Anda di halaman 1dari 105

i

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI MELALUI


PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA NY F.T DI UPT KESEJAHTERAAN SOSIAL
LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH
HUGOLARIS PANTOLA
NIM: 67102821

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI MELALUI
PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA NY F.T DI UPT KESEJAHTERAAN SOSIAL
LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH
HUGOLARIS PANTOLA
NIM: 67102821

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar

Nama : Hugolaris Pantola

NIM : 67602821

Tanda Tangan :

Tanggal : 22 Oktober 2022

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

KIAN ini diajukan oleh:

Nama : Hugolaris Pantola


Nim : 67102821

Program Studi : Profesi Ners

Judul KIAN : Analisis Asuhan Keperawatan Hipertensi melalui


Pemberian Air Rebusan Seledri Untuk Menurunkan
Tekanan Darah pada Ny F.T di UPT Kesejahteraan Sosail
Lanjut Usia Budi Agung kupang

Telah disetujui oleh pembimbing dan diterima sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program StudiProfesi Ners,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang pada tanggal 22Oktober 2022

PEMBIMBING

Ns. Stefanus Mendes Kiik, M.Kep., Sp.Kep.Kom


NIDN.0828058401

iv
LEMBAR PENGESAHAN

KIAN ini diajukan oleh :


Nama : Hugolaris Pantola
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIAN : Analisis Asuhan Keperawatan Hipertensi Memalui
Pemberian Air Rebusan Seledri Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Ny.F.T Di UPT Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia Budi Agung Kupang

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagianpersyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada
Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang
pada tanggal

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Rudolof Nino Selan, S.Kep., M.Kes


NIDN. 0825128201

Pembimbing : Ns. Stefanus Mendes Kiik, M.Kep., Sp.Kep.Kom


NIDN.0828058401

Mengetahui

Ketua STIKes Maranatha Kupang Ketua Program Studi Profesi Ners

Ns. Stefanus M Kiik, M.Kep., Sp.Kep.Kom Ns. Ni Made Merlin, S.Kep., M.Kep
NIDN.0828058401 NIDN.0803099201
 

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat rahmat dan karunia-Nya, maka saya dapat menyelesaikan KIAN
dengan judul “AnalisisAsuhan Keperawatan Hipertensi Melalui Pemberian
Pemberian Air RebusanSeledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Ny.F.T Di UPT Kesejahteraan Sosail Lanjut Usia Budi Agung Kupang”. dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini Saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ketua Yayasan Maranatha NTT, Bapak Alfred Selan atas dukunganya.
2. Stefanus M. Kiik, S.Kep.Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Ketua STIKes
Maranatha Kupang beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada STIKes
Maranatha Kupang.
3. Juandri S. Tusi,S.Kep.,M.Tselaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan Saya selama menyusun KIAN.
4. FrasitaFiah,S.Kep., M. Hkesselaku penguji yang telah memberikan masukan,
saran, untuk perbaikan penulisan KIAN ini.
5. Wakil ketua I, II,III STIKes Maranatha Kupang, yang telah memfasilitasi
kelancaran perkuliahan pada Program Studi Profesi Ners.
6. Ni Made Merlin, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Maranatha Kupang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Profesi Ners.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang mengabdi di STIKes Maranarha Kupang
yang telah dengan susah payah mengajar, membimbing, serta memotivasi
selama menjalani pendidikan di STIKes Maranarha Kupang.
8. Teristimewa kedua orangtua Saya, Istri Terkasih Saya serta om dan tanta, kaka
dan adik saya yang senantiasa memberikan cinta dan dukungannya selama ini.
9. Teman-teman angakatan IX profesi ners yang senantiasa memberikan dukungan
kepada penulis.

vi
10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat Saya sebut satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KIAN ini jauh dari sempurna
namun semoga KIAN ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan
bagi teman sejawat pada umumnya. Kritik, saran, arahan, dan koreksi yang bersifat
membangun dari pembaca akan memberikan perbaikan KIAN ini kemudian hari.

Kupang, Oktober 2022

Penulis

vii
ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap
denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa
oleh jantung dan fase diastolic 90 menunjukkan fase darah yang kembali
kejantung.Tujuan :penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan
gambaran pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hipertensi.Metode: pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan dengan hipertensi yaitu denganmenggunakan proses keperawatan
gerontik. Berdasarkan pengkajian didapatkan masalah risiko perfusi perifer tidak
efektif.Intervensi keperawatan dengan pemberian terapi air rebusan daun
seledri.Hasil: pemberian terapi air rebusan daun seledri yang diberikan kepada
pasien yang mengalami hipertensi menunjukan bahwa ada penurunan tekanan darah.
Kesimpulan danRekomendasi :pemberian intervensi terapi air rebusan daun seledri
dapat menurunkan tekanan darah, rekomendasi hasil karya ilmiah ini adalah
pemberian terapi air rebusan daun seledri dijadikan sebagai terapi untuk mengatasi
hipertensi.

Kata Kunci : terapi air rebusan daun seledri, penyakit hipertensi.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .....................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM.....................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN OROSINALITAS............................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................viii
DAFTAR ISI....................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................3
1.2.1 tujuan umum.....................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.................................................................................3
1.3 Manfaat.......................................................................................................4
1.4 Metode Penulisan........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5


2.1 Konsep Masalah Hipertensi .......................................................................5
2.1.1 pengertian hipertensi..........................................................................5
2.1.2 Etiologi...............................................................................................5
2.1.3 Tanda dan Gejala................................................................................6
2.1.4 Klasifikasih Hipertensi.......................................................................7
2.1.5 Patofisiologi.......................................................................................7
2.1.6 Patway................................................................................................9
2.1.7 Manifestasi Klinis..............................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................10
2.1.9 Komplikasi.........................................................................................11

ix
2.1.10 Penatalaksanaan ..............................................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................13
2.2.1 Pengkajian .......................................................................................13
2.2.2 Diagnosis Keperawatan....................................................................16
2.2.3 Rencana Keperawatan......................................................................16
2.2.4 Implementasi....................................................................................19
2.2.5 Evaluasi............................................................................................19
2.3 Konsep Lansia............................................................................................20
2.3.1 Pengertian Lansia.............................................................................20
2.3.2 Batasan Lansia..................................................................................20
2.3.3 Klasifikasih Lansia...........................................................................20
2.3.4 Perubahan pada Lanjut Usia.............................................................21
2.3.5 Permasalahan Lanjut Usia................................................................25
2.3.6 Konsep Lansia sebagai Populasi Berisiko atau Rentan ...................26
2.3.7 Karateristik Lansia sebagai Populasi Rentan....................................26
2.4 Konsep dasar Seledri..................................................................................28
2.4.1 Definisi Seledri.................................................................................28
2.4.2 Kandungan Seledri...........................................................................28
2.4.3 Manfaat Seledri untuk penyakit Hipertensi......................................29
2.4.4Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap
Penurunan Tekanan Darah........................................................................29
2.4.11 SPO Rebusan Daun Seledri............................................................30

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (SESUAI KASUS).........................33


3.1 Pengkajian...........................................................................................33
3.2 Diagnosis Keperawatan.......................................................................47
3.3 Analisa Data........................................................................................47
3.4 Intervensi Keperawatan.......................................................................48
3.5 Implementasi dan Evaluasi..................................................................51

x
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................70
4.1 Provil Lahan Praktek..........................................................................70
4.2 Analisis Masalah Keperawatan..........................................................71
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian
Terkait.................................................................................................71
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat di lakukan ....................................73

BAB V KESIMPULAN..................................................................................74
5.1 Kesimpulan ................................................................................................74
5.2 Saran ..........................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................76

xi
xii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah keadaan yang di tandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang berkaitan

dengan penurunan kemampuan untuk hidup (Ferry & Makhfudli,

2009).Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan

bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, 2014).

Namun, menurut WHO, batasan lansia dibagi atas: usia pertengahan (middle

age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia

tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

(Notoadmodjo,2011).

Populasi lansia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan

pertambahan lansia menjadi yang paling mendominasi apabila dibandingkan

dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok usia lainnya. Menurut

WHO, populasi lansia di Asia Tenggara sebesar 8 % atau sekitar 142 juta jiwa.

Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia akan terus meningkat hingga 3

kali lipat.Pada tahun 2000 didapatkan data jumlah lansia sekitar 5,300,000

(7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 terjadi peningkatan

jumlah lansia menjadi 24. 000. 000(9,77%)dari total populasi dan diperkirakan

pada tahun 2020 jumlah lansia akan terus meningkat hingga 28.800.000

(11,34%) dari total populasi.

1
2

Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur,

jumlah penduduk kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas) adalah sebanyak 350

ribu jiwa dengan variasi diantaranya untuk Kota Kupang sebanyak 200 ribu

jiwa, sementara kelompok lanjut usia di UPT Kesejahtraan Sosial Lanjut Usia

Di Kupang sebanyak 64 jiwa. Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur

harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Angka harapan

hidup di Kota Kupang tahun 2010- 2017 mengalami peningkatan, yakni dari

67,78 (BPS Kota Kupang, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah

berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih.Kondisi ini dapat menjadi berbahaya,

karena jantung di paksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga

bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan

gagal jantung (Willy, 2018).Hipertensi yaitu suatu keadaan dimana tekanan

systole ˃140 mmHg dan tekanan diastole ˃ 90 mmHg. Tujuan dari penelitian ini

untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny.F.Tdiagnosis medis hipertensi.

MenurutRiskesdastahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia mencapai

8,4% berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥18 tahun. Berdasarkan

hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi penderita hipertensi di

Indonesia adalah sekitar 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi

penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari

pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan
3

mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dariRiskesdastahun 2018 juga

mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita hipertensi

terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderira sekitar

44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran tekanan darah

di Indonesia.

Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah

tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600

juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008

(WHO, 2016).Menurut pengamatanDinas kesehatan Kota Kupang (NTT)

terhadap masyarakat, ditemukan penderita hipertensi sebanyak 35 % dari total

setiap populasi(Riskesdas, 2021). Kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan

(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data terbaru tahun 2022 yang diperoleh dari klinik UPT

Kesejahteraan Sosial Budi Agung di Kupang lansia berjumlah 68 orang dengan

laki-laki berjumlah 28 orang dan perempuan berjumlah 40 orang dan dimana

jumlah pasien hipertensi di UPT Kesejahteraan Sosial Budi Agung di Kupang

sebanyak 30 orang dengan laki-laki berjumlah 8 orang dan perempuan berjumlah

22 orang dengan masalah Hipertensi

Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan masalah Hipertensi. Asuhan keperawatan yang profesional

diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,


4

penetapan diagnosis, pembebuatan intervensi, implementasi keperawatan, dan

mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di UPT Kesejateraan Sosial

Lanjut Usia Budi Agung Kupang pada petugas kesehatan, mengatakan pasien

yang mengalami hipertensi dengan jumlah sebanyak 30 orang diantaranya laki-

laki 8 orang dan perempuan 22 orang maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian Pemberian Air Rebusan Saledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah

Pada Ny. F.T UPT. Panti Sosial Penyantun Lanjut Usia Budi Agung Di Wisma

Melati

1.2 Tujuan

1. Tujuan umum

Melaksanakan “Asuhan Keperawatan pada Ny.F.Tdengan hipertensi sesuai

proses keperawatan secara benar”.

2. Tujuan khusus

Melakukan Pengkajian, Merumuskan Diagnosis Keperawatan, Menyusun

Rencana Tindakan Keperawatan, Melaksanakan tindakan keperawatan,

Melakukan evaluasi dan Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun

saledri terhadap Ny. F. T dengan Asuhan Keperawatan Hipertensi.


5

1.3 Manfaat Penelitian

Diharapkan agar lansia mampu mengaplikasikan pada aktifitas sehari- hari,

dan bagi penanggung jawab panti agar dijadikan sebagai referensi untuk

mengembangkan ilmu dalam bidang keperawatan, penulis juga agar mengetahui

manfaat rebusan daun saledri pada kasus hipertensi, dan agar menjadikan Karya

tulis ini bermanfaat bagi pendidikan agar menambah literatur perpustakaan dalam

bidang keperawatan pada lansia.

1.4 Metode penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Analisis Ners ini

menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan studi kasus pada masalah

hipertensi
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Masalah Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah

memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan

darah diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017).

Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik

sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau

lebih besar dari 90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan

sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90

mmHg (NOC, 2015).

Hipertensi adalah salah satu penyakit pada gangguan kardiovaskuler

ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolic 90

mmHg.Peningkatan tekanan darah di sebabkan oleh karena penyempitan

pembuluh darah/arteriosk lerosis yang mengakibatkan perfusi jaringan menurun

dan berdampak kerusakan organ tubuh diantaranya infatk miokard, stroke,

gagal jantung dan gagal ginjal (Yonata & Pramata, 2016).

6
7

2.1.2 Etiologi

Hipertensi tidak dapat di ketahui penyebabnya namun ada beberapa faktor

risiko yang dibagi menjadi penyebab hipertensi. Faktor risiko tersebut di bedakan

menjadi 2 yaitu,ada faktor risiko yang dapat diubah dan ada faktor risiko yang

tidak dapat diubah. (Yulianti,2006 )

Menurut Aspiani (2016), penyebab hipertensi diantaranya karena faktor

keturunan/genetik, ciri dari perseorangan (umur, jenis kelamin dan ras) serta

kebiasaan hidup/gaya hidup seseorang (seperti konsumsi garam tinggi,

kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa,kebiasaan

merokok, minum alkohol dan obat-obatan).

Faktor faktor yang menyebabkan hipertensi:

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol

a) Umur

Penambahan usia dapat meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit

hipertensi.walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi

paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.

Meningkatnya tekanan darah sering dengan bertambhanya usia memang

snagat wajar. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung,

pembuluh darah, dan hormon. Namun jika perubahaan ini disertai dengan

faktor risiko lain bisa memicu terjadinya hipertensi.

Disebabkan semakin bertambahnya usia akan mengalami hilangnya

kelenturan arteri menyebabkan arteri menjadi kaku. Sehingga arteri tidak


8

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

karena itu setiap denyut jantungdipaksakan untuk melalui pembuluh darah

yang sempit dari pada biasanya sehingga menyebabkan peningkatan

tekanan darah.Insiden hipertensi makin meningkat dengan bertambanya

usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada

orang yang berusia 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri

coroner dan kematian premature (Yulianti, 2006.Tambayong, 2012 dalam

Sari, 2014).

b) Jenis kelamin

Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun

pada usia pertengahan dan lebih tua. Insiden pada wanita akan meningkat

sehingga pada usia di atas 65 tahun. Insiden pada wanita lebih tinggi

(Tambayong, 2012 dalam Sari, 2014).

Diantara orang dewasa dan setengah baya, ternyata kaum laki-laki

lebih banyak yang menderita hipertensi. Namun, hal ini akan terjadi

sebaliknya setelah berumur 55 tahun ketika sebagian wanita mengalami

menopause. Hipertensi lebih banyak dijumpai pada wanita (Yulianti,

2006).

c) Keturunan (genetik)

Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari

orangtua kita menderita penyakit hipertensi, sepanjang hidup kita memiliki


9

risiko terkena hipertensi sebesar 25%. Jika kemungkinan kedua orangtua

kita menderita hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit ini sebesar

60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi dikalangan orang kembar dan

anggota keluarga yang sama menunjukan ada faktor keturunan yang

berperan pada kasus tetrtentu. Namun, kemungkinan itu tidak selamanya

terjadi (Yulianti, 2006 ).

Adapun beberapa menurut penelitian oleh Henulili et al 2014, tentang

pola pewarisan penyakit hipertensi dalam keluarga mengemukakan bahwa

gen hipertensi bersifat dominan.Walaupun begitu menurut hukum Mendel,

jika hanya salah satu orang tua menderita hipertensi, maka kemungkinan

anaknya untuk tidak menderita hipertensi yaitu 50%.Pada penelitian ini,

hampir semua anak hanya mempunyai satu orangtua yang hipertensi.Maka

dari teori tersebut, diambil kesimpulan kebanyakan dari anak-anak dengan

salah satu orangtuanya hipertensi yang tidak hipertensi, alel dominan

hipertensi tidak diwariskan kepada mereka.

Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa banyak sekali gen yang

dapat mempengaruhi tekanan darah, namun pada pembahasan kali ini gen-

gen tersebut dikelompokkan menjadi: gen yang mengenkode sistem renin-

angiotensin (poilmorfisme I/D gen Angiotensinconverting enzyme), gen

yang berperan dalam homeostasis natrium ginjal dan gen yang mengatur

metabolisme steroid.Gen-gen yang berperan dalam homeostasis natrium di

ginjal yaitu WNK-1 (gen lysine- deficient protein kinase 1), SNNN1B
10

(amilorid-sensitive sodium channel), SCNN1G (gen subunit beta dan

gamma yang mengenkode 2 subunit ENaC channel sodium).Gen-gen

tersebut mempengaruhi pompa Na+ - K+ pada tubulus ginjal sehingga

meningkatkan retensi natrium dan air pada ginjal.Dengan meningkatnya

reabsorpsi natrium pada ginjal maka volume plasma dan cairan ekstrasel

meningkat.Dengan begitu, volume ekstrasel meningkat dan menyebabkan

peningkatan aliran darah balik vena ke jantung.Terjadilah peningkatan

curah jantung dan selanjutnya peningkatan tekanan arteri.Gen-gen yang

diduga berpengaruh pada metabolisme hormon steroid yaitu CYP11B2

(gen aldosteron synthase) dan NR3C2 (gen reseptor mineralokortikoid).

Gen-gen tersebut meningkatkan produksi aldosteron sehingga nantinya

akan meningkatkan retensi natrium di ginjal. Terjadi peningkatan curah

jantung dan selanjutnya tejadi peningkatan tekanan arteri. Polimorfisme

insersi/delesi dari gen ACE (angiotensin – converting enzyme)

dikarakteristikan dengan adanya atau hilangnya repeat sequence 28bp pada

intron 16 dan merupakan gen yang juga diduga berperan kuat dalam

mekanisme hipertensi. Polimorfisme gen tersebut menghasilkan 3

genotipe : II Homozigot, ID heterozigot, dan DD homozigot. Studi

menyatakan individu homozigot dengan alel D mempunyai konsentrasi

ACE yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu heterozigot ID atau

homozigot II. Dengan bertambahnya kadar ACE dalam darah dan jaringan,

maka kadar Ang II (angiotensin II) juga meningkat. Dua pengaruh utama
11

Angiotensin II dalam meningkatkan tekanan arteri yaitu vasokonstriksi di

berbagai daerah di tubuh dan penurunan ekskresi garam dan ginjal oleh air.

Dengan adanya vasokonstriksi di berbagai tempat, maka terjadi

peningkatan tahanan perifer total yang selanjutnya meningkatkan tekanan

arteri. Angiotensin II juga berperan dalam reabsorpsi natrium dan air dari

urin. Mekanisme terjadinya hipertensi sama dengan mekanisme hipertensi

oleh gen yang berperan dalam homeostasis natrium di ginjal.

2. Faktor yang dapat dirubahatau dikontrol

a. Kebiasaan merokok

Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang

terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding

arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak

(arterosklerosis).Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat

merangsang saraf simpatis sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta peran karbonmonoksida

yang dapat menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung

memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Conrad dan Miller (diikuti oleh Sitepoe, 2000)menyatakan bahwa

seseorang akan menjadi perokok melaluidorongan psikologisdan dorongan

fisiologis.Merokok merupakan salah satufactorrisiko terjadinya

hipertensi.Nikotindalam rokok merupakan penyebab meningkatnya tekanan

darah segera setelahhisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap
12

rokok, nikotin diserap olehpembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam

paru-paru dan diedarkan ke alirandarah. Hanya dalam beberapa detik

nikotin sudah mencapai otak.Otak bereaksiterhadap nikotin dengan

memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepasepinefrin (adrenalin).

Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah.

Tiap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia, dan hampir

200diantaranya beracun dan jenis yang dapat menyebabkan kanker bagi

tubuh. Racun utama pada rokok adalah sebagai berikut :

1.) Nikotin.

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin

merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan pada dosis tinggi

beracun.Nikotin bekerja secara sentral di otak dengan mempengaruhi

neuron dopaminergik yang akan memberikan efek fisiologis seperti

rasa nikmat, tenang dan nyaman dalam sesaat. Karbonmonoksida

(CO). Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang

terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen,

sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar oksigen udara

yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin

kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan

oksigen (Anonymus,2013).
13

2.) Tar.

Tar merupakan komponen padat asap rokok yang bersifat

karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga

mulut dalam bentuk uap padat. Setelahdingin, tar akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan

gigi, saluran pernafasan dan paru (Adiningsih,2012).

b. Konsumsi nutrium atau/garam

Mengkonsumsi asupan tinggi sodium dapat menjadi faktor

penting terjadinya hipertensi.Garam menyebabkan penumpukan cairan

didalam tubuh karena menarik cairan luar sehingga tidak keluar,

meningkatnya volume cairan tersebut menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan darah sehingga berdampak terhadap timbulnya

hipertensi (Petter, 2018).

Menurut P2ptm Kemenkes RI 2018 komsumsi garam berlebihan

akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu

keseimbangan cairan. Masuknya cairan kedalam sel akan mengeringkan

diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung memompa darah lebih

kuat yang akan berakibat meningkatnya tekanan darah. Peningkatan

tekanan darah berpengaruh pada peningkatan kerja jantung, yang

akhirnya akan meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dan

stroke.selain itu, komsusmsi garam yang tinggi dapat mengganggu kerja

ginjal. Darah harus di keluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi natrium
14

sifatnya mengikat banyak air, maka makin tinggi garam membuat

volume darah semakin tinggi sedangkan lebar pembuluh darah tetap,

maka aliran jadi deras, yang artinya tekanan dara semakin

meningkat.sehingga akan memnambah risiko hipertensi.

c. Obesitas

Memiliki berat badan yang melebihi batas normal (Obesitas)

akan mengakibatkan penyakit darah tinggi. Penyebab terjadinya

hipertensi pada kasus obesitas karena terjadi peningkatan volume

plasma dan curah jantung akan meningkatkan tekanan darah

(Sari,2014). Indeks masa tubuh (IMT) yang adalah 18, 5-24, 9

kg/m2.Penurunan berat badan 10 kg dapat menurunkan tekanan darah

sistolik 5-20 mmHg.Maka dari itu dengan melakukan program diet sehat

diharapkan dapat mengurangi faktor resiko hipertensi karena obesitas.

Kelebihan berat badan meningkatkan risiko seseorang terserang

penyakit hipertensi. Semakin besar masa tubuh, semakin banyak darah

yang dibutuhkan untuk pemasokan oksigen dan makanan ke jaringan

tubuh. Berarti, volume darah yang beredar melalui pembuluh darah

meningkat sehingga akan memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri.

Selain itu, obesitas dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan

kadar insulin dalam darah (Yulianti, 2006 ).


15

d. Stres

Seseorang yang sering mengalami stres secara terus menerus

tekanan darahnya akan naik lebih tinggi diatas normalnya. Hal ini

disebabkan karena saat stres terjadi peningkatan tahanan vaskuler

perifer, cardiac output dan merangsang aktivitas sistem saraf simpatis.

Bila stres berlangsung lama, dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk

sementara waktu dan jika stres sudah hilang, maka tekanan darah akan

kembali normal (Windani et al., 2019)

e. Alkohol

Mengomsusmi alkohol secara berlebihan dapat melemahkan otot

jantung. Akibatnya aliran darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu.

Alkohol bisa mengakibatkan kardiomiopato yang di tandai dengan sesak

napas, detak jantung tidak teratur (aritmia), kelelahan, dan batuk terus

menerus. Tak hanya itu, alkohol juga dapat meningkatkan resiko

serangan jantung, stroke, dan hipertensi. Alkohol dapat mempersempit

pembuluh darah, yang dapat berujung pada kerusakan pembuluh darah

dan organ dalam tubuh.

Hampir 5-20% kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat

konsumsi alkohol yang berlebihan. Mengonsumsi tiga gelas atau lebih

minuman beralkohol perhari dapat meningkatkan risiko terserang

hipertensi sebesar dua kali (Yulianti, 2006).


16

f. Lemak dalam diet

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi

yang akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol

tersebut akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama

kelamaan pembuluh darah akan tersumbat di akibatkan adanya plaque

dalam darah yang di sebut dengan aterosklerosis.

Lemak dalam diet meningkatkan risiko untuk mendapat hipertensi.

Diet tinggi lemak berkaitan dengan kenaikan tekanan darah (Hull,

2014).

2.1.3 Tanda dan Gejala

Gejala hipertensi yang mudah diamati antara lain:

a. Sakit kepala atau pusing.

b. Sering gelisah.

c. Wajah merah.

d. Tengkuk terasa pegal.

e. Telinga berdengung.

f. Mudah marah.

g. Sukar tidur.

h. Sesak nafas.

i. Rasa berat di tengkuk.

j. Mudah lelah.

k. Mata berkunang-kunang(Aspiani, 2016)


17

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 2008

Klafikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi (Stage 1) 140-159 Atau 90-99
Hipertensi (Stage 2) ≥ 160 Atau ≥100

2.1.5 Patofisiologi

Menurut(Sciences,2019) mekanismeyangmengontrolkontriksidanrelaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla diotak.Daripusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah

kordatoraks dan abdomen.Rangsanganpusat

vasomotordihantarkandalambentukimplus yang bergerak kebawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsangserabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannyanorefinefrinmengakibatkankontriksipembuluhdarah. Berbagai

faktor sepertikecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadaprangsangvasokonstriktor.Individudengan

hipertensisangatsensitifterhadapnorefinefrin,meskipun tidak diketahuidengan

jelas mengapa hal tersebut bisaterjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem

saraf simpatis merangsang

pembuluhdarahsebagairesponrangsangemosi,kelenjaradrenaljugaterangsangm
18

engakibatkan tambahan aktivitasvasokonstriksi.Medullaadrenal

mensekresikortisoldansteroidlainnya,yangdapat

memperkuatresponvasokonstriktorpembuluhdarah.Vasokonstriksiyangmenga

kibatkanpenurunanalirandarahkeginjakeadaanhipertensi.

Menurut(Price, 2016) dalam (Sciences, 2019) nyeri kepalaklien hipertens

idisebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi pada seluruh

pembuluhperifer.Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan

arteriolamenyebabkanpenyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah

menyempit maka aliran arteriakan terganggu. Jaringan yang terganggu akan

terjadi penurunan 02 ( oksigen) danpeningkatanCO2

(karbondioksida)kemudianterjadi menstimulasipeka nyerikapilerpada otak.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsagan vasokontriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sesitiv terhadap enorepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana

sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

emosi kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi.Korteks adrenal mensekresi kartisol dan steroid lainnya, yang

dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal mengakibatkan pelepasan ke

rennin.
19

Renin merangsang pembentukan agiotensin I yang kemudian diubah

menjadi agiotensin II, suatu vasokosntriktorkuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresialdosteronedan oleh korteksadrenal.Hormon ini

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi, perubahan tersebut meliputi aterosklirosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relasasi otot polos

pembuluh darah yang dalam gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah.Konsekuensinnya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan curah jantung dan

peningkatan tahanan perifer.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural

dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer.
20

2.1.6 Patway
21

7.17 Manifestasi klinis

Wijaya (2017), menyebutkan bahwa sebagian besar gejalah klinis yang

dapat timbul adalah :

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai rasa mual muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intracranial

2. Pusing,lemas, kelelahan

3. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

4. Ayunan langkah yang yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat.

5. Nuctoria akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glumerolus

6. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.Sebagai besar tanda dan gejalah hipertensi berasal dari efek

merusak jangka panjang pada pembuluh darah besar dan kecil dari

jantung, ginjal, otak, dan mata.Efek ini dikenal sebagai penyakit organ

target.

7.1.8 Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Permeriksaan Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim

ginjal, Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena

parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut. Dan pemeriksaan darah perifer

lengkap.Dan kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)


22

b. EKG

Pemeriksaan Hipertrofi ventrikel kiri, Iskemia atau infark miocard,

Peninggian gelombang P, Dan Gangguan konduksi.

c. Foto Rontgen

Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.

Pembendungan, lebar paru Hipertrofi parenkim ginjal Hipertrofi vascular

ginjal (Aspiani, 2016)

7.1.8 Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea,

2015), dengan cara sebagai berikut:

1) Mengurangi Konsumsi Garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam

dapur untuk diet setiap hari.

2) Menghindari Kegemukan (Obesitas)

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan normal

atau tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10%

dari berat badan normal.

3) Membatasi Konsumsi Lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah

tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan

terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama


23

kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh

nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat

kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.

4) Olahraga Teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi.Olahraga yang

dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan

isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda.Tidak

dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau

angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkanhipertensi.

5) Makan Banyak Buah dan Sayuran Segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.

Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu

menurunkan tekanan darah.

6) Tidak Merokok dan Minum Alkohol

7) Latihan Relaksasi dan Meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,

indah, dan menyenangkan.Relaksasi dapat pula dilakukan dengan

mendengarkan musik, atau bernyanyi.

8) Berusaha Membina Hidup yang Positif


24

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress

(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga

melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah,

tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative

tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif.

Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah

sebagaiberikut:

a. Mengeluargan isi hati dan memecahkan masalah

b. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk

kegiatansantai.

c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikanbagiannya.

d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.

e. Cobalah menolong orang lain

f. Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

7.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko

penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.Tujuan

terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140

mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal

ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
25

antihipertensi (Aspiani, 2016). Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan

cara pengobatan setara non-farmakologis, antara lain:

1. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-

obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki

keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan:

a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada

klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi

stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti

hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau

setara dengan 3-6 gram garam per hari.

b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya

belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan

vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding

vascular.

c. Diet kaya buah dan sayur

d. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

2. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan

mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja

jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa

obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel


26

kiri.Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk

menurunkan tekanan darah.

3. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

4. Memperbaiki gaya hidup yang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi

efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan

aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

(Aspiani, 2016)

7.1.10 Komplikasi

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):

1. Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.

2. Ginjal

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan

mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga

menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus, protein

akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang

dan menyebabkan edema.

3. Otak
27

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik.Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahi berkurang.

4. Mata

Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.

5. Kerusakan pada pembuluh arteri

pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah kaya oksigen dari jantung

ke seluruh tubuh. Seiring berjalannya waktu, arteri dapat mengeras sehingga

kehilangan elastisitasnya.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi

2.2.1 Pengkajian

A. Identitas Pasien.

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi

adalah :

a. Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,

nama penanggung jawab dan catatan kedatangan

b. Riwayat kesehatan :

1. Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau

pelayanankesehatan.
28

2. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat

melakukan pengkajian.

3. Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi adalah

penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan

pengkajian tentang riwayat minum obat klien.

4. Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada

yang menderita riwayat penyakit yang sama.

5. Data fisiologis, respirasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktifitas/istirahat,

neurosensori, reproduksi/seksualitas, psikologi, perilaku, relasional dan

lingkungan. Pada klien dengan ketidakpatuhan dalam katagori perilaku,

sub katagori penyuluhan dan pembelajaran perawat harus mengkaji data

tanda dan gejala mayor dan minor yang sudah tercantum dalam buku

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016), yaitu : Tanda dan gejala mayor

1. Subyektif :

a. Mengungkapkan minat dalam belajar.

b. Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic.

c. Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan

topic.

2. Obyektif : Perilaku sesuai dengan pengetahuan.


29

B. Diagnosis Keperawatan

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d tekanan darah tinggi.

2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia.

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan.

4. Risiko jatuh b.d kekuatan otot menurun.

5. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena

6. Risiko tinggi penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung

7. Difisit pengetahuan b/d kurangnya informasi.

b. Rencana Keperawatan
Kode dx SDKI (D.0015) Kode SLKI Kode SIKI
D.0015 Perfusi perifer L. Setelah dilakukan I.02060 Pemantauan tanda vital
tidak efektif b.d 02011 intervensi keperawatan 2 Observasi
peningkatan x7 jam perfusi perifer 1. Monitor tekanan darah
tekanan darah meningkat dengan 2. Monitor
Kritria Hasil: nadi(frekuensi,kekuatan,Irama)
1. Denyut nadi perifer 3. Monitor suhu tubuh
meningkat(5)
2. Warna kulit pucat Terpeutik
menurun(5) 4. atur interval pemantauan
3. Nyeri ekstermitas sesuai kondisi pasien
menurun (5) 5. dokumentasikan hasil
4. Akral membaik(5) pemantauan
5. Tekanan darah  Edukasi
sistolik membaik(5) 6.  jelaskan  tujuan  dan prosedur
6. Tekanan darah diastolik pemantauan
membaik (5)

D.0077 Nyeri akut b,d L.08065 Setelah di lakukan I.09326 Terapi Relaksasi
30

agen pencedera tindakan keperawatan Observasi


fisiologis(imflam selama 2x7 jam tingkat 1. dentifikasi penurunan tingkat
asi) nyeri menurun dengan energi, ketidakmampuan
Kriteria Hasil: berkonsentrasi, atau gejala lain
1. Keluhan nyeri menurun yang mengganggu kemampuan
(5) kognitif.
2. Meringis menurun(5) 2. Periksa ketegangan otot, frekuensi
3. Kesulitan tidur nadi,tekanan darah, dan suhu
menurun(5) sebelum dan sesudah latihan
4. Tekanan darah 3. Monitor respons terhadap terapi
membaik(5) relaksasi
5. Pola tidur membaik(5)
Terapeutik
4. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman jika memungkinkan
5.Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
Edukasi
6. Jelaskan tujuan,manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia(mis. Music,napas
dalam)
7. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
8. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
9. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih
10.Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis.napas dalam)
31

D.0143 Risiko jatu b.d L. Setelah di lakukan I.14540 Pencegahan jatuh


kekuatan otot 14138 tindakan keperawatan Observasi
menurun selama 2x24 jam maka 1. identifikasi factor risiko jatuh
risiko jatuh menurun 2. identifikasi risiko jatuh
dengan 3. identifikasi factor lingkungan
Kriteria Hasil: yang meningkatkan risiko jatuh
1. jatuh saat berdiri 4. hitung risiko jatuh dengan
menurun menggunakan skala (mis. fall
2. jatuh saat duduk morse scale, humpatty dumpty
menurun scale) jika perlu
3. jatuh saat berjalan Terapeutik
menurun 5. atur tempat tidur mekanis pada
4. jatuh saat di kamar posisi terendah
mandi menurun 6. gunakan alat bantu berjalan
5. jatuh saat membungkuk Edukasi
menurun 7. anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin

D.0056 Intoleransi L.05047 Setelah di lakukan I. 05178 Manajemen energi


aktivitas b.d tindakan keperawatan Observasi
kelemahan selama 2x24 jam maka 1. identifikasi gangguan fungsi
toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
meningkat dengan kelelahan
Kriteria Hasil: 2. monitor kelemaahan fisik dan
1. kemudahan dalam emosional
melakukan aktivitas 3. monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat 4. monitor lokasi dan ketidak
2. keluhan lelah menurun nyamanan dalam melakukan
3. perasaan lemah aktivitas
menurun Terapeutik
4. tekanan darah membaik 5. lakukan latihan rentang gerak
pasif dan aktif
6. berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
32

Edukasi
7. anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
D.0111 Difisit L.12111 Setelah di lakukan I. 12383 Edukasi kwswhatan
pengetahuan b.d tindakan keperawatan Observasi
kurang terpapar selama 2x24 jam maka 1. identifikasi kesiapan dan
informasi tingkat pengetahuan kemampuan menerima informasi
meningkat dengan 2. identifikasi factor-faktor yang
Kriteria Hasil: dapt meningkatkan dan
1. perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
2. verbalisasi minat dalam Terapeutik
belajar meningkat 3. sediakan materi dan media
3. menjalani pemeriksaan pendidikan kesehatan
yang tidak tepat 4. jadwalkan pendidikan
menurun kesehatan sesuai jatwal
4. perilaku membaik 5. berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
6. jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
33

2.2.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat

melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan

mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang

digunakan untuk melaksanaan intervensi (Kozier, 2016).

2.2.4 Evaluasi

Evaluasi dalam dokumentasi keperawatan mengharuskan perawat

melakukan pemeriksaan secara kritikal serta menyatakan respon yang dirasakan

pasien terhadap intervensi yang telah dilakukan.Evaluasi ini terdiri dari dua

tingkat yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif atau

biasa juga dikenal dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang

segera timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan.Sedangkan evaluasi

sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap

tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan

kearah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan.


34

2.3 KonsepLansia

2.3.1 Pengertian Lansia

Lansia atau manua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerukan yang

memnyebabkan penyakit degeratif misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes

melitus dan kaker (Nurahmani, 2012 dalam Mulyani 2019).

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti,2003 dalam Lestari 2019).

2.3.2 Batasan Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut

usia meliput:

Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.Lanjut usia

(elderly), kelompok 60-74 tahun. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun

dan lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

2.3.3 Klasifikasi Lansia

Depkes RI (2003) dalam Mulyani (2019) mengklasifikasikan lansia sebagai

berikut:
35

Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun,

lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih, lansia potensial, lansia yang

masih mampu melakukan pekerjaan atau melakukan kegiatan yang

menghasilkan barang atau jasa, lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya

atau tidak bisa mencari nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada

orang lain.

2.3.4 Perubahan pada lanjut usia

Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual

(Kholifa, 2016).

a. Perubahan fisik

1) Sistem indera

Sistem pendengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit di mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas

60 tahun.

2) Sistem integumen

Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan


36

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal

dengan liver spot.

3) Sistem muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan penghubung

(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai

pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat

mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:

jaringan kartilago pada pesendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,

sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah

progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan

terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati

adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan

osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan

fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia mengalami penuaan elastisitas

4) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa

jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga


37

perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan

jaringan ikat.Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin,

klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkonvensasi

kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan

pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan

terganggu dan kemampuan perenggangan torak berkurang.

6) Pencernaan dan metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,

indera pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar

menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tmpat

penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

7) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan.Banyak fungsi

yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem saraf
38

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia.Lansia mengalami penurunan koordinasi

dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

9) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan

uterus.Terjadi atropi payudara.Pada laki-laki masih dapat memproduksi

spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan

kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi

pada lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami

gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan

keterampilan berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan

merupakan proses penuaan yang normal seperti: memory (daya ingat, ingatan),

IQ (Intellegent Quotient), kemampuan belajar (Learning), kemampuan

pemahaman (Comprehension), pemecahan masalah (Problem Solving),

pengambilan keputusan (Decision Making), kebijaksanaan (Wisdom), kinerja

(Performance), dan motivasi.

c. Perubahan mental

Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental yaitu: Pertama-tama

perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

keturunan (hereditas), lingkungan, gangguan syaraf panca indera, timbul


39

kebutaan dan ketulian, gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan,

rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, dan perubahan kensep diri.

d. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

semakin matang (mature) dal am kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak sehari-hari.

e. Perubahan psikososial

Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi

dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik

(konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti

gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang

cekatan.Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan

aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa

perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia

sebagai berikut:

1). Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality), biasanya tipe ini

tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
40

2). Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apa lagi jika pasa masa

lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada

dirinya.

3). Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila kehidupan

keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi

jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan

merana, apa lagi jika tidak segera bangkit dari kedukaanya.

4). Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak

keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama

sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

5). Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang

lain atau cenderung membuat susah dirinya.

2.3.5 Permasalahan lanjut usia

Menurut Suardiman (2016), usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah

kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh lansia diantaranya:

a. Masalah ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa

pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Di sisi lain, usia lanjut


41

dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti

kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan

secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun

kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap

bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan membawa kelompok

lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga.

b. Masalah sosial

Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial,

baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. Kurangnya kontak

sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku

regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika

bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil.

c. Masalah kesehatan

Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah

kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan

terhadap penyakit.

d. Masalah psikososial

Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan

keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau

kemerosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak,

misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis.Hal itu biasanya bersumber


42

dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian

pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis.

2.3.6 Konsep lansia sebagai populasi berisiko atau rentan

Proses menua atau aging adalah proses alami pada manusia yang disertai

dengan penurunan kondisi fisik, psikologis maupun social yang saling

berinteraksi satu sama lain. Keadaan bahaya tersebut menimbulkan masalah

kesehatan secara umum dan kesehatan mental secara khusus, serta masalah lain

pada lansia.

Populasi rentan menurut Flaskrud dan Winslow (1998 dalam & Lancaster,

2010) mengatakan bahwa kerentanan merupakan hasil gabungan dari

keterbatasan sumber keadaan tidak sehat risiko factor.Populasi rentan adalah

polpulasi yang lebih besar kemungkinannya untuk mengalami masalah

kesehatan akibat paparan berbagai risiko dari pada populasi yang

lainnya(Stanhope & Lancaster, 2010).

2.3.7 Karateristik Lansia Sebagai Populasi Rentan

1. Rentan secara fisiolois

Secara fisiologis pada lansia semakin meningkat sesuai dengan usia

kronologis (Miller, 2012). Seseorang yang disebut lansia menurut umur

kronologis meliputi tua muda yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai

74 tahun, setengan tua yaitu kelompok lansia yang berusia 75 tahun sampai
43

85 tahun, atau tua atau sangat tua yaitu kelompok lansia yang telah berusia

85 tahun atau lebih (Miller 2012)

Lansia mengalami proses menua atau penuaan. Proses menua yaitu

terjadi suatu proses perubahan fisiologis sebagai konsekuensi fungsional

berupa proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mempertahankan struktur dab fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita, sehingga masalah kesehatan pada

lansia banyak yang bersifat kronik yang berhubungan dengan genetik gaya

hidup (Tukang giling, 2012: Stanhope & Lancaster, 2010).

2. Rentan secara psikologis

Lansia mengalami kemunduran fungsi psikologis berupa perubahan fungsi

psikososial. Lansia menghadirkan berbagai peristiwa dan kejadian

kehidupan yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang mungkin

menimbulkan stress (Tukang Giling, 2012). Stress yang berkepanjangan

dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan lansia.

3. Secara social

Menurut teori Cumning dan Henry (1961 dalam Miller 2012) menyatakan

bahwa semakin tua seseorang tidak akan terlibat secara emosional degan

duania sekitar, sehingga lansia akan melepaskan diri. Lansia juga menjadi

rentan secara social karena dapat mengalami stress social dan hal ini akan

mempengaruhi kesehatan lansia.


44

4. Secara ekonomi

Proses penuaan atau kondisi kesehatan yang kurang baik pada lansia,

menyebabkan lansia tidak dapat beraktifitas secara optimal, sehingga bagi

lansia yang semula bekerja harus berhenti bekerja atau lansia yang harus

masuk masa pension. Kondisi tersebut membuat lansia mengalami

penurunan penghasilan (Miller, 2012).Berdasarkan uraian tersebut, maka

dapat dikatakan bahwa karateristik lansia merupakan bagian dari populasi

rentan.Karateristik lansia sebagai populasi rentan dapat secara fisiologis,

psikologis, social dan ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan lansia.

2.4 Konsep Dasar Seledri

2.4.1 DefinisiSeledri

Seledri dikenal sebagai sayuran.Seledri berfungsi untuk memberi

kesegaran pada aneka masakan.Seledri juga memiliki banyak manfaat di bidang

pengobatan tradisional. Tanaman ini juga memiliki banyak kandungan, antara

lain: antioksidan, anti peradangan, betakaroten, falvovoid, kalium, saponin,

tannin, dan vitamin C (Suparni & Wulandari, 2021).

Dalam hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi, beberapa

kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan darah, antara

lain magnesium, pthalides, apigenin kalium dan asparagin. Magnesium dan


45

pthalides berperan melenturkan pembuluh darah. Apigenim berfungsi untuk

menecegah penyempitan tekanan darah tinggi. Kalium dan asparagin bersifat

diaretik, yaitu memperbanyak air seni sehingga volume drah berkuranf

(Soeryoko,2015).

2.4.2 Kandungan Seledri

Seledri (Apium Graveolens L) memiliki kandungan apigenin yang dapat

mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.Sedangkan

phthalides dapat mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh

darah.Apigenin mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh

darah membesar dan mengurangi tekanan darah.Apigenin juga berfungsi

sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan

kekuatan kontraksi jantung.Sehingga aliran darah yang terpompa lebih lebih

sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang. Manitol dan apiin bersifat

diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dalam darah

akan menurunkan tekanan darah(Huwae et al., 2021).

Magnesium yang terkandung dalam seledri bermanfaat memberi gizi

pada sel darah, membersihkan dan membuang simpanan lemak tubuh yang

berlebih, serta metabolisme yang menumpuk, sehingga mencegah terjadinya

aterosklerosis yang dapat menyebabkan kekauan pada darah yang akan

mempengaruhi resistensi vaskuler (Huwae et al., 2021)

2.4.3 Manfaat Seledri Untuk Penyakit Hipertensi


46

Tanaman yang tinggi khasiat dan mudah dijangkau yaitu daun seledri

(apium grafiolens) karena didalam saledri mengandung senyawa minyak atsiri

berupa apiol, bisabaloen, calamenen, chaphen, carvarcol, cuminal, b-

caryokhayllen, p-cymene, dihidrocarvon, elemen, elemicin, farnesen,

myristicin, ocimen, a-pinen, b-pinen, santalol, sendanolit, b-selinen, sesquit-

terpen asetat, terpinen, terpineol, thuyen, timol, tricylen, dan falerevenol,

protein, kalsium, garam fosfat, vitamin A, vitamin B dan C. Batang dan daun

biji seledri mengandung apiin dan apigenin yang mempunyai efek sebagai

vasodilator perifer yang berhubungan dengan penurun tekanan darah tinggi

(Rahayu, 2017)

2.4.4 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap Penurunan Tekanan

Darah

Menurut penelian (Gridche, dkk, 2021) hasil pengukuran tekaan darah

sesudah pemberian rebusan daun seledri, terjadi penurunan tekanan darah

sistole rata-rata sebesar 19,5 mmHg dan diastole rata-rata sebesar 12,5 mmHg.

Hal ini diduga karena seledri memiliki kandungan senyawa yang dapat

menurunkan hipertensi antara lain: flafanoit, apigenim, vitamin C, apiin, dan

kalsium. Menurut Lellwood at all (2019). Flafanoit dapat menghalau penyakit

degeratif dan berperan sebagai zat yang dapat membantu metabolisme lamak.

Flafanoit bertindak sebagai qwincer atau tenstabil oksigen singlet. Salah satu

flafanoit yang berkhasiat seperti itu adalah qwercetin. Senyawa ini beraktifitas
47

sebagai antiokidan dengan melepaskan atau menyumbangkan ion hidrogen

kepada radikal bebas beroksi agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut

menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah

mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh

darah.

Menurut (Junaidi, 2016) diketahui bahwa apigenin, yang terdapat

diseledri sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan

tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai dengan penjelasan Wibowo (2019) bahwa

apigenin yang tekandung didalam seledri bersifat fasidilator (melebarkan

pembuluh darah) dengan mekanisme penghambat kontraksi yang disebabkan

oleh pelepasan kalsium (mekanisme kerja seperti kalsium antagonis). Antagonis

kalsium berkerja dengan menurunkan tekanan darah dengan memblokade

masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki otot-otot maka akan

berkontraksi dengan menghambat kontraksi otot melingkari pembuluh darah,

pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan

tekanan darah akan menurun.

2.4.5 SOP Rebusan Daun Seledri

A. Pengertian :Merupakan salah satu bentuk terapi komplementer (herbal)

untuk mengatasi hipertensi, dimana daun seledri mengandung apigenin

yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan phthalides yang

dapat membuat rileks pembuluh darah, kandungan itulah yang mengatur


48

aliran darah yang memungkinkan pembuluh darah membesar/vasodilatasi

sehinga dapat mengurangi nilai tekanan darah.

B. Tujuan

a. Tujuaninstruksional Umum

Setelahmendapatkan informasi selama 1x20 menit, klien mampu

memahami tentang therapy herbal hipertensi dengan menggunakan daun

seledri

b. Tujuaninstruksional khusus

Setelah mendapatkan satuan acara prosedur, peserta mampu: Mengetahui

cara membuat obat tradisional untuk mengatasi penyakit hipertensi

dengan menggunakan seledri, mampu mendemonstrasikan cara

pembuatan therapy herbal untuk mengatasi hipertensi dengan seledri,

sebagai acuan untuk dapat melakukan pengobatan hipertensi di rumah

C. Pelaksanaan

A. Tahap Persiapan (5 menit)

Persiapan lingkungan

a. Menyiapkan ruangan

b. Seting tempat

Persiapan Alat & Bahan

a. Daun seledri 100 mg (± 5 tangkai daun seledri)

b. Air 100 cc
49

c. Saringan

d. Gelas

e. Sendok

Persiapan Peserta

a. Perkenalkan diri

b. Kontrak waktu

c. Menjelaskan maksud dan tujuan

B. Kegiatan Inti (20 menit)

1. Ambil daun seledri sebanyak 5 tangkai

2. Lalu cuci sampai bersih

3. Potong kasar seledri

4. Kemudian tambahkan air bersih 200 cc dan masukkan daun seledri

5. Rebus seledri sampai air rebusan seledri tinggal

6. Minum air seledri sebelum dingin pada pagi hari dan sore hari

sebanyak 70 ml setiap kali minum.

C. Penutup (5 menit)

Memberikan reward pada keluarga atas hasil karyanya

D. Evaluasi

a. Klien dapat menyebutkan kembali langkah-langkah prosedur pembuatan

therapy herbal dengan daun seledri

b. Klien mampu mendemonstrasikan kembali tentang therapy herbal yang

sudah dilakukan
50

c. Klien dapat mengikuti kegiatan dengan baik

d. Klien mengungkapkan manfaat yang dirasakan setelah melakukan

demonstrasi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN (HIPERTENSI)

A. ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

I. Data Umum Pasien

Ny.F.Tberumur 71 tahun beragama Kriten Protestan, alamat tinnggal

Kab Kupang.Pendidikan terakhir Tidak sekolah, pekerjaannya Ibu rumah

tangga, Ny F.T masuk ke UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut usia Budi Agung

Kupang pada tanggal 07-04-2021 di Wisma Melati.

GENOGRAM Buat 3 generasi (pasien di generasi 3)

Keterangan Genogram
51

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien Hipertensi(Ny. F. T)

Alasan utama datang ke Panti Sosial: klien mengatakan sendiri mau


44
untuk tinggal UPT Kesejahteraan SosialLanjutUsia Budi Agung di Kupang.

karena tidak memiliki kelurga yang mengurusnya.Keluhan utama saat ini

Klien mengatakan pusing, sakit kepaladan leher bagian belakang tegang,

penglihatan pasien kabur, tingkat aktivitas pasien menurun, pergerakan klien

terbatas.

Keluhan saat di kajiklien merasa pusing, leher bagian belakang tegang,

penglihatn pasien kabur.Riwayat kesehatan keluargaklien mengatakan ayah

klien mengalami penyakit hipertensi. Ny F.T mengatakan alergi makanan

yang berupa kacang-kacangan, sayur kankung dan ubi.

II. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Ny F.T Mengatakan tidak ada nyeri, Status giziGizi cukupberat badan

saat ini 60 kg Tinggi badan 155cmPersonal Hygine bersih.

2. Sistem persepsi sensori

Pendengaran Ny.F.T mengatakanpendengaran telinga kiri dan kanan masih

bisah mendengar dengan jelas dan tidak adagangguan pendengaran, bentuk

telinga simetris, telinga bersih.Penglihatan klien mengatakan penglihatan


52

klien kabur, sklera tidak ikterik, terdapat katarak, bentuk mata simetris

antara kiri dan kanan.Dan sitem Pengecap/Penghiduklien menagatakan

masih bisa merasakan asin,manis, dan pahit makan yang di makan, tidak

menggunakan gigi palsu, hidung tidak ada pembesaran sinus, tidak ada

sekret di hidung, tidak ada lesi, dan hidung simetris. Peraba kulit berwarna

coklat, tampak kering dan keriput, elastis, turgor kulit menurun, tidak

terdapat lesi, masih merasakan sentuhan atau suatu obyek yang disentuh.

3. Sistem pernafasan

Inspeksi bentuk dada simetris, penarikan dinding dada saat bernapas

simetris.Palpasi, tidak ada nyeri tekan pada dada pada saat menarik napas,

pengembang paru normal.Auskultasi, suara napas vesikuler,

Frekwensi20x/mnt

4. Sistem kardiovaskular

Auskultasi, bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 normal “lup-dup”Tekanan

darah 160/100 mmHg.Nadi85x/menit, Capillary Refill :≤ 3 detik

5. Sistem saraf pusat

Kesadarancomposmentis, orientasi waktusaat ditanya tanggal berapa dan

hari apa klien dapat menyebut dengan benar. Orientasi orangklien dapat

mengenalsemua teman di dalamwisma Melati

6. Sistem gastrointestinal

Nafsu makanklien mengatakan menghabisi makanan yang disediakan di

panti, pola makan 3x sehari, dan juga ada snack pagi dan sore yang dapat di
53

panti.Frekuensi3x sehari.Abdomen: ispeksisimetris, tidak ada

pembengkakan ataukembung, tidak terdapat lesi, Palpasi teraba lembek,

tidak terdapat nyeri tekan, Auskultasi bising usus 5x/mnt BABklien

mengatakan BAB lancar, 1x sehari, konsistensi padat, dengan bau khas.

7. Sistem musculoskeletal

Rentang gerak:klien dapat mengikuti garakan yang diajarkan,kemampuan

ADL, klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas sehari-harisecara

mandiri seperti makan, mandi, berpakian, berpindah, dan ke toilet masih

bisa sendiri.

8. Sistem integument

inspeksi : kulit berwarna coklat, tampak kering dan keriput, elastis, tanpak

bersih, dan tidak ada lesi.Turgor kulit menurun, akral terabah hangat.

9. Sistem reproduksi, klien mengatakan pada saat setelah BAK dan BAB, alat

reproduksi dibersihkan dan juga saat mandi dan juga klien mengatakan

tidak mengalami masalah pada bagian reproduksi.

10.Sistem perkemihan

Pola 5x sehari, warna kuning jernih, bau khas urin, tetapi kadang lebih

karena klien banyak minum air putih. Inkontinensiatidak mengalami

gangguan eliminasi urin.Data penunjang informasi yang didapat dari klinik

UPT Budi Agung Kupang (perawat) bahwa klien memiliki riwayat

hipertensi dari 5 tahun yang lalu dan mengonsumsi obat amlodipine.


54

Terapi yang diberikan: Air RebusanSeledri Untuk Menurunkan Tekanan

Darah (Hipertensi).

III. PSIKOSOSIO BUDAYA DAN SPIRITUAL

1. Psikologis

Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah Ny.F.T mengatakan saat

ada masalah klien merasa tidak tenang.ia mengatasi perasaan tersebutdengan

menenangkan diri dan mencoba diam agar mengontrol keadaan dengan

masalah yang ada.Rencananya setelah masalahnya terselesaikan Ny.F.T

mengatakan merasa legah setelah menyelesaikan masalahnya dan

tidakmengulaginya lagi, ia mengatakan tetap tinggal di wisma Melati karena

tidak ada yang mengurusnya. Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan maka,

ia mengatakan tidak tenang dan akan pikiran dengan masalah yangada.

Pengetahuan tentang masalah/penyakit yang ada, ia mengatakan mengetahui

bahwa dirinya memiliki riwayat darah tinggi dan merasakan keluhan-keluhan

kesehatan pada tubuhnya.

2. Sosial

Aktivitasatau peran di masyarakatklien mengatakan tidak mengikuti

kegiatan olaraga di aulah karena penglihatan pasien kabur, klien melakukan

aktivitas di wisma Melati saja.Kebiasaan di lingkungan yang tidak disukai,

klien mengatakan tidak suka kalau di marahi atau di kasari. Dan cara untuk
55

mengatasinya, klien mengatakan jika ada keributan klien lebih memilih

diam.Pandangan klien tentang aktifitas social dilingkungannya, klien

mengatakan senang saat berada dipanti karena banyak teman,banyakkegiatan

kerohanian dan juga kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal di panti.

3. Budaya

Budaya yang diikuti klien adalah budaya,klien mengatakan mengikuti

budaya timorKeberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti, tidak keberatan

cara mengatasi (jika keberatan), tidak ada

4. Spiritual

Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan, Ny.F.T mengatakan selalu

ibadah tiap hari.Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan, mengikuti

kegiatan ibadah di wismah Melati.Kegiatan ibadah yang saat initidak bisa

dilakukanpergi ke gereja.Dan perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan

ibadah tersebut, klien mengatakan tidak ada karena klien melaksanakan

ibadahnya di wisma Melati.

Upayauntuk mengatasi perasaan tersebut:klien mengatakkan perasaannya

baik-baik saja, karena di wisma Melati juga ada kegiatan ibadahnya. Apa

keyakinan klien tentang peristiwa / masalah kesehatan yang sekarang sedang 

dialami, klien mengatakan akan sembuh dari masalah-maslah kesehatan yang

di hadapi pasien, ia juga merasa kalau kliensudah lanjut usia.

IV. Format Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)


56

1. Orientasi

Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari), apa?Kita berada di

mana ? (negara), (propinsi), (kota), (rumah), (Wisma)Ny.F.T dapat menjawa

dengan benar dengan maka ia mendapatkan scor tertinngi 5 dan di capai 5.

2. Registrasi Memori

Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama obyek tadi.

Nilai 1 untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi sampai lansia dapat

menyebutkan dengan benar.Catat jumlah pengulangan-nya 3 dan scor yang di

capai 3.

3. Atensi dan Kalkulasi

Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut kurangkan

dengan 5 sampai pengurangan kelima (100 ; 95 ; 90 ; 85 ; 80 ; 75). Nilai 1

untuk tiap jawaban yang benar.Hentikan setelah 5 jawaban.AtauEja secara

terbalik kata ”WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum

kesalahan, missal ”UYAHW” scor 5 Ny F.T mencapai Scor 3.

4. Pengenalan Kembali (recalling)

Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas (pertanyaan ke-3) Ny.F.T dapat

scor tertinngi 3 dan scor yang di capai adalah 3.

5. Bahasa

Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat,misalpensil,

buku,Lansia diminta mengulangi ucapan perawat. namun, tanpa,

apabilaLansia mengikuti 3 perintah ambil kertas itu dengan tangan kanan


57

Anda, lipatlah menjadi dua, dan letakkan di lantaiLansia diminta membaca

dan melakukan perintah :Pejamkan mata Andalansia diminta menulis kalimat

singkat tentang pikiran / perasaan secara spontan di bawah ini. Kalimat terdiri

dari 2 kata (subyek dan predikat) :Lansia diminta menggambar bentuk di

bawah ini:

Total scor yang di capai Ny F.T dengan Scor tertinggi 30 dan scor yang di

capai 25

Interpretasi :

Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :

Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.

Skor 17-23: Kemungkinan terdapat gangguan kognitif.

Skor 24-30: Tak ada gangguan kognitif.

V. SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONAIRE (SPMSQ)

(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)

PertanyaanTanggal berapa hari ini?31-8-2022Hari apa sekarang ini?Rabu Apa

ni?Di wisma MelatiBerapanomor telepon Anda?Di wisma Melati (tidak ada

no tlp)Di mana alamat Anda? (Tanyakan bila tidak memiliki telepon)Berapa

umur Anda?71 tahun.Kapan Anda lahir?Tgl 09 Juni 1946.Siapa Presiden

Indonesia sekarang?Joko widodo.Siapa Presiden sebelumnya?SBY.Siapa

nama kecil ibu Anda?Ibu Siska. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
58

dari setiap angka baru semua secara menurun17-14-11-8-5-2.Jumlah

Kesalahan Total 1

Penilaian SPMSQ :

Pengisisan Benar 1, salah 0

1. Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 3-4 : Gangguan fungsi intelektual ringan

3. Kesalahan 5-7 : Gangguan fungsi intelektual sedang

4. Kesalahan 8-10 : Gangguan fungsi intelektual berat

Keterangan :fungsi intelektual klien utuh

VI. (Katz Index of Independence in Activities of Daily Living)

Nilai 1Mandi sendiri atau dibantu hanya pada satu bagian tubuh seperti

bagian punggung, area genital, atau ekstremitas yang tidak bisa digerakkan.Nilai

1Mengambil pakaian dari lemari dan laci dan memakainya sendiri tanpa

dibantu.Tali sepatu mungkin dibantu.Nilai 1 Pergi ke toilet, membuka dan

menutup pintunya, membuka pakaian dan membersihkan area genital tanpa

bantuan.Nilai 1 Bangun dari tempat tidur tanpa bantuan atau tanpa berpegangan

pada kursi.Nilai 1Mampu mengontrol BAB dan BAK secara mandiri.Nilai

1Mengambil makanan dari piring dan memasukkannya ke mulut tanpa bantuan.

Penyiapan makan mungkin dilakukan oleh orang lain. Aktivitas (niali 1 atau o)

mandiri di berikan nilai 1 dan di bantu nilainya 0


59

TOTAL NILAI = 3. 6 = Tinggi (Pasien mandiri) 0 = Rendah (Pasien sangat

tergantung

Sumber:Katz, Down, Cash, & Grotz (1970); Wallace, (2007)

VII. Lembar observasi risiko jatuh

“The timed up and go (tug) test”

Nama Ny.F.T

Usia : 71 tahun

a. Peralatan:

1. Sebuah stopwatch
2. Sebuah kursi
3. Meteran
b. Arahan:

Lansia memakai alas kaki yang biasa mereka gunakan sehari-hari.Lansia

duduk dengan tenang pada sebuah kursi yang memiliki sandaran.Buat

sebuah garis yang berjarak 3 meter dari tempat duduk lansia.

c. Instruksi kepada lansia:

Ketika saya mengatakan “mulai”Bapak/Ibu Harus : Berdiri dari tempat

duduk dan berjalan menuju garis yang sudah ditandai setelah tiba di garis

tersebut maka Bapak/Ibu harus berbalik,berjalan kembali ke tempat duduk

semula Lalu duduk kembali.Waktu mulai dihitung saat pemeriksa

mengucapkan “Mulai” dan berhenti ketika lansia duduk kembali.

Hasil observasi: ____11_____Detik

Risiko rendah : bila < 12 detik


60

1= Risiko Tinggi : bila ≥ 12 detik

Sumber: Center for disease control and prevention (2014, telah dimodifikasi
sesuai penelitian Kiik, 2015).
VIII. Lembar observasi lingkungan tempat tinggal Lansia (Panti/ rumah)

Apakah lampu yang digunakan adalah lampu pijar? Ya 1.Apakah ketinggian

kasur dari lantai lebih dari 20 cm? ya 1.Apakah kamar mandi/WC memiliki

pegangan? Tidak 1Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok?

Ya 1.Apakah terdapat kursi mandi? Tidak 1Apakah lantai licin? Ya 1.Adakah

undakan di rumah? Ya 1. Apakah ada tangga di rumah? Tidak 1.Apakah anda

menggunakan karpet atau tikar di rumah? Tidak 1.Apakah barang-barang

berserakan di lantai? Tidak 1Total scor yang di capai Ny.F.T adalah ya 5 dan

tidak 5

Hasil observasi:

Risiko rendah : bila < nilai mean (6,33)

1= Risiko Tinggi : bila ≥ nilai mean (6,33)

(Sumber: Minesotta Home assesment, Dimodifikasi oleh Stefanus Mendes Kiik,

Junaiti Sahar dan Heni Permatasari, 2015)


61

3.2 Analisa Data

No Data DS/DO Etiologi Masalah keperawatan


1. DS: klien mengatakan pusing, sakit Peningkatan Perfusi perifer tidak
kepala, dan leher bagian belakang tekanan darah efektif
tegang.
DO: warna kulit pucat,
Akraldingin sistolik dan diastolik
meningkat.
TD: 160/100 mmHg
S : 36oc
RR: 20 x/menit
Nadi : 85x/menit
2 DS: klien mengatakan penglihatan Gangguan Risiko jatuh
pasien kabur, pergerakan paien penglihatan
terbatas.
DO: gerakan klien berkurang,
kecepatan gerak berkurang,
pergerakan klien terbatas.

3.3 Diagnose Peperawatan


1. Perfusi perifer tidak efektif b.d Peningkatan tekanan darah (D.0015)
2. Risiko jatuh b/d gangguan penglihatan (D.0143)
62

3.4 Intervensi Keperawatan

Kode SDKI (D.0015) Kode SLKI Kode SIKI


dx
D.00 Perfusi perifer tidak L. Setelah dilakukan I.12361 Dukungan Kepatuhan Program
15 efektif b.d peningkatan 02011 intervensi keperawatan Pengobatan
tekanan darah yang d.d 3x7 jam maka perfusi Observasi
pusing, sakit kepala, perifer meningkat dengan 2.4.5.1 Identifikasih kepatuhan
leher bagian belakang Kritria Hasil: menjalani program
tegang, warna kulit 1. Denyutnadi perifer pengobatan
tampak pucat, meningkat Terpeutik
Akraldingin sistolik dan 2. Warna kulit pucat 2.4.5.2 Buat komitmen
diastolik meningkat. menurun menjalani program
TD: 160/100 mmHg 3. Nyeri ekstermitas pengobatan dengan baik
S : 36 c
o
menurun 2.4.5.3 Buat jatwal
RR: 20 x/menit 4. Akral membaik pendampingan keluarga
Nadi : 85x/menit 5. Tekanan darahsistolik  untuk bergantian
membaik menemani pasien selama
6. Tekanan darah diastoli menjalani program
k membaik pengobatan , jika perlu
7. Turgor kulit membaik 2.4.5.4 Dokumentasikan
aktivitas selama
menjalani proses
pengobatan
2.4.5.5 Diskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
menghambat
berjalannya program
pengobatan
2.4.5.6 Libatkan keluarga untuk
63

mendukung program
pengobatan yang
dijalani

Edukasi
2.4.5.7 Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
2.4.5.8 Informasikan manfaat
yang akan diperoleh
jika teratur menjalani
program pengobatan
2.4.5.9 Anjurkan keluarga
untuk mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani program
pengobatan
2.4.5.10 Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika
perlu
D.01 Risiko jatuh b/d L. Setelah di lakukan I. 14540 Pencegahan Jatuh
43 gangguan penglihatan 0541 tindakan 3x7 jam Obeservasi
yang d.d klien keperawatanmaka 1. identifikasi faktor risiko jatuh
mengatakan koordinasi pergerakan 2. identifikasi risiko jatuh
penglihatan klien dengan Kriteria Hasil: 3. identifikasi faktor lingkungan
kabur, pergerakan klien 1. Kekuatan otot yang meningkatkan risiko
terbatas, gerakan meningkat jatuh
berkurang, kecepatan 2. Kontrol gerakan 4. hitung risiko jatuh dengan
gerak pelan, meningkat menggunakan skala
pergerakan klien 3. Keseimbangan 5. monitor kemampuan
terbatas. (D. 0143). gerakan meningkat berpindah dari tempat tidur
64

4. Kecepatan gerakan ke kursi roda


membaik Terapeutik
6. orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga

7. pastikan roda temapat tidur


dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci.
8. orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
9. pasang handrall tempat tidur
10. atur tempat tidur mekanis
pada posisi terenah
11. tempatkan klien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
12. gunakan alat bantu berjalan
13. dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasih
14. anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
15. anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
16. anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
17. anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
18. ajarkan cara menggunakan
65

bel pemanggil untuk


memaggil perawat

3.5 Implementasi dan evaluasi


No Diagnosis Hr/tgl Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak Rabu 08.30 1. Meng identifikasi kepatuhan S: klien mengatakan kepala
efektif b.d peningkatan 31/8/20 menjalani program masih pusing, sakit kepala,
tekanan darah yang d.d 22 pengobatan (klien leher bagian belakang terasa
pusing, sakit kepala, mengatakan menjalani terapi tegang.
leher bagian belakang minum rebusan daun seledri O: warna kulit pucat, tekanan
tegang, warna kulit belum teratur setiap 2x darah sistolik dan diastolik
tampak pucat, sehari yaitu pagi dan malam meningkat, akral dingin,
Akraldingin sistolik dan hari) TTV: TD 160/100
diastolik meningkat. 2. Membuat komitmen N: 85x/mnt, S: 360c, RR:
TD: 160/100 mmHg menjalani program 20x/mnt.
S : 36oc pengobatan dengan baik A: Masalah keperawatan belum
RR: 20 x/menit (mengajak klien untuk teratasi
Nadi : 85x/menit meminum daun seledri P: Intervensi 1-10 di lanjutkan.
teratur setiap hari agar tensi
bisa turun)
3. Membuat jatwal
pendampingan keluarga
08.35
untuk bergantian menemani
pasien selama menjalani
program pengobatan, jika
perlu (meminta penjaga
wisma untuk mengingatkkan
klien untuk minum daun
rebusan seledri teratur setiap
66

hari)
4. Mendokumentasikan
aktivitas selama menjalani
proses pengobatan
(melakukan pemeriksaan TD
sebelum dan sesudah
mengkonsumsi rebusan daun
seledri dan di
dukumentasikan hasil
pemeriksaan)
5. Mendiskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
08.40 menghambat berjalannya
program pengobatan (klien
mengatakan kadang lupa
mengkonsumsi rebusan daun
seledri)
6. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program
pengobatan yang dijalani
(meminta penjaga panti
untuk mengingkatkan klien
agar tidak lupa
mengkonsumsi rebusan daun
seledri
7. Mengi nformasikan program
pengobatan yang harus
dijalani (memberitahukan
kepada klien cara
08.50
mengkonsumsi rebusan daun
seledri)
8. Menginformasikan manfaat
yang akan diperoleh jika
teratur menjalani program
67

pengobatan (menjelaskan
pada klien manfaat dari
minum rebusan daun seledri)
9. Menganjurkan keluarga
untuk mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani program
pengobatan
(memberitahukan penjaga
09.00 panti untuk mengikatkan
klien )
10. Menganjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika
perlu (memebritahunkan
klien jika merasa kurang
sehat pergi kedokter)
2. Risiko jatuh b/d 08.30 1. Mengidentifikasi faktor risiko S: klien mengatakan penglihatan
gangguan penglihatan jatuh(karena penglihatan klien kabur, pergerakan klien
yang d.d klien klien kabur) terbatas.
mengatakan 2. Mengidentifikasi risiko jatuh O: gerakan klien terbatas,
penglihatan klien (klien mengatakan kalau gerakan berkurang, kecepatan
kabur, pergerakan klien lantai licin) gerak pelan, gerakan klien
terbatas, gerakan 3. Mengidentifikasi faktor terbatas.
berkurang, kecepatan lingkungan yang A: masalah belum teratasi
gerak pelan, meningkatkan risiko jatuh P: intervensi 1-17 di lanjutkan
pergerakan klien (klien mengatakan
terbatas. (D. 0143). lingkugannya terang)
4. Menghitung risiko jatuh
dengan menggunakan skala
(klien mengatakan belum
perna jatuh)
5. Memonitor kemampuan
68

08.35 berpindah dari tempat tidur


ke kursi roda(klien
mengatakan masih bisa
berjalan dengan meraba-
raba)
6. Mengorientasikan ruangan
pada pasien dan keluarga
7. Memastikan roda tempat
tidur dan kursi roda selalu
dalam kondisi terkunci.(klien
mengatakan tidak pake kursi
rodah)
8. Memasang handrall tempat
tidur (klien tidak
menggunakannya, klien
menggunakan tempat tidur
kayu)
9. Mengatur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah (posisi tempat
08.40
tidur klien sudah pas)
10. Menempatkan klien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station (tempat tidur klien
terjangakau dari penjaga
wisma)
11. Mengunakan alat bantu
berjalan (klien mengatakan
tidak menggunakannya
karena masih bisa berjalan
tampa alat bantu)
12. Mendekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
69

13. Menganjurkan memanggil


perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
14. Meganjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
08.50

15.Manjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
17. Menganjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri (klien keoperatif)
18.Mengajarkan cara
menggunakan bel pemanggil
untuk memaggil perawat

09.00

3.6 CATATAN PERKEMBANGAN HARI PERTAMA


No Diagnosis Hr/tgl Jam Implementasi Evaluasi
1. Perfusi perifer tidak Kamis 09.00 S: klien mengatakan kepala masih S: klien mengatakan kepala
efektif b.d 01/9/22 pusing, sakit kepala, leher masih pusing, sakit kepala
peningkatan bagian belakang terasa tegang. berkurang, leher tegang
tekanan darah yang O:warna kulit pucat, tekanan darah bagian belakang
d.d pusing, sakit sistolik dan diastolik meningkat, berkurang.
kepala, leher bagian akral dingin, TTV: TD 160/100 O:warna kulit pucat, tekanan
belakang tegang, N: 85x/mnt, S: 36 c,
0
RR: darah sistolik dan diastolik
warna kulit tampak 20x/mnt. meningkat, akral dingin,
pucat, Akraldingin A: Masalah keperawatan belum TTV: TD 150/100
sistolik dan N: 80x/mnt, S: 36,20c, RR:
70

diastolik teratasi 18x/mnt.


meningkat. TD: P: Intervensi 1-10 di lanjutkan. A: masalah teratasi
160/100 mmHg S : I: Implementasi sebagian
36 c
o
RR: 20 1. Mengidentifikasih kepatuhan P: intervensi 1-10 di
x/menit Nadi : menjalani program pengobatan lanjutkan
09.10
85x/menit (klien mengatakan menjalani
terapi minum rebusan daun
seledri belum teratur setiap 2x
sehari yaitu pagi dan malam
hari)
2. Membuat komitmen menjalani
program pengobatan dengan
baik (mengajak klien untuk
meminum daun seledri teratur
setiap hari agar tensi bisa turun)
3. Membuat jatwal pendampingan
keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama
menjalani program pengobatan,
jika perlu (meminta penjaga
wisma untuk mengingatkkan
klien untuk minum daun rebusan
seledri teratur setiap hari)

4. Mendokumentasikan aktivitas
selama menjalani proses
09.30 pengobatan (melakukan
pemeriksaan TD sebelum dan
sesudah mengkonsumsi rebusan
daun seledri dan di
dukumentasikan hasil
pemeriksaan)
5. Mendiskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
71

menghambat berjalannya
program pengobatan (klien
mengatakan kadang lupa
mengkonsumsi rebusan
daunseledri
6. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program
pengobatan yang dijalani
(meminta penjaga panti untuk
09.40 mengingkatkan klien agar tidak
lupa mengkonsumsi rebusan
daun seledri
7. Mengi nformasikan program
pengobatan yang harus dijalani
(memberitahukan kepada klien
cara mengkonsumsi rebusan
daun seledri)
8. Menginformasikan manfaat
yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
(menjelaskan pada klien
manfaat dari minum rebusan
09.45 daun seledri)
9. Menganjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan
(memberitahukan penjaga panti
untuk mengikatkan klien )
10. Menganjurkan pasien dan
keluarga melakukan konsultasi
ke pelayanan kesehatan
terdekat, jika perlu
(memebritahunkan klien jika
72

merasa kurang sehat pergi


10.00 kedokter)
2. Risiko jatuh b/d Kamis 09.00 S: klien mengatakan penglihatan S: klien mengatakan
gangguan 1/9/22 klien kabur, pergerakan klien penglihatan klien kabur,
penglihatan yang terbatas. pergerkan klien sudah
d.d klien O: gerakan klien terbatas, gerakan mualai bergerak lagi.
mengatakan berkurang, kecepatan gerak O: gerakan terbatas, sudah
penglihatan klien pelan, gerakan klien terbatas. mulai banyak bergerak
kabur, pergerakan A: masalah belum teratasi lagi, kecepatan gerak
klien terbatas, P: intervensi 1-17 di lanjutkan masih pelan.
gerakan I: A: masalah teratasi
berkurang, 1. Mengidentifikasi faktor risiko sebagian
kecepatan gerak jatuh (karena penglihatan klien P: intervensi 1-18 di
pelan, pergerakan kabur) lanjutkan
klien terbatas. (D. 2. Mengidentifikasi risiko jatuh
0143). (klien mengatakan kalau lantai
licin)
3. Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang meningkatkan
09.10
risiko jatuh (klien mengatakan
lingkugannya terang)
4. Menghitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (klien
mengatakan belum perna jatuh)
5. Memonitor kemampuan
berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda(klien mengatakan
masih bisa berjalan dengan
meraba-raba)
6. Mengorientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
7. Memastikan roda tempat tidur
09.30
dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci. (klien
73

mengatakan tidak pake kursi


rodah)
8. Memasang handrall tempat tidur
(klien tidak menggunakannya,
klien menggunakan tempat tidur
kayu)
9. Mengatur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah (posisi
tempat tidur klien sudah pas)

09.40 10.Menempatkan klien berisiko


tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station (tempat tidur klien
terjangakau dari penjaga
wisma)
11. Mengunakan alat bantu berjalan
(klien mengatakan tidak
menggunakannya karena masih
bisa berjalan tampa alat bantu)
12.Mendekatkan bel pemanggil
09.45
dalam jangkauan pasien
13. Menganjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
14. Meganjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
15. Manjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
17. Menganjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri (klien keoperatif)
74

18. Mengajarkan cara


menggunakan bel pemanggil

10.00 untuk memaggil perawat

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KEDUA


No Diagnosis Hr/tgl Jam Implementasi Evaluasi
1. Perfusi perifer tidak jumat 09.00 S: klien mengatakan kepala pusing S: klien mengatakan kepala
efektif b.d 02/9/22 berkurang, sakit kepala pusing berkurang, sakit
peningkatan tekanan berkurang, leher bagian belakang kepala berkurang, leher
darah yang d.d tegang berkurang. tegang bagian belakang
pusing, sakit kepala, O: warna kulit kemerahan, tekanan berkurang.
leher bagian darah sistolik dan diastolik O: warna kulit kemerahan,
belakang tegang, menulai menurun, akralhangat, tekanan darah sistolik dan
warna kulit tampak TTV: TD 150/100 diastolik menurun, akral
pucat, Akraldingin N: 80x/mnt, S: 36,2 c, RR: 18x/mnt.
0
hangat, TTV: TD 150/100
sistolik dan diastolik A: Masalah keperawatan belum N: 80x/mnt, S: 36,20c, RR:
meningkat. TD: teratasi 18x/mnt.
160/100 mmHg S : P: Intervensi 1-10 di lanjutkan. A: masalah teratasi sebagian
36oc RR: 20 x/menit I: P: intervensi 1-10 di
Nadi : 85x/menit 1. Mengidentifikasih kepatuhan lanjutkan
09.10 menjalani program pengobatan
(klien mengatakan menjalani
terapi minum rebusan daun
seledri belum teratur setiap 2x
sehari yaitu pagi dan malam hari)
2. Membuat komitmen menjalani
program pengobatan dengan baik
(mengajak klien untuk meminum
75

daun seledri teratur setiap hari


agar tensi bisa turun)
3. Membuat jatwal pendampingan
keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama
09.30
menjalani program pengobatan,
jika perlu (meminta penjaga
wisma untuk mengingatkkan
klien untuk minum daun rebusan
seledri teratur setiap hari)
4. Mendokumentasikan aktivitas
selama menjalani proses
pengobatan (melakukan
09.40 pemeriksaan TD sebelum dan
sesudah mengkonsumsi rebusan
daun seledri dan di
dukumentasikan hasil
pemeriksaan)
11.Mendiskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
menghambat berjalannya
program pengobatan (klien
mengatakan kadang lupa
mengkonsumsi rebusan daun
seledri)
12. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program pengobatan
yang dijalani (meminta penjaga
panti untuk mengingkatkan klien
agar tidak lupa mengkonsumsi
09.45
rebusan daun seledri
13. Mengi nformasikan program
pengobatan yang harus dijalani
(memberitahukan kepada klien
76

cara mengkonsumsi rebusan


daun seledri)

10.00 14. Menginformasikan manfaat yang


akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
(menjelaskan pada klien manfaat
dari minum rebusan daun
seledri)
15. Menganjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program
pengobatan (memberitahukan
penjaga panti untuk mengikatkan
klien)
16. Menganjurkan pasien dan
keluarga melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat, jika
perlu (membritahukan klien jika
merasa kurang sehat pergi
kedokter)
2. Risiko jatuh b/d Jumat 09.00 S: klien mengatakan penglihatan S: klien mengatakan
gangguan 2/9/22 klien kabur, pergerakan klien penglihatan klien kabur,
penglihatan yang terbatas. pergerkan klien sudah
d.d klien O: gerakan klien terbatas, gerakan mualai bergerak lagi.
mengatakan berkurang, kecepatan gerak O: erakan terbatas, sudah
penglihatan klien pelan, gerakan klien terbatas. mulai banyak bergerak
kabur, pergerakan A: masalah belum teratasi lagi, kecepatan gerak
klien terbatas, P: intervensi 1-17 di lanjutkan masih pelan.
gerakan berkurang, I: A: masalah teratasi sebagian
kecepatan gerak 1. Mengidentifikasi faktor risiko P: intervensi 1-18 di
pelan, pergerakan 09.10 jatuh (karena penglihatan klien lanjutkan
klien terbatas. (D. kabur)
0143). 2. Mengidentifikasi risiko jatuh
(klien mengatakan kalau lantai
77

licin)
3. Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang meningkatkan
risiko jatuh (klien mengatakan
lingkugannya terang)
4. Menghitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (klien
09.30
mengatakan belum perna jatuh)
5. Memonitor kemampuan
berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda(klien mengatakan
masih bisa berjalan dengan
meraba-raba)
6. Mengorientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
7. Memastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci. (klien
09.40
mengatakan tidak pake kursi
rodah)
8.Memasang handrall tempat tidur
(klien tidak menggunakannya,
klien menggunakan tempat tidur
kayu)
9. Mengatur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah (posisi
tempat tidur klien sudah pas)

09.45 10. Menempatkan klien berisiko


tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station (tempat tidur klien
terjangakau dari penjaga wisma)
11. Mengunakan alat bantu berjalan
(klien mengatakan tidak
78

menggunakannya karena masih


bisa berjalan tampa alat bantu)

10.00 12. Mendekatkan bel pemanggil


dalam jangkauan pasien
13. Menganjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
14. Meganjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
15. Manjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
17. Menganjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri (klien keoperatif)
18. Mengajarkan cara
menggunakan bel pemanggil
untuk memaggil perawat
79

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KETIGA

No Diagnosis Hr/tgl Jam Implementasi Evaluasi


1. Perfusi perifer tidak Sabtu 09.00 S: klien mengatakan kepala S: klien mengatakan kepala
efektif b.d 03/9/22 pusing berkurang, sakit kepala pusing tidal lagi, sakit
peningkatan tekanan berkurang, leher bagian kepala tidal lagi, leher
darah yang d.d belakang tegang berkurang. tegang bagian belakang
pusing, sakit kepala, O: warna kulit kemerahan, tidak lagi.
leher bagian tekanan darah sistolik dan O: warna kulit kemerahan,
belakang tegang, diastolik menulai menurun, tekanan darah sistolik dan
warna kulit tampak akralhangat, TTV: TD diastolik membaik, akral
pucat, Akraldingin 150/100 hangat, TTV: TD 130/80
sistolik dan diastolik N: 80x/mnt, S: 36,20c, RR: N: 86x/mnt, S: 36,50c, RR:
meningkat. TD: 18x/mnt. 18x/mnt.
160/100 mmHg S : A: Masalah keperawatan belum A: masalah teratasi
36 c RR: 20 x/menit
o
teratasi P: intervensi 1-10 di hentikan
Nadi : 85x/menit P: Intervensi 1-10 di lanjutkan.
I:
1. Mengidentifikasih kepatuhan
menjalani program pengobatan
(klien mengatakan menjalani
terapi minum rebusan daun
seledri belum teratur setiap 2x
sehari yaitu pagi dan malam
hari)
80

2. Membuat komitmen menjalani


program pengobatan dengan

09.10 baik (mengajak klien untuk


meminum daun seledri teratur
setiap hari agar tensi bisa turun)
3. Membuat jatwal pendampingan
keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama
menjalani program pengobatan,
jika perlu (meminta penjaga
wisma untuk mengingatkkan
klien untuk minum daun
rebusan seledri teratur setiap
hari)
4. Mendokumentasikan aktivitas
selama menjalani proses
pengobatan (melakukan
pemeriksaan TD sebelum dan
09.30
sesudah mengkonsumsi
rebusan daun seledri dan di
dukumentasikan hasil
pemeriksaan)
5. Mendiskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
menghambat berjalannya
program pengobatan (klien
mengatakan kadang lupa
mengkonsumsi rebusan daun
seledri)
6. Melibatkan keluarga untuk
mendukung program
pengobatan yang dijalani
(meminta penjaga panti untuk
mengingkatkan klien agar
81

09.40 tidak lupa mengkonsumsi


rebusan daun seledri
7. Mengi nformasikan program
pengobatan yang harus
dijalani (memberitahukan
kepada klien cara
mengkonsumsi rebusan daun
seledri)

8. Menginformasikan manfaat
yang akan diperoleh jika
teratur menjalani program
pengobatan (menjelaskan
pada klien manfaat dari
minum rebusan daun seledri)
09.45 9. Menganjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan
(memberitahukan penjaga
panti untuk mengikatkan
klien)
10. Menganjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika perlu
(memebritahunkan klien jika
merasa kurang sehat pergi
kedokter)

10.00
2. Risiko jatuh b/d Sabtu 09.00 S: klien mengatakan penglihatan S: klien mengatakan
gangguan 3/9/22 klien kabur, pergerakan penglihatan klien kabur,
penglihatan yang klientidak terbatas. pergerkan klien sudah
82

d.d klien O: gerakan klien tidak terbatas, mualai bergerak lagi.


mengatakan gerakan klien bebaskecepatan O: gerakan tidak terbatas lagi ,
penglihatan klien gerak pelan, gerakan klien sudah mulai banyak
kabur, pergerakan terbatas. bergerak lagi, kecepatan
klien terbatas, A: masalah belum teratasi gerak masih pelan.
gerakan berkurang, P: intervensi 1-17 di lanjutkan A: masalah teratasi sebagian
kecepatan gerak I: P: intervensi 1-18 di lanjutkan
pelan, pergerakan 1. Mengidentifikasi faktor risiko oleh petugas kesehatan
klien terbatas. (D. jatuh (karena penglihatan klien panti.
0143). kabur)
2. Mengidentifikasi risiko jatuh
(klien mengatakan lantai licin)
3. Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang meningkatkan

09.10 risiko jatuh (klien mengatakan


lingkugannya terang)
4. Menghitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (klien
mengatakan belum perna jatuh)
5. Memonitor kemampuan
berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda(klien mengatakan
masih bisa berjalan dengan
meraba-raba)
6. Mengorientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
7. Memastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalam
09.30
kondisi terkunci. (klien
mengatakan tidak pake kursi
rodah)

8. Memasang handrall tempat


tidur (klien tidak
83

menggunakannya, klien
menggunakan tempat tidur

09.40 kayu)
9. Mengatur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah (posisi
tempat tidur klien sudah pas)
10. Menempatkan klien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station (tempat tidur klien
terjangakau dari penjaga
09.45 wisma)
11. Mengunakan alat bantu berjalan
(klien mengatakan tidak
menggunakannya karena masih
bisa berjalan tampa alat bantu)
12. Mendekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
13. Menganjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
14. Meganjurkan menggunakan
10.00 alas kaki yang tidak licin
15. Manjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
17. Menganjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri (klien keoperatif)
18. Mengajarkan cara
menggunakan bel pemanggil
untuk memaggil perawat
84

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil Lahan Praktek

Secara garis besar UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Budi Agung

Kupang mempunyai kapasitas tampung 100 orang. Kapasitas isi sebanyak 68

orang yang menempati 11 wisma, 3 wisma ditempati oleh lansia laki-laki, 7

wisma lain di tempati oleh lansia wanita dan 1 wisma ditempati oleh lansia yang

berkeluarga. Setiap wisma mempunyai 5/7 kamar yang akan ditempati 7/8 orang

penerima manfaat dengan satu pengasuh dan setiap kamar ditempati oleh 2

orang.Sumber daya manusia yang memberikan pelayanan kepada penerima

manfaat adalah pegawai negeri sipil yang berjumlah 18 orang termasuk pekerja

sosial, fungsional 4 orang dan pegawai non PNS 18 orang.

Lansia yang disantun di UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Budi Agung

Kupang adalah lansia yang terlantar atau diterlantarkan sehingga tidak dipungut
85

biaya penampungan. Lansia yang disantun harus memenuhi beberapa

persayaratan diantaranya: Laki-laki/perempuan yang berusia 60 tahun keatas,

terlantar atau diterlantarkan dan miskin serta tidak mampu memenuhi kebutuhan

jasmani, rohani maupun sosial, bersedia secara individu ataupun keluarga untuk

disantun, sehat dan tidak mengidap penyakit menular atau masalah kejiwaan,

bersedia untuk mengikuti peratuaran yang berlaku di panti.

Sistem pelayanan kesehatan kepada lansia di UPT Kesejahteraan Sosial

Lanjut Usia Budi Agung Kupang dilayani oleh seorang perawat dan 2 orang

dokter. Dan bekerja sama dengan Puskesmas Sikumana serta semua rumah sakit

yang berada di Kota Kupang. Selain melakukan pemerikasaan fisik dan kesehatan

pada lansia perawat juga memberikan ceramah atau penyuluhan kesehatan yang

dilakukan setiap hari selasa selain itu perawat juga memberiakan beberapa terapi

non farmakologi seperti terapi tertawa, senam otak (brain gims) dan hidro terapi

(rendam kaki pada air hangat),sedangkan dokter melakukan pemeriksaan

kesehatan pada lansia setiap hari sabtu dan pada situasi yang insidentil/dilakukan

hanya padakesempatan waktu tertentusaja.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan

Ny.F.Tberusia 71 tahun memiliki penyakit hipertensi yang sudah dideritanya

sejak 5 tahun terakhir.Beliau mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki

riwayat hipertensi.Ny.F.Tmengakui bahwa penyakit ini tidak hanya timbul dari

faktor keturunan namun juga gaya hidup dan pola makan.Kondisi hipertensi
86

membuat Ny.F.Tselalu rutin menjaga pola makan dan gaya hidup Saat dilakukan

pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD:160/100MmHg, N:85x/mnt..

Hasil pengkajian yang peneliti dapatkan pada klien Berbagai upaya telah

dilakukanakan tetapi jumlah hipertensi pada lansia terus meningkat, maka di

adakan perkesmas dan posyandu lansia dengan tujuan untuk mengontrol kasus

hipertensi pada lansia. Tetapi dari hasil wawancara yang di peroleh dari penderita

hipertensi bahwa mereka masih mengalami dalam hal ketersediaan obat-obatan.

Kondisi ini di sebabkan oleh faktor keluarga yang tidak memperhatikan

kebutuhan dari penderita hipertensi salah satunya adalah obat – obatan.Oleh

karena itu penderita hipertensi mengalami stres yang di sebabkan harus minum

obat yang tidak teratur, serta kurangnya perhatian dari keluarga.

4.3 Analisis Pemberian Air Rebusan Seledri Dengan Konsep Dan Penelitian

Terkait

Perlakuan yang saya lakukan untuk mengatasi masalah hipertensi tidak

hanya mengkonsumsi obat akan tetapi bisa menggunakan terapi non

farmakologis. Salah satunya yang saya gunakan yaitu: Terapi pemberian rebusan

seledri. Pemberian daun seledri yang saya lakukan berdasarkan SOP sesuai

dengan penelitiannya (Gridche, dkk, 2021)  dengan memberikan rebusan seledri

2,3 gram dengan 200 ml air matang selama 10-15 hingga tersisa ¾. Setelah dingin

air diminum pada pagi hari dan sore hari selama 7 hari dalam seminggu. Tekanan

darah pasien yang awalanya 160/100 menurun menjadi 130/90 mmhg.


87

Pelaksanaan non-farmakologi yaitu dengan mengurangi asupan makanan

yang mengandung natrium, olahraga teratur, menjaga berat badan normal,

konsumsi makanan yang kaya akan sayur dan terapi herbal. Terapi herbal dapat

dilakukan dengan memanfaatkan tanaman obat indonesia. Penatalaksanaan secara

non-farmakologi saat diminati oleh masyarakat karena dinilai lebih aman dan

tidak memiliki efek samping dari pada penggunaan obat yang mengandung kimia.

Jenis terapi herbal untuk menangani hipertensi salah satunya dengan

menggunakan tanaman daun seledri (Rahayu, 2017).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh oktovia, dkk (2017) dijelaskan

bahwa pemberian rebusan seledri pada penderita hipertensi selama 3 hari dua kali

sehari, rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan air rebusan

seledri adalah 160/90 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik

setelah diberikan air rebusan seledri adalah 130/80 mmHg.

Dalam penelitian yang berjudul “Analisi Asuhan Keperawatan Hipertensi

Melalui Pemberian Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Pada

Penderita Menopause Penderita Hipertensi. Pengukuran tekanan darah yang

dilakukan setelah diberi perlakuan penggunan air rebusan seledri terjadi

perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak diberikan air rebusan

seledri dengan kelompok yang diberikan air rebusan seledri dengan selisih rerata-

19,56 mmHg untuk kelompok perlakuan dan 4,24 mmHg untuk menurunkan

kelompok kontrol. Sehingga dapat dinyatakan bahwa air rebusan seledri dapat

dijadikan alternatif lain selain obat untuk untuk menurunkan tekanan darah tinggi,
88

perubahan yang terjadi pada penderita hipertensi oleh air rebusan seledri karena

terdapatnya kandungan pada daun seledri yang dapat menurunkan tekanan darah.

Menurut pemberi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil selama

memberikan asuhan keperawatan pada Ny.F.T dan menggunakan Evidance based

nursingbahwa terapi pemberian air rebusan seledri berbengaruh terhadap

penurunan tekanan darah pada Ny.F.T dengan memberikan terapi rebusan daun

seledri selama 3 hari, Ny.F.T dapat mengkonsumsi rebusan daun seledri pagi dan

sore hari dapat dilakukan secara mandiri. Daun rebusan seledri diberikan pada

pagi dan sore hari sesuai dengan SOP dan kebutuhan klien sehingga masalah

perfusi perifer dapat teratasi.

4.4 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan

Perlakuan yang saya lakukan untuk mengatasi masalah hipertensi tidak

hanya mengkonsumsi obat akan tetapi bisa menggunakan terapi non farmakologis.

salah satunya yang saya gunakan yaitu: Terapi senam hipertensi yang saya

lakukan berdasarkan SOP sesuai dengan penelitiannya (Giawa, 2020)  dengan

memberikan senam <4 menit sebanyak 2 kali dalam 7 hari. Sebelum memberikan

senam saya mengukur tekanan darah yaitu 150/100 mmhg setelah selesai senam

saya mengobservasi <5 menit setelah selesai senam untuk mengkur kembali

tekanan darah, terbukti bahwa selama 2 kali pemberian terapi senam hipertensi

tekanan darah pasien yang awalanya 150/100 menurun menjadi 140/90 mmhg.
89

Penelitian Mardianti (2013), menunjukan bahwa penderita hipertensi

mempunyai sikap yang buruk dalam menjalani diet hipertensi hal tersebut di

sebabkan oleh faktor pengetahuan penderita hipertensi. Sikap merupakan suatu

tndakan aktifitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi dari pelaku.

Penilitian ini sejalan (Ni Negah Mini, 2014) Pengaruh Pemberian Rebusan

Seledri pada Lansia Penderita Hipertensi, dimana sebelum pemberian terlebih

dahulu memeriksa tekanan darah pasien lalu melakukan terapi selama 3 hari

pemberian rebusan daun seledri pada lansia penderita hipertensi, setelah itu

melakukan observasi kembali. Dan terbukti bahwa rerapi reubusan daun seledri

juga dapat menurunkan tekanan darah dengan masalah hipertensi.


85

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian sampai dengan evaluasi serta menggunakan

Evidance Based Nursing pada Ny.F.T dengan hipertensi diwisma mawar UPT

Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Budi Agung Kupang, menggunakan terapi

pemberian air rebusanseledri. Didapatkan hasil:

1) Pada Pengkajian Keperawatan Kepada Ny.F.T selama 2 hari yaitu didapatkan yang

pertama: klien mengatakan pusing, sakit kepala, dan leher bagian belakang tegang.

Tampak warna kult pucat, akral teraba dingin, sistol dan diastol meningkat,

tekanan darah 160/100 mmHg, suhu: 36 C, RR 20x/m, nadi 85 kali/menit. Yang

kedua: pasien mengatakan penglihatan pasien kabur, pasien mengatakan

pergerakan terbatas, tampak gerakan pasien berkurang, dan tampak pergerakan

pasien terbatas.

2) Pada Diagnosis Keperawatan Kepada Ny.F.T didapatkan hasil pertama yaitu risiko

perfusi tidak efektif berbungan dengan peningkatan tekanan darah ditandai dengan

klien mengatakan pusing, sakit kepala, dan leher bagian belakang tegang, tampak

warna kult pucat, akral teraba dingin, sistol dan diastol meningkat, tekanan darah

160/100 mmHg, suhu: 36 C, RR 20x/m, nadi 85 kali/menit. Yang kedua risiko

jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan pasien ditandai dengan

mengatakan penglihatan pasien kabur, pasien mengatakan pergerakan terbatas,

tampak gerakan pasien berkurang, dan tampak pergerakan pasien terbatas.

85
86

3) Pada Pelaksanaan Keperawatan Sesuai Perencanaan Kepada Ny.F.T yaitu

menggunakan menggunakan SDKI (D.0015) (D.0143) SLKI (L.02011) (L.0541)

dan SIKI (I.12361) (I.14540) dan juga menggunakan Evidance Based Nursing

Terapi pemberian air rebusan seledri dan alternatif pemberian daun salam.

4) Pada Evaluasi Keperawatan Kepada Ny.F.T yaitu pada hari ketiga

masalahpertama yaitu risiko perfusi tidak efektif berbungan dengan peningkatan

tekanan darah ditandai dengan klien mengatakan pusing, sakit kepala, dan leher

bagian belakang tegang, tampak warna kult pucat, akral teraba dingin, sistol dan

diastol meningkat, tekanan darah 160/100 mmHg, suhu: 36 C, RR 20x/m, nadi

85 kali/menit dapat teratasi. Yang kedua risiko jatuh berhubungan dengan

gangguan penglihatan pasien ditandai dengan mengatakan penglihatan pasien

kabur, pasien mengatakan pergerakan terbatas, tampak gerakan pasien

berkurang, dan tampak pergerakan pasien terbatas tidak dapat teratasi.

5) Menganalisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada kasus dengan kelolaan

berdasarkan penerapan Evidance Based Nursing yaitu didapatkan hasil adanya

pengaruh pemebrian air rebusan seledri 2 kali sehari yaitu dipagi hari dan sore

hari. Ny.F.T mampu melakukan dengan baik dan benar tentang cara

mengkonsumi rebusan seledri sesuai yang dianjurkanoleh pemberi asuhan

keeprawatan sehingga adanya perubahan penurunan tekanan darah dari 160/100

mmHg menjadi 130/80 mmHg.


87

5.2 Saran

1. Bagi Lansia

Diharapkan Asuhan keperawatan yang diberikan dapat bermanfaat untuk

aktifitas sehari-hari pada lansia dengan masalah Hipertensi.

2. Bagi Panti

Diharapkan dapat menjadi sumber refrensi untuk mengembangkan ilmu dalam

bidang keperawatan tentang masalah Hipertensi

3. Bagi Penulis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmiah

penulis dan dapat memperoleh pengalaman berharga dalam penulisan

serta sebagai syarat untuk mendapat gelar Ners

4. Pendidikan

Diharapkan studi kasus ini diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan

dalam bidang keperawatan pada lansia.


88

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani.R.Y.2016.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien GangguanKardiovaskuler


Adrian,S J. dan Tommy,2019.Hipertensi Esensial:Diagnosis dan tatalaksana terbaru
pada lansia.
Ddewi.S.R.(2014).Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 1.Yogyakarta:Deepublish.
Lestari, nurinda fitra ayu. (2019). Asuhan keperawatan gerontik pada klien Ny. M
dan Tn.K dengan depresi yang mengalami masalah keperawatan ketidak
efektifan koping di upt pelayanan sosial tresna werdha jember .
Universitas Jember.
Huwae, G., D. Sumah, M.Lilipory, Jotlely, H., & Nindatu, M.
(2021).Pengaruhpemberian air rebusan daun seledri (Apium Graveolens)
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah
kerja puskesmas kairatu kabupaten seram bagian barat.Biofaal Journal, 2,
64-74
Mulyani, Sakinah Siwi. (2019) Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi di
Panti Tresna Werdha Nirmala Puri Samarinda. Samarinda
PPNI2016.StandarDiagnosisKeperawatanIndonesia:DefinisiDanIndikatorDiagnostik,
edisi1.Jakarta:DPPPPNI.
PPNI,  2018.  Sandar  Luaran  Keperawwatan  Indonesia:  Definisi  dan  Kriteria-Hasil 
Keperawatan, Edisi1.Jakarta:DPPPPNI.
PPNI,2018.StandarIntervensiKeperawatanIndonesia:definisidanTindakanKeperawata
n, edisi1.Jakarta:DPPPPNI.
Potter.P.A dan A.G.Perry.Buku Ajar Fundamental Keperawatan
edisi.7.Jakarta:SalembaMedika:2010
Riset kesehatan dasar(Riskerdas 2013) badan penelitian dan pengembangan
kesehatan kementerian RI tahun 2013.Diakses:19 oktober 2014.
Stanley,M.,& Beare,P.G.2006.Buku AjarKeperawatan Gerontik.Jakarta:EGC
Rahayu, S. (2017).Sehat tanpa obat dengan seledri. Yogyakarta Rapha Publising
Suparni, & Wulandari, A. (2021). Seri herbal Nusantara: Herbal jawa Ramuan
Tradisional Asli dari Jawa (A. Ria Puji Utami (ed.); 1st ed.). Rapha
Pusblishing.
Wibowo, RA, 2019. Aplikasi rebusan daun seledri (Apium Graveolens) sebagai
penurun tekanan darah pada penderita hipertensi, Universitas
Muhamadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai