DISUSUN OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
2.10 PENATALAKSANAAN...........................................................................11
3.1 PENGKAJIAN.............................................................................................24
BAB IV PENUTUP...............................................................................................35
4.1 KESIMPULAN............................................................................................35
4.2 SARAN........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sinusitis merupakan istilah bagi suatu proses inflamasi yang melibatkan
mukosa hidung dan sinus paranasal, merupakan salah satu masalah kesehatan
yang mengalami peningkatan secara nyata dan memberikan dampak bagi
pengeluaran finansial masyarakat.1,2 Sinusitis dibagi menjadi kelompok akut
dan kronik. Secara anatomi, sinus maksilaris, berada di pertengahan antara
hidung dan rongga mulut dan merupakan lokasi yang rentan terinvasi oleh
organisme patogen lewat stium sinus maupun lewat rongga mulut. Masalah
gigi seperti penyakit pada periodontal dan lesi periapikal dilaporkan
menyebabkan 58% sampai 78% penebalan mukosa sinus maksilaris.
Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2003 menyebutkan bahwa
penyakit hidung dan sinus berada dalam urutan ke25 dari 50 pola penyakit
peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Sinusitis maksilaris akut dapat disebabkan oleh rhinitis akut, infeksi faring
seperti faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut, infeksi gigi rahang atas P1, P2,
serta Ml, M2,M3 (dentogen). Sinusitis dentogen merupakan salah satu
penyebab penting sinusitis. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris
tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya dipisahkan
oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang
pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau
inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus atau
melalui pembuluh darah dan limfe.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFENISI SINUSITIS
Sinus merupakan rongga kecil yang terhubung melalui saluran udara di
dalam tulang tengkorak. Secara alami, sinus memang menghasilkan lendir,
fungsinya yaitu menyaring bakteri serta partikel lain dalam udara yang
dihirup. Selain itu, sinus juga memiliki fungsi sebagai organ tubuh yang turut
membantu mengendalikan suhu serta kelembapan udara yang dihirup. Apabila
terjadi peradangan, sinus akan memproduksi lendir berlebih. Kondisi ini biasa
dikenal dengan istilah sinusitis.
Sinusitis adalah kondisi peradangan pada rongga sinus yang menyebabkan
penyumbatan di saluran udara tersebut. Rongga kecilnya terletak di beberapa
daerah, yaitu belakang tulang dahi, belakang mata, bagian dalam dari struktur
tulang pipi, dan kedua sisi batang hidung. Karena itulah, penderita sinusitis
seringkali merasa sakit kepala.
Infeksi Virus
Hampir 90% sinusitis akut disebabkan oleh infeksi virus. Virus yang
sering menimbulkan sinusitis akut adalah rhinovirus, virus influenza,
virus parainfluenza, adenovirus, dan enterovirus. Sekitar 0,5-2% kasus
sinusitis akut akibat infeksi virus dapat berkembang menjadi sinusitis
bakterial akut.
Infeksi Bakteri
Sinusitis akibat infeksi bakteri kebanyakan berhubungan dengan
infeksi virus pada saluran nafas atas ataupun faktor-faktor lain yang dapat
mengganggu fungsi silia sinus.
2.10 PENATALAKSANAAN
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan.
Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih dengan
kelembaban yang ideal 45-55%
2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu
3. Analgetik untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan
lebih dari pada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan
rhinitis redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu
lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar dan kering karena arthofi
mukosa dan kerusakan silia
5. Antihistamin jika ada faktor alergi
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup
parah
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang
kronis, otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta
abses orbita atau komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus
ialah untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara
membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi ( I-ESS =
fungsional endoscopi sinus surgery ). Teknologi ballon sinuplasty
digunakan sebagai perawatan sinusitis. Teknologi ini, sama dengan
ballon angioplasty untuk menggunakan kateter balon sinus yang kecil
dan lentur ( fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus,
memulihkan saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-
fungsinya. Ketika balon mengembang ia akan secara perlahan
mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dan saluran
tersebut tanpa merusak jalur sinus.
c. B1-B6
B1 (breathing) : tidak teratur, suara nafas ronkhi
berhubungan dengan adanya secret kental
pada hidung
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : pasien composmentis
B4 (bladder) : normal
B5 ( bowel) : nafsu makan menurun, porsi makan
Menurun dan BB turun
B6 (bone) : kelemahan otot dan malaise
4. Pemeriksaan penunjang
1. Rinoskopi anterior : mukosa merah, mukosa bengkak, mukopus
dimeatus medius
2. Rinoskopi posterior : mukopus nasoparing
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
5. X foto sinus paranasalais: kesuraman, gambaran “airfluidlevel”
penebalan mukosa
B. ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan
daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan
pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses
penyakit. Fungsi analisa data adalah perawat yang menginterprestasi data
yang diperoleh dari pasien atau dati sumber lain, sehingga data yang
diperoleh
memiliki makna dan arti pengambilan keputusan untuk menentukan masalah
keperawatan dan kebutuhan klien. Dalam melakukan analisa data, perawat
harus memperhatikan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Validasi data kembali, teliti kembali data yang dikumpul
b. Identifikasi kesenjangan data
c. Susun kategori data secara sistematik dan logis
d. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien
e. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang yang timbul serta
penyebabnya.
f. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. (Young Jabbar, 2014)
C. DIAGNOGA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret
yang mengental
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nafsu makan menurun
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
D. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri (kepala,tenggorokan) Tujuan : a) Kolaborasi pemberian a) Obat analgesic dapat
berhubungan dengan peningkatan Nyeri yang dirasakan obat analgesic menurunkan atau
tekanan sinus sekunder terhadap klien berkurang atau b) Ajarkan teknik menghilangkan nyeri
peradangan sinus paranasal menghilang dalam waktu distraksi atau b) Teknik distraksi
1x24 jam pengalihan nyeri diharapkan bisa
Kriteria hasil : dengan teknik menurunkan skala
a. Klien relaksasi nyeri setelah
mengungkapkan c) Observasi TTV, pengobatan dengan
nyeri yang keluhan klien dan obat analgesic
dirasakan skala nyeri c) Observasi dilakukan
berkurang atau untuk memastikan
menghilang bahwa nyeri
b. Rr = 16-20xmenit berkurang yang
Td = 117/67 ditandai dengan RR
T = 36 °c dalam skala normal
c. Skala nyeri 2
Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : a) Kolaborasi pemberian a) Nebulizing dapat
berhubungan dengan adanya Jalan nafas kembali nebulising mengencerkan secret
secret yang mengental efektif dalam waktu 10- b) Foto thoraks dada dan berperan sebagai
15 menit serta melakukan bronkodilator untuk
Kriteria hasil : clapping atau vibrasi melebarkan jalan
a. Klien tidak lagi c) Kolaborasi nafas
menggunakan melakukan suction b) Mengetahui letak
pernafasan cuping (pada pasien yang secret dan
hidung mengalami mengakumulasi
b. Tidak ada suara penurunan kesadaran secret di supsternal
nafas tambahan dan tidak mampu sehingga mudah
c. Ronkhi (-) melakukan batuk untuk di drainase
d. Ttv normal efektif) c) Mengeluarkan secret
d) Ajarkan batuk efektif dari paru-paru
(pada pasien yang d) Mengeluarkan secret
tidak mengalami dari jalan nafas
penurunan kesadaran khususnya pada
dan mampu pasien yang tidak
melakukan batuk mengalami
efektif) penurunan gangguan
e) Observasi ttv kesadaran dan bisa
melakukan batuk
efektif
e) Untuk mengetahui
perkembangan
kesehatan klien
Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan : a) Sajikan makanan a) Dengan menu yang
kurang dari kebutuhan Kebutuhan nutrisi klien secara menarik bervariasi dapat
berhubungan dengan nafsu makan kembali terpenuhi dalam dengan menumbuhkan nafsu
menurun waktu 5x24 jam memperhatikan makan klien sehingga
Kriteria hasil : nutrisi yang kebutuhan nutrisi
a. Berat badan lien diperlukan oleh klien klien kembali
kembali seperti b) Catat intake dan terpenuhi
semula (63kg), bb output makanan klien b) Mengetahui
normal 63kg c) Anjurkan makan perkembangan
b. Makanan yang sedikit- sedikit tapi pemenuhan
disajikan selalu sering kebutuhan nutrisi
dihabiskan d) Berikan helath klien
education pentingnya c) Dengan sedikit tapi
makanan bagi proses sering dapat
penyembuhan mengurangi
penekanan pada
lambung
d) Dengan pemahaman
yang baik tentang
nutrisi akan
memotivasi untuk
meningkatkan
pemenuhan nutrisi
Gangguan istirahat tidur Tujuan : a) Kaji kebutuhan klien a) Mengetahui
berhubungan dengan hidung Klien dapat istirahat dan b) Ciptakan suasana permasalahan klien
tersumbat tidur dengan nyaman yang nyaman dalam pemenuhan
Kriteria hasil : c) Kolaborasi pemberian istirahat klien
a. Klien dapat tidur obat tidur b) Dapat tidur dengan
6-8 jam perhari tenang
b. Tidak gelisah c) Agar klin dapat tidur
c. Mata tidak cekung
d. Klien tidak lemes
Hipertermi berhubungan dengan Tujuan : a) Monitoring a) Suhu tubuh harus
reaksi infeksi Suhu kembali dalam perubahan suhu dipantau secara
keadaan normal tubuh efektif guna
Kiteria hasil : b) Berikan kompres mengetahui
a. Suhu tubuh 36,5- hangat perkembangan dan
37,5°C c) Kolaborasi kemajuan dari pasien
b. Kulit hangat dan pemberikan b) Dapat membantu
lembab, membran antipiretik mengurangi demam
mukosa lembab c) Mengurangi demam
dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme dan
autodestruksi dari sel-
sel terinfeksi
E. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan perwujudan atau realisasi dari
perencanaan yang telah disusun. Implementasi pada tinjauan pustaka
belum dapat direalisasikan karena hanya membahas terori asuhan
keperawatan, sedangkan pada kasus nyata implementasi telah disusun dan
direalisasikan pada pasien dengan pendokumentasian dan intervensi
keperawatan. Implementasi rencana keperawatan dilakukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi untuk pelaksanaan diagnose pada kasus tidak
semua sama pada tinjauan pustaka, hal ini karena disesuaikan dengan
keadaan pasien yang sebenarnya.
Dalam melaksanakan ini pada faktor penunjang maupun faktor
penghambat yang penulis alami. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan
keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama yang baik dari perawat
maupun dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan
prasarana diruangan yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dan penerimaan adanya penulis, serta bimbingan dari perawat
senior diruangan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir.
F. EVALUASI
Pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat
diketahui keadaan pasien dan masalah secara langsung. Pada akhir
evaluasi semua tujuan dapat tercapai sebagian karena adanya kerjasama
yang baik antara pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya. Hasil
evaluasi pada Tn. S belum sesuai harapan masalah teratasi sebagian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :Syahban Ali
Tempat, tanggal lahir : Padang Sidempuan, 23-03-1990
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 33 tahun
Alamat : DSN 1 Desa Ledong Timur
Agama : Agama
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 173 cm
Ruangan : Shafa
Diagnosa medis : Sinusitis
Pengkajian tanggal : 25 Januari 2023
No. Rm : 315267
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada hidung, hidung berair selama satu bulan
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada hidung disertai sakit
kepala
4. Riwayat penyakit dahulu
Sakit kepala
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan kondisi lingkungan rumah cukup bersih
7. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 118/66
N : 71
RR: 20x/menit
S : 36°C
8. Terapi
IVFD RL : 20 tts/i
IV Cefftriaxone 1 gr/ 12 jam
IV Dexametason 1 ampul / 12 jam
IV Ranitidin 1 ampul / 12 jam
IV Ketorolax 1 ampul / 8 jam
Asam Tranexamat 1 ampul / 8 jam
8 26 Januari 2023 Gangguan istirahat tidur a. Pantau ttv / 8 jam S : pasien mengeluh nyeri
berhubungan dengan rasa tidak b. Kaji skala nyeri dihidung dan sakit kepala
nyaman karena hidung c. Kaji kebutuhan tidur O : Td : 122/79
tersumbat klien Hr : 87 x/ menit
Rr : 21 x/ menit
T : 37°C
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
9. 26 Januari 2023 Gangguan pemenuhan nutrisi a. Pantau ttv S : pasien mengatakan
kurang dari kebutuhan b. Kaji kebutuhan nyeri pada hidung dan
berhubungan dengan nafsu makan klien tidak nafsu makan
makan menurun c. Berikan makanan O : Td : 124/86
yang dibutuhkan Hr : 89 x/menit
oleh klien Rr : 20 x/menit
d. Kolaborasi dengan T : 36°C
dokter A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
10. 27 Januari 2023 Nyeri akut berhubungan dengan a. Memonitor vital sign S : pasien mengatakan
inflamasi pada sinus frontal b. Menganjurkan nyeri pada hidung sudah
teknik relaksasi mulai menghilang
c. Mengkaji skala nyeri O : Td : 125/70
d. Nafas dalam Hr : 89 x/ menit
Kolaborasi dengan Rr : 20 x/ menit
dokter T : 36°C
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi
sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis
etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri.
Sampai saat ini belum ada persesuain pendapat mengenai fisiologi
sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat
pertumbuhan tulang muka.
Pencegahan pada penyakit sinusitis rajin berolahraga, karena tubuh
yang sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri. Hindari stres
merok dan lain-lain.
4.2 SARAN
Dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan diagnosa
SINUSITIS.
DAFTAR PUSTAKA
Scribd. (2021). Asuhan Keperawatan Sinusitis. Diakses pada 27 Januari 2023, dari
https://www.scribd.com/document/516400826/ASUHAN-KEPERAWATAN-
SINUSITIS