Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN OTITIS MEDIA KRONIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
A3 2020

1. Anggi Regina Budiman 2011312001


2. Adinda Tri Kurnia Putri 2011313001
3. Naura Salsabila Afina 2011311015
4. Miftahul Rahmi 2211316024
5. Rahmi Dwi Syaputri 2011312064

DOSEN PEMBIMBING : Ns.Bobby Febri Krisdiyanto,M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih
khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca Aamiin.

Padang, 21 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................6
2.1 Definisi................................................................................................................6
2.2 Etiologi................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi.....................................................................................................7
2.4 Klasifikasi........................................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................10
2.6 Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................11
2.7 Penatalaksanaan Medis.......................................................................................12
2.8 Komplikasi.........................................................................................................13
BAB III.........................................................................................................................14
ANALISIS KASUS.....................................................................................................14
3.1 Pengkajian....................................................................................................14
3.2 ANALISA DATA.........................................................................................18
3.3 SDKI, SLKI DAN SIKI Artritis Gout...............................................................19
EBNP PADA PASIEN OTITIS MEDIA KRONIK.................................................23
BAB IV........................................................................................................................25
PENUTUP....................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................25
4.2 Saran...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis media kronik merupakan masalah kesehatan global yang berdampak pada kualitas
hidup seseorang. Otitis media kronik sebagai kelanjutan dari otitis media akut yang sering
terjadi pada anak – anak,sebagian disebabkan oleh perforasi membran timpani. Keadaan
seperti ini mengakibatkan nyeri telinga, otorrhea yang berhubungan dengan perforasi
membran timpani (Anggraini, 2013). Otitis media kronik dapat menyebabkan morbiditas
yang sangat erat hubungannya dengan gangguan pendengaran. Terdapat berbagai macam
faktor predisposisi kronisitas otitis media salah satunya adalah riwayat rinitis alergi
sebelumnya (Diana and Haryuna, 2017). Menurut penelitian Rambe et al pada studi kasus
kontrol rinitis alergi berpengaruh tiga kali lebih besar terhadap disfungsi tuba eustachii yang
berlanjut pada otitis media kronik (Rambe et al., 2013), namun sejauh ini banyak penderita
otitis media kronik di Rumah Sakit Islam Sultan Agung dan belum banyak dilakukan
penelitian tentang hubungan frekuensi rinitis alergi dengan kejadian otitis media kronik.

Prevalensi kejadian otitis media kronik pada anak meningkat setiap tahunnya. Pada
beberapa penelitian infeksi ini diperkirakan terjadi pada 25% anak. Infeksi umumnya
mengenai usia dua tahun pertama kehidupan, sedangkan insiden puncak pada tahun
pertama masa sekolah (Adams, Boies and Higler, 2013). Epidemiologi terjadinya otitis
media berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 75% mengalami minimal satu episode otitis media
sebelum usia 3 tahun (Ghanie, 2010). Sedangkan menurut World Helath Organization
(WHO) pada tahun 2004 sekitar 330 juta orang menderita OMSK dengan otorea. Di
Indonesia usia terbanyak menderita infeksi telinga tengah 7-18 tahum, dan penyakit
telinga tengah terbanyak adalah OMSK (Anggraini, 2013). Apabila tidak diatasi dengan
tepat otitis media akut dapat berkembang menjadi otitis media kronis yang dapat
menyebabkan komplikasi seperti meningitis dan abses otak (Bowatte et al., 2018).

Otitis media kronik dihubungkan dengan infeksi saluran nafas atas seperti rinitis
alergi, selain disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus
aureus (Sari, 2018). Rinitis alergi menyebabkan disfungsi tuba melalui mediator inflamasi
seperti histamin dan prostaglandin yang merusak mukosa tuba eustachii (Rambe et al.,
2017). Pelepasan mediator inflamasi seperti IL-4, IL-5, IL-2, IL-12 dan IFN ɤ oleh sel
mast menyebabkan edem mukosa nasofaring, sehingga mengakibatkan edem perituba dan
tuba, yang kemudian menyebabkan disfungsi tuba eustachii (Budiman et al., 2014).
Disfungsi tuba eustachii mengganggu mekanisme proteksi terhadap mikroorganisme dan
non
mikroorganisme, sehingga sekresi telinga tengah yang dialirkan ke nasofaring melalui
tuba eustachii terganggu. Kejadian ini menciptakan keadaan vakum dalam telinga tengah
yang mengarah pada peningkatan produksi cairan akibat sumbatan yang lama sehingga
menyebabkan risiko
infeksi pada telinga tengah (Bowatte et al., 2018). Menurut penelitian Budiman et al
(2014) terdapat hubungan bermakna rinitis alergi terhadap otitis media supuratif kronik
(p=0,032) dan otitis media efusi (p=0,03). Pada hasil tes fungsi tuba didapatkan gangguan
fungsi tuba sebesar 89.2% (Budiman et al., 2014). Dalam studi lain bahwa pasien rinitis
alergi memiliki risiko 13 kali lebih besar untuk menderita otitis media supuratif kronik
(OMSK) dibanding dengan pasien tanpa rinitis alergi, dimana probabilitas pasien rinits
alergi untuk menderita OMSK sebesar 92,9% (Rambe et al., 2017). Sedangkan menurut
studi (Heo, Kim and Lee, 2018) menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara rinitis
alergi dengan kejadian otitis media kronik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Otitis media adalah infeksi pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis Media Akut
(OMA) adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner and Sudath. 1997 :2050).
Otitis Media Akut (OMA) ialah peradangan akut pada sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah, peradangan terjadi pasa mukosa cavum tympani dengan
terjadinya pembentukan mukopus di dalam cavum tympani tersebut.
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan peradangan kronis di
telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari
telinga tengah secara terus-menerus atau hilang timbul lebih dari 2 bulan. Secret
dapat berbentuk encer atau kental, bening atau nanah.
2.2 Etiologi
Telinga tengah biasanya dalam keadaan steril, meskipun terdapat mikroba di
nasofaring dan faring. Secara fisiologis, terjadi mekanisme pencegahan masuknya
mikroba ke dalam telinga tengah yaitu oleh silia mukosa pada tuba Eustachius,
enzim dan antibodi. Otitis media terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut :
 Terganggunya sistem pertahanan tubuh
 Sumbatan pada tuba Eustachius
Jika fungsi tuba Eustachius terganggu, maka pencegahan invasi kuman
ke dalam telinga tengah juga ikut terganggu, akibatnya kuman dengan mudah
masuk ke dalam telinga tengah dan selanjutnya terjadi peradangan. Sumbatan
atau peradangan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama terjadinya
otitis media (Husni T. R, 2011).
 Infeksi oleh kelompok Coccus (Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Diplococcus)
Pada anak, makin sering terserang infeksi saluran napas, maka makin
besar kemungkinan anak menderita OMA. Pencetus terjadinya OMA adalah
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), semakin sering terkena ISPA maka
kemungkinan terjadinya OMA semakin besar (Novertha, 2013). Pada bayi
OMA mudah terjadi karena tuba Eustachiusnya yang pendek, lebar, dan
letaknya yang agak horizontal. 
 Bakteri anaerob : Bacteriodes, Fragillis, Bronhammella, Cattarhalis.

2.3 Patofisiologi

Menurut Garna H, dkk (2012), masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga


tengah yang sebenarnya dalam keadaan streril. Paling sering terjadi apabila
disfungsi tuba Eustachius seperti obstruksi (penyumbatan) yang diakibatkan oleh
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), inflamasi jaringan disekitarnya (mis,
sinusitis, hipertropi adenoid), atau reaksi dari alergi (mis, rintis alergika).
Stadium awal : hiperemis dan edema terjadi pada tuba Eustachius bagian
faring menyebabkan lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa mengakibatkan terkumpulnya cairan eksudat dan transudat di dalam
telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi
bakteri yang datang langsung dari nasofaring.
Selanjutnya faktor ketahanan tubuh terganggu dan virulensi bakteri akan
menentukan progresivitas penyakit. 
WOC
Trauma Benda Asing

Invasi Bakteri

Perubahan status Proses peradangan pada Tekanan udara pada


kesehatan telinga tengah telinga tengah

Mengaktivasi reseptor Retruksi membrane


Kurang Informasi
nyeri timpani

Defisit pengetahuan Melalui sistem saraf Hantaran suara/udara


asenden yang diterima menurun

Merangsang thalamus
dan konteks serebri Gangguan Komunikasi
verbal

Muncul sensasi Nyeri

Nyeri kronis
Klasifikasi
a. Klasifikasi Otitis Media Akut (OMA)
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya
tekanan negative di dalam telinga tengah akibat dari absorpsi udara.
Kadang-kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh
pucat. Efusi mungkin telah terjadi namun masih sukar untuk dideteksi.
Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan
oleh alergi atau virus.
1. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)
Tampak pembuluh darah melebar di membrane timpani atau
membrane timpani tampak edema. Secret yang telah terbentuk masih
bersifat eksudat sehingga sukar terlihat.

1. Stadium Supurasi
Terjadi akumulasi mukopus yang menyebabkan peningkatan tekanan
di dalam cavum timpani membuat pasien tampak sangat sakit, nadi dan
suhu meningkat ( > 39oC), serta rasa nyeri di telinga tengah semakin hebat
(otalgia hebat). Pada stadium ini membrane timpani menonjol (bulging) ke
arah liang telinga luar.
1. Stadium Perforasi
Terlambatnya pemberian antibiotic atau virulensi kuman yang tinggi
menyebabkan terjadinya rupture pada membrane timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Pada stadium ini anak
yang tadinya gelisah sekarang tenang, suhu badan turun, dan anak dapat
tertidur dengan nyenyak.

1. Stadium Resolusi
Jika membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani
akan membaik. Namun bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan
berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik, maka resolisi akan
terjadi tanpa dilakukan pengobatan.

a. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)


OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. OMSK tipe benigna (tipe mukos = tipe aman)
Peradangan hanya terjadi pada mukosa saja dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteaton.
1. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe berbahaya)
Terdapat kolesteaton. Perforasi terletak di maligna, kadang-kadang
juga terdapat kolesteaton dengan perforasi sub total.
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Gejala klinis otitis media akut (OMA)
tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.  Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa. Gejala klinis OMA secara umum : 
 Biasanya gejala awal berupa sakit telingah tengah yang berat dan menetap. 
 Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara. 
 Pada anak kecil dan bayi dapat mulai muntah,dan demam sampai 39,50°,
gelisah, susah tidur,kejang,memengang telinga yang sakit. 
 Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol. 
 Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan
jernih dan akhirnya berupah nanah(jika gendang telinga robek). 
 Membrane timpani merah,sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat. 
 Keluhan nyeri telinga(otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak
yang belum dapat berbicara. 
 Anoreksia(umum). 
 Limfadonepati servikal anterior.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, mungkin diperlukan untuk
mengkonfirmasi atau mendeteksi penyakit bawaan yang terkait. Namun pada
bayi di bawah 12 minggu dengan demam dan otitis media akut dilakukan
pemeriksaan sepsis lengkap.
a. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Corrwin (2009), pemeriksaan diagnostik untuk otitis media adalah :
1.Pemeriksaan otoskopi 
Untuk memberikan informasi tentang gendang telinga yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis otitis media. Otitis media akut ditandai dengan adanya penonjolan gendang
telinga yang merah pada pemeriksaan. 
2.Penggunaan alat pneumonik dengan otoskop fotoshop pneumatik lebih lanjut membantu
mendiagnosis otitis media. Dengan menekan balon yang berisi udara yang dihubungkan ke
otoskop, bolus kecil udara dapat diinjeksikan ke dalam telinga luar. Pada otitis media akut
dan otitis media dengan efusi, mobilitas membrane timpani berkurang.
3.Timpanogram 
Suatu pemeriksaan dengan pemasangan sonde kecil pada telinga luar dan pengukuran
gerakan membrane timpani setelah adanya tonus yang terfiksasi, juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi mobilitas membrane timpani.
4.Pemeriksaan audiologi 
Memperlihatkan deficit pendengaran, yang merupakan indikasi penimbunan cairan
(infeksi atau alergi).

2.7 Penatalaksanaan Medis


Tindakan Kolaboratif :
1.Miringotomi/Paracentesis
Tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani, agar terjadi drainase secret dari
telinga tengah ke liang telinga luar. Lokasi miringotomi adalah kuadran posterior-inferior.
2.Nasaldekongestan tetes
Untuk menghilangkan edema pada tuba eustachius dan meningkatkan ventilasi telinga
tengah dengan pemberian efedrin 1% dewasa dan 0,5% pada anak-anak.
3.Irigasi telinga setelah paracentesis dengan perhidrol 1% dan NaCl 0,9%
4.Analgetik/antipiretik
Parasetamol yaitu untuk membantu menghilangkan nyeri dan menurunkan suhu
tubuh.
5.Antibiotik
 Pemberian ampisilin 50 mg/kg/hari terbagi dalam 4 dosis
 Pemberian amoksisilin 40 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis

Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya :


1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius 
a. Berikan antibiotik selama 7 hari
b.Obat tetes hidung nasal dekongestan
 HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak < 12 tahun
 HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk umur diatas 12
tahun dan orang dewasa
c.Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
d.Antipiretik 
2.Stadium Hiperemis 
a.Berikan antibiotik (golongan penisilin atau ampisilin) selama 10-14 hari
b.Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
c.Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
d.Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
3.Stadium Supurasi
a.Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan
b.Berikan antibiotik ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari. Apabila
ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.
c.Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan
miringotomi 
4.Stadium Perforasi
a.Berikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
b.Berikan antibiotik yang adekuat
5.Stadium Resolusi
Berikan antibiotk lanjutan sampai 3 minggu
2.8 Komplikasi
Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, sebagai berikut:
a.Rupture membrane timpani dengan otorea
b.Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
c.Tuli konduktif jangka pendek
d.Tuli permanen atau jangka panjang
e.Meningitis 
f.Mastoiditis 
g.Abses sub-periosteal
h.Abses otak
i. Kolesteatoma yang didapat (sakus telinga tengah terisi epitel atau keratin).
Kasus Otitis Media Akut Kronik

Tn T (28 tahun) datang ke rumah sakit dengan Nyeri Telinga Kanan sejak 6 bulan yang
lalu. Pasien mengalami pusing, pendengaran berkurang kalau telinga kiri ditutup.
Telinga berdenging, terasa penuh di telinga, badan lemah. . Klien mengorek telinganya
dengan Bulu ayam. Semakin lama terasa nyeri Karena terus menerus terasa nyeri serta
kehilangan pendengaran.Pemeriksaan pada telinga : Tampak kelelahan karena nyeri
telinga, kesadaran compos mentis. Klien tidur ditempat tidur dengan posisitidur
terlentang mengarah ke sisi yang tidak sakit sambil memegang telinganya yang sakit.
Kiri : Normal Kanan : Penurunan Pendengaran . Klien mengeluh terasa nyeri
skala 5 pada telinga kanan dan kalau nyeri terasa pusing dan kadang mual. Telinga
tampak bengkak dan kemerahan, terpasang tamponade. Hasil Pemeriksaan tanda tanda
Vital: Temperatur : 36,50C / Axilla, Nadi : 92 X/menit, teratur dan kuat , Tensi 110/80
mmHg lengan kananRR : 20 Kali / menit.
Laboratorium :
Hb : 12 gr%
LED : 48
Trombo : 45
Leukosit : 8500
PPT : 12
SGOT : 18
SGPT : 14
Lampiran 10

PENGKAJIAN KEPERAWATAN Nama : Tn. T (P/L)


MEDIKAL BEDAH No. MR : -
Tanggal Lahir/usia: 28 tahun
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)

Ruang : -Tgl. MRS : - Tgl. Pengkajian:- Pukul :-


A. PENGKAJIAN
DATA DASAR
Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Delirium □ Somnolen □ Soporocoma □ Coma
TTV: TD 110/80 mmHg, N 92 X/mnt, S 36,5 .◦C, P20 X/mnt, Nyeri: □ Ya □Tidak
Gol Darah: .........Rh:....... TB: 165 cm BB: 57 kg (Aktual/Perkiraan) LILA...........
Penanggung jawab: (keluarga/suami/istri/.....)Pembiayaan: .............................
Pekerjaan: -
Keluhan Utama :

- Nyeri telinga kanan sejak 6 bulan yang lalu


- Klien mengalami pusing, pendengaran berkurang kalau telinga kiri ditutup
- Telinga berdenging, terasa penuh ditelinga, badan lemah
- Nyeri semakin lama terus menerus serta kehilangan pendengaran
- Nyeri skala 5 pada telinga kanan dan kalau nyeri terasa pusing dan kadang mual

Lama Keluhan:
Lama Keluhan: Sejak 6 bulan yang lalu
Diagnosis Medis: Otitis Media Kronik
Riwayat Kesehatan
1) RKS
- Pasien mengalami pusing
- Pendengaran berkurang kalua telinga kiri ditutup
- Telinga berdenging,terasa penuh ditelinga
- Badan Lemah
2) RKD
-

3) RKK
- Riwayat penyakit di dalam keluarga tidak ditemukan dalam kasus

Genogram

Ket: O : perempuan,
□ : laki-laki,
† : meninggal,
: pasien
X : meninggal
dengan ...........

2. Pengkajian Fungsional Gordon


a. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan

Persepsi terhadap penyakit -


Kebiasaan: □ Merokok : □ Tidak □ Ya, bungkus…..... / hr, lamanya ..........…
□ Minum Alkohol : □ Tidak □ Ya, berapa botol …............./ hr, lama.........…
□ Obat- Obatan: □ Tidak □ Ya, nama obat ……………...............................
□ Lain- lain : …………………....................
Reaksi Alergi: - Tindakan: -
b. Pola Nutrisi/Metabolisme: Keluhan: -
- Tidak dikaji dalam kasus
- A : Tb : 165 cm, bb : 57 kg
- B:-
- C:-
- D:-

Diet/Suplemen Khusus - Perubahan BB 6 Bulan Terakhir: Tak ada/Ada: _____kg.


(↑/↓). Asupan nutrisi: □ Oral □ NGT □ Parenteral □Gastrostomi
Riwayat Masalah Kulit/Penyembuhan: Tak ada/ Ada
Pantangan/Alergi: -
Gambaran diet pasien dalam sehari (komposisi& ukuran):
Sebelum sakit Selama dirawat
Makan Pagi: - Makan Pagi: -

Makan Siang: - Makan Siang: -

Makan Malam: - Makan Malam: -

c. Pola Eliminasi: Keluhan : -

Pola Defekasi Pola Urinasi


Frekwensi.......................Konsistensi............... Frekwensi.......................Konsistensi.............
. Warna.............................Bau..........................
Warna.............................Bau........................... .
. Banyaknya......................................................
Banyaknya.............................................. .
Stoma .............................................................. Alat bantu.......................................................

Lain-
lain........................................................................................................................................
d. Pola Aktivitas /Olah Raga: Keluhan :
-

Kemampuan Perawatan Diri (0 = Mandiri, 1 = Dengan Alat Bantu, 2 = Bantuan dari


orang lain , 3 = Bantuan peralatan dan orang lain, 4 = tergantung/tdk mampu)
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di Tempat Tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
ALAT BANTU: ___Tdak ada _____Kruk _____Pispot ditempat tidur
_____Walker____Tongkat ______Belat/Mitela ________Kursi roda. Kekuatan Otot :

e. Pola Istirahat Tidur: Keluhan: Klien tidur ditempat tidur dengan posisi tidur terlentang
mengarah ke sisi yang tidak sakit sambal memegang telinganya yang sakit

Kebiasaan : _____jam/malam ______ tidur siang _____ Tidur sore


Merasa segar setelah tidur _____ Ta _____ Tidak.
Lain-lain___________________________________________________________________
f. Pola Kognitif –Persepsi: Keluhan
- Pasien sadar/composmentis
- Adanya penurunan pendengaran
- Klien merasa nyeri
o P : Peradangan/inflamasi telinga tengah
o Q : Nyeri terus menerus
o R : Telinga sebelah kanan
o S:5
o T : 6 bulan yang lalu

Status mental: _____Sadar _____Afasia reseptif _____Mengingat cerita buruk


_____Terorientasi _____Kelam Pikir _____Kombatif _____Tak responsif
Bicara: _____Normal _____Tak Jelas _____Gagap _____Afasia ekspresif
Bahasa sehari-hari ______Indonesia ______Daerah ______Lain-
lain________________
Kemampuan membaca bahasa Indonesia _______Ya _______ Tidak
Kemampuan Berkomunikasi: ________Ya ________ Tidak _________________
Kemampuan Memahami: _______ Ya ________ Tidak _______________________
Tingkat Ansietas: ________ Ringan _______ Sedang ________ Berat ________Panik
Keterampilan Interaksi: _______ Tepat ________ Lain-lain
_____________________
Pendengaran : _____ DBN _____Kerusakan ( ___Kanan ___Kiri) ____Tuli ( __Kanan
____Kiri_____ Alat bantu dengar ______ Tinnitus
Penglihatan : _____ DBN _____Kacamata _____Lensa Kontak
_____ Kerusakan _____Kanan_____Kiri _____Buta _____Kanan_____ Kiri
_____ Katarak _____ Kanan _____ Kiri_____ Glaukoma
_____ Protesis _____ Kanan _____ Kiri_____ Ya _____ Tidak
Vertigo:
Ketidak nyamanan/Nyeri: _____Tdak ada _____Akut _____ Kronik _____
Deskripsi : Nyeri di telinga kanan

Penatalaksanaan Nyeri: -

g. Pola Peran Hubungan: Keluhan -


Pekerjaan : -
Status Pekerjaan: ______ Bekerja ______ Ketidakmampuan jangka pendek
______ Ketidakmampuan jangka panjang ______ Tidak Bekerja
Sistem Pendukung: ______ Pasangan ______Tetangga/Teman _____Tidak ada______
Keluarga serumah ______ Keluarga tinggal berjauhan______
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS: _______________________
Kegiatan sosial :_______________________
h. Pola Seksualitas/Reproduksi: Keluhan: -

Tanggal Menstruasi Akhir (TMA): ___________________________


Masalah Menstruasi: ______ Ya ______ Tidak ________________
Pap Smear Terakhir: _____________________________________
Pemeriksaan Payudara/Testis Mandiri Bulanan:_____ Ya ______ Tidak
Masalah Seksual B/D Penyakit:
_______________________________________________
lain-lain:_______________________________________________________________
i. Pola Koping-Toleransi Stres: Keluhan: -

Masalah (finansial, perawatan diri):


_______________________________________________
Kehilangan/perubahan besar di masa lalu: ______ Tidak ______Ya ___________
Hal yang dilakukan saat ada masalah:____________________________________________
Penggunaan obat untuk menghilangkan stres:______________________________________
Keadaan emosi dalam sehari hari:_____________________santai______________tegang
j. Pola Keyakinan-Nilai : Keluhan –
Agama: ....................Pantangan Keagamaan: _____ Tidak ______ Ya (uraikan)
Ibadah selama sakit :______________________________________________
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: __ Ya ____ Tidak

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik: -
Laboratorium:
- Hb : 12 gr%
- LED : 48
- Trombo : 45
- Leukosit : 8500
- PPT : 12
- SGOT : 18

PEMERIKSAAN FISIK

Gambaran

Tanda Vital TD : 110/80 mmHg S :36,5 C


N : 92 x/menit RR : 20 x/menit
Kulit

Leher Normal
Trakea

Karotid Bruit

Vena

Kelenjar

Tiroid

Lainnya

Normal
Dada

Normal
Jantung
Auskultasi

Ritme

PMI

Abdomen Normal

Normal
Muskuloskeletal/Sendi

Nodus Limfe

Neurologi Composmentis
Status Mental/GCS

Saraf Kranial

Motoris
Sensoris

DTR

Lainnya

Normal

Ekstremitas

Vaskuler Perifer

Payudara

Genitalia

Rectal

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
/TGL
1. DS: Agen pencedera Nyeri Kronis
- Nyeri telinga kanan sejak 6 bulan
yang lalu fisiologis (Infeksi
- Pasien mengalami pusing
- Semakin lama terasa nyeri bakteri saluran
- Nyeri skala 5 pada telinga
kanan,Kalau nyeri,terasa pusing telinga luar)
dan mual

o P : Peradangan/inflamasi telinga
tengah
o Q : Nyeri terus menerus
o R : Telinga sebelah kanan
o S:5
o T : 6 bulan yang lalu

DO:
- Tampak kelelahan karena nyeri
telinga
- Telinga klien bengkak dan
kemerahan
- Terpasang tamponade

2. DS: Gangguan Gangguan

DO: Pendengaran komunikasi verbal


- Telinga tampak bengkak dan
kemerahan
- Pendengaran berkurang kalau
telinga kiri tertutup
- Semakin lama terasa nyeri serta
kehilangan pendengar
3. DS: Ketidaktahuan Defisit pengetahuan
- Klien mengorek telinganya menemukan sumber
dengan bulu ayam informasi
- Klien sudah mengalami nyeri 6
bulan yang lalu,tetapi baru
memeriksakannya setelah 6 bulan.

DO:
SDKI, SLKI DAN SIKI Artritis Gout

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Akut Tingkat Nyeri  Manajemen nyeri
b.d agen Definisi: Pengalaman sensorik Defenisi :
pencedera atau emosional yang berkaitan Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik
fisik dengan kerusakan jrimgan atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktualatau fungsional dengan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
onset mendadak atau lambat berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
dan berintensitas ringan hingga Obervasi :
berat dan konstan - Identifikasi
Kriteria Hasil: lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intens
1. Keluhan Nyeri itas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Pola nafas - Identifikasi faktor yang memperberat dan
membaik memperingan nyeri
4. Tekanan darah - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
membaik nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
- kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- fasilitasi istirahat dan tidur
- pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengggunakan analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
Pemberian analgesik
Defenisi :
Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk
mengurangi atau meghilangkan rasa sakit

Observasi :
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
- Monitor tanda-tanda vitral sebelum atau setelah
pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik :
- Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal,jika perlu
- Pertimbangkan pengguan infus kontinu,atau bolus
oplold untuk mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi :
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Gangguan Komunikasi Verbal Promosi komunikasi:deficit pendengaran
Komunikasi Definisi: Kemampuan Defenisi : Menggunakan Teknik komunikasi tambahan
Verbal menerima,memproses,mengiri pada individu dengan gangguan pendengaran.
m, Observasi :
Dan/atau menggunakan system
simbil
Kriteria Hasil: - Periksa kemampuan pendengaran
1. Kemampuan - Monitor akumulasi serumen berlebihan
mendengar meningkat - Identifikasi metode komunikasi yang disukai psien
2. Respon perilaku (misal lisan, tulisan, gerakan bibir, bahasa isyarat
meningkat
3. Pemahaman
komunikasi meningkat Terpautik :

- Gunakan bahasa sederhana


- Gunakan bahasa istarata jika perlu
- Verifikasi apa yang dikatakan dan diisyaratkan
klien
- Fasilitasi alat bantu pendengaran
- Berhadapan dengan psien secara langsung selama
berkomunikasi
- Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi
- Lakukan irigasi telinga
- Pertahankan kebersihan telinga

Edukasi :

- Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyrat


- Anjurkan cara membersihkan serumen dengan
tepat

Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan :


Pengetahua Definisi: Kecukupan informasi Defenisi : Mengajarkan pengelolaan factor resiko penyakit
n kognitif yang berkaitan dengan dan perilaku hidup bersih serta sehat
topik tertentu Observasi :
Kriteria Hasil:
1. Perilaku seesuai - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
anjuran meningkat informasi.
2. Perilaku sesuai dengan - Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
pengetahuan meningkat dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat
3. Persepsi yang keliru
terhadap masalah Terapeutik :
menurun
4. Perilaku membaik - Sediakan materi dan media
- pendidikan kesehatan.
- Jadwalkan pendidikankesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan terkait masalah gangguan pendengaran
- Ajarkan perilaku hidup sehat dengan mengikuti
anjuran kesehatan.

Edukasi alat bantu dengar:

Observasi

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima


informasi
 Periksa telinga yang memerlukan alat bantu dengar

Terapeutik

 Sediakan materi dan media alat bantu dengar


 Jadwalkan kegitan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya

Edukasi

 Anjurkan membersihkan serumen jika menutupi


liang telinga
 Anjurkan mensejajarkan bagian ujung alat bantu
dengar dengan telinga
 Anjurkan memutar ujung alat bantu dengar ke
depan dan masukkan ke bagian saluran telinga
 Ajarkan menyesuaikan volume dengan kebutuhan
psien

EBP
Populasi Intervensi Comparison Outcome Time Frame
Penderita otitis pemberian kelompok yang penggunaan Maret-Desember
media supuratif antibiotik diberi selain siprofloksasin 2020
kronik topikal golongan siprofloksasin topikal lebih
kedua topikal efektif
flurokuinolon, dibanding
yaitu dengan
siprofloksasin antibiotik
topikal, yaitu
topikal
neomisin,
framisetin
gramisidin-
deksametason
(FGD), dan
asam aborik
pada pengobatan
otitis media
supuratif kronik

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Otitis media kronik merupakan masalah kesehatan global yang berdampak pada
kualitas hidup seseorang. Otitis media kronik sebagai kelanjutan dari otitis media akut yang
sering terjadi pada anak – anak,sebagian disebabkan oleh perforasi membran timpani.
Keadaan seperti ini mengakibatkan nyeri telinga, otorrhea yang berhubungan dengan
perforasi membran timpani (Anggraini, 2013). Otitis media kronik dapat menyebabkan
morbiditas yang sangat erat hubungannya dengan gangguan pendengaran. Terdapat berbagai
macam faktor predisposisi kronisitas otitis media salah satunya adalah riwayat rinitis alergi
sebelumnya (Diana and Haryuna, 2017).
4.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan tanggapan, baik kritik maupun saran dari ibu dosen dan
teman-teman mahasiswa agar penulis bisa membuat makalah dnegan lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC.
http://repository.unimus.ac.id/1497/4/BAB%20II.pdf
Efiaty, dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher,
Edisi 7. Jakarta : FKUI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai