Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN PALIATIF

MEDIKOLEGAL DAN PERAN PERAWAT


DALAM KEPERAWATAN PALIATIF
PURHADI S. Kep.Ns.M.Kep
• Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek keperawatan
paliatif dapat bersifat personal ataupun profesional.
• Dilema menjadi sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan
keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis.
• Sebagai tenaga profesional tim perawatan paliatif kadang sulit
karena keputusan yang akan diambil keduanya sama-sama
memiliki kebaikan dan keburukan.
• Pada saat berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses
pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini
membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik
dari tim perawatan paliatif.
” Bagaimana Aspek Medikolegal Dalam
Perawatan Paliatif (Studi Kasus Pseudo-
Euthanasia : pada Tindakan Withdrawing or
Withholding Life-support Treatment)”
• 1. Perawatan Paliatif
– Perawatan paliatif telah didefinisikan oleh World
Health Organization (WHO) sebagai"perawatan total
pasien yang aktif dari penyakit ini tidak responsif
terhadap pengobatan kuratif sakit.
– Pengawasan, gejala lain, dan dari, sosial dan
spiritual masalah psikologis, sangat penting.
– Tujuan perawatan paliatif adalah pencapaian
kualitas terbaik hidup bagi pasien dan keluarga
mereka.
• Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu
yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan
multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,
serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
(wikipedia.org)
• 2. Kualitas hidup pasien
• Adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap
keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch,
Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper(1999), adalah :
gejala fisik, kemampuan fungsional (aktivitas), kesejahteraan
keluarga, spiritual, fungsi sosial, kepuasan terhadap
pengobatan (termasuk masalah keuangan), orientasi masa
depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri
sendiri dan fungsi dalam bekerja. (Tejawinata, 2006)
Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif

• Perawatan paliatif terkait dengan seluruh


bidang perawatan mulai dari medis,
perawatan, psikologis, sosial, budaya, dan
spiritual, sehingga secara praktis, prinsip dasar
perawatan paliatif dapat dipersamakan
dengan prinsip pada praktek medis yang baik.
Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif (Rasjidi, 2010)

• 1. Sikap peduli terhadap pasien


• Termasuk sensitivitas dan empati. Perlu dipertimbangkan segala aspek
dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan.
• Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi. Faktor
karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor individual lainnya
tidak boleh mempengaruhi perawatan.
• 2. Menganggap pasien sebagai seorang individu
• Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-
gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun yang sama persis
dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harus dipertimbangkan
dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.
• .
Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif (Rasjidi, 2010)

• 3. Pertimbangan kebudayaan
• Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan-perbedaan ini
harus ciperhatikan dalam perencanaan perawatan.
• 4. Persetujuan
• Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum
perawatan dimulai atau diakhiri. Mayoritas pasien ingin
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, namun dokter
cenderung untuk meremehkan hal ini. Pasien yang telah diberi
informasi memadai clan setuju dengan perawatan yang akan
diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
• 5. Memilih tempat dilakukannya perawatan
• Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien can keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini.
Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.
• 6. Komunikasi
• Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal yang sangat
penting dan mendasar dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
• 7. Aspek klinis : perawatan yang sesuai
• Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita
pasien. Hal ini penting karena pemberian perawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang,
hanya akan menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatan yang berlebihan berisiko untuk
memberikan harapan palsu kepada pasien. Demikian jugs perawatan yang dibawah standard akan
mengakibatkan kondisi pasien memburuk.
• Hal ini berhubungan dengan masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan
hanya karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia-sia adalah tidak etis.
• 8. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi
• Perawatan paliatif memberikan perawatan yang bersifat holistik clan integratif, sehingga dibutuhkan
sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik dari masing-
masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil Yang maksimal kepada pasien dan keluarga.
• 9. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin
• Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi, dan
berkelanjutan. Perawatan medis yang konsisten akan mengurangi
kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga,
dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun
keluarga.
• 10. Perawatan yang berkelanjutan
• Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga
akhir merupakan dasar tujuan dari perawatan paliatif. Masalah
yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan kontinuitas
perawatan.
• 11. Mencegah terjadinya kegawatan
• Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah
terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan
penyakit. Pasien dan keluarga harus diberitahukan sebelumnya mengenai
masalah-masalah yang sering terjadi, dan membentuk rencana untuk
meminimalisasi stres fisik dan emosional.
• 12. Bantuan kepada sang perawat
• Keluarga pasien dengan penyakit lanjut seringkali rentan terhadap stres fisik dan
emosional, terutama apabila pasien dirawat di rumah, sehingga perlu diberikan
perhatian khusus kepada mereka mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif
juga tergantung dari sang pemberi perawatan itu sendiri.
• 13. Pemeriksaan ulang
• Perlu terus dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien, mengingat pasien
dengan penyakit lanjut kondisinya akan cenderung menurun dari waktu ke waktu.
Aspek Medikolegal Dalam
Perawatan Paliatif
• ( Kep. Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007)
Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif

1. Persetujuan tindakan
medis/informed consent untuk pasien
paliatif.
a. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif.
Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada dasarnya
dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Meskipun
pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang membutuhkan informed
consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan
informed consent. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan
pasien sendiriapabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya.
Waktu yangcukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan
keluargaterdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga
terdekatnyamelakukannya atas nama pasien.
• b. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan
tindakan kedokteran pada dasarnya dilakukan
• sebagaimana telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
• c. Meskipun pada umumnya hanya tindakan
kedokteran (medis) yang membutuhkan informed
• consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya
setiap tindakan yang berisiko dilakukan
• informed consent.
• d. Baik penerima informasi maupun pemberi
persetujuan diutamakan pasien sendiri apabila ia
• masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga
terdekatnya. Waktu yang cukup agar
• diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi
dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien
• telah tidak kompeten, maka keluarga terdekatnya
melakukannya atas nama pasien.
• e. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh
pesan atau pernyataan
• pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus atau boleh
atau tidak boleh
• dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun
(advanced directive). Pesan
• dapat memuat secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan, atau dapat
• pula hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam
membuat keputusan
• pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan
akan dijadikan panduan
• utama bagi tim perawatan paliatif.
• f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan
terbaik pasien, tim perawatan paliatif dapat
• melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan, dan informasi dapat diberikan
pada kesempatan pertama.
Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif

2. Resusitasi/Tidak
resusitasi pada pasien
paliatif

a.
• Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat
dibuat olehpasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien
memasukiatau memulai perawatan paliatif.Pasien yang kompeten
memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi, sepanjang informasi
adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah
dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan
(advanced directive) atau dalam bentuk informed consent menjelang ia
kehilangan kompetensinya. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak
boleh membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan
dalam advanced directive tertulis. Namun demikian, dalamkeadaan
tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan patut,
permintaantertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat
dimintakan penetapanpengadilan untuk pengesahannya.
• a. Keputusan dilakukan atau tidak
dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat
oleh pasien yang
• kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
• b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah
diinformasikan pada saat pasien memasuki
atau
• memulai perawatan paliatif.
• c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak
menghendaki resusitasi, sepanjang informasi
• adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat
keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut
• dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced
directive) atau dalam informed consent
• menjelang ia kehilangan kompetensinya.
• d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh
membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali
• telah dipesankan dalam advanced directive
tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu
• dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan
patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota
• keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan
pengadilan untuk pengesahannya.
• e. Tim perawatan paliatif dapat membuat
keputusan untuk tidak melakukan resusitasi sesuai
• dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila
pasien berada dalam tahap terminal dan
• tindakan resusitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas
hidupnya
• berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif

3. Perawatan pasien
paliatif di ICU

a.
• a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di
ICU mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang
• berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
• b. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim
perawatan paliatif harus mengikuti pedoman
penentuan
• kematian batang otak dan penghentian
peralatan life-supporting.
Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif

4. Masalah medikolegal lainnya


pada perawatan pasien paliatif

a.
• b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat
kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis,
tetapi
• dengan pertimbangan yang memperhatikan
keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu
• dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan
non medis yang terlatih. Komunikasi antara
• pelaksana dengan pembuat kebijakan harus
dipelihara.
• b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat
kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis,
tetapi
• dengan pertimbangan yang memperhatikan
keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu
• dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan
non medis yang terlatih. Komunikasi antara
• pelaksana dengan pembuat kebijakan harus
dipelihara.

Anda mungkin juga menyukai