Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. S

DENGAN DIAGNOSA MEDIS SINUSITIS

DI RUANGAN SHAFA MARWA RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

DISUSUN OLEH :

1. ARIEA PUTRA DUTAWAN (20142011849 )


2. DESINTA YOSEPA SIBORO ( 20142011850 )
3. DELIANA PUTRI ( 20142011851 )
4. HANA TABITHA HARAHAP ( 20142011852 )
5. JIHAN FADILLAH MR ( 20142011853 )
6. NURUL IKHWANA ( 20142011854 )

DAPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINALITA SUDAMA
MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmatnya


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktik ini dengan sebaik
baiknya. Laporan praktik ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III di Stikes Binalita Sudama Medan.
Dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
demi menyempurnakan pembuatan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada
pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Diharapkan makalah
ini dapat menjadi penambah wawasan kita dan bermanfaat untuk pembaca
makalah ini.

Medan, 27 januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................3

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................3

1.3 TUJUAN UMUM...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................4

2.1 DEFENISI SINUSITIS..................................................................................4

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI.......................................................................4

2.3 ETIOLOGI SINUSITIS.................................................................................6

2.4 TANDA DAN GEJALA................................................................................7

2.5 KLASIFIKASI SINUSITIS...........................................................................8

2.6 PATOFISIOLOGI SINUSITIS......................................................................8

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................10

2.8 KOMPLIKASI SINUSITIS.........................................................................10

2.9 PENCEGAHAN SINUSITIS.......................................................................11

2.10 PENATALAKSANAAN...........................................................................11

2.11 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................24

3.1 PENGKAJIAN.............................................................................................24

3.2 ANALISA DATA........................................................................................25

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................26

3.4 IMPLEMENTASI EVALUASI...................................................................29

BAB IV PENUTUP...............................................................................................35
4.1 KESIMPULAN............................................................................................35

4.2 SARAN........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sinusitis merupakan istilah bagi suatu proses inflamasi yang melibatkan
mukosa hidung dan sinus paranasal, merupakan salah satu masalah kesehatan
yang mengalami peningkatan secara nyata dan memberikan dampak bagi
pengeluaran finansial masyarakat.1,2 Sinusitis dibagi menjadi kelompok akut
dan kronik. Secara anatomi, sinus maksilaris, berada di pertengahan antara
hidung dan rongga mulut dan merupakan lokasi yang rentan terinvasi oleh
organisme patogen lewat stium sinus maupun lewat rongga mulut. Masalah
gigi seperti penyakit pada periodontal dan lesi periapikal dilaporkan
menyebabkan 58% sampai 78% penebalan mukosa sinus maksilaris.
Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2003 menyebutkan bahwa
penyakit hidung dan sinus berada dalam urutan ke25 dari 50 pola penyakit
peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Sinusitis maksilaris akut dapat disebabkan oleh rhinitis akut, infeksi faring
seperti faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut, infeksi gigi rahang atas P1, P2,
serta Ml, M2,M3 (dentogen). Sinusitis dentogen merupakan salah satu
penyebab penting sinusitis. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris
tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya dipisahkan
oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang
pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau
inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus atau
melalui pembuluh darah dan limfe.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana anatomi fisiologi dari penyakit sinusitis?
2. Apa yang dimaksud dengan penyakit sinusitis?
3. Apa penyebab penyakit sinusitis?
4. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit sinusitis?
5. Apa saja klasifikasi penyakit sinusitis?
6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit sinusitis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit sinusitis?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit sinusitis?
9. Bagaimana cara pencegahan untuk penyakit sinusitis?
10. Bagaimana pengobatan dari penyakit sinusitis?

1.3 TUJUAN UMUM


Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan anak pada Tn. S
dengan diagnosa medis Sinusitis

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFENISI SINUSITIS
Sinus merupakan rongga kecil yang terhubung melalui saluran udara di
dalam tulang tengkorak. Secara alami, sinus memang menghasilkan lendir,
fungsinya yaitu menyaring bakteri serta partikel lain dalam udara yang
dihirup. Selain itu, sinus juga memiliki fungsi sebagai organ tubuh yang turut
membantu mengendalikan suhu serta kelembapan udara yang dihirup. Apabila
terjadi peradangan, sinus akan memproduksi lendir berlebih. Kondisi ini biasa
dikenal dengan istilah sinusitis.
Sinusitis adalah kondisi peradangan pada rongga sinus yang menyebabkan
penyumbatan di saluran udara tersebut. Rongga kecilnya terletak di beberapa
daerah, yaitu belakang tulang dahi, belakang mata, bagian dalam dari struktur
tulang pipi, dan kedua sisi batang hidung. Karena itulah, penderita sinusitis
seringkali merasa sakit kepala.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi
Sinus parasanal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada
empat pasang sinus parasanal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,
sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus parasanal
merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk
rongga didalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) kedalam
rongga hidung.
Secara embriologik, sinus parasanal berasal dari invaginasi mukosa rongga
hidung dan perkembangannya dimulai dari fase usia 3-4 bulan, kecuali sinus
sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi
lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada
anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai
pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung.
Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18
tahun.
a. Sinus maksila
Sinus maksila merupakan sinus parasanal yang terbesar. Saat lahir
sinus maksila bervolumeb6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan
cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat
dewasa.
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila
adalah : 1) dasar sinus maksila sangan berdekatan dengan akar gigi
rahang atas, yaitu premolar, kadang-kadang juga gigi taring dan gigi
molar, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol kedalam sinus,
sehingga infeksi gigi geligi mudah naik keatas menyebabkan sinusitis.
2) sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.
b. Sinus frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan
keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel
infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang
pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum
usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu
lebih besar dari lainnya dan dipishkan oleh sekat yang terletak digaris
tengah . kurang lebih 15 % orang dewasa hanya mempunyai satu sinus
frontal dan kurang lebih 5 % sinus frontalnya tidak berkembang.
c. Sinus etmoid
Dari semua sinus parasanal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan
akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus
bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid
seperti pyramid dengan dasarnya dibagian posterior. Ukuran dari
anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm
dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior.
d. Sinus sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan
lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml, saat
sinus berkembang pembuluh darah dan versus dibagian lateral os
sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan
tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid.
2. Fisiologi
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi
sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat
pertumbuhan tulang muka
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus parasanal
antara lain :
a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan
mengatur kelembapan udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam
ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali
bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara
total dalam sinus.
b. Sebagai penahan suhu (thermal insulator)
Sinus parasanal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindung
orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.
Akan tetapi kenyataannya sinus-sinus yang besar tidak terletak
diantara hidung dan organ-organ yang dilindungi.
c. Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang
muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya
akan memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala.

2.3 ETIOLOGI SINUSITIS


Etiologi sinusitis dapat dibedakan menjadi infeksi dan non-infeksi. Kuman
patogen penyebab sinusitis akut sedikit berbeda dengan sinusitis kronis.
 Non Infeksi
Etiologi non-infeksi pada sinusitis merupakan segala penyebab yang dapat
menimbulkan sumbatan pada ostium sinus, mengganggu fungsi dan
pergerakan silia, serta mengganggu kualitas dan kuantitas mukus sinus.
Etiologi non infeksi sinusitis antara lain :
1. Ritan : polusi udara, asap rokok, bahan kimia
2. Alergen : rhinitis alergi karena serbuk sari, debu, atau alergen lain
3. Kelainan anatomi hidung: infundibulum lebih sempit, deviasi septum nasal
4. Trauma : fraktur tulang hidung
5. Gangguan silia : jaringan parut, diskinesia silia

 Infeksi Virus
Hampir 90% sinusitis akut disebabkan oleh infeksi virus. Virus yang
sering menimbulkan sinusitis akut adalah rhinovirus, virus influenza,
virus parainfluenza, adenovirus, dan enterovirus. Sekitar 0,5-2% kasus
sinusitis akut akibat infeksi virus dapat berkembang menjadi sinusitis
bakterial akut.
 Infeksi Bakteri
Sinusitis akibat infeksi bakteri kebanyakan berhubungan dengan
infeksi virus pada saluran nafas atas ataupun faktor-faktor lain yang dapat
mengganggu fungsi silia sinus.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Nyeri didaerah sinus
c. Sakit kepala
d. Hiposmia/anosmia
e. Hoalitosis
f. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak
2. Sinusitis maksila akut
Gejala: demam, pusing, ingus kental dihidung, hidung tersumbat, nyeri
tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan
bercampur darah.
3. Sinusitis etmoid akut
Gejala: sekret kental dihidung dan nasofaring, nyeri diantara dua mata
dan pusing
4. Sinusitis frontal akut
Gejala: demam, sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi
berkurang setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang
5. Sinusitis sphenoid akut
Gejala: nyeri dibola mata, sakit kepala dan terdapat sekret di
nasofaring
6. Sinusitis kronis
Gejala: flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau, selalu terdapat ingus ditenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering dan
sering demam

2.5 KLASIFIKASI SINUSITIS


Berdasarkan lama berlangsungnya, sinusitis terbagi dalam empat jenis
yaitu:
1. Sinusitis akut, yang berlangsung selama 2–4 minggu
2. Sinusitis subakut, yang berlangsung selama 4–12 minggu
3. Sinusitis kronis, yang berlangsung lebih dari 12 minggu, dan dapat
berlanjut hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
4. Sinusitis kambuhan, yang terjadi hingga tiga kali atau lebih dalam setahun
2.6 PATOFISIOLOGI SINUSITIS
Patofisiologi sinusitis melibat faktor-faktor seperti obstruksi jalur drainase
sinus (ostium sinus), gangguan pergerakan silia, serta gangguan keseimbangan
jumlah dan kualitas mukus.
 Peran Obstruksi pada Ostium Sinus
Sinusitis merupakan rongga yang steril. Aliran mukus sinus bersifat satu
arah dari sinus melalui ostium sinus menuju rongga hidung. Infeksi
saluran pernapasan atas akibat virus atau paparan alergen dapat
menimbulkan edema mukosa yang menyebabkan penyempitan ostium
sinus yang lambat laun akan mengakibatkan obstruksi yang mengganggu
aliran mukus sinus.
Ketika ada sumbatan, udara mulai berkurang pada rongga sinus, sehingga
tekanan di dalam rongga sinus berubah menjadi lebih negatif
dibandingkan dengan tekanan atmosfer. Tekanan negatif ini membuat
bakteri dalam rongga hidung dapat masuk ke dalam rongga sinus, terutama
saat menarik napas atau membuang sekret hidung. Selain karena infeksi
dan alergen, sumbatan ostium sinus juga dapat terjadi akibat adanya polip,
benda asing, deviasi septum, atau tumor.
 Gangguan Fungsi Silia
Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia.
Silia berperan dalam aliran mukus dari rongga sinus ke rongga hidung.
Gangguan fungsi silia akan berdampak pada penumpukan mukus pada
rongga sinus. Gangguan fungsi silia dapat disebabkan karena infeksi virus,
bakteri, aliran udara yang tinggi, bahan kimia yang toksik terhadap silia,
mediator inflamasi, jaringan parut, serta sindrom Kartagener (diskinesia
silier primer). Fungsi siliar juga dapat terganggu akibat faktor asap rokok,
dehidrasi, udara kering, dan obat-obatan seperti antikolinergik dan
antihistamin.
 Gabungan dari Obstruksi Ostium dan Gangguan Fungsi Silia
Saat terjadi obstruksi ostium sinus, mukosa rongga sinus akan tetap
memproduksi mukus, akibatnya terjadi akumulasi berlebih mukus. Silia
hanya dapat bekerja bila ada komposisi cairan mukus yang sesuai.
Mukus pada saluran pernapasan terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama
adalah lapisan serosa (sol phase) yang lebih encer dan tipis yang
mengelilingi batang silia dan membantu kerja silia. Lapisan kedua (gel
phase) memiliki konsistensi lebih kental dan berada di atas lapisan
pertama.
Lapisan mukosa gel phase ini yang ditranspor oleh gerakan silia menuju
ostium sinus. Bila terjadi perubahan komposisi lapisan mukus menjadi
lebih kental (misalnya pada pasien fibrosis kistik atau sekresi sol phase
berkurang), transpor mukus akan menjadi lebih lambat sehingga lapisan
gel phase akan semakin menumpuk di rongga sinus. Perubahan kualitas
mukus akibat adanya debris peradangan juga akan semakin mengganggu
pergerakan silia.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
a. Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema
dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
ethmoiditis kronis eksasseerbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas
misalnya terlihat hipertropi konka, konka polipoid ataupun poliposis
hidung
b. Rinoskopi posterior
Pada pemeriksaan rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di
nasofaring dan dapat turun ditenggorokan
c. Nyeri tekan pipi sakit
d. Transiluminasi
Dilakukan dikamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas
dan dimasukkan kedalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya
menghadap keatas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada
daerah glabella. Pada sinusitis ethmoidalis akan tampak kesuraman
e. X foto sinus paranasalais : kesuraman, gambaran “airfluidlevel”.
Penebalan mukosa

2.8 KOMPLIKASI SINUSITIS


Sinusitis akut yang tidak segera diobati berisiko tinggi berkembang
menjadi sinusitis kronis. Jika sinusitis kronis juga tidak ditangani dengan baik,
penderita dapat terserang komplikasi berupa:
 Meningitis
Meningitis terjadi ketika infeksi menyebar hingga ke dinding otak.
Kondisi ini menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di sekitar
otak dan sumsum tulang belakang.
 Hilangnya atau berkurangnya kemampuan indra penciuman
Infeksi bisa memicu peradangan di saraf penciuman sehingga
menyebabkan hilangnya kemampuan indra penciuman. Kondisi ini dapat
terjadi sementara atau permanen.
 Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan terjadi jika infeksi telah menyebar hingga ke
rongga mata sehingga menyebabkan penurunan kemampuan indra
penglihatan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan penderita mengalami
buta permanen.
 Infeksi lain
Meski jarang terjadi, infeksi pada sinus juga dapat menyebar hingga ke tulang wajah
(osteomielitis) atau mastoiditis. Infeksi juga dapat menyebar ke rongga bola mata
(selulitis orbita).

2.9 PENCEGAHAN SINUSITIS


1. Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga dan
memperkuat daya tahan tubuh
2. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus
maupun bakteri
3. Hindari stres
4. Hindari merokok
5. Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas
6. Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker
7. Bersihkan ruang tempat tinggal
8. Istirahat yang cukup
9. Hindari alergen (debu, asp, tembakau) jika diduga menderita alergi

2.10 PENATALAKSANAAN
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan.
Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih dengan
kelembaban yang ideal 45-55%
2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu
3. Analgetik untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan
lebih dari pada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan
rhinitis redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu
lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar dan kering karena arthofi
mukosa dan kerusakan silia
5. Antihistamin jika ada faktor alergi
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup
parah
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang
kronis, otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta
abses orbita atau komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus
ialah untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara
membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi ( I-ESS =
fungsional endoscopi sinus surgery ). Teknologi ballon sinuplasty
digunakan sebagai perawatan sinusitis. Teknologi ini, sama dengan
ballon angioplasty untuk menggunakan kateter balon sinus yang kecil
dan lentur ( fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus,
memulihkan saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-
fungsinya. Ketika balon mengembang ia akan secara perlahan
mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dan saluran
tersebut tanpa merusak jalur sinus.

2.11 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Penyakit sinusitis dapat menyerang pada segala usia terbanyak
pada kelompok usia 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan
perempuan seimbang. Bayi dibawah 1 tahun tidak menderita sinusitis
karena pembentukan sinusnya belum sempurna. Hasil positif pada tes
kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tunggu (62,50%)
dan serpihan kulit manusia (50%).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada klien dengan sinusitis keluhan utama yang timbul seperti
nyeri kepala dan tenggorokan, nyeri dibola mata, demam, ingus
kental dihidung, hidung tersumbat, pusing, penciuman berkurang
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien biasanya pernah mempunyai riwayat penyakit THT, pernah
menderita penyakit akut dan pendarahan pada hidung atau trauma
c. Riwayat kesehatan keluarga
Sinusitis bukan merupakan penyakit keturunan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi
pemeriksaan fisik umum per sistem dan observasi keadaan umum, dan
pemeriksaan TTV.
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 84x/ menit
Td : 120/80mmHg
Bb : 60
Tinggi badan : 170 cm
Rr : 20x/ menit

c. B1-B6
B1 (breathing) : tidak teratur, suara nafas ronkhi
berhubungan dengan adanya secret kental
pada hidung
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : pasien composmentis
B4 (bladder) : normal
B5 ( bowel) : nafsu makan menurun, porsi makan
Menurun dan BB turun
B6 (bone) : kelemahan otot dan malaise
4. Pemeriksaan penunjang
1. Rinoskopi anterior : mukosa merah, mukosa bengkak, mukopus
dimeatus medius
2. Rinoskopi posterior : mukopus nasoparing
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
5. X foto sinus paranasalais: kesuraman, gambaran “airfluidlevel”
penebalan mukosa

B. ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan
daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan
pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses
penyakit. Fungsi analisa data adalah perawat yang menginterprestasi data
yang diperoleh dari pasien atau dati sumber lain, sehingga data yang
diperoleh
memiliki makna dan arti pengambilan keputusan untuk menentukan masalah
keperawatan dan kebutuhan klien. Dalam melakukan analisa data, perawat
harus memperhatikan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Validasi data kembali, teliti kembali data yang dikumpul
b. Identifikasi kesenjangan data
c. Susun kategori data secara sistematik dan logis
d. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien
e. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang yang timbul serta
penyebabnya.
f. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. (Young Jabbar, 2014)

C. DIAGNOGA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret
yang mengental
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nafsu makan menurun
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
D. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri (kepala,tenggorokan) Tujuan : a) Kolaborasi pemberian a) Obat analgesic dapat
berhubungan dengan peningkatan Nyeri yang dirasakan obat analgesic menurunkan atau
tekanan sinus sekunder terhadap klien berkurang atau b) Ajarkan teknik menghilangkan nyeri
peradangan sinus paranasal menghilang dalam waktu distraksi atau b) Teknik distraksi
1x24 jam pengalihan nyeri diharapkan bisa
Kriteria hasil : dengan teknik menurunkan skala
a. Klien relaksasi nyeri setelah
mengungkapkan c) Observasi TTV, pengobatan dengan
nyeri yang keluhan klien dan obat analgesic
dirasakan skala nyeri c) Observasi dilakukan
berkurang atau untuk memastikan
menghilang bahwa nyeri
b. Rr = 16-20xmenit berkurang yang
Td = 117/67 ditandai dengan RR
T = 36 °c dalam skala normal
c. Skala nyeri 2
Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : a) Kolaborasi pemberian a) Nebulizing dapat
berhubungan dengan adanya Jalan nafas kembali nebulising mengencerkan secret
secret yang mengental efektif dalam waktu 10- b) Foto thoraks dada dan berperan sebagai
15 menit serta melakukan bronkodilator untuk
Kriteria hasil : clapping atau vibrasi melebarkan jalan
a. Klien tidak lagi c) Kolaborasi nafas
menggunakan melakukan suction b) Mengetahui letak
pernafasan cuping (pada pasien yang secret dan
hidung mengalami mengakumulasi
b. Tidak ada suara penurunan kesadaran secret di supsternal
nafas tambahan dan tidak mampu sehingga mudah
c. Ronkhi (-) melakukan batuk untuk di drainase
d. Ttv normal efektif) c) Mengeluarkan secret
d) Ajarkan batuk efektif dari paru-paru
(pada pasien yang d) Mengeluarkan secret
tidak mengalami dari jalan nafas
penurunan kesadaran khususnya pada
dan mampu pasien yang tidak
melakukan batuk mengalami
efektif) penurunan gangguan
e) Observasi ttv kesadaran dan bisa
melakukan batuk
efektif
e) Untuk mengetahui
perkembangan
kesehatan klien
Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan : a) Sajikan makanan a) Dengan menu yang
kurang dari kebutuhan Kebutuhan nutrisi klien secara menarik bervariasi dapat
berhubungan dengan nafsu makan kembali terpenuhi dalam dengan menumbuhkan nafsu
menurun waktu 5x24 jam memperhatikan makan klien sehingga
Kriteria hasil : nutrisi yang kebutuhan nutrisi
a. Berat badan lien diperlukan oleh klien klien kembali
kembali seperti b) Catat intake dan terpenuhi
semula (63kg), bb output makanan klien b) Mengetahui
normal 63kg c) Anjurkan makan perkembangan
b. Makanan yang sedikit- sedikit tapi pemenuhan
disajikan selalu sering kebutuhan nutrisi
dihabiskan d) Berikan helath klien
education pentingnya c) Dengan sedikit tapi
makanan bagi proses sering dapat
penyembuhan mengurangi
penekanan pada
lambung
d) Dengan pemahaman
yang baik tentang
nutrisi akan
memotivasi untuk
meningkatkan
pemenuhan nutrisi
Gangguan istirahat tidur Tujuan : a) Kaji kebutuhan klien a) Mengetahui
berhubungan dengan hidung Klien dapat istirahat dan b) Ciptakan suasana permasalahan klien
tersumbat tidur dengan nyaman yang nyaman dalam pemenuhan
Kriteria hasil : c) Kolaborasi pemberian istirahat klien
a. Klien dapat tidur obat tidur b) Dapat tidur dengan
6-8 jam perhari tenang
b. Tidak gelisah c) Agar klin dapat tidur
c. Mata tidak cekung
d. Klien tidak lemes
Hipertermi berhubungan dengan Tujuan : a) Monitoring a) Suhu tubuh harus
reaksi infeksi Suhu kembali dalam perubahan suhu dipantau secara
keadaan normal tubuh efektif guna
Kiteria hasil : b) Berikan kompres mengetahui
a. Suhu tubuh 36,5- hangat perkembangan dan
37,5°C c) Kolaborasi kemajuan dari pasien
b. Kulit hangat dan pemberikan b) Dapat membantu
lembab, membran antipiretik mengurangi demam
mukosa lembab c) Mengurangi demam
dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme dan
autodestruksi dari sel-
sel terinfeksi
E. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan perwujudan atau realisasi dari
perencanaan yang telah disusun. Implementasi pada tinjauan pustaka
belum dapat direalisasikan karena hanya membahas terori asuhan
keperawatan, sedangkan pada kasus nyata implementasi telah disusun dan
direalisasikan pada pasien dengan pendokumentasian dan intervensi
keperawatan. Implementasi rencana keperawatan dilakukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi untuk pelaksanaan diagnose pada kasus tidak
semua sama pada tinjauan pustaka, hal ini karena disesuaikan dengan
keadaan pasien yang sebenarnya.
Dalam melaksanakan ini pada faktor penunjang maupun faktor
penghambat yang penulis alami. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan
keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama yang baik dari perawat
maupun dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan
prasarana diruangan yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dan penerimaan adanya penulis, serta bimbingan dari perawat
senior diruangan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir.

F. EVALUASI
Pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat
diketahui keadaan pasien dan masalah secara langsung. Pada akhir
evaluasi semua tujuan dapat tercapai sebagian karena adanya kerjasama
yang baik antara pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya. Hasil
evaluasi pada Tn. S belum sesuai harapan masalah teratasi sebagian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :Syahban Ali
Tempat, tanggal lahir : Padang Sidempuan, 23-03-1990
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 33 tahun
Alamat : DSN 1 Desa Ledong Timur
Agama : Agama
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 173 cm
Ruangan : Shafa
Diagnosa medis : Sinusitis
Pengkajian tanggal : 25 Januari 2023
No. Rm : 315267

2. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada hidung, hidung berair selama satu bulan
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada hidung disertai sakit
kepala
4. Riwayat penyakit dahulu
Sakit kepala
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan kondisi lingkungan rumah cukup bersih
7. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 118/66
N : 71
RR: 20x/menit
S : 36°C
8. Terapi
IVFD RL : 20 tts/i
IV Cefftriaxone 1 gr/ 12 jam
IV Dexametason 1 ampul / 12 jam
IV Ranitidin 1 ampul / 12 jam
IV Ketorolax 1 ampul / 8 jam
Asam Tranexamat 1 ampul / 8 jam

3.2 ANALISA DATA


NO. Data Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengeluh Inflamasi pada sinus Nyeri akut
nyeri di hidung dan frontal
kepala
DO : Pasien tampak
gelisah
TTV :
TD : 118/66
N :71
RR :20x/menit
S : 36°C
2. DS : pasien mengeluh Rasa tidak nyaman Gangguan istirahat
tidak bisa tidur dengan karena hidung tidur
nyenyak tersumbat
DO : gelisah, lemas mata
cowong tidur kurang dari
6-8 jam perhari
3. DS : pasien mengeluh Nafsu makan Gangguan pemenuhan
tidak nafsu makan menurun nutrisi kurang dari
DO : penurunan berat kebutuhan
badan
TTV :
TD : 118/66
N :71
RR :20x/menit
S : 36°C

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi pada sinus frontal
2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena
hidung tersumbat
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nafsu makan menurun

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


Nyeri akut Tujuan : a) Kolaborasi
berhubungan dengan Nyeri yang dirasakan pemberian obat
inflamasi pada sinus klien berkurang atapun analgesic
frontal hilang selama 1x24 jam b) Observasi ttv,
Kriteria hasil : keluhan klien dan
a. Klien skala nyeri
mengungkapkan
nyeri yang
dirasakan
berkurang atau
menghilang
b. Skala nyeri 3
Gangguan istirahat Tujuan : a) Kaji kebutuhan
tidur berhubungan Klien dapat istirahat dan tidur klien
dengan rasa tidak tidur dengan nyaman b) Ciptakan suasana
nyaman karena hidung Kriteria hasil : yang nyaman
tersumbat a. Klien dapat tidur c) Kolaborasi
6-8 jam perhari pemberian obat
b. Tidak gelisah tidur
c. Mata tidak cowong
d. Klien tidak lemas
Gangguan pemenuhan Tujuan : a) Sajikan makanan
nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi klien sesuai yang
kebutuhan kembali terpenuhi dalam diperlukan oleh
berhubungan dengan waktu 5x24 jam klien
nafsu makan menurun Kriteria hasil : b) Catat intake dan
a. Berat badan klien output makanan
kembali seperti klien
semula/BB normal
b. Makanan yang
disajikan selalu
dihabiskan
3.4 IMPLEMENTASI EVALUASI
No. Tanggal pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. 24 Januari 2023 Nyeri akut berhubungan dengan a. Memonitor vital sign S : pasien mengatakan
inflamasi pada sinus frontal b. Menganjurkan nyeri pada hidung
teknik relaksasi O : Td : 125/70
c. Mengkaji skala nyeri Hr : 89 x/ menit
d. Nafas dalam Rr : 20 x/ menit
e. Kolaborasi dengan T : 36°C
dokter A : nyeri akut
P : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan masalah
teratasi
2. 24 Januari 2023 Gangguan istirahat tidur a. Pantau ttv / 8 jam S : pasien mengeluh nyeri
berhubungan dengan rasa tidak b. Kaji skala nyeri dihidung dan sakit kepala
nyaman karena hidung c. Kaji kebutuhan tidur O : Td : 122/79
tersumbat klien Hr : 87 x/ menit
Rr : 21 x/ menit
T : 37°C
A : nyeri akut
P : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan masalah
teratasi
3. 24 Januari 2023 Gangguan pemenuhan nutrisi a. Pantau ttv S : pasien mengatakan
kurang dari kebutuhan b. Kaji kebutuhan nyeri pada hidung dan
berhubungan dengan nafsu makan klien tidak nafsu makan
makan menurun c. Berikan makanan O : Td : 124/86
yang dibutuhkan Hr : 89 x/menit
oleh klien Rr : 20 x/menit
d. Kolaborasi dengan T : 36°C
dokter A : nyeri akut
P : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan masalah
teratasi
4. 25 Januari 2023 Nyeri akut berhubungan dengan a. Memonitor vital sign S : pasien mengatakan
inflamasi pada sinus frontal b. Menganjurkan nyeri pada hidung
teknik relaksasi O : Td : 125/70
c. Mengkaji skala nyeri Hr : 89 x/ menit
d. Nafas dalam Rr : 20 x/ menit
e. Kolaborasi dengan T : 36°C
dokter A : nyeri akut
P : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan masalah
teratasi
5. 25 Januari 2023 Gangguan istirahat tidur a. Pantau ttv / 8 jam S : pasien mengeluh nyeri
berhubungan dengan rasa tidak b. Kaji skala nyeri dihidung dan sakit kepala
nyaman karena hidung c. Kaji kebutuhan tidur O : Td : 122/79
tersumbat klien Hr : 87 x/ menit
Rr : 21 x/ menit
T : 37°C
A : nyeri akut
P : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan masalah
teratasi
6. 25 Januari 2023 Gangguan pemenuhan nutrisi a. Pantau ttv S : pasien mengatakan
kurang dari kebutuhan b. Kaji kebutuhan nyeri pada hidung dan
berhubungan dengan nafsu makan klien tidak nafsu makan
makan menurun c. Berikan makanan O : Td : 124/86
yang dibutuhkan Hr : 89 x/menit
oleh klien Rr : 20 x/menit
d. Kolaborasi dengan T : 36°C
dokter A : nyeri akut
P : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan masalah
teratasi
7. 26 Januari 2023 Nyeri akut berhubungan dengan a. Memonitor vital sign S : pasien mengatakan
inflamasi pada sinus frontal b. Menganjurkan nyeri pada hidung
teknik relaksasi O : Td : 125/70
c. Mengkaji skala nyeri Hr : 89 x/ menit
d. Nafas dalam Rr : 20 x/ menit
e. Kolaborasi dengan T : 36°C
dokter A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan

8 26 Januari 2023 Gangguan istirahat tidur a. Pantau ttv / 8 jam S : pasien mengeluh nyeri
berhubungan dengan rasa tidak b. Kaji skala nyeri dihidung dan sakit kepala
nyaman karena hidung c. Kaji kebutuhan tidur O : Td : 122/79
tersumbat klien Hr : 87 x/ menit
Rr : 21 x/ menit
T : 37°C
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
9. 26 Januari 2023 Gangguan pemenuhan nutrisi a. Pantau ttv S : pasien mengatakan
kurang dari kebutuhan b. Kaji kebutuhan nyeri pada hidung dan
berhubungan dengan nafsu makan klien tidak nafsu makan
makan menurun c. Berikan makanan O : Td : 124/86
yang dibutuhkan Hr : 89 x/menit
oleh klien Rr : 20 x/menit
d. Kolaborasi dengan T : 36°C
dokter A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
10. 27 Januari 2023 Nyeri akut berhubungan dengan a. Memonitor vital sign S : pasien mengatakan
inflamasi pada sinus frontal b. Menganjurkan nyeri pada hidung sudah
teknik relaksasi mulai menghilang
c. Mengkaji skala nyeri O : Td : 125/70
d. Nafas dalam Hr : 89 x/ menit
Kolaborasi dengan Rr : 20 x/ menit
dokter T : 36°C
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi
sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis
etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri.
Sampai saat ini belum ada persesuain pendapat mengenai fisiologi
sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat
pertumbuhan tulang muka.
Pencegahan pada penyakit sinusitis rajin berolahraga, karena tubuh
yang sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri. Hindari stres
merok dan lain-lain.

4.2 SARAN
Dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan diagnosa
SINUSITIS.
DAFTAR PUSTAKA

Scribd.(2012).Asuhan keperawatan sinusitis. Diakses pada 27 Januari 2023, dari


https://www.scribd.com/doc/99958435/asuhan-keperawatan-sinusitis#

Scribd. (2021). Asuhan Keperawatan Sinusitis. Diakses pada 27 Januari 2023, dari
https://www.scribd.com/document/516400826/ASUHAN-KEPERAWATAN-
SINUSITIS

Adelan, Evie Nurainy, dkk. (2016). Makalah Sensori Persepsi Asuhan


Keperawatan Pada Kelainan Sistem Penciuman Pada Penyakit Sinusitis. Diakses
pada 27 Januari 2023, dari
https://www.academia.edu/24067831/
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_Sinusitis

Anda mungkin juga menyukai