A. PENGERTIAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet
(Brunner & Suddarth, 2016).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Hudduk
dan Gallo. 2016).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan
yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan
perawatan medis yang intensif (Moenadjat Y. 2013).
Jadi Luka bakar atau combustio adalah luka yang disebabkan oleh berbagai
sumber yaitu dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas
yang mengenai kulitmukosa dan jaringan yang lebih dalam.
B. KLASIFIKASI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api.
b. Luka bakar karena air panas.
c. Luka bakar karena bahan kimia.
d. Luka bakar karena listrik.
e. Luka bakar karena radiasi.
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I(super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat
pertama akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II(Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
1. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III( Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak,
tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan
epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak
ada proses epitelisasi spontan.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa.
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut.
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %.
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun.
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama.
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar.
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi.
6) Disertai trauma lainnya.
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi (Hudduk dan Gallo. 2016).
C. ETIOLOGI
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian
terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk
terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan
menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau
peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang
disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya.
Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama
lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka
umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi (Hudduk dan Gallo. 2016).
D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut mungkin di pindah melalui kondisi atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi atau luka bakar kimiawi kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan
SC tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas /
penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan gangguan intergritas
kulit dan kematian sel – sel.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyababkan
terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hypovolemia dan
hemokonsentrasi.Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat disebabkan beberapa
factor:
1. Peningkatan mineral okortikoid
a. Retensi air, Na dan Cl.
b. Ekskresi kalium.
2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
Keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh darah.
3. Perbedaan tekanan osmotic intra sel dan ekstra sel
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit
tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium. Luka
bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit, tetapi juga mempengarihi
seluruh system tubuh sehingga menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai
respon kompensasi terhadap luka bakar. Pada pasien luka bakar yang luas (mayor),
tubuh tak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam
komplikasi.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga di
pengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya) suhu benda
yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas api, air panas, minyak panas,
listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, ruangan yang
tertutup.Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
1. Keluasan luka bakar.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Umur.
4. Agen penyebab.
5. Fraktur atau luka – luka yang menyertai.
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti DM, jantung, ginjal dll.
7. Obesitas.
8. Adanya trauma inhalasi (Hudduk dan Gallo. 2016).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Karakteristik Luka Bakar Menurut Kedalaman
Kedalaman BagianKulit Gejala Penampilan Luka PerjalananKesem
dan Penyebab Yang buhan
Luka Bakar terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan Memerah;menjadi Kesembuhan
Tersengat Hiperestesia (super putih jika ditekan lengkap dalam
matahari sensitive) Minimal atau tanpa waktu satu minggu
Terkena Api Rasa nyeri mereda edema Pengelupasan kulit
dengan jika didinginkan
intensitas
rendah
Derajat Dua Epidermis Nyeri Melepuh, dasar luka Kesembuhan luka
Tersiram air dan Bagian Hiperestesia berbintik – bintik dalam waktu 2 – 3
mendidih Dermis Sensitif terhadap merah,epidermisretak, minggu
Terbakar oleh udara yang dingin permukaan luka basah Pembentukan parut
nyala api Edema dan depigmentasi
Infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri Kering ;luka bakar Pembentukan eskar
Terbakar nyala Keseluruhan Syok berwarna putih seperti Diperlukan
api Dermis dan Hematuri dan badan kulit atau pencangkokan
Terkena cairan kadang – kemungkinan berwarna gosong. Pembentukan parut
mendidih kadang hemolisis Kulit retak dengan dan hilangnya
dalam waktu jaringan Kemungkin bagian kulit yang kountur serta
yang lama subkutan terdapat luka tampak fungsi kulit.
Tersengat arus masuk dan keluar edema Hilangnya
listrik (pada luka bakar jaritangan atau
listrik) ekstermitas dapat
terjadi
(Brunner & Suddarth 2016).
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta
Brunner & Suddart. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
Huddak & Gallo. 2016. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Moenadjat Y. 2013. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003
Nanda international. 2015-2017. Diagnosa keperawatan, Nic, Noc dalam berbagai kasus.
Jakarta : EGC