DENGAN SINUSITIS
OLLEH
LELA – MAUMERE
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memeberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM PENGINDERAAN DENGAN SINUSITIS ” tepat
pada waktunya.
Penulis
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinusitis adalah proses peradangan di mukosa atau selaput lender
dari sinus parasit. Paranasalis Sinus (SPN) terdir dari empat sinus, yaitu
simus maksilaris, sinus frontal, sinus sphenoid dan sinus ethmoid. Setiap
rongga sinus dilapis oleh lapisan mukosa yang merupakan kelanjutan dari
rongga hidung dan bermuara ke dalam rongga hidung melalui setiap
ostium. Dalam kondisi anatomi dan fisiologi normal, sinus diisi dengan
udara. Penyimpangan dari struktur anatomi normal atau perubahan fungsi
lapisan mukosa dapat menjadi predisposisi penyakit sinus.
Sinusitis adalah penyakit yang sangat umum diseluruh dunia,
hampir mempengaruhi sebagaian besar orang Asia. Pederita sinusitis dapat
dilihat dari ibu jari bagian atasa yang rata. Sinusitis menyebabkan
seseorang menjadi sangat sensitive terhadap beberapa bahan, termasuk
perubahan cuaca (dingin), polusi lingkungan sekitarnya dan wabah bakteri.
Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin, terutama pada
pagi hari, rambut rontok, mata sering gatal , sakit kaki, kelelahan dan
asma. Jika kondisi ini berkepanjangan itu akan menyebabkan masalah
keputihan untuk wanita, atau wasir (gangguan prostat) untuk pria. Menurut
Lucas, seperti dikutip oleh Moh. pada masa itu, etiologi sinusitis sangat
kompleks, hanya 25 % disebebkan oleh infeksi, sisanya 75 % disebabkan
oleh alergidan ketidakseimbangan dalam system saraf otonom yang
menyebabkan perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam
penelitiannya pada 44 pasien dengan sinusitis maksilaris kronis mendapat
8 dari mereka (18.18 %) memberikan tes kulit positif dan peningkatan
kadar IgE total. Sebagaian besar dalam kelompok usia 21-30 tahun dengan
frekuensi antara pria dan wanita seimbang. Hasil paling positif pada tes
kulit adalah debu rumah (87,75%), tungau (62.50%) dan serpuhan kulit
manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan
sinusitis akut yang tidak merespon atau tidak menerima terapi. Peran
bakteri sebagai dalang dibelakang pathogenesis sinusitis kronis saat ini
masih dipertanyakan. Lebih baik jangan meremehkan pilek yang terus
menerus karena bisa jadi pilek yang tidak sembuh bukan hanya pilek
biasa. Karena faktor alergi adalah salah satu penyebab sinusitis, salah satu
cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermis dalam bentuk tes
kulit (uji Prick) yang cepat, sederhana, tidak menyakitkan, relative aman
dan jarang menyebabkan reaksi anafilaksis. Tes kukit (skin prick test)
adalah pemeriksaan yang paling sensitive uantuk reaksi yang dimediasi
oleh IgE dan melalui pemeriksaan ini penyebab allergen dapat ditentukan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyakit sinusitis
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi pada pengindraan
b. Mengetahui konsep dasar penyakit
c. Mengetahui konsep dasar askep
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hidung
Fungsinya bekerja sebagai saluran udara pernafasan, sebagai penyaring
udara. Pernapasan oleh mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk
bersama-sama udara pernafasan dan leukosit yang terdapat pada selaput
lender (mukosa) atau hidung. Sinus paranasal terdapat 4 pasang yaitu :
sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalisnpada rongga
tulang dahi, sinus etmoidalis sinus yang berada antara mata dan rongga
hidung, sinus stenoid berada pada dasar tenggorok. Fungsinya sebagai
pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu resonasi
suara, peredam perubahan tekanan udara, membantu menghasilkan
lendir untuk membersihkan rongga hidung.
2. Tekak/Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dengan jalan
makanan. Rongga hidung dibagi menjadi 3 bagian :
a. Bagian sebelah atas yang sama tingginya yang disebut nasofaring
b. Bagaian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut
Orofaring
c. Bagian bawah sekali disebut jaringofaring
3. Pangkal Tenggorokkan /Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara
4. Batang Tenggorokkan
Merupakan lanjutan dari faring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan
20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah keluar.
Sel-sel bersilia itu sampai berguna untuk mengeluarkan benda-benda
asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
c. Intervensi
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang lebih di tetapkan,
dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan
serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan
A. Kesimpulan
Sinusitis adalah penyakit inflamasi atau peradangan yang terjadi pada
sinus paranasal, baik itu sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus
maksilaris, dan sinus spernodalis. Sinusitis dapat terjadi akibat trauma
langsung atau kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung
rhinitis alergi, infeksi virus, bakteri atau jamur jug dapat mengakibatkan
sinusitis.
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat dapat memahami dan melakukan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit sinusitis.
DAFTAR ISI
Efiaty Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Dan
Hidung.