Ktin Corona
Ktin Corona
S
DENGAN HAPPY HIPOXIA DI IGD RS PANTIWILASA
CITARUM SEMARANG
Oleh:
Hani gayuh istari
5.20.050
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Ners
Oleh:
Hani gayuh istari
5.20.050
i
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS
Karya Tulis Ilmiah Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Tanda Tangan :
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik STIKES Telogorejo Semarang, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : Hani Gayuh Istari
NIM : 5.20.050
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah Ners
iv
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan penyakit,
mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang lebih parah, seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Sebagian besar coronavirus adalah virus yang tidak berbahaya. Virus
corona pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1960 dalam hidung pasien
yang terkena flu biasa (common cold).Virus ini diberi nama berdasarkan struktur
mirip mahkota di permukaannya. “Corona” dalam bahasa Latin berarti “halo” atau
“mahkota”. Dua coronavirus pada manusia, yaitu OC43 dan 229E, adalah yang
bertanggung jawab atas terjadinya sebagian flu biasa. Penyakit SARS, MERS, dan
COVID-19 yang menjadi pandemi saat ini disebabkan oleh tipe coronavirus lain.
Coronavirus merupakan virus zoonosis, artinya virus ini menyebar dari hewan ke
manusia. Tujuan penulis Mampu menganalisis asuhan keperawatan yang
komprehensif pada pasien yang mengalami Covid – 19 dengan gejala happy hypoxia
di IGD, hasil pengkajian pasien mengatakan sudah 7 hari batuk kering,badan demam,
lemas, merasa cepat lelah saat dipakai untuk berktivitas mengalami mual muntah
tidak enak badan,nyeri tenggorokan, kemudian di bawa ke IGD RS PANTI WILASA
Semarang, dilakukan pemeriksaan ttv didapatkan , wajah tampak pucat , kesadaran
compos mentis, GCS E4M6V5, TD 140/100 mmHg, MAP 113,3 mmHg, N
75x/menit, S 38,5oC, RR 26x/menit reguler, SpO2 88 %, CRT >3 detik,hasil AGD :
PH : 7,74 SaO2 : 88%, PaO2 : 110 mmHg, PaCO2 : 45mmhg , HCO3 : 30 mEq/L,
akral teraba hangat,kemudian dilakukan swab test antigen didapatkan hasil positif
nilai CT 28 yang artinya positif kuat. Diagnosa priotitas yang muncul adalah
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
Tindakan keperawatan dan implementasi pada diagnosa tersebut adalah pemantauan
respirasi. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas, mengetahui tingkat
upaya nafas, monitor saturasi oksigen, memantau saturasi oksigen dalam tubuh,
monitor nilai AGD , memantau nilai gas darah, atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien, memantau perkembangan respirasi pasien, jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan. Hasil evaluasi Dari data tersebut, penulis menyimpulkan
masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi. Oleh sebab itu, penulis
merencanakan untuk menlajutkan intervensi (monitor frekuensi nafas, monitor
saturasi oksigen, kolaborasi pemberian bronkodilator,dan monitor AGD)
v
NERS PROFESSIONAL EDUCATION STUDY PROGRAM
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
Coronaviruses (CoV) are a large family of viruses that cause illness, ranging from
the common cold to more severe respiratory illnesses, such as Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).Most
of the coronaviruses are harmless viruses. Corona virus in humans was first
discovered in 1960 in the nose of a patient who had the common cold.The virus is
named after the crown-like structure on its surface. “Corona” in Latin means
“hello” or “crown”.Two human coronaviruses, OC43 and 229E, are responsible for
some of the common cold. Disease. SARS, MERS, and COVID-19 which are
currently pandemics are caused by other types of coronavirus. Coronavirus is a
zoonotic virus, meaning it spreads from animals to humans. The author's goal is to
be able to analyze comprehensive nursing care for patients who experience Covid-19
with symptoms of happy hypoxia in the ER, the results of the patient assessment say
that it has been 7 days of dry cough, fever, weakness, feeling tired quickly when used
for activities, experiencing nausea and vomiting, not feeling well , sore throat, then
brought to the ER PANTI WILASA Hospital Semarang, a TTV examination was
obtained, the face looked pale, compos mentis consciousness, GCS E4M6V5, BP
140/100 mmHg, MAP 113.3 mmHg, N 75x/minute, S 38, 5oC, RR 26x/min regular,
SpO2 88%, CRT>3 seconds, AGD result: PH: 7.74 SaO2: 88%, PaO2: 110 mmHg,
PaCO2: 45mmhg, HCO3: 30 mEq/L, warm akral palpation, then swab test for
antigen obtained positive result CT 28, which means strong positive. The priority
diagnosis that arises is Impaired gas exchange related to ventilation-perfusion
imbalance. Nursing action and implementation of the diagnosis is respiratory
monitoring Monitor the frequency, rhythm, depth and effort of breathing, determine
the level of breath effort, monitor oxygen saturation, monitor oxygen saturation in
the body, monitor AGD values, monitor blood gas values, set respiratory monitoring
intervals according to patient conditions, monitor the progress of patient respiration,
explain goals and monitoring procedures. Evaluation results From these data, the
authors conclude that the problem of gas exchange disturbances has not been
resolved. Therefore, the authors plan to continue the intervention (respiratory rate
monitoring, oxygen saturation monitoring, collaborative bronchodilator
administration, and AGD monitoring)
vi
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
Ilmiah Ners yang berjudul “Asuhan Keperawatan Covid – 19 Dengan Happy Hipoxia
Karya Tulis Ilmiah Ners ini disusun untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Karya Tulis Ilmiah ini Ners dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala
terimakasih kepada:
Telogorejo Semarang.
3. Ns. Sri Puguh Kristiyawati, M.Kep.,Sp.MB selaku Ketua Program Studi S-1
dan meluangkan waktu dalam penyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ns. Bagus Ananta Tanujiarso, M.Kep selaku ketua penguji yang telah
vii
7. Bapak Hadi Purnomo selaku ayah penulis yang telah berjasa selama ini dalam
8. Ibu Istim selaku ibu penulis yang telah menyemangati dan memberikan kasih
9. Teman teman penulis Puput windy, Uly amiroh, Meli dyah,Erika fifin,Intan
fiana, Millatus syafiroh, Debyana anggi, Astria finisha yang telah menemani
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini penulis berusaha semaksimal
mungkin dengan segala kemampuan yang ada. Namun peneliti menyadari bahwa
penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini, masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik
dan saran yang sangat membangun dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTACT ....................................................................................................... vi
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 2
B. Tujuan………………………………………………………………... 3
C. Manfaat……………………………………………………………..... 4
A. COVID – 19…………………………………………………………… 6
B. Happy Hipoxia………………………………………………………… 29
C. Pathways………………………………………………………………. 45
D. Asuhan Keperawatan………………………………………………….. 47
A. Pengkajian……………………………………………………………... 54
ix
B.Diagnosa – Evaluasi……………………………………………………. 59
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………. 65
A.Pengkajian……………………………………………………………. 65
A.Simpulan……………………………………………………………… 80
B.Saran………………………………………………………………….. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR SKEMA
Halaman
xi
LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang disebabkan oleh Coronavirus yang baru muncul yang pertama dikenali
yang terkait erat dengan virus SARS. (World Health Organization 2020).
kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah hingga saat ini
pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di
Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan
2020).
1
Setelah dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari
manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih
misterius dan penelitian masih terus berlanjut (PDPI 2020). Berdasarkan data
(Global situation Report WHO, 2020). Situasi pandemi saat ini berdasarkan
update terakhir pada tanggal 10 Januari 2021 yaitu hanya dukungan ventilasi.
Temuan serupa dilaporkan dalam dua studi terbaru dari cluster keluarga dan
cluster yang disebabkan oleh transmisi dari individu tanpa gejala. Sebanding
dengan studi demografi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa pasien MERS-
CoV juga mengalami demam (98%), batuk kering (47%), dan dispnea (55%)
akibat dari infeksi COVID-19. Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan
yang cepat dan sesuai. Sehingga sangat penting untuk dilakukan monitoring
dari saturasi oksigen yang tidak terdeteksi pada pasien COVID-19 salah
2
3
Banyak pasien datang dengan hipoksemia arteri yang jelas namun tanpa
Hypoxemia ini biasanya diawali dengan dyspnea sebagai sensasi awal. Guan
melaporkan dispnea hanya pada 18,7% dari 1.099 pasien COVID-19 yang
yaitu ARDS, dimana situasi ini berkenaan sebagai akibat dari keterlambatan
klinis 6 pada pasien Covid-19, dan pada akhirnya menunda pasien untuk
mencari perawatan medis yang penting. Pasien yang dirawat dengan COVID-
pasien Covid-19, terlepas dari hipoksemia arteri yang diucapkan, dapat keliru
mengarah pada kesimpulan bahwa pasien tidak dalam kondisi kritis. Kasus-
kasus tersebut dapat dengan cepat melompati tahap evolusi klinis dan
pasien yang lebih baik, mengurangi risiko komplikasi medis dan kematian
bergerak dinamis dan tidak hanya pada pasien yang dirawat, juga tidak
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
IGD.
4
5
Covid – 19.
hipoxia.
3. Manfaat
happy hipoxia.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Covid – 19
a. Definisi
pada tahun 1960 dalam hidung pasien yang terkena flu biasa
flu biasa.
6
7
(Handayani, 2020).
b. Etiologi
(Handayani, 2020)
Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang
virus ini juga disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus atau 2019-
manusia. Virus bisa ditularkan lewat droplet, yaitu partikel air yang
berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat batuk atau bersin.
penyakit kronis, dan memiliki daya tahan tubuh rendah lebih rentan
( Susilo, 2020).
c. Faktor resiko
6) penyakit hati
(Susilo, 2020).
d. Manifestasi klinik
8
9
dengan COVID-19 :
2) Batuk (67,8%)
4) Parestesia
7) Penciuman (5.1%)
8) Penglihatan (1.4%)
( Susilo, 2020)
e. Komplikasi
1) Pneumonia
Kondisi gagal napas akut terjadi pada kurang lebih 8% pasien yang
kerusakan hati.
6) Kerusakan jantung
8) Infeksi sekunder
10
11
tapi masih berpotensi untuk muncul. Sebagian ada yang ringan dan
organ yang sehat. Jika proses ini tidak segera berhenti, tekanan
darah akan turun drastis hingga pada tahap yang berbahaya dan
menyebabkan kematian.
organ dalam atau gagal organ vital (gagal ginjal, gagal hati, gagal
12) Rhabdomyolisis
jaringan otot akan rusak dan mati. Hal ini menyebabkan protein
mengakibatkan kematian.
f. Penatalaksanaan
12
13
imunoregulasi.
e) N-acetylcysteine (NAC):
f) Dextromethorphan:
berkala
14
15
b) Terapi oksigen
d) Terapi Simptomatik
16
17
dengan alat.
pengerjaan sampelnya.
Karena itu, hasil rapid test yang positif atau reaktif tidak selalu
sistem imun.
sampel.
18
19
(WHO, 2019)
h) Patofisiologi
virus DNA dan RNA, dan virus hanya memiliki salah satu
material genetik, entah DNA atau RNA saja dan tidak terdapat
abiotik.
20
21
tindakan kedokteran.
22
23
Skema 2.1
Lansia
Mempunyai factor komorbid yaitu penyakit
pernafasan kronis,asma,dm,gagal ginjal
kronis,penyakit jantung,HIV/AIDS
Intoleransi aktivitas
2. Happy hypoxia
a. Definisi
b. Etiologi
24
25
c. Manifestasi klinis
Sebelas Maret (UNS), Jawa Tengah, Tonang Dwi Ardiyanto, cara lain
(Hidayah, 2020).
d. Penatalaksanaan
Bagi pasien covid 19 yang mengalami happy hypoxia ada beberapa cara
kondisi normal.
Baik hipoksia dengan gejala atau tidak, perlu adanya bantuan dokter
pendukungnya
sebelumnya
(Hidayah, 2020).
B. KONSEP KEPERAWATAN
26
27
b. Breathing
c. Circulation
2. Pernapasan : 25x/menit
d. Disability
penuh
e. Eksposure:
Tabel 2.3
Nilai Keterangan
Respon Verbal
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
disertai demam yang tak kunjung turun tanpa gejala sesak nafas.
28
29
f. Aktivitas/ Istirahat
dan demam
g. Sirkulasi
h. Integritas Ego
3) Gembira
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
i. Eliminasi
j. Makanan/ Cairan
k. Neurosensori
2) Kelemahan
30
31
pemecahan masalah).
persepsi
n. Kenyamanan / Nyeri
otot
o. Pernapasan
p. Keamanan
q. Interaksi Sosial
pusing.
3. Pemeriksaan penunjang
meliputi:
Erat)
erat.
c. Kriteria A
lebih dari satu kriteria klinis dan lebih dari satu kriteria
d. Kriteria Klinis
32
33
1) Demam/riwayat demam
2) Batuk
3) Kelelahan
4) Sakit kepala
5) Nyeri otot
6) Nyeri tenggorokan
7) Oryza/pilek/hidung tersumbat
8) Sesak napas
9) Anoreksia/mual/muntah
10) Diare
d. Kriteria Epidemiologis
kontak
e. Kriteria B
4. Diagnosa Keperawatan
(D.0023)
(D0056)
metabolisme D.0004
5. Intervensi
34
35
antara lain:
neuromuskular)
diharapkan
KH ::
upaya nafas)
pasien
masuk
- Posisikan semifowler
R : melancarkan ventilasi
- R : mengurangi sputum
diharapkan
KH :
36
37
R : Memperjelas tindakan
KH :
KH :
meningkat 5
38
39
KH :
menurun 1
meningkat 4
pasien menurun
SLKI : termoregulasi
KH :
D.0004
40
41
KH :
yang tepat
RESUME KASUS
A. PENGKAJIAN
19
42
43
3L/mnt dengan target saturasi awal yang mana 88% untuk pasien
98 % , diberikan terapi obat per oral favipiravir dosis 1.600 mg/12 jam
seperti dm,hipertensi
kunjung turun serta batuk kering kurang lebih 7 hari dan nyeri pada
dan tenggorokan terdapat mukosa bibir kering terjadi nyeri telan . Pada
44
45
dilakukan pada tanggal agustus 2021 didapatkan hasil Hb11.8 g/dl (L),
33.5 % (L), glukosa sewaktu 162 mg/dL (H), ureum 118.7 mg/dl (H),
B. DIAGNOSA – EVALUASI
46
47
bronkodilator)
ventilasi perfusi
eleminasi karbondioksida
x 4 jam diharapkan
lanjut dengan cara pemberian obat penurun panas kolaborasi dengan dokter.
metabolisme
48
49
Diagnosa diatas penulis ambil atas dasar data pada gejala pasien
, dengan kriteria hasil yang ingin dicapai yaitu intake cairan dari
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan COVID –
A. Pengkajian
51
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan sudah 7 hari batuk
suhu diatas normal / demam, demam dikatakan bila suhu badan diatas
infeksi seperti virus, bakteri, jamur atau parasit salah satu hal yang perlu
persen pasien yakni diatas 37 derajat celcius. Perlu diingat bahwa semakin
tiga pasien dengan suhu tubuh corona mencapai 39,5 derajat celcius
52
53
menit atau 60 detik (Perry & Potter, 2011). Alat ukur kedua dari fungsi
RR atau pernapasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali per
melebihi batas normal namun tidak mengalami sesak nafas hal ini biasa
secara verbal. Fenomena ini disebut sebagai silent hypoxemia atau 'happy'
ini masih akan memiliki fungsi paru-paru yang cukup baik sehingga
persen pada orang sehat. Pada umumnya, ketika pasokan oksigen dalam
darah menurun, organ-organ seperti jantung, otak, dan organ vital lainnya
Times, 2020)
Hasil AGD yaitu PH : 7,74 SaO2 : 88%, PaO2 : 110 mmHg, PaCO2 :
gas darah ke seluruh tubuh. Saat darah melewati paru-paru, oksigen masuk
54
55
ke dalam darah sementara karbon dioksida terlepas dari sel darah dan
keluar ke paru-paru.
darah dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah, pada kasus tersebut
2020)
Pada saat pengkajian didapatkan hasil lab pasien mengalami covid 19 yang
covid mengalami sesak nafas namun pada kasus ini pasien covid tidak
happy hypoxia
Di IGD Mendapatkan terapi infus RL 8 tpm,terapi oksigen nasal kanul
3L/mnt dengan target saturasi awal yang mana 88% untuk pasien dengan
diberikan terapi obat per oral favipiravir dosis 1.600 mg/12 jam peroral
seperti dm,hipertensi.
rawat di rs yaitu mengalami demam yang tak kunjung turun serta batuk
56
57
kering kurang lebih 7 hari dan nyeri pada tenggorokan , badan lemas, diare
tampak bersih terpasang nasal kanul 3 liter . Pada pemeriksaan mulut dan
didapatkan hasil kanan positif dan kiri positif, pada pemeriksaan abdomen
terdapat bising usus 7 kali/menit terdapat nyeri tekan dan perkusi pekak.
127,19 mg/dL, Kreatinin : 4,83 mg/dL, dan clinical turgor kulit tidak
elastis.
covid – 19 tetapi tanpa gejala sesak nafas atau biasa disebut happy
hipoxia/silent hipoxia
Corona virus ini sendiri Coronavirus (CoV) merupakan keluarga besar dari
virus yang menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit
corona pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1960 dalam
“mahkota”. Dua coronavirus pada manusia, yaitu OC43 dan 229E, adalah
MERS, dan COVID-19 yang menjadi pandemi saat ini disebabkan oleh
berkurang.
Kondisi itulah yang pada akhirnya membuat para ahli medis kebingungan
58
59
hypoxia.
Penulis dalam kasus ini mengambil 5 diagnosa utama, yaitu bersihan jalan
spontan,hipertermi,diare
jalan nafas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, obstruksi jalan
Hal tersebut sesuai dengan data yang didapatkan dari pasien yaitu
terhadap benda asing, dan penurunan reflek batuk akibat dari gangguan
Selain itu kompensasi dari paru paru terhadap virus yang menginfeksi
masuknya cairan dan partikel padat ke dalam paru. Selain itu, status
jalan nafas terbuka dan bersih untuk pertukaran gas. Kriteria hasil
seperti pengisapan
60
61
pemberian oksigen.
Pada kasus ini ditemukan secret pada kedua lapang paru dengan adanya
Permatasari, dkk pada tahun 2016 bahwa terdapat pengaruh sebelum dan
(SaO2)
tetapkan yaitu produksi sekret menurun, tidak terdapat duara ronkhi, dan
dikendalikan.
jalan nafas pasien bersih pasiem belum mendapat cukup asupan oksigen
ventilasi perfusi
Indonesia (2017)
62
63
menurun , bunyi nafas tambahan yaitu infeksi saluran nafas hal itu
respirasi .
karbon dioksida terlepas dari sel darah dan keluar ke paru-paru. Dengan
tertentu. Sebagai contoh pada gagal ginjal, gagal jantung, diabetes yang
suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan
64
65
dengan koma 15 orang dan tidak koma 6 orang. PaCO2 yang normal
pada koma 8 orang sedangkan yang tidak koma 7 orang. Dari hasil uji
gangguan
lebih cepat sebagai awal mekanisme kompensasi dari tubuh, jika proses
hipoksia berlangsung lama karena beratnya suatu penyakit maka lama
evaluasi yang belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah penulis
tetapkan yaitu masih terjadi gangguan pertukaran gas , hasil AGD belum
monitor AGD)
Indonesia (2017) dimana adanya data pendukung yaitu suhu tubuh pasien
38,6 ̊C
meningkat.
tubuh pasien menurun dengan kriteria hasil pucat dari sedang 3 menjadi
66
67
yang dingin untuk menurunkan suhu tubuh kemudian berikan cairan oral
oksigen jika perlu untuk membantu proses oksigen dalam tubuh, kemudian
diberikan tepid sponge sebesar 38,5oC dengan standar deviasi 0,4oC. Nilai
Ada pengaruh kompres tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada
pemberian antipiretik).
terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh pada anak demam
antara tingkat kenyamanan pada anak demam setelah periode tepid sponge
bermakna.
37,5oC.
68
69
pada anak dengan demam, dengan nilai p :000 pada signifikansi 5%. Hal
penulis menggunakan air hangat dengan suhu 37oC karena pasien tidak
dengan kriteria hasil suhu tubuh menurun setidaknya 0,5oC – 1,8oC dan
suhu dalam batas normal (36oC – 37,5oC). Intervensi yang disusun adalah
dan konveksi.
evaluasi yang belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah penulis
2000ml/hari.
metabolisme
70
71
yang signifikan yaitu 88% tanpa adanya keluhan sesak nafas RR pasien 26
mekanik.
Implementasi yang dilakukan yaitu periksa indikasi mekanik hal ini untuk
pemeriksaan analisa gas darah yang diambil pada posisi pasien terlentang
Price dan Wilson (2006) adekuat tidaknya ventilasi paru ditentukan oleh
volume paru, resistensi j,alan nafas, compliance paru dan kondisi dinding
dada. Penurunan compliance paru dapat terjadi pada pasien dengan posisi
setelah diberikan intervensi. Perubahan posisi lateral kiri dan elevasi kepala
kiri elevasi kepala 30 derajat pasien terlihat lebih nyaman, tidak gelisah,
disuction.
Kondisi seperti ini menyebabkan bersihan jalan nafas efektif dan pasien
dan Adam (2009) posisi lateral kiri dapat memfasilitasi pergerakan sekret
dibantu oleh gaya grafi tasi dari paruparu ke saluran nafas bagian atas,
72
73
antara (a) kecepatan transpor oksigen dalam darah ke jaringan dan (b)
jenis kelamin, umur, berat badan, tidal volume dan kondisi patalogis seperti
tumor otak, post craniotomy, serta usia > 55 tahun, dan 1 responden dengan
post laparatomy eksplorasi luka, sepsis, serta terjadi perdarahan masif. Price
pada saraf pernafasan sehingga reflek batuk lemah dan terjadi retensi jalan
nafas yang disebabkan adanya penumpukan sekret di jalan nafas. Selain itu,
paru.
Martin et al. (2002) juga mengatakan bahwa klien dengan usia lebih
usia dan riwayat penyakit akan berdampak pada gangguan organ dan
berpengaruh terhadap penurunan kemampuan fungsional paru.
(2017) dimana adanya data pendukung yaitu data data pada gejala pasien
yaitu mengalami diare dan bising usus 8x/menit kemudian selain itu
pengaruh proses infeksi juga bisa menyebabkan seseorang diare seperti yang
selama 1x4 jam diharapkan masalah pasien berkurang , dengan kriteria hasil
yang ingin dicapai yaitu intake cairan dari sedang 3 menjadi cukup
asupan cairan
74
75
value= 0,004 (α < 0,05). Oralit 200 memiliki nilai osmolaritas rendah
cairan oleh mukosa usus sehingga mengurangi kadar air dalam lumen usus
lembek.
PENUTUP
A. Simpulan
berikut:
umumnya pasien covid mengalami sesak nafas namun pada kasus ini
76
77
B. Saran
78
DAFTAR PUSTAKA
Adi Susilo. (2020), Coronavirus Disease 2019. Tinjauan Terkini Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia v0 7 , NO. 1, 45-67
Hairunisa, Nany, and Husnun Amalia. 2020. “Review: Penyakit Virus Corona
Baru 2019 (COVID-19).” Jurnal Biomedika Dan Kesehatan 3(2):90–
100. doi: 10.18051/jbiomedkes.2020.v3.90-100.
Handayani, Diah, Dwi Rendra Hadi, Fathiyah Isbaniah, Erlina Burhan, and
Heidy Agustin. 2020. “Majalah Resmi Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia Official Journal of The Indonesian Society of Respirology.”
Jurnal Respirologi Indonesia 40(2):119–29.
Horvath, Lukas, Jason Wei Jun Lim, James W. Taylor, Tasfia Saief, Rhonda
Stuart, Joanne Rimmer, and Philip Michael. 2021. “Smell and Taste
Loss in COVID-19 Patients: Assessment Outcomes in a Victorian
Population.” Acta Oto-Laryngologica. doi:
10.1080/00016489.2020.1855366.
Kumar, D., Malviya, R., & Sharma, P. K. (2020). Corona virus: a review of
COVID-19. EJMO. Vol. 4. No. 1. 10.
Kumparan. (2020, mei 12). Gugus tugas: relawan non medis ke garda terdepan,
beri penyuluhan ke masyarakat. Retrieved from
https://kumparan.com/kumparannews/gugus-tugas-relawan-non-medis-
kegarda-terdepan-beri-penyuluhan-ke-masyarakat-1tOyD5onIbU
mandiri, P. (n.d.). Manajemen relawan.
Wu, Y. C., Chen, C. S., & Chan, Y. J. (2020). The outbreak of COVID-19: an
overview. j chin med assoc. Vol. 3. No. 83. 217
80
Lampiran 2
Di Susun Oleh :
520050
2020
F019/SOP/018-023/AKD
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny.S
2. Umur : 46 Th
3. Alamat : Banyumanik Semarang
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS/RB : 11/07/2021
6. Nomor Rekam Medis : 73510
7. Diagnosa Medis : COVID – 19
B. PENGKAJIAN PRIMER:
a. Airway (jalan nafas)
Bebas, tidak ada sumbatan yang menghalangi jalan nafas pasien, dan tidak ada secret
b. Breathing
Sonor
82
Lampiran 2
d. Auskultasi (suara nafas)
c. Circulation
3. Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif
- ResponMotorik :6
- ResponBicara :5
Kesimpulan : E4M6V5
6. Pernapasan :25x/menit
Irama : Reguler
Jenis : Dada
Saturasi O2 : 89x/mnt
d. Disability
a. GCS
E: 4 M:6 V: 5 = 15
b. Pupil :Isokor
e. Eksposure:
1. Keluhan utama:
Batuk kering
Pasien mengatakan sudah 7 hari batuk kering,badan demam, lemas, merasa cepat lelah saat dipakai
untuk berktivitas mengalami mual muntah tidak enak badan,nyeri tenggorokan, kemudian di
bawa ke IGD RS PANTI WILASA Semarang, dilakukan pemeriksaan ttv didapatkan , wajah
tampak pucat , kesadaran compos mentis, GCS E 4M6V5, TD 140/100 mmHg, MAP 113,3
mmHg, N 75x/menit, S 38,5oC, RR 25x/menit reguler, SpO2 93%, CRT >3 detik,hasil AGD :
PH : 7,74 SaO2 : 93 %, PaO2 : 110 mmHg, PaCO2 : 45mmhg , HCO3 : 30 mEq/L, akral teraba
hangat,kemudian dilakukan swab test antigen didapatkan hasil positif nilai CT 28 yang artinya
positif kuat . Di IGD Mendapatkan terapi infus RL 8 tpm,terapi oksigen nasal kanul 3L/mnt
dengan target saturasi awal yang mana 88% untuk pasien dengan resiko hiperkapnia sampai
mecapai target saturasi menjadi 94- 98 % , diberikan terapi obat per oral favipiravir dosis 1.600
mg/12 jam peroral yang merupakan terapi virus influenza ditemukan dapat meningkatkan
klirens virus dalam 7 hari dan meningkatkan klinis pasien dalam 14 hari ,diberikan antipiretik
paracetamol peroral 500mg/4 jam untuk menurunkan panas,diberikan terapi obat anti inflamsi
Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat penyakit yang menurun dan menul ar seperti
4. Riwayat AMPLE:
A = allergic/riwayat alergi:
Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya ataupun penyakit
yang parah
Yang menyebabkan pasien di rawat di rs yaitu mengalami demam yang tak kunjung
turun serta batuk kering kurang lebih 7 hari dan nyeri pada tenggorokan badan
lemas
-Rambut : Hitam
kanul 3 lt
g. Paru-paru
1) Inspeksi : 1. Perkembangan dada kanan dan kiri seimbang
3) Perkusi : Sonor
h. Jantung
Perkusi : Pekak
S1 : regular S2 : regular
i. Abdomen
Perkusi : Pekak
j. Ektremitas
- Ekstremitasatas
86
Lampiran 2
- Tidak terdapat edema
- Ekstremitas bawah
a. Health Promotion
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan menurun, pasien tidak
2) Riwayat pengobatan
- Yang dilakukan bila sakit : Pasien mengatakan jika sakit membeli obat di
warung/apotek terdekat, jika sakitnya tak kunjung sembuh pasien berobat ke tempat
Dirumah pasien makan 3x sehari dengan porsi sedang dan selalu habis, pasien tidak
merokok dan mengkonsumsi alkohol, jika ada waktu luang pasien melakukan
Ibu pasien mengatakan sehari-hari bekerja menjaga toko sembako di rumah dan suaminya
Mengencerkan dahak
anti inflamsi N –
acetylcysteine Mengobati gangguan pernafasan
peroral dosis 200 mg/3-
dengan /hari 4 kali
Ambroxol peroral
dosis 75 mg
4 1x/hari,remdes
ivir 200mg IV
drip
88
Lampiran 2
5
3.
b. Nutrition
1) A (Antropometri) :
a) BB biasanya : 55kg dan BB sekarang: 55kg
b) Lingkar lengan atas : 20cm
c) IMT :BB =55=55 = 20 kg
(TB)2m (1,65)2 2,7
Kesimpulan : BB normal (batas normal 18 – 22 kg/ m2)
3) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva
anemis/tidak:
Rambut pasien berwarna hitam, tidak terdapat ketombe, turgor kulit elastis, mukosa bibir
kering, konjungtiva anemis.
4) D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah sakit:
Pasien terpasang infuse rl pasien makan 3x sehari porsi sedang
5) E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:
Saat dirumah sakit aktivitas pasien terbatas hanya terbaring tidur di bed pasien
9) Cairan masuk
Cairan yang masuk ke tubuh pasien hanya infus RL
c. Elimination
1) Sistem Urinary
a) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Dalam sehari pasien BAK ±6x
2) Sistem Gastrointestinal
a) Pola eliminasi
Tidak ada gangguan pada sistem eliminasi
b) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Tidak ada gangguan ataupun konstipasi
d. Activity/rest
1) Istirahat/tidur
a) Jam tidur : 21.00 wib
b) Insomnia : -
c) Pertolongan untuk merangsang tidur:
Berbaring ditempat tidur
Aktivitas
a) Pekerjaan : berjualan di tokonya sendiri
b) Kebiasaan olahraga : Pasien setiap pagi berjalan kaki mengelilingi gang untuk
olahraga
c) ADL
Makan :Pasien makan sendiri
Toileting : pasien mampu melakukan toileting sendiri
Kebersihan : pasien rajin mandi 2 kali sehari
Berpakaian :pasien mampu berpakaian sendiri
d) Bantuan ADL :-
e) ROM :-
f) Resiko untuk cidera :-
2) Cardio respons
a) Penyakit jantung : Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung
b) Edema esktremitas : Tidak terdapat edem pada ekstremitas
c) Tekanan vena jugularis : Normal
3) Pulmonary respon
a) Penyakit sistem nafas : Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
pernafasan
b) Penggunaan O2 : Terpasang nasal kanul 3lt
c) Kemampuan bernafas :Dibantu selang O2
d) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
Pasien mengatakan batuk sudah 7 hari tidak kunjung sembuh selain tersebut pasien
tidak mengalami gangguan pernafasan .
e. Perception/Cognition
1) Orientasi/kognisi
a) Tingkat pendidikan : SMA
b) Kurang pengetahuan : Pasien masih banyak belajar tentang
berbagai pengetahuan lainnya
c) Pengetahuan tentang penyakit : Pasien belum mengetahui penyakitnya
d) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Pasien tidak mengalami disorientasi
2) Sensasi/persepi
a) Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
b) Sakit kepala : tidak mengalami sakit kepala
c) Penggunaan alat bantu : Tidak ada
d) Penginderaan : Normal
3) Communication
a) Bahasa yang digunakan : Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
b) Kesulitan berkomunikasi :-
f. Self Perception
1) Self-concept/self-esteem
a) Perasaan cemas/takut : Pasien mengatakan takut jika terjadi
sesuatu terhadap dirinya
b) Perasaan putus asa/kehilangan :-
c) Keinginan untuk mencederai :-
d) Adanya luka/cacat :-
e) Role Relationship
1) Peranan hubungan
a) Status hubungan :Istri
b) Orang terdekat :suami
c) Perubahan konflik/peran : Pasien berperan sebagai istri dan
tugasnya mengurus rumah tangga
d) Perubahan gaya hidup :-
e) Interaksi dengan orang lain : Pasien sering berinteraksi dengan tetangga
g. Sexuality
a) Identitas seksual : pasien sudah menikah mempunyai cucu dan anak
b) Masalah/disfungsi seksual :-
h. Coping/Stress Tolerance
1) Coping respon
92
Lampiran 2
a) Rasa sedih/takut/cemas : Pasien takut jika terjadi sesuatu
terhadap dirinya
b) Kemampan untuk mengatasi :beristirahat tidur
c) Perilaku yang menampakkan cemas : Pasien khawatir akan demam dan
batuknya yang tak kunjung sembuh
i. Life Principles
1) Nilai kepercayaan
a) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Tadarus Al-quran di Masjid
b) Kemampuan untuk berpartisipasi : Pasien berinteraksi dengan baik
c) Kegiatan kebudayaan : Pasien dapat mengikuti kegiatan
kebudayaan di sekitar rumahnya
d) Kemampuan memecahkan masalah : Pasien dapat mengatasi masalah
dengan tenang
j. Safety/Protection
1) Alergi :Tidak ada
2) Penyakit autoimune : Tidak ada
3) Tanda infeksi : Tidak ada
4) Gangguan thermoregulasi : Tidak ada
5) Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler
peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia, Sindrome disuse, gaya hidup
yang tetap) : -
k. Comfort
A. Kenyamanan/Nyeri
a) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :Bila batuk terus menerus
b) Quality (bagaimana kualitasnya) : Seperti tertusuk-tusuk
c) Regio (dimana letaknya) : Perut atas kanan atas
d) Scale (berapa skalanya) :2
e) Time (waktu) : Hilang timbul
B. Rasa tidak nyaman lainnya : Tidak ada
C. Gejala yang menyertai : Nyeri, lemas,demam
D. Growth/Development
1) Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak ada
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi:
Hasil Rontgen : opasitis asimetrik difus atau patchy
CT Scan : Ground glass opacification (GGO) dengan distribusi perifer atau posterior terutama
pada lobus bawah
USG thorax : multiple b.line penebalan septa interlobular subpleural
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil
Jenis
Tanggal & Jam Pemeri Harga Normal Satuan Interpretasi
Pemeriksaan
ksaan
12 juli pukul
11.00 wib
Rapid test
Positif CT 28 Positif kuat
antigen
PH : 7,74
SaO2 : 93
Alkalosis
%,
PH :7,38-7,42 respiratori
PaO2 : 110 %
SaO2 : 94-100% k
AGD mmHg,
PaO2 : 75-100 terkompe
PaCO2:45 Mmhg
HCO3 : 22-28 nsasi
mmhg ,
ringan
HCO3 : 30 mEq/L
mEq/L,
07/09/20 Jam 21.00 Darah Rutin
94
Lampiran 2
Monosit 8.0 2-8 %
Eosinofil 0.2 1-4 %
Basofil 0.1 0-1 %
Frekuensi
No Nilai EWSS Asuhan Yang Diberikan
Monitoring
S : 38,5oC
RR : 25x/menit
SaO2 : 92 %
N : 78x/menit
96
Lampiran 2
DO : hasil AGD
AGD : PH : 7,74
SaO2 : 88 %,
PaO2 : 110
mmHg, PaCO2 :
3.
45mmhg , HCO3 :
DS : Pasien mengatakan
demam sudah 7 hari
tidak kunjung turun
TD : 135/82 mmHg
S : 38,5oC
RR : 25x/menit
SaO2 : 92 %
N : 78x/menit
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DK
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi ,hipereskresi jalan nafas
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi , hipereksresi jalan nafas (D.0005)
Definisi : kemampuan membersihkan sekret,obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas
paten
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1x4 jam diharapkan bersihan jalan nafas
membaik
Kriteria Hasil :
98
Lampiran 2
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
Berikan oksigen
Edukasi
Kolaborasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1x4 jam diarapkan gangguan pertukaran gas teratasi
Kh :
observasi :
Terapuetik
Kolaborasi
setelah dilakukan tindakan selama 1 x 4 jam diharapkan suhu tubuh pasien menurun
SLKI : termoregulasi
100
Lampiran 2
KH :
DO:
Hemodinamik
stabil,
TD : 130/80 mmHg
S : 36,6oC
RR : 18x/menit
N : 78x/menit
SpO2 : 98 %
DO:
Obat diberikan dan
diminum secara oral
Memberikan edukasi DS: pasien
penyakit mengatakan cemas
akan keadaannya
DO :
Akral
hangat,tampak
gelisah
Hemodinamik
stabil,
TD : 130/80 mmHg
S : 36,6oC
RR : 18x/menit
N : 78x/menit
SpO2 : 98 %
16-08-2021 HANI
Jam 14.00
DATA FOKUS
TD : 130/80 mmHg,
S : 37,8oC,
HANI
RR : 25x/menit,
N : 78x/menit,
SpO2 : 92 %
SOAP DATANG
dengan keadaannya
O: Tampak lemas
>3 detik,
konjungtiva anemis,
ekstremitas anemis,
P: Lanjutkan intervensi
Posisikan semifowler
Berikan pct
SOAP PULANG
berkurang
kuning
P: Lanjutkan intervensi
saturasi oksigen>94%
SOAP DATANG
P: Lanjutkan intervensi
SOAPPULANG
berkurang
kuning
P: Lanjutkan intervensi
SOAPPULANG
cemasnya
konjungtiva anemis,
S : 37C
P: Lanjutkan intervensi
Berikan PCT
LEMBAR KONSULTASI
NIM 520104
Judul karya Tulis Ilmiah Ners : Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik
Dengan Hipertensi Emergency dan Gagal Nafas Pada Tn. D Di ICU RS. Panti
wilasa Citarum
108
Lampiran 2
PEMB
IM
BI
NG
08/07/2021 Arlies)
24/09/2021 Arlies)
27/09/2021 (Bu
Arlies)
110