebelum dingin pada pagi hari dan sore hari
C. Penutup (5 menit)
D. Evaluasi
sudah dilakukan
50
demonstrasi.
BAB III
tangga, Ny F.T masuk ke UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut usia Budi Agung
Keterangan Genogram
51
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien Hipertensi(Ny. F. T)
terbatas.
1. Keadaan umum
klien kabur, sklera tidak ikterik, terdapat katarak, bentuk mata simetris
masih bisa merasakan asin,manis, dan pahit makan yang di makan, tidak
menggunakan gigi palsu, hidung tidak ada pembesaran sinus, tidak ada
sekret di hidung, tidak ada lesi, dan hidung simetris. Peraba kulit berwarna
coklat, tampak kering dan keriput, elastis, turgor kulit menurun, tidak
terdapat lesi, masih merasakan sentuhan atau suatu obyek yang disentuh.
3. Sistem pernafasan
simetris.Palpasi, tidak ada nyeri tekan pada dada pada saat menarik napas,
Frekwensi20x/mnt
4. Sistem kardiovaskular
hari apa klien dapat menyebut dengan benar. Orientasi orangklien dapat
6. Sistem gastrointestinal
panti, pola makan 3x sehari, dan juga ada snack pagi dan sore yang dapat di
53
7. Sistem musculoskeletal
bisa sendiri.
8. Sistem integument
inspeksi : kulit berwarna coklat, tampak kering dan keriput, elastis, tanpak
bersih, dan tidak ada lesi.Turgor kulit menurun, akral terabah hangat.
9. Sistem reproduksi, klien mengatakan pada saat setelah BAK dan BAB, alat
reproduksi dibersihkan dan juga saat mandi dan juga klien mengatakan
10.Sistem perkemihan
Pola 5x sehari, warna kuning jernih, bau khas urin, tetapi kadang lebih
Darah (Hipertensi).
1. Psikologis
tidak ada yang mengurusnya. Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan maka,
2. Sosial
klien mengatakan tidak suka kalau di marahi atau di kasari. Dan cara untuk
55
3. Budaya
4. Spiritual
baik-baik saja, karena di wisma Melati juga ada kegiatan ibadahnya. Apa
keyakinan klien tentang peristiwa / masalah kesehatan yang sekarang sedang
1. Orientasi
2. Registrasi Memori
Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama obyek tadi.
Nilai 1 untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi sampai lansia dapat
capai 3.
terbalik kata ”WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum
Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas (pertanyaan ke-3) Ny.F.T dapat
5. Bahasa
singkat tentang pikiran / perasaan secara spontan di bawah ini. Kalimat terdiri
bawah ini:
Total scor yang di capai Ny F.T dengan Scor tertinggi 30 dan scor yang di
capai 25
Interpretasi :
nama kecil ibu Anda?Ibu Siska. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
58
Kesalahan Total 1
Penilaian SPMSQ :
Nilai 1Mandi sendiri atau dibantu hanya pada satu bagian tubuh seperti
bagian punggung, area genital, atau ekstremitas yang tidak bisa digerakkan.Nilai
1Mengambil pakaian dari lemari dan laci dan memakainya sendiri tanpa
bantuan.Nilai 1 Bangun dari tempat tidur tanpa bantuan atau tanpa berpegangan
Penyiapan makan mungkin dilakukan oleh orang lain. Aktivitas (niali 1 atau o)
tergantung
Nama Ny.F.T
Usia : 71 tahun
a. Peralatan:
1. Sebuah stopwatch
2. Sebuah kursi
3. Meteran
b. Arahan:
duduk dan berjalan menuju garis yang sudah ditandai setelah tiba di garis
Sumber: Center for disease control and prevention (2014, telah dimodifikasi
sesuai penelitian Kiik, 2015).
VIII. Lembar observasi lingkungan tempat tinggal Lansia (Panti/ rumah)
kasur dari lantai lebih dari 20 cm? ya 1.Apakah kamar mandi/WC memiliki
pegangan? Tidak 1Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok?
berserakan di lantai? Tidak 1Total scor yang di capai Ny.F.T adalah ya 5 dan
tidak 5
Hasil observasi:
mendukung program
pengobatan yang
dijalani
Edukasi
2.4.5.7 Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
2.4.5.8 Informasikan manfaat
yang akan diperoleh
jika teratur menjalani
program pengobatan
2.4.5.9 Anjurkan keluarga
untuk mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani program
pengobatan
2.4.5.10 Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika
perlu
D.01 Risiko jatuh b/d L. Setelah di lakukan I. 14540 Pencegahan Jatuh
43 gangguan penglihatan 0541 tindakan 3x7 jam Obeservasi
yang d.d klien keperawatanmaka 1. identifikasi faktor risiko jatuh
mengatakan koordinasi pergerakan 2. identifikasi risiko jatuh
penglihatan klien dengan Kriteria Hasil: 3. identifikasi faktor lingkungan
kabur, pergerakan klien 1. Kekuatan otot yang meningkatkan risiko
terbatas, gerakan meningkat jatuh
berkurang, kecepatan 2. Kontrol gerakan 4. hitung risiko jatuh dengan
gerak pelan, meningkat menggunakan skala
pergerakan klien 3. Keseimbangan 5. monitor kemampuan
terbatas. (D. 0143). gerakan meningkat berpindah dari tempat tidur
64
hari)
4. Mendokumentasikan
aktivitas selama menjalani
proses pengobatan
(melakukan pemeriksaan TD
sebelum dan sesudah
mengkonsumsi rebusan daun
seledri dan di
dukumentasikan hasil
pemeriksaan)
5. Mendiskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
08.40 menghambat berjalannya
program pengobatan (klien
mengatakan kadang lupa
mengkonsumsi rebusan daun
seledri)
6. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program
pengobatan yang dijalani
(meminta penjaga panti
untuk mengingkatkan klien
agar tidak lupa
mengkonsumsi rebusan daun
seledri
7. Mengi nformasikan program
pengobatan yang harus
dijalani (memberitahukan
kepada klien cara
08.50
mengkonsumsi rebusan daun
seledri)
8. Menginformasikan manfaat
yang akan diperoleh jika
teratur menjalani program
67
pengobatan (menjelaskan
pada klien manfaat dari
minum rebusan daun seledri)
9. Menganjurkan keluarga
untuk mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani program
pengobatan
(memberitahukan penjaga
09.00 panti untuk mengikatkan
klien )
10. Menganjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika
perlu (memebritahunkan
klien jika merasa kurang
sehat pergi kedokter)
2. Risiko jatuh b/d 08.30 1. Mengidentifikasi faktor risiko S: klien mengatakan penglihatan
gangguan penglihatan jatuh(karena penglihatan klien kabur, pergerakan klien
yang d.d klien klien kabur) terbatas.
mengatakan 2. Mengidentifikasi risiko jatuh O: gerakan klien terbatas,
penglihatan klien (klien mengatakan kalau gerakan berkurang, kecepatan
kabur, pergerakan klien lantai licin) gerak pelan, gerakan klien
terbatas, gerakan 3. Mengidentifikasi faktor terbatas.
berkurang, kecepatan lingkungan yang A: masalah belum teratasi
gerak pelan, meningkatkan risiko jatuh P: intervensi 1-17 di lanjutkan
pergerakan klien (klien mengatakan
terbatas. (D. 0143). lingkugannya terang)
4. Menghitung risiko jatuh
dengan menggunakan skala
(klien mengatakan belum
perna jatuh)
5. Memonitor kemampuan
68
15.Manjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
17. Menganjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri (klien keoperatif)
18.Mengajarkan cara
menggunakan bel pemanggil
untuk memaggil perawat
09.00
4. Mendokumentasikan aktivitas
selama menjalani proses
09.30 pengobatan (melakukan
pemeriksaan TD sebelum dan
sesudah mengkonsumsi rebusan
daun seledri dan di
dukumentasikan hasil
pemeriksaan)
5. Mendiskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
71
menghambat berjalannya
program pengobatan (klien
mengatakan kadang lupa
mengkonsumsi rebusan
daunseledri
6. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program
pengobatan yang dijalani
(meminta penjaga panti untuk
09.40 mengingkatkan klien agar tidak
lupa mengkonsumsi rebusan
daun seledri
7. Mengi nformasikan program
pengobatan yang harus dijalani
(memberitahukan kepada klien
cara mengkonsumsi rebusan
daun seledri)
8. Menginformasikan manfaat
yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
(menjelaskan pada klien
manfaat dari minum rebusan
09.45 daun seledri)
9. Menganjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan
(memberitahukan penjaga panti
untuk mengikatkan klien )
10. Menganjurkan pasien dan
keluarga melakukan konsultasi
ke pelayanan kesehatan
terdekat, jika perlu
(memebritahunkan klien jika
72
licin)
3. Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang meningkatkan
risiko jatuh (klien mengatakan
lingkugannya terang)
4. Menghitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (klien
09.30
mengatakan belum perna jatuh)
5. Memonitor kemampuan
berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda(klien mengatakan
masih bisa berjalan dengan
meraba-raba)
6. Mengorientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
7. Memastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci. (klien
09.40
mengatakan tidak pake kursi
rodah)
8.Memasang handrall tempat tidur
(klien tidak menggunakannya,
klien menggunakan tempat tidur
kayu)
9. Mengatur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah (posisi
tempat tidur klien sudah pas)
8. Menginformasikan manfaat
yang akan diperoleh jika
teratur menjalani program
pengobatan (menjelaskan
pada klien manfaat dari
minum rebusan daun seledri)
09.45 9. Menganjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan
(memberitahukan penjaga
panti untuk mengikatkan
klien)
10. Menganjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika perlu
(memebritahunkan klien jika
merasa kurang sehat pergi
kedokter)
10.00
2. Risiko jatuh b/d Sabtu 09.00 S: klien mengatakan penglihatan S: klien mengatakan
gangguan 3/9/22 klien kabur, pergerakan penglihatan klien kabur,
penglihatan yang klientidak terbatas. pergerkan klien sudah
82
menggunakannya, klien
menggunakan tempat tidur
09.40 kayu)
9. Mengatur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah (posisi
tempat tidur klien sudah pas)
10. Menempatkan klien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station (tempat tidur klien
terjangakau dari penjaga
09.45 wisma)
11. Mengunakan alat bantu berjalan
(klien mengatakan tidak
menggunakannya karena masih
bisa berjalan tampa alat bantu)
12. Mendekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
13. Menganjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
14. Meganjurkan menggunakan
10.00 alas kaki yang tidak licin
15. Manjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
17. Menganjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri (klien keoperatif)
18. Mengajarkan cara
menggunakan bel pemanggil
untuk memaggil perawat
84
BAB IV
PEMBAHASAN
Secara garis besar UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Budi Agung
wisma lain di tempati oleh lansia wanita dan 1 wisma ditempati oleh lansia yang
berkeluarga. Setiap wisma mempunyai 5/7 kamar yang akan ditempati 7/8 orang
penerima manfaat dengan satu pengasuh dan setiap kamar ditempati oleh 2
manfaat adalah pegawai negeri sipil yang berjumlah 18 orang termasuk pekerja
Lansia yang disantun di UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Budi Agung
Kupang adalah lansia yang terlantar atau diterlantarkan sehingga tidak dipungut
85
terlantar atau diterlantarkan dan miskin serta tidak mampu memenuhi kebutuhan
jasmani, rohani maupun sosial, bersedia secara individu ataupun keluarga untuk
disantun, sehat dan tidak mengidap penyakit menular atau masalah kejiwaan,
Lanjut Usia Budi Agung Kupang dilayani oleh seorang perawat dan 2 orang
dokter. Dan bekerja sama dengan Puskesmas Sikumana serta semua rumah sakit
yang berada di Kota Kupang. Selain melakukan pemerikasaan fisik dan kesehatan
pada lansia perawat juga memberikan ceramah atau penyuluhan kesehatan yang
dilakukan setiap hari selasa selain itu perawat juga memberiakan beberapa terapi
non farmakologi seperti terapi tertawa, senam otak (brain gims) dan hidro terapi
kesehatan pada lansia setiap hari sabtu dan pada situasi yang insidentil/dilakukan
faktor keturunan namun juga gaya hidup dan pola makan.Kondisi hipertensi
86
membuat Ny.F.Tselalu rutin menjaga pola makan dan gaya hidup Saat dilakukan
Hasil pengkajian yang peneliti dapatkan pada klien Berbagai upaya telah
adakan perkesmas dan posyandu lansia dengan tujuan untuk mengontrol kasus
hipertensi pada lansia. Tetapi dari hasil wawancara yang di peroleh dari penderita
karena itu penderita hipertensi mengalami stres yang di sebabkan harus minum
4.3 Analisis Pemberian Air Rebusan Seledri Dengan Konsep Dan Penelitian
Terkait
farmakologis. Salah satunya yang saya gunakan yaitu: Terapi pemberian rebusan
seledri. Pemberian daun seledri yang saya lakukan berdasarkan SOP sesuai
2,3 gram dengan 200 ml air matang selama 10-15 hingga tersisa ¾. Setelah dingin
air diminum pada pagi hari dan sore hari selama 7 hari dalam seminggu. Tekanan
konsumsi makanan yang kaya akan sayur dan terapi herbal. Terapi herbal dapat
non-farmakologi saat diminati oleh masyarakat karena dinilai lebih aman dan
tidak memiliki efek samping dari pada penggunaan obat yang mengandung kimia.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh oktovia, dkk (2017) dijelaskan
bahwa pemberian rebusan seledri pada penderita hipertensi selama 3 hari dua kali
sehari, rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan air rebusan
seledri adalah 160/90 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik
Melalui Pemberian Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Pada
perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak diberikan air rebusan
seledri dengan kelompok yang diberikan air rebusan seledri dengan selisih rerata-
19,56 mmHg untuk kelompok perlakuan dan 4,24 mmHg untuk menurunkan
kelompok kontrol. Sehingga dapat dinyatakan bahwa air rebusan seledri dapat
dijadikan alternatif lain selain obat untuk untuk menurunkan tekanan darah tinggi,
88
perubahan yang terjadi pada penderita hipertensi oleh air rebusan seledri karena
terdapatnya kandungan pada daun seledri yang dapat menurunkan tekanan darah.
penurunan tekanan darah pada Ny.F.T dengan memberikan terapi rebusan daun
seledri selama 3 hari, Ny.F.T dapat mengkonsumsi rebusan daun seledri pagi dan
sore hari dapat dilakukan secara mandiri. Daun rebusan seledri diberikan pada
pagi dan sore hari sesuai dengan SOP dan kebutuhan klien sehingga masalah
hanya mengkonsumsi obat akan tetapi bisa menggunakan terapi non farmakologis.
salah satunya yang saya gunakan yaitu: Terapi senam hipertensi yang saya
memberikan senam <4 menit sebanyak 2 kali dalam 7 hari. Sebelum memberikan
senam saya mengukur tekanan darah yaitu 150/100 mmhg setelah selesai senam
saya mengobservasi <5 menit setelah selesai senam untuk mengkur kembali
tekanan darah, terbukti bahwa selama 2 kali pemberian terapi senam hipertensi
tekanan darah pasien yang awalanya 150/100 menurun menjadi 140/90 mmhg.
89
mempunyai sikap yang buruk dalam menjalani diet hipertensi hal tersebut di
Penilitian ini sejalan (Ni Negah Mini, 2014) Pengaruh Pemberian Rebusan
dahulu memeriksa tekanan darah pasien lalu melakukan terapi selama 3 hari
pemberian rebusan daun seledri pada lansia penderita hipertensi, setelah itu
melakukan observasi kembali. Dan terbukti bahwa rerapi reubusan daun seledri
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Evidance Based Nursing pada Ny.F.T dengan hipertensi diwisma mawar UPT
1) Pada Pengkajian Keperawatan Kepada Ny.F.T selama 2 hari yaitu didapatkan yang
pertama: klien mengatakan pusing, sakit kepala, dan leher bagian belakang tegang.
Tampak warna kult pucat, akral teraba dingin, sistol dan diastol meningkat,
pasien terbatas.
2) Pada Diagnosis Keperawatan Kepada Ny.F.T didapatkan hasil pertama yaitu risiko
perfusi tidak efektif berbungan dengan peningkatan tekanan darah ditandai dengan
klien mengatakan pusing, sakit kepala, dan leher bagian belakang tegang, tampak
warna kult pucat, akral teraba dingin, sistol dan diastol meningkat, tekanan darah
85
86
dan SIKI (I.12361) (I.14540) dan juga menggunakan Evidance Based Nursing
Terapi pemberian air rebusan seledri dan alternatif pemberian daun salam.
tekanan darah ditandai dengan klien mengatakan pusing, sakit kepala, dan leher
bagian belakang tegang, tampak warna kult pucat, akral teraba dingin, sistol dan
pengaruh pemebrian air rebusan seledri 2 kali sehari yaitu dipagi hari dan sore
hari. Ny.F.T mampu melakukan dengan baik dan benar tentang cara
5.2 Saran
1. Bagi Lansia
2. Bagi Panti
3. Bagi Penulis
4. Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA