Anda di halaman 1dari 25

Mata Kuliah : Keperawatan System Persepsi

Dosen : Ns. Amoa Lelu S. Kep.M.Kep

MAKALAH TENTANG

SINUSITIS

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Alfianti Barri
2. Armila
3. Aswar
4. Astriani asis
5. Bayu segara
6. Febi septiani
7. Jeane delcy mantong
8. Kiki reski amalia
9. Marni
10. Muh.Ari sakti
11. Nikadek suharti ningsih

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

STIKES BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO

TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan serta
kelancaran dalam menyelesaikan tugas ini tepat waktu dan sesuai dengan yang diharapkan.

Makalah ini membahas tentang Sinusitis. Makalah ini disusun sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan System Persepsi Sensori.

Kami penyusun mendapat beberapa literatur yang berhubungan dengan pokok


permasalahan dalam makalah Sinusitis ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan para pembaca. Dan kritik serta saran selalu kami tunggu guna kesempurnaan
makalah selanjutnya.

Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan semua
pihak. Akhir kata kami harapkan Materi ini dapat bermanfaat, Amin.

Palopo, 13 Mei 2017

Mengetahui,

Kelompok 1
Daftar isi

Kata Pengantar ................................................................................................ 2

Daftar Isi ......................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan ..........................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................... 4


B. Permasalahan ...................................................................................... 4

Bab II Tinjauan Teoritis ..................................................................................

A. Hipertiroid .......................................................................................... 5
B. Klasifikasi .......................................................................................... 6
C. Pemeriksaan penunjang ...................................................................... 7

Bab III Penutup ...............................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir
menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari
bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat
sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran
alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah
bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-
pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan
masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.

Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks,
hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-
perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita
sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit
positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30
tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada
tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan
kulit manusia (50%).

Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang
tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis
sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak
menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung
sembuh itu bukan sekadar flu biasa.

Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah
satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit
(Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman
dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan
pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan
dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.

B. Rumusan Masalah

Apa definisi dari sinusitis?

Apa manifestasi klinis dari sinusitis?

Bagaimana etiologi dari sinusitis?

Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?

Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita sinusitis?

Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?

Apa saja komplikasi dari sinusitis?

Bagaimana woc (web of caution) dari sinusitis?

Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita sinusitis?


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi Sinusitis

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari,
bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh
dunia. Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya
disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab
utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.

Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua
sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus etmoid
dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sphenoid lebih jarang lagi.
Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas,
maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinusitis dentogen.

B. Etiologi

Pada Sinusitis Akut, yaitu

1. Infeksi virus

Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).

2. Bakteri

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
3. Infeksi jamur

Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

Pada Sinusitis Kronik, yaitu

1. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.


2. Alergi
3. Karies dentis ( gigi geraham atas )
4. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
5. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
6. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

C. Klasifikasi

Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu

1. Sinusitis akut : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3
minggu.

Macam-macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal


akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.

2. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8
minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

D. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap
sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya
perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip
dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

E. Manifestasi Klinis

1. Sinusitis maksila akut

Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan,
ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.

2. Sinusitis etmoid akut

Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.

3. Sinusitis frontal akut

Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah
sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
4. Sinusitis sphenoid akut

Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring

5. Sinusitis Kronis

Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik,
nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.

F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang.

Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-


endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas
ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior dan
frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).

Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.

Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos
posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus
besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas
udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra
keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai
penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau
pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.

Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari
meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi
bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.

Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui
meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang
sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

G. Penatalaksanaan

Tujuan terapi sinusitis ialah:

1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan


ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial,
untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan
ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika
diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat
diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis
antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada
sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan
anaerob.

Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan,
seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan
NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat
antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat
sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz
displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi
dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.

Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan


operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah
menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil
yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa:
sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik disertai
kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta
sinusitis jamur.

H. Komplikasi

Komplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic.


Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik
dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.

Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal,
abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan
Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan
thrombosis sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa: Osteomielitis dan abses
suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada
anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula
pada pipi.

Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga
menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum
sinusitisnya disembuhkan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas/ biodata klien

Nama : Tn. M

Tempat tanggal lahir: Surabaya, 18 September 1964

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia

Penanggung Jawab

Nama : Ny. P

Alamat : Jln. Argolawu no.49 Surabaya

Hubungan dengan klien: istri

b. Keluhan utama

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tuan M datang ke RS tanggal 18 November 2010 dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering
kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien
menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat
badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah
mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan
pasien didiagnosa menderita sinusitis.

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita sinusitis.

g. Keadaan Lingkungan

Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih, ventilasi rumah kurang
(tidak adekuat).

B. Observasi

Keadaan Umum

1. Suhu : 38C
2. Nadi : 84 /menit
3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4. RR : 25 /menit
5. BB : 62 kg
6. Tinggi badan : 170 cm

Pemeriksaan Persistem

B1 (breathing): Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan adanya secret kental
pada hidung

B2 (blood) : Normal

B3 (brain) : Pasien composmentis


B4 (bladder) : Normal

B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan BB turun

B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise

C. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Data subjektif: Inflamasi pada sinus frontal Nyeri

Pasien mengeluh nyeri kepala.

Data objektif: Peradangan

Pasien tampak gelisah, didapati


skala nyeri 8, RR= 25 x/ menit.
Nyeri pada
kepala
2. Data subjektif: Inflamasi pada sinus frontal Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Pasien mengeluh sesak nafas.

Data objektif:

Ada retraksi dinding dada, Produksi secret meningkat


penggunaan pernafasan cuping
hidung, suara nafas ronkhi, RR=25
x/menit.

Akumulasi secret

Bersihan jalan
nafas tidak efektif

Ronkhi

Sesak nafas
3. Data subjektif: Inflamasi Gangguan
pemenuhan nutrisi
Pasien mengeluh tidak nafsu
kurang dari
makan.
kebutuhan
Produksi secret
Data objektif: meningkat

Penurunan berat badan dari 63 kg


menjadi 62 kg, makanan yang
disajikan tidak pernah dihabiskan.

Secret terakumulasi dihidung

Hidung
tersumbat

Penciuman
terganggu
Tidak bisa mencium aroma
makanan

Nafsu makan menurun

Nutrisi tidak terpenuhi

4. Data subjektif: Inflamasi Gangguan istirahat;


tidur berhubungan
Pasien mengeluh tidak bisa tidur
dengan hidung
dengan nyenyak.
tersumbat (buntu)
Rasa tidak
Data objektif: nyaman karena hidung
tersumbat (buntu)
Gelisah, lemas, mata cowong, tidur
kurang dari 6-8 jam perhari.

Tidur tidak
nyenyak
5. Data Subjektif: Infeksi saluran pernafasan atas Hipertermi

Pasien mengeluh kedinginan

Data Objektif: Makrofag


menangkap benda asing yang
Suhu tubuh= 38C
masuk ke tubuh
Merangsang pengeluaran
mediator kimia

Prostalglandin

Peningkatan
set. point Hipotalamus

Suhu tubuh
meningkat

D. Diagnosa

1. Nyeri: kepala, tenggorokan berhubungan dengan peradangan pada hidung.


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi.

E. Intervensi

1. Diagnosa : Nyeri (kepala, tenggorokan) berhubungan dengan peningkatan


tekanan sinus sekunder terhadap peradanggan sinus paranasal.

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang atau menghilang dalam


waktu 1x24 jam.

Kriteria hasil :

a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau menghilang

b) RR=16-20 x/menit, Nadi=60-100x/menit, ekspresi wajah klien tidak menyeringai


lagi.

c) Skala nyeri 2

No. Intervensi Rasional


1. Kolaborasi: Obat analgesic dapat menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri.
Berikan obat analgesic
2. Mandiri: Teknik distraksi diharapkan bisa
menurunkan skala nyeri setelah
Ajarkan teknik distraksi atau
pengobatan dengan obat analgesic.
pengalihan nyeri dan teknik relaksasi
3. Mandiri: Observasi dilakukan untuk memastikan
bahwa nyeri berkurang yang ditandai
Observasi tanda-tanda vital, keluhan
dengan RR dalam skala normal.
klien serta skala nyeri
2. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret
yang mengental.

Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 10-15 menit.

Kriteria hasil :

a) Klien tidak lagi menggunakan pernafasan cuping hidung

b) Tidak adanya suara nafas tambahan

c) Ronkhi (-)

d) RR= 16-20 x/menit

e) Tidak adanya retraksi dinding dada

No. Intervensi Rasional


1. Kolaborasi: Nebulizing dapat mengencerkan secret
dan berperan sebagai bronkodilator
Berikan nebulizing.
untuk melebarkan jalan nafas.
2. Mandiri: Mengetahui letak secret dan
mengakumulasi secret di supsternal
Foto thoraks dada serta melakukan
sehingga mudah untuk di drainase.
clapping atau vibrasi
3. Kolaborasi: Mengeluarkan secret dari paru.

Lakukan suctioning (pada px. yang


mengalami penurunan kesadaran dan
tidak mampu melakukan batuk efektif).
3. Mandiri: Mengeluarkan secret dari jalan nafas
khusunya pada pasien yang tidak
Ajarkan batuk efektif (pada px. yang
mengalami penurunan gangguan
tidak mengalami penurunan kesadaran
kesadaran dan bisa melakukan batuk
dan mampu melakukan batuk efektif). efektif.
4. Mandiri: Untuk mengetahui perkembangan
kesehatan klien.
Observasi tanda tanda vital

3. Diagnosa : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan nafsu makan menurun.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 5x24 jam

Kriteria hasil :

a) Berat badan klien kembali seperti semula (63kg), BB normal= 63 kg

b) Makanan yang disajikan selalu dihabiskan

No. Intervensi Rasional


1. Kolaborasi: Dengan menu yang bervariasi, dapat
menumbuhkan nafsu makan klien
Sajikan makanan secara menarik dengan
sehingga kebutuhan nutrisi klien
memperhatikan nutrisi yang diperlukan
kembali terpenuhi.
oleh klien.
2. Mandiri: Mengetahui perkembangan pemenuhan
kebutuhan nutrisi klien.
Catat intake dan output makanan klien.
3. Mandiri: Dengan sedikit tapi sering dapat
mengurangi penekanan pada lambung.
Anjurkan makan sedikit sedikit tapi
sering.
4. Mandiri: Dengan pemahaman yang baik tentang
nutrisi akan memotivasi untuk
Berikan helath education pentingnya
meningkatkan pemenuhan nutrisi.
makanan bagi proses penyembuhan.
4. Diagnosa : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.

Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman.

Kriteria hasil :

a) Klien dapat tidur 6-8 jam perhari

b) Tidak gelisah

c) Mata tidak cowong

d) Klien tidak lemas

No. Intervensi Rasional


1. Mandiri: Mengetahui permasalahan klien dalam
pemenuhan kebutuhan ; istirahat klien.
Kaji kebutuhan tidur klien
2. Mandiri: Klien dapat tidur dengan tenang.

Ciptakan suasana yang nyaman.


3. Kolaborasi: Agar klien dapat tidur.

Berikan obat tidur

5. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi

Tujuan : Suhu tubuh kembali dalam keadaan normal

Kriteria Hasil:

a) Suhu tubuh 36,5-37,5 C


b) Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab

No. Intervensi Rasional


1. Mandiri: Suhu tubuh harus dipantau secara efektif
guna mengetahui perkembangan dan
Monitoring perubahan suhu tubuh
kemajuan dari pasien.
2. Mandiri: Dapat membantu mengurangi demam.

Berikan kompres hangat

3. Kolaborasi: Mengurangi demam dengan aksi


sentralnya pada hipotalamus, meskipun
Berikan antipiretik
demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme dan
autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang sering ditemukan
dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan
kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang
terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat
dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan
merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
Dalam Consensus International tahun 1995 membagi sinusitis hanya akut dengan batas
sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan oleh streptococcus pneumonia (30-50%)
dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri gram negative dan anaerob jika lebih dari
8 minggu.

B. Saran

Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi
ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan serangan asma yang
sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan
dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC

Higler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC

Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta: Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai