Disusun Oleh :
kelompok 3
Deva Sandi Alrizy 131911002
Nur MarLiyana 131911014
Sari Yanti 131911019
Serlye Marensisca 131911020
Dosen Pengampu:
Utari Yunie Atrie, S.Kep, Ns, M.Kep
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pasien dengan Gangguan Sistem Respirasi Covid-19”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Kritis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung
Pinang..
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep., Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
3. Utari yunie atrie S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kritis
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu penulis mengharapkan, saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
iv
F. Aspek Legal Etis........................................................................................27
G. Peran dan Fungsi Advokasi Perawat Pada Kasus .....................................28
BAB V PENUTUP..........................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran..........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa pandemi COVID-19, tenaga medis berupaya memberikan
perawatan yang terbaik untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19.
Pasien dengan COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit banyak yang
mengeluh mengalami sesak nafas. Sebagai seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan tidak hanya berupa terapi konvensional,
tetapi dapat dilakukan bersamaan dengan terapi komplementer sebagai upaya
untuk membantu proses penyembuhan penyakit. Terapi komplementer yang
dapat diberikan yaitu kombinasi Deep breathing dan Humming. Penelitian
mengenai Kombinasi Deep breathing dan Humming belum pernah ada yang
melakukan sebelumnya.
Kasus Covid-19 misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi
Hubei pada Desember 2019. Sumber penularan kasus ini masih belum
diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan
(Huang C, 2020). Penyakit ini berkembang sangat pesat dan telah menyebar
ke berbagai provinsi lain di Cina, bahkan menyebar hingga ke Thailand dan
Korea Selatan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Pada 11 Februari
2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan nama penyakit ini
sebagai Virus Corona Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus
SARS-CoV-2, yang sebelumnya disebut 2019-nCoV, dan dinyatakan sebagai
pandemic pada tanggal 12 Maret 2020 (Susilo , 2020).
Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel corona
virus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11
Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh
virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).
Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar
secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Sampai
tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian
1
di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus
dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian (WHO, 2020).
Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat
24.854.140 kasus konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia dengan 838.924
kematian (CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi
terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan
4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah
Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan
1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571 kasus (WHO,
2020).
Kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah.
Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 03 Februari 2021 tercatat
total kasus COVID-19 sebanyak 1,1 juta terkonfirmasi dengan angka
kematian 30.581. Kalimantan Timur menepati urutan ke 6 dari 34 provinsi di
Indonesia dengan kasus terkonfirmasi sebanyak 42.021 kasus (Kemenkes RI,
2020). Menurut data penyebaran COVID-19 di wilayah kutai kartanegara
pada bulan januari 2021 tercatat 5.105 jiwa kasus terkonfirmasi COVID-19
(Dinas perhubungan, 2021). Berdasarkan data 10 besar penyakit di RSUD
A.M. Parikesit Tenggarong, penyakit Pneumonia menempati urutan ke 10
dengan jumlah kasus sebanyak 127 pada tahun 2019 (RSUD A.M. Parikesit,
2019).
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai . Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi
ratarata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus
2
COVID19 yang dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrate
pneumonia luas di kedua paru. Gejala yang dirasakan oleh penderita COVID-
19 mirip dengan penderita SARS. Kebanyakan orang yang terinfeksi akan
mengalami gejala ringan hingga sedang. Center for Disease Control (CDC)
menyatakan saat ini dilaporkan dapat terjadi gejala tambahan berupa
kehilangan bau dan rasa (Kemenkes RI, 2020).
Sebagai upaya untuk meringankan gejala yang timbul dan mempercepat
perbaikan kondisi umum pasien terutama pada kondisi sesak nafas pasien
positif COVID-19 maka diperlukan terapi konvensional medis non
farmakologi. Manajemen untuk mengatasi sesak nafas dapat dibagi menjadi
2, yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Manajemen non farmakologi yang dapat dilakukan berupa terapi
komplementer yaitu Deep breathing dan Humming.
Latihan deep breathing merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur
pernapasan secara dalam dan lambat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Billo dkk terdapat peningkatan saturasi oksigen perifer secara akut
setelah sekali melakukan latihan deep breathing selama lima belas menit.
Lalu pada penelitian yang dilakukan oleh Shravya dkk diperoleh hasil adanya
peningkatan fungsi paru secara akut setelah sekali melakukan latihan deep
breathing selama sepuluh menit (Iryanita E, 2018).
Humming atau biasa disebut juga dengan Pranayama bermanfaat untuk
mengurangi kecepatan bernafas/melambatkan nafas, humming akan
mengubah pernafasan menjadi lebih tenang dengan proses nafas yang pelan.
Pikiran akan menjadi tenang, Ketika aktifitas nafas semakin berkurang maka
aktifitas pikiranpun akan menurun. Humming atau Pranayama mengajarkan
agar bernafas secara sadar yang dapat mengurangi pergolakan emosi, agar
kita dapat bernafas lebih seimbang, tenang dan mendalam. Bernafas secara
sadar bekerja langsung di pusat integrasi pikiran dan badan. Ingatan adalah
3
gerakan dari pernafasan, dan pernafasan adalah gerakan ingatan (Bintang,
2019).
Pelaksanaan Humming bisa dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja, dan
tidak menimbulkan efek samping. Humming dapat dilakukan dengan posisi
duduk atau berbaring. Langkah- langkah pelaksanaanya yaitu menutup mata
dan mulut, setelah letakan jari telunjuk di telinga. Saat menghembuskan nafas
diikuti dengan medengungkan suara. Saat mendengungkan, posisi mulut
tertutup, pita suara digetarkan terus-menerus sehingga terdengar seperti suara
‘aum’ (Prabawati, 2018).
Getaran tersebut mampu merangsang bagian otak yakni, hipotalamus
untuk melakukan aktivasi sistem korteks adrenal dengan mengirim sinyal ke
kelenjar hipofisis agar tidak mensekresikan adrenocorticotropin (ACTH),
sehingga ACTH yang tadinya menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal
(korteks adrenal) untuk melepaskan sekelompok hormon (kortisol) justru
gagal bertugas dan pada akhirnya kortisol tidak dihasilkan namun sebaliknya
yang dihasilkan oleh otak justru endhorpine. Zat ini bertindak bahkan 200
kali lebih besar daripada morphine, yang berfungsi untuk kekebalan tubuh,
mengatur emosi, merilekskan tubuh serta mampu menghilangkan depresi
(Prabawati, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anita (2019) didapatkan adanya
pengaruh yang signifikan pemberian intervensi nafas dalam dan posisi
terhadap nilai saturasi oksigen dan frekuensi nafas pada pasien asma. Deep
breathing atau nafas dalam dapat dijadikan latihan untuk mempertahankan
fungsi sistem pernapasan tetap baik (Syela,2018).
Berdasarkan penelitian Prabawati (2018) Humming atau brahmari
pranayama dapat dijadikan terapi nonfarmakologi untuk mengatasi masalah
gangguan tekanan darah, kecemasan berlebih, dan mengatur pernafasan.
Dengan melakukan pranayama secara rutin dapat memberikan efek yang
positif untuk menyembuhkan penyakit fisik maupun mental (Bintang, 2018).
4
Bedasarkan latar belakang masalah dan fenomena yang terjadi, maka
penulis ingin membuktikan hasil riset tentang intervensi pemberian Deep
breathing dan Humming yang dituangkan dalam penulisan Karya Ilmiah
Akhir Ners Yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien
Pneumonia Et Causa Post COVID-19 dengan Intervensi Kombinasi Deep
breathing dan Humming untuk Mengurangi Sesak Nafas di Ruang ICU
RSUD A.M Parikesit Tenggarong”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan meliputi :
1. Konsep Dasar Medis,Pencegahan Primer,Sekunder dan Tersier
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kritis
3. Analisa Kasus
4. Trend dan Isue Terkait Masalah Pada Kasus Kritis
5. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian ke dalam intervensi asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan kasus
6. Aspek legal etis kasus pada asuhan keperawatan kritis
7. Peran dan fungsi advokasi perawat pada kasus kritis
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan di atas penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar medis,pencegahan
primer,sekunder dan tersier
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan keperawatan kritis
3. Mengetahui dan memahami Analisa kasus
4. Mengetahui dan memahami trend dan isue terkait masalah pada kasus
kritis
5. Mengetahui dan memahami mengintegrasikan hasil-hasil penelitian ke
dalam intervensi asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah yang
berhubungan dengan kasus
5
6. Mengetahui dan memahami asspek legal etis pada kasus asuhan
keperwatan kritis
7. Mengetahui dan memahami peran dan fungsi advokasi perawat pada
kasus kritis
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
7
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan
adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan
kasus pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian
berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO
melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh
dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi
adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara,
negara dengan angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United
Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol (Kemenkes, 2020).
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret
2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal
30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi
COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34
provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak
terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5
tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun
(Kemenkes, 2020).
C. Klasifikasi
Banyak sekali gejala yang ditemukan pada pasien yang terkonfirmasi positif
Covid-19 atau bahkan tanpa gejala. Gejala Covid-19 yang ditemukan pada pasien
dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis. Berikut klasifikasi gejala Covid-19
berdasarkan tingkat keparahan pada pasien terkonfirmasi positif.
1. Pasien Tanpa Gejala atau Asimtomatik
Pasien terkonfirmasi positif oleh tes PCR, namun pasien tetap sehat dan
tidak terdapat gejala apapun
2. Gejala RIngan
Pasien dengan tes PCR positif yang disertai dengan gejala ringan
seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, pilek, dan bersin. Pada beberapa kasus
kadang tidak disertai demam, tetapi disertai dengan mual, muntah, nyeri perut,
diare, kesemutan, hilang penciuman dan pengecapan maupun tanda gejala lainnya.
8
3.Gejala Sedang
Pasien dengan tes PCR positif yang diertai dengan batuk,
demam,frekuensi pernapasan cepat dan dangkal, serta mengeluarga suara mengi
ketika bernapas.
4. Gejala Berat
Pasien dengan tes PCR positif yang disertai dengan gejala pnemonia
berat seperti kesulitan ketika manarik napas yang menyebabkan hidung kembang
kempis (di luar kondisi normal), otot-otot dada mengalami kesulitan bergerak
ketika manarik napas, penurunan kadar oksigen dalam darah dan terdapat
perubahan warna menjadi biru atau keabuan pada kuku, bibir, atau di sekitar mata.
Selain itu, terdapat gejala bahaya seperti kejang, penurunan kesadaran, tidak dapat
minum, dan atau gejala lainnya.
5. Gejala Kritis
Pasien tes PCR positif dengan kondisi yang mangalami perburukan
seperti gagal napas, gagal jantung, gagal ginjal akut, terdapat gangguan fungsi
organ dan keadaan perburukan lainnya.
D. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu:
protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S
(spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. COVID-19 ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6
jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E
(alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV
(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus) (Kemenkes, 2020).
9
Corona virus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini,
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama
penyebab COVID19 sebagai SARS-CoV-2 (Kemenkes, 2020).
E. Patofisiologi
COVID-19 merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak
(civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui
(Kemenkes, 2020).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan
14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh
di harihari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret
yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai
dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14
10
hari setelah onset gejala. Sebuah studi Natalia (2020), melaporkan bahwa
12,6% menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui
periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui
droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan,
bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik),
meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan
kecil untuk terjadi penularan (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan
bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet
merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin)
sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau
konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan
permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh
karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan
atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop
atau termometer) (Kemenkes, 2020).
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan
dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang
menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction
terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi,
mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi
tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara
(Kemenkes, 2020).
F. Pathway
11
12
G. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun
dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam,
rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri
dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit
(Kemenkes, 2020).
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi,
40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit
sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan
5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan
dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal
multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat
kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang
sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan
paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan
(Kemenkes, 2020).
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien
yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode
deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti
pemeriksaan RT-PCR
(Kemenkes, 2020).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan RT-PCR (Swab Test)
Pemeriksaan RT PCR merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi materi genetik virus. Pemeriksaan PCR dapat menggunakkan
sampel swab nasofaring (melalui hidung) dan swab orofaring (melalui
tenggorokan).
13
Alat yang digunakan menggunakan swab khusus yang digunakan untuk
pemeriksaan PCR kemudian dimasukkan kedalam tabung penampung( viral
transport media/ VTM).
Metode PCR terdiri dari beberapa tahap yaitu proses pelepasan dan
penggandaan materi genetik virus sehingga dapat dideteksi dengan alat.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan laboratorium dan peralatan
PCR yang sesuai dengan standar Biosafety Level 2. Faktor yang berpengaruh
pada pemeriksaan PCR antara lain faktor pengambilan sampel, transportasi
sampel, hingga proses pengerjaan sampelnya.
Untuk proses pengerjaan sampel hingga dikeluarkan hasil dapat
memakan waktu yang cukup lama dibandingkan pemeriksaan laboratorium
lainnya. Untuk memastikan adanya seseorang terinfeksi virus SARS COV-2
ini dianjurkan menggunakan PCR SARS COV-2.
Rapid test lebih berperan sebagai cara penyaringan awal terhadap kasus
positif Covid-19. Hasil rapid test tak bisa dijadikan penopang diagnosis
pasien Covid-19. Sebab, pemeriksaan serologis ini hanya bertujuan melihat
ada atau tidaknya sistem kekebalan tubuh yang muncul sebagai respons
terhadap masuknya virus.
Virus ini tidak selalu SARS-CoV-2 atau penyebab Covid-19. Waktu
pemeriksaan juga mempengaruhi hasil rapid test. Bisa jadi belum ada respons
dari sistem imun karena virus corona baru saja masuk.
Karena itu, hasil rapid test yang positif atau reaktif tidak selalu
menandakan orang yang dites positif corona. Diperlukan tes berulang hingga
swab test untuk menegakkan diagnosis. Walau demikian, orang dengan hasil
rapid test positif bisa disaring dan diisolasi sebagai langkah antisipasi
penularan Covid-19 sembari menunggu kepastian diagnosis.
14
I. Penatalaksanaan
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk
mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi
simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu
yang masih diteliti melalui uji klinis (Kemenkes, 2020)
J. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer memiliki perlindungan khusus terhadap penyakit
untuk mencegah terjadinya suatu penyakit. Pencegahan primer merupakan
usaha agar masyarakat yang berada dalam stage of optimum health tidak
jatuh pada stage yang lebih buruk. Pencegahan primer melibatkan tindakan
yang diambil sebelum terjadinya masalah kesehatan dan mencakup aspek
promosi kesehatan. Dalam aspek promosi kesehatan pencegahan primer
berfokus pada peningkatan kesehatan secara keseluruhan baik individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berkaitan dengan upaya pendidikan atau edukasi
yang terorganisir dan digunakan untuk mempromosikan kesimpulan kasus
individu yang menderita penyakit sehingga intervensi dapat segera dilakukan.
Pada pencegahan sekunder menekankan upaya penemuan kasus secara dini
dan pengobatan yang tepat. Pencegahan sekunder dilakukan mulai pada fase
patogenesis (masa inkubasi) yang dimulai saat bibit penyakit masuk kedalam
tubuh sampai saat timbulnya gejala penyakit dan gangguan kesehatan.
Diagnosis dini dan intervensi yang tepat dapat menghambat proses perjalanan
penyakit sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
penyakit.
15
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier diarahkan untuk meminimalisir operasi residual dari
penyakit dan membantu klien belajar hidup secara produktif dengan
keterbatasan. Pencegahan tersier merupakan usaha pencegahan terhadap
masn yarakat yang telah sembuh dari sakit serta mengalami kecacatan seperti
pendidikan kesehatan lanjutan, terapi kerja (work therapy), penyadaran
masyarakat, lembaga rehabilitasi dan partisipasi masyarakat. Kegiatan
rehabilitasi untuk mengurangi ketidakmampuan dan meningkatkan efisiensi
hidup penderita.
Pencegahan covid-19 dapat dilakukan dengan melakukan beberapa langkah
pencegahan sebagai berikut :
a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, atau
cairan antiseptik berbahan dasar alkohol dapat membunuh virus.
b. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk atau
bersin agar terhindar dari percikan yang keluar dari mulut atau hidung
orang yang terkena covid-19.
c. Hindari menyentu mata, hidung, dan mulut karena tangan yang
menyentuh berbagai permukaan benda dan virus penyakit ini dapat
menempel pada tangan. Tangan yang terkontaminasi dapat membawa
virus ini ke mata, hidung atau mulut yang dapat menjadi titik masuknya
virus ini ke tubuh sehingga menjadi sakit.
d. Melakukan etika batuk dan bersin dengan cara mneutup mulut
dan hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin dan
segera buang tisu bekas tersebut. Dengan mengikuti etika batuk dan
bersin dapat melindungi orang-orang disekitar dari virus-virus seperti
batuk pilek, flu, dan covid-19.
e. Tetap tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Jika merasa
demam, batuk, dan kesulitan bernapas, segera cari pertolongan medis dan
tetap memberitahukan kondisi anda terlebih dahulu. Ikuti arahan dinas
kesehatan setempat. Kementrian kesehatan dan dinas kesehatan daerah
akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di wilayah tersebut.
16
Dengan memberitahukan kondisi anda terlebih dahulu petugas kesehatan
yang akan merawat dapat segera mengarahkan ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang tepat. Langkah ini juga melindungi anda dan membantu
mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
f. Tetap ikuti informasi terbaru tentang covid-19. Jika
memungkinkan hindari berpergian ke tempat-tempat tersebut terutama
jika anda sudah berusia lanjut, memiliki penyakit diabetes, penyakit
janyung atau paru-paru karena memiliki resiko penularan lebih tinggi.
K. Komplikasi
1. Pneumonia
Saat kamu terpapar virus corona, maka virus ini dapat berkembang pada
saluran pernapasan. Bukan itu saja, virus ini dapat menyebar hingga ke paru-
paru. Pada paru-paru yang sehat, oksigen akan masuk melalui aliran darah ke
dalam alveoli. Virus corona yang masuk ke dalam paru-paru nyatanya dapat
merusak alveoli.
Saat ada virus masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan
berusaha melawan dan menyebabkan peradangan pada paru-paru. Peradangan
dapat menyebabkan cairan dan sel mati dalam paru menumpuk, sehingga
mengakibatkan penyakit pneumonia. Kondisi ini menimbulkan gejala batuk
dan sesak napas pada pengidap COVID-19.
2. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19 juga dapat memicu acute
respiratory distress syndrome (ARDS). Kondisi ini merupakan jenis
kegagalan pernapasan progresif yang terjadi ketika kantung udara pada paru-
paru terisi cairan.
Jika mengalami kondisi ini, pengidap COVID-19 membutuhkan
ventilator atau alat bantu napas untuk proses pernapasan. Dengan begitu,
gejala pneumonia dapat diredakan.
3. Gangguan Hati
Melansir dari Journal of Hepatology, laporan terbaru menunjukkan
sekitar 2–11 persen pasien dengan COVID-19 sudah memiliki penyakit hati
kronis sebelumnya. Dalam masa pandemi, disfungsi hati terlihat meningkat
17
14–53 persen pada pengidap COVID-19. Peningkatan gangguan hati
berkaitan langsung dengan kasus kematian pengidap COVID-19.
Gangguan hati dalam COVID-19 bisa dikaitkan dengan efek sitopatik
langsung dari virus, reaksi kekebalan yang tidak terkontrol, kondisi sepsis,
hingga efek dari penggunaan obat-obatan untuk meredakan gejala COVID-
19.
4. Gagal Ginjal Akut
Bukan hanya menyerang paru-paru, gejala COVID-19 yang cukup parah
nyatanya mampu menyebabkan gangguan pada ginjal. Meskipun jarang
terjadi, tetapi COVID-19 mampu meningkatkan risiko gagal ginjal akut pada
pengidap COVID-19.
Kondisi ini tentunya cukup berbahaya dan membuat pengidap COVID-
19 membutuhkan penanganan yang lebih serius. Melansir The Pediatric
Infectious Disease Journal, sekitar 25 persen orang dewasa pengidap
COVID-19 bisa berisiko mengalami komplikasi ini. Namun, saat ini belum
ditemukan penyakit ini sebagai komplikasi pada pengidap COVID-19 yang
masih berusia anak-anak.
5. Gangguan Neurologis
Pada pengidap COVID-19 yang mengalami gangguan neurologis,
umumnya kondisi ini memang telah dimiliki sebelumnya. Paparan virus
corona yang tidak segera diatasi dapat memperburuk kondisi ini. Namun,
penyakit COVID-19 dengan gejala yang cukup parah dapat berisiko
menyebabkan sepsis dan kegagalan organ yang memicu kondisi gangguan
neurologis.
Gangguan neurologis juga dapat dialami oleh pengidap COVID-19
akibat efek samping dari pengobatan yang dilakukan. Meskipun begitu,
komplikasi gangguan neurologis pada pengidap COVID-19 masih harus terus
dilakukan penelitian lebih mendalam
6. Gangguan Jantung
Bukan hanya paru-paru, gangguan jantung juga kerap dialami oleh
pengidap COVID-19 sebagai komplikasi yang cukup umum terjadi.
Biasanya, virus corona menyebabkan gangguan irama jantung atau aritmia.
18
Selain itu, melansir jurnal American Heart Association, 22 persen pasien
COVID-19 dengan gejala berat mengalami cedera miokard akibat infeksi.
Namun, penelitian mengenai kasus ini masih akan dilakukan secara lebih
mendalam n penelitian lebih mendalam.
19
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada pasien yang dicurigai COVID-19 (memiliki 3 gejala utama demam,
batuk dan sesak) perlu dilakukan pengkajian:
Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci
riwayat perjalanan pasien saat ditemukan pasien demam dan penyakit
pernapasan akut.
Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk dan sesak napas
dan telah melakukan perjalanan ke Negara atau Daerah yang telah
ditemukan COVID-19 perlu dilakukan isolasi kurang lebih 14 hari.
B. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian dan respon yang diberikan pasien, paling banyak
diagnosis keperawatan yang diangkat pada COVID-19 adalah
Infeksi berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen akibat
paparan COVID-19
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Pola napas tidak efektif terkait dengan adanya sesak napas
Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui
C. Intervensi Keperawatan
Berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
COVID-19
Monitor vital sign: Pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai dengan
suhu tinggi; monitor juga status pernapasan pasien karena sesak napas
adalah gejala umum covid-19. Perlu juga untuk dipantau saturasi oksigen
pasien karena sesak napas berhubungan dengan kejadian hipoksia
Maintain respiratory isolation: Simpan tisu di samping tempat tidur pasien;
buang sekret dengan benar; menginstruksikan pasien untuk menutup mulut
saat batuk atau bersin (menggunakan masker) dan menyarankan
pengujung (siapa saja yang memasuki ruang perawatan) tetap
menggunakan masker atau batasi/hindari kontak langsung pasien dengan
pengunjung.
20
Terapkan hand hygiene: Ajari pasien dan orang yang telah kontak dengan
pasien cuci tangan pakai sabun dengan benar
Manage hyperthermi: Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme
Edukasi: Berikan informasi tentang penularan penyakit, pengujian
diagnostik, proses penyakit, komplikasi, dan perlindungan dari virus
21
BAB IV
ANALISA KASUS
A. Pengkajian
a. Biodata Pasien
1) Identitas Klien
Nama : Tn.R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Mangkurawang
Tanggal masuk RS : 08 Februari 2021
Tanggal pengkajian : 11 Februari 2021
No Register : 08.11.90.XX
Diagnosa medis : Pneumonia et causa post covid-19
2) Keluhan Utama
22
Pasien mengatakan biasanya sakit batuk pilek, dan sembuh setelah
minum obat.
Pasien mengatakan sulit tidur karena sesak nafas dan pusing. Tidur
dalam sehari 8 jam. Dan sering terbangun.
23
Pasien mengatakan penyakitnya terjadi karena cobaan dari Allah
SWT. Pasien sering beribadah selama dirawat di rumah sakit.
4) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auslkutasi
Suara nafas ronchi basah. BJ1 dan BJ2 normal (lup dup).
24
5) Pemeriksaan Penunjang
(a) Pemeriksaan laboratorium
HASIL PEMERIKSAAN
JENIS
NO PEMERIKSAAN TGL ... TGL … TGL … TGL .. TGL … NILAI NORMAL
08/01/21
8 pH 7.4 7.37-7.45
25
2. Analisa Data
26
- Pernafasan cuping
hidung Masuk ke dalam
- Irama nafas cepat paruparu
dangkal
- Nadi : 96 x/menit, Bronkus/bronkeolud
- RR : 24 x/menit, dan alveolus
- PC02 : 43,5 mg/dl
- P02 : 125 m/dl Menggangu kerja
- SPO2 : 87% makrofag
Infeksi
Peradangan
Produksi sekret
meningkat
Kapasitas tranportasi
O2 menurun
Gangguan
Pertukaran Gas
Data Subjektif : Virus Covid-19 Intoleransi Aktivitas
Tn. R mengatakan mudah
lelah, badan terasa lemas dan Terpapar orang/benda (D.0056)
apabila beraktivitas nafasnya yang positif Covid-19
terasa sesak
Masuk melalui udara
ke saluran nafas
Data objektif :
- TD meningkat Masuk ke dalam
saat beraktivitas paruparu
- TD : 130/80
mmHg Bronkus/bronkeolud
(sebelum) 140/90 mmHg dan alveolus
(sesudah)
- Nadi : 96 x/menit, Menggangu kerja
(sebelum) 100 x/menit, makrofag
(sesudah)
- RR : 24 x/menit, Peradangan
(sebelum)
26 x/menit (sesudah)
27
Peningkatan
prostagladin
Peningkatan
penggunaan energi
Keletihan/kelelahan
Intoleransi Aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
28
1. Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Tujuan: Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Objektif:
- Gelisah - Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Saturasi Oksigen berubah
- Pola nafas berubah
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
29
Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan • Monitor frekuensi, irama,
intervensi • kedalamam, dan upaya nafas
Gejala dan Tanda keperawatan • Monitor kemampuan baruk
selama ............. Efektif
Mayor
maka gangguan • Monitor pola nafas
pertukaran gas meningkat • Monitor adanya sputum
Subjektif:
dengan kriteria hasil : • Monitor adanya sumbatan jalan
Dipsnea 1. Dipsnea menurun nafas
2. Bunyi nafas • Auskultasi suara nafas
Objektif : tambahan menurun 3. • Monitor saturasi oksigen
- Pco2 meningkat/menurun Pusing menurun • Monitor AGD
- Po2 menurun 4. Pengelihatan kabur
menurun Terapeutik:
- Takikardi
- bunyi nafas tambahan • Atur interval pemantauan dan
prosedur pemantauan
Gejala dan Tanda Minor • Dokumentasi hasil pemantauan
Subjektif:
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur
- Pusing pemantauan
- Pengelihatan kabur • Informasikan hasil pemantauan
Objektif :
- sianosis
- gelisah
- nafas cuping hidung
- pola nafas abnormal
- kesadaran menurun
30
Subjektif: bawahMeningka
3. Keluhan lelah Terapeutik:
- Dipsnea saat aktivitas menurun
- Merasa lemas 4. Dispnea saat aktivitas
menurun
Kolaborasi
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
• Gunakan nada suara yang lembut
dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
• Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis
relaksasi yg tersedia (nafas dalam
dan humming)
• Jelaskan secara rinci intervensi yg
dipilih
• Anjurkan mengambil posisi yg
nyaman
• Anjurkan rileks
• Anjurkan sering mengulangi
teknik
31
• Demontrasikan dan latih teknik
relaksasi
32
4.Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. 11-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan nafasnya masih
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak O :
keperawatan selama fowler - SPO2 : 87%
(D.0001) 5 x 15 menit - RR: 40 x/mnt
diharapkan bersihan - Irama nafas cepat dangkal
jalan nafas - Suara nafas ronchi basah
meningkat dengan A : Masalah bersihan jalan nafas
kriteria hasil : belum teratasi
1. Produksi sputum P : Lanjutkan intervensi
menurun - Atur posisi pasien semifowler atau
2. Mengi menurun fowler
3. Whezing
menurun
4. Dipsnea menurun
1
5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik
Gangguan
2. Pertukaran Gas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih agak
intervensi • Melakukan monitoring frekuensi, irama, pusing O :
(D.0003) keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas - SPO2 : 87%
5 x 15 • Melakukan monitoring saturasi oksigen - RR: 40 x/mnt
menit • Melakukan monitoring AGD - PCO2 : 43,5 mg/dl
2
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan - Melakukan monitoring
Intoleransi aktivitas kabur menurun saturasi oksigen
3. (D.0056) Manajemen Energi (I.05178)
Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) S:
intervensi - Pasien mengatakan sudah
- Memberikan aktivitas distraksi yang
keperawatan selama paham terapi kombinasi deep
menenangkan (kombinasi deep breathing dan
5 x 15 menit breathing dan humming.
humming)
diharapkan - Pasien mengatakan tubuhnya
- Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Intoleransi mudah lelah saat beraktivitas
mengakibatkan kelelahan
aktivitas dan mudah sesak nafas
- Monitoring kelelahan fisik dan emosional
O:
meningkat dengan - Menganjurkan tirah baring
- Pasien tampak lemas
kriteria hasil : - Menganjurkan melakukan aktivitas secara
- Irama nafas cepat dangkal
1. Kemudahan bertahap
dalam A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
- Menjelaskan tujuan, manfaat, terapi
melakukan teratasi
kombinasi deep breathing dan humming
aktivitas P : Lanjutkan intervensi
- Menjelaskan langkah-langkah terapi -
seharihari Monitoring kelelahan fisik dan
kombinasi deep breathing dan humming
emosional
3
Meningkat - Menganjurkan pasien mengambil posisi yg - Menganjurkan tirah baring
2. Kekuatan tubuh nyaman
bagian atas dan - Menganjurkan klien rileks
bawahMeningka
t
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat - Menganjurkan klien sering mengulangi - Menganjurkan melakukan
aktivitas menurun
teknik aktivitas secara bertahap
- Mendemontrasikan dan latih teknik relaksasi - Menganjurkan klien rileks
- Menganjurkan klien sering
mengulangi teknik
1. 12-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan nafasnya masih
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak O :
keperawatan selama fowler - SPO2 : 91%
(D.0001) 5 x 15 menit - RR: 37 x/mnt
diharapkan bersihan - Irama nafas cepat dangkal
jalan nafas - Suara nafas ronchi basah
meningkat dengan A : Masalah bersihan jalan nafas
4
kriteria hasil : belum teratasi
1. Produksi sputum P : Lanjutkan intervensi
menurun - Atur posisi pasien semifowler atau
2. Mengi menurun fowler
3. Whezing menurun
4. Dipsnea menurun
5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik
Gangguan
2. Pertukaran Gas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih agak
intervensi • Melakukan monitoring frekuensi, irama, pusing O :
(D.0003) keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas - SPO2 : 91%
5 x 15 • Melakukan monitoring saturasi oksigen - RR: 37 x/mnt
menit • Melakukan monitoring AGD - Irama nafas cepat dangkal
5
dengan - Melakukan monitoring
kriteria hasil : frekuensi, irama,
1. Dipsnea - kedalamam, dan upaya nafas
menurun - Melakukan monitoring
2. Bunyi nafas saturasi oksigen
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur menurun
Intoleransi aktivitas
3. (D.0056) Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya
mudah
Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326)
lelah saat beraktivitas
intervensi - Monitoring kelelahan fisik dan emosional
O:
keperawatan selama - Menganjurkan melakukan aktivitas secara
- Pasien tampak lemas
5 x 15 menit bertahap
- Irama nafas cepat dangkal
diharapkan - Menganjurkan tirah baring
A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
Intoleransi - Menganjurkan klien rileks
teratasi
aktivitas - Menganjurkan klien sering mengulangi
P : Lanjutkan intervensi
meningkat
6
dengan teknik - Monitoring kelelahan fisik dan
kriteria hasil : emosional
1. Kemudahan - Menganjurkan tirah baring
dalam - Menganjurkan melakukan
melakukan aktivitas secara bertahap
aktivitas - Menganjurkan klien rileks
seharihari - Menganjurkan klien sering
Meningkat mengulangi teknik
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningka
t
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas menurun
7
1. 15-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas O :
keperawatan selama fowler - SPO2 : 93%
(D.0001) 5 x 15 menit - RR: 32 x/mnt
diharapkan bersihan - Irama nafas cepat dangkal
jalan nafas - Suara nafas ronchi basah
meningkat dengan A : Masalah bersihan jalan nafas
kriteria hasil : belum teratasi
1. Produksi sputum P : Lanjutkan intervensi
menurun - Atur posisi pasien semifowler atau
2. Mengi menurun fowler
3. Whezing menurun
4. Dipsnea menurun
8
5. Saturasi Oksigen
membaik
2. Gangguan 6. Pola nafas Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya
Pertukaran Gas membaik • Melakukan monitoring frekuensi, irama, berkurang O :
kedalamam, dan upaya nafas - SPO2 : 93%
(D.0003) • Melakukan monitoring saturasi oksigen - RR: 32 x/mnt
Setelah dilakukan • Melakukan monitoring AGD - Irama nafas cepat dangkal
intervensi A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
keperawatan selama belum teratasi
5 x 15 P : Lanjutkan intervensi
menit - Melakukan monitoring
diharapkan gangguan frekuensi, irama,
pertukaran gas - kedalamam, dan upaya nafas
meningkat - Melakukan monitoring
dengan saturasi oksigen
kriteria hasil :
1. Dipsnea
menurun
2. Bunyi nafas
9
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur menurun
3. Intoleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya
(D.0056) Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) mudah lelah saat beraktivitas O :
intervensi - Monitoring kelelahan fisik dan emosional - Pasien tampak lemas
keperawatan selama - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Irama nafas cepat dangkal
5 x 15 menit bertahap A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
diharapkan - Menganjurkan tirah baring teratasi
Intoleransi - Menganjurkan klien rileks P : Lanjutkan intervensi
aktivitas - Menganjurkan klien sering mengulangi - Monitoring kelelahan fisik dan
meningkat teknik emosional
dengan - Menganjurkan melakukan
kriteria hasil : aktivitas secara bertahap
1. Kemudahan - Menganjurkan tirah baring
dalam - Menganjurkan klien rileks
melakukan - Menganjurkan klien sering
aktivitas
10
seharihari mengulangi teknik
Meningkat
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningkat
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas menurun
1. 16-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas O :
keperawatan selama fowler - SPO2 : 95%
(D.0001) 5 x 15 menit - RR: 29 x/mnt
11
diharapkan bersihan - PCO2 : 43,5 mg/dl
jalan nafas - PO2 : 125 m/dl
meningkat dengan - Irama nafas cepat dangkal
kriteria hasil : - Suara nafas ronchi basah
1. Produksi sputum A : Masalah bersihan jalan nafas
menurun belum teratasi
2. Mengi menurun P : Lanjutkan intervensi
3. Whezing - Atur posisi pasien semifowler
menurun atau fowler
4. Dipsnea menurun
5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik
12
menit • Melakukan monitoring saturasi oksigen - RR: 29 x/mnt
diharapkan gangguan • Melakukan monitoring AGD - Irama nafas cepat dangkal
pertukaran gas A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
meningkat belum teratasi
dengan P : Lanjutkan intervensi
kriteria hasil : - Melakukan monitoring
1. Dipsnea frekuensi, irama,
menurun - kedalamam, dan upaya nafas
2. Bunyi nafas - Melakukan monitoring
tambahan saturasi oksigen
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur menurun
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya
(D.0056) intervensi sudah mulai membaik, perasaan
13
keperawatan selama Terapi Relaksasi (I.09326) mudah lelah berkurang O :
5 x 15 menit - Monitoring kelelahan fisik dan emosional - Pasien dapat beraktivitas
diharapkan - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Irama nafas cepat dangkal
Intoleransi bertahap berkurang
aktivitas - Menganjurkan tirah baring A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
meningkat - Menganjurkan klien rileks teratasi
dengan - Menganjurkan klien sering mengulangi P : Lanjutkan intervensi
kriteria hasil : teknik - Monitoring kelelahan fisik dan
1. Kemudahan emosional
dalam melakukan - Menganjurkan melakukan
aktivitas aktivitas secara bertahap
seharihari - Menganjurkan tirah baring
Meningkat - Menganjurkan klien rileks
2. Kekuatan tubuh - Menganjurkan klien sering
bagian atas dan mengulangi teknik
bawahMeningkat
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas
14
menurun
n mengatakan masih agak sesak
1. 17-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasie
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau nafas O
keperawatan selama fowler : SPO2 : 96%
(D.0001) 5 x 15 menit - RR: 28 x/mnt
menurun - berkurang
15
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya
Pertukaran Gas intervensi • Melakukan monitoring frekuensi, irama, sudah berkurang O :
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas - SPO2 : 96%
(D.0003) 5 x 15 • Melakukan monitoring saturasi oksigen - RR: 28 x/mnt
menit • Melakukan monitoring AGD - Irama nafas cepat dangkal
diharapkan gangguan berkurang
pertukaran gas A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
meningkat teratasi sebagian
dengan P : Pertahankan intervensi
kriteria hasil : - Melakukan monitoring
1. Dipsnea frekuensi, irama,
menurun - kedalamam, dan upaya nafas
2. Bunyi nafas - Melakukan monitoring
tambahan saturasi oksigen
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur menurun
16
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan perasaan
(D.0056) intervensi Terapi Relaksasi (I.09326) mudah lelah berkurang O :
keperawatan selama - Monitoring kelelahan fisik dan emosional - Pasien dapat beraktivitas
5 x 15 menit - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Irama nafas cepat dangkal
diharapkan bertahap berkurang
Intoleransi - Menganjurkan tirah baring A : Masalah Intoleransi aktivitas
aktivitas - Menganjurkan klien rileks teratasi sebagian
meningkat - Menganjurkan klien sering mengulangi P : Pertahankan intervensi
dengan teknik - Monitoring kelelahan fisik dan
kriteria hasil : emosional
1. Kemudahan - Menganjurkan melakukan
dalam melakukan aktivitas secara bertahap
aktivitas - Menganjurkan tirah baring
seharihari - Menganjurkan klien rileks
Meningkat - Menganjurkan klien sering
2. Kekuatan tubuh
17
bagian atas dan mengulangi teknik
bawahMeningkat
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas
menurun
18
B. Peran dan fungsi advokasi perawat pada kasus
Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan kasus diatas,
perawat bertugas memberikan informasi kepada keluarga klien yang
bersangkutan terhadap klien. Khususnya dalam pengambilan keputusan atau
persetujuan atas tindakan keperawatan yang
akan diberikan kepada klien. Yang meliputi hak atas informasi tentang
penyakit yang diderita, ha katas privasi, hak untuk menentukan nasibnya,
dan hak untuk memenuhi ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Implementasi:
• Perawat dapat menolak aturan atau tindakan yang bisa membahayakan
kesehatan klien atau menentang hak-hak klien penderita pneumonia.
• Membantu klien penderita pneumonia dalam menyatakan hak-haknya
yang dibutuhkan pada saat perawatan pneumonia dan agar klien
mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya.
• Membantu klien dan keluarga dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan seperti pemasangan intubasi kepada
klien.
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
keperawatan.
pneumonia.
B. Saran
29
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sakit.
komperhensif.
30
BAB VI
EDVIDENCE BASED PRACTICE
No Penulis (tahun) dan Judul Tujuan Sample Design penelitian Intervensi Hasil penelitian
Negara
1
2
3
4
5
30
DAFTAR PUSTAKA
Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta: MediactionPublishing.
Anita Y. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen
dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Raflesia :
Poltekkes Kemenkes Bengkulu. ISSN: 2656-6222.
Anwar, Athena, & Ika, Damayanti. (2014). Pneumonia pada anak balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(8), 359-365.
Bangun Virgona Argi & Nuraeni Susi. (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit
Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan Soedirman.Volume 8 No2.
Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta:
EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
31
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. (2019). Clinical features
of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.
32
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika Paramita. (2011). Nursing, Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Jakarta: PT Indeks.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, (2009), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi
1,.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer & Bare. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth/ editor, Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih bahasa,
Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto,
R.,Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit.
33
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.
34