Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN AKHIR SEMINAR STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI NERS

DENGAN KASUS ASUHAN KEPARWATAN PADAN TN.T DENGAN


DIAGNOSA MEDIS ABSES MANDIBULA DI RUANGAN ASTER
UPT RS UNDATA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III

1. HENDRA (2022031009)
2. HERIYANTO ( 2022031008)
3. JEIN CHRISTIN SARANGNGA ( 2022031014)
4. MUTMAINNA ( 2022031023)
5. FADIL HIDAYAT ( 2022031004)
6. SUKMAWATY ( 2022031033)
7. ROSDIANA ( 2022031028)
8. MOH RIZKI

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2022

1
ii

LAPORAN AKHIR SEMINAR STASE KEPERAWATAN DASAR


PROFESIONAL PROFESI NERS DENGAN DIAGNOSA
ABSES MANDIBULA DI RUANGAN ASTER
UPT RS UNDATA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAN

Telah Disahkan
Pada Tanggal 01 Oktober 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep., M.Kep Ira Martini , S.Kep.,Ns


NIK: 20120901025 NIP: 198403242010012008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2022
iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir stase Asuhan
Keperawatan berjudul “Asuhan Keperawatan Tn. T dengan diagnose medis
Abses Mandibula di Ruangan Aster RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI
TENGAH”. Dalam penyusunan laporan ini, kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Harry Muliadi, M.Kes selaku Direktur RS UPT. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Ibu Mufliha Kamase, SE.,M.Si selaku Kepala Bidang Diklat UPT. RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Bapak Pamawang SKM., M.Kes, selaku Kasie Diklat UPT. RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
4. Ibu Ns. Ira Martini, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik.
5. Ibu Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing
akademik.
6. Kampus Universitas Widya Nusantara Palu.
7. Teman-teman seperjuangan Program Profesi STIKES Widya Nusantara Palu.
8. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari, laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
kami maupun bagi pembaca.

Palu, 01 Oktober 2022

Kelompok III
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Tempat Dan Waktu 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Tinjauan Teori 3
B. Konsep Keperawatan 5
C. Asuhan Keperawatan 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 19
A. Biodata Pasien 19
B. Biodata Penanggung Jawab Pasien 19
C. Anamnesa 19
D. Pola Pemeriksaan Kesehatan 20
E. Riwayat Kesehatan Ekonomi 21
F. Pemeriksaan Fisik 21
BAB IV PEMBAHASAN 40
BAB V PENUTUP 43
A. Kesimpulan 43
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abses adalah kumpulan pus atau nanah yang terletak dalam satu
kantung yang terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi (Asyari,
2019). Abses submandibula di definisikan sebagai terben¬tuknya abses pada
ruang potensial di regio subman¬dibula yang disertai dengan nyeri tenggorok,
demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut. Abses submandibula
menempati urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. Abses leher dalam
terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, teng¬gorok,
sinus paranasal, telinga tengah dan leher (Anggreni setiawan & Putra, 2020).
Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari
proses infeksi gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula, trauma
serta kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lainnya. Sebagian besar abses
submandibula disebabkan oleh infeksi gigi yaitu sebanyak 70-85%,
selebihnya disebabkan oleh sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut
atau fraktur mandibula (Utari, 2019). Selain itu, abses submandibula dapat
terjadi akibat diabetes mellitus, arterial hipertensi, dan penggunaan tembakau
(Priyamvada, 2019). Adanya imunosupresi akibat penggunaan medikasi
imunosupresi pada pasien kemoterapi atau HIV/AIDS juga dapat
menyebabkan infeksi pada gigi dan menyebabkan abses (Sanders, 2021).
Manifestasi klinis dari asbes mandibula adalah pembengkakan di
bawah dagu atau di bawah lidah. Manifestasi ini disertai dengan kondisi
demam, keluhan nyeri, nyeri tekan dan teraba hangat pada area
pembengkakan, trismus (kesulitan membuka, menggerakkan, dan menutup
mulut) (Asyari, 2019).
Infeksi pada submandibula bermula dari masuknya bakteri,
seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans kemudian bakteri
patogen tersebut melepaskan 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran
infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase yang
masuk ke dalam gigi berlubang atau bagian tengah gigi, kemudian menyebar
hingga akar. Selanjutnya, terjadi infeksi odontogen yang dapat menyebarkan
bakteri menjadi lebih luas lagi melalui jaringan ikat (perikontinuitatum),
pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous)
(Anggreni, 2020).
Infeksi yang terjadi akibat bakteri patogen ini akan membangkitkan
sistem pertahanan tubuh untuk melawan dan menghancurkan bakteri, sel,
ataupun jaringan yang telah terinfeksi. Sebagian sel yang telah mati dan
hancur akan meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang telah
2

mati. Sel-sel dan jaringan yang telah mati lainnya akan membentuk pus/nanah
yang akan mengisi rongga tersebut (Sanders, 2021).
Akibat dari penimbunan nanah ini akan mendorong jaringan
disekitarnya untuk tumbuh mengelilingi rongga tersebut dan terbentuklah
abses. Selain itu, S.mutans akan membentuk sebuah pseudomembran yang
terbuat dari jaringan ikat, yang disebut sebagai membran abses yang berperan
menjadi dinding pembatas (Fibrosus Capsule) abses. Jika suatu abses pecah
di dalam tubuh, maka infeksi dapat menyebar secara sistemik (Anggreni,
2020).
Infeksi abses submandibula dapat menjalar ke ruang leher dalam
lainnya dan dapat mengenai struktur neurovaskular seperti arteri karotis, vena
jugularis interna dan Nerve X (syaraf vagus). Penjalaran infeksi ke daerah
selubung karotis dapat menimbulkan erosi sarung karotis atau menyebabkan
trombosis vena jugularis interna. Infeksi yang terjadi dapat meluas ke tulang
dan menimbulkan osteomielitis mandibula dan vertebra servikal. Infeksi yang
terjadi menyebabkan hambatan pada saluran nafas atas, peradangan pada
rongga dada mediastinum (mediastinitis), dehidrasi, dan sepsis (infeksi pada
seluruh tubuh) (Pesis et al., 2019).
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mendeteksi sedini
mungkin penyakit ini. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mengetahui ukuran dan lokasi abses yaitu pemeriksaan rontgen, USG, CT
Scan atau MRI, dan pemeriksaan laboratorium darah yang menunjukkan
peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) di dalam tubuh (Khairunnisa,
2019).
Perawatan pada abses dapat dilakukan dengan drainase untuk
mengeluarkan seluruh nanah dan insisi pada abses (Khairunnisa, 2019).
Perawatan pada abses tergantung pada letak dan luas abses. Pemberian
antibiotika juga diperlukan untuk penanganan abses yang lebih adekuat.
Untuk mendapatkan antibiotika yang efektif terhadap pasien diperlukan
pemeriksaan kultur bakteri dan uji kepekaan antibiotika terhadap bakteri
penyebab abses (Sanders, 2021).
Abses submandibula dapat dicegah dengan melakukan kebersihan
mulut dan gigi, mengurangi konsumsi gula, berhenti merokok, dan
penanganan segera pada infeksi gigi sehingga tidak menimbulkan komplikasi
lebih lanjut, seperti terjadinya abses submandibula akibat infeksi pada gigi.
3

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengetahuan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn. T dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster.
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan
data obyektif Tn. T dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang
Aster. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
b. Menganalisa data yang diperoleh
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. Tn. T dengan diagnosa
medis Abses Mandibula di ruang Aster. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.
d. Membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan
diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
tentukan.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
g. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada Tn. T dengan
diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
C. Tempat Dan Waktu
1. Tempat
Asuhan keperawatan ini di lakukan di ruang Aster RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah
2. Waktu
Asuhan Keperawatan ini di lakukan pada tanggal 21-24 September 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun teori
1. Konsep kebutuhan dasar
a. Pengertian
Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhnya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang suatu
yang melebihi masalah dan nyeri). Kebutuhan rasa nyaman adalah
suatu keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman, terlindungi
dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri
b. Anatomi fisiologi
Respirator nyeri (nosireceptor) adalah orang tuuh yang
berfungsi menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat
pada stimulus kuat yang secara potensial merusak
1) Mekanik (mekano sensitif): kerusakan ujung saraf bebas akibat
trauma karena benturan atau gerakan
2) Thermis (termo sensitif): rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan
3) Kimia (khemo sensitif): ragsangan zat kimia berupa bradykinin,
serotonin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetikolon, dan
enzim proteolitik
Mekanisme penghantar implus nyeri
1) Serabut delta A (menusuk dan tajam): pada kulit dan otot, tidak
bermielin, garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30m/detik
2) Serabut delta C (panas dan terbakar): dalam otot, tidak
bermielin, garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0m/detik.
2. Perubahan Fungsi
a. Perubahan emosi
Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
b. Perubahan Status mobilisasi
Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot,
dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko cedera
c. Gangguan Persepsi Sensori
Adanya gangguan persepsi sensori yang akan mempengaruhi
adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
5

d. Perubahan Tingkat Kesadaran


Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma menyebabkan respon
terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
e. Perubahan Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
3. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
a. Menutup mata rapat-rapat
b. Membuka mata lebar-lebar
c. Menggit bibir dibawah
Verbal
a. Menangis
b. Berteriak
Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Respirasi
Ekstremitas
Amati gerakan tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman
4. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan dengan skala nyeri
b. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
misalnya diabdomen
c. Rontgen untuk mengetahui tulang yang abnormal
d. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik
lainnya
e. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah diotak.
5. Tindakan Penanganan
Penatalaksanaan keperawatan
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c. Mengatur posisi senyaman mungkin
d. Distraksi dan ajarkan tehnik relaksasi
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian analgetik
Obat Pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total. Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam
keadaan sadar
6

b.Pemberian obat ANS (anti inflamasi non seteroid)


Aspirin dan ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja
di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan luka.
B. Konsep Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman. Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang ada
dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan
nyaman pasien
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman pasien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman
dan nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa
tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita
amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas
dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
d. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan
nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri
mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri,
kapan nyeri terakhir timbul.
g. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
7

R (region) : daerah perjalanan nyeri


S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
- Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
- Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
- Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas
secara mandiri).
T (time) : lama/waktu
h. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman
i. Diagnosa keperawatan (Nanda Noc, Nic 2021-2023)
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kesulitan menelan
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan lingkungan
8

j. Intervensi

Diagnosa
NOC NIC Rasional
Keperawatan

Domain 12. Kelas 1 Setelah dilakukan Menejemen nyeri


(00132) tindakan keparawatan 1. Identifikasi
1. mengetahui karakteristik
selama 3x24 jam lokasi,karakteristik,durasi
Nyeri akut berhubungan nyeri secara menyeluruh
diharapkan nyeri dapat nyeri.
dengan agen cedera untuk menentukan
teratasi dengan kriteria 2. Identifikasi respon nyeri
biologis intervensi selanjutnya
hasil: nonverbal
2. untuk mengetahui
3. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri perkembangan respon
memperberat dan
Batasan karakteristik: menurun nyeri
memperingan nyeri
2. Meringgis 3. mengurangi peningkatan
a. Perubahan 4. Monitor TTV
menurun nyeri
parameter fisiologis 5. Fasilitasi istrahat dan tidur
4. mengetahuai keadaan
b. Perubahan selera 6. Anjurkan tehnik non
pasien
makan farmakologi untuk
5. terapi farmakologi untuk
c. Diaphoresis menguranggi nyeri
menguranggi rasa nyeri
d. Perilaku distraksi 7. Kolaborasi pemberian
6. merilekskan tubuh untuk
e. Bukti nyeri dengan analgetik.
menguranggi nyeri
menggunakan 7. pemberian analgetik dapat
standar periksa nyeri mengurangi rasa nyeri
dengan
menggunakan
standar daftar
periksa nyeri untuk
pasien yang tidak
dapat berkomunikai
verbal
f. Perilaku ekspresif
g. Ekspresi wajah nyeri
h. Sikap tubuh
melindungi
i. Putus asa
j. Focus menyempit
k. Sikap melindungi
area nyeri

Domain 2, kelas 1 1. Nutritional status: Menejemen nyeri:


(00002) adequacy of
1. Monitor tanda-tanda 1. Monitor tanda –
nutrient
Ketidakseimbangan kelelahan selama makan, tanda kelelahan
2. Nutrional status:
nutrisi kurang dari minum, dan menelan selama makan dan
food and fluid
kebutuhan tubuh 2. Monitor berat badan minum dapat
intake
berhubungan dengan 3. Monitor tanda dan gejala mengetahui seberapa
3. Weight control
kemampuan klien
9

kesulitan menelan Setelah dilakuka aspirasi dalam menelan


tindakan keperawatan 4. Monitor pergerakan lidah 2. Membantu BB dapat
selama …x…normal pasien selama makan memberi informasi
Batasan Karakteristik: 5. Periksa mulut apakah ada apakah terdapat
Asupan makanan tidak
makanan yang terkumpul penurunan nutrisi
a. kram abdomen menyimpang dengan
dissatu tempat setelah dalam tubuh
b. nyeri abdomen rentang normal
makan 3. Memantau ada atau
c. BB dibawah 6. Bantu pasien untuk dalam tidaknya motivasi
rentang ideal BB posisi duduk 30 menit klien untuk amkan
untuk usia dan 7. Tempatkan rak makanan 4. Lidah memiliki
gender sedemikian rupah sehingga fungsi dalan sistem
d. Kerapuhan kapiler pasien dapat melihat dan pencernaan
e. Konstipasi mendengar saat anda bicara 5. Memonitor apakah
f. Diare 8. Konsultasikan dengan ada hambatan pada
g. Penyembuhan luka terapi atau tim dokter proses mengunyah
lambat meningkatkan konsentrasi 6. Posisi duduk dapat
h. Kehilangan rambut makanan pasien secara meningkatkan
berlebihan bertahap keingiinan untuk
i. Asupan makan amkan
kurang dari RDA 7. Pengaturan makan
j. Hipoglikemia dapat mempermudah
klien dalam
mengambil makanan
sehingga klien tidak
merasa malas untuk
makan
8. Konsultasikan
dengan ahli gizi agar
membantu
pemenuhan
kebutuhan nutrisi

Domain 4. Kelas 1 Setelah dilakukan Menejemen nyeri


(00198) tindakan keperawatan 1 memaksimalkan jam
1. bantu pasien untuk
selama ..x… diharapkan istirahat klien
Ganggua pola tidur menjadwalkan periode
status nutrisi klien baik 2 memaksimalkan waktu
berhubungan dengan istirahat
dengan kriteria hasil: untuk istirahat
gangguan lingkungan 2. anjurkan periode istirahat dan
3 memenuhi kebutuhan
1. Jam tidur tidak kegiatan secara bergantian
istirahat
terganggu 3. anjurkan tidue siang bila
4 meminimalkan
Batasan karakteristik: 2. Pola tidak perlu
pengunjung agar istirahat
terganggu 4. batasi jumlah dan gangguan
a. Kesulitan berfungsi tidur tercukupi
3. Kualitas tidur pengunjung dengan tepat
sehari-hari tidak terganggu
b. Kesulitan memulai 4. Tempat tidur
tertidur yang nyaman
c. Kesulitan
10

mempertahankan tidak terganggu


ketidakpuasan tidur 5. Kesulitan tidur
d. Megungkapkan tidak terganggu
kelelahan 6. Ketergantungan
e. Siklus tidur bangun pola bantuan
nonrestorative tidur tidak ada
f. Terjaga tanpa
sengaja

C. Asuhan Keperawatan (Konsep Teori)


1. Pengkajian Keperawatan
Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan
pada kasus abses mandibula menurut Doenges, (2001) adalah sebagai
berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi.
d. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
makan.
Data Obyektif: Mengalami distensi abdomen.
e. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif: nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif: Wajah meringis, gelisah, merintih.
f. Pernafasan
Data Subyektif: Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
2. Dignosa keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Ansietas
11

d. Gangguan Integritas Kulit


Intra Operatif
a. Resiko Infeksi
Post Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi

3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif

Daftar Diagnosa NOC NIC


Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, - Lakukan pengkajian nyeri
Domain : - comfort level secara komprehensif termasuk
Definisi : lokasi, karakteristik, durasi,
Sensori yang tidak setelah dilakukan tindakan frekuensi, kualitas dan faktor
menyenangkan dan keperawatan selama 1x 24 presipitasi
pengalaman emosional yang jam diharapkan nyeri - Observasi reaksi nonverbal dari
muncul secara aktual atau berkurang dengan Kriteria ketidaknyamanan
potensial kerusakan jaringan Hasil: - Gunakan teknik komunikasi
atau menggambarkan adanya - Mampu mengontrol nyeri terapeutik untuk mengetahui
kerusakan (Asosiasi Studi (tahu penyebab nyeri, pengalaman nyeri pasien
Nyeri Internasional): serangan mampu menggunakan - Kaji kultur yang mempengaruhi
mendadak atau pelan tehnik nonfarmakologi respon nyeri
intensitasnya dari ringan untuk mengurangi nyeri, - Evaluasi pengalaman nyeri
sampai berat yang dapat mencari bantuan) masa lampau
diantisipasi dengan akhir yang - Melaporkan bahwa nyeri - Evaluasi bersama pasien dan tim
dapat diprediksi dan dengan berkurang dengan kesehatan lain tentang
durasi kurang dari 6 bulan. menggunakan manajemen ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri masa lampau
Batasan karakteristik : - Mampu mengenali nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk
- Laporan secara verbal atau (skala, intensitas, mencari dan menemukan
non verbal frekuensi dan tanda nyeri) dukungan
- Fakta dari observasi - Menyatakan rasa nyaman - Kontrol lingkungan yang dapat
- Posisi antalgic untuk setelah nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti
menghindari nyeri - Tanda vital dalam rentang suhu ruangan, pencahayaan dan
- Gerakan melindungi normal kebisingan
- Tingkah laku berhati-hati - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Muka topeng - Pilih dan lakukan penanganan
- Gangguan tidur (mata sayu, nyeri (farmakologi, non
tampak capek, sulit atau farmakologi dan inter personal)
gerakan kacau, menyeringai
- Terfokus pada diri sendiri - Kaji tipe dan sumber nyeri
- Fokus menyempit untuk menentukan intervensi
(penurunan - Ajarkan tentang teknik non
12

persepsi waktu, kerusakan farmakologi


proses berpikir, penurunan - Berikan analgetik untuk
interaksi dengan orang dan mengurangi nyeri
lingkungan) - Evaluasi keefektifan kontrol
- Tingkah laku distraksi, nyeri
contoh : - Tingkatkan istirahat
jalan-jalan, menemui orang - Kolaborasikan dengan dokter
lain dan/atau aktivitas, jika ada keluhan dan tindakan
aktivitas berulang-ulang nyeri tidak berhasil
- Respon autonom (seperti - Monitor penerimaan pasien
diaphoresis, perubahan tentang manajemen nyeri
tekanan darah, perubahan - Analgesic Administration
nafas, nadi dan dilatasi - Tentukan lokasi, karakteristik,
pupil) kualitas, dan derajat nyeri
- Perubahan autonomic sebelum pemberian obat
dalam tonus otot (mungkin - Cek instruksi dokter tentang
dalam rentang dari lemah jenis obat, dosis, dan frekuensi
ke kaku) - Cek riwayat alergi
- Tingkah laku ekspresif - Pilih analgesik yang diperlukan
(contoh : gelisah, merintih, atau kombinasi dari analgesik
menangis, waspada, iritabel, ketika pemberian lebih dari satu
nafas panjang/berkeluh - Tentukan pilihan analgesik
kesah) tergantung tipe dan beratnya
- Perubahan dalam nafsu nyeri
makan dan minum - Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Faktor yang berhubungan : - Pilih rute pemberian secara IV,
- Agen injuri (biologi, kimia, IM untuk pengobatan nyeri
fisik, psikologis) secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
13

Hipertermi Thermoregulation Fever treatment


Kelas : Setelah dilakukan tindakan - Monitor suhu sesering
Domain : keperawatan selama 1x24 mungkin
Definisi : suhu tubuh naik jam diharapkan suhu tubuh - Monitor warna dan suhu kulit
diatas rentang normal kembali normal dengan - Monitor tekanan darah, nadi
Kriteria Hasil : dan RR
Batasan Karakteristik: - Suhu tubuh dalam - Monitor penurunan tingkat
- kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal kesadaran
rentang normal - Nadi dan RR dalam - Monitor WBC, Hb, dan Hct
- serangan atau konvulsi rentang normal - Monitor intake dan output
(kejang) - Tidak ada perubahan - Berikan anti piretik
- kulit kemeraha warna kulit dan tidak ada - Berikan pengobatan untuk
- pertambahan RR pusing mengatasi penyebab demam
- takikardi - Selimuti pasien
- saat disentuh tangan terasa - Berikan cairan intravena
hangat - Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Faktor faktor yang - Tingkatkan sirkulasi udara
berhubungan : - Berikan pengobatan untuk
- penyakit/ trauma mencegah terjadinya menggigil
- peningkatan metabolism - Temperature regulation
- aktivitas yang berlebih - Monitor suhu minimal tiap 2
- pengaruh medikasi/anastesi jam
- ketidakmampuan/ - Rencanakan monitoring suhu
penurunan kemampuan secara kontinyu
untuk berkeringat - Tingkatkan intake cairan dan
- terpapar dilingkungan panas nutrisi
- dehidrasi - Ajarkan pada pasien cara
- pakaian yang tidak tepat mencegah keletihan akibat
panas
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
14

- Monitor sianosis perifer


- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

- Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan


- Coping kecemasan):
Ansietas
- Gunakan pendekatan yang
Kelas :
Setelah dilakukan tindakan menenangkan
Domain :
keperawatan selama 1x24 - Nyatakan dengan jelas harapan
Definsi : Perasaan gelisah yang
jam diharapkan kecemasan terhadap pelaku pasien
tak jelas dari ketidaknyamanan
yang dirasakan klien - Jelaskan semua prosedur dan
atau ketakutan yang disertai
berkurang dengan Kriteria apa yang dirasakan selama
respon autonom (sumner tidak
Hasil : prosedur
spesifik atau tidak diketahui
- Klien mampu - Temani pasien untuk
oleh individu); perasaan
mengidentifikasi dan memberikan keamanan dan
keprihatinan disebabkan dari
mengungkapkan gejala mengurangi takut
antisipasi terhadap bahaya.
cemas - Berikan informasi faktual
Sinyal ini merupakan
- Mengidentifikasi, mengenai diagnosis, tindakan
peringatan adanya ancaman
mengungkapkan dan prognosis
yang akan datang dan
menunjukkan tehnik - Dorong keluarga untuk
memungkinkan individu untuk
untuk mengontol cemas menemani anak
mengambil langkah untuk
- Vital sign dalam batas - Lakukan back / neck rub
menyetujui terhadap tindakan
normal - Dengarkan dengan penuh
- Postur tubuh, ekspresi perhatian
Batasan karakteristik
wajah, bahasa tubuh dan - Identifikasi tingkat kecemasan
- Gelisah
tingkat aktivitas - Bantu pasien mengenal situasi
- Insomnia
menunjukkan yang menimbulkan kecemasan
- Resah
berkurangnya kecemasan - Dorong pasien untuk
- Ketakutan
mengungkapkan perasaan,
- Sedih
ketakutan, persepsi
- Fokus pada diri
- Instruksikan pasien
- Kekhawatiran
menggunakan teknik relaksasi
- Cemas
- Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
15

Intra Operatif
Daftar diagnosa NOC NIC
Resiko Infeksi - Immune Status Infection Control (Kontrol
Kelas : - Knowledge : Infection infeksi)
Domain : control - Bersihkan lingkungan setelah
Definisi : Definisi : - Risk control dipakai pasien lain
Peningkatan resiko masuknya - Pertahankan teknik isolasi
organisme patogen Setelah dilakukan tindakan - Gunakan sabun antimikrobia
keperawatan dalam 1x24 jam untuk cuci tangan
Faktor-faktor resiko : diharapkan klien terhindar - Cuci tangan setiap sebelum
- Prosedur Infasif dari resiko infeksi dengan dan sesudah tindakan
- Trauma Kriteria Hasil : keperawatan
- Kerusakan jaringan dan - Klien bebas dari tanda dan - Gunakan baju, sarung tangan
peningkatan paparan gejala infeksi sebagai alat pelindung
lingkungan - Jumlah leukosit dalam - Pertahankan lingkungan
- Agen farmasi batas normal aseptik selama pemasangan
(imunosupresan) alat
- Ganti letak IV perifer dan line
- Peningkatan paparan central dan dressing sesuai
lingkungan pathogen dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum - Gunakan kateter intermiten
buatan untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat pertahanan kandung kencing
sekunder (penurunan Hb, - Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan - Berikan terapi antibiotik bila
respon inflamasi) perlu
- Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak Infection Protection (proteksi
utuh, trauma jaringan, terhadap infeksi)
penurunan kerja silia, - Monitor tanda dan gejala
cairan tubuh statis, infeksi sistemik dan local
perubahan sekresi pH, - Monitor hitung granulosit,
perubahan peristaltik) WBC
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Laporkan kecurigaan infeksi
16

Post Operatif
Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, - Lakukan pengkajian nyeri
Domain : - comfort level secara komprehensif
Definisi : Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
Sensori yang tidak keperawatan selama 1x 24 jam karakteristik, durasi,
menyenangkan dan diharapkan nyeri berkurang frekuensi, kualitas dan faktor
pengalaman emosional yang dengan Kriteria Hasil: presipitasi
muncul secara aktual atau - Mampu mengontrol nyeri - Observasi reaksi nonverbal
potensial kerusakan jaringan (tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
atau menggambarkan adanya mampu menggunakan - Gunakan teknik komunikasi
kerusakan (Asosiasi Studi tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
Nyeri Internasional): serangan untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mendadak atau pelan mencari bantuan) - Kaji kultur yang
intensitasnya dari ringan - Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi respon nyeri
sampai berat yang dapat berkurang dengan - Evaluasi pengalaman nyeri
diantisipasi dengan akhir yang menggunakan manajemen masa lampau
dapat diprediksi dan dengan nyeri - Evaluasi bersama pasien dan
durasi kurang dari 6 bulan. - Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol
Batasan karakteristik : dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
- Laporan secara verbal atau - Menyatakan rasa nyaman - Bantu pasien dan keluarga
non verbal setelah nyeri berkurang untuk mencari dan
- Fakta dari observasi - Tanda vital dalam rentang menemukan dukungan
- Posisi antalgic untuk normal - Kontrol lingkungan yang
menghindari nyeri dapat mempengaruhi nyeri
- Gerakan melindungi seperti suhu ruangan,
- Tingkah laku berhati-hati pencahayaan dan kebisingan
- Muka topeng - Kurangi faktor presipitasi
- Gangguan tidur (mata nyeri
sayu, tampak capek, sulit - Pilih dan lakukan
atau gerakan kacau, penanganan nyeri
menyeringai (farmakologi, non
- Terfokus pada diri sendiri farmakologi dan inter
- Fokus menyempit personal)
(penurunan persepsi waktu, - Kaji tipe dan sumber nyeri
kerusakan proses berpikir, untuk menentukan intervensi
penurunan interaksi dengan - Ajarkan tentang teknik non
orang dan lingkungan) farmakologi
- Tingkah laku distraksi, - Berikan analgetik untuk
contoh : jalan-jalan, mengurangi nyeri
menemui orang lain - Evaluasi keefektifan kontrol
dan/atau aktivitas, aktivitas nyeri
berulang-ulang - Tingkatkan istirahat
17

- Kolaborasikan dengan dokter


jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
- Respon autonom (seperti
derajat nyeri sebelum
diaphoresis, perubahan
pemberian obat
tekanan darah, perubahan
- Cek instruksi dokter tentang
nafas, nadi dan dilatasi
jenis obat, dosis, dan
pupil)
frekuensi
- Perubahan autonomic
- Cek riwayat alergi
dalam tonus otot (mungkin
- Pilih analgesik yang
dalam rentang dari lemah
diperlukan atau kombinasi
ke kaku)
dari analgesik ketika
- Tingkah laku ekspresif
pemberian lebih dari satu
(contoh : gelisah, merintih,
- Tentukan pilihan analgesik
menangis, waspada,
tergantung tipe dan beratnya
iritabel, nafas
nyeri
panjang/berkeluh kesah)
- Tentukan analgesik pilihan,
- Perubahan dalam nafsu
rute pemberian, dan dosis
makan dan minum
optimal
- Pilih rute pemberian secara
Faktor yang berhubungan :
IV, IM untuk pengobatan
- Agen injuri (biologi, kimia,
nyeri secara teratur
fisik, psikologis)
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Hipertermi Termoregulasi Temperature regulation
Kelas : - Monitor suhu minimal tiap 2
Domain : Setelah dilakukan tindakan jam
Definisi : keperawatan selama 1x24 jam - Rencanakan monitoring suhu
diharapkan suhu tubuh klien secara kontinyu
dalam batas normal dengan - Monitor TD, nadi, dan RR
kriteria hasil : Kriteria - Monitor warna dan suhu
Hasil : Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal - Monitor tanda-tanda
18

hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh

Vital sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : 21 September 2022


Jam pengkajian : 11:00
Ruang / kelas : Aster
Nomor Register : 01-05-45-66
Tanggal masuk : 13 September 2022

A. BIODATA PASIEN
1. Nama : Tn. T
2. Umur : 33 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Kalukubula
5. Status : Menikah
6. Keluarga terdekat : Istri
7. Diagnose medis : Abses Mandibula
B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB PASIEN
1. Nama : Ny. A
2. Umur : 30 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Kalukubula
5. Status : Menikah
C. ANAMNESA
1. Keluhan Utama:
Nyeri
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan masuk RSUD Undata Palu di ruang Aster pada
tanggL 13 September 2022 dengan keluhan nyeri di bagian rahang bawah,
saat pengkajian klien mengatakan nyeri di bagian rahang bawah sebelah
kiri, klien mengatakan nyeri dirasakan ketika klien mengunyah, klien
mengatakan nyri ketika membuka mulut dengan lebar, klien mengatakan
demam, klien mengatakan sulit mengomsumsi air putih , klien mengatakan
sulit tidur, klien mengatakan tidak puas tidur, klien juga mengatakan
istirahat klien tidak cukup selama klien masuk rumah sakit, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah, frekuensi nadi meningkat, kulit tampak
merah, kulit terasa hangat.
Pengkajian nyeri
P : Nyeri Akibat Abses Mandibula
Q : Klien Mengatakan Nyeri Seperti Ditusuk-Tusuk
R : klien mengatakan nyeri di rasakan dibagian rahang bawah
S : Skala Nyeri 5 (Sedang) Diukur Menggunakan Skala Ukur Numerik
20

T : Nyeri Hilang Timbul, Durasi 3-5 Menit


3. Riwayat penyakit yang lalu
Klien mengatakan belum pernah sakit seperti sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan

D. POLA PEMERIKSAAN KESEHATAN


1. Pola Pemenuhan Nutrisi
Dirumah Dirumah Sakit
klien mengatakan klien makan 3x klien mengatakan selama di rumah
sehari, dengan porsi makanan sakit klien makan 3 x sehari dengan
dihabiskan, tidak ada kesulitan porsi makan tidak di habiskan karena
serta masalah nyeri pada rahang

2. Pola Eliminasi
Dirumah Dirumah Sakit
Klien mengatakan BAK klien Klien mengatakan BAK klien normal
normal dengan frekuensi 3x sehari, dengan frekuensi 1x sehari, warna urin
warna urin normal, BAB normal, normal, BAB normal, sekali sehari
sekali sehari dengan konsistensi dengan konsistensi lembek berbentuk
lembek berbentuk

3. Pola Istirahat Tidur


Dirumah Dirumah Sakit
Klien mengatakan klien sering Klien Mengatakan selama dirumah
tidur siang dan malam hari dan sakit klien sulit tidur, klien juga
tidak ada gangguan tidur yang mengatakan selama dirumah sakit
dialami. klien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang
terbangun karena daikibatkan bising
4. Pola kebersihan diri/ Personal Hygine
Dirumah Dirumah sakit
Klien mengatakan klien mandi 3x Klien mengatakan selama klien
sehari pada pagi, siang, dan sore dirumah sakit klien mandi 1x sehari,
hari, serta mencuci rambut dan serta mencuci rambut, belum pernah
menggosok gigi pada saat mandi. menggosok gigi selama di rumah sakit
5. Aktivitas lain
Dirumah Dirumah Sakit
Keluarga klien mengatakan Keluarga klien mengatakan selama
aktivitas klien selama di rumah dirumah sakit klien hanya beraktivitas
yaitu berkebun di tempat tidur

E. Riwayat Sosial Ekonomi


21

1. Latar Belakang sosial budaya dan spiritual


Keluarga klien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungan
sosialnya
2. Ekonomi
Keluarga klien mengatakan biaya perawatan klien ditanggung dengan
menggunakan BPJS program pemerintah.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan TTV
a. TD : 130/80 mmhg
b. N : 102 x/menit
c. R : 20x/menit
d. S : 38 ºC
2. Keadaan Umum : Klien nampak meringis
3. Pemeriksaan Integumen, rambut, dan kuku
a. Integumen
Inspeksi : kulit teraba hangat, warna kulit sawo matang
Palpasi : tidak terdapat lesi, dan benjolan
b. Rambut
Inspeksi : warna rambut hitam, rambut pendek
c. Kuku
Inspeksi : kuku panjang dan kotor
Palpasi : CRT < 2 detik
4. Pemeriksaan Kepala, wajah dan leher
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sclera ikterik, pupil isokor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada serumen di
kedua telinga
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada polip, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
tidak ada napas tamnahan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

e. Mulut dan faring


22

Inspeksi : bibir tampak kering, lidah berwarna merah muda, gigi


lengkap, terdapat nanah pada rahang
f. Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah meringis, tampak ada benjolan pada area
rahang bawah sebelah kiri.
Palpasi : ada nyeri tekan pada rahang bawah sebelah kiri dan kulit
teraba hangat
g. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi dan benjolan
Palpasi: tidak ada pembesaran limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri tekan
5. Pemeriksaan Thorax dan Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
6. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : simetris, Bentuk cembung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan lesi
Perkusi : Tympani
Auskultasi : peristaltik usus 17 x/menit
7. Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi: rambut pubis tidak bersih, tidak ada lesi, tidak ada penyumbatan
pada lubang uretra
8. Pemeriksaan Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat edema pada tangan kanan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Kekuatan otot :

5 5
5 5

10. Pemeriksaan Neurologis


a. Kesadaran composmentis
b. GCS = E4 M6 V5
c. Nervus Cranialis : tidak dapat dilakukan pemeriksaan
d. Fungsi Motorik
Klien dapat menggerakan kedua tangan dan kaki serta dapat
beraktivitas
e. Fungsi Sensorik
23

Klien dapat merasakan sensasi saat diberi sentuhan, rangsangan sensori


baik.
f. Riwayat Psikologis
1) Status emosi : ekspresi klien tampak meringis
2) Gaya komunikasi: klien dapat berbicara dengan baik
3) Pola interaksi : klien dapat merespon
g. Status Mental dan Spritual
1) Emosional : klien tampak meringis, emosi sesuai
dengan ekspresi wajah
2) Spritual : klien mengatakan selama klien di rumah
sakit klien tidak pernah beribadah
3) Konsep diri : keluarga klien mengatakan klien sakit ini
merupakan ujian dan penggunggur dosa
h. Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit (WBC): 19,6 ribu/uL
2) Hemoglobin (HGB): 15,6 g/dL
3) Eritrosit (RBC): 5,23 juta/uL
4) Hematokrit (HCT): 46,1 %
5) Trombosit (PLT) 354 ribu/uL
i. Terapi yang di berikan
1) Cairan RL 20 Tpm/8 jam
2) Moropenum 2x1 amp/IV
3) Metronidazole 3x1/ 24 Jam
4) Keterolak 3x1amp/8 jam/IV
5) Ranitidine 2x1 amp/IV
6) Dexametazone 3x1 amp/IV
7) Paracetamol 1x3/24 Jam (jika perlu)

PENGUMPULAN DATA
24

1. Klien mengatakan nyeri pada rahang bawah


2. Klien mnegatakan nyeri dirasakan ketika klien mengunyah makanan
3. Klien mengatakan nyeri ketika membuka mulut dengan lebar
4. Klien tampak meringis
5. Klien mengatakan demam
6. Klien mengatakan sulit mengomsumsi air putih
7. Klien mengatakan sulit tidur
8. Klien mengatakan tidak puas tidur
9. Klien mengatakan istirahat klien tidak cukup selama klien dirumah sakit
10. Skala nyeri 5 (sedang)
11. Tampak benjolan di bagian rahang bawah sebelah kiri
12. Klien tampak gelisah
13. Kulit tampak merah
14. Kulit teraba hangat
15. Klien tampak sulit tidur
16. TTV
TD: 130/80 mmHg
N: 102x/mnt
S: 38℃
R: 20x/mnt
17. Pemeriksaan laboratorium
Leukosit (WBC) 19,6 ribu/uL
25

KLASIFIKASI DATA
NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Klien mengatakan nyeri pada rahang 1. Klien tampak meringis


bawah 2. Klien tampak gelisah
2. Klien mengatakan nyeri dirasakan 3. Klien tampak ada benjolah pada
ketika klien mengunyah makanan bagian rahang bawah sebelah kiri
3. Klien mengatakan nyeri ketika 4. Kulit tampak merah
membuka mulut dengan lebar 5. Kulit teraba hangat
4. Klien mengatakan demam 6. Klien tampak sulit tidur
5. Klien mengatakan sulit 7. TTV
mengomsumsi air putih TD: 130/80 mmHg
6. Klien mengatakan sulit tidur N: 102x/mnt
7. Klien mengatakan tidak puas tidur S: 38℃
8. Klien mengatakan istirahat klien R: 20x/mnt
tidak cukup selama klien dirumah 8. Pemeriksaan Laboratorium
sakit Leukosit (WBC) 19,6 ribu/uL
26

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS Agen cedera fisik Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada rahang
bawah
- Klien megatakan nyeri dirasakan
ketika klien mengunyah makanan
- Klien mengatakan nyeri ketika
membuka mulut dengan lebar
- Pengkajian PQRST
P: Nyeri Akibat Abses Mandibula
Q: Klien Mengatakan Nyeri Seperti
Di Tusuk-Tusuk
R: Klien Mengatakan Nyeri Di
Rasakan Dibagian Rahang Bawah
S: Skala Nyeri 5 (Sedang)
T: Klien Mengatakana Nyeri Hilang
Timbul Dengan Durasi 3-5 Menit

DO:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak ada benjolan
padarahang bawah sebelah kiri
- Klien tampak gelisah
27

- TTV
TD: 130/80 mmHg
N: 102x/mnt
S: 38℃
R: 20X/MNT

2 DS: Inflamasi Hipertermi


- Klien Mengatakan Demam
- Klien Mengatakan malas
Mengomsumsi Air Putih
DO:
- Klien tampak meringis
- Kulit tampak merah
- Kulit teraba hangat
- TTV
TD: 130/80 mmHg
N: 102x/mnt
S: 38℃
R: 20X/MNT
- Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit (WBC) 19,6 ribu/Ul
28

3 DS: Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur


- Klien mengatakan sulit tidur
- Klien mengatakan tidak puas tidur
- Klie mnegatakan istirahat klien tidak
cukup selama klien dirumah sakit
DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sulit tidur
- TTV
TD: 130/80 mmHg
N: 102x/mnt
S: 38℃
R: 20X/MNT

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik
2. Hipertermi berhubungan dengan Inflamasi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
29

ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Menejemen nyeri Observasi 1. Untuk memngetahui
cedera fisik. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi Lokasi, Karakteristik, pengkajian nyeri pada
Ditandai dengan: keparawatan selama 1x24 jam Durasi, Frekuensi, Kualitas, klien
DS: diharapkan nyeri dapat menurun Intensitas Nyeri. 2. Untuk mengetahui
1. Klien Mengatakan Nyeri Pada dengan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi respon nyeri non respon nyeri pada klien
Rahang Bawah 1. Keluhan nyeri menurun (5) verbal 3. Untuk menegatuhi factor
2. Klien Mengatakan Nyeri Dirasakan 2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang penyebab nyeri
Ketika Klien Mengunyah Makanan 3. Gelisah menurun (5) memperberat nyeri dan 4. Untuk mengetahui
3. Klien mengatakan nyeri ketika 4. Tekanan darah dalam batas meperingan nyeri kondisi klien
membuka mulut dengan lebar normal 120/80 mmHg 4. Monitor TTV 5. Agar klien merasa lebih
DO: Terapeutik rileks
1. Klien tampak meringis - Berikan Terapi Non 6. Agar klien atau keluarga
2. Klien tampak gelisah Farmakologi Untuk klien mengetahui faktor
3. Frekuensi nadi meningkat Mengurangi Nyeri (Teknik prnyebab nyeri
4. Pengkajian PQRST Relaksasi Napas Dalam) 7. Untuk mengalihkan rasa
P: Nyeri Akibat Abses Mandibula Edukasi nyeri pada klien
Q: Klien Mengatakan Nyeri Seperti 1. Jelaskan Penyebab, Periode, Dan 8. Untuk mengurangi rasa
Di Tusuk-Tusuk Pemicu Nyeri nyeri.
R: Klien Mengatakan Nyeri Di 2. Ajarkan Teknik Distraksi
30

Rasakan Dibagian Rahang Bawah


S: Skala Nyeri 5 (Sedang)
T: Klien Mengatakana Nyeri Hilang Kolaborasi
Timbul Dengan Durasi 3-5 Menit - Kolaborasi pemberiana
5. TTV nalgetik
TD: 130/80 mmHg
N: 102x/mnt
S: 38℃
R: 20x/mnt
2 Hipertermi berhubungan Inflamasi Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Mengetahui Penyebab
Di tandai dengan: keparawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi penyebab hipetermi Hipetermi
DS : diharapkan hipertermi membaik 2. Monitor TTV 2. Untuk Mengetahui Kondisi
1. Klien mengatakan demam dengan kriteria hasil: Terapeutik Klien
DO : 1. Kulit merah menurun (5) - Berikan cairan oral 3. Agar Kebutuhan Klien Tetap
1. Klien tampak meringis 2. Menggigil menurun(5) Edukasi Terjaga
2. Kulit tampak merah 3. Pucat menurun (5) - Anjurkan tirah baring 4. Untuk Meningkatkan
3. Kulit teraba hangat Suhu tubuh membaik (5) Kolaborasi Kenyamanan Dan Suhu
4. Tanda-tanda vital - Kolaborasi Pemberian Tubuh Terjaga
TD: 130/90 Mmhg Antipiretik 5. Untuk Menurunkan Suhu
N: 102x/menit Tubuh Klien
R: 20x/menit
S: 38oC

Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Untuk mengetahui apa saja
31

3 dengan hambatan lingkungan. keperawatan 2x24 jam di Observasi penyebab klien tidak bisa
Di tandai dengan: harapkan gangguan pola tidur 1. Identifikasi faktor penganggu tidur tidur
DS: membaik 2. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui kondisi
1. Klien mengatakan sulit tidur Dengan kriteria hasil: Terapeutik klien
2. Klien mengatakan tidak puas tidur 1. Keluhan sulit tidur menurun - Modifikasi lingkungan 3. Agar klien lebih nyaman
3. Klien mengatakan istriahat klien tidak (1) Edukasi 4. Agar tubuh menjadi lebih
cukup selama klien di rumah sakit 2. Keluhan tidak puas tidur - Jelaskan pentingnya tidur yang sehat
DO: menurun (1) cukup selama sakit
1. Klien tampak gelisah 3. Keluhan istirahat tidak cukup
2. Klien tampak sulit tidur menurun (1)
3. Ttv 4. Kemmpuan beraktifitas
TD: 130/90 mmHg membaik (1)
N : 102x/mnt 1.
S : 38℃
R : 20x/mnt
32

NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DIAGNOSA
1 Rabu Observasi Kamis, 22-09-2022 (10:00)
21/09/2022 1. Mengidentifikasi Lokasi, Karakteristik, Durasi, Frekuensi, S : Klien Mengatakan Masih Nyeri (5)
Kualitas, Intensitas Nyeri. O : - Klien Tampak Meringis
Hasil: - Klien Tampak Gelisah
P : Klien Mengatakan Klien Merasa Nyeri Dibagian Rahang - Tanda-Tanda Vital :
Kiri TD : 130/90 mmHg
Q :Klien Mengatakan Nyeri Yang Dirasakan Klien Seperti N : 102 X/M
Ditusuk-Tusuk S : 38 ˚C
R : Klien Mengatakan Nyeri Dirasakan Klien Dibagian R : 20 X/M
Rahang Kiri
S : Skala Nyeri 5 (Nyeri Sedang) A : Masalah sebagian Teratasi
T : Klien Mengatakan Nyeri Hilang-Timbul Dengan Durasi P : Intervensi Dilanjutkan
3-5 Menit. 1. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Mengidentifikasi Respon Nyeri Non Verbal 2. Idenfikasi faktor yang memperberat dan
Hasil: Klien Tampak Meringis memperingan nyeri
3. Mengidenfikasi Faktor Yang Memperberat Dan 3. Monitor TTV
Memperingan Nyeri 4. Berikan terapi non farmakologi untuk mengurangi
Hasil : Klien Mengatakan Nyeri Hilang Timbul nyeri (Teknik Relaksasi Napas Dalam)
4. Memonitor TTV 5. Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil:
TD : 130/90 mmHg
33

N : 102 X/M
S : 38 ˚C
R : 20 X/M
Terapeutik
Memberikan Terapi Non Farmakologi Untuk Mengurangi
Nyeri (Teknik relaksasi napas dalam)
Hasil :
Klien mengikuti instruksi perawat dengan melakukan
teknik relaksasi napas dalam
Edukasi
1. Menjelaskan Penyebab, Periode, Dan Pemicu Nyeri
Hasil:
Telah Dijelaskan Pada Pasien Dan Keluarga Penyebab
Nyeri
2. Mengajarkan klien teknik distraksi
Hasil:
Klien mengikuti instruksi perawat dengan melakukan
teknik distraksi dengan cara klien menarik napas dalam-
dalam kemudia klien membayangkan hal-hak yang
indah.dan klien merasa lebih nyaman.
Kolaborasi
Mengkolaborasi Pemberian Analgetik
Hasil:
Keterolak 3x1 amp/ 8 jam/IV
34

Kamis Observasi: Jum’at, 23-09-2022 (10:00)


22/09/2022 1. Mengidentifikasi Respon Nyeri Non Verbal S: klien mengatakan nyeri mulai hilang
Hasil: Klien Tampak Lebih Rileks O: - Ekspresi klien lebih rileks
2. Mengidentifikasi Faktor Yang Memperberat Dan - Skala nyeri 3 (Ringan)
Memperingan Nyeri - Tanda- tanda vital
Hasil: Nyeri Mulai Hilang TD: 120/80 mmHg
3. Memonitor TTV N: 80x/mnt
Hasil: S: 36,5℃
TD: 120/80 mmHg R: 20x/mnt
N: 80x/mnt A: Masalah teratasi
S: 36,5℃ P: Intervensi Dipertahankan
R: 18x/mnt - Kolaborasi Pemberian Analgetik (Keterolak
Terapeutik: 3x1amp/8 jam/IV)
Memberikan Terapi Non Farmakologi Untuk Mengurangi
Rasa Nyeri (Teknik Relaksasi Napas Dalam)
Hasil:
Setelah Klien Melakukan Teknik Napas Dalam Klien
Merasakan Lebih Nyaman Dan Nyeri Berkurang
Kolaborasi:
Mengkolaborasi Pemberian Analgetik
Hasil:
Keterolak 3x1 amp/IV
35

2 Rabu Observasi: Kamis, 22-09-2022 (10:00)


21/09/2022 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia S: Klien mengatakan demam mulai turun
Hasil: O: - Klien tampak meringis
Adanya peradangan infeksi pada rahang kiri - TTV
2. Memonitor TTV TD: 130/80 mmHg
Hasil: N: 102x/mnt
TD: 130/80 mmHG S: 38℃
N: 102x/mnt R: 20x/mnt
S: 38℃ A: Masalah Teratasi Sebagian
R: 20x/mnt P: intervensi dilanjutkan
Terapeutik: - Monitor TTV
Memberikan cairan oral (Air putih) - Berikan cairan oral (Air putih)
Hasil: - Kolaborasi pemberian antipiretik (paracetamol
Klien mengatakan malas minum air 1x3/24 jam)
Edukasi:
Menganjurkan tirah baring
Hasil:
Klien mengikuti instruksi perawat dengan istirahat di
tempat tidur dan tidak melakukan aktifvitas yang
berlebihan
Kolaborasi:
Mengkolaborasi pemberian antipiretik
Hasil: Paracetamol 1x3/24 Jam
36

Kamis 1. Memonitor TTV Jum’at, 23-09-2022 (10:00)


22/09/2022 Hasil: S: klien mengatakan sudah tidak demam
TTV O: - klien tampak rileks
TD: 120/80 mmHg - TTV
N: 80x/mnt TD: 120/80 mmHg
S: 36,5℃ N: 80x/mnt
R: 18x/mnt S: 36,5℃
2. Memberikan cairan oral (Air putih) R: 18x/mnt
Hasil: A: Masalah Teratasi
Klien mengikuti instruksi perawat dengan minum air P: Pertahankan Intervensi
putih 1 liter/hari
3. Mengkolaborasi antipiretik
Hasil: Paracetamol 3x1/ 24 jam

3 Rabu Observasi Kamis, 22-09-2022 (10:00)


21/09/2022 1. Mengidentifikasi faktor penggangu tidur S: - Klien mengatakan masih sulit tidur
Hasil: - Klien mengatakan belum puas tidur
Klien mengatakan tidak bias tidur karena bising O: - Klien mengatakan tampak gelisah
2. Mengobservasi TTV - TTV
Hasil: TD: 130/80 mmHg
TD: 130/80 mmHg N: 102x/mnt
N: 102x/mnt S: 38℃
37

S: 38℃ R: 20x/mnt
R: 20x/mnt A: Masalah teratasi sebagian
Terapeutik: P: Intervensi dilanjutkan
Memodifikasi lingkungan - Monitor TTV
Hasil: - Menjalaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Keluarga klien menutup sampiran klien dan Klien merasa
lebih nyaman dan tenang.
Edukasi:
Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Hasil:
Klien mengatakan masih sulit tidur

Kamis 1. Memonitor TTV Jum’at, 23-09-2022 (10:00)


22/09/2022 Hasil: S: klien mengatakan sudah puas dengan tidur klien
TTV O: - klien tampak rileks
TD: 120/80 mmHg - TTV
N: 80x/mnt TD: 120/80 mmHg
S: 36,5℃ N: 80x/mnt
R: 18x/mnt S: 36,5℃
2. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit R: 18x/mnt
Hasil: A: Masalah teratasi
Klien mengikuti instruksi perawat dengan tidur 7-8 jam P: Intervensi di pertahankan
38
BAB IV
PEMBAHASAN

Abses adalah luka yang muncul akibat infeksi bakteri. Ketika infeksi
terjadi di kulit, nanah dan kotoran akan menumpuk di bawah kulit. Lama-lama
akan memicu benjolan berwarna kemerahan dan terasa sakit ketika disentuh.
Penyebab dari abses mandibu yaitu bakteri yang masuk kebawah kulit akibat luka
yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril.
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. T
dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah pada tanggal 19 september 2022 Beberapa hal yang perlu
dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus keperawatan tersebut, kelompok
telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses Asuhan
Keperawatan pada klien dengan diagnose medis Abses Mandibula sesuai dengan
teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan
dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur
keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
Klien mengatakan masuk RSUD Undata Palu di ruang Aster pada tanggal
13 September 2022 dengan keluhan nyeri di bagian rahang kiri, saat pengkajian
klien mengatakan nyeri di bagian rahang kiri, nyeri dirasakan jika sedang
mengunyah, klien mengatakan nyeri ketika membuka mulut dengan lebar, klien
mengatakan demam naik turun, dank klien juga mengatakan pusing, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah,frekuensi nadi meningkat.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada Tn. T kelompok tidak
mengalami hambatan, tidak semua pemeriksaan fisik pada klien dapat dilakukan,
namun dalam pemeriksaan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali sejauhmana
perkembangan-perkembangan penyakit dan kondisi klien. Menurut teoritis
pemeriksaan head to toe harus dilakukan pada setiap pasien yaitu berupa
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada kasus Tn. T.
Pada tinjauan kasus kelompok menemukan 2 diagnosa keperawatan,
diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus adalah : nyeri akut berhubungan
dengan agen pancedera fisik, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
(infeksi). Dalam Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat
ditegakkan pada tinjaun kasus Karena rencana tindakan pada tinjauan kasus
diseuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian dilakukan.
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat
mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efisien
40

(Nikmaturrohman& Saiful Walid, 2017). Intervensi atau perencanaan yang akan


dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada,
sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SMART spesifik,
measurable, acceptance, rasional dan timming (Nikmaturrohman& Saiful wali,
2017).
Intervensi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien telah
menggunakan standar intervensi, dan SDKI (2021-2023). Untuk diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen pancedera fisik rencana tindakan yang akan
dilakukan adalah pengkajian secara komprehensif termasuk Monitor tingkat nyeri
menggunakan alat ukur yang valid, Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi, Lakukan intervensi non farmakologi dengan distraksi atau latihan
nafas dalam dan Berikan analgetik.
Untuk diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu identifikasi penyebab hipertermi,
monitor ttv, berikan cairan oral (air putih), ajarkan tirah baring, kalaborasi
pemberian antipiretik, sedangkan untuk diagnose gangguan pola tidur
berhubungan denga hambatan lingkungan rencana tindakan yang akan dilakukan
yaitu identifikasi faktor penggangu tidur, observasi ttv, modifikas lingkungan, dan
jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit.
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2017).
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pad klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang
akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana
tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan kllien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya (Setiadi, 2017). Dari 2 diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan
sesuai dengan apa yang kelompok temukan dalam melakukan studi kasus dan
melakukan asuhan keperawatan belum mencapai perkembangan yang diharapkan,
dikarenakan waktu yang singkat oleh karena itu diharapkan kepada perawat daan
tenaga medis lainnya untuk melanjutnya intervensi yang telah kelompok
rencanakan. Dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
maksimalkan memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,
perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn. T
diruangan Aster RSUD Undata Provins Sulawesi Tengah, kelompok dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan diagnosa Abses Mandibula
ditemukan nyeri di bagian rahang kiri, nyeri dirasakan jika sedang
mengunyah, klien mengatakan nyeri ketika membuka mulut dengan lebar,
klien mengatakan demam naik turun, dan klien juga mengatakan pusing,
klien tampak meringis, klien tampak gelisah, frekuensi nadi meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus abses mandibula kelompok mendapatkan 2 diagnosa
yang dapat muncul pada penderita abses mandibular yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan agen pancedera fisik, hipertermia berhubungan
dengan proses penyakit (infeksi).
3. Perencanaan
Kelompok menyusun rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun berdasarkan specific, measurable, achievable, reasonable and
time. Dengan menggunakan standar luaran dan kriteria hasil, serta
standar intevensi tindakan sesuai dengan intevensi yang telah dibuat
4. Pelaksanaan
Kelompok melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien
yang telah dilakukan penyusunan rencana asuhan keperawatan.
Kelompok melakukan tindak sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Peneliti melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan kriteria
hasil yang telah dibuat oleh peneliti untuk target uang akan dicapai pada
pasien.

B. Saran
1. Bagi Kelompok
Dalam upaya memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Abses
Mandibula yang diberikan dapat tepat, kelompok selanjutnya harus
benar-benar menguasai konsep Abses Mandibula itu sendiri, terutama
pada faktor etiologi, dan patofisiologi tentang Abses Mandibula , selain
itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat agar asuhan
keperawatan dapat tecapai sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pasien.
2. Bagi Pihak Rumah Sakit Undata
42

Bagi pihak rumah sakit hendaknya penanganan pasien Abses


Mandibula ditingkatkan lagi kerjasama antar petugas pelayanan
kesehatan dalam hal menjaga keadaan pasien serta memperhatikan aspek
bio,psiko,sosio,sosial dan spiritual pasien.
3. Bagi Perawat Ruangan
Disamping mendapatkan perawatan dan pengobatan pada saat di
rumah sakit, Alangkah baiknya jika tenaga kesehatan yang ada
memberikan pengetahuan tentang Abses Mandibula dan bagaimana cara
pencegahannya, sehingga itu dapat memotivasi pasien dalam
mempertahankan kesehatannya baik saat berada di rumah sakit maupun
di rumah.

DAFTAR PUSTAKA
43

Amin HN, Hardi K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta (ID): Mediaction
Publishing.
Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8
volume 2. Jakarta (ID): EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta (ID): EGC
Kolawak-wels-mayer. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. (ID) : EGC
Nanda, Nic-Noc, 2019. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis, Edisi
Revisi Jilid 2. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai