Oleh :
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh:
Mengetahui,
Preseptor Akademik
2
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
NAMA : Rahmanisa
NPM : 320101423
Mengetahui,
Segala puji bagi Allah SWT, karena atas kasih sayang dan kuasa-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Pemberian Vaksinasi Covid 19”. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. H. Iwan Permana, SKM., S.Kep., M.Kep., Ph.D Selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi
2. Shinta Utami, S.ST., M.Keb Selaku Kepala Prodi Sarjana Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi
3. Ai Ana Rodiana, SST., M.Keb Selaku Dosen Penanggung Jawab Stase
KDPK
4. Hana Haryani, S.ST., M.Kes Selaku Preseptor Akademik Stase KDPK
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
yang telah memberikan ilmu pengetahuan, arahan dan bimbingan pada
penulis selama mengikuti proses pendidikan.
6. Seluruh teman-teman dalam kelompok Praktek Kebidanan Profesi pada
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sukabumi yang senantiasa memberi motivasi dan semangat sehingga
presentasi jurnal kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk
perbaikan kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat
menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat
dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja profesional
filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta
China setiap harinya, kemudian memuncak pada akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Pada awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan
China
Wabah Penyakit
1
Menular, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan
berbagai upaya pencegahan dan pengendalian. Dimana salah satu tata laksana
dunia juga melakukan upaya yang sama. Vaksinasi adalah suatu tindakan
pemberian vaksin kepada seseorang dimana vaksin itu berisi satu atau lebih
antigen yang sama, maka sistem imunitas yang terbentuk akan menghancurkan
antigen tersebut.
Sri Rezeki Hadinegoro Sp. PD., bahwa vaksin menjadi upaya paling efektif
kelompok yang tidak mendapat imunisasi juga bisa tetap sehat. Jika banyak
masyarakat yang kebal, hal ini akan memutus mata rantai penularan kepada
2
kelompok yang tidak mendapatkan imunisasi seperti bayi kecil dan penderita
imunokompromais.
Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 Oktober 2019 di Jakarta. Pada tanggal 3
9860 tahun 2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19. Adapaun jenis vaksin yang ditetapkan yaitu vaksin yang diproduksi
Biotech Ltd.
diperlukan cakupan imunisasi sebesar 70% agar ‘herd immunity’ segera tercapai
dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun Vaksinasi Covid-19 harus mencakup
kelompok usia lanjut (>60 tahun) yang merupakan kelompok risiko tinggi
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan dalam melakukan pemberian imunisasi
Covid-19 pada pasien
C. Tujuan
1. Memahami konsep dasar pemberian suntikan vaksinasi Covid-19
2. Memahami konsep proses pendokumentasian kebidanan (Data
Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung terlihat.
Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka kejadian penyakit,
kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan kepada individu
namun juga dapat memberikan perlindungan kepada populasi Imunisasi adalah
paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif.
Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat
memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi
5
dapat memberikan perlindunga kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh
sakit dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.
6
Gambar 1. Contoh Penyimpanan di Lemari Es Buka Atas dan Buka
Depan
7
4) Pada lokasi yang menjadi pusat penyimpanan UCC (UCC Hub) dibutuhkan
sarana yaitu:
a) Freezer ULT ukuran besar -85 °C (500 sampai dengan 700 liters,
kapasitas muatan sampai dengan 25,000 vial).
b) Freezer ULT ukuran kecil -85 °C sebagai cadangan dan menyimpan
paket PCM pada -85 °
5) Pada lokasi yang menjadi pusat penyimpanan jarak jauh dibutuhkan sarana
yaitu:
a) Freezer UTL -85 ° C kecil (masing-masing 70 liter).
b) Alat transportasi vaksin khusus (Arktek) untuk penyimpanan jangka
pendek (hingga 5 hari) dengan suhu -70 °
6) PCM terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a) PCM khusus freezer ULT (-80 ° C) untuk UCC
Isi kemasan dengan cairan PCM dan bekukan sebelumnya pada -
20 ° C. Selesaikan pembekuan pada ULT pada -85 ° C setidaknya selama
24 jam. Digunakan untuk transportasi dan penyimpanan sementara.
b) Cairan CO2/Dry ice (-78°C) untuk UCC
Simpan pada suhu -80 ° C menggunakan freezer ULT atau
kontainer khusus. Digunakan untuk transportasi dan penyimpanan
sementara.
c) Air/es (0°C) untuk cold chain tradisional
Isi packs dengan air dan bekukan pada suhu -1 ° C. Digunakan
untuk menjaga vaksin tetap dingin selama transportasi atau selama sesi
pelayanan.
7) Petugas harus menggunakan APD berupa cryogenic gloves dalam
melakukan penataan dan pengambilan vaksin.
2. Pemantauan Suhu
a. Suhu dalam penyimpanan vaksin harus terjaga sesuai dengan yang
direkomendasikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantauan suhu
menggunakan alat pemantau suhu.
8
b. Alat pemantau suhu terdiri dari alat pemantau suhu (termometer, termometer
muller, dll), alat pemantau dan perekam suhu terus menerus, dan alat
pemantau dan perekam suhu dengan teknologi Internet of Things (IoT) terus
menerus secara jarak jauh.
c. Mekanisme pemantauan suhu adalah sebagai berikut:
1) Pemantauan suhu sebaiknya dilakukan lebih sering, lebih dari 2 kali
dalam sehari, pastikan suhu tetap 2-8 0C.
2) Catat hasil monitoring suhu pada grafik pemantauan suhu.
3) Apabila menggunakan alat pemantau dan perekam suhu terus menerus
secara jarak jauh yang sudah terhubung dengan aplikasi SMILE, maka
petugas dapat memantau suhu dari jarak jauh melalui aplikasi.
4) Alat transportasi vaksin UCC harus dilengkapi dengan datalogger.
9
meter. Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sudah dan sebelum
Vaksinasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk menunggu 30 menit
sesudah vaksinasi di tempat terbuka.
2. Alur Pelayanan Vaksinasi COVID-19 Mekanisme/alur pelayanan baik di
puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya maupun pos pelayanan
vaksinasi.
Tabel 1. Mekanisme Pelayanan Vaksinasi COVID-19 per Meja
Meja Pelayanan Keterangan Kegiatan Pelayanan
Meja 1 (petugas 1. Petugas memanggil sasaran
pendaftaran/verifikasi) penerima vaksinasi ke meja 1 sesuai
dengan nomor urutan kedatangan
2. Petugas memastikan sasaran
menunjukkan nomor tiket elektronik
(e-ticket) dan/atau KTP untuk
dilakukan verifikasi sesuai dengan
tanggal pelayanan vaksinasi yang
telah ditentukan.
3. Verifikasi data dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Pcare
Vaksinasi (pada
komputer/laptop/HP) atau secara
manual yaitu dengan menggunakan
daftar data sasaran yang diperoleh
melalui aplikasi Pcare Vaksinasi
yang sudah disiapkan sebelum hari
H pelayanan (data sasaran pada
aplikasi Pcare diunduh kemudian
dicetak/print)
Meja 2 (petugas kesehatan) 1. Petugas kesehatan melakukan
anamnesa untuk melihat kondisi
kesehatan dan mengidentifikasi
kondisi penyerta (komorbid) serta
10
melakukan pemeriksaan fisik
sederhana. Pemeriksaan meliputi
suhu tubuh dan tekanan darah.
2. Vaksinasi COVID-19 tidak
diberikan pada sasaran yang
memiliki riwayat konfirmasi
COVID-19, wanita hamil,
menyusui, usia di bawah 18 tahun
dan beberapa kondisi komorbid
yang telah disebutkan dalam format
skrining (Tabel 8).
3. Data skrining tiap sasaran langsung
diinput ke aplikasi Pcare Vaksinasi
oleh petugas menggunakan
komputer/laptop/HP. Bila tidak
memungkinkan untuk menginput
data langsung ke dalam aplikasi
(misalnya akses internet tidak ada
atau sarana tidak tersedia), maka
hasil skrining dicatat di dalam
format skrining (Tabel 8) untuk
kemudian diinput ke dalam aplikasi
setelah tersedia koneksi internet.
4. Berdasarkan data yang dimasukkan
oleh petugas, aplikasi akan
mengeluarkan rekomendasi hasil
skrining berupa: sasaran layak
divaksinasi (lanjut), ditunda atau
tidak diberikan. Jika diputuskan
pelaksanaan vaksinasi harus
ditunda, maka petugas
menyampaikan kepada sasaran
11
bahwa akan ada notifikasi ulang
melalui sms blast atau melalui
aplikasi peduli lindungi untuk
melakukan registrasi ulang dan
menentukan jadwal pengganti
pelaksanaan vaksinasi.
5. Dilanjutkan dengan pengisian
keputusan hasil skrining oleh
Petugas di dalam aplikasi Pcare
Vaksinasi.
a. Ketika pada saat skrining
dideteksi ada penyakit tidak
menular atau dicurigai adanya
infeksi COVID-19 maka pasien
dirujuk ke Poli Umum untuk
mendapat pemeriksaan lebih
lanjut
b. Sasaran yang dinyatakan sehat
diminta untuk melanjutkan ke
Meja 3.
c. Petugas memberikan penjelasan
singkat tentang vaksin yang
akan diberikan, manfaat dan
reaksi simpang (KIPI) yang
mungkin akan terjadi dan upaya
penanganannya.
Meja 3 (vaksinator) 1. Sasaran duduk dalam posisi
yang nyaman
2. Untuk vaksin mutidosis petugas
menuliskan tanggal dan jam
dibukanya vial vaksin dengan
pulpen/spidol di label pada vial
12
vaksin
3. Petugas memberikan vaksinasi
secara intra muskular sesuai
prinsip penyuntikan aman
4. Petugas menuliskan nama
sasaran, NIK, nama vaksin dan
nomor batch vaksin pada sebuah
memo. Memo diberikan kepada
sasaran untuk diserahkan kepada
petugas di Meja 4.
5. Selesai penyuntikan, petugas
meminta dan mengarahkan
sasaran untuk ke Meja 4 dan
menunggu selama 30 menit
Meja 4 (petugas pencatatan) 1. Petugas menerima memo yang
diberikan oleh petugas Meja 3
2. Petugas memasukkan hasil
vaksinasi yaitu jenis vaksin dan
nomor batch vaksin yang diterima
masing-masing sasaran ke dalam
aplikasi Pcare Vaksinasi.
3. Bila tidak memungkinkan untuk
menginput data langsung ke dalam
aplikasi (misalnya akses internet
tidak ada atau sarana tidak
tersedia), maka hasil pelayanan
dicatat di dalam format pencatatan
manual (Tabel 10) yang sudah
disiapkan sebelum hari H pelayanan
untuk kemudian diinput ke dalam
aplikasi setelah tersedia koneksi
internet.
13
4. Petugas memberikan kartu
vaksinasi, manual (Gambar 8)
dan/atau elektronik, serta penanda
kepada sasaran yang telah
mendapat vaksinasi. Petugas dapat
mencetak kartu vaksinasi elektronik
melalui aplikasi Pcare Vaksinasi.
Kartu tersebut ditandatangi dan
diberi stempel lalu diberikan
kepada sasaran sebagai bukti bahwa
sasaran telah diberikan vaksinasi.
5. Petugas mempersilakan penerima
vaksinasi untuk menunggu selama
30 menit di ruang observasi dan
diberikan penyuluhan dan media
KIE tentang pencegahan COVID-
19 melalui 3M dan vaksinasi
COVID-19
14
berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid), paha
bagian depan (Rectus Femoris), daerah ventro gluteal (M. Gluteus Medius).
B. Tujuan Pemberian IM
1. Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih
cepat disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya
suplai darah di otot tubuh .
2. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar obat yang diberikan
melalui subcutan.
3. Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi
obat. Namun bidan harus nerhati-hati dalam melakukan injeksi secara
intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa
nyeri dan rasa takut pad pasien.
Rute intramuscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat
dari pada rute subcutan (SC), karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di
otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot dalam,
tetapi bila tidak hati-hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh
darah. Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar
untuk melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan
mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah
90o (Perry, Potter, 2005).
Bidan harus mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot
harus bebas dari nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan
timbulnya rasa tidak nyaman yang berat. Dengan meminta klien untuk rileks,
perawat dapat mempalpasi otot untuk menyingkirkan kemungkinan adanya lesi
yang mengeras. Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan padat saat
kontraksi. Bidan dapat meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi dengan
membantunya mengambil posisi yang dapat mengurangi ketegangan otot
(Sumijatun, 2010).
15
Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang baik adalah
tempat injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak dan bayi. Otot
terletak dibagian lateral anterior paha dan pada orang dewasa
membentang sepanjang satu tangan di atas lutut sampai sepanjang satu
tangan di bawah trokanter femur. Sepertiga tengah otot merupakan
tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai ke garis tengah sisi luar paha.
Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini
terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus
lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang deawasa
dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan
menggunakan area ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf
dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3 bagian
yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara
trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3
bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan
injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk.
1) Pada orang dewasa m. vastus lateralis terletak pada sepertiga
tengah paha bagian luar. Pada bayi atau orang tua, kadang-
kadang kulit diatasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk
membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
2) Indikasi : - Bayi dan anak-anak
3) Dosis obat 1 – 4 ml (1 – 3 ml u/ bayi)
4) Langkah:
a) Posisikan os telentang atau duduk.
b) Temukan trochanter terbesar dan kondilus femur lateral.
Area suntik : 1/3 tengah dan aspek antero lateral paha.
c) Volume ideal antara 1 – 5 ml (untuk bayi 1 - 3 ml).
16
b. Otot Ventrogluteal
Otot ventrogluteal meliputi gluteus medius dan minimus.
Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut
atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga
disebut area von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk
injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah
dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang
terkontaminasi.
1) Indikasi : - Orang dewasa dan anak-anak
2) Dosis obat 1 – 3 cc, 20 – 23 gauge, 1 – ½ inch jarum.
3) Langkah :
a) Posisikan os telentang lateral
b) Letakan tangan kanan anda pada pinggul kiri pasien pada
trochanter mayor atau sebaliknya, posisikan jari telunjuk
sehingga menyentuh SIAS (Spina Iliaca Anterior Superior).
Kemudian gerakkan jari tengah anda sejauh mungkin
menjauhi jari telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari
telunjuk dan jari tengah anda akan membentuk huruf V.
Suntikan jarum ditengah-tengah huruf V, maka jarum akan
menembus M.Gluteus Medius.
c) Volume suntikan ideal antara 1 – 4 ml
17
c. Otot Dorsogluteus
Otot orsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan
untuk injeksi IM. Insersi jarum yang tidak disengaja ke dalam saraf
siatik dapat menyebabkan paralisis permanen atau sebagian pada
tungkai yang bersangkutan. Pembuluh darah utama dan tulang juga
dekat tempat injeksi. Pada klien yang jaringannya kendur, tempat
injeksi sulit ditemukan.
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan
hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh
darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak
diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak
dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum
berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah
membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak
terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal
iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar atas.
Perlu diingat :
1) Paling mudah dilakukan, namun angka terjadinya komplikasi
paling tinggi.
2) Hati-hati terhadap nervus sciatus dan arteri glutea superior.
3) Volume suntikan ideal adalah antara 2-4 ml.
18
4) Minta pasien berbaring ke samping dengan lutut sedikit fleksi.
5) Indikasi : dosis 1 – 3 cc, (≤ 5 cc), 20 – 23 gauge, 1 – ½ inch
jarum, sudut 90⁰
6) KI: anak < 2 tahun atau os berbadan kurus
d. Otot Deltoid
Pada orang dewasa, bayi dan anak, otot deltoid belum
berkembang baik. Saraf radialis, ulnaris dan arteri brakialis terdapat di
dalam lengan atas di sepanjang humerus. Bidan jarang menggunakan
daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat diakses
karena ada balutan, gips, atau obstruksi lain (Kozier, Barbara & Erb,
Glenora dkk, 2009).
Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat
ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan
untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko besar terhadap
bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut
saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adalah
meletakkan dua jari secara vertical dibawah akromion dengan jari
yang atas diatas akromion. Lokasi injeksi adalah 3 jari dibawah
akromion.
19
1) Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi. Namun,
kekurangannya adalah area penyuntikan kecil, jumlah obat yang
ideal (antara 0,5 – 1 mm).
2) Jarum disuntikan kurang lebih 2,5 cm tepat dibawah tonjolan
akromion.
3) Organ penting yang mungkin terkena adalah arteri brachialis atau
nervus radialis. Hal ini terjadi apabila kita menyuntik terlalu jauh
kebawah.
4) Minta pasien untuk meletakkan tangan di pinggul, dengan
demikian tonus ototnya akan berada pada kondisi yang mudah
disuntik dan dapat mengurangi nyeri.
20
2. Cara Kerja
a. Siapkan peralatan ke dekat pasien
b. Pasang sketsel atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
c. Cuci tangan
d. Gunakan sarung tangan
e. Kaji adanya alergi
f. Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat, dosis,pasien,
cara pemberian dan waktu)
g. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
h. Letakkan perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan di injeksi
i. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
pasien
j. Mematahkan ampula dengan kikir
k. Memakai handscoon dengan baik
l. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter dengan
teknik septic dan aseptic
m. Menentukan daerah yang akan disuntik
1) Pada Daerah Lengan Atas (Deltoid)
2) Pada Daerah Dorsogluteal (Gluteus Maximus)
3) Pada Daerah Ventro Gluteal (M. Gluteus Medius)
4) Pada Daerah Paha Bagian Luar (Vastus Lateralis)
5) Pada Daerah Paha Bagian Depan (Rectus Femoris)
n. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
o. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.
p. Mengangkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
(tangan yang tidak dominant)
q. Tusukkan jarum ke dalam otot dengan jarum dan kulit membentuk sudut
90o
r. Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah
jarum sudah masuk kedalam pembuluh darah yang ditandai dengan darah
masuk ke dalam tabung spuit (saat aspirasi jika ada darah berarti jarum
21
mengenai pembuluh darah, maka cabut segera spuit dan ganti dengan
spuit dan obat yang baru). Jika tidak keluar darah maka masukkan obat
secara perlahan-lahan
s. Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum keluar
tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak keluar)
t. Lakukan masase pada tempat bekas suntikan (pada injeksi suntikan KB
maka daerah bekas injeksi tidak boleh dilakukan masase, karena akan
mempercepat reaksi obat, sehingga menurunkan efektifitas obat.
u. Rapikan pasien dan bereskan alat (spuit diisi dengan larutan chlorine
0,5% sebelum dibuang)
v. Lepaskan sarung tangan rendam dalam larutan chlorine
w. Cuci tangan. (Kozier, Barbara & Erb, Glenora dkk, 2009).
Note : Interaksi obat yaitu 10 - 20 menit
22
6. Dosis yang diberikan harus tepat.
7. Pasien yang tepat.
8. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Diharapkan bidan dapat memberikan vaksinasi dengan tepat sesuai
kebutuhan pasien. Pemerintah dapat mengupayakan keterlibatan masyarakat
untuk melakukan vaksinasi Covid 19 pada fasilitas terdekat serta
memberikan berbagai penyuluhan mengenai pentingnya vaksinasi dalam
mencegah penyakit di Posyandu atau Puskesmas.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ai Yeyeh, Rukiyah. 2011. Asuhan Kebidanan I. CV. Trans Info Media: Jakarta
2. Abdullah. 2014. Kebutuhan dasar Manusia Untuk Keperawatan.Jakarta: Trans Info
Media.
3. Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Manusia. Jakrta: Salemba
Medika.
4. Ganiswara, S. G. 2003. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : FKUI.
5. Haswita & Sulistyowati, R. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa
Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta. TIM
6. Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Kemenkes RI.
7. Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Nomor
Hk.02.02/4/ 1 /2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
8. Kuswanti, Ina .2014. Asuhan Kebidanan. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
9. Mardianti, M., & Farida, Y. 2020. Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Rengasdengklok Selatan Kabupaten
Karawang. Jurnal Kebidanan Indonesia, 11(1), 17-29.
10. Mufdlilah., Hidayat. A., Kharimaturrahmah, I. 2012. Konsep
Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.
11. Muslihatun, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
12. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
13. Senewe, M. S., Rompas, S., & Lolong, J. 2017. Analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar di puskesmas
tongkaina kecamatan bunaken kota madya manado. Jurnal Keperawatan, 5(1).
14. Sigalingging, G. 201). Kebutuhan Dasar manusia. Jakarta: EGC.
15. Wagiran. 2015. Keterampilan Dasar.Jakarta: Trans Info Media.
16. Winotopradjoko, M; dkk. 2006. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: ISFI.
25