Oleh:
Fransiska Fanilaning Tyas
5.21.044
Oleh:
Fransiska Fanilaning Tyas
5.21.044
i
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 521044
DEWAN PENGUJI
............................
............................
Diteteapkan di : Semarang
ii
PERNYATAAN ORSINALITAS
Karya Tulis Ilmiah Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik y
NIM : 521044
Tanda Tangan :
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik STIKES Telogorejo Semarang, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
NIM : 521044
Royalty-Free Right) atas karya tulis ilmiah saya yang berjudul: Asuhan Keperawatan
Hipertensi beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Yang menyatakan
iv
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
ABSTRAK
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible, dan terjadi gangguan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga mengakibatkan tubuh terjadi uremia atau retensi sampah nitrogen lain di
dalam darah. GGK ditandai dengan adanya protein dalam urine dan penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG). Sebagai tenaga profesi keperawatan maka memiliki peran
dalam menganalisa asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik stage V
dengan hipertensi yang telah menjalani hemodialisa secara komprehensif. Tujuan
penulisan ini untuk menganalisa proses Asuhan Keperawatan Hemodialisa Dengan
Hipervolemia Pada Gagal Ginjal Kronik Stage V Dengan Hipertensi. Metode
penelitian deskriptif dengan pemaparan studi kasus melalui pendekatan asuhan
keperawatan. Diagnosa utama yang ditetapkan yaitu hipervolemia berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi di tandai dengan edema perifer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat. Intervensi dan implementasi keperawatan yang
dilakukan yaitu managemen cairan dan managemen hemodialisis, salah satunya
dengan menganjurkan kumur dengan obat kumur rasa mint untuk mengurangi rasa
haus, sehingga dapat membatasi intake cairan dan melakukan tindakan hemodialisa
sesuai prosedur. Hasil evaluasi yang diperoleh yaitu pasien mengalami penurunan
berat badan antara dua waktu dialisis dapat membatasi konsumsi cairan per hari.
Simpulan dan saran diharapkan untuk lebih diperhatikan lagi bagi tenaga kesehatan
untuk meningkatkan motivasi dan dorongan dalam menjalani asuhan keperawatan
diruang hemodialisa.
v
PROFESSIONAL EDUCATION PROGRAM FOR NERS
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
The Hemodialysis Care with Hypervolemia on Stage V Chronic Kidney Disease with
Hypertension
ABSTRACT
vi
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis
Pada Gagal Ginjal Kronik Stage V Dengan Hipertensi” dengan baik dan lancar.
Laporan Karya Tulis Ilmiah Ners ini disusun untuk memperoleh gelar Ners. Penulis
menyadari bahwa penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah Ners ini dapat
terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan tulus ikhlas perkenankan
Semarang.
3. Ns. Sri Puguh Kristyawati, M.Kep., Sp.M.B selaku Ketua Program Studi
5. Ns. Danny Putri S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji dan memberikan arahan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah Ners.
vii
7. Kedua orang tua saya, Bapak Kandar dan Ibu Siti Rahayu dan kakak saya
Septiana Puspita Rini dan Eliana Dwi Sasmita, yang telah memberi do’a,
motivasi, dan semangat, selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners.
8. Orang – orang terdekat saya Renny, Juliana, Juanda, Lutfia, Maulidya, Rika, Vira
yang selalu memberikan do’a dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah Ners.
9. Teman satu bimbingan saya Hana, Dini, Silvi, Ema yang telah banyak membantu
dan saling memotivasi serta semua pihak yang sudah terlibat dalam proses
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini penulis berusaha semaksimal
mungkin dengan segala kemampuan yang ada. Namun penulis menyadari bahwa
penyusunan riset keperawatan ini, masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan
saran yang sangat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Penulis
pihak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat, hidayat, serta
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
ABSTRAK........................................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................... vi
PRAKATA........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan Penulis................................................................................ 5
C. Manfaat........................................................................................... 6
A. Konsep Teori................................................................................... 7
A. Pengkajian....................................................................................... 38
B. Diagnosa - Evaluasi........................................................................ 40
ix
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...................................................................................... 47
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 66
B. Saran .............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR SKEMA
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal adalah salah satu organ yang mempunyai fungsi sangat vital bagi tubuh
manusia. Organ yang berbentuk mirip kacang ini mempunyai fungsi menyaring
urea dalam darah dan membuangnya bersama urin. Apabila ginjal mengalami
penurunan fungsi dalam menyaring dan membuang sisa metabolism, serta tidak
mampu menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia dalam tubuh maka dapat
menyebabkan gagal ginjal. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah gangguan fungsi
atau retensi sampah nitrogen lain di dalam darah. GGK ditandai dengan adanya
protein dalam urine dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) (Ariani, 2016).
pasien dengan penyakit ginjal kronik didunia yang menjalani terapi Hemodialisa
(HD) diperkirakan mencapai 1,5 juta orang dan angka kejadiannya diperkirakan
lebih dari 85% pengobatan dialisis (Putri, 2020). Saat ini, pasien yang menjalani
1
2
mencapai 857.378 tindakan dan Provinsi Jawa Tengah menempati urutan keenam
dari 23 provinsi, yaitu dengan jumlah tindakan hemodialisa rutin per bulan
gagal ginjal pada tahun 2021 sejumlah 54 pasien (Rekam Medik RS Pantiwilasa
Penyebab kejadian gagal ginjal kronik pada pasien hemodialisis baru menurut
tahun 2013 hasilnya yaitu penyakit hipertensi berada pada urutan pertama sebesar
34%, urutan kedua yaitu sebesar 27%, Hipertensi menjadi penyebab tertinggi
penyakit gagal ginjal kronis. Menurut World Health Organization (WHO) pada
prevalensi DM terdapat 350 juta orang di dunia menderita DM. Pada tahun 2012
DM merupakan penyebab langsung dari sekitar 1,5 juta kematian dengan lebih
Ginjal memerlukan system sirkulasi darah yang baik untuk dapat bekerja secara
optimal, fungsi ginjal adalah untuk filtrasi darah dari toksin dan zat-zat yang
tidak diperlukan tubuh, sehingga darah yang melalui ginjal sangatlah banyak, bila
tekanan di pembuluh darah tinggi, maka sel ginjal tidak akan mendapatkan cukup
oksigen, sehingga akan menurunkan fungsi ginjal (AHA, 2017). Gagal ginjal
Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menggantikan fungsi ginjal yang
telah rusak yaitu dapat dilakukan peritoneal dyalisis, transplantasi ginjal dan
(HD) adalah suatu proses pengubahan komposisi solute darah oleh larutan lain
vital akibat akumulasi zat toksik pada sistem sirkulasi. HD tidak dapat
berdasarkan data yang telah dikumpulkan terjadi peningkatan pasien baru yang
menjalani HD yaitu pada tahun 2007 terdapat 4977 orang, 2017 meningkat
menjadi 30831 orang. Dalam 10 tahun terjadi peningkatan yang signifikan pasien
Gejala klinis penderita gagal ginjal kronik yang menjalani HD di indoneisa belu
di RSUP Dr. M. Djamil Padang diperoleh gambaran klinis pasien HD paling ban
yak adalah hipertensi serajat I 32,7%, lemah letih lesu 30,8%, dan mual muntah 1
kanan darah yang menetap pada saat dilakukan hemodialisis dan bahkan tekanan
4
darah postdialisis bisa lebih tinggi dari pada tekanan darah pada predialisis
memberikan rasa nyaman pada pasien, salah satunya adalah latihan fisik
yang dilakukan untuk memperbaiki atau memelihara satu atau lebih aspek
kebugaran fisik (Orti, 2017). Manfaat dari intradialytic exercise pada pengaturan
exercise akan mengalami kondisi dimana cairan dalam tubuh dapat dikeluarkan
lebih banyak yang mengakibatkan sebagian besar dari urea dan racun keluar dari
(Dwiatmojo, 2020). Modifikasi terapi ini tergolong dalam aktivitas fisik yang
ringan, karena pasien hemodialisis tetap melaksanakan terapi dalam posisi supine
sistol dan diastolik. Selain itu latihan intradialytic exercise juga dapat
menurunkan nadi dan respirasi pada kelompok hemodialisa, hal ini sesuai dengan
dapat digunakan untuk meredam efek neuropati uremik dan miopati, serta
5
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kep
erawatan Gagal Ginjal Kronik Stage V dengan Hipertensi pada Tn. T diruang He
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
an Hipertensi pada Tn. T diruang Hemodialisa Rumah Sakit Panti Wilasa Cit
arum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan bagi perawat dirumah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi mata
hemodialisa.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
a. Pengertian
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang terjadi akibat kerusakan gin
jal dengan nilau laju Filtrasi Glomerulus (LGF) selama 3 bulan kurang da
b. Etiologi
ginjal)
diabetes dan darah tinggi, tingginya kadar gula dalam darah bisa
c) Obat – obatan
c. Manifestasi Klinis
diantaranya adalah :
ekimosis
CKD meliputi :
hiponatremia
zat toksik
12) Kulit yang kering serta bersisik dan rasa gatal yang hebat akibat
uremic frost
11
d. Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi CKD
Laju Filtrasi
Stadium Deskripsi dan Manifestasi
Glomerolus
Stadium 1 >90mL/ Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat.
menit/1,73 Asimtomatik, BUN dan kreatinin normal.
Stadium 2 60-89mL/ Penurunan ringan GFR
menit/ Asimtomatik, kemungkinan hipertensi; pemeriksaan
1,73 darah biasanya dalam batas normal
Stadium 3 30-59mL/ Penurunan sedang GFR
menit/ Hipertensi: kemungkinan anemia dan keletihan, anoreksia,
1,73 kemungkinan malnutrisi, nyeri tulang; kenaikan ringan
BUN dan kreatinin serum
Stadium 4 15-29mL/ Penurunan berat GFR
menit/ Hipertensi, anemia, malnutrisi, perubahan metabolisme
1,73 tulang; edema, asidosis metabolik, hiperkalsemia;
kemungkinan uremia; azotemia dengan peningkatan BUN
dan kadar kreatinin serum
Stadium 5 <15mL/ Penyakit ginjal stadium akhir
menit/1,73 Gagal ginjal dengan azotemia dan uremia nyata
e. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis terjadi apabila telah terjadi gangguan fungsi pada
lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
banyak, menyebabkan oliguria yang timbul disertai produk sisa dan mulai
muncul tanda dan gejala pada penderita GGK, Tanda-tanda yang khas
bahwa fungsi ginjal telah berkurang 80%-90%. Pada kondisi ini, fungsi
hingga 15ml/menit atau bisa terjadi lebih rendah dari itu maka harus
Pada kondsi ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak
untuk mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal
2013).
cairan dan produk sisa dari dalam tubuh ketika ginjal sudah tidak dapat
nyeri pada tulang atau sendi, kulit kering, pruritus, dan disfungsi seksual
Gejala pasien GGK muncul saat terjadi penumpukan zat sisa metabolisme
dan bahkan tekanan darah postdialisis bisa lebih tinggi dari pada tekanan
rasa nyaman pada pasien, salah satunya adalah latihan fisik peregangan
d. Pathway
Glomerulus klerosis
Hipoksia kronis
GFR turun
GGK
Sekresi protein terga Retensi NA Sekresi eritopoetin Hemodialisis
nggu menurun
Total CES naik Kualitas hidup ↓
Sindrom uremia Produksi Hb turun
Tek. Kapiler naik Keputusasaan
Perpospatemia
Volume interstial naik
Pruritis Oksihemoglobin turSuplai nutrisi dlm d
Edema un arah turun
Gangguan int
egritas Pre load naik Suplai oksigen k Gangguan n
asar turun utrisi
Beban jantung naik
Perfusi jaringa
Hipertrovi ventrikel kiri n tidak efektif
COP turun
RAA turun
Hipervolemia
16
Skema 2.1
Pathway
e. Pemeriksaan Diagnostik
menurun)
8) Biopsi ginjal
ekografi
17
f. Komplikasi
1) Hiperglikemia
2) Pericarditis
3) Hipertensi
renin engiostensin-aldosteron
4) Anemia
5) Penyakit tulang
g. Penatalaksanaan Diagnostik
18
1) Penatalaksanaan Medis
a) Dialisis
b) Koreksi hiperkalemi
c) Koreksi anemia
d) Koreksi asidosis
19
e) Pengendalian hipertensi
f) Transplantasi Ginjal
2) Penatalaksanaan Keperawatan
bangan cairan
n komplikasi.
20
2. Hemodialisis
a. Pengertian
metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
cairan dialisat pada ginjal buatan dan terjadi proses difusi, osmosis dan
b. Tujuan Hemodialisis
sisa – sisa metabolisme dalam tubuh seperti ureum, kreatinin dan sisa
metabolisme lainnya
fungsi ginjal
yang lainnya.
manfaat dan risiko memulai terapi pengganti ginjal (TPG) pada pasien
dengan yang terlambat memulai dialisis (early versus late dyalisis), oleh
sebagai berikut:
terapi farmakologis
bikarbonat
d. Kontraindikasi Hemodialisis
dipengaruhi oleh :
e. Prinsip Hemodialisa
yaitu:
1) Proses Difusi
zat dan molekul didalam darah. Hal ini merupakan mekanisme utama
yang terikat protein tidak dapat dibuang melaui difusi karena protein
2) Proses Osmosis
3) Proses Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi
osmotik. Air dan zat terlarut dengan berat molekul kecil dapat
e. Komplikasi Hemodialisa
komplikasi diantaranya :
24
1) Kram Otot
2) Hipotensi
3) Aritmia
diakbatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang
osmotik ini meyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan
5) Hipoksemia
6) Perdarahan
25
terjadinya perdarahan.
7) Gangguan Pencernaan
Gangguan urologi yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
f. Komponen Hemodialisa
hemodialisa:
Akses pembuluh darah berasal dari pembuluh darah pasien itu sendiri,
a) Vena
b) Fistula (Shunt)
akan siap dan matang setelah digunakan setelah 4-6 minggu. Hal-
c) AV Graft
2) Dializer
mulai dari 0,8 m2 sampai 2,1 m2. Semakin luas permukaan membran,
3) Dialisat
Dialisat atau bath adalah cairan yang terdiri atas cairan dan elektrolit
utama dari serum normal. Dialisat dibuat dalam sistem bersih dengan
28
air keran dan bahan kimia disaring. Jenis dialisat yang digunakan
1. Pengkajian
berikut:
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa
amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien
apa.
Kaji adanya riwayat gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis
d. Keadaan Umum
(LILA) menurun.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
edema periorbital.
tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot
(purpura), edema.
1) Pemeliharaan kesehatan
suplemen, control tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada
(malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut
dehidrasi.
3) Pola eliminasi
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,
kacau.
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak,
testikuler
Kaji jenis stress yang dialami, cara menghadapi, orang yang menjadi
g. Pemeriksaan Diagnostik
menurun)
8) Biopsi ginjal
ekografi
2. Diagnosa Keperawatan
tekanan darah
regulasi
neuromuskular
hiperventilasi
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Intervensi Tambahan :
management medikasi
Observasi
a. identifikasi
penggunaan obat
sesuai resep,
b. identifikasi masa
kadaluarsa obat,
c. monitor kepatuhan
menjalani program
pengobatan,
Terapeutik
a. fasilitasi pasien dan
keluarga melakukan
penyesuaian pola
hidup akibat program
pengobatan
Edukasi
a. ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengelola obat (dosis,
penyimpanan, rute
dan waktu pemberian)
RESUME KASUS
A. Pengkajian
Pada kasus, pasien Tn. T dengan umur 54 tahun. Pasien bekerja sebagai PNS,
pasien sudah menikah, saat ini tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Pasien
seminggu dua kali setiap hari Rabu dan Sabtu, pasien sudah melakukan HD
selama 30 bulan. Pasien terpasang akses HD yaitu AV Shunt pada tangan kiri.
Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh badan terasa lemas. Berat badan
pasien saat datang 75 kg, berat badan setelah HD sebelumnya 73 kg, dan terjadi
kenaikan BB 2 kg. Pemeriksaan tanda- tanda vital yang di dapatkan yaitu tekanan
riwayat penyakit hipertensi selama 7 tahun dan hipertensi. Pada bulan April 2019
Panti Wilasa Citarum Semarang. Saat rawat inap tekanan darah pasien meningkat
dan selalu tinggi, dengan keluhan pusing, mual dan nyeri perut tak kunjung
pasien dianjurkan dokter untuk menjalani program HD. Pasien HD sejak bulan
September 2019. Tn. T mengatakan bahwa nenek dan ibunya memiliki riwayat
konjungtiva pasien anemis, Kulit kering, terasa gatal, bersisik dan kehitaman,
pucat anemis CRT > 3 detik, terdapat bekas luka garukan pada tangan dan kaki,
terpasang Double lumen pada clavikula dextra, terdapaat edema pada kedua kaki,
piting edema derajat 1, berat badan kering 73 kg, berat badan basah 75 kg, nilai
Pengkajian pola kesehatan pada pola nutrisi dan metabolik di peroleh data Pasien
selalu telat makan, jarang minum air putih dan tidak pernah berolahraga, jika ada
keluhan sakit hanya membeli obat di apotek. Makan sehari 2 kali, dengan nasi,
lauk dan sayur, mengurangi makanan yang asin, minum air putih 1000ml/hari,
kadang tidak nafsu makan, sering merasa haus. Pada pola eliminasi pasien
40
pekat. Pasien mengatakan sudah mulai bosan menjalani HD dan minum obat
rutin dan pasien mengalami masalah selalu cerita dengan istrinya, dan berdoa,
pasien mengatakan takut dan bosan menjalani program HD, ingin sembuh dan
beraktivits lagi.
hasil Hemoglobin 11,9 g/dL, hematokrit 33,9 ureum sebelum HD 164,5 ureum
B. Diagnosa – Evaluasi
dengan edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu singkat. Data
subjektif yang di peroleh pasien mengatakan BAK 400 ml/hari, warna kuning
pekat, sering merasakan haus, dan merasa selalu ingin minum, minum
1000ml/ hari, makan 2 kali sehari, Berat badan meningkat 2 kg dalam 2 hari,
93 x/menit, S:36.3oC ,RR: 18 /menit, nilai IDWG 3,2, Ureum 164.5 mg/dL,
hari pada waktu yang sama, Batasi asupan cairan dan garam, Tinggikan
kepala tempat tidur 30- 40o, , Ajarkan cara membatasi cairan, Kolaborasi
heparin
mengukur tanda – tanda vital pasien sebelum, selama dan sesudah HD,
mengajarkan teknik kumur dengan obat kumur rasa mint untuk mengurangi
handscoon, blood line, kassa, kapas alcohol, spuit, nacl 0,9%), dyaliser,
dengan akses double lumen, Alat nipro dengan holofiber Eliso 15 H, Blood
Flow Rate: 200, Venous Presure: 6, Ultrailtrasi: 0.75, UF Goal: 3000 dan
jam, berat badan 73 kg. Tidak terjadi komplikasi saat dilakukan HD. Pasien
dapat mengontrol rasa haus dengan membatasi cairan dan minum 700ml/hari.
hipervolemia.
di tandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, warna kulit pucat dengan data
180/90 mmHg, N: 93 x/mnt, S:36.3 0C, RR: 18 x/mnt, MAP : 120 mmhg,
CRT > 3 detik, Warna kuit pucat dan kehitaman, Terpasang AV Shunt pada t
angan kiri.
masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi dengan kriteria hasil, Pengisian
sirkulasi Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
sirkulasi ( mis. Diabetes, perokok, orang tua hipertensi dan kadar kolestrol
area yang cidera, Anjurkan berolah raga rutin seperti Intradialytic Exercise,
kolestrol, jika perlu, Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
tekanan darah, Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya
rasa).
Intervensi tambahan untuk masalah perfusi perifer tidak efektif adalah dengan
akibat program pengobatan, ajarkan pasien dan keluarga cara mengelola obat
memperbaiki sirkulasi
Evaluasi pada tanggal 16 Maret 2022 yaitu pasien minum obat rutin, tekanan
penyimpanan, rute dan waktu pemberian, pasien dapat melakukan dan megap
likasikan terapi tertawa. Pasien badan lebih segar dan lemas berkurang. Masal
45
sirkulasi. Data subjektif yang pasien mengatakan kulit terasa gatal dan kering
dan untuk data subjektif adalah kulit warna kehitaman, kering dan bersisik, C
RT> 3 detik, ureum 164,5 mg/dL, creatinin 14,74 mg/dL, terdapat bekas luka
karena garukan pada kaki dan tangan, terpasang AV Shunt pada tangan kiri.
elama 1x4 jam masalah gangguan integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas), Ubah posisis tiap 2 jam jika tirah
baring, Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu, Gunakan
produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering, Gunakan produk
lidah buaya), Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering,
Implementasi yang telah dilakukan pada pasien adalah melakukan tirah barin
lidah buaya, pemberian gel lidah buaya dilakukan 2 kali sehari setelah mandi,
sebelumnya dilakukan uji pacth tes pada lengan atas bagian lateral untuk
makanan yang bergizi namun sesuai diit gagal ginjal kronis, menganjurkan
menggunakan lotion.
Hasil evaluasi pada tanggal 16 Maret 2022 adalah gatal pada kulit pasien,
secara rutin, turgor kulit normal. Masalah gangguan integritas kulit teratasi.
47
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan
yang telah ditegakan pada Tn. T dengan Gagal ginjal kronis stadium V dengan
A. Pengkajian
Citarum, dengan pasien kelolaan Tn.T berusia 54 tahun. Tn.T didiagnosa dokter
Gagal ginjal kronis stadium V. Ginjal merupakan organ vital yang berfungsi
menjaga level elektrolit dan tekanan darah tetap stabil, memproduksi hormone
serta menjaga tulang tetap kuat. Apabila terjadi kerusakan pada ginjal, maka akan
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung proresif dan cukup lanjut, hal
ini terjadi apabila laju filtrasi glomelurar kurang dari 50 ml/min (Suyono.,dkk,
2015). Penyakit ini dapat disebabkan oleh Infeksi saluran kemih (pielonefritis
Tn. T memiliki riwayat hipertensi selama & tahun. Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic lebih atau sama dengan 90 mmHg atau mengosumsi obat hipertensi. Pen
elitian yang pernah dilakukan oleh Aisara et al (2018) di RSUP Dr. M. Djamil P
adang diperoleh gambaran klinis pasien HD paling banyak adalah hipertensi seraj
at I 32,7%, lemah letih lesu 30,8%, dan mual muntah 12,5%. Dari segi pandanga
p pada saat dilakukan hemodialisis dan bahkan tekanan darah postdialisis bisa leb
ih tinggi dari pada tekanan darah pada predialisis (Chazot dan Jean, 2010).
memberikan rasa nyaman pada pasien, salah satunya adalah latihan fisik
endotel pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang rusak akan menjadi
49
parut, yang selanjutnya lumen pembuluh darah menjadi sempit dan aliran darah
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar akan terjadi
pembekuan darah dan terjai koagulasi intra vaskuler dikuti tromboemboli. Hal
tersebut berdampak pada arteri renalis yang berlanjut sampai kapiler kapiler
menimbulkan kerusakan ginjal dan terjadi penyakit gagal ginjal kronis. (Sudoyo,
tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi, semakin tinggi tekanan darah
dalam waktu yang lama maka semakin berat komplikasi yang ditimbulkan,
terutama pada ginjal (Tessy, 2013). Berdasarkan penelitian Vike (2018) terdapat
hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan stadium gagal ginjal kronik,
Tn. T menjalani HD selama 30 bulan, salah satu terapi yang dilakukan untuk
satu terapi pengganti ginjal buatan dengan tujuan untuk eliminasi sisa – sisa
menjalani proses hemodialisa 1-3 kali seminggu, hal ini dan setiap kalinya
untuk mencapai kondisi yang normovolume dan normotensi. Pada saat dilakukan
besarnya ultrafiltrasi tergantung dari penambahan berat badan antara dua sesi
hemodialisis dan target berat kering. Penentuan berat badan kering dilakukan
secara klinis melalui evaluasi tekanan darah, tanda –tanda overload dan toleransi
pasien terhadap ultrafiltrasi saat hemodialisis untuk mencapat taget berat badan
(KDOQ, 2013). Berat badan kering digunakan sebagai target untuk membuang
dari kelebihan cairan, berat badan pasien seharusnya dalam kesimbangan cairan
yang normal, tanpa adannya odema atau kelebihan air pada jaringan interstitial
berat badan diantara dua waktu hemodialisis atau yang diistilakan Interdiallitic
menyebabkan hipotensi, hipertensi, kram otot dan sesak nafas (Hwang & Chien,
2013).
Hasil penghitungan IDWG pasien 2,6%, hal tersebut menunjukan nilai IDWG
mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitic (istanti, 2014).
Menurut Neuman (2013) IDWG dapat ditoleransi oleh tubuh tidak lebih dari 3%
berat badan kering. Semakin tinggi IDWG maka menunjukan semakin besar
Pada pemeriksaan fisik, Pada kulit terlihat kering, bersisik, kehitaman, terdapat
bekas garukan dan bekas luka pada tangan dan kaki, Tn.T juga mengeluh terasa
gatal. Pruritis uremia merupakan istilah yang merupakan suatu gejala resisten
yang umum terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa jangka panjang.
(Pedede, 2010). Creatinin dan blood urea nitrogen (BUN) juga memiliki
pada kedua kelompok, serum BUN dan creatinine meningkat pada pasien
hemodialisa dan pruritus. Pruritus juga dikaitkan dengan obat anti hipertensi pada
pasien gagal ginjal kronis seperti angiotensin ihbitor akan lebih sering
Pola pengkajian kesehatan didapatkan pola eliminasi pasien BAK sedikit 2-3 kali
perhari ±400 ml/hari. Sesuai dengan teori pada gagal ginjal kronik , pasien mulai
merasakan gejala-gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi
menjadi oliguria (pengeluaran urine kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan
Hasil pemeriksaan laborat Tn. T pada tanggal 11 Maret 2022, menujukan hasil
kadar ureum dan creatinine yang lebih tinggi dari hasil normal. Pemeriksaan
diagnosis gagal ginjal, karena senyawa ini hanya dapat diekskresikan oleh ginjal.
nitrogen terutama ada dalam otot (Denita, 2015). Ureum adalah hasil akhir
metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya
dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari.
filtrasi glomerulus pada penderita gagal ginjal kronis akan meningkatkan kadar
ureum dan kreatinin. Pada LFG < 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda
uremia yang nyata, seperti anemia, peningkatan tekanan darah, mual dan badan
protein yang akan mempengaruhi pengaturan fungsi regulasi dan ekskresi yang
53
dan basa, retensi nitrogen dan metabolism lain gangguan hormonal, serta
Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan suatu pemeriksaan fungsi ginjal untuk
menilai fungsi ekskresi ginjal, dengan cara menghitung banyaknya filtrate yang
kronis stadium 5 dan menunjukan ginjal tidak dapat berfungsi sehingga zat – zat
sisa dan cairan yang berlebih menumpuk didalam tubuh dalam kondisi tersebuh
2013).
mg/dl. Faktor utama penyebab anemia pada gagal ginjal kronik di sebabkan
berkurangnya sel darah merah akibat turunya kadar hormon eritopoetin. Anemia
pada penderita GGK juga dipengarui hemodialisis dalam jangka panjang, hal
Jumlah zat besi yang hilang dalam sel darah merah selama menjalani
hemodialisis regular antara 1,5-2,0 gram setiap tahunya, jumlah ini jau lebih
besar dari zat besi yang dapat diserap melalui makanan oleh saluran cerna. Jika
keadaan ini erus terjadi secara terus menerus makan akan mengakibatkan
54
Berikut ini adalah diagnosis keperawaan yang muncul terhadap pasien beserta
pemahasanya:
menahan air dan natrium dengan proposi yang sama dengan cairan
peningkatan kandngan natrium total (Kozier & Erb, 2010). Menurut SDKI
waktu singkat, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak daripada
output (balans cairan positif). Pada penyakit ginjal kronik, ginjal tidak dapat
(Padila, 2012).
sering merasakan haus, dan merasa selalu ingin minum, Pasien minum
1000ml/ hari, makan 2 kali sehari, Berat badan meningkat 2 kg dalam 2 hari
derajat +1,
salah satunya adalah kondisi overload cairan yang merupakan faktor pemicu
kering, kelebihan cairan), monitor tanda tanda bital, tanda perdarahan, respon
56
4.
memeriksa tanda dan gejala hypervolemia seperti adanya edema, JVP, suara
membatasi cairan yaitu kumur dengan obat kumur rasa mint, memberikan
cairan.
jumlah asupan cairan dan garam pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
jumlah cairan yang diminum dan jumlah urin yang keluar setiap harinya.
Pemberian cairan pada paien gagal ginjal kronis harus sesuai dengan jumlah
ditentukan jumlah urin output dalam 24 jam atau sekitar 500-700 ml/hari di
tambahkan dengan urin output. Batas toleransi kebutuhan cairan pasien 900
ml/hari.
Edukasi yang dapat di berikan untuk membatasi cairan yaitu dengan kumur
dengan obat kumur rasa mint dengan tujuan untuk mengurangi rasa haus dan
(2015) yang berjudul “Pengaruh kumur dengan obat kumur rasa mint
seminggu dan pada waktu siang hari. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil
Intensitas rasa haus sebelum diberikan intervensi kumur dengan obat kumur
rasa mint pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa sebagian besar
berada pada intensitas haus sedang sedangkan intensitas rasa haus sesudah
diberikan intervensi kumur dengan obat kumur rasa mint pada pasien PGK
yang menjalani hemodialisa sebagian besar berada pada intensitas rasa haus
ringan. Dan membuktikan adanya pengaruh pemeberian obat kumur rasa mint
Implementasi kumur dengan obat kumur rasa mint yang telah diberikan pada
58
diterapkan saat dirumah. Pasien mengalami pengurangan rasa haus, dari haus
sedang menjadi haus ringan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk
di dapatkan hasil, pasien dapat menahan haus dan hanya terjadi penambahan
Berkumur dengan obat kumur rasa mint dapat berpengaruh terhadap rasa
haus responden akibat dari sifat atau kandungan dari mint dan dari gerakan
kimia dari mint adalah menthol yang mempunyai sensasi rasa dingin dan
menyegarkan pada mulut (Putra, 2013), selain itu gerakan berkumur dapat
pengunyahan.
aferen yang membawa informasi ke pusat liur (saliva) yang terletak di medula
batang otak, seperti samua pusat otak yang mengontrol aktivitas pencernaan.
kelenjar liur untuk meningkatkan sekresi saliva sehingga rasa haus akan
berat badan 2kg setelah HD, dan pasien masih mengalami peningkatan berat
manajemen hipervolemia.
di tandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, warna kulit pucat Perfusi
jaringan perifer tidak efektif adalah keadaan dimana individu mengalami atau
burger’s, krisis sel sabit, sirosis alkoholisme (Nurarif & Kusuma, 2015)
Luaran utama pada diagnosis perfusi perifer tidak efektif adalah perfusi
yaitu Pasien mengatakan lemas, tekanan darah 180/90, nadi 93, MAP : 120
Penyakit gagal ginjal kronis dengan tanda dan gejala hipertensi akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivias system renin, angiotensin dan aldosterone,
Intervensi yang telah dilakukan pada Tn. T untuk mengatasi masalah perfusi
berolahraga rutin
dilakukan aplikasi pada Nn.E yang mengalami masalah tekanan darah tinggi.
Nn.E juga masuk dalam kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi
mmhg sebelum pasien meminum obat anti hipertensi. Hasil yang didapatkan
dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau senyuman yang
menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, peredaran darah
meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang dinamis dalam waktu singkat.
Tawa meningkatkan kapasitas vital dan oksidasi paru. Nafas kuat juga ikut
62
aliran oksigen dan nutrisi, artinya dengan bernafas kuat, kontraksi otot
jantung akan lebih terlatih dalam hal irama ritmik otomatisnya, sehingga
aliran darah menjadi lebih baik. darah dalam pembulu akan lebih cepat
pasien yaitu hemodimika stabil, CRT < 2 detik, pasien menjalani HD selama
4 jam, dan tidak terdapat komplikasi saat HD. Terapi tertawa yang
diapikasikkan terhadap pasien belum efektif. Karena aplikasi ini belum dapat
Pasien juga memiliki kepribadian yang pemalu, sehingga terapi ini sulit
Luaran utama pada diagnosis gangguan integritas kulit adalah integritas kulit
dan jaringan. Penulis menetapkan diagnosis ini dengan data yang diperoleh
yaitu kulit terasa gatal dan kering, kulit warna kehitaman, kering dan bersisik,
CRT > 3 detik, Ureum : 164.5, Creatinin: 14.74, terdapat bekas luka karna
garukan pada kaki dan tangan, terpasang double lumen pada klavicula dextra.
sisa metabolisme yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal sehingga terjadi
tetap berada dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler
kulit yang bisa merubah pigmen kulit (Prabowo & Pranata, 2014). Sisa
limbah dari tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit
maka dapat menyebabkan pruritus, perubahan warna kulit, uremic frosts dan
apabila tidak segera ditangani dapat mengiritasi dan menyebabkan luka yang
bisa menjadi infeksi akibat garukan pada kulit saat terasa gatal. Selain itu
pada saat menggaruk maka rasa gatal akan semakin berat hingga terjadi
alamiah dan membantu menjaga kelembaban kulit serta baik digunakan untuk
kelebihan protein, karena protein dalam makanan yang tidak dipakai dipecah
menjadi urea dan sisa nitrogen lainya kemudian diekskresi oleh ginjal
yang didapatkan dengan judul “Gel lidah buaya untuk mengurangi pruritus
pada pasien gagal ginjal kronik”. Penelitian ini dilakukan oleh Fatimah
(2018). Penelitian ini berujuan untuk menganalisa efektifitas gel lidah buaya
Pemberian gel ini dilakukan selama 2 kali sehari setelah mandi selama 3 hari,
sebelum di berikan gel dilakukan pacth test pada lengan atas bagian dalam
penelitian ini adalah pasien mengalami pruritus dan menderita gagal ginjal
dan dengan kriteria ekskusi memiliki alergi pada gel lidah buaya. Hasil
menggunakan gel lidah buaya selama 2 hali sehari dalam waktu 3 hari, pasien
menjadi lembab dan tidak bersisik. Luka bekas garukan juga menjadi kering.
Hal ini dapat terjadi karena gel lidah buaya selain untuk kelembapan kulit
membuat lidah buaya dapat mengurangi kasar dan bertindak sebagai astrigent
Evaluasi dari hasil kulit pasien lembab dan tidak kering. Pasien juga
merasakan gatal telah berkurang, CRT <2 detik. Terapi yang dilakukan
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pengelolaan kasus berkaitan asuhan
keperawatan gagal ginjal kronik pada pasien Tn. T dengan masalah hipertensi di
A. Simpulan
seminggu dua kali setiap hari rabu dan sabtu, pasien sudah melakukan HD
h kiri. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh badan terasa lemas. Berat
badan pasien saat datang 75 kg, berat badan setelah HD sebelumnya 73 kg,
Suhu: 36,3 C.
lainya yang muncul adalah perfusi perifer tidak efektif dan gangguan
integritas kulit.
berdasarkan SIKI. Intervensi yang disusun dengan kriteria hasil dan luaran
6. Analisa kasus yang dilakukan sudah sesuai dengan teori, penelitian jurnal.
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien gagal ginj
etahuan mengenai proses asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien gagal ginj
al kronis dengan masalah hipertensi. Diharapkan pada pasien gagal ginjal kro
68
DAFTAR PUSTAKA
Aisara, et al. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas 7(1): http://jurnal.fk.unand.ac.id
American Heart Associaton (2017). Guideline For the Prevention, Detection,
Evaluation and Management of High Blood Pressure in Adults, Hypertension
Highlights From the 2017. doi: 10.1161/HYP.0000000000000065.
Arfany,N.W., Armiyati,Y & Kusumo,M.B. (2014). Efektifitas mengunyah permen
karet rendah guka dan mengulun es batu terhadap penurunan rasa haus
69
Putri, Eka. Dkk. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga dan Kebutuhan Spiritual de
ngan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik dalam Menjalani Terapi
Hemodialisis di RSUD Bangkinang.
Rekam Medik RS Panti Wilasa Citarum. 2021.
Setiati S. Hemodialisis. In: Suhardjono, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6.
Jakarta: Interna Publishing. 2015. p.2194-8.
Sunarni, E., Maliya, A., & Purwanti, O. S. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Interdialytic Weight Gain (Idwg) pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di
Unit Hemodialisis RSUD Boyolali. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/71791
World Health Organization. (2015) The World Health Organization; Quality Of Life.
Diakses tanggal 10 Maret 2022 dari http//www.whoqol.breff.org.
72
LAMPIRAN
Lampiran 1
Oleh:
Fransiska Fanilaning Tyas
521044
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. T
2. Usia : 54 Th
5. Suku/bangsa : Jawa
74
7. Agama/keyakinan : Katolik
8. Pekerjaan : PNS
1. Nama : Ny. T
2. Usia : Katolik
C. KELUHAN UTAMA :
D. RIWAYAT KESEHATAN :
setiap hari rabu dan sabtu, pasien sudah melakukan HD selama 30 bulan.
ajian pasien mengeluh badan terasa lemas. Berat badan pasien saat datang
wayat penyakit hipertensi selama 7 tahun dan neuropati DM, pada bulan
April 2019 pasien menderita penyakit CKD hingga menjalani rawat inap
di RS Panti Wilasa Citarum Semarang. Saat rawat inap tekanan darah pasi
en meningkat selalu tinggi, dengan keluhan pusing, mual dan nyeri perut t
runan fungsi ginjal dan pasien dianjurkan dokter untuk menjalani program
E. KEADAAN UMUM :
1. Kesadaran :
Kualitatif : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital :
Suhu : 36oC
Nadi : 90 x/mnt
Pernapasan :
Pengukuran :
76
BB : 75
TB : 160
IMT : 29,29
GENOGRAM :
Keterangan :
: pasien
F. PEMERIKSAAN FISIK
4. Mulut: mukosa mulut lembab, tidak terdapat stomatitis, tidak ada perdara
6. Dada:
77
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus kanan dan kiri sei
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
7. Jantung:
Perkusi : pekak
8. Abdomen:
Perkusi : tympani
55555555
Kekuatan otot
55555555
10. Integumen: kulit kering, terasa gatal, bersisik dan kehitaman, pucat anemi
s CRT < 3 detik, terdapat bekas luka garukan pada tangan dan kaki
esehatan, selalu telat makan, jarang minum air putih dan tidak pernah ber
78
olahraga, jika ada keluhan sakit hanya membeli obat di apotek. Saat ini su
i seminggu dan rutin minum obat rutin, pasien mengatakan bahwa menjag
kter.
3. Pola eliminasi
Kesimpulan = hipervolemia
Di Rumah : Pasien mengatakan badan lemas, saat ini bekerja dari rumah,
aik
6. Pola istirahat-tidur
engan keadaan
Di Rumah : Pasien berkerja sebagai karyawan swasta saat ini bekerja dar
ama pasien
9. Pola reproduksi/seksualitas
81
produksi
H. DATA PENUNJANG
I. TERAPI
III.DIAGNOSA KEPERAWATAN
IV. INTERVENSI
V. CATATAN KEPERAWATAN
RR: 18
Ureum : 164.5,
Creatinin : 14.74
1 Menga DS:
jarkan - Pasien mengatakan setelah
kumur kumur dengan obat kumur rasa
dengan mint, haus berkurang
obat DO:
kumur - Pasien dapat melakukan
rasa kumur dengan obat kumur rasa
mint mint,
- Pasien akan melakukan
kumur bila merasa haus,
- Saat dilakukan HD pasien
minum 100ml
2 Menga DS:
jarkan - Pasien mengatakan lebih
terapi tenang, terasa nyaman
tertaw
a
DO:
- TD : 150/80,
N: 78,
S : 36.3,
RR:18
2 Menga DS:
njurka - Pasien mengatakan akan rutin
n minum obat anti hipertensi
untuk DO:
rutin - Pasien meminum obat
minum herbesser 100mg
obat
anti
hiperte
nsi
3 mengi DS:
dentifi - Pasien mengatakan kulit terasa
kasi gatal dan kering
gangg DO:
uan - Kulit warna kehitaman, kering
integrit dan bersisik
as kulit CRT > 3 detik
(perub Ureum : 164.5,
ahan Creatinin: 14.74
sirkula - Terdapat bekas luka karna
si) garukan pada kaki dan tangan
- Terpasang AV Shunt ditangan
kiri
3 Menga DS:
njurka - Pasien mengatakan gatal
87
3 Mengo DS:
lesi - Pasien mengucapkan
terimkasih dan senang karena
area kulit dirawat
kulit - Rasa gatal berkurang
yang DO:
kering - Kulit lembab
- Kulit tak kering dan tak
bersisik
- Bekas luka mongering
- Pasien tak menggaruk kulit
2 1, Mengu DS:
3 2, kur - pasien mengatakan tidak ada
/ 3 TTV keluhan
0 dan DO:
3 Melak - TD : 170/80,
/ ukan N: 96
2 progra S:36.24
2 m HD RR: 17
- Pasien di lakukan hemodialisa
dengan akses AV Shunt, Alat
nipro dengan holofiber Eliso 15
H
Blood Flow Rate: 200
Venous Presure: 6
Ultrailtrasi: 0.75
UF Goal: 3000
2 Menga DS:
njurka - Pasien mengatakan akan
n minum obat
untuk - Pasien merasa nyaman dan
minum lebih tenang saat
obat mendengarkan music saat HD
anti
hiperte
nsi dan DO:
mende - TD : 150/70,
ngarka N: 70,
n S:36.2,
music RR: 17
saat
HD
2 1, Mengu DS:
6 2, kur - pasien mengatakan tidak ada
/ 3 TTV, keluhan
0 Mejala DO:
3 nkan - TD : 170/80,
/ progra N: 99
2 m HD S:36.2
2 RR: 17
89
- Pasien di lakukan
hemodialisa dengan akses AV
Shunt, Alat nipro dengan
holofiber Eliso 15 H
Blood Flow Rate: 200
Venous Presure: 6
Ultrailtrasi: 0.75
UF Goal: 3000
1 Mengi DS:
dentivi - Pasien mengatakan sudah
kasi menbatasi minum
adanya DO:
hyperv - Kedua kaki tak bengkak
olemia - Kenaikan BB 1 kg
Nama P
Tanggal Catatan Perkembangan
erawat
16/03/22 SOAP PULANG: Siska
S:
- Pasien mengatakan lemas, tak sesak
- Pasien mengatakan bosan menjalani program HD d
an bosan minum obat rutin
- Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan menja
lani aktivitas seperti biasa
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
90
A:
- Masalah Hipervolemia, Perfusi jaringan tidak efekt
if dan gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjukan Intervensi
- Management Hipervolemia
- Perawatan sirkulasi
- Perawatan kulit
SOAP PULANG:
S:
- Pasien mengatakan rasa haus berkurang
- Kulit lembab
- Kulit tak kering dan tak bersisik
91
SOAP PULANG
S:
- Pasien mengatakan akan minum obat
- Pasien merasa nyaman dan lebih tenang saat mende
ngarkan music saat HD
O:
- TD : 150/70, N: 70, S:36.2, RR: 17
- hemodialisa dengan akses AV Shunt, Alat nipro de
ngan holofiber Eliso 15 H
- Blood Flow Rate: 200
- Venous Presure: 6
- Ultrailtrasi: 0.75
- UF Goal: 3000
92
A:
- Masalah Hipervolemia, Perfusi jaringan tidak efekt
if belum teratasi
P: Lanjutan intervensi
- Management Hipervolemia
- Perawatan sirkulasi
26/03/22 SOAP DATANG: Siska
S:
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
- Pasien mengatakan sudah membatasi minum
- Bila haus kumur dengan obat kumur
O:
- TD : 170/80,
- N: 99
- S:36.2
- RR: 17
- Kenaikan BB 1 kg
A:
- Masalah hypervolemia belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi management hypervolemia
SOAP PULANG
S:
- Pasien tidak ada keluhan
O:
- Pasien di lakukan hemodialisa dengan akses AV Sh
unt, Alat nipro dengan holofiber Eliso 15 H
- Blood Flow Rate: 200
- Venous Presure: 6
- Ultrailtrasi: 0.7
- UF Goal: 2200
A: Masalah hypervolemia belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi management hypervolemia
Lampiran 2
NIM : 521044
93
Pantiwilasa Citarum
Hari / TTD
No. Revisi / Saran TTD Pembimbing
Tanggal Mahasiswa
Fransiska
- Acc judul
- Lanjutkan bab 1
Fransiska
belakang
- Konsul askep,
tambahkan intervensi
terbaru
- Tambahkan pathway
- Lanjut BAB 3
Fransiska
terkait jurnal
Fransiska
- Lanjut BAB 4
Ns. Ratnasari, M.Kep Fanilaning T.
95
dijabarkan lagi
impelemtasi yang
Fransiska
9 Senin, 1 ACC
Agustus
2022