Anda di halaman 1dari 10

REFERAT APPENDICITIS

DISUSUN OLEH:

Jessica Lise Hanna (203307020100)

Rumi Aulia (203307020101)

DOKTER PEMBIMBING:

dr. Johannes Apul Simarmata, Sp. B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU BEDAH UMUM
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan referat kami yang berjudul Appendicitis.
Kami juga berterima kasih kepada dr. Johannes Apul Simarmata, Sp.B, selaku
dokter yang membimbing kami.

Kami sangat berharap referat ini dapat berguna bagi teman-teman


sejawat dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam referat ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan referat yang telah kami buat.

Medan, 05 September 2022

Penulis
LEMBAR PENILAIAN

Judul Referat : Appendicitis

Disusun Oleh :

1. Jessica Lise Hanna 203307020100

2. Rumi Aulia 203307020101

Dokter Pembimbing : dr. Johannes Apul Simarmata, Sp.B


Pelaksanaan :
a. Hari/Tanggal : Rabu, 05 September 2022

b. Waktu : 10.00 – 12.00 WIB

c. Tempat : RSU Royal Prima Medan

Nilai :

Medan, 05 September 2022

dr. Johannes Apul Simarmata, Sp. B


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
LEMBAR PENILAIAN 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR GAMBAR 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 7
2.2 Anatomi 7
2.3 Epidemiologi 8
2.4 Etiologi 8
2.5 Faktor Risiko 8
2.6 Klasifikasi 9
2.7 Patogenesis 12
2.8 Diagnosa 13
2.9 Diagnosa Banding 19
3.0 Penatalaksanaan 20
3.1 Komplikasi 22
3.2 Prognosis 22
BAB III KESIMPULAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Appendix merupakan diverticulum dari caecum, bentuknya seperti tabung dan
panjangnya sekitar 10cm. Pada umumnya appendix vermiformis terletak di regio ossa
illiaca dextra pada titik McBurney atau sepertiga dari garis yang ditarik dari spina illiaca
anterior superior dextra ke umbilicus (Hodge et al, 2019).
Appendicitis adalah salah satu penyebab paling umum dari nyeri perut akut pada
orang dewasa dan anak-anak, dengan risiko seumur hidup 8,6% pada pria dan 6,7% pada
wanita. Ini adalah keadaan darurat bedah nonobstetrik yang paling umum selama
kehamilan. Temuan dari riwayat, pemeriksaan fisik, dan studi laboratorium membantu
dalam diagnosis apendisitis akut. Nyeri kuadran kanan bawah, kekakuan perut, dan nyeri
periumbilikal yang menjalar ke kuadran kanan bawah adalah tanda terbaik untuk
mendiagnosis apendisitis akut pada orang dewasa. Tidak adanya atau penurunan bising
usus, tanda psoas positif, tanda obturator positif, dan tanda Rovsing positif paling dapat
diandalkan untuk menentukan apendisitis akut pada anak-anak. Skor Alvarado, Skor
Apendisitis Pediatrik, dan Skor Respon Peradangan Apendisitis menggabungkan temuan
klinis dan laboratorium yang umum untuk mengelompokkan pasien sebagai risiko rendah,
sedang, atau tinggi dan dapat membantu dalam membuat diagnosis yang tepat waktu
(Snyder et al, 2018).
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
tahun 2017 menyatakan angka kematian akibat apendisitis di dunia adalah 0,2-0,8%. Kasus
apendisitis pada tahun 2016 sebanyak 65. 755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien
apendisitis sebanyak 75. 601 orang dan pada tahun 2018 menempati urutan ke 4 terbanyak
di Indonesia dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040 (Depkes RI, 2018).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix vermicularis.
Appendicitis merupakan keadaan darurat klinis dan merupakan salah satu penyebab
nyeri akut abdomen. (Doenges, 2000)

2.2 Anatomi
Appendix merupakan diverticulum dari caecum, bentuknya seperti tabung dan
panjangnya sekitar 10cm. Pada umumnya appendix vermiformis terletak di regio ossa
illiaca dextra pada titik McBurney atau sepertiga dari garis yang ditarik dari spina illiaca
anterior superior dextra ke umbilicus (Hodge et al, 2019).

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterica


superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Oleh
karena itu, nyeri visceral pada appendicitis bermula di sekitar umbilikus. Perdarahan
apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini
tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi apendiks akan mengalami gangren
(Moore, 2014).

2.3 Epidemiologi
Appendicitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 20 tahun dan memiliki rasio
pria-wanita 1,4:1. Risiko seumur hidup adalah 8,6% untuk pria dan 6,7% untuk
wanita di Amerika Serikat (Krzyzak et al, 2020). Pada tahun 2019, diperkirakan terdapat
17,7 juta kasus appendicitis akut (AA) di seluruh dunia, dengan insiden 228 kasus per
100.000 penduduk. Pada tahun yang sama, ada lebih dari 33.400 kematian, dengan 0,43
kematian per 100.000 penduduk (Wickramasinghe et al, 2021).
2.4 Etiologi
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga
terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang
paling sering adalah fecalith. Fecalith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan
appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi: Hiperplasia folikel
lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin, biji-bijian) kadang
parasit. Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi
mukosa appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat
diisolasi pada pasien appendicitis yaitu: Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob
Escherichia coli Viridans streptococci Pseudomonas aeruginosa Enterococcus
Bacteroides fragilis Peptostreptococcus micros Bilophila species Lactobacillus
species (Doenges, 2000).
2.5 Faktor Risiko
Faktor risiko apendisitis terdiri dari beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Dibandingkan dengan perempuan, apendisitis lebih sering terjadi pada laki-
laki, karena perempuan sering mengkonsumsi makanan berserat
dibandingkan laki-laki. Kebiasaan konsumsi rendah serat dapat menyebabkan
terjadinya sumbatan fungsional appendix dan pertumbuhan flora normal di
kolon mengalami peningkatan. Keadaan ini memudahkan terjadinya
peradangan pada appendix.
b. Usia
Gloria A. Thomas (2016) yang menyatakan kejadian apendisitis tertinggi
didapatkan pada kelompok usia dewasa dan juga remaja. Hal ini dikarenakan
bentuk appendix pada dewasa menyempit di bagian proksimal dan lebar di
bagian distal yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi di bagian
proksimal dan menyebabkan tekanan intraluminal meningkat kemudian
memicu proses translokasi kuman dan meningkatkan jumlah kuman dalam
lumen appendix yang memudahkan invasi bakteri dari dalam lumen
menembus mukosa dan terjadinya ulserasi mukosa menyebabkan terjadinya
apendisitis.
c. Pola diet dan Konsistensi Feses
Kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut.

2.6 Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis menurut International Classification of disease (ICD) adalah
sebagai berikut.
1. Apendisitis Akut
a. Apendisitis akut dengan abses peritoneal
b. Apendisitis akut dengan peritonitis generalisata, yaitu apendisitis akut dengan
peritonitis generalisata (difusa) setelah ruptur atau perforasi.
c. Apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata, yaitu apendisitis akut dengan
peritonitis lokal dengan atau tanpa ruptur atau perforasi.
d. Apendisitis akut lainnya dan tidak dapat ditentukan, yaitu apendisitis akut tanpa
disebutkan adanya peritonitis generalisata atau lokalisata.
2. Apendisitis lainnya, yaitu apendisitis kronis dan rekuren.
2.7 Patogenesis
2.8 Diagnosa
2.9 Diagnosa Banding
2.10 Penatalaksanaan
2.11 Komplikasi
2.12 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA

Snyder, M. J., Guthrie, M., & Cagle, S. (2018). Acute appendicitis: Efficient diagnosis and
management. American Family Physician.

Hodge, B. D., & Khorasani-Zadeh, A. (2019). Anatomy, Abdomen and Pelvis, Appendix. In
StatPearls.

Paso, dkk. (2021). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan
Apendisitis Pada Masyarakat Di Kampung Jagangara Wilayah Kerja Puskesmas
Weekarou Kabupaten Sumba Barat. CHM-K Appied Science Journal, 4(1), 42.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). INDEX OF NURSING


DIAGNOSES. In Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client Care
Across the Life Span.

Moore, K. L., Agur, A. M. R., & Dalley, A. F. (2014). Moore’s Essential Clinical Anatomy:
Fifth Edition. In Moore’s Essential Clinical Anatomy.

Krzyzak, M., & Mulrooney, S. M. (2020). Acute Appendicitis Review: Background,


Epidemiology, Diagnosis, and Treatment. Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.8562

Wickramasinghe, D. P., Xavier, C., & Samarasekera, D. N. (2021). The Worldwide


Epidemiology of Acute Appendicitis: An Analysis of the Global Health Data Exchange
Dataset. World Journal of Surgery, 45(7), 1999–2008. https://doi.org/10.1007/s00268-
021-06077-5

Anda mungkin juga menyukai