Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM REPRODUKSI “KISTA OVARIUM DAN INFEKSI”

Dosen Mata Kuliah Keperawatan Maternitas :

Ns. Nolla L. Lolowang, S. Kep., M.Kep

Elizabeth Purba, S.Pd., SST., M.Kes

Ns. Angelia Pondaa, S. Kep., M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 6 (IIA)

Putri Ligouw (2021131) Cilchia Tulandi (2021127)

Tesalonika Kainde (2021135) Vanessa Suma (2021117)

Thilia Sangkoy (2021113) Yerefana Laoh (2021124)

Marvi Pelealu (2021132)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA TOMOHON

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan Anugerah-Nya, kami
kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Reproduksi “Kista Ovarium Dan Infeksi”” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami. Kami
kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, 03 April 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………...….......…… i

KATA PENGANTAR………………………………………………………....…...……. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...………... iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….………………….. 1

A. Latar Belakang……………………………………...….………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………….………………………….. 3
C. Tujuan……………………………………………………………………………. 3
D. Manfaat……………………………………………………...…………………… 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 4
A. Kista Ovarium……………………………………………………………………. 4
B. Infeksi………………...……………………………………………………...…. 14
1. HIV/AIDS………………...………………………………………………… 14
2. Chlamydia…………………………………………………………………... 26
3. Sifilis…………………………………………………………...…………… 27
4. Gonore………………………………………………………………....……. 29
5. Trikomoniasis………………………………………………………...……... 30

BAB III PENUTUP……………...……………………………………………………… 32

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 32
B. Saran…………………………………………………………………………….. 33
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit pada sistem reproduksi bisa menyerang pria dan wanita. Penyakit ini bisa
disebabkan infeksi, peradangan, kelainan genetik, gangguan hormon, bahkan kanker.
Penyakit yang menyerang sistem reproduksi ini berpeluang tinggi untuk menyebabkan
masalah kesuburan.
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang muncul pada indung telur atau
ovarium. Kista ini umumnya muncul selama wanita mengalami masa subur atau
menstruasi.
Menurut World Health Organization (WHO, 2015) pada tahun 2015 angka kejadian
kista ovarium tertiggi ditemukan pada Negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000
kecuali di jepang (6,5 per 100.000). insiden di Amerika Serikat (7,7 per 100.000)
relative tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika. Terdapat
variasi yang luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi di Negara
Skandinavia (14,515,3 per 100.000 populasi).
Banyaknya kasus kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran untuk
memeriksakan kesehatan pribadinya. Kista ovarium dapat menunjukkan suatu proses
keganasan atau pun kondisi yang lebih berbahaya, seperti kehamilan ektopik, torsi
ovarium, atau usus buntu. Penanganan kista ovarium, baik neoplastik jinak (benigna)
maupun ganas (maligna) dapat dilakukan dengan tindakan operasi. Untuk itu, deteksi
dini mengenai kista ovarium pada pasien merupakan hal yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup pasien. Kista berbeda dengan kanker, meskipun begitu apabila
dibiarkan kista bisa bermutasi dan berubah menjadi sel kanker. Jika semakin lama
dibiarkan kista akan semakin membesar dan menggangu kesehatan.
Infeksi saluran reproduksi merupakan suatu infeksi yang menyerang organ genital
seseorang dan dapat dialami pria maupun wanita.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia yang menjadi
1
wabah internasional sejak pertama kehadirannya. Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan vagina) penderita
dan masuk ke orang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra, vagina dan anus akibat
hubungan seks bebas tanpa kondom, heteroseksual atau homoseksual.
Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Jika tidak segera diobati, chlamydia dapat meningkatkan risiko kemandulan, terutama
pada wanita. Chlamydia dapat dialami oleh pria atau wanita. Pada pria, penyakit ini
dapat menyerang saluran kencing (uretritis). Sedangkan pada wanita, chlamydia bisa
terjadi di organ panggul.
Penyakit raja singa atau sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini dimulai sebagai luka yang tidak nyeri, biasanya
pada alat kelamin, rektum atau mulut. Kondisi ini dapat menyebar dari orang ke orang
melalui kontak kulit atau selaput lendir dari luka ini. Setelah infeksi awal, bakteri sifilis
dapat tetap tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum menjadi aktif
kembali. Jika didiagnosis dengan cepat, penyakit ini dapat disembuhkan dengan
pemberian antibiotik.
Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit ini
dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, meski umumnya dialami oleh
pria. Gonore biasanya terjadi di bagian tubuh yang hangat dan lembap, seperti kelamin,
anus, atau tenggorokan.
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis dapat dicegah dengan perilaku seksual yang
aman, yaitu tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom.
Trikomoniasis umumnya tidak bergejala. Bila muncul, gejala dapat timbul beberapa
hari setelah terinfeksi. Keluhan yang muncul bisa berupa nyeri saat berhubungan
seksual atau buang air kecil.
Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktek
keperawatan yang diberikan secara lengsung kepada pasien untuk memenuhi
2
kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Reproduksi “Kista
Ovarium Dan Infeksi”?

C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Reproduksi
“Kista Ovarium Dan Infeksi”.

D. Manfaat
Memberikan informasi penting mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Reproduksi “Kista Ovarium Dan Infeksi”.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kista Ovarium
1. Pengertian / Definisi
Kista ovarium merupakan tumor jinak di dalam ovarium yang memiliki bentuk
seperti kantong udara atau balon dan di dalamnya mengandung cairan.

2. Etiologi
Biasanya kista ovarium menyerang wanita pada usia produktif. Umumnya hal
itu disebabkan oleh berubahnya tingkat hormon pada siklus menstruasi, dan bisa
terjadi saat ovarium memproduksi atau melepaskan sel telur. Kista ovarium bisa
disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak normal, sel telur gagal keluar dari
korpus luteum, ataupun saat folikel tidak bisa melepaskan sel telur. Kista ini juga
bisa muncul pada wanita yang mengidap endometriosis, dan wanita yang memiliki
penyakit sindrom ovarium polikistik atau sering disingkat PCOS.

3. Manifestasi Klinik
Hampir semua jenis kista ovarium kedatangannya tidak menimbulkan gejala
atau tanda – tanda pada penderitanya. Jika ada gejala dan tanda yang diderita, itu
hanya gejala umum, seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, nyeri saat
berhubungan seksual, ataupun nyeri saat haid. Gejala serius akan muncul saat kista
sudah berubah menjadi ganas. Gejala umum pada stadium lanjut, yaitu :
a. Adanya penumpukan cairan di rongga dada.
b. Adanya penumpukan cairan di rongga perut.
c. Kista menyebar ke organ – organ di area perut dan lemak perut.

4. Klasifikasi
a. Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
1) Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar.
4
Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
2) Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular, biasanya
unilateral dan dapat tumbuh menjadi besar.
3) Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel
germinativum, kista ini dapat membesar.
4) Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan
endoterm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis.
b. Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
1) Kistadenoma Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi
kista. Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala
yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar
seperti vesika urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontinensia atau
retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di
atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
2) Kista coklat (endometrioma) terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak
terletak di dalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur.
Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan menghasilkan darah terus
menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista
ini dapat terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit
terutama ketika haid atau bersenggama.
3) Kista dermoid, dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi
sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan
kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga
berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis
adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
4) Kista endometriosis merupakan kista yang terjadi karena ada bagian
endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang
bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan
sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan
infertilitas.

5
5) Kista hemorrhage merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan
sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.

6) Kista lutein merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
haematoma.

7) Kista polikistik ovarium merupakan kista yang terjadi karena kista tidak
dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi
setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini.
Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus
dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan
gangguan dan rasa sakit.

5. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi akibat kista ovarium antara lain:

a. Torsi ovarium. Kista yang membesar bisa menyebabkan ovarium bergerak dan
memutar yang menyakitkan ovarium pengidap (torsi ovarium).
b. Kista pecah. Kista yang pecah dapat menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan
internal.

6. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormonhipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari
6
ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel de graff.
Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang
pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di tengah-tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-
mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis kista ovarium biasanya ditegakkan secara kebetulan saat dilakukan
pemeriksaan USG pada pasien atau pada saat pasien melakukan pemeriksaan pelvis
rutin. Hal ini karena kebanyakan pasien dengan kista ovarium tidak mengalami
gejala.
USG merupakan pemeriksaan pilihan awal untuk mendiagnosis kista ovarium.
Walaupun tidak spesifik, pemeriksaan penanda cancer antigen 125 (CA-125)
adalah pemeriksaan darah yang bisa dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
kanker ovarium pada pasien dengan kista. Pemeriksaan histologis diperlukan untuk
mengetahui jenis kista ovarium.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misalnya melalui kistektomi atau laparatomi.
b. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
c. Tindakan keperawatan berikut pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
7
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi.
9. Patofisiologi & Penyimpangan KDM (Pathway)
10. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas pasien yang meliputi nama, umur, tempat tinggal, dan pekerjaan.
2) Pemeriksaan pasien yang meliputi pengecekan tekanan darah, denyut nadi,
suara jantung, dan suhu tubuh.
3) Riwayat penyakit dahulu.
4) Riwayat penyakit sekarang.
5) Riwayat penyakit keluarga.
6) Status obstetrikus yang meliputi:
a) Menstruasi: umur mengalami menstruasi, panjang siklus menstruasi,
volume darah, warna dan bau
b) Riwayat perkawinan: usia perkawinan dan berapa kali menikah.
c) Riwayat persalinan.
d) Riwayat KB.
7) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen.
8) Auskultasi bising usus.
9) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa.
10) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi.
11) Kaji status psikologis pasien.
12) Kaji nyeri atau mual.
13) Kaji status alat intrusif.
14) Palpasi nadi pedalis secara bilateral.
15) Evaluasi kembalinya reflek gag.
16) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya
waktu di bawah anestesi.

b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada
risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
merupakan bagian penting dalam menetukan asuhan keperawatan yang sesuai
9
untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal. Diagnosis
keperawatan ini bertujuan untuk mengetahui pendapat pasien dan keluarga
mengenai situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).
Diagnosis Keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan kista
ovarium :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik. (SDKI, D. 0077)
2) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (SDKI, D.
0080)
3) Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif. (SDKI, D.
0142)

c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan kepada klien sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera fisik intervensi keperawatan Observasi
dibuktikan dengan mengeluh selama 3 hari, maka - Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri, tampak meringis, tingkat nyeri menurun, durasi, frekuensi, kualitas,
bersikap protektif, gelisah, dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
frekuensi nadi meningkat, • Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
sulit tidur, pola napas menurun - Identifikasi respons nyeri non
berubah, proses berpikir • Meringis menurun verbal
terganggu. • Sikap protektif - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan

• Gelisah menurun nyeri


• Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
• Frekuensi nadi - Identifikasi pengaruh budaya
membaik terhadap respon nyeri
• Pola napas membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada

• Proses berpikir kualitas hidup

membaik - Monitor keberhasilan terapi


komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi ansietas
dengan kurang terpapar intervensi keperawatan Observasi
informasi dibuktikan dengan selama 3 hari, maka - Identifikasi saat tingkat ansietas
merasa bingung, merasa tingkat ansietas menurun berubah (mis. kondisi, waktu,
khawatir dengan akibat dari dengan kriteria hasil : stresor)
kondisi yang dihadapi, sulit • Verbalisasi - Identifikasi kemampuan
berkonsentrasi, tampak kebingungan mengambil keputusan
gelisah, tampak tegang, sulit menurun - Monitor tanda – tanda ansietas
tidur, frekuensi napas • Verbalisasi khawatir (verbal dan nonverbal)
meningkat, frekuensi nadi akibat kondisi yang Terapeutik
meningkat, sering berkemih. dihadapi menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk
• Perilaku gelisah menumbuhkan kepercayaan
menurun - Temani pasien untuk mengurangi

• Perilaku tegang kecemasan, jika memungkinkan

menurun - Pahami situasi yang membuat

• Frekuensi pernapasan ansietas dengarkan dengan penuh

menurun perhatian

• Frekuensi nadi - Gunakan pendekatan yang tenang

menurun dan meyakinkan


- Tempatkan barang pribadi yang
• Konsentrasi membaik
memberikan kenyamanan
• Pola tidur membaik
- Motivasi mengidentifikasi situasi
• Pola berkemih
yang memicu kecemasan
membaik
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antlansietas, jika perlu
3. Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
dengan efek prosedur intervensi keperawatan Observasi
invasif. selama 3 hari, maka - Monitor tanda dan gejala infeksi
tingkat infeksi menurun, lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil : Terapeutik
• Demam menurun - Batasi jumlah pengunjung
• Kemerahan menurun - Berikan perawatan kulit pada area
• Nyeri menurun edema

• Bengkak menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah

• Kadar sel darah putih kontak dengan pasien dan

membaik lingkungan pasien


• Kultur area luka - Pertahankan teknik aseptik pada
membaik pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

B. Infeksi
1. HIV/AIDS
a. Definisi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

b. Etiologi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
dalam keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing,
virus imunodefisiensi pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia
14
infeksiosa pada kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil
diisolasi dari penderita AIDS.
Penyebab penularan HIV AIDS yaitu bergonta-ganti pasangan dalam
melakukan hubungan seksual serta tidak menggunakan alat kontrasepsi,
menggunakan jarum suntik yang telah dipakai oleh orang lain, menggunakan
alat makan bersama-sama dengan penderita HIV, transfusi darah yang alatnya
tidak steril, dan mengidap penyakit STD atau penyakit menular seksual lainnya.

c. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas dan dasarnya dapat menguasai
semua sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit
AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung HIV pada jaringan tubuh. Adanya
HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang
yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu
relatif lama (kurang lebih 7-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut
masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa bekerja sebagaimana
biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa inilah yang
mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang terinfeksi secara
tidak disadari dapat menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten
kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut :
Gejala mayor :
1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

Gejala minor :

1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan


2) Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
3) Kandidias orofaringeal

15
4) Limfadenopati generalisata
5) Ruam

d. Komplikasi
Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh
menjadi lebih rentan terserang berbagai penyakit, antara lain:
1) Tuberkulosis (TBC)
2) Toksoplasmosis
3) Cytomegalovirus
4) Herpes
5) Candidiasis
6) Meningitis kriptokokus

e. Pemeriksaan diagnostik
Pada daerah dimana tersedia laboratorium pemeriksaan anti-HIV,
penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan serum atau cairan tubuh
lain (cerebraspinal fluid) penderita.
1) ELISA (Enzyme Linked Immunosobent Assay) ELISA digunakan untuk
menemukan antibody. Teknik ELISA yaitu sensitifitas yang tinggi yaitu
98,1-100%. Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
Tes ELISA telah menggunakan antigen rekombinan, yang sangat spesifik
terhadap envelope dan core.
2) Western blot
Western blot ini biasanya digunakan untuk menentukan kadar relatif dari
suatu protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau molekul
lain. Biasanya protein HIV yang digunakan dalam campuran adalah jenis
antigen yang mempunyai makna klinik, seperti gp120 dan gp41.
3) PCR (Polymerase Chain Reaction)
Kegunaan PRC yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibodi
maternal masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan secara
serologis maupun status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok
16
risiko tinggi dan sebagai tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas
ELISA rendah untuk HIV-2 (Kresno,2001). Pemeriksaan CD4 dilakukan
dengan melakukan imunophenotyping yaitu dengan flow cytometry dan
cell sorter. Prinsip flowcytometry dan cell sorting (Fluorescence
Activitated Cell Sorter, FAST) adalah menggabungkan kemampuan alat
untuk mengidentifikasi karakteristik permukaan setiap sel dengan
kemampuan memisahkan sel-sel yang berada dalam suatu suspensi
menurut karakteristik masing-masing secara otomatis melalui celah, yang
ditembus oleh seberkas sinar laser. Dengan demikian, alat itu dapat
mengidentifikasi setiap jenis dan aktifitas sel dan menghitung jumlah
masing-masing dalam suatu populasi campuran.

f. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
a) Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
b) Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori
ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada
pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3
bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus,
penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan,
infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida
Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh,
munculnya Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh
tubuh.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS
adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien
17
yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan
demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat
badan drastis.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya
riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau
berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh
penderita HIV/AIDS.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua
yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat
pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam,
bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).
f) Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
(1) Pola persepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS akan mengalami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah,
pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya
cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.
(2) Pola nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan
mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis dalam jangka
waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
(3) Pola eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mukus
berdarah.
(4) Pola istrihat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan tidur
18
mengalami gangguan karena adanya gejala seperti demam dan
keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung
oleh perasaan cemas dan depresi terhadap penyakit.
(5) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan mengalami
perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya
seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka menarik diri dari
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi
terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
(6) Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah,
cemas, depresi dan stres.
(7) Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan
dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami
penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam
respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa
mengalami halusinasi.
(8) Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang
dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa
malu atau harga diri rendah.
(9) Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas,
gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-
lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif dan adaptif.

19
(10) Pola reproduksi seksual
Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitasnya terganggu
karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui
hubungan seksual.
(11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awalnya akan
berubah, karena mereka menganggap hal yang menimpa mereka
sebagai balasan perbuatan mereka. Adanya status perubahan
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai
kepercayaan pasien dalam kehidupan mereka dan agama merupakan
hal penting dalam hidup pasien.
g) Pemeriksaan fisik
(1) Gambaran umum : ditemukan pasien tampak lemah.
(2) Kesadaran : composmentis kooperatif, sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran, apatis, somnolen, stupor bahkan koma.
(3) Vital sign : TD; biasanya ditemukan dalam batas normal, nadi;
terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat, pernapasan :
biasanya ditemukan frekuensi pernapasan meningkat, suhu; suhu
biasanya ditemukan meningkat karena demam, BB ; biasanya
mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB), TB; Biasanya
tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap).
(4) Kepala : biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis.
(5) Mata : biasanya konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, refleks pupil terganggu.
(6) Hidung : biasanya ditemukan adanya pernapasan cuping hidung.
(7) Leher: kaku kuduk (penyebab kelainan neurologik karena infeksi
jamur criptococus neofarmns).
(8) Gigi dan mulut : biasanya ditemukan ulserasi dan adanya
bercakbercak putih seperti krim yang menunjukan kandidiasis.
(9) Jantung: biasanya tidak ditemukan kelainan.

20
(10) Paru-paru : biasanya terdapat nyeri dada pada pasien AIDS yang
disertai dengan TB napas pendek (kusmaul).
(11) Abdomen : biasanya bising usus yang hiperaktif.
(12) Kulit : biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda
lesi (lesi sarkoma kaposi).
(13) Ekstremitas : biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun,
akral dingin.

2) Diagnosis keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan HIV
AIDS :
a) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. (SDKI, D.0130)
b) Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas. (SDKI,
D.0078)
c) Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder: imunosupresi. (SDKI. D.0142)
3) Perencanaan
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit keperawatan selama 3 hari, Observasi
dibuktikan dengan suhu maka termoregulasi membaik, - Identifikasi penyebab hipertermia
tubuh diatas nilai normal, dengan kriteria hasil : (mis. dehidrasi, terpapar
kulit merah, kejang, • Menggigil menurun lingkungan panas, penggunaan
takikardi, takipnea, kulit • Kulit merah menurun inkubator)
terasa hangat. • Kejang menurun - Monitor suhu tubuh

• Pucat menurun - Monitor kadar elektrolit

• Takikardi menurun - Monitor haluaran urine

• Takipnea menurun - Monitor komplikasi akibat


hipertermia
• Bradikardi menurun
Terapeutik
• Hipoksia menurun
- Sediakan lingkungan yang dingin
• Suhu tubuh membaik
• Suhu kulit membaik
• Tekanan darah membaik - Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2. Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
dengan gangguan imunitas keperawatan selama 3 hari, Observasi
dibuktikan dengan mengeluh maka tingkat nyeri menurun, - Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri, merasa depresi dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
(tertekan), tampak meringis, • Kemampuan intensitas nyeri
gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas, meningkat - Identifikasi respons nyeri non
bersikap protektif (mis. • Keluhan nyeri menurun verbal
posisi menghindari nyeri), • Meringis menurun - Identifikasi faktor yang
waspada, pola tidur berubah, • Sikap protektif menurun memperberat dan memperingan
berfokus pada diri sendiri. • Gelisah menurun nyeri

• Kesulitan tidur menurun


• Menarik diri menurun - Identifikasi pengetahuan dan
• Berfokus pada diri sendiri keyakinan tentang nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh budaya
• Frekuensi nadi membaik terhadap respon nyeri

• Pola napas membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada

• Tekanan darah membaik kualitas hidup

• Nafsu makan membaik - Monitor keberhasilan terapi


komplementer yang telah
• Pola tidur membaik
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3. Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan intervensi Manajemen imunisasi/vaksinasi
dengan ketidakadekuatan keperawatan selama 3 hari, Observasi
pertahanan tubuh sekunder: maka tingkat infeksi menurun, - Identifikasi riwayat kesehatan dan
imunosupresi. dengan kriteria hasil : riwayat alergi
• Demam menurun - Identifikasi kontraindikasi
• Kemerahan menurun pemberian imunisasi (mis. reaksi
• Nyeri menurun anafilaksis terhadap vaksin

• Bengkak menurun sebelumnya dan atau sakit parah

• Kadar sel darah putih dengan atau tanpa demam)

membaik - Identifikasi status imunisasi setiap


kunjungan ke pelayanan
kesehatan
Terapeutik
- Dokumentasikan informasi
vaksinasi (mis. nama produsen,
tanggal kadaluwarsa)
- Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
- Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah (mis.
Hepatitis B, BCG, difteri, tetanus,
pertusis, H. influenza, polio,
campak, measles, rubela)
- Informasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah (mis. influenza,
pneumokokus)
- Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus (mis. rabies,
tetanus)
- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi
kembali
- Informasikan penyedia layanan
pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis

4) Pelaksanaan
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi masalah
pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai rencana yang sudah dilakukan,
teknik dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
5) Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai
25
setelah proses implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat
terapai.

2. Chlamydia
a. Definisi

Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi


bakteri. Jika tidak segera diobati, chlamydia dapat meningkatkan risiko
kemandulan, terutama pada wanita. Chlamydia dapat dialami oleh pria atau
wanita. Pada pria, penyakit ini dapat menyerang saluran kencing (uretritis).
Sedangkan pada wanita, chlamydia bisa terjadi di organ panggul.

b. Etiologi/penyebab
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang menyebar
melalui cairan pada organ kelamin. Seseorang dapat tertular penyakit ini bila
berhubungan seksual dengan penderita, terutama bila tidak menggunakan
kondom.
Selain hubungan seksual melalui vagina, chlamydia juga dapat menular
melalui hubungan seksual secara oral atau anal, sehingga menyebabkan
chlamydia pada tenggorokan atau dubur.
c. Manifestasi Klinik

Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita


chlamydia tetap dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Bila muncul
gejala, biasanya baru terjadi 1–3 minggu setelah penderita terinfeksi.

Karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala chlamydia pada pria dan wanita
juga bisa berbeda.

1) Gejala chlamydia pada wanita:


a) Keputihan yang sangat berbau
b) Rasa terbakar ketika buang air kecil
26
c) Sakit saat sedang berhubungan seksual dan dapat mengalami perdarahan
di vagina sesudahnya

Bila infeksi sudah menyebar, penderita akan merasakan mual, demam, atau
sakit pada perut bagian bawah.

2) Gejala chlamydia pada pria:


a) Keluar cairan dari penis
b) Luka di penis terasa gatal atau terbakar
c) Rasa terbakar ketika buang air kecil
d) Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar

Baik pada pria maupun wanita, chlamydia yang menginfeksi dubur akan
menimbulkan sakit yang dapat disertai dengan keluarnya cairan atau darah dari
dubur.

3. Sifilis
a. Definisi

Raja singa atau sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual atau IMS
yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Umumnya, sifilis adalah penyakit yang diawali dengan luka di sekitar alat
kelamin, dubur, ataupun mulut. Awal kemunculan luka tersebut cenderung
tidak disertai dengan rasa nyeri. Karena lukanya tidak terasa nyeri, sifilis
kadang tidak langsung disadari oleh penderitanya. Walau begitu, penderita
sifilis tersebut tetap bisa menularkan infeksinya ke orang lain.
Apabila tidak ditangani sesegera mungkin, sifilis berisiko menyebabkan
komplikasi penyakit lain, seperti kerusakan jantung, tumor, infeksi HIV, dan
gangguan kehamilan serta persalinan bagi ibu hamil.
b. Etiologi/penyebab

Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah jenis Treponema


pallidum. Bakteri tersebut menginfeksi tubuh manusia melalui luka di alat
kelamin, anus, bibir, maupun mulut.

27
Penularan sifilis dipicu oleh aktivitas seksual yang dilakukan oleh
penderitanya, seperti penetrasi, seks oral, atau seks anal. Karena itulah, sifilis
adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan menggunakan alat
pengaman, seperti kondom, saat melakukan aktivitas seksual.
c. Manifestasi Klinik
Ada lima tahapan gejala penyakit ini, yaitu :
1) Sifilis primer
Gejala pada kondisi ini umumnya muncul berupa luka dengan 10 hingga 90
hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Pemulihannya memakan waktu
sekitar 3 hingga 6 minggu.
2) Sifilis sekunder
Sifilis sekunder terjadi beberapa minggu setelah luka menghilang, dengan
ruam yang terdapat di bagian tubuh manapun khususnya di telapak tangan
dan kaki. Ditambah dengan penyakit flu, rasa lelah, sakit kepala, nyeri pada
persendian, dan demam umumnya menjadi contoh gejala lain yang dialami
pengidap. Segera tangani sifilis sekunder dengan tepat, agar infeksi tak
berlanjut ke tahap berikutnya.
3) Sifilis laten
Sifilis laten terjadi tanpa gejala, tapi dalam 12 bulan pertama, infeksi masih
bisa menular. Jika tidak ditangani, kondisi ini akan berubah menjadi tersier.
4) Sifilis tersier
Sifilis tersier merupakan jenis yang paling berbahaya. Gejala yang dialami
akan sangat dipengaruhi oleh bagian tubuh mana dimasuki bakteri sifilis.
Jenis tersier memiliki dampak terhadap mata, jantung, otak, pembuluh
darah, tulang, persendian, dan juga hati. Hal tersebut menyebabkan
pengidap akan mengalami kebutaan, penyakit jantung dan juga stroke akibat
dari terjadinya infeksi menular seksual tersebut.
5) Sifilis kongenital
Jika kondisi ini terjadi pada ibu hamil, maka janin wanita tersebut bisa juga
tertular. Infeksi bisa ditularkan kepada janin jika seorang ibu hamil yang
mengidap sifilis. Risiko tersebut bisa dikurangi dengan mengobati infeksi
28
sebelum masa kehamilan mencapai 4 bulan. Jika penanganan dan
pengobatan terlambat, ibu hamil tersebut akan terkena komplikasi.
Komplikasi yang dimaksud bisa berupa bayi lahir prematur, keguguran,
bayi lahir dengan sifilis, dan hilangnya nyawa bayi setelah dilahirkan.
4. Gonore
a. Definisi
Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit
ini dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, meski umumnya dialami
oleh pria. Gonore biasanya terjadi di bagian tubuh yang hangat dan lembap, seperti
kelamin, anus, atau tenggorokan.
b. Etiologi/penyebab
Gonore disebabkan oleh infeksi bakteri yang menular melalui hubungan intim,
termasuk seks oral (lewat mulut) dan seks anal (lewat anus). Seseorang lebih
berisiko terkena gonore jika melakukan hubungan seksual yang tidak aman,
misalnya sering berganti pasangan seks dan tidak menggunakan kondom.
c. Manifestasi Klinik
Gonore umumnya menimbulkan gejala pada organ kelamin. Gejala penyakit ini
berbeda antara pria dengan wanita. Bahkan, gonore sering kali tidak
menimbulkan gejala pada wanita.
1) Gejala gonore pada pria:
a) Keluar nanah pada ujung penis
b) Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil
c) Nyeri dan pembengkakan pada salah satu testis
d) Pembengkakan dan kemerahan pada ujung penis
2) Gejala gonore pada wanita:
a) Keputihan secara terus-menerus
b) Keluar darah dari vagina setelah melakukan hubungan seksual
c) Keluar darah dari vagina ketika tidak sedang menstruasi
d) Menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari biasanya
e) Nyeri saat buang air kecil atau saat melakukan hubungan intim

29
f) Sering buang air kecil
g) Sakit perut dan panggul
5. Trikomoniasis
a. Definisi
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis dapat dicegah dengan perilaku
seksual yang aman, yaitu tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan
kondom.
Jika tidak ditangani, trikomoniasis pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi
terlahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah. Trikomoniasis juga bisa
menular ke bayi pada proses persalinan.
b. Etiologi/penyebab

Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis yang


menyebar melalui hubungan seksual. Parasit ini juga bisa menular akibat
berbagi pakai alat bantu seks yang tidak dibersihkan terlebih dahulu.

Risiko terjadinya trikomoniasis akan meningkat pada seseorang yang:

1) Sering bergonti-ganti pasangan seksual


2) Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual
3) Pernah menderita trikomoniasis
4) Pernah menderita penyakit menular seksual
c. Manifestasi Klinik
Kebanyakan penderita trikomoniasis tidak merasakan gejala apa pun. Meski
begitu, penderita tetap bisa menularkan trikomoniasis kepada orang lain. Bila
terdapat gejala, biasanya keluhan akan muncul 5–28 hari setelah terinfeksi.
1) Tanda dan gejala pada wanita:
a) Keputihan yang banyak dan membuat vagina bau amis
b) Keputihan berwarna kuning kehijauan, bisa kental atau encer, serta
berbusa
c) Gatal yang disertai kemerahan dan rasa terbakar di area vagina
d) Nyeri saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil
30
2) Tanda dan gejala pada pria:
a) Sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis
b) Keluar cairan putih dari penis
c) Nyeri saat buang air kecil atau setelah ejakulasi
d) Lebih sering buang air kecil dari biasanya

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista ovarium merupakan tumor jinak di dalam ovarium yang memiliki bentuk
seperti kantong udara atau balon dan di dalamnya mengandung cairan.
Biasanya kista ovarium menyerang wanita pada usia produktif. Umumnya hal itu
disebabkan oleh berubahnya tingkat hormon pada siklus menstruasi, dan bisa terjadi
saat ovarium memproduksi atau melepaskan sel telur. Kista ovarium bisa disebabkan
oleh pertumbuhan sel yang tidak normal, sel telur gagal keluar dari korpus luteum,
ataupun saat folikel tidak bisa melepaskan sel telur.
Infeksi saluran reproduksi merupakan suatu infeksi yang menyerang organ genital
seseorang dan dapat dialami pria maupun wanita.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan
gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi
oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.
AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Jika tidak segera diobati, chlamydia dapat meningkatkan risiko kemandulan, terutama
pada wanita. Chlamydia dapat dialami oleh pria atau wanita. Pada pria, penyakit ini
dapat menyerang saluran kencing (uretritis). Sedangkan pada wanita, chlamydia bisa
terjadi di organ panggul.
Raja singa atau sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual atau IMS yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit ini
dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, meski umumnya dialami oleh
pria. Gonore biasanya terjadi di bagian tubuh yang hangat dan lembap, seperti kelamin,
anus, atau tenggorokan.
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis dapat dicegah dengan perilaku seksual yang
aman, yaitu tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom.

32
B. Saran
Sebagai saran, kami kelompok hanya ingin menyampaikan agar kita semua
menjaga kesehatan diri kita masing-masing, dan menghindari faktor risiko dan
penyebab dari penyakit – penyakit ini, serta mengetahui dengan benar cara mencegah
penyakit ini dan cara pengobatannya.

33
DAFTAR PUSTAKA
Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. InternaPublishing.
Nursalam, Kurniawati, N, Misutarno, Solikhah, F. (2018). Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta. Salemba Medika.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Cunti, W. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Kista Ovarium
Di Kebidanan RS TK III DR Reksodiwiryo Padang. Diakses pada 12 mei 2023, dari 1.
KTI_WENI_ARI_CUNTI.pdf
Najmih, N. (2019). Manajemen Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Ny “J”
Dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium Di Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Obgyn RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Diakses pada 12 mei 2023, dari 2.
51192eb24ecc9f04070fee9fd6b13569.pdf
Rachmawati. (2016). Asuhan Keperawatan Post OP Kista Ovarium Pada Ny. E Di Ruang
Edelweis RST Dr. Soedjono Magelang. Diakses pada 12 mei 2023, dari 3. KTI
RACHMAWATI.pdf
Kaat, F. (2019). Asuhan Keperawatan Penyakit HIV/AIDS Pada Ny. Y.K Di Ruang
Cempaka RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang. Diakses pada 12 mei 2023, dari
https://core.ac.uk/download/pdf/236674547.pdf
Iswandi, F. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV AIDS Di Irna Non
Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Diakses pada 12 mei 2023, dari
KTI_FAUZIAH_ISWANDI_PDF.pdf
Ngongo, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. R. Dengan HIV AIDS Di Ruangan
Cempaka RSUD . Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang. Diakses pada 12 mei 2023, dari
robert.pdf
Alodokter. (2021). HIV Dan AIDS. Diakses pada 12 mei 2023, dari
https://www.alodokter.com/hiv-aids
Agustin, S. (2022). Ketahui Penyakit Pada Sistem Reproduksi Pria Dan Wanita. Alodokter.
Diakses pada 12 mei 2023, dari https://www.alodokter.com/ketahui-penyakit-pada-
sistem-reproduksi-pria-dan-wanita
Fadli, R. (2022). Kista Ovarium. Halodoc. Diakses pada 12 mei 2023, dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/kista-ovarium
Utari, R. (2021). Infeksi Saluran Reproduksi. SehatQ. Diakses pada 12 mei 2023, dari
https://www.sehatq.com/penyakit/infeksi-saluran-reproduksi
Pittara. (2022). Chlamydia. Alodokter. Diakses pada 12 mei 2023, dari
https://www.alodokter.com/chlamydia
Fadli, R. (2022). Sifilis. Halodoc. Dikses pada 12 mei 2023, dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/sifilis
Pittara. (2022). Gonore. Alodokter. Diakses pada 12 mei 2023, dari
https://www.alodokter.com/gonore
Nareza, M. (2022). Trikomoniasis. Alodokter. Dikses pada 12 mei 2023, dari
https://www.alodokter.com/trikomoniasis
Kartika, E. Pathway Kista Ovarium. Dikses pada 12 mei 2023, dari
https://www.scribd.com/document/363256933/Kupdf-com-Pathway-Kista-Ovarium#
Falah, N. Kista Ovarium. Alomedika. Diakses pada 12 mei 2023, dari
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/kista-
ovarium/diagnosis#:~:text=Diagnosis%20kista%20ovarium%20biasanya%20ditegakk
an,kista%20ovarium%20tidak%20mengalami%20gejala.
Siloam Hospitals. (2023). HIV Dan AIDS – Faktor Risiko, Gejala, Dan Penanganannya.
Dikses pada 12 mei 2023, dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-
siloam/artikel/apa-itu-hiv
Siloam Hospitals. (2023). Apa Itu Sifilis? Ini Gejala Dan Langkah Pengobatannya. Diakses
pada 12 mei 2023, dari https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-
siloam/artikel/sifilis-adalah

Anda mungkin juga menyukai