DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. HENDRA (2022031009)
2. HERIYANTO ( 2022031008)
3. JEIN CHRISTIN SARANGNGA ( 2022031014)
4. MUTMAINNA ( 2022031023)
5. FADIL HIDAYAT ( 2022031004)
6. SUKMAWATY ( 2022031033)
7. ROSDIANA ( 2022031028)
8. MOH RIZKI
1
ii
Telah Disahkan
Pada Tanggal 01 Oktober 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir stase Asuhan
Keperawatan berjudul “Asuhan Keperawatan Tn. T dengan diagnose medis
Abses Mandibula di Ruangan Aster RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI
TENGAH”. Dalam penyusunan laporan ini, kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Harry Muliadi, M.Kes selaku Direktur RS UPT. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Ibu Mufliha Kamase, SE.,M.Si selaku Kepala Bidang Diklat UPT. RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Bapak Pamawang SKM., M.Kes, selaku Kasie Diklat UPT. RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
4. Ibu Ns. Ira Martini, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik.
5. Ibu Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing
akademik.
6. Kampus Universitas Widya Nusantara Palu.
7. Teman-teman seperjuangan Program Profesi STIKES Widya Nusantara Palu.
8. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari, laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
kami maupun bagi pembaca.
Kelompok III
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Tempat Dan Waktu 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Tinjauan Teori 3
B. Konsep Keperawatan 5
C. Asuhan Keperawatan 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 19
A. Biodata Pasien 19
B. Biodata Penanggung Jawab Pasien 19
C. Anamnesa 19
D. Pola Pemeriksaan Kesehatan 20
E. Riwayat Kesehatan Ekonomi 21
F. Pemeriksaan Fisik 21
BAB IV PEMBAHASAN 40
BAB V PENUTUP 43
A. Kesimpulan 43
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah kumpulan pus atau nanah yang terletak dalam satu
kantung yang terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi (Asyari,
2019). Abses submandibula di definisikan sebagai terben¬tuknya abses pada
ruang potensial di regio subman¬dibula yang disertai dengan nyeri tenggorok,
demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut. Abses submandibula
menempati urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. Abses leher dalam
terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, teng¬gorok,
sinus paranasal, telinga tengah dan leher (Anggreni setiawan & Putra, 2020).
Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari
proses infeksi gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula, trauma
serta kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lainnya. Sebagian besar abses
submandibula disebabkan oleh infeksi gigi yaitu sebanyak 70-85%,
selebihnya disebabkan oleh sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut
atau fraktur mandibula (Utari, 2019). Selain itu, abses submandibula dapat
terjadi akibat diabetes mellitus, arterial hipertensi, dan penggunaan tembakau
(Priyamvada, 2019). Adanya imunosupresi akibat penggunaan medikasi
imunosupresi pada pasien kemoterapi atau HIV/AIDS juga dapat
menyebabkan infeksi pada gigi dan menyebabkan abses (Sanders, 2021).
Manifestasi klinis dari asbes mandibula adalah pembengkakan di
bawah dagu atau di bawah lidah. Manifestasi ini disertai dengan kondisi
demam, keluhan nyeri, nyeri tekan dan teraba hangat pada area
pembengkakan, trismus (kesulitan membuka, menggerakkan, dan menutup
mulut) (Asyari, 2019).
Infeksi pada submandibula bermula dari masuknya bakteri,
seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans kemudian bakteri
patogen tersebut melepaskan 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran
infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase yang
masuk ke dalam gigi berlubang atau bagian tengah gigi, kemudian menyebar
hingga akar. Selanjutnya, terjadi infeksi odontogen yang dapat menyebarkan
bakteri menjadi lebih luas lagi melalui jaringan ikat (perikontinuitatum),
pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous)
(Anggreni, 2020).
Infeksi yang terjadi akibat bakteri patogen ini akan membangkitkan
sistem pertahanan tubuh untuk melawan dan menghancurkan bakteri, sel,
ataupun jaringan yang telah terinfeksi. Sebagian sel yang telah mati dan
hancur akan meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang telah
2
mati. Sel-sel dan jaringan yang telah mati lainnya akan membentuk pus/nanah
yang akan mengisi rongga tersebut (Sanders, 2021).
Akibat dari penimbunan nanah ini akan mendorong jaringan
disekitarnya untuk tumbuh mengelilingi rongga tersebut dan terbentuklah
abses. Selain itu, S.mutans akan membentuk sebuah pseudomembran yang
terbuat dari jaringan ikat, yang disebut sebagai membran abses yang berperan
menjadi dinding pembatas (Fibrosus Capsule) abses. Jika suatu abses pecah
di dalam tubuh, maka infeksi dapat menyebar secara sistemik (Anggreni,
2020).
Infeksi abses submandibula dapat menjalar ke ruang leher dalam
lainnya dan dapat mengenai struktur neurovaskular seperti arteri karotis, vena
jugularis interna dan Nerve X (syaraf vagus). Penjalaran infeksi ke daerah
selubung karotis dapat menimbulkan erosi sarung karotis atau menyebabkan
trombosis vena jugularis interna. Infeksi yang terjadi dapat meluas ke tulang
dan menimbulkan osteomielitis mandibula dan vertebra servikal. Infeksi yang
terjadi menyebabkan hambatan pada saluran nafas atas, peradangan pada
rongga dada mediastinum (mediastinitis), dehidrasi, dan sepsis (infeksi pada
seluruh tubuh) (Pesis et al., 2019).
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mendeteksi sedini
mungkin penyakit ini. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mengetahui ukuran dan lokasi abses yaitu pemeriksaan rontgen, USG, CT
Scan atau MRI, dan pemeriksaan laboratorium darah yang menunjukkan
peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) di dalam tubuh (Khairunnisa,
2019).
Perawatan pada abses dapat dilakukan dengan drainase untuk
mengeluarkan seluruh nanah dan insisi pada abses (Khairunnisa, 2019).
Perawatan pada abses tergantung pada letak dan luas abses. Pemberian
antibiotika juga diperlukan untuk penanganan abses yang lebih adekuat.
Untuk mendapatkan antibiotika yang efektif terhadap pasien diperlukan
pemeriksaan kultur bakteri dan uji kepekaan antibiotika terhadap bakteri
penyebab abses (Sanders, 2021).
Abses submandibula dapat dicegah dengan melakukan kebersihan
mulut dan gigi, mengurangi konsumsi gula, berhenti merokok, dan
penanganan segera pada infeksi gigi sehingga tidak menimbulkan komplikasi
lebih lanjut, seperti terjadinya abses submandibula akibat infeksi pada gigi.
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengetahuan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn. T dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster.
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan
data obyektif Tn. T dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang
Aster. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
b. Menganalisa data yang diperoleh
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. Tn. T dengan diagnosa
medis Abses Mandibula di ruang Aster. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.
d. Membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan
diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
tentukan.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
g. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada Tn. T dengan
diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
C. Tempat Dan Waktu
1. Tempat
Asuhan keperawatan ini di lakukan di ruang Aster RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah
2. Waktu
Asuhan Keperawatan ini di lakukan pada tanggal 21-24 September 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun teori
1. Konsep kebutuhan dasar
a. Pengertian
Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhnya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang suatu
yang melebihi masalah dan nyeri). Kebutuhan rasa nyaman adalah
suatu keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman, terlindungi
dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri
b. Anatomi fisiologi
Respirator nyeri (nosireceptor) adalah orang tuuh yang
berfungsi menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat
pada stimulus kuat yang secara potensial merusak
1) Mekanik (mekano sensitif): kerusakan ujung saraf bebas akibat
trauma karena benturan atau gerakan
2) Thermis (termo sensitif): rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan
3) Kimia (khemo sensitif): ragsangan zat kimia berupa bradykinin,
serotonin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetikolon, dan
enzim proteolitik
Mekanisme penghantar implus nyeri
1) Serabut delta A (menusuk dan tajam): pada kulit dan otot, tidak
bermielin, garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30m/detik
2) Serabut delta C (panas dan terbakar): dalam otot, tidak
bermielin, garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0m/detik.
2. Perubahan Fungsi
a. Perubahan emosi
Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
b. Perubahan Status mobilisasi
Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot,
dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko cedera
c. Gangguan Persepsi Sensori
Adanya gangguan persepsi sensori yang akan mempengaruhi
adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
5
j. Intervensi
Diagnosa
NOC NIC Rasional
Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif
Intra Operatif
Daftar diagnosa NOC NIC
Resiko Infeksi - Immune Status Infection Control (Kontrol
Kelas : - Knowledge : Infection infeksi)
Domain : control - Bersihkan lingkungan setelah
Definisi : Definisi : - Risk control dipakai pasien lain
Peningkatan resiko masuknya - Pertahankan teknik isolasi
organisme patogen Setelah dilakukan tindakan - Gunakan sabun antimikrobia
keperawatan dalam 1x24 jam untuk cuci tangan
Faktor-faktor resiko : diharapkan klien terhindar - Cuci tangan setiap sebelum
- Prosedur Infasif dari resiko infeksi dengan dan sesudah tindakan
- Trauma Kriteria Hasil : keperawatan
- Kerusakan jaringan dan - Klien bebas dari tanda dan - Gunakan baju, sarung tangan
peningkatan paparan gejala infeksi sebagai alat pelindung
lingkungan - Jumlah leukosit dalam - Pertahankan lingkungan
- Agen farmasi batas normal aseptik selama pemasangan
(imunosupresan) alat
- Ganti letak IV perifer dan line
- Peningkatan paparan central dan dressing sesuai
lingkungan pathogen dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum - Gunakan kateter intermiten
buatan untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat pertahanan kandung kencing
sekunder (penurunan Hb, - Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan - Berikan terapi antibiotik bila
respon inflamasi) perlu
- Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak Infection Protection (proteksi
utuh, trauma jaringan, terhadap infeksi)
penurunan kerja silia, - Monitor tanda dan gejala
cairan tubuh statis, infeksi sistemik dan local
perubahan sekresi pH, - Monitor hitung granulosit,
perubahan peristaltik) WBC
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Laporkan kecurigaan infeksi
16
Post Operatif
Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, - Lakukan pengkajian nyeri
Domain : - comfort level secara komprehensif
Definisi : Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
Sensori yang tidak keperawatan selama 1x 24 jam karakteristik, durasi,
menyenangkan dan diharapkan nyeri berkurang frekuensi, kualitas dan faktor
pengalaman emosional yang dengan Kriteria Hasil: presipitasi
muncul secara aktual atau - Mampu mengontrol nyeri - Observasi reaksi nonverbal
potensial kerusakan jaringan (tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
atau menggambarkan adanya mampu menggunakan - Gunakan teknik komunikasi
kerusakan (Asosiasi Studi tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
Nyeri Internasional): serangan untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mendadak atau pelan mencari bantuan) - Kaji kultur yang
intensitasnya dari ringan - Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi respon nyeri
sampai berat yang dapat berkurang dengan - Evaluasi pengalaman nyeri
diantisipasi dengan akhir yang menggunakan manajemen masa lampau
dapat diprediksi dan dengan nyeri - Evaluasi bersama pasien dan
durasi kurang dari 6 bulan. - Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol
Batasan karakteristik : dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
- Laporan secara verbal atau - Menyatakan rasa nyaman - Bantu pasien dan keluarga
non verbal setelah nyeri berkurang untuk mencari dan
- Fakta dari observasi - Tanda vital dalam rentang menemukan dukungan
- Posisi antalgic untuk normal - Kontrol lingkungan yang
menghindari nyeri dapat mempengaruhi nyeri
- Gerakan melindungi seperti suhu ruangan,
- Tingkah laku berhati-hati pencahayaan dan kebisingan
- Muka topeng - Kurangi faktor presipitasi
- Gangguan tidur (mata nyeri
sayu, tampak capek, sulit - Pilih dan lakukan
atau gerakan kacau, penanganan nyeri
menyeringai (farmakologi, non
- Terfokus pada diri sendiri farmakologi dan inter
- Fokus menyempit personal)
(penurunan persepsi waktu, - Kaji tipe dan sumber nyeri
kerusakan proses berpikir, untuk menentukan intervensi
penurunan interaksi dengan - Ajarkan tentang teknik non
orang dan lingkungan) farmakologi
- Tingkah laku distraksi, - Berikan analgetik untuk
contoh : jalan-jalan, mengurangi nyeri
menemui orang lain - Evaluasi keefektifan kontrol
dan/atau aktivitas, aktivitas nyeri
berulang-ulang - Tingkatkan istirahat
17
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
- Respon autonom (seperti
derajat nyeri sebelum
diaphoresis, perubahan
pemberian obat
tekanan darah, perubahan
- Cek instruksi dokter tentang
nafas, nadi dan dilatasi
jenis obat, dosis, dan
pupil)
frekuensi
- Perubahan autonomic
- Cek riwayat alergi
dalam tonus otot (mungkin
- Pilih analgesik yang
dalam rentang dari lemah
diperlukan atau kombinasi
ke kaku)
dari analgesik ketika
- Tingkah laku ekspresif
pemberian lebih dari satu
(contoh : gelisah, merintih,
- Tentukan pilihan analgesik
menangis, waspada,
tergantung tipe dan beratnya
iritabel, nafas
nyeri
panjang/berkeluh kesah)
- Tentukan analgesik pilihan,
- Perubahan dalam nafsu
rute pemberian, dan dosis
makan dan minum
optimal
- Pilih rute pemberian secara
Faktor yang berhubungan :
IV, IM untuk pengobatan
- Agen injuri (biologi, kimia,
nyeri secara teratur
fisik, psikologis)
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Hipertermi Termoregulasi Temperature regulation
Kelas : - Monitor suhu minimal tiap 2
Domain : Setelah dilakukan tindakan jam
Definisi : keperawatan selama 1x24 jam - Rencanakan monitoring suhu
diharapkan suhu tubuh klien secara kontinyu
dalam batas normal dengan - Monitor TD, nadi, dan RR
kriteria hasil : Kriteria - Monitor warna dan suhu
Hasil : Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal - Monitor tanda-tanda
18
hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
A. BIODATA PASIEN
1. Nama : Tn. T
2. Umur : 33 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Kalukubula
5. Status : Menikah
6. Keluarga terdekat : Istri
7. Diagnose medis : Abses Mandibula
B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB PASIEN
1. Nama : Ny. A
2. Umur : 30 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Kalukubula
5. Status : Menikah
C. ANAMNESA
1. Keluhan Utama:
Nyeri
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan masuk RSUD Undata Palu di ruang Aster pada
tanggL 13 September 2022 dengan keluhan nyeri di bagian rahang bawah,
saat pengkajian klien mengatakan nyeri di bagian rahang bawah sebelah
kiri, klien mengatakan nyeri dirasakan ketika klien mengunyah, klien
mengatakan nyri ketika membuka mulut dengan lebar, klien mengatakan
demam, klien mengatakan sulit mengomsumsi air putih , klien mengatakan
sulit tidur, klien mengatakan tidak puas tidur, klien juga mengatakan
istirahat klien tidak cukup selama klien masuk rumah sakit, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah, frekuensi nadi meningkat, kulit tampak
merah, kulit terasa hangat.
Pengkajian nyeri
P : Nyeri Akibat Abses Mandibula
Q : Klien Mengatakan Nyeri Seperti Ditusuk-Tusuk
R : klien mengatakan nyeri di rasakan dibagian rahang bawah
S : Skala Nyeri 5 (Sedang) Diukur Menggunakan Skala Ukur Numerik
20
2. Pola Eliminasi
Dirumah Dirumah Sakit
Klien mengatakan BAK klien Klien mengatakan BAK klien normal
normal dengan frekuensi 3x sehari, dengan frekuensi 1x sehari, warna urin
warna urin normal, BAB normal, normal, BAB normal, sekali sehari
sekali sehari dengan konsistensi dengan konsistensi lembek berbentuk
lembek berbentuk
5 5
5 5
PENGUMPULAN DATA
24
KLASIFIKASI DATA
NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS Agen cedera fisik Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada rahang
bawah
- Klien megatakan nyeri dirasakan
ketika klien mengunyah makanan
- Klien mengatakan nyeri ketika
membuka mulut dengan lebar
- Pengkajian PQRST
P: Nyeri Akibat Abses Mandibula
Q: Klien Mengatakan Nyeri Seperti
Di Tusuk-Tusuk
R: Klien Mengatakan Nyeri Di
Rasakan Dibagian Rahang Bawah
S: Skala Nyeri 5 (Sedang)
T: Klien Mengatakana Nyeri Hilang
Timbul Dengan Durasi 3-5 Menit
DO:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak ada benjolan
padarahang bawah sebelah kiri
- Klien tampak gelisah
27
- TTV
TD: 130/80 mmHg
N: 102x/mnt
S: 38℃
R: 20X/MNT
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik
2. Hipertermi berhubungan dengan Inflamasi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
29
ASUHAN KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Menejemen nyeri Observasi 1. Untuk memngetahui
cedera fisik. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi Lokasi, Karakteristik, pengkajian nyeri pada
Ditandai dengan: keparawatan selama 1x24 jam Durasi, Frekuensi, Kualitas, klien
DS: diharapkan nyeri dapat menurun Intensitas Nyeri. 2. Untuk mengetahui
1. Klien Mengatakan Nyeri Pada dengan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi respon nyeri non respon nyeri pada klien
Rahang Bawah 1. Keluhan nyeri menurun (5) verbal 3. Untuk menegatuhi factor
2. Klien Mengatakan Nyeri Dirasakan 2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang penyebab nyeri
Ketika Klien Mengunyah Makanan 3. Gelisah menurun (5) memperberat nyeri dan 4. Untuk mengetahui
3. Klien mengatakan nyeri ketika 4. Tekanan darah dalam batas meperingan nyeri kondisi klien
membuka mulut dengan lebar normal 120/80 mmHg 4. Monitor TTV 5. Agar klien merasa lebih
DO: Terapeutik rileks
1. Klien tampak meringis - Berikan Terapi Non 6. Agar klien atau keluarga
2. Klien tampak gelisah Farmakologi Untuk klien mengetahui faktor
3. Frekuensi nadi meningkat Mengurangi Nyeri (Teknik prnyebab nyeri
4. Pengkajian PQRST Relaksasi Napas Dalam) 7. Untuk mengalihkan rasa
P: Nyeri Akibat Abses Mandibula Edukasi nyeri pada klien
Q: Klien Mengatakan Nyeri Seperti 1. Jelaskan Penyebab, Periode, Dan 8. Untuk mengurangi rasa
Di Tusuk-Tusuk Pemicu Nyeri nyeri.
R: Klien Mengatakan Nyeri Di 2. Ajarkan Teknik Distraksi
30
Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Untuk mengetahui apa saja
31
3 dengan hambatan lingkungan. keperawatan 2x24 jam di Observasi penyebab klien tidak bisa
Di tandai dengan: harapkan gangguan pola tidur 1. Identifikasi faktor penganggu tidur tidur
DS: membaik 2. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui kondisi
1. Klien mengatakan sulit tidur Dengan kriteria hasil: Terapeutik klien
2. Klien mengatakan tidak puas tidur 1. Keluhan sulit tidur menurun - Modifikasi lingkungan 3. Agar klien lebih nyaman
3. Klien mengatakan istriahat klien tidak (1) Edukasi 4. Agar tubuh menjadi lebih
cukup selama klien di rumah sakit 2. Keluhan tidak puas tidur - Jelaskan pentingnya tidur yang sehat
DO: menurun (1) cukup selama sakit
1. Klien tampak gelisah 3. Keluhan istirahat tidak cukup
2. Klien tampak sulit tidur menurun (1)
3. Ttv 4. Kemmpuan beraktifitas
TD: 130/90 mmHg membaik (1)
N : 102x/mnt 1.
S : 38℃
R : 20x/mnt
32
N : 102 X/M
S : 38 ˚C
R : 20 X/M
Terapeutik
Memberikan Terapi Non Farmakologi Untuk Mengurangi
Nyeri (Teknik relaksasi napas dalam)
Hasil :
Klien mengikuti instruksi perawat dengan melakukan
teknik relaksasi napas dalam
Edukasi
1. Menjelaskan Penyebab, Periode, Dan Pemicu Nyeri
Hasil:
Telah Dijelaskan Pada Pasien Dan Keluarga Penyebab
Nyeri
2. Mengajarkan klien teknik distraksi
Hasil:
Klien mengikuti instruksi perawat dengan melakukan
teknik distraksi dengan cara klien menarik napas dalam-
dalam kemudia klien membayangkan hal-hak yang
indah.dan klien merasa lebih nyaman.
Kolaborasi
Mengkolaborasi Pemberian Analgetik
Hasil:
Keterolak 3x1 amp/ 8 jam/IV
34
S: 38℃ R: 20x/mnt
R: 20x/mnt A: Masalah teratasi sebagian
Terapeutik: P: Intervensi dilanjutkan
Memodifikasi lingkungan - Monitor TTV
Hasil: - Menjalaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Keluarga klien menutup sampiran klien dan Klien merasa
lebih nyaman dan tenang.
Edukasi:
Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Hasil:
Klien mengatakan masih sulit tidur
Abses adalah luka yang muncul akibat infeksi bakteri. Ketika infeksi
terjadi di kulit, nanah dan kotoran akan menumpuk di bawah kulit. Lama-lama
akan memicu benjolan berwarna kemerahan dan terasa sakit ketika disentuh.
Penyebab dari abses mandibu yaitu bakteri yang masuk kebawah kulit akibat luka
yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril.
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. T
dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah pada tanggal 19 september 2022 Beberapa hal yang perlu
dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus keperawatan tersebut, kelompok
telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses Asuhan
Keperawatan pada klien dengan diagnose medis Abses Mandibula sesuai dengan
teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan
dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur
keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
Klien mengatakan masuk RSUD Undata Palu di ruang Aster pada tanggal
13 September 2022 dengan keluhan nyeri di bagian rahang kiri, saat pengkajian
klien mengatakan nyeri di bagian rahang kiri, nyeri dirasakan jika sedang
mengunyah, klien mengatakan nyeri ketika membuka mulut dengan lebar, klien
mengatakan demam naik turun, dank klien juga mengatakan pusing, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah,frekuensi nadi meningkat.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada Tn. T kelompok tidak
mengalami hambatan, tidak semua pemeriksaan fisik pada klien dapat dilakukan,
namun dalam pemeriksaan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali sejauhmana
perkembangan-perkembangan penyakit dan kondisi klien. Menurut teoritis
pemeriksaan head to toe harus dilakukan pada setiap pasien yaitu berupa
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada kasus Tn. T.
Pada tinjauan kasus kelompok menemukan 2 diagnosa keperawatan,
diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus adalah : nyeri akut berhubungan
dengan agen pancedera fisik, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
(infeksi). Dalam Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat
ditegakkan pada tinjaun kasus Karena rencana tindakan pada tinjauan kasus
diseuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian dilakukan.
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat
mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efisien
40
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Dalam upaya memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Abses
Mandibula yang diberikan dapat tepat, kelompok selanjutnya harus
benar-benar menguasai konsep Abses Mandibula itu sendiri, terutama
pada faktor etiologi, dan patofisiologi tentang Abses Mandibula , selain
itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat agar asuhan
keperawatan dapat tecapai sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pasien.
2. Bagi Pihak Rumah Sakit Undata
42
DAFTAR PUSTAKA
43