Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA

DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI LEUKOREA

PADA NY. R USIA 35 TAHUN

DI PUSKESMAS TAWANGMANGU

Disusun oleh:

Nama : 1. Dyada Ayu Putri Yudita Guntari (P27224018067)

2. Elisha Ayu Ambarsari (P27224018068)

3. Erlinda Gunawan (P27224018069)

4. Fahjrin Rahmawati (P27224018070)

D IV Kebidanan Reguler A Semester VI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEBIDANAN 2021

HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA


DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI LEUKOREA
PADA NY. R USIA 35 TAHUN
DI PUSKESMAS TAWANGMANGU
Disusun oleh:
Nama : 1. Dyada Ayu Putri Yudita Guntari (P27224018067)
2. Elisha Ayu Ambarsari (P27224018068)
3. Erlinda Gunawan (P27224018069)
4. Fahjrin Rahmawati (P27224018070)

Tanggal Pemberian Asuhan 17 Februari 2021


Disetujui,
Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di :
...............................................
NIP .
Dosen Pembimbing
Tanggal :
Di :
..................................................
NIP.

Pembimbing seminar
Tanggal :
Di :
................................................
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Leukorrhea biasa diistilahkan dengan keputihan/ flour albus/ aliran putih.
Leukorrhea merupakan suatu bentuk vaginal discharge yaitu suatu kejadian
keluarnya cairan berlebih namun bukanlah darah yang berasal dari vagina,
sedangkan keputihan sendiri merupakan istilah lazim yang digunakan
masyarakat umum untuk menyebut penyakit Candidiasis vaginal yang terjadi
didaerah kewanitaan (Manuaba, 2009). Banyak faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya leukorrhea antara lain informasi, pengetahuan,
pendidikan, pekerjaan, lingkungan, pengalaman. Informasi tentang leukorrhea
patologi merupakan hal yang penting untuk menghindari terjadinya
leukorrhea fisiologi menjadi leukorrhea patologi.

Leukorrhea patologi disebabkan karena pengetahuan dan persepsi


mahasiswi yang masih kurang tentang leukorrhea patologi. Leukorrhea yaitu
cairan putih yang keluar dari liang sanggama secara berlebihan (Wandha,
2012). Sampai saat ini leukorrhea belum jelas penyebabnya bahkan persepsi
wanita usia subur (WUS) belum mencakup yang berhubungan dengan
leukorrhea. Leukorrhea dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya
leukorrhea normal (fisiologis) dan leukorrhea abnormal (patologis).
Leukorrhea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga
terjadi melalui rangsangan seksual. Leukorrhea abnormal dapat terjadi pada
semua infeksi alat kelamin (Manuaba, 2009).

Leukorrhea bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sebab yang pasti perlu
ditetapkan. Leukorrhea dapat disebabkan oleh adanya bakteri, seperti
gonococcus, chlamydia, trichomatis, gardenella, treponena pallidum, adanya
infeksi jamur seperti candida dan adanya infeksi parasit seperti trichomonas
vaginalis, serta adanya infeksi seperti candyloma taacuminata dan
herpes(Wiwin, 2013). Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan
berbagai pemeriksaan cairan yang keluar tersebut. Leukorrhea sebagai gejala
penyakit dapat ditentukan melalui berbagai pernyataan yang mencakup kapan
dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan atau encer, ada
luka disekitar alat kalamin, pernah disertai darah, ada bau busuk,
menggunakan AKDR) adakah demam, rasa nyeri didaerah kemaluan
(Manuaba, 2009).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita
dengan gangguan sistem reproduksi leukorea
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari
berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dengan benar terhadap
masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan
interprestasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
d. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh
untuk pasien berdasar masalah yang ada dan langkah-langkah
sebelumnya.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada perencanaan dan dilaksanakan secara
efisien dan aman.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi serta memberikan manfaat bagi petugas kesehatan
khususnya bidan dalam penanganan kepada wanita dengan gangguan
sistem reproduksi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu,
wawasan dan menambah pembelajaran pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Leukorrhea
1. Pengertian
Leukorrhea atau keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari
liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai
rasa gatal setempat (Kusmiran, 2012).
Keputihan merupakan pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan
darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan
manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Manuaba,
2010).
Leukorrhea atau fluor albus atau keputihan adalah cairan yang keluar
berlebihan dari vagina dan bukan darah. Leukorrhea dibedakan
menjadi dua macam, yaitu leukhorrea normal dan leukorrhea abnormal
(Sibagariang, 2010).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa leukorrhea
atau keputihan adalah cairan bukan darah yang keluar melalui vagina,
dapat merupakan kejadian yang normal atau tidak normal.

2. Klasifikasi Leukorrhea
Menurut beberapa ahli, ada dua jenis leukorrhea, yaitu leukorrhea
normal (fisiologis) dan leukorrhea abnormal (patologis).
a. Leukorrhea normal (fisiologis) Keputihan fisiologis terdiri atas
cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung
banyak epitel dengan leukosit yang jarang. 8 Keputihan nomal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, saat
terangsang, hamil, kelelahan, stress, dan sedang mengkonsumsi
obat-obat hormonal seperti pil KB. Keputihan normal memiliki
ciri-ciri seperti tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menimbulkan rasa gatal (Sibagariang, 2010).
Keputihan tidak melulu mendatangkan kerugian atau masalah jika
keputihan ini wajar dan tidak menunjukan bahaya lain. Cairan
keputihan dapat berfungsi sebagai sistem pelindung alami saat
terjadi gesekan di dinding vagina saat berjalan dan melakukan
hubungan seksual. Keputihan juga merupakan salah satu
mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga kadar
keasaman pH wanita. Cairan ini selalu berada di dalam alat
genetalia tersebut. Keasaman pada vagina wanita harus berkisar
antara 3,8 – 4,2, maka sebagian besar bakteri adalah bakteri
menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95
% sedangkan yang lain adalah bakteri merugikan dan menimbulkan
penyakit (patogen).
Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami
keadaan yang membuat keasaman tersebut bertambah dan
berkurang, maka bakteri yang menimbulkan penyakit tersebut tidak
akan mengganggu (Iswati,2010).
Pada keadaan normal, jenis flora normal pada vagina antara lain,
Doderleins, Lactobacillus, E.Coli, Enterobacter Aerogenes, 9
Stafilokokus, Streptokokus, Yeast (ragi), Vellonella, Neiseria Sicca
(Tim Mikrobiologi Universitas Brawijaya, 2003).
b. Leukorrhea abnormal (patologis) Merupakan cairan eksudat dan
cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat eksudat terjadi
akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat
diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma
jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas. Kuman yang
menginfeksi vagina seperti jamur kandida albikan, parasit
tricomonas, E.coli, Staphylokokus, Treponema Pallidum,
Kondiloma Aquminata dan Herpes, serta luka di daerah vagina,
benda asing yag tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan
kelainan serviks. Akibatnya timbul gejala-gejala yang sangat
mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih
menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan,
kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan
luka di daerah kewanitaan (Tim Mikrobiologi Universitas
Brawijaya, 2003).
3. Penyebab Leukorrhe
Keputihan yang fisiologis dapat disebabkan oleh:
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan
keputihan.
b. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran
pembuluh darah vagina atau vulva, sekresi kelenjar sekviks yang
10 bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan dan
koitus.
d. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.
e. Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup
lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga
uterus.
Keputihan yang patologis terjadi karena disebabkan oleh:
a) Infeksi
1. Jamur
2. Bakteri
b) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Seperti rektovaginalis atau fistel vesikovaginal, cedera
persalinan dan radiasi kanker genetalia.
c) Benda asing
Misalnya pesarium untuk penderita hernia, tertinggal kondom
atau prolaps uteri.
d) Neuplasma jinak
Tumor jinak yang ada pada lumen akan mengakibatkan
peradangan dan akhirnya mengalami keputihan.
e) Kanker
f. Fisik
Akibat adanya tampon, penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) dan kejadian trauma pada alat genetalia.
g. Menoupause
Hormon estrogen akan menurun pada masa menopause sehingga
vagina kering, juga disertai penipisan pada lapisan sel, ini
mengakibatkan mudah terjadi luka dan disertai infeksi. McCathie
(2006), menjelaskan penyebab dari keputihan patologis salah
satunya adalah infeksi, yaitu:
1) Vaginosis Bakteri
Vaginosis Bakteri adalah penyebab paling umum dari keputihan
pada wanita usia produktif. Ditemukan pada prevalensi di
Inggris bervariasi antara 9% dalam praktik umum dan 30%
dalam klinik pengobatan genitourinary. Vaginosis Bakteri terjadi
akibat dari pertumbuhan berlebih dari jumlah spesies bakteri
dengan penuran atau tidak adanya laktobasilus. Berbagai bakteri
tumbuh berlebihan termasuk bakteri anaerob Gardnerella
vaginalis dan mycoplasma genital. Vaginosis bakteri ditandai
dengan keputihan yang berbau busuk. Vaginosis Bakteri juga
dapat menimbulkan peradangan pada vulva dan vagina.
2) Kandidiasis (Jamur)
Kandidisasis vagina terjadi setidaknya sekali dalam 75% dari
perempuan selama hidup. Organisme penyebab pada 90% kasus
adalah infeksi jamur Candida Akbicans, spesies Candida lainnya
yang terlibat termasuk Candida glabrata. Gatal pada vulva
adalah yang paling banyak ditemukan pada 50% kasus. Terdapat
juga tanda dan gejala 12 seperti nyeri, keputihan dadih tanpa
bau. Menurut Louise, (2010) vulvovaginalis kandidiasis
ditemukan dalam 10-20 persen dari wanita tanpa gejala. Faktor
pencetus dapat dikarenakan ieitasi lokal (sabun atau spermisida)
dan pemakaian celana dalam sintesis yang ketat.
3) Chlamydia trachomatis
Prevalensi Chlamydia trachomatis di Inggris dilaporkan 3-5%
wanita yang aktif secara seksual terkena Chlamydia trachomatis.
Barubari ini, sebuah studi percontohan scrining klamidia
menunjukkan angka lebih tinggi 10-14% pada kelompok
dibawah 25 tahun (McCathie, 2006). Organisme penyebab
Chlamydia trachomatis memiliki siklus hidup yang mirip
dengan virus, pertumbuhannya pada intraseluler. Daerah yang
terinfeksi pada wanita adalah leher rahim dan uretra sekitar 50%
kasus. Penelitian mengatakan juga terdapat pada rektum, faringi,
dan konjungtiva. Resiko komulatif transmisi antara pasangan
seksual yaitu 60-70% kasus. Gejala keputihan biasanya berupa
purulen, namun 80% dari mereka yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala. Tanda dan gejala termasuk perdarahan
pasca coital, perdarahan intermenstrual, servisitis mukopurulen,
nyeri perut bagian bawah.
4) Neisseria gonorrhoea
Frekuensi Neisseria gonorrhoea telah meningkat selama 10
tahun terakhir. Kasus terjadi pada kelompok tertinggi usia 16-19
tahun terjadi sekitar 200 per 100.000. Neisseria gonorrhoea
adalah diplokokus 13 intraseluler gram negatif. Menginfeksi
daerah wanita yaitu pada serviks ( 85-95%), uretra (65-75%),
rectum (20-50%). Gonore termasuk IMS dan sekitar 30-40%
dari wanita dengan Neisseria gonorrhoea juga akan terinfeksi
klamidia. Gejala yang paling umum adalah keputihan, namun
50% wanita dengan infeksi serviks dapat asimtomatik. Gejala
lainnya termasuk disuria servisitis mukopurulen dan nyeri perut
bagian bawah.
5) Trichomonas vaginalis
Infeksi Trichomonas vaginalis cukup jarang di Inggris,
meskipun di Afrika dan Asia cukup tinggi angka kejadiannya,
yaitu penyebab utama keputihan. Prevalensi hingga 35% telah
ditemukan beberapa bagian Afrika, dimana itu adalah biasanya
yang paling umum pada infeksi menular seksual (IMS).
Trichomonas vaginalis jika tidak ditangani akan sering
mengalami gejala. Keluhan yang paling umum adalah keputihan
berwarna kehijauan, berbusa, berbau busuk dan memiliki pH 4-
4,5. Tanda dan gejala lainnya termasuk gatal pada vulva dan
vagina.
6) Gardenerella
Gardenerella menyebabkan peradangan liang senggama yang
tidak spesifik dan kadang-kadang dianggap sebagai bagian dari
jasad renik normal dalam liang senggama akibat kerapnya
ditemukan. Kuman ini biasanya mengisi penuh sel-sel epitel
liang senggama dengan membentuk bentukan khas dan disebut
sebagai clue cell. Gardenerella menghasilkan asam amino yang
akan diubah menjadi senyawa amin 14 yang menimbulkan bau
amis yang tidak sedap seperti ikan. Cairan liang senggama ini
tampak berwarna keabu-abuan (Djuanda, 2011).
7) Triponema Pallidium
Kuman tersebut merupakan penyebab penyakit kelamin yang
terkenal dengan sifilis. Penyakit ini pada perkembangannya
dapat terlihat sebagai kulit-kulit kecil diliang senggama dan
bibir kemaluan dan disebut dengan kondiloma talata. Kuman ini
berbentuk spiral dan tampak bergerak aktif (Benson, 2009;
Djuanda, 2011). Kaur dan Kapoor (2014), keputihan patologis
dapat dikarenakan oleh infeksi (terjadi karena salah satu infeksi
atau beberapa infeksi) dan yang tidak infeksi seperti akibat dari
alergi detergen, benda asing, preparat herbal, atau beberapa
kanker.
Penyebab lain yang diutarakan oleh Kusmiran (2011) adalah
kurangnya tentang personal hygiene, memakai celana dalam
yang ketat dari bahan sintesis, memakai pantyliner (pembalut
mini) dan jarang menggantinya, membilas vulva dengan arah
yang salah yaitu daria arah belakang ke depan. Penyebab lain
seperti sering bertukar celana dalam atau handuk dengan orang
lain, kelelahan yang amat sangat, mengalami stress, memakaim
sembarang sabun untuk membersihkan vulva, tidak menjalani
pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah olahraga,
kurang tidur), stress, lingkungan sanitasi yang kotor, sering
berganti pasangan dalam berhubungan seksual, frekuensi
kehamilan, dan hormon yang tidak seimbang.

4. Leukorrhea
Keputihan merupakan sebuah hal yang lazim terjadi pada tubuh
wanita, terutama bagi remaja putri yang sedang mengalami masa –
masa transisi, keputihan akan muncul sebagai tanda awal bahwa sistem
reproduksinya mulai aktif karena remaja putri akan mendapatkan
keputihan pada saat ia mengalami haid pertama dalam hidupnya.
Menurut Bahari (2012) keputihan pada remaja dibagi menjadi dua
yaitu:
b. Keputihan fisiologis (normal) terjadi pada saat sebelum dan
sesudah menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami
stres berat, sedang hamil atau mengalami kelelahan. Pada
keputihan fisiologis cairan yang keluar berwarna jernih atau
kekunig-kuningan dan tidak berbau.
c. Keputihan patologis (abnormal) yang dikategorikan sebagai
penyakit. Ciri-ciri dari keputihan patologis yaitu cairan yang keluar
sangat kental dan warna kekuningan, bau yang sangat menyengat,
jumlahnya yang berlebih dan menyebabkan rasa gatal, nyeri juga
rasa sakit dan panas saat berkemih.
Sehingga, keputihan bagi remaja putri tidak boleh di anggap biasa,
karena keputihan sendiri tidak sepenuhnya baik dan cenderung
memberikan efek cukup buruk bagi masa depan mereka bila terus
dibiarkan.

5. Dampak Leukorrhea
Keputihan akan menimbulkan kuman yang dapat menimbulkan infeksi
pada daerah yang dilalui mulai dari muara kandung kemih, bibir
kemaluan sampai uterus dan saluran indung telur sehingga
menimbulkan penyakit radang panggul dan dapat menyebabkan
infertilitas (Bahari, 2012). Akibat yang sering ditimbulkan karena
keputihan adalah infeksi.
Menurut Aulia (2012), macam-macam infeksi alat genital, antara lain :
a. Vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi
lokal. Penyebab secara umum jamur vaginitis.
b. Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh
berbagai bakteri parasite atau jamur. Infeksi ini sebagian besar
terjadi karena hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering
dijumpai adalah vaginitis karena jamur.
d. Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi servik
sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat
dan infeksi karena hubungan seksual. Keluhan yang dirasakan
terdapat keputihan, mungkin terjadi kontak berdarah (saat
berhubungan seksual terjadi perdarahan).
e. Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Discase)
merupakan infeksi alat genetal bagian atas wanita, terjadi akibat
hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun
atau akhirnya menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir
dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Tanda-tandanya 17 yaitu nyeri menusuk-nusuk,
mengeluarkan keputihan bercampur darah, suhu tubuh meningkat
dan nadi meningkat, pernafasan bertambah, dan tekanan darah
dalam batas normal.

6. Penyebab Leukorrhea
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan keputihan pada remaja
adalah:
a. Celana Dalam Keputihan disebabkan oleh celana dalam yang
ketat dan terbuat dari bahan sintetik. Semua jamur tumbuh
subur pada keadaan yang hangat dan lembab. Sirkulasi udara
segar di sekitar vulva (genetalia luar) penting karena dapat
menghambat pertumbuhan tidak normal jamur. Memakai
celana dalam yang ketat akan menghalangi permukaan organ
seksual untuk mendapatkan udara segar agar permukaan itu
tetap kering. Kain sintetik menahan kelembaban karena jalinan
serat-seratnya terlalu hangat sehingga sirkulasi yang normal
tidak dapat berlangsung karena udara tidak dapat melewatinya.
Celana dalam berbahan nilon tidak menyerap kelembapan
sehingga bila bercampur keringat dan secret alamiah vagina
mulai tertimbun,maka selangkangan merupakan tempat yang
sangat panas dan lembab. Ternyata keadaan ini menjadi tempat
yang cocok untuk persemaian jamur candida dan bakteri lain
yang merugikan (Clayton, 1986). Celana dalam yang terlalu
ketat akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab,
karena dapat memicu kelembapan dan 18 memberi peluang
jamur tumbuh subur pada area ini. Area kewanitaan harus
senantiasa kering sepanjang hari. Selain air, keringat juga bisa
membuat area kewanitaan menjadi lembab, dan bahkan
menyebabkan bau tidak sedap. Untuk itu, celana dalam
berbahan katun sangat dianjurkan karena mudah menyerap
keringat (Irianto, 2014).
b. Cara Membersihkan Alat Kemaluan Cara membersihkan alat
kemaluan atau “cebok” yang salah menurut dr. I Putu Sarjana
dalam sebuah wawancara, dapat mengakibatkan berbagai
gangguan pada organ kewanitaan. Karena ketidaktahuannya,
banyak perempuan cebok dari belakang ke depan. Padahal, cara
itu sama saja menarik kotoran ke daerah vagina. Cara cebok
yang benar adalah dari depan ke belakang. Organ intim wanita
memiliki bentuk yang khas, sehingga para wanita harus ekstra
menjaga kebersihan organ kewanitaan. Cara cebok yang salah
dapat membuat lahan subur bagi kuman dan bakteri. Kuman
yang terdapat dalam vagina dapat mengakibatkan berbagai
keluhan seperti keputihan, bahkan lebih parah lagi jika bakteri
tersebut menyerang saluran kemih atau saluran kencing
perempuan yang menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih.
Jika buang air kecil (BAK) di toilet umum, lebih baik apabila
menggunakan air kran atau shower. Tidak dianjurkan
menggunakan air yang ditampung di dalam bak atau ember. Air
tersebut bisa saja sudah tergenang dalam waktu lama, atau
mungkin saja sudah kotor. Memilih toilet jongkok lebih baik
daripada toilet duduk. Toilet jongkok tidak 19 menyentuh
langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Apabila hanya
tersedia toilet duduk maka lebih baik dibersihkan terlebih
dahulu dengan tisu atau disiram dengan air.
c. Pantyliner Pantyliner adalah bantalan pembalut tipis yang
sering digunakan, berbeda dengan pemalut. Pantyliner
digunakan untuk mencegah celana dalam kotor saat pra atau
postmenstruasi (Pontes, 2014).
Pantyliner (pantiliner, panty shield) merupakan salah satu jenis
pembalut wanita yang digunakan pada saat diluar menstruasi.
Pantyliner memiliki susunan yang sama dengan pembalut
ketika menstruasi namun ukurannya lebih tipis. Pemakaian
pantyliner bertujuan untuk menyerap cairan vagina, keringat,
bercak darah, sisa darah menstruasi dan terkadang juga dipakai
sebagai penyerap urin bagi wanita inkontinensia (Ireland,
2011).
Menurut suatu studi, kulit vulva memiliki perbedaan dengan
kulit lengan bawah pada lapisan sratum corneum. Kulit vulva
akan mengalami peningkatan hidrasi apabila terjadi gesekan
pada permukaannya dan keadaan ini tidak ditemukan pada kulit
lengan bawah. Oleh karena itu, pemakaian pantyliner yang
menempel langsung pada daerah vulva dan perineum dapat
mempengaruhi iklim mikro di vulva seperti kelembapan, pH,
dan suhu pada vulva.
Keadaan ini dapat mengubah keadaan mikroflora yang ada
pada permukaan kulit dan 20 mukosa yakni memicu
pertumbuhan bakteri patogen dan jamur, karena itu penggantian
pantyliner disarankan 2 jam sekali.
Berdasarkan penelitian M.A Farage, pantyliner meningkatkan
populasi Eubacterium species di vagina dan menurunkan
jumlah Lactobacillus species di vagina sebagai flora normal.
Pemakaian pelindung kewanitaan seperti pantyliner juga dapat
mentransfer flora intestinal seperti Eschericia coli ke dalam
vagina (Sjaiful, 2009).
Disamping itu pemakaian panty liner non breathable dapat
meningkatkan risiko Kandidiasis (Runeman, 2003).
d. Antibiotik Antibiotic terdapat dalam obat-obatan yang
mengandung zat kimia yang di dapat dari mikroorganisme
(misalnya jamur). Antibiotic bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan organisme yang merugikan. Sewaktu
menghancurkan bakteri dalam tubuh, keseimbangan
mikroorganisme pada bagian tubuh lainnya terganggu (Clayton,
1986).
e. Pembersih Kewanitaan Pembersih kewanitaan sebenarnya tidak
perlu karena dapat mengiritasi membrane mukosa danmungkin
menimbukan secret vagina.
Pembersih kewanitaan tdak mempengaruhi kuman-kuman
dalam vagina. Pembersih kewanitaan membuat vagina menjadi
kering dan gatal serta dapat menyebabkan reaksi alergi. Mandi
dengan busa sabun dan antiseptic sebaiknya dihindari karena
alasan yang sama. Keduanya dapat 21 mematikan bakteri
alamiah dalam vagina dengan cara mirip dengan antibiotik
(Clayton, 1986)
Pembersih kewanitaan akan mengganggu keseimbangan flora
dan vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh
bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu
tumbuhnya jamur.
Akibatnya muncul gatal-gatal di area organ intim. Sabun juga
tidak baik digunakan dalam membersihkan vagina karena pH
pada sabun dapat mengganggu keseimbangan flora normal
vagina.
Dari sekian banyak merek yang beredar di masyarakat, rata-rata
memiliki tiga bahan dasar ekstrak daun sirih, povidone iodine,
serta kombinasi laktoserum dn asam laktat. Ekstrak daun sirih
(piper belle L) sangat efektif sebaga antiseptic karena dapat
membasmi jamur candida albicans dan mengurangi sekresi
cairan pada vagina. Sayangnya, jika pembersih berbahan daun
sirih digunakan dalam waktu lama, semua bakteri di vagina
akan ikut mati termasuk bakteri laktobasilus sehingga
ekosistem menjadi terganggu. Povidone iodine merupakan anti
infeksi untuk terapi jamur dan berbagai bakteri.
Efek samping produk yang mengandung bahan ini adalah
dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang berat. Kombinasi
laktoserum dan asam laktat sebagai pembersih organ
kewanitaan bersifat alami karena tidak membunuh bakteri
lactobacillus melainkan meningkatkan pertumbuhannya
(Irianto,2014).
f. Stress Terkadang keputihan dikaitkan dengan stress. Kejadian
keputihan berulang dapat merupakan penyakit yang dikaitkan
dengan stress dan penyebab keputihan ada dalam diri kita
sendiri. Pada kondisi stress, semua organ tubuh kinerjanya
dipengaruhi dan dikontrol oleh otak. Ketika reseptor otak
mengalami kondisi stress maka terjadi perubahan pada
kesimbangan hormone di dalam tubuh sehingga akan memicu
terjadinya pengeluaran secret vagina (Clayton, 1986).
g. Diabetes Wanita diabetes sangat peka terhadap secret vagina
(keputihan) karena gula darahnya terlalu tinggi. Jumlah
glikogen yang disekresi oleh dinding vagina meningkat,
sehingga bakteri yang ada dimana tugasnya mengubah glikogen
menjadi asam laktat tidak sanggup melakukan tugasnya. Gula
dalam urin juga tertimbun pada vulva sehingga menjadi faktor
tumbuh pesatnya jamur.
h. Imunosupresi Imunosupresi adalah kondisi tubuh seseorang
mengalami penurunan daya tahan tubuh. Apabila seseorang
daya tahan tubuhnya tidak baik,maka bakteri dan jamur akan
dengan mudah tumbuh subur di daerah vagina sehingga dapat
menyebabkan terjadinya keputihan. Apabila hal ini dibiarkan
dalam waktu lama, maka dapat menimbulkan infeksi menular
yang lainnya. Salah satu keadaan imunosupresan dapat ditemui
pada penderita AIDS. Selain itu, kondisi seperti ini juga dapat
ditemui pada wanita yang mengkonsumsi obat penurunan daya
tahan tubuh, seperti wanita pengidap autoimun (daya tahan
tubuh yang menyerang organ tubuh sendiri karena menganggap
organ tersebut sebagai musuh) atau wanita yang sedang
menjalani transplantasi organ tubuh (Handayani dkk,2012).
i. Obesitas Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab
keputihan yag berulang. Hal ini disebabkan karena daerah
kewanitaan akan cenderung lembab pada orang yang obesitas
dibandingkan dengan orang yang normal. Sehigga, kondisi ini
akan memicu pertumbuhan bakteri dan jamur yang akan
menyebabkan keluarnya keputihan. (Clayton, 1986).
Obesitas adalah keadaan terjadinya kelebihan berat badan.
Indikator obesitas dengan penentuan IMT (Indeks Masa
Tubuh). Yaitu indeks yang diperoleh dari pengukuran berat
badan dengan menggunakan timbangan injak (kg) dan
pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoise (m).
IMT =BB / TB x TB
Keterangan:
IMT : Indeks Massa Tubuh
BB : Berat badan (kg)
TB : Tinggi badan (m)
Menurut pedoman praktis terapi gizi medis Departemen
Kesehatan RI tahun 2003, indikator IMT adalah sebagai
berikut:
Untuk Perempuan:
Kurus : < 17 kg/m2
Normal : 17 - 23 kg/ m2
Kegemukan : > 23 - 27 kg/m2
Obesitas : > 27 kg/m
Untuk Laki-laki:
Kurus : < 18 kg/m2
Normal : 18 - 25 kg/m2
Kegemukan : 25 - 27 kg/m2
Obesitas : > 27 kg/m2

7. Patofisiologi Leukhorrea
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang rentan terhadap
infeksi, hal ini karena batas antara uretra, anus dan vagina berdekatan
sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit atau virus
mudah masuk. Infeksi yang sering terjadi pada vagina disebabkan
karena ketidakseimbangnya ekosistem vagina, dimana ekosistem ini
dipengaruhi oleh 2 unsur, yaitu:
a. Estrogen yang berfungsi dalam menentukan kadar zat gula
sebagai simpanan energi sel tubuh (glikogen).
b. Lactobacillus, yang membutuhkan glikogen sebagai nutrisi
yang akan digunakan untuk metabolisme pertumbuhannya. Sisa
metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat yang
menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH 3,8-4,2.
Dengan 25 tingkat keasaman tersebut lactobacillus akan
tumbuh subur sehingga bakteri pathogen akan mati. Bila
keseimbangan ekosistem terganggu menyebabkan tingkat
keasaman menurun sehingga vagina rentan terkena infeksi dan
akhirnya menyebabkan fluor albous yang berbau, gatal, dan
menimbulkan ketidaknyamanan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem
vagina antara lain kontrasepsi oral, DM, antibiotik, darah haid,
cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina, dan
gangguan hormon saat pubertas, kehamilan atau menopause.
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari
sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi
perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu
infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur.
Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina
mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan
mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. Lingkungan vagina
yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis
antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain,
estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain.
Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida
yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen
pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein)
dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang
rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain.

8. Gejala Leukhorrea
Menurut Saydam (2012), gejala yang dapat diamati adalah cairan atau
lendir yang berwarna putih atau kekuning-kuningan pada vagina.
Jumlah lendir ini bisa tidak begitu banyak namun adakalanya banyak
sekali. Kadang-kadang diikuti oleh rasa gatal yang amat mengganggu
kenyamanan wanita itu. Bisa saja cairan yang keluar dari vagina
sedikit, jernih dan tidak berbau. Namun adakalanya berbau tidak sedap.
Jika cairan dari vagina berlebihan keadaan tersebut biasanya sering
disebut dengan keputihan. Selama kehamilan, menjelang menstruasi,
pada saat ovulasi, dan akibat dari rangsangan, vagina cenderung lebih
banyak cairan. Namun gejala tersebut masih dianggap normal dan
biasa saja bagi wanita.
Ada beberapa gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit yang
berbeda-beda, yaitu keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau
putih kelabu dari saluran vagina, cairan ini dapat encer atau kental, dan
kadangkadang berbusa, mungkin gejala ini merupakan proses normal
sebelum atau sesudah menstrusasi pada wanita tertentu; pada penderita
tertentu, terdapapat rasa gatal yang menyertainya; biasanya keputihan
yang normal tidak disertai rasa gatal, keputihan juga dialami oleh
wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah
maupun sedang stress, sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher
rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi (Manan,
2011).

9. Penatalaksanaan Leukhorrea
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker
leher rahim, yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret
encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam
serta berbau busuk.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi candida
dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan
parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral yaitu tablet, kapsul
(Indriani, 2012).
Tindakan pencegahan secara non farmakologi atau dapat digunakan
sebagai pencegahan keputihan menurut Oxorn dan Forte (2010) adalah
sebagai berikut:
a. Lendir normal tidak perlu diobati, tetapi dengan menjaga
kebersihan dan mencegah kelemaban yang berlebihan pada
daerah organ kelamin terutana saat terjadi peninkatan jumlah
lendir normal. Bersihkan diri sebaik-baiknya setiap kali selesai
buang air besar dan cebok dengan arah muka ke belakang.
Basuhlah secara secara rutin daerah kewanitaan ketika mandi.
c. Menggunakan antiseptik yang sesuai dengan petunjuk dokter
untuk membersihkan vulva dari lendir keputihan yang
berlebihan.
d. Melakukan perawatan pemeriksaan kesehatan organ intim 6
bulan sekali pada wanita yang pernah melakukan hubungan
seksual.
e. Melakukan deteksi dini kemungkinan adanya kanker serviks
dengan tes pap smear.
10. Komplikasi Leukhorrea
a. Infeksi saluran kencing
b. Abses bartholini di bibir kemaluan
c. Peradangan rongga panggul
d. Gangguan haid
e. Kemandulan
f. Depresi

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Sistem reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian, yaitu eksterna dan
interna dihubungkan dengan saluran yang disebut liang vagina.
1. Organ Bagian Eksterna
Organ bagian eksterna dibatasi oleh labia mayora yang terdapat
kelenjar sebacea (penghasil minyak) dan tempat keluar kelenjar
keringat. Labia mayora setelah masa pubertas akan ditumbuhi rambut,
selain itu di bagian dalam dari labia mayora disebut labia minora yang
mengelilingi lubang vagina dan urethra. Lubang vagina juga disebut
introitus vagina dan dibagian belakang seperti bulan separuh disebut
forest, dan akan keluar 29 cairan (lendir) yang dihasilkan kelenjar
bartolini jika ada rangsangan. Uretra yang berada di depan vagina
merupakan lubang tempat keluarnya air kemih dari kandung kemih.
Klitoris merupakan pertemuan antara labia minora kiri dan kanan,
bentuknya agak menonjol dan sangat sensitif. Bagian alat kelamin
eksterna perempuan yang merupakan pertemuan labia mayora kiri dan
kanan dibagian belakang disebut dengan perineum. Pada lubang vagina
juga terdapat selaput yang mengelilinginya yaitu selaput dara (hymen).

2. Organ Bagian Interna


Organ bagian Interna Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu korpus
(badan Rahim) dan serviks (leher rahim). Serviks terletak di puncak
vagina danmerupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah
vagina. Selama masa reproduksi lapisan lendir vagina memiliki
permukaan yang berkerut-kerut, lapisan lendir menjadi licin sebelum
pubertas dan sesudah menopause. Sedangkan korpus (badan rahim)
pada permpuan umumnya bengkok ke 30 arah depan. Bentuknya
seperti buah pir. Pada korpus terdapat lapisan dalam (endometrium)
yang akan mengalami penebalan pada saat proses menstruasi dan akan
luruh apabila tidak terjadi kehamilan berupa perdarahan (haid).

3. Konsep Remaja
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai 31
tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan 12
pada wanita. Tansisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya
kebudayaan lain, namun secara umum didefiisikan sebagai waktu
dimana individu mulai brtindak terlepas dari orang tua mereka
(Syafrudin, 2011).
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin
“adolescere”.yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan
yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosialdan psikologi. Menurut WHO, masa remaja adalah
masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana
pada ,asa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi
reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan
perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. WHO
menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.
(Kumalasari, 2012).
Anak perempuan rata-rata mengalami masa pubertas 2 tahun lebih
awal daripada anak laki-laki. Usia pubertas tampaknya dipengaruhi
oleh kesehatan gizi anak, juga faktor sosial ekonomi dan keturunan
(Nugroho & Utama, 2014).
1. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Remaja
Secara klinis, pubertas dimulai dengan timbulnya ciri-ciri seks
sekunder dan berakhir jika sudah ada kemampuan reproduksi.
Awal pubertas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan
kebudayaan. Tanda-tanda perubahan yang terjadi pada remaja
wanita:
a. Perubahan Fisik
1) Tanda-tanda Primer Adanya perubahan kematangan
organ-organ reproduksinya yang ditandai dengan
datangnya haid. Ovarium mulai berfungsi dengan matang
dibawah pengaruh hormon gonadotropin dan hipofisis,
folikel mulai tumbuhmeski belum matang tetapi sudah
dapat mengeluarkan estrogen. Korteks kelenjar
suprarenal membentuk androgen yang berperan pada
pertumbuhan badan. Selain pengaruh horrmon
somatotropin diduga kecepatan pertumbuhan wanita
dipengaruhi estrogen.
2) Tanda-tanda Sekunder
a. Rambut: tumbuhnya rambut pada kemaluan ini
terjadi setelah pinggul dan payudara mulai
berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada wajah
mulai tampak setelah datang haid. Rambut yang
mula-mula berwarna terang berubah menjadi
lebih subur, gelap, kasar, dan keriting.
b. Pinggul: pinggul berubah menjadi lebih
membesar dan membulat. Hal ini disebabkan
karena membesarnya tulang pinggul dan lemak
dibawah kulit.
c. Payudara: bersamaan dengan membesarnya
pinggul maka payudara membesar dan puting
susu ikut menonjol. Disini makin membesarnya
kelenjar susu maka payudara semakin besar dan
bulat.
d. Vagina: mengeluarkan cairan yang berupa darah
haid atau bukan (keputihan).
e. Kulit: kulit menjadi semakin kasar, lebih tebal
dan pori-pori lebih membesar. Tetapi kulit wanita
lebih lembut daripada kulit pria.
f. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat: kelenjar
lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Pada masa ini sering timbul jerawat karena
adanya sumbatan kelenjar keringat dan baunya
menusuk pada saat sebelum dan sesudah haid.
g. Otot: menjelang akhir masa puber, otot menjadi
semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan
terbentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
Suara: suara berubah menjadi merdu (Marmi,
2014)
b. Perubahan Kejiwaan
1) Perubahan emosi: remaja lebih peka atau sensitif
sehingga lebih mudah menangis, cemas, frustasi, bisa
tertawa tanpa alasan yang jelas. Selain itu, mudah
bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau
rangsangan dari luar yang mempengaruhinya. Pada masa
ini ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, lebih
suka pergi dengan teman, tidak betah tinggal dirumah.
2) Perubahan intelegensia: pada perkembangan ini remaja
cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak dan
ingin coba-coba (Marmi,2014).
Pada anak perempuan, perubahan yang pertama kali
terjadi pada masa pubertas adalah penonjolan payudara,
yang segera diikuti dengan tumbuhnya rambut kemaluan
dan ketiak. Jarak antara penonjolan payudara dengan
siklus menstruasi yang pertama biasanya sekitar 2 tahun.
Bentuk tubuh berubah dan persentase lemak tubuh
bertambah. Pertumbuhan badan yang pesat (terutama
peambahan tinggi badan) biasanya dimulai sebelum
payudara membesar.
Selain itu sekret vagina keluar cairan yang jernih dan
terjadi penambahan lebar tulang panggul. Pertumbuhan
badan relatif paling cepat terjadi pada masa awal
pubertas (sebelum siklus menstruasi mulai). Lalu
pertumbuhan menjadi lambat dan biasanya berhenti pada
usia 14-16 tahun. Anak perempuan yang agak gemuk
cenderung mengalami siklusnya yang pertama lebih
awal, sedangkan anak perempuan yang kurus dan
kekurangan gizi cenderung mengalami siklusnya yang
pertama lebih lambat. Siklus yang pertama juga terjadi
lebih awal pada anak perempuan yang tinggal di kota
(Nugroho & Utama, 2014).
2. Tahap Perkembangan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, semua remaja akan mengalami tahapan
berikut:
a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence): umur 10-12
tahun. Dengan ciri khas: ingin bebas, lebih dekat dengan teman
sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 13-15
tahun. Dengan ciri khas mencari identitas diri, timbul
keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual,
mempunyai rasa cinta yang mendalam.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 16-20 tahun.
Dengan ciri khas: mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam
mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri, ingin
mengetahui hal baru dan bereksperimen terhadap diri mereka.
(Marmi, 2014).
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-
masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri
tersendiri tetapi tidak memiliki batas yang jelas, karena proses
tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan. Terdapat
ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu
peningkatan masa tulang, otot, masa lemak, kenaikan berat
badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis
kelamin baik lakilaki maupun perempuan walaupun polanya
berbeda. (Marmi, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS

No/Kode Keterampilan: ……………. No. Dokumen: …….

Tempat Praktek : Puskesmas Tawangmangu


No. Reg. :
Tanggal/jam : 17 Maret 2021, Jam 10.00 WIB

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA


DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
Ny. R USIA 35 TAHUN DENGAN LEUKOREA
DI PUSKESMAS TAWANGMANGU

I. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn.E
Umur : 35 thn Umur : 39 thn
Suku / Bangsa : Indonesia Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tlogodirgo 3/7, Gondosuli
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar cairan bukan sperma setelah berhubungan yang
berwarna kekuningan dan bau menyengat.
3. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali
Penikahan : ke-1
Umur saat menikah : 26 tahun
Lamanya pernikahan : 9 tahun
4. Riwayat Menstruasi
Menarche umur : 13 tahun
Siklus : 30 hari, teratur
Lama : 6-7 hari
Sifat : Encer
Bau : Seperti darah haid
Flour albous : Ya, encer
Disminorhe : Ya
Banyak : 3 kali ganti pembalut
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
P2 Ab0 Ah2
Hami Persalinan Nifas
Tgl UK Jenis Penolon Komplikas J BB Perdaraha Laktas Komplikas
l ke-
Lahi Persalina g i K Lahi n i i
Ibu Bayi
r n r
1. 4 39+ Normal Bidan - - P 3200 - - -
Sept 5 gram
2013 mgg
2. 5 40 Normal Bidan - - L 3500 - - -
Feb mgg gram
2019

6. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan


No. Jenis Mulai Memakai Berhenti / Ganti Cara
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
Kontrasepsi
1. IUD 6 Mei Bida Pusk - 15 Bidan Pusk TW Ingin mempunyai
2014 n TW Jan anak lagi.
2018
2. IUD 23 Bida Pusk - - - - -
Agustus n TW
2019

7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik, menurun, menular yang pernah/ sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit sistemik seperti
Jantung, Asma, Ginjal, Malaria, Diabetes mellitus, Hipertensi,
TBC (Tuberkulosis), maupun HIV/AIDS
b. Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit sistemik
seperti Jantung, Asma, Ginjal, Malaria, Diabetes mellitus,
Hipertensi, TBC (Tuberkulosis), maupun HIV/AIDS
c. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi
d. Riwayat kembar, cacat
Ibu mengatakan tidak memiliki Riwayat kembar atau cacat.
e. Riwayat penyakit keturunan
Ibu mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit keturunan
8. Kebutuhan Fisik
a. Nutrisi
Makan terakhir : Tanggal 17 Maret 2021, Jam : 07.30 WIB
Minum terakhir : Tanggal 17 Maret 2021, Jam : 09.00 WIB
Jenis : Nasi, sayur, lauk, buah, air putih
Porsi : 1 piring
b. Eliminasi
1) BAK terakhir : Tanggal 17 Maret 2021, Jam : 08.00 WIB
Sifat : Encer
Jumlah : ± 100 ml/hari
Warna : Kuning jernih
Bau : Berbau tajam seperti Amonia
Keluhan : Tidak ada
2) BAB terakhir : Tanggal 17 Maret 2021, Jam : 05.30 WIB
Sifat : Lembek
Warna : Kuning Kecoklatan
Bau : Khas feses
Keluhan :-
3) Istirahat
Siang ± 1 jam, malam ± 6 jam
4) Aktivitas
Mengurus anak dan mengurus rumah tangga
5) Pola seksual
Seminggu 2 kali
6) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari
dan keramas 3x seminggu. Mandi dan keramas terakhir pagi
hari, tanggal 16 Maret 2021
9. Keadaan Psikososial
a. Dukungan suami/keluarga
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung untuk
kesembuhan ibu
b. Pengetahuan ibu tentang gangguan/penyakit yang diderita
Ibu mengatakan belum memahami tentang penyakit yang
diderita
c. Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi
Ibu mengatakan sudah paham tentang personal hygiene seperti
membersihkan daerah kewanitaan dari depan ke belakang

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda – Tanda Vital
Tekanan Darah : 122/89 mmHg
Suhu : 36,4 °C
Respirasi : 24 x/menit
Nadi : 84 x/menit
d. Berat Badan : 56 kg
e. Tinggi badan : 157 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk lonjong, tidak ada oedema, warna rambut hitam, tidak
berketombe, dan bergelombang, muka tidak ada oedema, tidak
pucat, tidak ada cloasma gravidarum, mata simetris, konjungtiva
merah muda, sclera putih, rangsangan pupil terhadap cahaya baik,
hidung simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada secret,
penciuman baik, terdapat rambut halus pada hidung, telinga
simetris, bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik, mulut tidak
pucat, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, tidak ada gigi
berlubang, tidak ada pembengkakan gusi, telinga simetris dan
segaris dengan garis mata.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan.
c. Dada (payudara)
Bentuk simetris, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol,
tidak ada nyeri tekan dan benjolan.
d. Abdomen
Tidak ada bekas luka, Tidak ada pembesaran.
e. Ekstrimitas
Tangan : tidak ada oedema, warna kuku merah muda. Kaki : tidak
ada oedema, tidak ada varises, warna kuku merah muda, reflek
patella baik.
f. Genetalia Eksterna
Tidak ada kelainan, terdapat flour albus, tidak ada oedem, tidak
ada varises, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini dan
kelenjar Skene.
g. Anus
Tidak ada hemoroid
3. Pemeriksaan ginekologis
IVA Test : NR
Portio : Merah muda, tidak ada lesi, terdapat cairan
keputihan, berbau
Benang IUD :+
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa kebidanan : Ny. R usia 35 tahun P2A0 dengan leukorea
Masalah : Ibu merasa tidak nyaman karena keluar keputihan
bukan sperma yang berbau menyengat dari vagina
setelah berhubungan
Kebutuhan : Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan
Reproduksi dan dukungan dari suami dan keluarga

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Penyakit Menular Seksual

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn

V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 17 Maret 2021 Jam : 10.15 WIB
1. Berikan ibu terapi clindamicin 150 ml (3x1), asam mefenamat 500 ml
(3x1), metronidazole 500 ml (3x1), prednisone 5 mg (3x1)
2. Ajarkan ibu untuk personal hygiene dengan baik dan benar
3. Anjurkan ibu untuk tidak berhubungan terlebih dahulu selama 1
minggu atau menggunakan kondom.
4. Lakukan deteksi dini kemungkinan adanya kanker serviks dengan IVA
test
5. Anjurkan ibu untuk tidak memakai celana dalam yang ketat
6. Anjurkan ibu untuk minum air putih yang banyak
7. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter
obgyn

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 17 Maret 2021 Jam : 10.25 WIB
1. Memberikan ibu terapi clindamicin 150 ml (3x1), asam mefenamat 500
ml (3x1), metronidazole 500 ml (3x1), prednisone 5 mg (3x1)
2. Mengajarkan ibu untuk personal hygiene dengan baik dan benar
3. Menganjurkan ibu untuk tidak berhubungan terlebih dahulu selama 1
minggu atau menggunakan kondom.
4. Melakukan deteksi dini kemungkinan adanya kanker serviks dengan
IVA test
5. Menganjurkan ibu untuk tidak memakai celana dalam yang ketat
6. Menganjurkan ibu untuk minum air putih yang banyak
7. Menganjurkan ibu melakukan pemeriksan lebih lanjut ke dokter obgyn

VII. EVALUASI
Tanggal : 17 Maret 2021 Jam : 10.35 WIB
1. Telah diberikan terapi clindamicin 150 ml (3x1), asam mefenamat 500
ml (3x1), metronidazole 500 ml (3x1), prednisone 5 mg (3x1)
2. Ibu sudah paham untuk personal hygiene dengan baik dan benar
3. Ibu mengerti untuk tidak berhubungan terlebih dahulu selama 1
minggu atau menggunakan kondom
4. Ibu sudah paham untuk melakukan deteksi dini kemungkinan adanya
kanker serviks dengan IVA test
5. Ibu sudah mengerti untuk tidak memakai celana dalam yang ketat
6. Ibu sudah paham untuk minum air putih yang banyak
7. Ibu akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter obgyn

CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal : 24 Maret 2021 Jam 15.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah melakukan pemeriksaan USG dengan dokter
obgyn namun masih mengeluarkan cairan keputihan saat BAK
Hasil pemeriksaan : letak IUD (+), rahim bersih dan tidak ada tanda
infeksi
Ibu mengatakan diberi terapi obat ofloxacin 400 gram (2x1), Clindamycin
Hydrochloride 300 Mg (3x1)

O : Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional: Stabil
TD : 110/70 mmHG
R : 21x/menit
S : 36° C
A : Ny. R Usia 35 tahun dengan leukorea
Masalah Potensial : Penyakit menular seksual
P :
1. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum
dinyatakan sembuh atau menggunakan kondom.
Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum
dinyatakan sembuh ata menggunakan kondom.
Ibu mengerti untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum
dinyatakan sembuh atau menggunakan kondom.
2. Sarankan ibu untuk mengeringkan daerah kewanitaan setelah BAB atau
BAK menggunakan tissue
Menyarankan ibu untuk mengeringkan daerah kewanitaan setelah BAB
atau BAK menggunakan tissue
Ibu mengerti untuk mengeringkan daerah kewanitaan setelah BAB atau
BAK menggunakan tissue
3. Sarankan ibu untuk melakukan kontrol jika masih mengeluarkan cairan
keputihan
Menyarankan ibu untuk melakukan kontrol jika masih mengeluarkan
cairan keputihan
Ibu akan melakukan kontrol jika masih mengeluarkan cairan keputihan
4. Sarankan ibu untuk tetap melanjutkan terapi obat yang diberikan oleh
dokter
Menyarankan ibu untuk tetap melanjutkan terapi obat yang diberikan oleh
dokter
Ibu akan melanjutkan terapi obat yang diberikan oleh dokter

CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal : 31 Maret 2021 Jam 15.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan keputihan setelah lepas IUD
dan dilakukan cuci vagina oleh dokter
Ibu mengatakan telah diberikan terapi obat Flagystatin Ovula 500 mg
(1x1) selama 5 hari
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional: Stabil
TD : 112/73 mmHG
R : 21x/menit
N : 80
S : 36° C
A : Ny. R Usia 35 tahun dengan leukorea
P :
1. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene dengan baik dan
benar
Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene dengan baik
dan benar
Ibu sudah paham untuk tetap menjaga personal hygiene dengan baik
dan benar
2. Anjurkan ibu untuk banyak minum air putih
Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih
Ibu sudah paham untuk banyak minum air putih
3. Sarankan ibu dan suami untuk menjaga kebersihan setelah melakukan
hubungan seksual
Menyarankan ibu dan suami untuk menjaga kebersihan setelah
melakukan hubungan seksual
Ibu dan suami sudah paham untuk menjaga kebersihan setelah
melakukan hubungan seksual
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan pada Ny. R didapatkan bahwa Ny.R


umur 35 tahun mengalami leukorea seperti teori dari (Kusmiran, 2012)
menyatakan bahwa Leukorrhea atau keputihan adalah keluarnya cairan selain
darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai
rasa gatal setempat.
Pada pemeriksaan dalam Ny. R ditemukan adanya cairan berwarna
kekuningan di portio dan bau menyengat. Berdasarkan pemeriksaan tersebut dapat
dinyatakan bahwa leukorrhea abnormal (patologis) yang merupakan cairan
eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat eksudat terjadi
akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh
infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan
neoplasma ganas. Kuman yang menginfeksi vagina seperti jamur kandida albikan,
parasit tricomonas, E.coli, Staphylokokus, Treponema Pallidum, Kondiloma
Aquminata dan Herpes, serta luka di daerah vagina, benda asing yag tidak sengaja
atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya timbul gejala-
gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih
menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak
sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka di daerah kewanitaan (Tim
Mikrobiologi Universitas Brawijaya, 2003).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis telah mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan kebidanan
pada gangguan sistem reproduksi pada Ny. R dengan leukorea di Puskesmas
Tawangmangu. Hasil pengkajian yang penulis dapatkan yaitu Ny. R umur 35
tahun datang ke Puskesmas mengeluh keluar cairan keputihan bukan sperma
setelah berhubungan. Riwayat menstruasi normal, pasien pernah memakai
kontrasepsi IUD 2 kali, riwayat kesehatan sekarang Ny. R tidak mempunyai
penyakit menurun dan menahun. Data kebiasaan sehari hari dalam batas normal,
pemeriksaan fisik dalam batas normal, diagnosa kebidanan Ny. R usia 35 tahun
dengan leukorea, masalah gangguan rasa nyaman. Diagnosa potensial penyakit
menular seksuat dan antisipasinya lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
mendeteksi adanya infeksi. Tindakan segera kolaborasi dengan dokter obgyn
untuk pemberian terapi. Intervensi: jelaskan pada pasien tentang leukorea,
anjurkan pasien untuk menjaga vulva hygiene, anjurkan ibu untuk menggunakan
celana dalam yang menyerap keringat. Evaluasi pasien sudah mengerti tentang
penyakitnya, ibu bersedia melaksanakan apa yang dianjurkan, pasien bersedia
kontrol kembali.
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi pada Ny. R
dengan leukorea tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
Penulis dapat mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ny. R dengan
leukorea menggunakan 7 langkah varney.

B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
a. Hendaknya mampu memberikan konseling dan informasi mengenai
leukorea sehingga pasien tidak cemas dan bersedia melakukan
pemeriksaan guna untuk mendeteksi dini penyakit.
b. Hendaknya dapat melaksanakan asuhan kebidanan dan
memberikan pengobatan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi
2. Bagi pasien
a. Hendaknya bersedia menjaga kebersihan terutama daerah
kemaluannya
b. Hendaknya melaksanakan nasehat bidan dan melakukan
pemeriksaan untuk deteksi dini penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran. 2012. Kesehatan Reproksi Remaja Dan Wanita. Jakarta : Salemba


Medika
Manuaba. 2009. Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 2. Jakarta : EGC
Sibagariang. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Trans Info Media
Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Iswati, Erna. 2010. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Yogyakarta : Book
Irianto K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung : Alfabeta
Benson. 2009. Buku Saku Obtetrik & Ginekologi Edisi 9. Jakarta : EGC
Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta : Nuha Medika
Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan
Anenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Konstrasepsi. Jakarta :
Salemba Medika
Bahari. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan . Jakarta : Buku Biru

Anda mungkin juga menyukai