Anda di halaman 1dari 24

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................


.........................................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................


.........................................................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................


.........................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................


.....................................................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................
..........................................................................................................................1

B. Tujuan ..........................................................................................................
2

1. Tujuan umum .............................................................................................


......................................................................................................................2

2. Tujuan khusus .............................................................................................


......................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................


.........................................................................................................................................4

A. Kesehatan Reproduksi Remaja ........................................................................ 4

B. Flour Albus ...................................................................................................... 5


BAB III DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK
LANJUT..........................................................................................
..........................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................
..........................................................................................................15
KESIMPULAN .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
..........................................................................................................18
3
4

BAB
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi dan mederenisasi ini telah terjadi perubahan
dan kemajuan disegala aspek dalam menghadapi perkembangan
lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat khususnya
wanita, dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ
tubuhya. Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitive serta
memerlukan peraeatan khusus adalah organ reproduksi (Marlina, 2016).
Keputihan adalah kondisi vaginasaat mengeluarkan lendir atau
cairan menyerupai nanah yang disebebkan kuman. Terkadang keputihan
dapat menimbulkan rasa gatal, bau tidak enak dan berwarna.
Kebersihan genetalia yang kurang baik merupakan fakor resiko yang
dapat menyebabkan infeksi pada genetalia. Kejadian keputihan sebagai
salah satu gangguan kesehatan masih cukup tinggi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang vulva hygiene (Umi Salamah, 2020).
Keputihn patologis menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan
dalam jangka waktu lama akan menyebabkan beberapa penyakit serius
diantaranya penyakit infeksi pada panggul dan infertilitas. Tidak hanya
bisa mengakibatkan infertilitas, keputihan juga dapat menyebabkan
kehamilan diluar kandungan dan juga merupakan gejala awal dari
kanker serviks (Fauziah Yulfitria, 2017)
Pada studi kasus fisiologi reproduksi, banyak wanita yang
mengeluhkan keputihan dan dirasakan tidak nyaman, gatal dan berbau,
bahkan terkadang perih. Setelah banyak penelitian yang berkembang
berkaitan dengan organ reproduksi wanita, ternyata berkaitan dengan
kebiasaan sehari-hari. Meskipun keputihan termasuk penyakit
5

sederhana, kenyataannya tidak mudah untuk disembuhkan. Faktor


penyebab keputihan dipicu karena adanya virus, bakteri, kuman,
aktivitas yang terlalu lelah, hormonal dan pada vulva hygiene. Perilaku
tidak hygiene seperti cebok tidak bersih, celana dalam tidak menyerap
keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik merupakan salah satu
faktor penyebab keputihan (Marlina, 2016).
Sesuai data World Health Organization Keputihan (flour albus)
menyerang sekitar 50% populasi wanita didunia dan beresiko tinggi
terhadap wanita yang berusia reproduksi atau wanita usia subur. Lebih
dari 75% wanita di Indonesia mengalami keputihan, paling tidak sekali
dalam hidupnya. Ini berkaitan dengan cuaca yang ada di Indonesia,
karena mempermudah berkembangnya infeksi jamur dan bakteri
patogen. Menurut WHO pada tahun (2018) bahwa sekitar 75%
perempuan didunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali
seumur hidupnya, dan sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau
lebih, sedangkan wanita di Eropa yang mengalami keputihan sebesar
25% (Marlina, 2016).
Berdasarkan masalah yang ada di dapatkan di lahang peraktek
maka dapat di angkat mengambil judul Kasus “Asuhan Kebidanan
pada Remaja dengan Flous albus di Puskesmas Pangkajene”.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi
pada dengan desminorea primer dengan menggunakan 7 langkah
Varney dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada Nn. K dengan Flous Albus di
Puskesmas Pangkajene.
2) Menginterpretasikan data subjektif dan objektif pada Nn. K
6

dengan disminorea primer di Puskesmas Pangkajene.


3) Merumuskan diagnosa / Assemen pada Nn. K dengan d Flous
Albus di Puskesmas Pangkajene.
4) Mengantisipasi tindakan pada Nn. K Flous Albus di Puskesmas
Pangkajene.
5) Menyusun rencana tindakan pada Nn. K dengan Flous Albus di
Puskesmas Pangkajene .
6) Menganalisa kesenjangan antara teori yang ada dengan praktik
yang dijalani oleh penulis termasuk faktor pendukung dan
penghambat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kesehatan Reproduksi Remaja


a. Pengertian
Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sejahtera, fisik,
mental dan sosial, tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan,
dalam sistem, fungsi dan proses reproduksi. Gangguan reproduksi
adalah istilah generik yang mengacu pada semua penyakit yang
mempengaruhi sistem reproduksi pada manusia dan mencegah
terjadinya reproduksi. Hal tersebut dapat berupa kelainan bawaan,
genetik, atau penyakit menular seksual ( Malugada, 2018)
Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang
yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa
dewasa. Menurut WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang
berusia 10- 19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB
menyebutkan anak muda (younth) untuk mereka yang berusia 15-
24 tahun. (Marmi, 2013) Remaja merupakan periode transisi antara
masa anak-anak kemasa dewasa. Didalam ilmu kedokteran dan
ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan fisiologi), remaja
dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat
kelamin manusia mencapai kematangan. Hal ini berarti, secara
anatomis, alat-alat kelamin maupun organ tubuh yang lain akan
memperoleh bentuknya yang sempurna. Masa pematangan fisik
berjalan kurang lebih selama dua tahun. Biasanya dihitung mulai
haid yang pertama pada wanita dan mimpi basah yang pertama
pada pria (Dahro, 2018).
Secara etiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”.
Definisi remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan

7
bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15
sampai 24 tahun. Sementara itu menurut The Health Resources dan Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21
tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahu), remaja
menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian
disatukan dalam termiologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24
tahun .
b. Tumbuh Kembang Remaja
1. Perkembangan Remaja
a) Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait,
berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap. Menurut Depkes
Poltekkes Jakarta, perubahan yang terjadi pada remaja tersebut adalah
sebagai berikut: Perubahan fisik
(1) Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama satu tahun pertumbuhan tinggi badan rata-rata 3,5- 4,1 inci .
Berat badan pada lelaki meningkat karena perubahan otot dan pada
perempuan kerena penambahan lemak.
(2) Karakteristik seks sekunder
(a) Perubahan seks sekunder dipengaruhi oleh hormon, pada lelaki
hormon androgen dan hormon estrogen. Karakteristik sekunder
pada wanita adalah rambut pubis, rambut ketiak, serta menarche.
Sedangkan pada pria terjadi pertumbuhan penis skrotum, perubahan
suara, kumis, jenggot dan meningkatnya kelenjar lemak yang
menimbulkan jerawat Perubahan bentuk tubuh. Pada lelaki terjadi
perubahan bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun
yang lebih menonjol. Sedangkan pada perempuan seperti pinggul
dan payudara yang membesar, serta keadaan yang lebih menonjol.
(b) Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya
berkembang sempurna, sehingga pada masa ini kamampuan
pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.
b) Perkembangan Kognitif
(1) Tahap operasional formal (remaja dan dewasa)
(a) Remaja awal
Remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam

8
rumah ataupun di sekolah. Ramaja mulai menunjukan cara berfikir
logis, seperti bartanya kewenangan di sekolah, menggunakan istilah
dan pandangan sendiri, memilih olahraga yang baik, memilih
kelompok bergaul, berpenampilan dan lain-lain.
(b) Remaja tengah
Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok,
sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi
seksual. Dengan pengalaman dan pemikiran. Dan mulai berfikir
mengembangkan identitas diri.
(c) Remaja akhir
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan
datang dan meningkatkan pergaulan. Proses berpikir secara komplek
digunakan untuk memfokuskan dari masalah idealisme, toleransi,
keputusan, untuk kerier dan pekerjaan serta peran orang dewasa
dalam masyarakat.
c) Perkembangan psikologis
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan
perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa,
intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa
lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak,
serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri dan
berperilaku menurut mereka.
Transisi sosial yang dialami oleh ramaja ditunjukan dengan adanya
perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang penting dalam perubahan
sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan
rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis.
d) Macam – macam gangguan reproduksi

Menurut (Varney, 2001) gangguan reproduksi terdiri dari :


2. Amenore
Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik
dalam sebagian besar siklus menstruasi.
3. Disminore
Menstruasi yang menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah
dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.

9
4. Menoragi
Menoragi merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang
pada awalnya berada di bawah label perdarahan uterus disfungsional.
5. Metroragi
Metroragi apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau
jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi.

6. Oligomenore

Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya

sedikit.

7. Sindrom Pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku (misalnya perut

mengembung, perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan) yang

dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita

beberapa waktu antara menarche dan menopause.

8. Flour Albus

Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang menimbulkan

perasaan kurang nyaman (Jamaan, 2013)

B. Keputihan
a. Pengertian
Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain
darah haid. Banyak wanita yang mengalaminya, tetapi sering terabaikan
karena kurangnya informasi tentang keputihan ini. Menurut Manuaba (2011)
keputihan atau flour albus adalah suatu keadaan yang normal atau sebagai
tanda adanyasuatu masalah/penyakit (Solusi Problem Wanita Dewasa,
2005).
Keputihan adalah keluarnya cairn dari vagina secara berlebihan.
Normal saja bila seorang wanita, meskipun masih kecil, mengalami
keputihan. Namun, perlu diperhatikan, bila cairan yang keluar itu sudah
menimbulkan bau yang tak sedap, berwarna keruh, dan menimbulkan rasa
gatal, berarti keputihan sudah tidak normal. Keputihan penyakit bisa
disebabkan oleh infeksi jamur dan bakteri (Ibu Dari Mana Aku Lahir, 2010).

10
b. Tanda Gejala Keputihan
Keputihan abnormal gejala dan tandanya bervariasi seperti berikut :
1. Keluar cairan dalam jumlah banyak
2. Warnanya putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan
3. Disertai rasa gatal atau pedih
4. Terkadang berbau amis atau busuk.
c. Dampak Terhadap Wanita

Banyak wanita Indonesia yang tidak tau tentang keputihan


(flour albus), sehingga mereka menganggap sebagai hal yang umum dan
kurang penting. Padahal keputihan yang tidak segera ditangani akan
mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan, keputihan juga
merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang dapat berakhir
dengan kematian (Marlina, 2016) Kalsifikasi Flour Albus menurut
Sibagariang dkk (2010) adalah :
d. Flour Albus fisiologis
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang
berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang
jarang. Flour Albus normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 siklus
menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres dan sedang
mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil KB. Flour Albus ini
tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa
gatal.
Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan
Flour Albus.
b) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran
pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks
yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari
dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan
persetubuhan atau koitus.
11
d) Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.

e. Kalsifikasi Flour Albus menurut Sibagariang dkk (2010) adalah :


1.Flour Albus fisiologis
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang
berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang. Flour Albus normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari
ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan,
stres dan sedang mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil
KB. Flour Albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan
tidak menyebabkan rasa gatal.
Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan
vagina janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari
mengeluarkan Flour Albus.
b) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan
seksual menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya
pelebaran pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi
kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran
transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk
melancarkan persetubuhan atau koitus.
d) Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut
rahim saat masa ovulasi.

e) Mukus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga


menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman
masuk ke rongga uterus.
2.Flour Albus patologis
Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :
a) Infeksi
Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia
Trakomatis, Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan
Virus.

12
b) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat
bawaan. Cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia atau
kanker itu sendiri.
c) Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia
atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.
d) Kanker

Flour Albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas,


apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau
seluruhnya memasuki lumen saluran alat – alat genetalia. Sel
akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,
akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan
pembuluh darah pada hiper vaskularisasi. Gejala yang
ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai
darah tak segar.
e) Menopause
Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami hambatan
dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon
estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena
tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi
penyerta.
f. Gejala Flour Albus
Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour Albus,
anatara lain :
1. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia
menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur
kandida dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan
akseptor pil KB
2. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan
dan berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi
trikomonas atau ada benda asing di vagina.
3. Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah
atau nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada
organ dalam rongga panggul.
13
4. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat

berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan

disebabkan oleh infeksi gonorhoe.

5. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan

disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.

6. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel – sel mati,

kemungkinan adanya sel – sel kanker pada serviks.

g. Pencegahan Flour Albus

Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari

terjadinya Flour Albus, antara lain :

1.Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.

Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi

tempat sembunyi kuman.

2. Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu

dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih

setiap buang air dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga

vagina dalam keadaan kering.

3. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena

pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak

menyerap keringat. Usahakan menggunakan celana dalam yang

terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian

celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah

vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.

14
4. Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu

harum atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

5. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga

bisa muncul lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi,

ember, ciduk, water torn dan bibir kloset dengan antiseptik untuk

menghindari menjamurkan kuman.

6. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk

menghindari Keputihan / Flour Albus yang disebabkan oleh

infeksi yang menular melalui hubungan seks.

h. Patofisiologi Flour Albus

Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme

pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH

vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 –

4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus dan

selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit).

Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen

tidak akan mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun

alias lebih besar dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal

menandingi bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan

terjadilah keputihan. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi

wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan

paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa

mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine, 2012)

15
i. Penatalaksanaan Flour Albus

Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari komplikasi

yang serius dari Flour Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan

sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan

gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat

mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi

seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan

untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai

dengan penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi

keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi

infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi

bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet,

kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan vulva yang

dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang

ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada

pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual

selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga

kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus

mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

16
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan,

istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres

berkepanjangan.

2. Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit

menular seksual.

3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan

celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian

celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, panty

liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4. Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air

yaitu dari arah depan ke belakang.

5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih

vagina.

6. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi

pada daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7. Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap

dudukan kloset sebelum menggunakannya.

17
BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAKAN

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA REMAJA Nn.M


DENGAN FLOUR ALBUS
DI PUSKESMAS PANGKAJENE

Tanggal Pengkajian : Hari/tanggal : Jumat, 23 -09-2022 Pukul : 09.30 WIB


Nomor Rekam Medik
Nama : Nn. M
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis. Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pangkajene

S : Subjektif
1) Nn. M mengatakan bernama Nn. M dan berumur 16 tahun

2) Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak naik SMA dan sering keluar kental

yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat

genetalianya.

3) Nn. M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya.

O : Objektif
1) Keadaan umum: Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 110/80 mmHg R: 20 x/menit

N : 80 x/menit S : 36,50 C

18
4) BB : Kg 52

A : Assesment
Remaja Nn M Dengan Flour Albus, potensial terjadi Infeksi.

P : Planing
a. Memberitahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan, yaitu TTV: TD : 110/80 mmHg, R:

20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,50 C dan mengalami keputihan yaitu keluarnya cairan

kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan gatal didaerah

kewanitaan.

b. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya yaitu

cebok dengan benar dari depan kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak

berpindah ke vagina, menggunakan celana yang pas, berbahan katun, selalu

mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari / celana dalam basah dan

menghindari handuk yang berganti – ganti dengan orang lain.

c. Memberikan support mental pada Nn. M supaya tidan cemas bahwa

keputihannya akan sembuh.

d. Memberikan penjelasan pada Nn. M agar tidak menggaruk apabila

kewanitaannya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

luka agar terhindar dari infeksi.

e. Kalaborasi dengan dokter pemberian terapi obat oral yaitu :

R/ Calcium lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

19
20

RENCANA TINDAK LANJUT


1. Mengikutkan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya menjaga
kesehatan reproduksi
2. Melakukan pemeriksaan
3. Mengajarkan remaja untuk menu makan yang bergizi
21
http://geeeta.blogspot.co.id/2022/09/satuan-acara-penyuluhan-sap-personal.html

WULANDARI, M. (2021). ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA WANITA USIA


SUBUR DENGAN KEPUTIHAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN TRIMURJO LAMPUNG
TENGAH (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai