Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENGINDERAAN

DENGAN SINUSITIS

OLLEH

AMBROSIUS NONG YORIS : 225202100516

YULIANTI BETING : 225202100590

THERESIA WALDETRUDIS : 225202100581

BERNADETHA M.S. LUDGARDA :2252021005

YAYASAN SANTO LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE

AKADEMI KEPERAWATAN ST. ELISABETH

LELA – MAUMERE

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memeberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM PENGINDERAAN DENGAN SINUSITIS ” tepat
pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis banyak menemukan


kesulitan dan rintangan, tetapi berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak,
penulis dapat menyelesakannya. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan yakni :

1. Direktur Akdemi Keperawatan St. Elisabeth Lela, Maria K. Ringg


Kuwa,S.ST.,M.Kes yang telah memeberikan kesempatan kepada penulis
untuk menimbah ilmu keperawatan menjadi calon perawat Ahli Madya
Keperawatan yang profesional.
2. Ibu Emirensiana watu S.Kep,Ns.,M.Kep selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing serta arahan awal
penulisan sehingga terselesainya laporan pendahuluan ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam memberikan
informasi dan masukan-masukan terkait dengan penyusunan laporan
pendahuluan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan pendahuluan ini masih jauh
dari sempurna, baik isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih dan semoga laporan pendahuluan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Maumere, januari 2023

Penulis
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sinusitis adalah proses peradangan di mukosa atau selaput lender
dari sinus parasit. Paranasalis Sinus (SPN) terdir dari empat sinus, yaitu
simus maksilaris, sinus frontal, sinus sphenoid dan sinus ethmoid. Setiap
rongga sinus dilapis oleh lapisan mukosa yang merupakan kelanjutan dari
rongga hidung dan bermuara ke dalam rongga hidung melalui setiap
ostium. Dalam kondisi anatomi dan fisiologi normal, sinus diisi dengan
udara. Penyimpangan dari struktur anatomi normal atau perubahan fungsi
lapisan mukosa dapat menjadi predisposisi penyakit sinus.
Sinusitis adalah penyakit yang sangat umum diseluruh dunia,
hampir mempengaruhi sebagaian besar orang Asia. Pederita sinusitis dapat
dilihat dari ibu jari bagian atasa yang rata. Sinusitis menyebabkan
seseorang menjadi sangat sensitive terhadap beberapa bahan, termasuk
perubahan cuaca (dingin), polusi lingkungan sekitarnya dan wabah bakteri.
Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin, terutama pada
pagi hari, rambut rontok, mata sering gatal , sakit kaki, kelelahan dan
asma. Jika kondisi ini berkepanjangan itu akan menyebabkan masalah
keputihan untuk wanita, atau wasir (gangguan prostat) untuk pria. Menurut
Lucas, seperti dikutip oleh Moh. pada masa itu, etiologi sinusitis sangat
kompleks, hanya 25 % disebebkan oleh infeksi, sisanya 75 % disebabkan
oleh alergidan ketidakseimbangan dalam system saraf otonom yang
menyebabkan perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam
penelitiannya pada 44 pasien dengan sinusitis maksilaris kronis mendapat
8 dari mereka (18.18 %) memberikan tes kulit positif dan peningkatan
kadar IgE total. Sebagaian besar dalam kelompok usia 21-30 tahun dengan
frekuensi antara pria dan wanita seimbang. Hasil paling positif pada tes
kulit adalah debu rumah (87,75%), tungau (62.50%) dan serpuhan kulit
manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan
sinusitis akut yang tidak merespon atau tidak menerima terapi. Peran
bakteri sebagai dalang dibelakang pathogenesis sinusitis kronis saat ini
masih dipertanyakan. Lebih baik jangan meremehkan pilek yang terus
menerus karena bisa jadi pilek yang tidak sembuh bukan hanya pilek
biasa. Karena faktor alergi adalah salah satu penyebab sinusitis, salah satu
cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermis dalam bentuk tes
kulit (uji Prick) yang cepat, sederhana, tidak menyakitkan, relative aman
dan jarang menyebabkan reaksi anafilaksis. Tes kukit (skin prick test)
adalah pemeriksaan yang paling sensitive uantuk reaksi yang dimediasi
oleh IgE dan melalui pemeriksaan ini penyebab allergen dapat ditentukan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyakit sinusitis
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi pada pengindraan
b. Mengetahui konsep dasar penyakit
c. Mengetahui konsep dasar askep
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Hidung
Fungsinya bekerja sebagai saluran udara pernafasan, sebagai penyaring
udara. Pernapasan oleh mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk
bersama-sama udara pernafasan dan leukosit yang terdapat pada selaput
lender (mukosa) atau hidung. Sinus paranasal terdapat 4 pasang yaitu :
sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalisnpada rongga
tulang dahi, sinus etmoidalis sinus yang berada antara mata dan rongga
hidung, sinus stenoid berada pada dasar tenggorok. Fungsinya sebagai
pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu resonasi
suara, peredam perubahan tekanan udara, membantu menghasilkan
lendir untuk membersihkan rongga hidung.
2. Tekak/Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dengan jalan
makanan. Rongga hidung dibagi menjadi 3 bagian :
a. Bagian sebelah atas yang sama tingginya yang disebut nasofaring
b. Bagaian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut
Orofaring
c. Bagian bawah sekali disebut jaringofaring
3. Pangkal Tenggorokkan /Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara
4. Batang Tenggorokkan
Merupakan lanjutan dari faring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan
20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah keluar.
Sel-sel bersilia itu sampai berguna untuk mengeluarkan benda-benda
asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.

B. Konsep Teori Penyakit


1. Pengertian
Sinusitis berasal dari dua kata yaitu sinus dan itis. Akhiran umum
dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah
suatu peradangan sinus. Sinusitis terjadi karena peradanganpada
rongga-rongga udara disekitar hidung yang diikuti oleh infeksi saluran
pernapasan. Infeksi pada rongga sinus tersebut mengakibatkan
membentuknya lendir sehingga tersumbatnya saluran udara melalui
hidung. Penumpukkan lendir merupakan tempat berkembangbiaknya
bakteri (Brunner dan Suddartth, 2017).
Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Sinus
atau sering pulah disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara
yang terdapat pada bagian padat dari tulang tengkorak disekitar wajah,
yang berfungsi untuk memperingan tulang tengkorak. Rongga ini
berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis terletak
dibagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak dibelakang pipi.
Sementara itu, sinus spenoud dan sinus ethmoid terletak agak lebih
dalam dibelakang rongga mata dan dibelakang sinus maksilaris.
Dinding sinus terutama dibentuk oleh sel-sel penghasil cairan mukus.
Udara masuk kedalam sinus melalui sebuah luabang kecil yang
menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang
disebut dengan ostia. Jika oleh karena suatau sebab luabang ini buntu
maka udara tidak akan bisa keluar masuk dan cairan mukus yang
diptoduksi di dalam sinus tidak akan bisa dikeluaarkan.
2. Etiologi
a. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernapasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus dan
Parainfluenza virus).
b. Bakteri
Didalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit ( misalnya
Streptococcus pneumonia, Haemophilus tersumbat akibat pilek atau
infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembangbiak dan menyusup kedalam sinus, sehingga terjadi
infeksi sinus akut.
c. Infeksi Jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita
gangguan system kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
3. Patway

Virus, Bakteri, Jamur

Inflamasi pada sinus

SINUSITIS Produksi sekret

Proses Inflamasi Akumulasi Sekret

Suhu tubuh Ujung-ujung saraf nyeri Rasa tidak nyaman


terangsang karena hidung tersumbat

Hipertermi Nyeri Tidur tidak nyenyak

Bersihan jalan napas tidakefekrif Gangguan pola istirahat


4. Manefestase Klinis
a. Sinusitis Maksila Akut
Gejala : demam, pusing, ingus kental dihidung, hidung tersumbat
nyeri pada pipi terutama sore hari dan ingus mengalir nasofaring.
b. Sinusitis Ethmoid Akut
Gejala : ingus kental dihidung dan nasofaring, nyeri diatara dua mata
dan pusing.
c. Sinusitis Frontal Akut
Gejala : demam, sakit kepala yang hebat pada siang hari tetapi
berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang,
d. Sinusitis Sphenoud Akut
Gejala : nyeri dibola mata, sakit kepala dan ingus dinasofaring.
e. Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau, selalu terdapat ingus ditenggorokkan, terdapat gejala diorgan
lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkietasis, batuk kering
dan demam.
5. Komplikasi
Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat
menyebabkan komplikasi. Komplikasi sinusitis antara lain :
a. Otak ( infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak).
b. Mata (infeksi pada jaringan disekitar bola mata, infeksi bola mata
dan pecahnya bola mata).
c. Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar
dari wajah, perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak).
d. Radang tenggorok yang sering kambuh.
e. Radang amandel.
f. Radang pita suara (sering batuk atau sesak)
g. Sesak napas atau asma
h. Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah dan diare).
6. Penatalaksanaan
Bertujuan untuk :
1) Proses penyembuhan
2) Mengatasi infeksi
3) Memperbaki drainase mukus
4) Mencegah perubahan sinusitis akut menjadi kronik
5) Mencegah terjadinya komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Rinoskopi anterior
 Mukosa merah
 Mukosa bengkak
 Mukopus di meatus medius
2) Rinoskopi posterior
 Mukopus nasofaring
3) Nyeri tekan pipi yang sakit
4) Transiluminasi
 Kesuraman pada sisi yang sakit
5) X foto sinus paranaslis
 Kesuraman
 Gambaran
 Penebalan mukosa

C. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan dan status
2) Keluhan utama
Pasien meangalami nyeri pada kepala sinus dan tenggorokkan
3) Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien mengalami nyeri dikepala dan tenggorokkan
 pasien susah menelan makanan dan menundikkan kepala
 Berat badan menurun
4) Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien pernah menderita penyakit akut dan pendarahan hidung
atau trauma
 Pernah mempunyaipenyakit THT ( Telinga, Hidung dan
Tenggorokkan)
5) Riwayat Penyait Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami atau menderita
penyakit yang sama dengan klien atau tida mengalami penyakit
keturunan.
b. Klasifikasi Data
1) Sinusitis akut
Merupakan suatu proses infeksi didalam sinus yang berlangsung
dari 1 hari sanpai 3 minggu.
2) Sinusitis sub akut
Merupakan infeksi sinus yang berlangsung 4 minggu samapi 12
minggu. Perubahan epitel didalam sinus biasanya fersibel pada
fase akut dan subakut, biasanya perubehan tak fersibel timbul
setelah 3 bulan sinusitis subakut yang berlanjut ke fase
berikutnya atau kronik.
3) Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung samape
waktu yang tidak terbatas.
c. Analisa Data
a) Data Subyektif
 Pasien mengeluh sakit kepala
 Pasien mengeluh sesak napas
 Tidak ada nafsu makan
 Susah tidur
b) Data Obyektif
 Gelisah, didapat skala nyeri 8, Rr : 22x/menit
 Adanya retraksi dinding dada, pemggunaan otot bantu
pernapasan, cuping hidung, suara napas ronkhi.
 Penurunan berat badab dari 63 kg menjadi 62 kg, makanan
yang disajikan tidak pernah dihabiskan.
 Lemas, mata cowong, tidur kurang dari 6-8 jam/hari
b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
atau adanya sekret yang mengental.
2) Nyeri berhubungan denga peradangan pada hidung
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat peradangan dengan
sinus.
4) Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.

c. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. Bersihan jalan napas tidak a) Menunjukkan Manajemen jalan napas :
efektif berhubungan dengan pembersihan jalan a) Kaji penumpukan sekret
obstruksi atau adanya sekret napas yang efektif b) Buka jalan napas
yang mengental b) Menunjukkan c) Posisikan pasien untuk
kepatenana jalan memaksimalkan fentilasi
napas d) Idntifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
e) Kolaborasi nebullizer dengan
tim medis untuk pembersihan
sekret
2 Nyeri berhubungan denga a) Memperlihatkan Manajemen nyeri :
peradangan pada hidung pengendalian nyeri a) Lakukan pengkajian nyeri
b) Menunjukkan secara kopeherensif meliputi
tingkat nyeri lokasi, karakteristik, durasi ,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dan
ketidaknyamanan
c) Ajarkan teknik non farmakologi
d) Anjurkan pasien tingkatkan
istirahat dan tidur
e) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
3 Ketidakseimbangan nutrisi a) Menunjukkan status Manajemen nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh gizi yang adekuat a) Ketahui makanan kesukaan
berhubungan dengan anoreksia b) Berat badan dalam pasien
sekunder akibat peradangan batas normal b) Tentukan kemampuan pasien
dengan sinus untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
c) Pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asuhan
d) Timbang pasien pada interval
yang tepat
e) Berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhi nutrisi
pasien
4 Hipertermi berhubungan a) Suhu tubuh dalam Terapi demam :
dengan reaksi inflamasi batas normal a) Monitor vital sign
b) Tidak ada perubahan b) Monitor warna kulit
warna kulit c) Berikan antipiretik
d) Kolaborasi pemberian cairan
intravena
d. Implementasi
Implementasi di sesuaikan dengan intervensi

e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang lebih di tetapkan,
dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan
serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan

perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. valuasi


keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau prlu pendekatan lain. evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan
dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
kebutuhan pasien (Dinarti dan muryanti , 2017 )
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sinusitis adalah penyakit inflamasi atau peradangan yang terjadi pada
sinus paranasal, baik itu sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus
maksilaris, dan sinus spernodalis. Sinusitis dapat terjadi akibat trauma
langsung atau kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung
rhinitis alergi, infeksi virus, bakteri atau jamur jug dapat mengakibatkan
sinusitis.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat dapat memahami dan melakukan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit sinusitis.
DAFTAR ISI

Brunner dan suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 vol

Efiaty Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Dan
Hidung.

Anda mungkin juga menyukai