Fakultas Kedokteran
REFERAT
RHINOSINUSITIS
Pembimbing :
Disusun Oleh :
KEPANITERAAN KLINIK
Salam sejahtera, syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dari Nya, saya berhasil menyelesaikan tugas referat ini. Semua ini tidak mungkin
bisa saya lakukan jika hanya degan kemampuan diri saya sendiri. Ucapan penghargaan dan
terima kasih juga saya ucapkan kepada ketiga pembimbing saya saat koas ini yaitu dr. Hj.
Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL, dr. Tantri Kurniawati, Sp. THT-KL., M.Kes, dan dr. Zulrafli,
Sp. THT-KL, karena bantuan dan bimbingan dari mereka, saya bisa menentukan isi yang harus
ditulis dalam referat ini. Beliau semua, selaku pembimbing koas saya, telah membantu saya
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kesehatan telinga, tenggorok dan leher,
sehingga saya bisa mengerti lebih dalam lagi tentang ilmu THT ini.
Saya berharap dengan referat yang telah saya siapkan ini bisa membantu para pembaca,
bukan hanya dari kalangan medis tetapi orang awam juga, bisa mengerti dan memberikan
manfaat dalam hidup mereka. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk
membaca referat ini. Saya juga memohon maaf jika ada bahasa yang kurang menyenangkan
yang tidak sengaja saya tulis dalam referat ini. Sekian dan terima kasih. Tuhan memberkati.
29 April 2016,
Penulis
Rhinosinusitis 2
DAFTAR ISI
Rhinosinusitis 3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal. Definisi lain
menyebutkan, sinusitis adalah inflamasi dan pembengkakan membrana mukosa sinus
disertai nyeri lokal. Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis
maxilla, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid.Bila mengenai
beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus disebut
paranasal sinusitis.
Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh infeksi
bakteri.Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinusetmoid dan
maksila.Yang berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan
intrakranial.Komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor
predisposisi yang tak dapat dihindari.
Tatalaksana dan pengenalan dini terhadap sinusitis ini menjadi penting karena
hal diatas.Terapi antibiotik diberikan pada awalnyadan jika telah terjadi hipertrofi, mukosa
polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi.
2. Rumusan Masalah
Referat ini membahas mengenai sinusitis dengan komplikasinya meliputi anatomi
dan fisiologi sinus paranasal, definisi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, diagnosis,
pentalaksanaan dan komplikasi sinusitis.
3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari penyakit sinusitis
b. Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan penyakit sinusitis
4. Metode Penulisan
Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai
literatur.
BAB II
Rhinosinusitis 4
TINJAUAN PUSTAKA
- Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahirsinus
maksila bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan
akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila
berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila
yang disebut fossa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-
temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung,
dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus
Rhinosinusitis 5
alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding
medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
1
Dasar dari sinus maksila sangat berdekatan dengan rahang gigi atas,
yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring
(C) dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gig tersebut dapat menonjol ke dalam
sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis. 1
Suplai darah terbanyak melalui cabang dari arteri maksilaris. Inervasi
mukosa sinus melalui cabang dari nervus maksilaris. 2
- Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan
keempat fetus, berasal dari sel – sel resessus frontal atau dari sel – sel
infundibulum etmoid. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya
2,4 cm, dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat – sekat dan tepi
sinus berlekuk – lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis
dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah
menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang
terletak di resessus frontal. Resessus frontal adalah bagian dari sinus etmoid
anterior. 1
Suplai darah diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri supratrochlear
yang berasal dari arteri oftalmika yang merupakan salah satu cabang dari arteri
carotis interna. Inervasi mukosa disuplai oleh cabang supraorbital dan
supratrochlear cabang dari nervus frontalis yang berasal dari nervus trigeminus.
2
- Sinus Etmoid
Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di
bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4,5 cm, tinggi 2,4 cm,
dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior. Sinus
etmoid berongga – rongga, terdiri dari sel – sel yang menyerupai sarang tawon,
yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantara
konka media dan dinding medial orbita. Sel – sel ini jumlahnya bervariasi antara
4 – 17 sel (rata – rata 9 sel).
Rhinosinusitis 6
Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid
anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang
bermuara di meatus superior. Sel – sel sinus etmoid anterior biasanya kecil –
kecil dan banyak, letaknya dibawah perlekatan konka media, sedangkan sel –
sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan
terletak di postero-superior dari perlekatan konka media. Di bagian terdepan
sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resessus frontal, yang
berhubungan dengan sinus frontal. Atap sinus etmoid yang disebut fovea
etmoidalis berbatasan dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus adalah
lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga
orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus
sfenoid.
Suplai darah berasal dari cabang nasal dari arteri sphenopalatina.
Inervasi mukosa berasal dari divisi oftalmika dan maksilaris nervus trigeminus.
2
- Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.
Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm.
Volumenya bervariasi dari 5 – 7,5 ml.
Batas- batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan
kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan
dengan sinus kavernosus dan a. karotis interna dan di sebelah posteriornya
berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.
Atap sinus sfenoid diperdarahi oleh a.ethmoid posterior, sedangkan
bagian lainnya mendapat aliran darah dari a.sfenopalatina.Aliran vena melalui
v.maksilaris ke v.jugularis dan pleksus pterigoid.sinus sfenoid dipersarafi oleh
cabang n V.1 dan V.2. n.nasociliaris berjalan menuju n.etmoid posterior dan
mempersarafi atap sinus. Cabang-cabang n.sfenopalatina mempersarafi dasar
sinus. 2
Rhinosinusitis 7
Gambar 1. Anatomi Sinus Paranasal3
Kompleks Ostiomeatal
Kompleks ostiomeatal dideskripsikan sebagai area yang terdapat di dinding
lateral hidung dimana terdapat meatus medius yang merupakan muara dari sinus
paranasalis (kecuali sinus sfenoid). Adanya sedikit kelainan (contoh: variasi
anatomi, pembengkakan mukosa) dapat menghambat ventilasi di daerah ini, yang
mengakibatkan rangkaian kelainan di sinus paranasalis.
Struktur fungsional dari kompleks ini terdiri dari prosesus uncinatus, hiatus
semilunaris, resesus frontalis, bulla ethmoid, infundibulum ethmoid dan muara dari
sinus maksila. 1
Gambar 2. Anatomi Kompleks Ostio-Meatal4
Rhinosinusitis 8
1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk
pertukaran udara total dalam sinus.
3. Sinusitis
a. Definisi
Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal.Umumnya disertai atau dipicu
oleh rhinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis. Definisi lain menyebutkan, sinusitis
adalah inflamasi dan pembengkakan membrana mukosa sinus disertai nyeri lokal. Sesuai
anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis maxilla, sinusitis ethmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid.Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus disebut pansinusitis. 5
Rhinosinusitis 9
Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maxilla dan sinusitis ethmoid,
sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang ditemukan.Pada anak hanya
sinus maxilla dan sinus ethmoid yang berkembang sedangkan sinus frontal dan sinus
sphenoid mulai berkembang pada anak berusia kurang lebih 8 tahun.5
Sinus maxilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena (1)
merupakan sinus paranasal terbesar, (2) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sehingga
sekret dari sinus maxilla hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus maxilla adalah
dasar akar gigi (processus alveolaris), sehingga infeksi pada gigi dapat menyebabkan
sinusitis maxilla, (4) ostium sinus maxilla terletak di meatus medius, di sekitar hiatus
semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat. 5
Terdapat beberapa gejala dan tanda yang bisa membedakan antara sinusitis akut,
sinusitis subakut dan sinusitis kronis.Seperti radang-radang akut timbul sebagai gejala
sinusitis akut, hilangnya tanda radang akut dan perubahan histologik mukosa sinus masih
reversible adalah tanda bagi sinusitis subakut dan dikatakan sinusitis kronis ditandai
dengan perubahan histologik mukosa irreversible, misalnya sudah berubah menjadi
jaringan granulasi atau polipoid. 5
Gambar 3. Sinusitis6
Rhinosinusitis 10
b. Epidemiologi
Setiap 1 dari 7 orang dewasa di Amerika Serikat dideteksi positif sinusitis dengan
lebih dari 30 juta manusia didiagnosa sinusitis setiap tahun.Sinusitis lebih sering terjadi
dari awal musim gugur dan musim semi.Insiden terjadinya sinusitis meningkat seiring
dengan meningkatnya kasus asma, alergi, dan penyakit traktus respiratorius
lainnya.Perempuan lebih sering terkena sinusitis dibandingkan laki-laki karena mereka
lebih sering kontak dengan anak kecil.Angka perbandingannya 20% perempuan
disbanding 11.5% laki-laki. Sinusitis lebih sering diderita oleh anak-anak dan dewasa
muda akibat rentannya usia ini dengan infeksi Rhinovirus. 7
c. Etiologi
Seperti yang diketahui, terdapat banyak faktor menjadi penyebab sesuatu penyakit
timbul, antaranya faktor internal seperti daya tahan tubuh yang menurun akibat defisiensi
gizi yang menyebabkan tubuh rentan dijangkiti penyakit dan faktor eksternal seperti
perubahan musim yang ekstrim, terpapar lingkungan yang tinggi zat kimiawi, debu, asap
tembakau dan lain-lain. 7
i. Virus
Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas, infeksi
virus yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang
sinus.Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan mukosa hidungdan
penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat meluas ke sinus.
Antara agen virus tersering menyebabkan sinusitis antara lain: rhinovirus,
influenza virus, parainfluenza virus dan adenovirus. 8
ii. Bakteri
Organisme penyebab tersering sinusitis akut mungkin sama dengan
penyebab otitis media. Yang sering ditemukan antara lain Streptococcus
pneumonia, Haemophilus influenza, Branhamella cataralis, Streptococcus alfa,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Penyebab dari sinusitis
kronik hampir sama dengan bakteri penyebab sinusitis akut. Namun karena
sinusitis kronik berhubungan dengan drainase yang kurang adekuat ataupun
Rhinosinusitis 11
fungis mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung
bersifat oportunistik, dimana prpporsi terbesar merupakan bakteri anaerob
(Peptostreptococcus, Corynebacterium, Bacteroides, dan Veillonella). 8
iii. Jamur
Biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes, tetapi immunosupresif,
dan immunodefisiensi misalnya pada penderita AIDS.Jamur penyebab infeksi
biasanya berasal dari genus Aspergillus dan Zygomycetes. 9
d. Predisposisi
Sinusitis lebih sering disebabkan adanya factor predisposisi, seperti :
gangguan fisik akibat kekurangan gizi, kelelahan, atau penyakit sistemik.
gangguan faal hidung oleh karena rusaknya aktivitas silia oleh asap rokok,
polusi udara, atau karena panas dan kering.
Kelainan anatomi yang menyebabkan gangguan saluran seperti : atresia atau
stenosis koana, deviasi septum, hipertrofi konka media, polip yang dapat terjadi
pada 30% anak yang menderita fibrosis kistik, tumor atau neoplasma, udem
mukosa karena infeksi atau alergi, benda asing.
Berenang dan menelam pada waktu sedang pilek.
Trauma yang menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal.
Kelainan imunologi didapat seperti imunodefisiensi karena leukemia dan
imunosupresi oleh obat.10
e. Diagnosis
i. Anamnesis
Rhinosinusitis 12
Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa
tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post
nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.5
Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri
khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (reffered
pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di belakang ke
dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala
menandakan sinusitis frontal.Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di verteks,
oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-
kadang ada nyeri alih ke gig dan telinga. 5
Keadaan mukosa hidung dan sekresinya harus diperiksa. Mukosa yang merah
dan membengkak terlihat pada kasus rhinitis dan sinusitis, concha yang pucat
menandakan adanya rhinitis akut.
Pada saat terjadi infeksi saluran pernapasan, awalnya sekret terlihat jernih dan
cair, tetapi setelah beberapa hari sekret dapat menjadi lebih tebal dan berwarna
kuning kehijauan.Sekret purulen yang terdapat di meatus medius dan bertahan
selama lebih dari 10 hari merupakan karakteristik dari sinusitis.Eksudat purulen di
meatus medius dipercaya menjadi tanda khas dari sinusitis bakterialis, tetapi
Rhinosinusitis 13
mungkin sulit dinilai tanpa diberikan dekongestan dan vasokonstriktor.Ketiadaan
eksudat purulen tidak menyingkirkan adanya diagnosis sinusitis.
Dalam menilai pasien dengan sinusitis rekuren, pada pemeriksaan fisik harus
dicai tanda-tanda adanya imunodefisiensi, komplikasi dar infeksi primer (contoh:
mastoiditis, orbital celllulitis), pertumbuhan yang buruk pada anak, disfungsi sillia,
dan abnormalitas anatomi.
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis untuk mendapatkan informasi dan untuk mengevaluasi
sinus paranasal adalah; pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi yang khas,
pemeriksaan tomogram dan pemeriksaan CT-Scan.Dengan pemeriksaan radiologis
tersebut para ahli radiologi dapat memberikan gambaran anatomi atau variasi anatomi,
kelainan-kelainan patologis pada sinus paranasalis dan struktur tulang sekitarnya,
sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih dini.13
Rhinosinusitis 14
Pemeriksaan foto polos kepala adalah pemeriksaan yang paling baik dan paling
utama untuk mengevaluasi sinus paranasal.Karena banyaknya unsur-unsur tulang dan
jaringan lunak yang tumpang tindih pada daerah sinus paranasal, kelainan-kelainan
jaringan lunak, erosi tulang kadang-kadang sulit dievaluasi.Pemeriksaan ini dari sudut
biaya cukup ekonomis dan pasien hanya mendapat radiasi yang minimal.
- penebalan mukosa
- air fluid level (kadang-kadang)
- perselubungan homogen pada satu atau lebih sinus para nasal
- penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik)
Rhinosinusitis 15
Gambar 5. Air fluid level pada Sinus Maxilla (foto lateral) 14
Rhinosinusitis 16
Gambar 7. Foto kepala posisi submentoverteks14
e. Foto Rhese
Posisi Rhese atau oblique dapat mengevaluasi bagian posterior sinus
ethmoidalis, kanalis optikus, dan lantai dasar orbita sisi lain. 13
Pemeriksaan CT-Scan
Rhinosinusitis 17
Gambar 8. Foto normal CT- Scan Sinus Maxilla13
Gambar 9. Foto CT scan posisi coronal memperlihatkan gambaran sinusitis maxilla dengan
penebalan dinding mukosa di sinus maxilla kanan. 16
Gambar 10. Foto CT-Scan axial memperlihatkan gambaran sinusitis ethmoid dan sphenoid
dextra dengan destruksi dinding lateral sinus sphenoid dextra7
Pemeriksaan MRI
Rhinosinusitis 18
yang tinggi, penggambaran tulang yang kurang, dan biaya yang mahal. MRI
membutuhkan waktu lama dalam penyelesaiannya dibandingkan dengan CT Scan
yang relatif cukup cepat dan sulit dilakukan pada pasien klaustrofobia.15
Gambar 12. Foto MRI menunjukkan ekstensi intraorbital sinus ethmoid bagian kanan18
2. Pemeriksaan mikrobiologis
Biakan yang berasal dari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih
akurat dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior.Namun
demikian, pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit.Biakan bakteri spesifik
pada sinusitis dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena.Seringkali
diberikan suatu antibiotik yang sesuai untuk membasmi mikroorganisme yang lebih
umum untuk penyakit ini.
Rhinosinusitis 19
Pada sinusitis akut dan kronik sering terlibat lebih dari satu jenis bakteri.
Dengan demikian untuk menentukan antibiotik yang tepat harus diketahui benar jenis
bakterinya penyebab sinusitisnya. Pemeriksaan kultur terhadap sekret sinus maksila
mendapatkan kuman aerob terbanyak adalah Streptokokus pneumonia (18 kasus -
45%), diikuti Pseudomonas sp 8 kasus (20%), Streptokokus piogenes dan Klebsiela
pneumonia masing-masing 5 kasus (12,5%) dari 40 sampel penelitian pada tahun 2007.
Pada penelitian ini tidak dijumpai lebih dari 1 kuman aerob pada satu sediaan.
3. Sinuskopi
Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan informasi akurat
tentang perubahan mukosa sinus, jumlah sekret yang ada di dalam sinus, dan letak dan
keadaan dari ostium sinus.
f. Klasifikasi sinusitis
Klasifikasi secara klinis untuk sinusitis dibagi atas sinusitis akut, subakut, dan
kronis.Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi atas sinusitis tipe rinogen
dan sinusitis tipe dentogen.Sinusitis tipe rinogen terjadi disebabkan kelainan atau
masalah di hidung dimana segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung
dapat menyebabkan sinusitis. Sinusitis tipe dentogen terjadi disebabkan kelinan gigi,
dimana yang sering menyebabkan sinusitis adalah infeksi pada gigi geraham atas yaitu
gigi premolar dan molar.10
1. Sinusitis akut
Rhinosinusitis 20
Sinusitis akut biasanya dimulai dari infeksi saluran pernafasan atas oleh virus
yang melebihi 10 hari.Organisme yang umum menyebabkan sinusitis akut termasuk
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella catarrhalis. Diagnosis
dari sinusitis akut dapat ditegakkan ketika infeksi saluran nafas atas oleh virus tidak
semubuh selama 10 hari atau memburuk setelah 5 – 7 hari.17
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama sinusitis akut adalah hidung tersumbat
disertai rasa nyeri atau rasa tekanan pada muka dan ingus purulent, yang sering sekali
turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat juga disertai gejala sistemik seperti demam
dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena, merupakan ciri
khas sinusitis akut, serta kadang – kadang nyeri juga dirasakan di tempat lain (reffered
pain). Nyeri pipi, gigi, dahi dan depan telinga menandakan sinusitis maksilaris. Nyeri di
dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontalis.Pada sinusitis sfenoid, nyeri
dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata, dan daerah mastoid. Gejala lain adalah
sakit kepala, hiposmia, anosmia, halitosis, post nasal drip yang menyebabkan batuk dan
sesak pada anak.19
Sinusitis maksilaris
Sinus maksila disebut juga Antrum Highmore, merupakan sinus yang
sering terinfeksi oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2)
letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drainase) dari
sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus maksila adalah
dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan
sinusitis maksilaris, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius di
sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.19
Pada peradangan aktif sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya sesuai
dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah
kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi.nyeri alih
dirasakan di dahi dan depan telinga.19
Rhinosinusitis 21
Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi nyeri pada gerakan kepala
mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga.Seringkali terdapat nyeri
pipi khas yang tumpul dan menusuk.Secret mukopurulen dapat keluar dari
hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali
ada.19
Sinusitis etmoidalis
Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali
bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Karena dinding lateral labirin etmoidalis
(lamina papirasea) seringkali merekah dan karena itu cenderung lebih sering
menimbulkan selulitis orbita.19
Pada dewasa seringkali bersamaan dengan sinusitis maksilaris serta
dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat dielakkan.Gejala
berupa nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung,
drainase, dan sumbatan hidung.19
Sinusitis frontalis
Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama – ama dengan
infeksi sinusitis etmoidalis anterior.Penyakit ini terutama ditemukan pada
dewasa, dan selain gejala infeksi yang umum, pada sinusitis frontalis terdapat
nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari
dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan – lahan mereda
hingga menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri
bila disentuh, dan mungkin terdapat pembengkakan supraorbital. Tanda
patognomonik adalah nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah
sinus yang terinfeksi.19
Sinusitis sfenoidalis
Pada sinusitis sfenoidalis rasa nyeri terlokalisasi di vertex, oksipitalm di
belakang bola mata dan di daerah mastoid. Namun penyakit ini lebih lazim
menjadi bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya sering menjadi satu
dengan gejala infeksi sinus lainnya.19
2. Sinusitis Subakut19
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda – tanda radang
akutnya (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda. Pada rinoskopi
anterior tampaj secret meatus medius atau superior.Pada rinoskopi posterior
Rhinosinusitis 22
tampak secret purulent nasofaring.Pada pemeriksaan transluminasi tampak
sinus yang sakit, suram, atau gelap.
3. Sinusitis Kronik19
Sinusitis kronis berbeda dengan sinusitis akut dalam berbagai aspek,
umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja.Harus
dicari factor penyebab dan factor predisposisinya.
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa
hidung.Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi dan defisiensi
imunologik, sehingga mempermudah terjadinya infeksi menjadi kronis apabila
pengobatan sinusitis akut tidak sempurna.
Gejala yang timbul diantaranya (1) terdapat skeret pada hidung dan post
nasal drip yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya sedikit tersumbat,
(2) rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan, (3) pendengaran terganggu
karena adanya sumbatan tuba eustachius, (4) nyeri atau sakit kepala, (5) gejala
pada mata klarena penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis, (6) gejala
di saluran cerna karena mukopus tertelan sehingga menyebabkan
gastroenteritis.
Temuan pemeriksaan fisik tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat
pemebengkakan pada wajah.Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan secret
kental, purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat juga ditemukan
polip, tumor, atau komplikasi sinusitis lainnya.Rinoskopi posterior tampak
secret purulent di nasofaring atau turun ke tenggorok.
4. Sinusitis Dentogen1
Rhinosinusitis 23
e. Patofisiologi5
Sinus paranasal ditemukan normal steril dalam keadaan fisiologis. Sekresi
yang dihasilkan oleh sinus dialirkan melalui silia melalui ostia dan keluar melalui rongga
hidung.Mukus yang dihasilkan juga mengandung substansi antimikroba dan zat-zat
yang berfungsi untuk mekanisme pertahanan tubuh.Pada orang normal, laju sekresi
selalu menuju ke ostia yang mencegah adanya kontaminasi pada ruang sinus. Ostium
sinus maksilaris hanya berdiameter 2,5mm, apabila ada edema mukosa sebesar 1-3mm,
akan menyebabkan kongesti (dapat disebabkan oleh alergi, virus iritasi bahan
kimia) dan obstruksi dari sekresi sinus.Keadaan ini menimbulkan tekanan
negatif di dalam sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi serosa.
Mukus yang terhambat ini, apabila terinfeksi akan menyebabkan sinusitis. Ada
hipotesa mekanis yang mengatakan bahwa karena rongga sinus ini berhubungan
dengan rongga hidung, maka koloni bakteri dari nasofaring dapat menginfeksi rongga
sinus.Patofisiologi dari rhinosinusitis berhubungan dengan 3 faktor, yaitu :
Obstruksi dari ostia sinus mencegah drainase yang baik.ostia dapat tertutup oleh
pembengkakan mukosa atau karena penyebab lokal (trauma, rinitis),dapat juga oleh
reaksi inflamasi yang disebabkan oleh penyakit sistemik dan gangguan imunitas.
Rhinosinusitis 24
Obstruksi mekanik yang disebabkan oleh polip hidung, benda asing, septum deviasi
atau tumor juga dapat menyebabkan obstruksi ostia.Biasanya, batas mukosa yang
edematous memiliki penampilan bergigi, tetapi dalam kasus yang parah, mukus
dapat benar-benar mengisi sinus, sehingga sulit untuk membedakan prosesalergi
dari sinusitis infeksi. Secara karakterisitik, semua sinus paranasal dan konka yang
berdekatan membengkak. Air fluid level dan erosi tulang tidak ditemukan
pada sinusitis alergi ringan, tetapi pembengkakan mukosa disertai buruknya
drainase sinus dapat dicuragai adanya infeksi sekunder bakteri.
Rhinosinusitis 25
Gambar 14. Patogenesis Sinusitis20
f. Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi
dan mencegah akut menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di
kompleks ostio-meatal (KOM) sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara
alami.5
i. Penatalaksanaan Medis
Karena sebagian besar infeksi sinusitis supuratif akut disebabkan oleh
organisme gram-positif yang kebanyakannya Diplococcus pneumonia, Staphylococcus
aureus, Steptococcus (grup A,B,dan D), dan Heamophilus influenza (gram negatif)
Rhinosinusitis 26
disertai hospes organisme anaerob, maka terapi terpilihnya penisilin G. Penisilin G juga
merupakan pilihan yang baik terapi awal dan definitive untuk kokus gram negatif, basal
gram positif dan gram negative. Ini kunci utama penatalaksanaan medis pada sinusitis
supuratif akut. Untuk H.influenza, diindikasikan pemberian ampisilin. 22
Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki drainase dan
pembersihan secret dari sinus. Untuk sinusitis maxillaris dilakukan pungsi dan irigasi
sinus, sedangkan untuk sinusitis ethmoidalis frontalis dan sinusitis sphenoidalis
dilakukan tindakan pencucian Proetz.Irigasi dan pencucian dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Bila setelah 5 atau 6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak
secret purulen, maka perlu dilakukan bedah radikal.5
1. Pembedahan Radikal
Pembedahan radikal yaitu pengangkatan mukosa yang patologik dan
membuat drainase dari sinus yang terkena.Untuk sinus maxillaris dilakukan
operasi Caldwell-luc, sedangkan untuk sinus ethmoidalis dilakukan
ethmoidektomi yang bisa dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dari luar
(ekstranasal).Drainase sekret pada sinus frontalis dapat dilakukan dari dalam
hidung (intranasal) atau dari luar (ekstranasal) seperti dalam operasi Kilian.
Drainase sinus sphenoidalis dilakukan dari dalam hidung (intranasal).5
2. Pembedahan Non-Radikal
Rhinosinusitis 27
Akhir-akhir ini dikembangkan metode operasi sinus paranasal dengan
menggunakan endoskop yang disebut Bedah Sinus Endoskop Fungsional
(BSEF).Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks
ostiomeatal yang menjadi sumber sumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan
drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian
mukosa sinus akan kembali normal. 5
g. Komplikasi
Komplikasi sinusitis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila tidak
mendapatkan penanganan yang baik dan adekuat. Letak sinus paranasal yang berdekatan
dengan mata dan kranial sangat berperan pada infeksi sinusitis akut ataupun kronik.5
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya komplikasi antara lain
karena terapi yang tidak adekuat, daya tahan tubuh yang rendah, virulensi kuman dan
penanganan tindakan operatif (yang seharusnya) terlambat dilakukan5.
i. Komplikasi ke mata
Secara anatomi perbatasan daerah mata dan sinus sangat tipis: batas medial
sinus ethmoid dan sphenoid, batas superior sinus frontal dan batas inferior sinus
maxilla. Sinusitis merupakan salah satu penyebab utama infeksi orbita. Pada era pre
antibiotik hampir 50% terjadi komplikasi ke mata, 17% berlanjut ke meningen dan
20% terjadi kebutaan. 8,22
Komplikasi ke orbita dapat terjadi pada segala usia, tetapi pada anak-anak
ebih sering. Intervensi tindakan operatif lebih banyak dilakukan pada anak-anak
yang lebih besar dan dewasa.Ethmoiditis sering menimbulkan komplikasi orbita,
diikuti sinusitis frontal dan maxilla. 5
Rhinosinusitis 28
1. Osteomielitis
Penyebaran infeksi melalui anyaman pembuluh darah ke tulang kranium
menyebabkan osteitis yang akan mengakibatkan erosi pada bagian anterior tulang
frontal. Gejala tampak odem yang terbatas pada dahi di bawah kulit dan
penimbunan pus di superiosteum. 8,22
2. Epidural abses
Terdapat timbunan pus diantara duramater dan ruang kranium yang sering
tampak pada tulang frontal dimana duramater melekat longgar pada tulang
dahi.Gejala sangat ringan, tanpa ada gangguan neurologi, ada nyeri kepala yang
makin lama dirasakan makin berat dan sedikit demam. 8
3. Subdural empiema
Terjadi karena retrograde tromboplebitis ataupun penyebaran langsung
dari abses epidural. Gejala nyeri kepala hebat, ada tanda-tanda iskemik/infark
kortek seperti hemiparesis, hemiplegi, paralisis n.Facialis, kejang, peningkatan
tekanan intrakranial, demam tinggi, lekositosis dan akhirnya kesadaran menurun.8
4. Abses otak
Lokasi di daerah frontal paling sering disebabkan sinusitis frontal dengan
penyebaran retrograde, septik emboli dari anyaman pembuluh darah. Bila abses
timbul perlahan, gejala neurologi tak jelas tampak, bila odem terjadi di sekitar
otak, tekanan intrakranial akan meningkat, gejala-gejala neurologi jelas tampak,
ancaman kematian segera terjadi bila abses ruptur. 8
5. Meningitis
Sinusitis frontal jarang menyebabkan meningitis tetapi seringkali karena
infeksi sekunder dari sinus ethmoid dan sphenoid. Gejala-gejala tampak jelas :
adanya demam, sakit kepala, kejang, diikuti kesadaran menurun sampai koma. 8
h. Prognosis
Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70% penderita
sembuh tanpa pengobatan.Sedangkan sinusitis kronik memiliki prognosis yang bervariasi.
Jika penyebabnya adalah kelainan anatomi dan telah diterapi dengan bedah, maka
Rhinosinusitis 29
prognosisnya baik.lebih dari 90% pasien membaik dengan intervensi bedah, namun pasien
ini kadang mengalami kekambuhan.22
Rhinosinusitis 30
BAB III
KESIMPULAN
Sinus paranasal terdiri dari empat pasang, yaitu sinus frontal, sinus etmoid, sinus
maksila, dan sinus sfenoid. Sinus paranasal dalam kondisi normal mengalirkan sekresi dari
mukosa ke daerah yang berbeda dalam kavum nasi
Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang ditandai dengan inflamasi
dan pembengkakan membrana mukosa sinus disertai nyeri lokal.Penyebab utama daripada
sinusitis bakterialis adalah infeksi saluran pernapasan oleh virus yang biasanya dilanjutkan
dengan infeksi bakteri.
Diagnosis untuk sinusitis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang tepat, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang seperti foto radiologis, pemeriksaan sinoskopi dan
pemeriksaan mikrobiologis
Gejala utama yang tampak pada sinusitis adalah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa
tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip).
Sinusitis dapat terjadi karena adanya faktor-faktor seperti obstruksi jalan keluar sekresi
sinus, kelainan pada mukosiliar, dan berubahnya kualitas dan kuantitas mukus.
Prinsip penatalaksanaan pada sinusitis adalah membuka sumbatan di kompleks ostio-
meatal (KOM) sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.Penatalaksanaan
dapat dilakukan dengan cara medis maupun bedah.
Komplikasi sinusitis secara umum dibagi menjadi dua yaitu komplikasi ke mata dan
komplikasi ke intrakranial.
Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70% penderita
sembuh tanpa pengobatan.Sedangkan sinusitis kronik memiliki prognosis yang bervariasi.
Rhinosinusitis 31
DAFTAR PUSTAKA
Rhinosinusitis 32
12. Raymond G. Slavin, MD, Sheldon L. Spector, MD, and I. Leonard Bernstein, MD. The
diagnosis and management of sinusitis: a practice parameter update. J Allergy Clin
Immunol. December 2005; 116(6): 13-5.
13. Rachman MD, Sinus paranasalis dan Mastoid. Dalam: Ekayuda I. Radiologi
Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Divisi Radiodiagnostik Departemen Radiologi
FKUI; 2005. Hal 431-45.
14. Dr Tomas Sempere Dura, Orbit And Paranasal Sinuses Conventional X-Rays. Dalam :
Atlas Of Anatomy By Sectional Imaging, Berlin, Bayer Health Care; 2009.
15. Okuyemi KS, Tsue TT. Radiologic Imaging In The Management Of Sinusitis. In: Siwek
J. Radiologic Decision Making. Kansa: University of Kansas School Of
Medicine;2002.p.1882-6
16. Russell A.Faust, PhD,MD. Development Of The Paranasal Sinuses In Children. In: Ask
The Boogor Doctor. 2010. Available From:
http://www.boogordoctor.com/2012/02/development-of-the-paranasal-sinuses-in-
children/
17. Nicoll D, McPhee SJ, Pignone M, Chou TM, Detmer WM. Sinusitis. In: Pocket Guide
To Diagnostic Test. Third Edition. San Francisco: Lippincott Williams &Wilkins
Publisher,1999.p.208.
18. Gambar 11 foto MRI normal sinus. Diunduh dari https://ispub.com/IJORL/10/2/3250.
Pada tanggal 9April 2015
19. Pletcher A. Higler,MD, Penyakit Sinus Paranasalis. BOIES Buku ajar penyakit THT.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC; 2012. h. 240-59
20. Gambar 14 Patofisiologi sinusitis. Diunduh dari
https://josephinewidya.wordpress.com/2013/11/. Pada tanggal 9 April 2015
21. Cody DT, Kern EB, Pearson BW, Sinusitis. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung Dan
Tenggorokan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2002.hal 233-9
22. Shah AR, Salamone FN, Tani TA, Acute & Chronic Sinusitis. In : Lalwni AK. Current
Diagnosis & Treament In Otolaryngology Head & Neck Surgery. New York: Mc Graw
Hill; 2008.P.273-81
Rhinosinusitis 33
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
KEPANITERAAN KLINIK
NIM: 112015130
I. IDENTITAS
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Pukul : 20.00
Rhinosinusitis 34
KELUHAN UTAMA
Hidung tersumbat
KELUHAN TAMBAHAN
Hidung gatal, sering bersin, keluar sekret berwarna kekuningan dan kental. Sakit kepala seperti
tertekan di seluruh kepala, batuk berdahak, nyeri tenggorok, nyeri telinga, demam.
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat, disertai gatal dan sering bersin terutama pada pagi
hari dan malam hari sejak 1 bulan yang lalu. Hidung tersumbat tidak dipengaruhi oleh perubahan
posisi tubuh pasien. Keluar sekret berwarna kekuningan dan kental. Pasien juga mengeluh sakit kepala
seperti tertekan di seluruh kepala, batuk berdahak, nyeri tenggorok, nyeri menelan, dan demam sejak
1 bulan yang lalu. Pasien mengeluh nyeri telinga sejak 1 hari yang lalu, tidak ada sekret yang keluar
dari telinga, tidak mengalami penurunan pendengaran, tidak terasa seperti berdengung. Akibat dari
keluhan ini pasien jadi sulit tidur Pasien tidak mengeluh adanya nyeri di sekitar hidung, pipi, dan mata.
Pasien juga tidak mengeluh adanya kaku kuduk. Pasien hanya minum obat batuk dan obat penurun
panas yang dibelinya warung. Namun batuk tak kunjung sembuh dan demam turun hanya sesaat
setelah minum obat lalu naik kembali.
Pasien memiliki riwayat hidung tersumbat, gatal, sering bersin, dan keluar sekret bening encer setiap
pagi sejak kecil. Namun tidak pernah berobat karena tidak terlalu mempermasalahkan.
Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil dan riwayat alergi. Yang sangat terlihat adalah alergi makanan
laut dan udara dingin, setelah makan makanan laut kulit terasa gatal dan saat udara dingin hidung
terasa tersumbat, gatal, sering bersin dan keluar sekret bening-encer. Untuk allergen lain, pasien tidak
tahu.
Rhinosinusitis 35
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
RIWAYAT PENGOBATAN
1 tahun yang lalu pasien pergi berobat ke dokter THT dengan keluhan yang sama dengan yang pasien
alami saat ini
RIWAYAT ALERGI
RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien mempunyai kebiasaan merokok sejak usia 17 tahun. Pasien pulang pergi menuju tempat kerja
menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan masker.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran: komposmentis
HR: 90x/menit
RR: 20x/menit
Rhinosinusitis 36
KEPALA
Mata
Pupil:
Reflek cahaya + +
Telinga :
Hidung :
Tenggorokan :
Maksilo fasial :
Leher :
THORAKS
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak tampak
retraksi sela iga
Rhinosinusitis 37
Palpasi : Tak teraba massa, pergerakkan dada simetris kanan dan kiri saat statis maupun
dinamis
Jantung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada linea midklavikularis kiri, sela iga ke-
4, pergerakkan dada simetris kanan dan kiri saat statis maupun dinamis
Perkusi : batas kanan jantung di sela iga ke-4, linea sternalis kanan
ABDOMEN
Inspeksi
– Abdomen mendatar, tidak tampak ada benjolan, tidak ada bekas luka operasi,
peristaltik usus tidak terlihat
• Palpasi
• Perkusi
Rhinosinusitis 38
• Auskultasi
EKSTREMITAS
Refleks fisiologis : ++ ++
++ ++
Refleks Patologis : - -
- -
Oedem : - -
- -
Motorik : 5 5
5 5
Parese : - -
- -
STATUS THT
TELINGA
Aurikular
Dekstra Sinistra
Inspeksi
Rhinosinusitis 39
Fistel : tidak ada tidak ada
Palpasi
Preaurikular
Dekstra Sinistra
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Retroaurikuler
Dekstra Sinistra
Inspeksi
Rhinosinusitis 40
Abses : tidak ada tidak ada
Palpasi
Perkusi
Dekstra Sinistra
Membran Timpani
dextra sinistra
Refleks cahaya : - -
Rhinosinusitis 41
Perforasi : - -
Kolesteatoma : - -
Granulasi : - -
Hiperemis : + +
TES PENDENGARAN
Tes Penala
Tes Rinne : +
HIDUNG
Dekstra Sinistra
Hidung luar
Inspeksi
Rhinosinusitis 42
Palpasi
Rhinoskopi Anterior
Dekstra sinistra
Rhinoskopi Posterior
Rhinosinusitis 43
TRANSILUMINASI (Tidak dilakukan)
RONGGA MULUT
Oral Hygiene :
• Gigi
– Fraktur : (-)
TENGGOROKAN
Hiperemis : - -
Kripta : - -
Detritus : - -
Lidah
Bentuk : normal
Rhinosinusitis 44
Gerakan : normal
Orofaring
Refleks muntah :+
LARINGOSKOPI INDIREK
Rhinosinusitis 45
Aritenoid Tidak dilakukan
MAKSILO FASIAL
Dekstra sinistra
Inspeksi
Palpasi
LEHER
Inspeksi
Rhinosinusitis 46
Upper jugulare : -/- -/- -/- -/-
Palpasi
Massa KGB
V. RESUME
Seorang laki-laki-laki berusia 24 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat, disertai gatal dan
sering bersin terutama pada pagi hari dan malam hari sejak 1 bulan yang lalu. Hidung tersumbat tidak
dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh pasien. Keluar sekret berwarna kekuningan dan kental.
Pasien juga mengeluh sakit kepala seperti tertekan di seluruh kepala, batuk berdahak, nyeri
tenggorok, nyeri menelan, dan demam sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengeluh nyeri telinga sejak 1
hari yang lalu, tidak ada sekret yang keluar dari telinga, tidak mengalami penurunan pendengaran,
tidak terasa seperti berdengung. Akibat dari keluhan ini pasien jadi sulit tidur Pasien tidak mengeluh
adanya nyeri di sekitar hidung, pipi, dan mata. Pasien juga tidak mengeluh adanya kaku kuduk.
Rhinosinusitis 47
Pasien hanya minum obat batuk dan obat penurun panas yang dibelinya warung. Namun batuk tak
kunjung sembuh dan demam turun hanya sesaat setelah minum obat lalu naik kembali.
Pasien memiliki riwayat hidung tersumbat, gatal, sering bersin, dan keluar sekret bening encer setiap
pagi sejak kecil. Namun tidak pernah berobat karena tidak terlalu mempermasalahkan.
Pasien mengatakan 1 tahun yang lalu memiliki keluhan yang sama dengan yang saat ini, namun tidak
ada nyeri telinga dan pernah berobat ke dokter THT. Setelah berobat pasien merasa sembuh dan tidak
kembali kontrol.
Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil dan riwayat alergi. Yang sangat terlihat adalah alergi makanan
laut dan udara dingin, setelah makan makanan laut kulit terasa gatal dan saat udara dingin hidung
terasa tersumbat, gatal, sering bersin dan keluar sekret bening-encer. Untuk allergen lain, pasien tidak
tahu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam 37,9oC, pada pemeriksaan paru terdengar suara ronkhi.
Pada pemeriksaan telinga didapatkan mukosa hiperemis. Pada pemeriksaan hidung didapatkan konka
inferior hipertrofi, terdapat sekret mukopurulen, mukosa oedem dan hiperemis.
Pada pemeriksaan orofaring tampak dinding faring hiperemis dan ditemukan post nasal drip
mukopurulen.
Rhinosinusitis akut
Rhinitis simpleks
Rhinitis vasomotor
Rhinosinusitis 48
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rhinosinusitis akut
X. PENATALAKSANAAN
Difenhidramin 2x25 mg
Paracetamol 3x500 mg
XI. PROGNOSIS
Rhinosinusitis 49
XII. SARAN DAN USULAN
Obat dipakai secara teratur sesuai aturan
Kurangi merokok
Rhinosinusitis 50