Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERAN PERAWAT SEBAGAI ADVOKAT

DISUSUN OLEH

1. AGUS PUJIANTO
2. AGAM AGUS SALIM
3. DESI MARINI
4. ERVANI
5. JEFRI ARIANSYAH
6. MATJAINI
7. PIPIT SETIAWAN
8. RISMALIA
9. THERESIA DEWI
10. VIA VEVIANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2017
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, marilah kita mengucapkan syukur pada Allah SWT yang


telah memberi rahmat kepada kita berupa kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan hasil laporan ini tanpa halangan apa pun.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada


seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Semoga
laporan ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah
kepada para pemakainya.

Kami sebagai penyusun laporan ini menyadari sepenuhnya bahwa laporan


ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada
relevansinya dengan penyempurnaan laporan ini sangat kami harapkan dari
pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan
pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.

Pringsewu, Deember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Peran dan Tanggung Jawab Perawat ......................................................... 3

B. Pengertian Perawat Advokat……………………………………………..4

C. Peran advokat keperawatan………………………………………………4

D. Pengambilan Keputusan Legal Etis……………………………………….10

E. Metode Pemecahan Masalah………………………………………………12

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Kasus ........................................................................................................... 14
B. Pembahasan ................................................................................................. 14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman
sekarang berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan
keperawatan yang berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional
sebagai penyedia perawatan kesehatan terdidik dengan baik.
Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan
keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang
mendukung keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit
pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, di mana tenaga yang selama 24
jam harus berada di sisi pasien adalah tenaga perawatan. Namun sangat
disayangkan bahwa pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa
yang diharapkan. Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah
tenaga keperawatan yang kita miliki, tetapi terutama dikarenakan oleh
terbatasnya kemampuan profesional yang dimiliki oleh sebagian besar jenis
tenaga ini.
Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah
dalam keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah
yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip
ilmiah yang digunakan secara sistematis dalam mencapai diagnosa masalah
kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan
tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawata.
Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk memandang sesuatu sebagai
suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen, elemen-
elemen atau unit-unit yang saling berhubungan, saling berinteraksi, saling
tergantung dalam mencapai tujuan. Pendekatan sistem meliputi cara berpikir
tentang fenomena secara keseluruhan, metode atau teknik dalam memecahkan
masalah atau pengambilan keputusan (kesadaran adanya masalah karena
berbagai faktor).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Advokat?
2. Apakah yang dimaksud dengan nursing advocacy?
3. Bagaimana peran perawat sebagai advokat klien?
4. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan keputusan legal etis?
5. Bagaimanakah cara untuk memecahkan masalah?

C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, kami memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tentang advokat.
2. Mendeskripsikan tentang nursing advocacy
3. Menjelaskan peran perawat sebagai advokat
4. Mendeskripsikan tentang pengambilan keputusan legal etis.
5. Menjelaskan cara untuk memecahkan maslah klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Peran dan Tanggung Jawab Perawat


Peran perawat kesehatan yang professional adalah:
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dievaluasi
tingkat perkembangannya.
2. Peran sebagai advokasi klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3. Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
4. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan pasien.
5. Peran kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
6. Peran konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tempat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
7. Peran pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perbaruan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan (Azis, 2008)

Tanggung Jawab Profesi keperawatan, adalah


1. Perawat harus menempatkan kebutuhan pasien diatas kepentingan
sendiri.
2. Perawat harus melindungi hak pasien untuk memperoleh keamanan dan
3. pelayanan yang berkualitas
4. Perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian, serta menjaga
5. perilaku dalam melaksanakan tugasnya.

B. Pengertian Perawat Advokat

Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim


kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela
kepentingan klien dan membantu klien,memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendeketan tradisional
maupun profesional. (Dewi, 2008)

Definisi perawat advokat adalah proses dimana perawat secara objektif


memberikan klien informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan
mendukung klien apapun keputusan yang buat.
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien, tim
kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun profesional.

C. Peran advokat keperawatan

Seorang perawat dalam menjalankan perannya sebagai advokat (pembela


klien) perawat harus dapat :

1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.

2. Memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan, seperti :

 penyakit yang dideritanya


 tindakan medik apa yang hendak dilakukan
 kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya
 alternatif terapi lain beserta resikonya
 prognosis penyakitnya
 perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya
 hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
 hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
 hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya (informed consent)
 hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya
 hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
 hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang
mengganggu pasien lain
 hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit
 hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya
 hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
 hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
 hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas
perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan
 hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit
yang diderita termasuk data-data medisnya
 hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakit tersebut (second opion), terhadap penyakit yang dideritanya
dengan sepengetahuan dokter yang menangani;
3. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.

4. Memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran
nonaksi.

 Peran Aksi : Memberi keyakinan pada pasien bahwa mereka


punya hak dan tanggungjawab dalam menentukan keputusan/pilihan
 Peran Non aksi: Menahan diri untuk tidak mempengaruhi keputusan
klien.
D. Pengambilan Keputusan Legal Etis
Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu
tantangan bagi seorang manajer. Dalam era global dan serba cepat ini,
langkah untuk mengambil keputusan harus cepat dan tepat pula.

1. Definisi pengambilan keputusan


a. Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu
kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam
suatu situasi tertentu.
b. Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang
dihadapi.
c. Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan
antara yang seharusnya dengan yang terjadi.

Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang


membentuk fungsi kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu
keputusan, diperlukan informasi-informasi pendukung, misalnya informasi
mengenai:

1) laporan anggaran
2) laporan sensus pasien
3) catatan medis
4) catatan personil pegawai
5) laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
6) waktu libur

Pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa.


Suatu rangkaian tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan,
hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam menyelesaikan
masalah.

Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:

1) Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.


2) Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat
menengah dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan
mengembangkan teknik inovatif untuk perbaikan jalannya kelembagaan.
3) Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa
harian yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-
peraturan lainnya.

Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan ,


keputusan manajemen dibagi menjadi dua macam:

1) Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi


menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur
memunculkan kebijakan dan keseimbangan dan peraturan untuk
membimbing pemecahan peristiwa yang sama. Misalnya keputusan
tentang cuti hamil.
2) Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak
terstruktur dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi
tertentu. Misalnya keputusan yang berkaitan dengan pasien.

Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga


dapat dibedakan menjadi dua model:

1) Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses


sistematis dalam pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu
waktu yang cukup untuk mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2) Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan
pada pengamatan dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun
yang terbaik.

2. Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan

Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan keputusan


kelompok. Dalam pengambilan keputusan bersama kelompok, kelompok
sepenuhnya berpartisipasi dalam mengambil keputusan, kecuali dalam
menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam pengambilan keputusan
kelompok, kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan
keputusan akhir.

3. Tipe Pengambilan Keputusan

a. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang


diperhatikan)
b. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
c. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
d. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
e. Pengambilan keputusan dengan consensus
f. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

E. Metode Pemecahan Masalah


Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan
yang dikehendaki. Dalam manajemen diperlukan proses pemecahan masalah
secara sistematis. Hal ini perlu untuk mengatasi kesulitan pada waktu
membuat keputusan, misalnya menghadapi situasi yang tidak diduga (pada
keputusan yang tidak terprogram atau tidak rutin).

1. Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:

a. Masalah
b. Desired state (keadaan yang diharapkan)
c. Current state (keadaan saat ini)
d. Pemecah masalah/manajer
e. Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah
f. Solusi.

Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus
mengetahui perbedaan antara masalah dengan gejala. Pertama, gejala
dihasilkan oleh masalah. Kedua, masalah menyebabkan gejala. Ketiga,
ketika masalah dikoreksi maka gejala akan berhenti, bukan sebaliknya.
2. Masalah mempunyai beberapa struktur

a. Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen


dan hubungan antar elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah
masalah. Pemecah masalah tersebut adalah komputer. Karena komputer
dapat memecahkan masalah tanpa perlu melibatkan manajer.
b. Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen
atau hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah
masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh manajer. Karena manajer
harus melakukan sebagian besar tugas memecahkan masalah.
c. Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen
atau hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan
masalah dilakukan oleh manajer dan komputer, yang harus bisa bekerja
sama memecahkan masalah.

Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia


University pada tahun 1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan
masalah:

a. Mengenali kontroversi (masalah)


b. Menimbang klaim alternatif.
c. Membentuk penilaian (solusi).

Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan


tahap pemecahan masalah sebagai berikut:

a. Menyelidiki Situasi

Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek,


yaitu aspek penentuan masalah, pengenalan tujuan dan penentuan
diagnosis.
b. Mengembangkan Alternative

Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan


penemuan berbagai alternative yang kreatif dan imajinatif.

c. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik

Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus


mengevaluasinya untuk melihat keefektifan setiap alternative melalui
dua kriteria, yaitu seberapa realistis alternative itu dipandang dari
sumber daya organisasi yang dimiliki dan seberapa baik alternative itu
akan membantu memecahkan masalah.

d. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut.

Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada


beberapa langkah yang dapat ditempuh :

1) Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa


bukti untuk mencari arti atau penafsiran, yang merupakan suatu
cara untuk menghasilkan data dan informasi baru dari data yang
ada.

2) Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang


sesungguhnya dari perwujudan sasaran.
3) Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi
beberapa bagian masalah yang lebih sederhana agar dapat
dipecahkan secara sendiri-sendiri.
4) Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan
dari bukti, pengertian dan penghayatan.
5) Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.
6) Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari
sasaran kepada data yang ada.

Dalam pemecahan masalah yang menyangkut manusia, seringkali


terdapat sisi yang terlupakan, yaitu “perasaan”. Perasaan dapat
menimbulkan hambatan mental yang menyebabkan proses pemecahan
masalah terganggu. Hambatan mental merupakan perasaan frustasi yang
dapat menghentikan kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah,
antara lain:

a. Aku (ego), yaitu yang menyangkut harga diri seseorang.


b. Kecemasan
c. Semantik, yaitu mempunyai makna ganda.
d. Ritual, yaitu peraturan, kebiasaan, atau prosedur yang harus dilalui.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kasus
Tuan dan Ny.Harun Alrasyid usia 65 dan 60 tahun. Hari minggu
mengunjungi anaknya dengan mengendarai mobil pribadi. Mobil itu
dikendarai oleh suaminyanya sendiri yang usia 65 th. Ditengah perjalanan
mobil mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Tn.Harun meninggal
dunia setelah dibawa di RS. Sedangkan Ny.Harun tidak sadarkan diri. Setelah
2 hari dirawat Ny.Harun baru sadarkan diri dan bertanya kepada perawat
yang bertugas keberadaan suaminya.
Bila perawat terus terang mengatakan bahwa suaminya telah meninggal,
maka dikhawatirkan akan dampak terhadap kesehatan Ny.Harun karena
secara klinis keadaan fisik dan mental Ny.Harun lemah. Bila perawat tidak
mengatakan keadaan yang sebenarnya berarti perawat bohong atau tidak
jujur.
Hal seperti ini sangatlah dilematis bagi perawat. Disatu sisi perawat harus
jujur dan disisi lain perawat dituntut untuk menjadi pembela bagi hak –
haknya Ny.Harun yang masih lemah kondisi fisik maupun mentalnya. Dalam
hal ini kejujuran perawat dapat berakibat fatal bagi Ny.Harun.
Disini terlihat bahwa perawat tersebut mengalami konflik nilai. Haruskah
perawat berkata secara bijaksana bahwa kesehatan Ny.Harun lebih penting
untuk dipertahankan pendapatnya, baik terhadap keluarga pasien, petugas
lain, maupun sejawat.
Untuk kasus diatas, bagaimanakah sikap perawat menghadapi hal tersebut?

B. Pemecahan masalah pada Dilemma Etis


Untuk memecahkan masalah pada kasus diatas yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan
kasus diatas meliputi dua orang klien yang terdiri dari Tn.Harun dan
Ny.Harun,dua orang keluarga klien,dua orang perawat ,dan seorang
dokter. Tindakan yang diusulkan yaitu dokter menyatakan bahwa untuk
memberitahukan hal tersebut saat Ibu Harun sadar dari koma, perawat 1
menyatakan bahwa tunggu sampai kondisi Ibu Harun benar – benar stabil
untuk menerima berita tersebut. Maksud dari perawat 1 adalah supaya
bisa menjaga kondisi ibu Harun tetap stabil setelah menerima berita
duka. Perawat 2 mendukung pernyataan dari perawat 1 dan perawat 2
mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter.

2. Mengidentifikasi munculnya konflik.


Penderitaan keluarga Tn.Harun karena kecelakaan yang mengakibatkan
Tn.Harun meninggal dunia dan Ny.Harun mengalami koma. Hal ini
menyebabkan keluarga menyetujui tindakan perawat untuk menunda
pemberitahuan berita duka kepada Ibu Harun sampai kondisinya benar –
benar pulih. Konflik yang terjadi adalah pemberitahuan kabar tersebut
harus diberitahukan kepada klien, apabila tidak memenuhi keinginan klien
maka akan melanggar hak-hak klien.

3. Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan


Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi
tindakan memberikan kabar duka pada Ny.Harun adalah :
a. Setuju dengan keputusan yang diambil dokter karena seburuk –
buruknya informasi harus tetap diberitahukan pada keluarganya. Jika
tidak, maka dapat mengakibatkan memperburuk kondisi dari klien
tersebut.
b. Setuju dengan perawat 1 karena sesuai dengan peran perawt sebagai
advokasi yaitu membela dan menjadi sarana kabar bagi klien. Karena
klien tetap berhak mengetahui kabar mengenai sesuatu yang
bersangkutan dengannya.
c. Setuju dengan perawat 2 karena pada saat memberitahukan hal
terssebut,kita harus melihat kondisi dari klien tersebut. Ini
dikarenakan apabila pemberitahuan kabar tersebut tanpa didampingi
keluarga dan dan pada kondisi yang sehat. Maka dapat mengakibatkan
kondisi klien meburuk kembali.

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat


Pada kasus keluarga Tn.Harun ini, yang dapat membuat keputusan
adalah manajemen rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus
menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk
dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap
memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar klien.

5. Menjelaskan kewajiban perawat


Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh Ny.Harun adalah tetap
menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan
dasar klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan
suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga maupun teman
terdekat. Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap
perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan
perawat. Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim
kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien Ny.Harun.

6. Mengambil keputusan yang tepat


Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan
konsekuensinya kepada klien. Perawat dan dokter perlu
mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan
untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan
alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan
kewajiban perawat. Jika tindakan alternatif ini tidak efektif maka
melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen
rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam suatu pendekatan sistem ada beberapa hal yang berhubungan. Salah
satunya adalah pemecahan masalah. Sebelum membahas pemecahan masalah,
kita harus mengetahui apa itu masalah. Masalah adalah suatu kondisi yang
memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian atau menghasilkan
keuntungan yang luar biasa. Jadi sebuah masalah tidak harus berkaitan
dengan sesuatu yang merugikan. Kemudian pengertian pemecahan masalah
adalah tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat
buruknya atau memanfaatkan peluang.
Dalam memecahkan suatu masalah harus ada yang namanya pengambilan
keputusan. Keputusan adalah pemilihan strategi atau tindakan. Maka
pengertian pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi
yang diyakini manajer akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut.
Jadi kunci pemecahan masalah adalah mengidentifikasi berbagai alternatif
dari keputusan.

B. Saran
Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik
maupun keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan
berbagai macam kasus. Oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan
minat baca untuk menambah wawasan. Perawat juga harus mampu
menemukan masalah-masalah yang sungguh-sungguh terjadi pada klien untuk
menegakkan suatu diagnosa keperawatan yang memerlukan penanganan
segera.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnanto. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta,EGC,
2004
Potter, PA. Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses dan Praktik. Alih Bahasa,
Yasmin Asih, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2005.
http://keperawatan.blogspot.com/2011/22/nursing-advocacy.html. diperoleh
tanggal 27 April 2013.
http://Esaunggul.blogspot.com/2012/11/nursing-advokasi.html. dipeoleh tanggal
28 April 2013
http://util.blogspot.com/2012/13/advokasi-keperawatan.html. Diperoleh tangal 28
April 201

Anda mungkin juga menyukai