Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

PADA PASIEN KANKER

“Makalah ini disusun berguna untuk memenuhi tugas Keperawatan Menjelang Ajal dan
Paliatif”
Dosen Pengampu: Suryani S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Aprilia Nur Rohmawati (17021205)
2. Diyah Intan Lestari (17021217)
3. Filik Kurnia Jordi (17021227)
4. Fitri Yuliani (17021228)
5. Henyta Rossa Adellia (17021229)
6. Mila Astusti (17021242)
7. Nur Achmad Fauzi (17021248)
8. Nurul Mustafidatulkusna (17021253)
9. Umi Novita Sari (17921272)
10. Yulia Suci Anugrah Sari (17021278)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANNUR PURWODADI
TA 2019/2020
2
KATA PENGANTAR

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

A.....................................................................LATAR BELAKANG
B..........................................................................................TUJUAN
C........................................................................RUANG LINGKUP
D.................................................................METODE PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A...........................................................................Pengertian kanker
B...............................................................................Etiologi Kanker
C..........................................................................Jenis-jenis Kanker
D.....................................................................................Patofisiologi
E.........................................................................Komplikasi Kanker
F.........................................................................Pengobatan Kanker
G.Aspek Bio-Psiko-Sosial Dalam Penyakit Kanker Stadium Lanjut
(IV) ......................................................................................................
H......................................Perawatan Paliatif Pada Kanker Kronis
I...............................................................Pengelolaan Nyeri Kanker
J........................................................................Proses Keperawatan

BAB III PENUTUP

A...............................................................................KESIMPULAN
B.............................................................................................SARAN

DAFTAR PUSTAKA

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu penyakit yang belum bisa disembuhkan adalah kanker, kanker
adalah proses yang bermula ketika abnormal diubah oleh mutase genetic dan DNA
seluler. Pada saat stadium akhir yaitu stdium IV terjadi penurunan yang sangat
signifikan di dalam fisik, social dan spiritual. Salah satu penyakit yang belum bisa
diesembuhkan adalah kanker, Kanker adalah proses yang bermula ketika sel
abnormal diubah mutasi genetic dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klo
dan mulai berproliferasi secara abnormal, sel-sel dapat terbawa karena lain dalam
tubuh untuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Brunner and
Suddart, 2011). Menurut Aziz (2005) penderita kanker terbanyak di Indonesia adalah
kanker servik, merupakan urutan pertama dengan jumlah 3686 (17,85%).

Sementara itu, secara keseluruhan di seluruh kanker di dunia kanker serviks


merupakan penyebab kematian ke dua dengan perkiraan kasus baru 510.000 dan
288.000 diantaranya meninggal (Jemal,2006). Berdasarkan data Depkes Profil
kesehatan 2007 (2008) dari 10 jenis kanker terbanyak di Indonesia kanker payudara
merupakan urutan pertama dengan jumlah 8.328 pasien (19,64), kanker serviks uteri
merupakan urutan kedua jumlah 4649 pasien (11,07%). Kejadian kanker serviks uteri
di Jawa tengah pada tahun 2009 sebesar 9.113 kasus (37.65%) dari 24.204 kasus
semua kanker (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009). Dapat disimpulkan
bahwa kanker serviks merupakan penyakit terbanyak ke dua setelah kanker payudara,
namun merupakan penyebab kematian ke dua dari seluruh dunia. Salah satunya
paliatif yang merupakan bagian penting dalam perawatan pasien terminal yang dapat
dilakukan secara sederhana.metode yang dilkukan adalah mengulas literatur
keperawatan dan kedokteran dengan menggunakan 15 jurnal yang menggunakan
pasien kanker stdiumm IV.

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI Nomor :812/kemenkes/SK/VII


2007 meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan
baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit
paru obstruktif kronis, cytis fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit
1
genetika dan penyakit infeksiseperti HIV/AIDS. Salah satu penyakit yang kita ambil
sekarang adalah kanker karena kanker merupakan salah satu penyakit yang belum
bias disembuhkan, berbgai masalah fisik yang muncul yaitu sesak nafas, penurunan
berat badan, gangguan aktivitas tetai juga mengalami gangguan psikososial dan
spiritual yang mempemgaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.

Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien yang


terminal yang dapat dilakukan secara sederhana sering kali prioritas utama adalah
kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif
adalah meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses
normal, tidak mempercepat atau menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan
keluhan lain yang mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual,
mengusahakan agar penderita tetap aktif sapai akhir hayatnya dan mengusahakan
membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Namun masih jarang terdapat
perawatan paliatif dirumah sakit berfokus kepada kuratif. Sedangkan perubahan pada
fisik social dan spiritual tidak bisa intervensi.

Reaksi emosional tersebut ada lima yaitu denail, anger, bergaining, depression
dan acceptance (Kubler-Ross,2003). Undang-undang Kesehatan No. 36/2009
menyampaikan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental
spiritual maupun sosial dan ekonomis. Sakit adalah gangguan keseimbangan status
kesehatan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial dan spiritual (Kozier, 2010).
Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia seperti tumor merupakan penyakit
urutan keempat (4,3 per mil), sedangkan tumor ganas yang merupakan penyebab
kematian semua tumor. Sebagian dari penderita penyakit tumor ganas akan masuk
pada stadium lanjut diamana pasien tidak lagi merespon terhadap tindakan kuratif
(Riset Kesehatan Dasar, 2009).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan diadakannya masalah ini dan pembahasan semoga mahasiswa S1
Keperawatan dapat memahami dan menerapkan keperawatan paliatif dalam dunia
keperawatan.Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif keperawatan dan konsep
keperawatan paliatif.

2. Tujuan Khusus

2
a. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Perawatan Paliatif
b. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tujuan Dari Perawatan Paliatif
c. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Lingkup Perawatan Paliatif
d. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prinsip Perawatan Paliatif
e. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Jenis Perawatan Paliatif
f. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Model/tempat Perawatan Paliatif
g. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Peran Fungsi Perawat Pada Asuhan
Keperawatan Paliatif
h. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif.

C. Ruang Lingkup

Dalam makalah ini hanya membatasi bagaimana konsep perawatan paliatif sehingga
mahasiswa mampu menjelaskannya.

D. Metode Penulisan

Dalam pembuatan ini kami menggunakan tehnik studi kepustakaan yaitu mempelajari
buku-buku sumber untuk memperoleh bahan-bahan ilmiah yang berhubungan dengan
penulisan makalah, mengambil bahan dari internet berupa jurnal keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Kanker
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh
mutasi genetik DNA seluler (Smeltzer, 2002).
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali. Dan sel-sel tersebut umumnya menyerang jaringan biologis
lainnya, baik itu dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). (Adib M. 2011)

B. Etiologi kanker
Sampai saat ini, masih menjadi perdebatan mengenai penyebab seseorang
mengidap kanker.Yang sudah diketahui ialah bahwa kanker disebabkan oleh banyak
faktor dan berkembang dalam waktu bertahun-tahun. Berikut adalah faktor-faktor
yang paling banyak menyebabkan timbulnya kanker :
1. Umur
2. Tembakau
3. Sinar matahari
4. Zat-zat kimia
5. Infeksi virus dan bakteri
6. Diet, kegemukan dan kurang gerak
7. Alkohol
8. Hormon
9. Riwayat keluarga

C. Jenis-jenis Kanker
Menurt Adib M. (2011) jenis-jenis kanker antara lain :
1. Kanker Payudara
Pada kanker payudara sel berkembang saat berusia 8-12 tahun dengan besaran sel
tumor sekitar 1cm. Sel kanker ini muncul disekitar kelenjar payudara, sel kanker
menyebar melalui aliran darah keseluruh tubuh.
a. Perkembangan kanker payudara
1) Stadium I
Stadium 1 disebut stadium dini, ukuran benjolan tumor tidak lebih dari 2-
2,25 cm. Kemungkinan penyembuhan kanker secara sempurna adalah
70%.
2) Stadium II
Besaran tumor sudah lebih dari 2,25 cm. Kemungkinan tingkat
kesembuhan hanya 30-40 %.
3) Stadium III
Tumor sudah cukup besar dan sel kanker telah menyebar keseluruh tubuh,
kemungkinan untuk sembuh hanya sedikit.
2. Kanker Usus Besar
Kanker usus besar sering ditemui pada pria maupun wanita yang berusia di
atas 50 tahun.
4
a. Perkembangan kanker usus besar
1) Stadium I
Peluang penderita untuk hidup hingga 5 tahun mencapai 85-95%
2) Stadium II
Peluang kesembuhan mencapai 60-80%
3) Stadium III
Peluang keberhasilan sekitar 30-60%
4) Stadium IV
Peluang keberhasilan hanya mencapai 25%
b. Kanker Indung Telur
Pada satu atau dua indung telur, biasa nya menjadi tempat
pertumbuhan sel-sel, tidah lazim ( kanker). biasa nya kanker indung telur
terjadi dalam tiga jaringan. pertama, sel germinal ( germcell ), yaitu sel_sel
yang memproduksi telur. ke dua, sel stromal ( stromal cell ), yaitu sel-sel yang
menghasilkan hormon ekstrogen dan progesterone pada perempuan. ketiga sel
epitel ( epitedlia cell ), yaitu sel-sel pembungkus indung sel.
c. Kanker Hati
Kanker hati biasanya di picu oleh penyakit hepatitis tipe B dan C.
selain itu, virus hepatitis ini juga berpeluang menimbulhan sirosis.karena itu,
tercatat 90% pengidap sirosis berpeluang besar mengidap kanker hati.

d. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru menempati peringkat pertama yang banyak
memakan korban. dari seluruh data hampir 90% pengidap kanker paru-paru
meninggal dunia sedangkan 30% dari seluruh kematian di sebabkan oleh
kanker lainya. namun sebenar nya, pencegahan kanker paru-paru mudah di
lakukan. penelitian menunjukan bahwa penyebab kanker paru-paru adalah
asap rokok. adapun zat-zat karsinogen (pemicu kanker ) yang terkandung pada
rokok, yakni vinil chloride, benzo ( a ) pyrenes, dan nitroso-nor-nicotine.
sementara itu, zat lainnya yang lebih berbahaya di banding kan asap rokok
adalah zat-zat radioaktif. itupun jika di makan atau di hirup dalam kadar yang
cukup.
e. Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim biasa di sebut kanker serviks adalah kanker yang
terjadi pada daerah serviks uterus. biasanya, kanker ini terjadi pada wanita
yang telah berumur. akan tetapi, bukti statistik menunjukan bahwa leher rahim
dapat menyerang wanita yang berumur 20-30 tahun.

D. Patofisioligi
5
Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan
Karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian besar
karsinogen sebenarnya tidak reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate),
namun di dalam tubuh diubah menjadi karsinogen awal (primary) atau menjadi
karsinogen akhir (ultimate). Sitokrom P450 suatu mono-oksidase dependen retikulum
endoplasmik sering mengubah karsinogen proximate menjadi
intermediatedefisienelektron yang reaktif (electrophils). Intermediate (zat perantara)
yang reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di DNA yang kaya elektron
(nucleophilic) untuk menimbulkan mutasi. Interaksi antara karsinogen akhir dengan
DNA semacam ini dalam suatu sel diduga merupakan tahap awal terjadinya
karsinogenesis kimiawi. DNA sel dapat pulih kembali bila mekanisme perbaikannya
normal, namun bila tidak sel yang mengalami perubahan dapat tumbuh menjadi tumor
yang akhirnya nampak secara klinis. Ko-karsinogen (promoter) sendiri bukan
karsinogen. Promoter berperan mempermudah pertumbuhan dan perkembangan sel
tumor dormant atau latent. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya tumor dari fase
awal tergantung pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan tumor pada
manusia periode laten berkisar dari 15 sampai 45 tahun. (Smith, dkk. 2009)

E. Komplikasi Kanker
Kanker berbahaya saat menyebar dan akan merusak jaringan normal serta
mengambil alih zat nutrisi jaringan normal. Gangguan patologis dapat terjadi akibat
pengobatan dan efek sekunder dari pengobatan. Disfungsi fisiologis yang terjadi
akibat kanker diantaranya :
1. Kegagalan system imun dan hematopoisis
a. Leukemia dan limfoma
b. Kekambuhan infeksi, anemia, perdarahan
2. Gangguan Gastrointestinal dan fungsinya
a. Gangguan status nutrisi
b. Kontribusi dari anoreksia
c. Berkembang kaheksia, deficit nutrisi
d. Support nutrisi berkurang akibat pengobatan
3. Deficit motorik dan sensorik
a. Akibat kanker menyebar ke tulang dan menekan jaringan saraf
b. Bila ke tulang metastasis mengakibatkan fraktur, compresi mandibula
spinalis, hiperkalsemia
c. Nyeri efek kanker akibat gangguan tulang, kompresi saraf, inflitrasi
jaringan lunak, spasme otot, lymphodema, peningkatan tekanan intra cranial

6
dan myopathi, nyeri akibat terapi kanker, immobilisasi serta penyakit
muskuluskeletal
4. Penurunan fungsi respirasi
a. Akibat dari obstruksi saluran nafas dari tumor, penyebaran jaringan
lunak paru, atau blok aliran darah ke dada dan paru
b. Sesak dan edema paru

F. Pengobatan kanker
1. Pembedahan
Pembedahan adalah cara lama yang hingga saat ini masih digunakan dalam
menangani penderita kanker. Namun demikian cara pembedahan tidak senantiasa
memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam arti penyembuhan
misalnya pada penderita yang mengalami metastase, resiko operasi lebih besar
daripada kankernya dan penderita yang cacat pasca bedah. Pada umumnya
pembedahan dilakukan pada penderita-penderita dengan tumor primer yang masih
dini atau pengobatan paliatif dekompresif.Akan tetapi diluar keganasan
hematologi untuk semua penderita kanker seyogyanya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan ahli bedah sebelum melakukan tindakan lebih lanjut.
2. Radioterapi
Radioterapi umumnya dilakukan apabila secara lokal-regional pembedahan
tidak menjamin penyembuhan atau bilamana pembedahan radikal akan
mengganggu struktur serta fungsi dari organ yang bersangkutan. Berhasil tidaknya
radiasi yang akan diberikan tergantung dari banyak faktor antara lain sensitivitas
tumor terhadap radiasi, efek samping yang timbul, pengalaman dari radioterapist
serta penderita yang kooperatif. Seperti halnya pembedahan, radiasipun bisa
bersifat kuratif ataupun paliatif misalnya pada penderita-penderita metastase
tulang atau sindroma vena cava superior.
3. Kemoterapi
Pola berpikir dahulu penggunaan kemoterapi adalah untuk penderita kanker
yang sifatnya sistemik seperti leukemia atau penderita yang mengalami metastase
setelah pengobatan primer baik pembedahan maupun radiasi.Namun demikian
saat ini telah banyak diketahui.Bahwa pada penderita kanker sering terjadi
mikrometastase yang timbul secara dini yaitu pada penderita-penderita kanker
payudara yang disertai pembesaran kelenjar aksiler, pada kanker yang sangat
besar serta sistologis mempunyai derajat keganasan yang sangat tinggi. Disinilah
peran tambahan dari penggunaan kemoterapi. Pemberian kemoterapi dapat pula
bersifat kuratif maupun paliatif dan dapat pula berperan sistemik maupun
7
regional. Kemoterapi paliatif terutama diberikan pada penderita kanker stadium
lanjut yang tujuannya bukan penyembuhan tapi peningkatan kualitas hidup. Oleh
karenanya dalam memberikan kemoterapi paliatif harus dipikirkan benar-benar
dengan mempertimbangkan respect for outonomy (segala keputusan terletak pada
penderita), beneficial (yang kita berikan yakin bermanfaat), non malificent (yang
kita berikan tidak membahayakan) dan justice (bijaksana). Lama pemberian
kemoterapi paliatif berbeda dengan kemoterapi kuratif. Untuk kemoterapi paliatif
evaluasi dilakukan setelah siklus kedua. Bilamana setelah siklus kedua memberi
respon yang baik kemoterapi dapat dilanjutkan hingga 1 tahun. Apabila tidak
memberi respon bahkan merugikan (efek samping yang terlalu berat) perlu
dipertimbangkan untuk dihentikan.
4. Pengobatan kombinasi
Hal yang paling sering dijumpai adalah cara pengobatan kombinasi baik
pembedahan, radiasi ataupun kemoterapi. Oleh karena itu, penanganan kanker
yang paling baik adalah bilamana dilaksanakan secara terpadu antara “surgical
oncologist – radiation oncologist – medical oncologist.

G. Aspek Bio-Psiko-Sosial Dalam Penyakit Kanker Stadium Lanjut (IV)


Pengobatan pada penderita kanker stadium lanjut (IV) mengacu pada prosedur
medis yg diberikan pada penderita kanker, sedangkan penanganan mengacu kepada
pendampingan secara menyeluruh, meliputi aspek medis dan non-medis, yaitu aspek
psiko dan sosial, atau yg biasa disebut dengan aspek bio-psiko-sosial, sesuai dengan
model yang diajukan Angel dalam model biopsikososial yaitu model yang mencakup
faktor psikologi, sosial dan perilaku, pendekatan yang merupakan landasan ilmiah
dalam upaya mengasuh pasien, karena raga yang mengidap penyakit dipersatukan lagi
dengan dimensi psikososialnya yang dapat memperngaruhi perjalanan penyakitnya,
model ini juga membedakan pengertian penyakit (perubahan struktur jaringan dan
organ yang menimbulkan kelainan) dan sakit (yang dirasakan pasien). Kedua aspek
ini harus ditangani karena pasien ingin bebas dari penyakit dan merasa sehat.

H. Perawatan Paliatif Pada Kanker Kronis


1. Falsafah Perawatan Paliatif pada Kanker Kronis
Didasari pada falsafah bahwa setiap penderita mempunyai hak untuk
mendapat perawatan yang terbaik sampai akhir hayatnya, maka bagi penderita
kanker yang penyakitnya tidak berangsur sembuh, perawatan diberikan untuk

8
mengurangi penderitaanya, sehingga kualitas hidup tetap dapat dipertahankan dan
meninggal dengan tenang dalam imam.
Kanker yang memasuki saat-saat terminal adalah kanker yang sudah dalam
tahap stadium lanjut yang artinya kondisi fisiknya sudah sangat buruk.Terdapat 4
stadium atau tahapan keganasan penyakit kanker, yaitu stadium I, II, III, dan IV.
Lebih jelasnya, tahapan kanker terbagi atas stadium Ia, Ib, dan IIa, yang disebut
dengan stadium kanker invasif dini, dan stadium IIb, stadium IIIa-IIIb, dan
stadium Iva- IVb atau stadium kanker invasif lanjut. Dan pasien-pasien yang
menjalani perawatan paliatif ialah pasien ber stadium IVa- IVb atau stadium
kanker invasif lanjut.

2. Definisi Perawatan Paliatif


Definisi awal dari Definisi awal dari pengobatan paliatif mulai dikenal di
Inggris pada tahun 1987.
“Palliative medicine is the study and management of patients with active,
progressive, far-advanced disease for whom the prognosis is limited and the focus
of care is the quality of life.”
(Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien
pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana prognosisnya
terbatas dan fokus perawatannya adalah pada kualitas hidup).
Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan perawatan paliatif
sebagai berikut:
“Semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama yang tak
mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain menghilangkan
nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis,
sosial dan spiritual”.

3. Tujuan Perawatan Paliatif


Masih menurut WHO, tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas
hidup maksimal bagi penderita dan keluarga.Perawatan paliatf tidak hanya
diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai
segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan bersama
dengan pengobatan kuratif.Lebih lanjut lagi, Organisasi Kesehatan Dunia
menekankan bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar, berikut ini:
a. Meningkatkan kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses normal
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian
c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
9
d. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
e. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
f. Mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga
Sehingga dari uraian diatas, jelas bahwa pemanfaatan sistem perawatan medis
memegang peranan penting untuk diterapkan dalam prinsip perawatan paliatif.

4. Peranan Perawatan Paliatif Penyakit Kanker


Disuatu pusat penanggulangan penyakit kanker, biasanya penderita terbanyak
adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa :
a. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat
penting dan diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita dan
keluarga, dan berperan sebagai sumber unformasi dan sumber dukungan
mental
b. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi
sehingga perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk pengawasan
perawatan di rumah diberikan kepada pelaku rawat (care giver)
c. Tim paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas
penyelesaian, bila ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan upaya
medis
d. Perawatan di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang.
Penyuluhan kepada penderita dan keluarga telah dimulai sejak penderita
berkonsultasi dengan pihak rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk
perawatan di rumah segera dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan rumah.
Ikatan antara rumah dakit dengan penderita di rumah selalu terjalin, lebih baik
lagi, bila dokter keluarga menjadi jembatan dalam ikatan ini.

5. Masalah-Masalah Sosial Pasien Dan Anggota Keluarga Pasien Dalam


Perawatan Paliatif
a. Masalah Sosial Pasien
Hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman, memiliki
pengaruh yang besar untuk mengatasi permasalahan tentang penyakit kanker
yang menimpa pasien. Tanpa perlindungan yang cukup, hubungan yang erat
membentuk sebuah alat untuk melawan stress karena penyakit yang
dideritanya. Berikut ini adalah masalah sosial pasien :
1) Masalah dalam hubungan antar pribadi
2) Karena reaksi pasien terhasap penyakitnya : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh

10
3) Karena reaksi orang lain terhadap penyakit pasien : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
4) Membuat masalah antar pribadi menjadi lebih buruk dari sebelum sakit
5) Masalah pernikahan
6) Ketidak-sepakatan mengenai terapi anti kanker
b. Masalah Keluarga
Keluarga dari pasien yang terkena penyakit kanker akan rentan merasakan
ketegangan dan tekanan, baik secara psikis dan fisik. Akan terlihat lebih nyata
bila pasien dirawat di rumah tetapi bisa diseimbangkan dengan penyesuaian
diri lebih mudah setelah kematian pasien dan perasaaan dalam tenang sesuatu
yang bermanfaat dalam merawat pasien di rumah
1) Pergantian peran
Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien
dapatkan didalam keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama dalam
hal finansial, sehingga seorang pasien dapat merasa tidak berguna,
terisolasi dan depresi
2) Peran baru
Keluarga pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di rumah,
terutama dalam hal mengganti baju, keperluan toilet pasien yang
sebelumnya diajari oleh orang-orang yang lebih orofesional sehingga
keluarga tentang merasa cemas apabila ternyata terdapat kesalahan dalam
merawat pasien serta tidak dapat mengantiipasi masalah yang mungkin
muncul.
3) Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri
Seperti halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh keluarga
yangmemungkinkan menderita secar tertutup daripada menguranginya.
Sebuah keluarga yang terlalu melindungi memungkinkan untuk mencoba
untuk mem-blok komunikasi dari tim pelayanan kesehatan, membiarkan
pasien dengan kecemasan atau ketidakpastian dan perasaan terisolasi.
4) Kelelahan
Kelelahan secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali didalam anggota
keluarga pasien yang tidak mungkin terselamatkan.
c. Peningkatan Masalah Fisik Dan Psikis Dengan Perkembangan
Penyakit
d. Kebutuhan Finansial Dan Hukum

6. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Perawatan Paliatif


Usaha perbaikan kualitas hidup bagi pasien dan keluarga pasien akan lebihefektif
dengan adanya :
11
a. Pengembangan pusat kegiatan paliatif
b. Pengertian yang mendalam tentang penggunaan analgetika
c. Pengertian tentang kebutuhan dari pasien dan keluarga pasien dalam
usaha mengatasi keluhan
d. Kesepakatan bahwa menghilangkan gejala untuk mencapai kualitas
hidup yang baik adalah hal penting pada penderita kanker stadium lanjut
Adapun hambatan yang sering dijumpai dalam melaksanakan kegiatan paliatif
ialah :
a. Tidak adanya kebijakan dari pemerintah tentang kegiatan paliatif dan
bebas nyeri dalam suatu negara
b. Tidak adanya pendidikan untuk petugas kesehatan, penentu kebijakan,
administrator serta masyarakat sehubungan dengan kegiatan paliatif
c. Penyalahgunaan obat bius menyebabkan pengawasan yang ketat akan
penggunaan obat tersebut
d. Jumlah obat yang sangat terbatas terutama di negara yang sedang
berkembang (analgetika)
e. Kurangnya pengetahuan petugas kesehatan tentang obat analgesik
f. Kurangnya dana untuk penelitian dan pengembangan kegiatan paliatif

7. Ketakutan Akan Kematian Dan Tahapan Dalam Menghadapi Penyakit Kanker


Stadium Lanjut (IV)
Ketika menengok masa lampau dan mempelajari budaya serta masyarakat
kuno, kita akan terkesan mengetahui bahwa kematian tidak disukai, dan mungkin
akan terus demikian. Pasien yang menjelang ajal harus melalui banyak tahap
dalam perjuangannya untuk menerima penyakit dan kematiannya, kemungkinan
selama beberapa waktu ia menolak berita buruk tersebut dan terus bersikap
seolah-olah ia sehat dan sekuat sebelum ia sakit.
Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial yang
dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, telah mengidentifikasi lima tahap
yang mungkin dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak akan
hidup lama lagi, yaitu :
a. Tahap Kaget
Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminal-
ill).Tetapi adakalanya mereka masih juga “kaget” dan tidak percaya bila
diberitahu atau menyadari kondisi sebenarnya.Dalam situasi ini penderita
tampak kebingungan bahkan yang bersangkutan dapat melakukan segala
sesuatu tanpa disadari atau tampak seperti orang linglung.Kecelakaan mudah

12
terjadi pada saat ini.Adakalanya orang-orang tertentu ingin menyendiri untuk
mengumpulkan energi mental dan ingin membuat rencana masa depannya.
b. Tahap Penolakan
Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi juga
pada keluarga.Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi
penerangan-penerangan yang intensif agar timbul kesadaran dan tidak lari
darikenyataan.
c. Tahap Amarah
Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan keluarga,
tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi yang
hipersensitif dan ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga bahkan tim
medis, yang tidak jarang diakhiri dengan saling balas-membalas oleh anggota
tim.
d. Tahap Tawar-Menawar
Pada tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar
“mengetahui” ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan
hidup.Dalam fase ini ada juga perasaan takut sekarat, takut mati dan takut
pergi sendirian.Untuk itu masukan-masukan keagamaan sudah harus
diperhatikan.
e. Tahap Depresi
Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri
bahkan percobaan bunuh diri.Pada umumnya untuk para Dokter, ini adalah
“tanda-tanda” ajal makin mendekat.Adakalanya dalam keadaan depresi,
orangorang ingin menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan pemikiran
membuat keputusan yang tepat.
f. Tahap Pasrah
Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai ke tahap
pasrah. Pada tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan
berpikir maka masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Lebih lanjut lagi, Ross (dalam Zastrow, 1996) mencatat bahwa tidak setiap
orang akan mengalami kemajuan ketika melewati tahap-tahap tersebut,
seringkali terjadi perubahan yang amat tidak diduga dan malah mengalami
kemunduran ke tahap sebelumnya. Misalnya, seorang pasien akan dapat
mengatasi tahap penolakan menjadi depresi, menjadi kegusaran dan
kemarahan, dan kembali lagi ke penolakan, kemudian menjadi tawar-
menawar, depresi, dan selanjutnya.

13
Ketakutan seorang pasien paliatif stadium lanjut biasanya telah masuk dalam
tahapan early adulthood dan middle age. Terkait dengan tugas perkembangan
yang dimiliki oleh individu itu, maka kematian mendadak seseorang yang berusia
produktif lebih sulit diterima karena tiga alasan:
a. Masyarakat tidak memiliki waktu untuk menyiapkan diri akan
kematiannya.
b. Masyarakat merasa bahwa kematian mendadak di masa produktif
merupakan suatu kesedihan yang amat sangat sebab orang tersebut belum
dapat menikmati hal-hal yang baik dalam kehidupan.
c. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hubungan
“penutupan”: masyarakat mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki
kesempatan untuk menyelesaikan konflik antarpribadi yang terjadi antara
mereka.

I. Pengelolaan Nyeri Kanker


1. Batasan
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,
yang dihubungkan dengan jaringan yang rusak, cenderung rusak, atau segala
keadaan yang menunjukkan adanya kerusakan jaringan.
Data dari WHO menyebutkan bahwa 2/3 dari penderita kanker akan
meninggal karena penyakitnya dan bahwa dalam perjalanan penyakitnya 45-100%
akan mengalami nyeri yang ringan sampai berat. Dengan bertambah majunya
pengobatan kanker, maka bertambah banyak pula penderita kanker yang
berketahanan hidup panjang, sehingga bertambah pula penderita nyeri yang
memerlukan pengobatan.Laporan dari negara maju 50-80% nyeri kanker tidak
mendapat pengelolaan yang adekuat. Di RSUD Dr. Sutomo 56% penderita kanker
disertai rasa nyeri dan 83% belum mnedapatkan yang adekuat. Sesungguhnya 80-
90% nyeri kanker dapat ditanggulangi jika hal tersebut dilakukan sesuai dengan
prosedur yang dianjurkan oleh WHO.
2. Penyebab Nyeri Kanker
Nyeri kanker yang lebih dikenal dengan sindroma nyeri kanker dapat disebabkan
oleh beberapa faktor :
a. Faktor jasmani yang bisa terjadi akibat :
1) Tumornya
2) Berhubungan dengan tumornya
3) Pengobatan tumornya
4) Tidak langsung dari tumornya maupun pengobatannya
b. Faktor jiwa yang bisa terjadi akibat :
14
1) Marah
2) Cemas
3) Depresi
3. Penilaian Nyeri Kanker
a. Hubungan antara dokter dan penderita haruslah dijalin sebaik mungkin
sehingga penderita mempunyai kepercayaan penuh terhadap sang dokter.
Anamnesis dan pemeriksaan yang diteliti haruslah dilaksanakan.
b. Percayalah laporan nyeri dari penderita, walaupun nyeri adalah
fenomena subyektif namun ada cara yang obyektif untuk menilai nyeri
misalnya meyeringai, takikardia, berkeringat dan pucat.
c. Tenanglah dan dengarkan keluhan penderita dan yakinkan bahwa
keluhan tersebut dapat diobati
d. Riwayat nyeri, lokasi, lama, frekuensi, tidurnya, nafsu makan, dan
dapatkah menggerakkan anggota tubuh dengan baik.
e. Obat-obatan analgetika yang pernah didapat dan berapa lama minum
serta berapa dosisnya.
f. Skala nyeri
Mintalah penderita mengatakan derajat nyerinya.
g. Pemeriksaan fisik dan neurologik yang teliti
h. Perhatikan adanya faktor psikologik dan sosial.
i. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.
j. Pemeriksaan foto yang diperlukan.
k. Mengobati rasa nyeri sementara melengkapi diagnosis.
l. Mencari penyebab nyeri.
Pada anak-anak terdapat cara tersendiri untuk menilai rasa nyeri sebab
kemampuan anak untuk berkomunikasi tergantung pada umur dan
pengertiannya. Skala nyeri yang dapat dipakai untuk menilai derajat nyeri
pada anak ialah Smiley Analoque Scale.
4. Pedoman Pengelolaan Nyeri Kanker
a. Kebijakan Dasar
1) Nyeri kanker merupakan keluhan subyektif
2) Makin progresif kankernya nyeri makin hebat
3) Makin kronis penyebab nyeri makin kabur
4) Penyebab nyeri multifaktorial
5) Penyebab, jenis, sifat dan derajat nyeri dapat berubah pada seorang
penderita
6) Penderita yang tidak mengeluh bukan berarti tidak nyeri
7) Nyeri harus dikelola dengan benar hingga bebas nyeri.
b. Dokter dan Petugas Kesehatan perlu :
1) Memahami pengertian nyeri kanker
2) Mendengarkan keluhan penderita dengan seksama
3) Mempercayai semua keluhan penderita
4) Meluangkan waktu untuk menjelaskan masalah nyeri pada penderita
dan keluarga.
15
5) Mampu dan bersedia pengelolaan nyeri kanker
6) Memahami alternatif pengelolaan nyeri kanker.
7) Memahami dasar-dasar umum pengelolaan nyeri kanker dengan
menggunakan obat-obat analgesik dan ajuvan.
8) Menyadari kemungkinan-kemungkinan timbulnya efek samping obat
dan mampu menanggulangi bila keadaan ini benar terjadi.
9) Memahami alternatif tambahan pengelolaan nyeri kanker dengan cara
pembedahan paliatif, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal serta
rehabilitasi medik.
c. Penderita dan Keluarga perlu :
1) Memperoleh informasi masalah nyeri kanker yang diderita dan
berperan serta aktif pada kegiatan pengelolaan yang akan dilaksanakan.
2) Memperoleh informasi mengenai alternatif pengelolaan nyeri kanker
serta memahami untung rugi yang mungkin dialami dan bersedia
memberikan persetujuan tertulis (Informed Concent).
3) Keluarga penderita berperan sebagai penunjang pelaksanaan terapi.
4) Keluarga memerlukan penjelasan, bimbingan, serta bantuan sehingga
penderita dan keluarga dapat bersama-sama menghadapi kenyataan dengan
tenang.
d. Obat-obat Analgesik
1) Ditentukan secara individual
2) Pada usia lanjut anak-anak perlu disesuaikan
3) Tidak ada dosis maksimal untuk opiat dan pemberiannya dimulai
dengan cara titrasi
4) Diperlukan rawat inap untuk stabilisasi awal hingga diketahui dan
dicapai dosis efektif
5) Khusus untuk golongan opiat bisa terjadi toleransi dan untuk ini perlu
penyesuaian dosis.

J. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pasien yang dijadwalkan untuk pengobatan kanker dengan terapi radiasi dapat
mengalami berbagai kecemasan, ketakutan, dan masalah lainnya. Pengkajian
keperawatan merupakan langkah pertama dalam menentukkan status fisik dan
emosi pasien, termasuk persepsinya mengenai efek pengobatan radiasi terhadap
penyakitnya dan yang diharapkannya. Pengkajian ini dapat membantu
memprioritaskan kebutuhan pasien, termasuk aspek-aspek ketika pasien
memerlukan penyuluhan kesehatan yang harus diberikan sebelum terapi dimulai.
a. Data subjektif.
16
Perawat mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan tujuan
terapi radiasi. Apakah terapi radiasi hanya digunakan untuk penyembuhan atau
paliatif. Perawat perlu menggali informasi mengenai pengetahuan pasien dan
keluarga akan radioterapi, lamanya pelaksanaan terapi, dan bagian tubuh yang
harus diradiasi. Dari wawancara ini, perawat dapat juga mengidentifikasi
pengertian keliru atau salah informasi yang diperoleh pasien dan keluarga.
Perawat harus mengklarifikasi segera informasi yang keliru itu. Dengan
memeriksa catatan pasien, perawat dapat mengetahui apakah pasien pernah
mengalami terapi radiasi dan persepsinya tentang terapi radiasi tersebut, efek-
efek samping yang pernah dialaminya. Perawat perlu juga mengetahui system
pendukung pasien.
b. Data objektif.
Catatan pasien adalah sumber utama informasi-informasi tentang tipe
kanker yang dialaminya, stadium kanker, terapi yang pernah diberikan dan
hasil dari terapi tersebut. Perawat perlu mengkaji status fisik dan emosi pasien
yang sekarang. Adanya penyakit kronis, seperti artritis, perlu juga digali
karena dapat mempersulit jalannya terapi. Pasien dengan artritis dapat sulit
mengambil posisi yang tepat dan mempertahankan posisi tersebut karena
merasa nyeri. Pasien dengan masalah jantung dapat mengalami kesulitan
mempertahankan pasien telentang.
Status nutrisi juga harus digali. Status yang tidak adekuat harus
diperbaiki. Nutrisi yang buruk dengan penurunan berat badan dapat membuat
pasien tidak kuat menjalani terapi radiasi sampai selesai.
Keadaan kulit pasien harus diperhatikan, terutama yang akan terkena
radiasi sebelum terapi dimulai. Kulit yang utuh merupakan benteng utama
tubuh. Kulit yang tidak utuh terdapat lecet, goresan, luka atau masalah
dermatologis yang lain harus dilaporkan. Efek radiasi pada tubuh adalah
kumulatif. Oleh karena itu, juga bagian tubuh yang sama harus diberi radiasi
ulang, kulitnya akan menjadi lebih rawan terhadap radiasi dibandingkan
dengan kulit yang tidak pernah terkena radiasi.
Usia adalah factor yang juga perlu diperhatikan, terutama pada pasien
dengan umur 65 tahun keatas. Telah diketahui bahwa individu lansia memiliki
system imun yang menurun, regenerasi sum-sum tulang yang memerlukan
waktu lama dan lebih cepat lelah. Selain itu, elastisitas kulit yang sudah

17
banyak berkurang sehingga perlu waktu untuk pemulihan jika terjadi trauma
akibat radiasi.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditentukan dari analisis data. Termasuk dalam
diagnosis keperawatan, antara lain :
a. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan kurang atau tidak
adanya pengetahuan tentang efek-efek radiasi pada sel-sel kanker dan tubuh
serta informasi tentang hasil yang diharapkan dari terapi, tidak siap untuk
menerima informasi, sikap tidak acuh terhadap informasi yang diberikan.
b. Resiko kerusakan intergritas kulit yang berhubungan dengan efek
radiasi pada kulit, deficit nutrisi, lansia.

Hasil yang diharapkan dari asuhan yang diberikan, antara lain :

a. Pengetahuan tentang radio terapi


1) Dapat menjelaskan dengan benar alasan pemilihan terapi
radiasi untuk menangani penyakit kankernya.
2) Dapat mengidentifikasi efek-efek samping akibat terapi radiasi.
3) Dapat menerangkan dengan benar rencana terapi radiasi (kapan
dimulai, berapa lama, dan seterusnya).
b. Pengetahuan tentang efek-efek samping akibat terapi radiasi
1) Mengidentifikasi perubahan pada kulit karena terapi radiasi.
2) Mendemotrasikan cara melindungi kulit.
3. Intervensi
a. Penyuluhan pasien/keluarga.
Perawat mempunyai peranan penting dalam menghilangkan rasa takut
yang dialami pasien dan keluarga karena informasi yang keliru tentang terapi
radiasi. Perawat mengklarifikasi instruksi mengenai berapa kali terapi radiasi
dilakukan, lamanya, bagian tubuh yang diradiasi, serta yang diharapkan pasien
ketika persiapan (tahap simulasi), dan pengobatan dilakukan. Persiapan
dimulai dengan konsultasi dengan ahli radiasi onkologi yang akan menentukan
apakah radiasi dapat dipakai sebagai penyembuhan atau hanya sebagai paliatif.
Ahli radiasi onkologi juga yang memberitahu jika terapi radiasi tidak dapat
dipakai karena tumor yang dialami pasien tidak sensitive terhadap radiasi.
Dalam hal ini, perawat perlu mengantisipasi kemarahan dan kekecewaan
pasien dan keluarga, serta siap untuk memberikan pengertian dan dukungan.
Sebelum terapi radiasi dimulai, pasien harus mengikuti simulasi sekali
atau beberapa kali. Ketika simulasi, bagian tubuh yang akan diradiasi
dipastikan dan diberi tanda dengan tinta khusus atau tato. Pasien diberitahu
18
untuk tidak menghapus tanda tersebut. Pasien juga perlu tahu bahwa ia tidak
akan mengalami rasa nyeri ketika terapi radiasi dilakukan. Ia perlu diberitahu
bahwa ia akan sendirian ketika menjalani terapi radiasi. Akan tetapi, ia harus
terus-menerus dipantau melalui TV oleh teknisi radiasi, sehingga ia selalu
dapat berbicara dengan teknisi radiasinya. Alat-alat penahan untuk
mempertahankan posisi yang tepat seperti sabuk keselamatan, gips, mold yang
akan digunakan harus dijelaskan. Pasien perlu diberitahu bahwa simulasi akan
manghabiskan banyak waktu, tetapi terapi radiasi hanya beberapa menit.
Efek-efek samping yang lazim seperti cepat lelah dan depresi sum-sum
tulang perlu diterangkan. Oleh karena itu, pasien ini perlu istirahat sebanyak 8
jam setiap malam. Kegiatan-kegiatan harus diselingi dengan istirahat.
Makanan harus tinggi karbohidrat, protein dan kalori. Berat badan ditimbang
paling sedikit setiap minggu. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan
kimia darah dipantau secara teratur selama pelaksanaan terapi radiasi untuk
mengetahui efek radiasi terhadap kemampuan sum-sum tulang memproduksi
sel-sel darah merah (leukosit, eritrosit, dantrombosit).
b. Peningkatan integritas kulit.
Eritema adalah akibat radiasi pada peredaran darah kapiler-kapiler.
Vasodilasi dan kongesti biasanya timbul dalam beberapa menit pada
pengobatan yang pertama, yang dapat berkembang menjadi eritema yang
menyolok dalam 2-3 minggu dalam pengobatan, kemudian memudar.
Demostrasi harus disusul dengan redemostrasi. Cara merawat kulit secara
tertulis perlu diberikan kepada pasien.

4. Evaluasi
a. Pasien dapat menjelaskan dengan tepat rasional pemakaian terapi
radiasi untuk mengobati kanker (penyembuhan, paliatif, atau tambahan
[adjuvant] untuk pembedahan, kemoterapi).
b. Pasien dapat menyebutkan dengan benar berapa kali radiasi dilakukan,
daerah tubuh yang diradiasi dan pentingnya menyelesaikan terapi radiasi.
c. Pasien mampu mendemotrasikan dengan benar cara merawat kulit,
dapat menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan sekitar perawatan kulit,
dapat mempertahankan keutuhan kulit (tidak ada luka, lecet, goresan, dan
lainnya).
d. Pasien mengungkapkan dapat tidur selama 8 jam setiap malam; dapat
makan makanan tinggi kalori, protein, dan korbohidrat.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki


kualitas hiduppasiendan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual.

B. SARAN

1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan perawatan


pada pasien paliatif dan menjelang ajal.

2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien paliatif dan


menjelang ajal.

20
DAFTAR PUSTKA

Adib M. 2011. Penngetahuan Praktis Ragam Penyakit Memantikan. Bukubiru. Yogyakarta

Baradero Sr. Mary. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. EGC. Jakarta

Smith RA, Cokkinides V, Brawley OW. Cancer screening in the United States, 2009: a review
of current American Cancer Society guidelines and issues in cancer screening. CA
Cancer J Clin 59:27, 2009. Review.

21

Anda mungkin juga menyukai