Satuan Acara Penyuluhan
Satuan Acara Penyuluhan
DAKRIOSISTITIS
Oleh :
KELOMPOK 4
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DAKRIOSISTITIS
I. Latar Belakang
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa
kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior.
Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi
karena berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua
permukaan yang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa
nasal, di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan
fungsional dari sistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari kelenjar
air mata menuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran air mata secara patologis
menyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa disebut
dengan dakriosistitis.
Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Dakriosistitis
akut ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan pada regio
kantus medial, sedangkan pada inflamasi maupun infeksi kronis dari sakus
lakrimal ditandai dengan adanya epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagian
sakus lakrimal dan disertai dengan demam. Selain dakriosistitis akut dan kronis,
ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan bentuk khusus dari
dakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses embriogenesisdari
sistem eksresi lakrimal.
Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua kategori usia, yaitu anak-anak dan
orang dewasa di atas 40 tahun dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga70
tahun. Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1%dari
jumlah kelahiran yang ada. Kebanyakan penelitian menyebutkan bahwasekitar 70-
83% kasus dakriosistitis dialami oleh wanita, sedangkan padadakriosistitis
kongenital jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
II. Tujuan
Mahasiswa Keperawatan Stikes Wira Medika Bali Kelas B9b mampu memahami
III. Materi
A. Pengertian dakriosistitis
B. Penyebab dakriosistitis
D. Komplikasi dakriosistitis
E. Pengobatan dakriosistitis
F. Pencegahan dakriosistitis.
IV. Metode
A. Ceramah
B. Tanya Jawab
V. Media/Alat/Sumber
A. Alat
1. Meja
2. Kursi
3. LCD
4. Proyektor
5. Laptop
B. Media
1. Slide
2. Leaflet
C. Sumber
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
2006. P. 60
VI. Sasaran
Adapun sasaran dalam penyuluhan ini ialah Mahasiswa Keperawatan Stikes Wira
VII. Waktu
Durasi : 45 menit
VIII. Tempat
Slide Penyuluh
Audien Audien
A. Struktur
lengkap atau dalam kondisi baik dan bisa digunakan saat ceramah dan tanya
jawab.
a. Alat
1) Meja
2) Kursi
3) LCD
4) Laptop
b. Media
1) Slide
2) Leaflet
2. Persiapan Materi
Materi yang disiapkan dalam bentuk makalah, dan ditulis dalam bentuk
B. Proses Penyuluhan
1. Kehadiran 80%
dan peserta .
penyuluhan.
C. Hasil Penyuluhan
1. Jangka Pendek
2. Jangka Panjang
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN DAKRIOSISTITIS
Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang
disebabkan oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata
adalah untuk mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya
hambatan air mata yang patologis pada system drainase air mata dapat
menyebabkan terjadinya dakriosistitis.
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya
disebabkan oleh karena adanya blockade pada saluran yang mengalirkan air mata
dari kantong air mata ke hidung. Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi.
Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat dihubungkan dengan
suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi pada mata,maupun trauma.
Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan
kemerahan pada daerah kantus medialis. Adanya epifora merupakan karakteristik
pada peradangan kronik pada duktus lakrimalis.
B. PENYEBAB DAKRIOSISTITIS
E. PENGOBATAN DAKRIOSISTITIS
F. PENCEGAHAN DAKRIOSISTITIS
EVALUASI
A. Pertanyaan
B. Kunci Jawaban
1. Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung.
2. Penyebab dakriosistitis adalah penyumbatan yang terjadi pada duktus
nasolakrimalis yaitu saluran yang mengalirkan air mata ke hidung. Faktor
alergilah yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada saluran tersebut.
3. Gejala utama dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran mata berlebih.
Pada dakriosistitis berbentuk akut, di daerah sakkus lakrimalis terdapat
gejala radang, sakit, bengkak , nyeri tekan. Materi purulen dapat diperas dari
sakkus. Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri , biasanya
disertai dengan pembengkakan kelenjar pre aurikuler, submandibuler dan
disertai peningkatan suhu tubuh. Kadang-kadang kelopak mata dan daerah
sisi hidung membengkak. ada stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa
fistula. Pada dakriosistitis kronik , tanda satu-satunya adalah keluar air mata
berlebih.
4. Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong air
mata sehingga membentuk fistel. Bisa juga terjadi abses kelopak mata,
ulkus, dan bahkan selulitis orbital. Komplikasi pada dakriosistitis lebih
kepada komplikasi terapi bedah. Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan
baik merupakan prosedur yang cukup aman dan efektif. Namun, seperti pada
semua prosedur pembedahan, komplikasi berat dapat terjadi. Perdarahan
merupakan komplikasi tersering dan dilaporkan terjadi pada 3% pasien.
Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi serius dakriosistorinostomi.
5. Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik penyakit.
Antibiotic sistemik dengan regimen sebagai berikut:
a. Anak-anak
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan, diberikan
amoxicillin/clavulanate 20-40mg/kg/hari peroral yang dibagi dalam
tiga dosis.
Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di rumah
sakit dan diterapi dengan cefuroxime 50-100 mg/kg/hari iv dalam 3
dosis.
b. Dewasa
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan diberikan
cephalexin 500 mg peroral tiap 6 jam.Terapi alternative berupa
amoxicillin /clavulanate 500 mg peroral tiap 8 jam pasien demam
dan akut dirawat di rumah sakit dengan penanganan cefazolin 1gr iv
tiap 8 jam.Terapi antibiotic diberikan berdasarkan respon klinik dan
hasil kultur dan sensitivitas. Antibiotik intravena dapat diganti
dengan antibiotic oral dengan dosis yang sebanding tergantung dari
tingkat perbaikan, tetapi terapi antibiotic harus tetap dilakukan
selama 10-14 hari.
6. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan hygienitas pada palpebra,
termasuk melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu,
hygienitas nasal dengan spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal
bagian distal.