Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

PASIEN DENGAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


RSUP DR. WAHIDINSUDIROHUSODO MAKASSAR DI RUANGAN POTI THT

OLEH:
SUWARNI SYAM (17.01.029)
SRI DAMAYANTI (17.01.025)
SRI RAMADANI (17.01.026)
MOH RIFALDI ALI (17.01.036)
DELVI MALAKIANO AHMAD (17.01.009)
WIDHY NURMAYANI (17.01.031)
SRI WAHYUNI MANSYUR(17.01.027)

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………..) (Ns Yusuf Tahir, S.Kp., M.Kes., M.Kep)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TA.2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keparawatan ini yang membahas
materi “Asuhan Keperawatan pada Sistem Persepsi Sensori” dengan tepat pada waktu yang
ditentukan. Makalah ini bertujuan untuk membina  dan mengembangkan potensi mahasiswa
dibidang kesehatan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III. Selama penyusunan makalah ini, kami mendapat pengetahuan beserta wawasan mengenai
materi.
Untuk itu, ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III di Stikes Panakukkang Makassar yang dalam hal ini telah
memberi pengetahuan dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini berjalan dengan lancar. Semoga asuhan keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi teman-teman para pembaca dan penyusunan
asuhan keperawatan ini.

Makassar,03 Februari 2020

Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

Latar belakang

Tujuan penulisan

Bab II Tinjauan pustaka

Konsep medis

Konsep keperawatan

Bab III Tinjauan kasus

Pengkajian

Data fokus

Analisa data

Diagnosa keperawatan

Intervensi keperawatan

Bab IV

Kesimpulan

Saran

Dafar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sinusitis merupakan proses peradangan pada mukosa atau selaput lendIr sinus
parasanal. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,
sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini
dilapisi lapisan mukosa yang merupakan lanjutan mukosa rongga hidung dan
bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada kondisi anatomi dan
fisiologis normal, sinus terisi udara. Deviasi dari struktur anatomi normal maupun
perubahan fungsi lapisan mukosa dapat menjadi predisposisi penyakit sinus.
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia,
hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu
jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat
sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran
alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah
bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-
pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan
masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat
kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh
alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan
perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44
penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan
tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur
21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif
pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan
serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut
yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang
patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak
menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung
sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis,
salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit
cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif
aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk)
merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh
IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.

B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit sinusitis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir
sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah ronga rongga yang terdapat pada
tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (pangkal
hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid).
(Efiaty, 2007)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan
sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo dan Nusjirwan Rifki, 2001)
Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid,
sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksila dan
sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid belum.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang sering
terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih
tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari
gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga
infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostirium sinus maksila terletak di
meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
B. Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan ke
dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah tenggorokan untuk ditelan
di saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir
dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar
penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda
asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput
lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis;
antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat – obat
yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung

1. Penyebab pada sinusitis akut adalah :


a. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
b. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d. Peradangan menahun pada saluran hidung
2. Penyebab pada Sinusitis Kronik adalah
a. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh
b. Alergi
c. Karies dentis ( gigi geraham atas )
d. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
e. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
f. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk
KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling
bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi
tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-
mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi
tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi
hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi
kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini
mungkin diperlukan tindakan operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8
minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4
minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih  dari 3 bulan.
Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis
akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi
harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut
adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan
moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%).
Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada
lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
D. Manisfestasi klinis
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Nyeri di daerah sinus
c. Sakit Kepala
d. Hiposmia / anosmia
e. Hoalitosis
f. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
2. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan,
ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
3. Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan  nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
4. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore
hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
5. Sinusitis sphenoid akut  
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
6. Sinusitis Kronis
Gejala  : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis,
bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
E. Komplikasi
Menurut Efiaty Arsyad Soepardi, 2001
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika.
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan
eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
1. Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan pada anak – anak.
Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
2. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling sering
ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi
terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah
edema palpebra, selulitis orbita, abses sub periostal, abses orbita dan selanjutnya
dapat terjadi thrombosis sinus cavernosus.
3. Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan thrombosis
sinus cavernosus
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema dan
hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis ethmoiditis
kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya terlihat hipertrofi
konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
2. Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di nasofaring
dan dapat turun ke tenggorokan.
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi
Dilakukan di kamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas yang
dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya menghadap ke
atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah glabella. Pada sinusitis
ethmoidalis akan tampak kesuraman
5. X Foto sinus paranasalais : Kesuraman, Gambaran “airfluidlevel”, Penebalan mukosa
G. Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan menghilangkan
penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan.
Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban yang ideal
45-55%
2. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari pada
5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa. Selain itu
pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan
kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
5. Antihistamin jikaada factor alergi
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media
kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau komplikasi abses
intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis
yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan
dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional endoscopic sinus surgery). Tekhnologi
ballon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan
balloon Angioplasty untuk menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur
(fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan
Sinus yang normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan
secaraperlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran
tersebut tanpa merusak jalur sinus.

KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian
A. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
B. Riwayat Penyakit sekarang : bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya,
riwayat pembedahan hidung atau trauma.
C. Keluhan utama : penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri tenggorokan.
D. Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung
atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita sakit gigi
geraham
E. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga klien yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
F. Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih),
interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.
G. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien
menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
2. Pola nutrisi dan metabolisme : biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi
gangguan pada hidung
3. Pola istirahat dan tidur : selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat
karena klien sering pilek
4. Pola Persepsi dan konsep diri : klien sering pilek terus menerus dan berbau
menyebabkan konsepdiri menurun
5. Pola sensorik : daya penciuman klien  terganggu karena hidung buntu akibat pilek
terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
H. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2. Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi
(mukosa merah dan  bengkak).

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder
dari peradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.
3. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus
makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder
peradangan sinus.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis (operasi)

Rencana Keperawatan
A. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder
peradangan sinus.
Tujuan              : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil  : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi
melalui mulut.
Intervensi :
1)    Kaji penumpukkan sekret yang ada.
       Rasional :Mengetahui tingkat keparahan dan  tindakan selanjutnya.
2)   Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya :   Peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
3)  Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional :Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
4)     Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Rasional :Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
pernapasan.
B. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada luka operasi.
Tujuan :    Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang,
klien tidak menyeringai kesakitan
Intervensi :
1)    Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2)  Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien  serta keluarganya. Rasional : Dengan
mengetahui sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri.
3)    Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila
mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
4)    Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.
Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
5)    Kolaborasi untuk penggunaan analgetik.
Rasional : Dapat mengurangi nyeri.

C. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan
menurun sekunder dari peradangan sinus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi   :
1)  Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus
dilakukan.
2)   Auskultasi bunyi usus.
Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukkan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3)  Beri perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan
tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu
makan dan dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

D. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu, nyeri sekunder peradangan
sinus.
Tujuan :  Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu dan Klien
dapat
tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.
Intervensi     :
1)    Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat
tidur.
2)    Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang
3)    Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
4)    Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.

E. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis (operasi).
Tujuan : Cemas klien berkurang.
Kriteria Hasil : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya dan
klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya
Intervensi       :
1)    Kaji tingkat kecemasan klien.
       Rasional : menentukan tindakan berikutnya.
2)     Jelaskan atau kuatkan penjelasan proses penyakit individu.
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada
rencana pengobatan.
3)    Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang
mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat.
4)   Diskusikan faktor individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering,
angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

FIELD TRIP SISTEM PERSEPSI SENSORI

I. IDENTITAS PASIEN:
a. Nama pasien : Ny. R
b. Umur : 34thn
c. No. rekam medis : 873100
d. Diagnosa medis : Post Op FESS (functional endoscopic sinus surgery)

II. KELUHAN UTAMA : Nyeri pada hidung, pusing hidung tersumbat, keluar darah
dari hidung, mual

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Tidak terkaji

IV. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU: Tidak terkaji

V. RIWAYAT PSIKOSOSIAL : Tidak terkaji

VI. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI :

a. Makan : Pasien mengatakan makan 2x/hari dengan porsi sedikit


setengah piring
b. Minum : Pasien mengatakan minum dengan porsi sedikit tapi sering
c. Istirahat : Pasien mengatakan istirahat kurang siang dan malam karena
bernafas mlalui mulut
d. Eliminasi : Tidak terkaji
e. Aktifitas : Pasien mengatakan tidak bisa terlalu banyak melakukan
aktifitas karena pusing , cemas dan lemas
f. Kebersihan : Pasien tampak bersih, kuku pasien tampak pendek,

VII. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA: Tidak terkaji


VIII. PEMERIKSAAN FISIK : Tidak terkaji
a. Tanda-tanda vital : Tidak terkaji
b. Tinggi badan : 156cm
c. Berat badan : 53kg
d. Kepala : Tidak terkaji
e. Mata : Tidak terkaji
f. Hidung : Terpasang tampon
g. Mulut : Tidak terkaji
h. Telinga : Tidak terkaji
i. Dada : Tidak terkaji
j. Jantung : Tidak terkaji
k. Abdomem : Tidak terkaji
l. Ekstremitas : Tidak terkaji

IX. PENGKAJIAN DATA FOKUS SISTEM:


a. Palpasi : Tidak terkaji
b. Auskultasi : Tidak terkaji
c. Palpasi :Tidak terkaji
d. Perkusi :Tidak terkaji

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Tidak Ada


XI. PENGOBATAN : Tidak Ada

A. Pengkajian keperawatan :
DS:
1. Pasien mengatakan nyeri pada hidung
2. Pasien mengatakan keluar darah dari hidung
3. Pasien mengatakan pusing
4. Pasien mengatakan mual
5. Pasien mengatakan hidung tersumbat
6. Pasien mengatakan susah bernafas
7. Pasien mengatakan cemas karena ketika bernafas melalui hidung keluar darah
DO:

1. Pasien tampak lemas


2. Setelah di lakukan saction keluar darah ±3cc
3. Pasien tampak pucat
4. Pasien tampak meringis
5. Agens cedera fisik (prosedur Bedah)
6. Pasien tampak bernafas melalui mulut
7. Terdengar suara ngorok ketika bernafas melalui mulut
8. Pasien tampak terpasang tampon
9. Pasien tampak cemas

B. Pengelompokkan data

Batasan karakteristik (DO&DS) Diagnosa keperawatan

DS:
1. Pasien mengatakan mual
2. Pasien mengatakan hidung
tersumbat
Jalan Nafas Tidak Efektif
3. Pasien mengatakan susah
bernafas
4. Pasien mengatakan cemas
karena ketika bernafas melalui
hidung keluar darah
DO:
1. Pasien tampak bernafas pakai
mulut
2. Pasien tampak terpasang
tampon
3. Terdengar suara ngorok ketika
pasien bernafas melalui mulut
4. Pasien tampak cemas
DS:
1. Pasien mengatakan nyeri pada
hidung Nyeri Akut

DO:
1. Pasien tampak meringis
2. Agens cedera fisik (prosedur
Bedah)

DS:
1. Pasien mengatakan keluar
darah dari hidung
2. Pasien mengatakan pusing
Resiko Perdarahan
DO:
1. Pasien tampak lemas
2. Setelah di lakukan saction
keluar darah ±3cc
3. Pasien tampak pucat
BAB IV

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/24067831/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_Sinusitis

Anda mungkin juga menyukai