Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINI PROJECT

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS AIR TELUK


KIRI

Dokter Pendamping :
dr. Deni Mahisa Purba

Disusun Oleh :
dr. Suyoslan Tambunan

Puskesmas Air Teluk Kiri Kabupaten Asahan


Program Internsip Dokter Indonesia
Periode September 2021- Desember 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan mini
project Program Internsip Dokter Indonesia ini dengan semaksimal mungkin.
Laporan Mini Project ini dibuat sebagai persyaratan Penulis dalam mengikuti
Program Internsip Dokter Indonesia di UPTD Puskesmas Air teluk kiri Periode
September 2021 – Deseber 2021 dengan judul kasus “GAMBARAN ANGKA
KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS AIR TELUK KIRI”.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
ikut membantu dalam kelancaran pembuatan mini project ini. Terimakasih
sebesar-besarnya Penulis ucapkan kepada dr. Deni Mahisa Purba selaku dokter
pendamping Internsip stase Puskesmas dan seluruh staf pegawai dan dokter
Puskesmas Air Teluk Kiri yang juga telah membantu dalam penulisan mini
project ini.
Penulis juga menyadari bahwa laporan mini project ini masih belum
sempurna dari segi isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan laporan mini project ini. Semoga laporan mini project dapat
berguna bagi kita semua.

Air Teluk Kiri, November 2021

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINI PROJECT DOKTER INTERNSIP

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS AIR


TELUK KIRI

Disusun Oleh :
dr. Suyoslan Tambunan

telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program
Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Air Teluk Kiri, Kabupaten Asahan
Periode September- Desember 2021

Kisaran, November 2021

Mengetahui,
Pendamping,

dr. Deni Mahisa Purba


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................4

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................11

BAB IV. HASIL PENELITIAN .....................................................................13

BAB V. PEMBAHASAN................................................................................16

BAB VI. PENUTUP .......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................19


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Riskesdas (2013) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan,
karena merupakan penyakit akut yang dapat menyebabkan kematian pada balita di
berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. ISPA adalah infeksi akut saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru (Wijayaningsih,
2013).
ISPA berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin maupun udara pernafasan yang mengandung kuman. ISPA diawali dengan gejala
seperti pilek biasa, batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit kepala, sekret
menjadi kental, nausea, muntah dan anoreksia (Wijayaningsih, 2013).
Banyak orang tua yang sering mengabaikan gejala tersebut, sementara kuman dan
virus dengan cepat berkembang di dalam saluran pernafasan yang akhirnya
menyebabkan infeksi. Jika telah terjadi infeksi maka anak akan mengalami kesulitan
bernafas dan bila tidak segera ditangani, penyakit ini bisa semakin parah menjadi
pneumonia yang menyebabkan kematian (IDAI, 2015).
Berdasarkan data angka kesakitan penderita umum Puskesmas Air teluk kiri tahun
2020, pada 10 pola penyakit terbanyak penderita umum didapatkan bahwa Penyakit Infeksi
Saluran Nafas Atas (ISPA) merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dan ditangani
di Wilayah kerja UPT Puskemas Air Teluk kiri.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
ini yaitu bagaimana " Gambaran anka kejadian penyakit ISPA di puskesmas air teluk kiri
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pasien ISPA di Puskesmas Air Teluk Kiri.
1
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien di Puskesmas Air teluk kiri
terhadap penyakit ISPA berdasarkan Jenis Kelamin.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien ISPA di Puskesmas Air Teluk Kiri
terhadap penyakit ISPA berdasarkan Umur
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien di Puskesmas Air teluk kiri
terhadap penyakit ISPA berdasarkan Pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Untuk Masyarakat
Dapat dipakai sebagai informasi dalam meningkatkan pengetahuan berhubungan
dengan penyakit ISPA

2. Untuk Institusi / Puskesmas

Dapat dipakai sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pengetahuan pengunjung Puskesmas Air teluk kiri tentang penyakit ISPA

3. Untuk Penulis Lain


Dapat dipakai sebagai sumber informasi dan rujukan untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi
I. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan
dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
II. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus
dan lain-lain (Suhandayani, 2007)
III. Klasifikasi8
a. Bukan pneumonia/ISPA ringan .
Pasien dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kearah dalam, tidak ada gangguan tidur, nafsu makan menurun/anoreksia
serta suhu tubuh 37 0 b. sampai dengan < 38 0 C.
b. Pnemonia / ISPA sedang
Ditandai dengan adanya batuk, pilek, demam, kadang terjadi sesak napas,
dimana frekuensi napas cepat pada anak berusia dua bulan sampai < 1
tahun adalah > 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai < 5 tahun adalah >

3
40 kali, kesulitan bernapas ditandai dengan adanya penggunaan otot bantu
pernapasan.
c. Pneumonia berat/ISPA berat
Gejala pneumonia/ISPA sedang ditambah dengan gejala panas tinggi (suhu tubuh
> 38oC), terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, kadang disertai penurunan
kesadaran dan perubahan bunyi napas (stridor) (Widoyono, 2011).
Berdasarkan lokasi anatomi terkena infeksi, ISPA dibagi menjadi:
a. ISPA bagian atas
Yang termasuk ISPA bagian atas adalah nasofaringitis atau common cold,
faringitis akut, rhinitis akut, dan sinusitis akut.13
b. ISPA bagian bawah
Yang termasuk ISPA bagian bawah adalah bronkitis akut, bronkiolitis, dan
pneumonia

IV. Faktor Resiko


a. Mikroorganisme
penyebab Penyebab tersering ISPA adalah virus, karena sifatnya yang mudah menular
sehingga angka kejadian ISPA di masyarakat menjadi tinggi. Tetapi, ISPA yang
disebabkan virus tidak memerlukan tatalaksana khusus karena bersifat self-limiting
b. Faktor host (pejamu)
1. Usia
ISPA lebih sering terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun. Anak  berusia  berusia
kurang dari 2 tahun mempunyai mempunyai risiko terkena terkena ISPA lebih
besra daripada daripada anak yang lebih yang lebih tua karena pada usi pada usia
kurang dari kurang dari 2 tahun anak tersebut belum memiliki imunitas yang
sempurna dan lumen saluran napas yang relatif sempit.
2. Jenis kelamin Suatu studi menyebutkan laki-laki lebih banyak mengalami ISPA
daripada perempuan.  Tetapi dalam Riskesdas disebutkan tidak terdapat perbedaan
angka kejadian ISPA pada laki-laki maupun  perempuan.   Terdapat sedikit
perbedaan anatomi saluran napas antara anak laki-laki maupun perempuan, namun
hal ini tidak mempengaruhi kejadian ISPA.
3. Berat lahir
ISPA cenderung terjadi pada balita dengan riwayat berat badan lahir rendah
(BBLR) dibandingkan dengan balita tanpa riwayat BBLR.22 Bayi BBLR
4
memiliki sistem pertahanan tubuh yang belum sempurna yang mengakibatkan
bayi BBLR memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu, bayi BBLR juga
memiliki pusat pengaturan  pernapasan yang  pernapasan yang belum sempurna,
surfaktan paru yang masih kurang jumlahnya, otot-otot pernapasan dan tulang iga
yang masih lemah. Bayi BBLR juga mudah mengalami infeksi paru gagal napas
4. Status gizi
Status gizi menggambarkan baik atau buruknya konsumsi zat gizi seseorang. Zat
gizi diperlukan untuk pembentukan sistem kekebalan tubuh seperti antibodi.
Semakin baik status gizi seseorang, maka semakin baik sistem kekebalan
tubuhnya. Infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan virus sangat
dipengaruhi oleh sistem kekebalan kekebalan tubuh. Bila sistem kekebalan tubuh
baik, maka tubuh. Bila sistem kekebalan tubuh baik, maka seseorang akan kebal
rang akan kebal terhadap serangan virus. Selain itu, kesembuhan dari penyakit
akibat serangan virus juga akan lebih cepat. Anak dengan malnutrisi juga lebih
sering mengalami ISPA dibandingkan dengan anak dengan gizi yang baik
c. Faktor lingkungan
Beberapa faktor dari lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan,
meliputi udara, kelembapan, air, dan pencemaran udara. ISPA termasuk air-borne
disease yang merupakan penyakit yang penularannya melalui udara yang tercemar
dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran  pernapasan.22  Karena itu, secara
epidemiologi, udara mempunyai  peranan yang besar pada transmisi penyakit infeksi
saluran pernapasan. Selain itu, faktor dari lingkungan yang meningkatkan risiko
terjadinya kejadian ISPA adalah asap yang dihasilkan pabrik, asap kendaraan
bermotor,  bermotor, asap dari perokok, perokok, asap dari bahan bakar yang
digunakan digunakan untuk memasak, kurangnya ventilasi di rumah, suhu ruangan
rumah di  bawah 18°C atau di atas 30°C, kepadatan kepadatan hunian rumah,
penggunaan penggunaan antinyamuk, dan partikel debu

V. Manifestasi Klinis
Gejala ISPA dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Gejala ISPA Ringan
Seorang bayi/balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala berikut:

5
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara seperti pada
waktu berbicara atau menangis
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
4) Demam, dengan suhu badan lebih dari 37°C

b. Gejala ISPA Sedang

Seorang bayi/balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan


gejala ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut:
1) Pernapasan cepat sesuai umur yaitu pada kelompok umur <2 bulan
dengan frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih menit atau lebih, pada kelompok ,
pada kelompok umur 2 - <12 bulan dengan frekuensi napas 50 kali per menit atau
lebih, dan pada kelompok umur 12 bulan - <5 tahun dengan frekuensi napas 40 kali
per menit atau lebih.
2) Suhu badan lebih dari 39°C
3) Tenggorokan berwarna merah
4) Telinga sakit atau mengeluarkan cairan dari lubang telinga
5) Pernapasan berbunyi seperti mengorok / mendengkur
c. Gejala ISPA Berat
Seorang bayi/balita dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan gejala ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut:
1) Bibir atau kulit membiru
2) Kesadaran anak menurun
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
4) Sela iga tertarik ke dalam saat bernapas
5)  Nadi lebih cepat dari 160 kali per menit atau tidak teraba
6) Pernapasan cuping hidung

VI. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISPA dikembangkan melalui suatu Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS). Melalui MTBS ini msemua penderita ISPA langsung ditangani di
unit yang menemukan. Namun, bila kondisi  bayi/balita sudah berada  bayi/balita
sudah berada dalam pneumonia dalam pneumonia berat, sedangkan berat,

6
sedangkan peralatan tidak peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung
dirujuk ke unit dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pengobatan ISPA dilaksanakan
berdasarkan klasifikasi rkan klasifikasi ISPA sebagaimana diuraikan secara ringkas
pada bagan berikut.

Pemberian terapi oksigen biasanya diberikan untuk pasien dengan asien


dengan ISPA yang berat sehingga perlu diberikan oksigen. Pemberian terapi oksigen
dapat diberikan pada pasien dengan depresi napas berat, hipoksemia (SpO2 < 90%)
atau syok. Dimulai terapi dengan 5L/menit lalu titrasi sampai SpO2>90%. Pulse
oximetry, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia disemua tempat yang
merawat pasien dengan ISPA berat. Tidak ada alasan membatasi oksigen karena
ventilatory drive terganggu.
Pemberian antibiotik diberikan Antimikroba untuk pengobatan  penyakit
penyakit infeksi infeksi pada pasien anak dapat diklasifikasikan diklasifikasikan dalam
empat golongan, yaitu Penicillin dengan derivatnya, Cefalosporin, Aminoglikocid dan
antibiotik lain termasuk Kloramfenikol, Makrolid (Eritromycin dengan derivatnya),
Kotrimoksazol, Metronidazol. Golongan penicillin sangat luas dipergunakan dalam
bidang pediatri untuk berbagai derajat infeksi. Untuk  pengobatan  pengobatan infeksi
infeksi berat pada umumnya umumnya dipergunakan dipergunakan golongan
golongan Penicillin, Penicillin, Cefalosporin dan Aminoglikocid baik sebagai
monoterapi atau kombinasi.
 Ampicillin, Amoxicillin
Dosis lazim amoxicillin untuk anak dengan berat badan kurang dari 6 kg
adalah 25 –  50 mg tiap 8 jam,  50 mg tiap 8 jam, anak dengan berat badan 6 anak
dengan berat badan 6 –  8 kg adalah 50  – 100 mg tiap 8 jam sedangkan anak dengan
berat badan 9  –  19 kg adalah 6,7 –  13,3 mg / kg berat  13,3 mg / kg berat badan tiap
8 jam, dewasa 20 k badan tiap 8 jam, dewasa 20 kg atau lebih g atau lebih dosisnya
250 –  500 mg tiap 8 jam. Amoxicillin sirup kering dengan berat  badan lebih dari 8 kg
do  badan lebih dari 8 kg dosisnya 125 sisnya 125 –  250 mg tiap 8 jam
 Eritromisin
Dosis terapi eritromycin anak dengan berat badan sampai 20 kg adalah 30 – 50
mg / kg berat badan perhari diba 50 mg / kg berat badan perhari dibagi dalam jumlah
gi dalam jumlah yang sama yang sama tiap 6 jam sedangkan dosis anak dengan berat
7
badan sampai 20 kg adalah 1  –  2 g sehari dibagi dalam sehari dibagi dalam jumlah
yang jumlah yang sama tiap 6 sama tiap 6 jam. Dosis terapi jam. Dosis terapi sirup
kering eritromycin adalah anak dengan berat badan > 25 kg adalah 1 ½ cth; berat
badan 10 - 2 berat badan 10 - 25 kg adalah 1 5 kg adalah 1 cth; berat badan 10 cth;
berat badan 10 – 5 kg adalah ½ cth dan berat badan < 5 kg adalah ¼ cth, diberikan
dalam 4 kali sehari.
 Kotrimoksazol
Kotrimoksazol diindikasikan untuk pengobatan infeksi saluran nafas, infeksi
saluran kemih, sigelosis dan infeksi salmonella yang invasif (Anonim, 2000). Dosis
terapi untuk kotrimoksazol adalah tiap tablet anak (20 mg/100 mg): untuk umur 6
minggu  –  umur 6 bulan 2 kali sehari 1 tablet anak dibuat pulveres atau s tablet anak
dibuat pulveres atau serbuk bagi, untuk erbuk bagi, untuk umur 6 bulan sampai 6 umur
6 bulan sampai 6 tahun 2 kali sehari 2 tablet anak dibuat pulveres atau serbuk bagi.
Dosis terapi untuk sirup kering anak dengan umur 6 bulan  –  5 tahun 1 cth, anak
dengan umur 6 minggu –  5 bulan ½ cth.
 Cefalosporin
Cefalosporin termasuk antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding sel mi cara menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Cefal kroba. Cefalosporin aktif terhadap osporin aktif terhadap kuman Gram positif
dan Gram negatif, tetapi spektrum anti mikroba masing-masing derivat bervariasi.
Farmakologi cefalosporin mirip dengan ampicillin, ekskresi terutama melalui ginjal
dan dapat dihambat oleh  probenesid.
Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi. Reaksi
anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi. Reaksi silang biasanya
terjadi pada pasien dengan alergi penicillin berat, sedangkan pada alergi penici
sedangkan pada alergi penicillin yang ringan dan se llin yang ringan dan sedang
kemungkinannya dang kemungkinannya Kecil.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk meneliti gambaran karakteristik


kejadian penyakit hipertensi di puskesmas air teluk kiri

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Air Teluk Kiri.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan September – Desember 2021 menggunakan


Data Periode Januari-Desember 2020.

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien yang menderita hipertensi dan terdata di
Puskesmas Air Teluk Kiri periode Januari – Desember 2020.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil adalah pasien yang berkunjung berobat di
Puskesmas Air Teluk Kiri saat penelitian ini dilakukan. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 418 orang.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

9
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode total sampling

dimana semua populasi yang sedang ada saat penelitian dilakukan akan menjadi sampel

dalam penelitian ini.

3.4. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Semua pasien yang menderita hipertensi di Puskesmas Air Teluk Kiri periode Januari-
Desember 2020
b. Kriteria Eksklusi
2.1. Pasien dengan diagnosis bukan hipertensi

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Data diambil dari rekam medis yang tercatat di Puskesmas Air Teluk Kiri, pencatatan
dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin

3.6. Analisis Data


Pengolahan data dilakukan secara manual, disusun dalam bentuk tabel dan diagram lalu
dianalisis secara deskriptif untuk menarik kesimpulan.

10
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian


Puskesmas air teluk kiri terletak di Jl. Lintas Sumatra dusun 1 air teluk kiri, Kec Teluk
Dalam. Kab Asahan Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 4.1 Deskripsi Lokasi Puskesmas Air Teluk Kiri

4.2. Data Demografi


Berdasarkan data yang tersedia diperoleh gambaran bahwa jumlah penduduk diwilayah
kerja Puskesmas Air Teluk Kiri pada tahun 2020 sebanyak 11.580 jiwa yang menghuni 3.104
Rumah Tangga (RT), berada dalam wilayah yang mempunyai Luas 1,6 km 2,sehingga dapat
diperkirakan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh 3,73 jiwa, dengan kata lain dengan
tingkat kepadatan penduduk 7 jiwa tiap km2. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2019

11
sebanyak 5584 orang dan perempuan sebanyak 5996 orang dengan sex ratio 93.13 artinya dari
100 orang perempuan terdapat lelaki 9 orang.(14)

4.3. Sumber Daya Kesehatan Di Puskesmas Air Teluk Kiri

Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Air Teluk Kiri adalah sebagai berikut : (14)

No Jabatan Jumlah

1 Kepala Puskesmas 1
2 Kepala Tata Usaha 1
3 Dokter Umum / Dokter Gigi 2
4 Kesehatan Masyarakat 2
5 Nutrisionis 1
6 Bidan 9
7 Perawat 6
8 Farmasi 1
9 Analis Kesehatan 1
10 Tenaga Administrasi 1
11 Kesehatan Lingkungan 2
12 Bidan Magang 3

Jumlah 30

4.4. Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Air Teluk Kiri

Berikut ini adalah sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di Puskesmas Air Teluk Kiri :
(14)

1. Pelayanan Kesehatan ibu dan bayi


2. Pelayanan Keluarga Berencana
3. Pelayanan Imunisasi
4. Bayi dengan ASI Eksklusif
5. Kunjungan Neonatal
6. Pelayanan Kesehatan bayi
7. Pelayanan Kesehatan anak balita
8. Pelayanan Kesehatan (penjaringan ) siswa SD dan setingkat
12
9. Pelayanan Kesehatan lansia
10. Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut

4.5. Prevalensi Masalah Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Air Teluk Kiri

GRAFIK SEPULUH PENYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS Air Teluk Kiri

TAHUN 2020

1000 925
900
800
700
600 571
500
400
302
300 233
200 169
110
100 57 51 41 26
0
I
PA HT IA IK RG DM UT RE IS U
IS PS AT E U L
DI
A I LIT PA
R
PE M AL M S
TB
DY
S RE N
GGA TO
N
. RO
ENY
P

Gambar 4.2. Grafik Sepuluh Penyakit Terbesar Puskesmas Air Teluk Kiri Tahun
2020(14)
4.6. Hasil Penelitian
4.6.1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah pasien yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebesar 925 pasien yang
merupakan pasien terdiagnosa ispa yang mengunjungi Puskesmas Air Teluk Kiri. Jumlah
Pasien yang terpilih adalah laki-laki dengan persentase 41 % yaitu sebanyak 380 orang

13
sedangkan perempuan dengan persentase 59 % yaitu sebanyak 545 orang seperti yang
dilampirkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Pria 380 41
Wanita 545 59

Total 925 100

70

59 %
60

50
41 %
40

30

20

10

0
Laki-Laki Perempuan

Gambar 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

4.6.2. Karakteristik Pasien Berdasarkan kelompok Umur


Berdasarkan kelompok umur, mayoritas Pasien berada dalam kelompok umur balita
dan anak dengan jumlah pasien masing masing 350 dan 310 orang dan persentase sebanyak
14
37% dan 33 % .dan memiliki perbandingan yang signifikan dengan kelompok umur remaja
dan dewasa dimana dengan jumlah pasien 108 dan 157 pasien dengan persentase masing
masing 11% dan 19 %.dengan jumlah data yang terlihat di tabel 4.3.

Tabel 4.3 Karakteristik data berdasarkan pendidikan


Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)
Balita 350 37
Anak-Anak 310 33
Remaja 108 11
Dewasa 157 19
Total 925 100

350 37
33
300

250

200

150
11
100
19
50

0
balita anak Remaja dewasa

Gambar 4.4. Karakteristik data Berdasarkan kelompok umur

15
BAB V
PEMBAHASAN

Sampel penelitian ini adalah semua pengunjung atau pasien yang terdiagnosa ispa
berobat di Puskesmas Air Teluk Kiri. Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu 1
minggu, yaitu dari tanggal 04 November 2021 sampai tanggal 11 November 2021 dengan
menggunakan data pasien ispaperiode Januari-Desember 2020 di Puskesmas Air Teluk Kiri
dan sampel penelitian ini berjumlah 925 orang.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian dan dengan didasari teori-teori,
maka pembahasan hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

5.1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin


Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebesar 925 Pasien yang
merupakan pasien yang mengunjungi Air Teluk Kiri. Berdasarkan tabel 4.1. Jumlah
responden yang terpilih adalah laki-laki dengan persentase 41 % yaitu sebanyak 380 orang
sedangkan perempuan dengan persentase 59 % yaitu sebanyak 545 orang.

5.3. Karakteristik Pasien Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan tabel 4.3, mayoritas pasien berada dalam kelompok umur balita dan anak
anak dengan jumlah responden 330 dan 310 orang dan persentase sebanyak 37 % dan 33%.
Terdapat perbandingan yang signifikan dengan kelompok umur remaja dan dewasa dimana
jumlah pasien masing masing 108 dan 157 dengan mempupunyai persentase responden yang
paling kecil yaitu hanya masing masing dengan 11% dan19% . hal ini dikarenakan system
imunitas anak yang masih lemah dan organ pernapasan anak yang belum mencapai
kematangan sempurna sehingga apabila terpajan factor resiko aan lebih rentan terkena
penyakit ISPA.

16
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Air teluk kiri didapatkan Jumlah
responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebesar 925 Pasien yang merupakan
pasien yang mengunjungi Air Teluk Kiri. Berdasarkan tabel 4.1. Jumlah responden yang
terpilih adalah laki-laki dengan persentase 41 % yaitu sebanyak 380 orang sedangkan
perempuan dengan persentase 59 % yaitu sebanyak 545 orang.
Berdasarkan tabel 4.3, mayoritas pasien berada dalam kelompok umur balita dan anak
anak dengan jumlah responden 330 dan 310 orang dan persentase sebanyak 37 % dan 33%.
Terdapat perbandingan yang signifikan dengan kelompok umur remaja dan dewasa dimana
jumlah pasien masing masing 108 dan 157 dengan mempupunyai persentase responden yang
paling kecil yaitu hanya masing masing dengan 11% dan19% . hal ini dikarenakan system
imunitas anak yang masih lemah dan organ pernapasan anak yang belum mencapai
kematangan sempurna sehingga apabila terpajan factor resiko aan lebih rentan terkena
penyakit ISPA

6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran yang dapat diberikan oleh
Peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Air
Teluk Kiri tentang penyakit ispa
2. Bagi Peneliti Berikutnya

17
Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini tentang
gambaran pengetahuan masyarakat tentang penyakit Ispa

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


Riset Kesehatan Dasar . Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013.
2. World Health Organization (WHO). Penanganan ISPA Penanganan ISPA pada Anak di
Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Alih Bahasa: C. Anton Widjaja. Jakarta: Penerbit
Kedokteran EGC, 2003.
3. Harahap, Okto M F. Riwayat Riwayat ASI Eksklusif Eksklusif pada Balita ISPA di
Puskesmas Puskesmas Sering. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010.
4. Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Tubulus Agriwidya, 2001.
5. Fuadi, Mirzal. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan terhadap
Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2010.
6. Kristiyansari, W. ASI, Menyusui, Menyusui, dan SADARI. SADARI. Yogyakarta: Nuha
Medika, 2009.
7. Elfia, Yunita. Hubungan Hubungan Pemberian Pemberian ASI Eksklusif Eksklusif dan
ASI Non Eksklusif Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas
Ngesrep Semarang. Undergradute Theses from JTPTUNIMUS. Diambil pada tanggal 10
Januari 2016 dari 10 Januari 2016 dari http://digilib.unimus.ac.id http://digilib.unimus.ac.id.
8. Ariefuddin, Y., Priyantini, S. dan Desanti, O.L. Hubungan Hubungan Pemberian
Pemberian ASI Eksklusif terhadap Eksklusif terhadap Kejadian INFeksi Kejadian INFeksi
Saluran Pernapa Saluran Pernapasan Akut san Akut pada Bayi pada Bayi 0-12 Bulan.
Semarang: Universitas Islam Sultan Agung, 2010.
9. Widarini dan Sumasari. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Kejadian dengan Kejadian ISPA pada Bayi. Jurnal Ilmu Gizi (JIG), 1(1):
28-41, 2010.

18
10. Rustam, Musfardi. Hubungan Hubungan Pemberian Pemberian ASI Eksklusif
Eksklusif terhadap terhadap Kejadian Kejadian ISPA pa ISPA pada Bayi da Bayi usia 6-12
B usia 6 12 Bulan di ulan di Kabupaten Kabupaten Kampar, Provinsi Kampar, Provinsi
Riau. Jakarta:
FKM UI, 2010.
11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Lingkungan. Pedoman Pengendalian
Pengendalian Infeksi Infeksi Saluran Saluran Pernapasan Pernapasan Akut. Jakarta:
KementerianKesehatan RI, 2012.
12. Puskesmas Tegal Selatan . Laporan Tahuna Laporan Tahunan Puskesmas n Puskesmas.
2016
13. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC, 2003.
14. Muttaqin. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC, 2008.
15. Mirshahi, Seema et al. Prevalence of Exclusive Breastfeeding in Bangladesh
and Its Association with Diarrhoea and Acute Respiratory Infection. J Health
Popul Nutr, 25(2): 105-294, 2007.
16. Erlien. Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka, 2008.
17. Elyana, Mei dan Elyana, Mei dan Chandra, Ayu. Chandra, Ayu. Hubungan Frekuensi
ISPA deng Hubungan Frekuensi ISPA dengan Status Gizi Balita. Journal of Nutrition and
Health, 1(1), 2014.
18. Layuk, R., Noer, N., Wahiduddin. Faktor yang Berhubu Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian ISPA pada Balita di Lembang Lembang Batu Sura’. 2013. Diambil pada
tanggal 10
Januari 2016 dari Januari 2016 dari http://repository.unhas.ac.id/ha
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4279 ndle/123456789/4279.

19

Anda mungkin juga menyukai