MAKALAH TENTANG
SINUSITIS
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Alfianti Barri
2. Armila
3. Aswar
4. Astriani asis
5. Bayu segara
6. Febi septiani
7. Jeane delcy mantong
8. Kiki reski amalia
9. Marni
10. Muh.Ari sakti
11. Nikadek suharti ningsih
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan serta
kelancaran dalam menyelesaikan tugas ini tepat waktu dan sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini membahas tentang Sinusitis. Makalah ini disusun sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan System Persepsi Sensori.
Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan semua
pihak. Akhir kata kami harapkan Materi ini dapat bermanfaat, Amin.
Mengetahui,
Kelompok 1
Daftar isi
A. Hipertiroid .......................................................................................... 5
B. Klasifikasi .......................................................................................... 6
C. Pemeriksaan penunjang ...................................................................... 7
A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir
menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari
bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat
sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran
alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah
bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-
pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan
masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks,
hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-
perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita
sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit
positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30
tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada
tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan
kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang
tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis
sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak
menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung
sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah
satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit
(Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman
dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan
pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan
dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.
B. Rumusan Masalah
Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita sinusitis?
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari,
bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh
dunia. Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya
disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab
utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua
sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus etmoid
dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sphenoid lebih jarang lagi.
Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas,
maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinusitis dentogen.
B. Etiologi
1. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
2. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
3. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
C. Klasifikasi
1. Sinusitis akut : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3
minggu.
2. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8
minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
D. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap
sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya
perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip
dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
E. Manifestasi Klinis
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan,
ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah
sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
4. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
5. Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik,
nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos
posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus
besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas
udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra
keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai
penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau
pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari
meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi
bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui
meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang
sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
G. Penatalaksanaan
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial,
untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan
ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika
diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat
diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis
antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada
sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan
anaerob.
Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan,
seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan
NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat
antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat
sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz
displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi
dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.
H. Komplikasi
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal,
abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan
Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan
thrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa: Osteomielitis dan abses
suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada
anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula
pada pipi.
Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga
menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum
sinusitisnya disembuhkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas/ biodata klien
Nama : Tn. M
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
b. Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.
Tuan M datang ke RS tanggal 18 November 2010 dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering
kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien
menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat
badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah
mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan
pasien didiagnosa menderita sinusitis.
g. Keadaan Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih, ventilasi rumah kurang
(tidak adekuat).
B. Observasi
Keadaan Umum
1. Suhu : 38C
2. Nadi : 84 /menit
3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4. RR : 25 /menit
5. BB : 62 kg
6. Tinggi badan : 170 cm
Pemeriksaan Persistem
B1 (breathing): Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan adanya secret kental
pada hidung
B2 (blood) : Normal
C. Analisa Data
Data objektif:
Akumulasi secret
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Ronkhi
Sesak nafas
3. Data subjektif: Inflamasi Gangguan
pemenuhan nutrisi
Pasien mengeluh tidak nafsu
kurang dari
makan.
kebutuhan
Produksi secret
Data objektif: meningkat
Hidung
tersumbat
Penciuman
terganggu
Tidak bisa mencium aroma
makanan
Tidur tidak
nyenyak
5. Data Subjektif: Infeksi saluran pernafasan atas Hipertermi
Prostalglandin
Peningkatan
set. point Hipotalamus
Suhu tubuh
meningkat
D. Diagnosa
E. Intervensi
Kriteria hasil :
c) Skala nyeri 2
Kriteria hasil :
c) Ronkhi (-)
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 5x24 jam
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
b) Tidak gelisah
Kriteria Hasil:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang sering ditemukan
dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan
kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang
terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat
dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan
merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
Dalam Consensus International tahun 1995 membagi sinusitis hanya akut dengan batas
sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan oleh streptococcus pneumonia (30-50%)
dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri gram negative dan anaerob jika lebih dari
8 minggu.
B. Saran
Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi
ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan serangan asma yang
sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan
dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta: Gaya Baru