Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DAKRIOSISTITIS

Oleh :
KELOMPOK 4

NI KADEK PARWATI (16.322.2628)

I WAYAN SARMADI (16.322.2629)

I DEWA GEDE AGUNG INDRAJAYA (16.322.2630)

NI PUTU RIANTI RUSMADEWI (16.322.2631)

GUSTI AYU PUTRI SARASWATI (16.322.2643)

I MADE TAMA YASA (16.322.2653)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DAKRIOSISTITIS

I. Latar Belakang

Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa
kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior.
Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi
karena berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua
permukaan yang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa
nasal, di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan
fungsional dari sistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari kelenjar
air mata menuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran air mata secara patologis
menyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa disebut
dengan dakriosistitis.
Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Dakriosistitis
akut ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan pada regio
kantus medial, sedangkan pada inflamasi maupun infeksi kronis dari sakus
lakrimal ditandai dengan adanya epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagian
sakus lakrimal dan disertai dengan demam. Selain dakriosistitis akut dan kronis,
ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan bentuk khusus dari
dakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses embriogenesisdari
sistem eksresi lakrimal.
Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua kategori usia, yaitu anak-anak dan
orang dewasa di atas 40 tahun dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga70
tahun. Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1%dari
jumlah kelahiran yang ada. Kebanyakan penelitian menyebutkan bahwasekitar 70-
83% kasus dakriosistitis dialami oleh wanita, sedangkan padadakriosistitis
kongenital jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
II. Tujuan

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 1 x 45 menit, diharapkan

Mahasiswa Keperawatan Stikes Wira Medika Bali Kelas B9b mampu memahami

tentang penyakit dakriosistitis.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan Mahasiswa

Keperawatan Stikes Wira Medika Bali Kelas B9b dapat:

1. Menjelaskan pengertian dakriosistitis

2. Menjelaskan penyebab dakriosistitis

3. Menyebutkan tanda dan gejala dakriosistitis

4. Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi akibat dakriosistitis

5. Menyebutkan pengobatan untuk dakriosistitis

6. Menyebutkan cara pencegahan dakriosistitis

III. Materi

Adapun materi yang disajikan meliputi ;

A. Pengertian dakriosistitis

B. Penyebab dakriosistitis

C. Tanda dan gejala dakriosistitis

D. Komplikasi dakriosistitis

E. Pengobatan dakriosistitis

F. Pencegahan dakriosistitis.
IV. Metode

Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan tentang penyakit

dakriosistitis ini antara lain :

A. Ceramah

B. Tanya Jawab

V. Media/Alat/Sumber

A. Alat

1. Meja

2. Kursi

3. LCD

4. Proyektor

5. Laptop

B. Media

1. Slide

2. Leaflet

C. Sumber

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi

8. Vol 2. Jakarta : EGC

Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.

P.2, P. 89-104, P.105-6


James B.; Chew, C. Bron, A. eds. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga;

2006. P. 60

VI. Sasaran

Adapun sasaran dalam penyuluhan ini ialah Mahasiswa Keperawatan Stikes Wira

Medika Bali Kelas B9b.

VII. Waktu

Hari / Tanggal : Jumat, 7 Juli 2017

Pukul : 14.00 WITA s/d selesai

Durasi : 45 menit

VIII. Tempat

Penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas Stikes Wira Medika Bali.


Setting Tempat :

Slide Penyuluh

Audien Audien

Audien Audien Audien


Rencana Evaluasi

A. Struktur

1. Persiapan media dan alat

Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semua

lengkap atau dalam kondisi baik dan bisa digunakan saat ceramah dan tanya

jawab.

a. Alat

1) Meja

2) Kursi

3) LCD

4) Laptop

b. Media

1) Slide

2) Leaflet

2. Persiapan Materi

Materi yang disiapkan dalam bentuk makalah, dan ditulis dalam bentuk

slide untuk mempermudah dalam penyampaiannya.

3. Undangan / peserta penyuluhan

Mahasiswa Keperawatan Stikes Wira Medika Bali Kelas B9b.

B. Proses Penyuluhan

1. Kehadiran 80%

2. 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan


3. Didalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh

dan peserta .

4. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat

penyuluhan.

5. 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.

C. Hasil Penyuluhan

1. Jangka Pendek

Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit,peserta:

a. 50% dapat menjelaskan pengertian dakriosistitis dengan benar

b. 40% dapat menyebutkan penyebab dakriosistitis dengan benar

c. 40% dapat menyebutkan tanda dan gejala dakriosistitis

d. 40% dapat menyebutkan komplikasi dakriosistitis dengan benar

e. 40% dapat menyebutkan pengobatan bagi penyakit dakriosistitis

f. 40% dapat menyebutkan pencegahan bagi penyakit dakriosistitis

2. Jangka Panjang

Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai dakriosistitis.


Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN DAKRIOSISTITIS

Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang
disebabkan oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata
adalah untuk mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya
hambatan air mata yang patologis pada system drainase air mata dapat
menyebabkan terjadinya dakriosistitis.
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya
disebabkan oleh karena adanya blockade pada saluran yang mengalirkan air mata
dari kantong air mata ke hidung. Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi.
Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat dihubungkan dengan
suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi pada mata,maupun trauma.
Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan
kemerahan pada daerah kantus medialis. Adanya epifora merupakan karakteristik
pada peradangan kronik pada duktus lakrimalis.

B. PENYEBAB DAKRIOSISTITIS

Penyebab dakriosistitis adalah penyumbatan yang terjadi pada duktus


nasolakrimalis yaitu saluran yang mengalirkan air mata ke hidung. Faktor alergilah
yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada saluran tersebut. Akibatnya adalah
infeksi di sekitar kantung air mata yang menimbulkan nyeri, warna merah dan
bengkak, bahkan bisa sampai mengeluarkan nanah dan penderita mengalami
demam. Infeksi yang ringan biasanya akan cepat sembuh walau tetap ada
pembengkakan. Sementara yang tergolong parah dapat menyebabkan kemerahan
dan penebalan di atas kantung air mata. Jika terus berlanjut akan terbentuk kantung
nanah. Pada Dakriosistitis Kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus
nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi. Infeksi
neonatal merupakan faktor penting lainnya dari perkembangan Dakriosistitis
Kongenital.
Bakteri aerob dan non aerob bisa didapatkan pada kultur dari anak-anak dan
orang dewasa dengan Dakriosistitis. Organisme yang umumnya didapatkan pada
anak-anak dengan Dakriosistitis adalah Staphylococcus Aureus, Haemophilus
Influenzae, Beta Hemolitik Streptokokkus, dan pneumokokkus.
Obstruksi dari bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan
pada orang dewasa yang terkena Dakriosistitis. Karena hubungan yang erat antara
duktus nasolakrimalis dengan hidung dan sinus paranasal, struktus ini seringkali
berhubungan dengan etiologi terjadinya Dakriosistitis. Beberapa penyakit hidung
yang bisa menyebabkan terjadinya Dakrisistitis antara lain Sinusitis (maksilaris,
ethmoidalis), Rinitis Vasomotor, Rinitis Hipertrofi, Rinitis Ozaena, trauma
hidung, tumor cavum nasi, dan masih banyak lainnya.

C. TANDA DAN GEJALA DAKRIOSISTITIS

Dakriosistitis dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu : akut, kronik dan


congenital. Gejala utama dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran mata
berlebih. Pada dakriosistitis berbentuk akut, di daerah sakkus lakrimalis terdapat
gejala radang, sakit, bengkak , nyeri tekan. Materi purulen dapat diperas dari
sakkus. Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri , biasanya disertai
dengan pembengkakan kelenjar pre aurikuler, submandibuler dan disertai
peningkatan suhu tubuh. Kadang-kadang kelopak mata dan daerah sisi hidung
membengkak. ada stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa fistula. Pada
dakriosistitis kronik , tanda satu-satunya adalah keluar air mata berlebih.
D. KOMPLIKASI DAKRIOSISTITIS

Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong air


mata sehingga membentuk fistel. Bisa juga terjadi abses kelopak mata, ulkus, dan
bahkan selulitis orbital. Komplikasi pada dakriosistitis lebih kepada komplikasi
terapi bedah. Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan baik merupakan
prosedur yang cukup aman dan efektif. Namun, seperti pada semua prosedur
pembedahan, komplikasi berat dapat terjadi. Perdarahan merupakan komplikasi
tersering dan dilaporkan terjadi pada 3% pasien. Selain itu, infeksi juga merupakan
komplikasi serius dakriosistorinostomi. Beberapa ahli menyarankan pemberian
antibiotic drop spray pada hidung setelah pembedahan.
Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan oleh osteotomi
atau penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang tidak adekuat. Kebanyakan
kasus kemudian diterapi dengan dilatasi ostium menggunakan probing Bowman
berturut-turut.

E. PENGOBATAN DAKRIOSISTITIS

Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik penyakit.


Antibiotic sistemik dengan regimen sebagai berikut:
a. Anak-anak
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan, diberikan
amoxicillin/clavulanate 20-40mg/kg/hari peroral yang dibagi dalam tiga
dosis.
Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di rumah sakit dan
diterapi dengan cefuroxime 50-100 mg/kg/hari iv dalam 3 dosis.
b. Dewasa
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan diberikan cephalexin
500 mg peroral tiap 6 jam.Terapi alternative berupa amoxicillin /clavulanate
500 mg peroral tiap 8 jam pasien demam dan akut dirawat di rumah sakit
dengan penanganan cefazolin 1gr iv tiap 8 jam.Terapi antibiotic diberikan
berdasarkan respon klinik dan hasil kultur dan sensitivitas. Antibiotik
intravena dapat diganti dengan antibiotic oral dengan dosis yang sebanding
tergantung dari tingkat perbaikan, tetapi terapi antibiotic harus tetap
dilakukan selama 10-14 hari.

F. PENCEGAHAN DAKRIOSISTITIS

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan hygienitas pada palpebra,


termasuk melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu,
hygienitas nasal dengan spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal
bagian distal.
Lampiran 2

EVALUASI

A. Pertanyaan

1. Apakah yang dimaksud dengan dakriosistitis ?


2. Jelaskan penyebab dakriosistitis !
3. Sebutkan tanda dan gejala dakriosistitis !
4. Sebutkan komplikasi yang dapat terjadi akibat dakriosistitis !
5. Sebutkan pengobatan untuk dakriosistitis !
6. Sebutkan cara pencegahan dakriosistitis !

B. Kunci Jawaban

1. Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung.
2. Penyebab dakriosistitis adalah penyumbatan yang terjadi pada duktus
nasolakrimalis yaitu saluran yang mengalirkan air mata ke hidung. Faktor
alergilah yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada saluran tersebut.
3. Gejala utama dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran mata berlebih.
Pada dakriosistitis berbentuk akut, di daerah sakkus lakrimalis terdapat
gejala radang, sakit, bengkak , nyeri tekan. Materi purulen dapat diperas dari
sakkus. Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri , biasanya
disertai dengan pembengkakan kelenjar pre aurikuler, submandibuler dan
disertai peningkatan suhu tubuh. Kadang-kadang kelopak mata dan daerah
sisi hidung membengkak. ada stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa
fistula. Pada dakriosistitis kronik , tanda satu-satunya adalah keluar air mata
berlebih.
4. Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong air
mata sehingga membentuk fistel. Bisa juga terjadi abses kelopak mata,
ulkus, dan bahkan selulitis orbital. Komplikasi pada dakriosistitis lebih
kepada komplikasi terapi bedah. Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan
baik merupakan prosedur yang cukup aman dan efektif. Namun, seperti pada
semua prosedur pembedahan, komplikasi berat dapat terjadi. Perdarahan
merupakan komplikasi tersering dan dilaporkan terjadi pada 3% pasien.
Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi serius dakriosistorinostomi.
5. Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik penyakit.
Antibiotic sistemik dengan regimen sebagai berikut:
a. Anak-anak
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan, diberikan
amoxicillin/clavulanate 20-40mg/kg/hari peroral yang dibagi dalam
tiga dosis.
Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di rumah
sakit dan diterapi dengan cefuroxime 50-100 mg/kg/hari iv dalam 3
dosis.
b. Dewasa
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan diberikan
cephalexin 500 mg peroral tiap 6 jam.Terapi alternative berupa
amoxicillin /clavulanate 500 mg peroral tiap 8 jam pasien demam
dan akut dirawat di rumah sakit dengan penanganan cefazolin 1gr iv
tiap 8 jam.Terapi antibiotic diberikan berdasarkan respon klinik dan
hasil kultur dan sensitivitas. Antibiotik intravena dapat diganti
dengan antibiotic oral dengan dosis yang sebanding tergantung dari
tingkat perbaikan, tetapi terapi antibiotic harus tetap dilakukan
selama 10-14 hari.
6. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan hygienitas pada palpebra,
termasuk melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu,
hygienitas nasal dengan spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal
bagian distal.

Anda mungkin juga menyukai