Oleh :
IDA AYU PUTU MIRAH KENCANAWATI
NIM. P07120320035
i
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Oleh :
IDA AYU PUTU MIRAH KENCANAWATI
NIM.P07120320035
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TANGGAL : ………………..
TIM PENGUJI :
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir
pendidikan profesi ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif Pada Tn. A Dengan Corona Virus Disease 2019 Di Ruang Isolasi
Rsup Sanglah Tahun 2021” tepat pada waktunya. Tugas akhir ini dapat diselesaikan
bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur Poltekkes
Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program pendidikan
Ners di Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar.
2. Ners. I Made Sukarja, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Denpasar, yang telah memberikan kesempatan selama
pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Luh Kompiang Sulisnadewi, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An., selaku Ketua Program
Studi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar yang
telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
4. Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep., M.Pd., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya
tulis ini.
5. Dr. Nyoman Ribek, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Pd., selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
6. Seluruh dosen keperawatan yang telah memberikan ilmu kepada kami, sehingga
penulis dapat menyusun karya ilmiah ini dengan baik.
v
7. Keluarga, kerabat serta sahabat penulis yang telah memberikan dorongan dan
inspirasi.
8. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
karya tulis akhir ners ini.
Penulis
vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vii
ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF PADA TN. A DENGAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
DI RUANG ISOLASI RSUP SANGLAH
TAHUN 2021
ABSTRAK
Corona Virus Disease 2019 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh virus SARS CoV 2019. Masalah keperawatan prioritas yang muncul
pada pasien dengan Corona Virus Disease 2019 adalah bersihan jalan napas tidak
efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif pada Tn. A dengan Corona Virus Disease 2019 meliputi data
hasil pengkajian keperawatan sampai dengan hasil evaluasi keperawatan di ruang
Isolasi RSUP Sanglah tahun 2021. Hasil penelitian menemukan pada pengkajian
keperawatan ditemukan pasien mengeluh sesak, tidak mampu batuk, tidak mampu
batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara ronkhi dan frekuensi
pernapasan 28x/menit. Diagnosis keperawatan yang dirumuskan adalah bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas. Perencanaan
keperawatan mengacu pada pedoman Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dengan luaran bersihan jalan napas meningkat dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dengan intervensi utama manajemen jalan napas dan latihan batuk
efektif seerta intervensi pendukung fisioterapi dada. Implementasi keperawatan
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah direncanakan selama 3 x 24
jam. Evaluasi keperawatan menunjukkan tujuan tercapai dibuktikkan dengan
tercapainya seluruh luaran yang sudah ditetapkan. Pemberian posisi pronasi ini dapat
menjadi intervensi yang digunakan untuk mengatasi bersihan jalan napas pada pasien
dengan Corona Virus Disease 2019.
Kata kunci : Corona Virus Disease 2019 , Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif,
Posisi Pronasi
viii
NURSING CARE OF INEFFECTIVE AIRWAY CLEARANCE IN
MR. A WITH CORONA VIRUS DISEASE 2019 IN ISOLATION
WARD IN RSUP SANGLAH IN 2021
ABSTRACT
Corona Virus Disease 2019 is a respiratory tract infection caused by SARS CoV 2019.
The priority nursing problem that arises in patients with Corona Virus Disease 2019
is ineffective airway cleaning. This study aims to determine the nursing care of airway
cleansing is ineffective in Mr. A with Corona Virus Disease 2019 including data from
nursing assessment until the results of nursing evaluation in the Isolation room of
RSUP Sanglah in 2021. The results of the study found in the nursing study found
patients complained of tightness, were unable to cough effectively, there was excessive
sputum, the sound of additional breathing ronkhi and breathing frequency 28x / minute.
The diagnosis of formulated nursing is ineffective airway cleaning associated with
airway hypersecretion. Nursing planning refers to the guidelines of Indonesian
Nursing External Standards (SLKI) with increased airway clean-up and Indonesian
Nursing Intervention Standard (SIKI) with the main interventions of airway
management and effective cough training as well as interventions supporting chest
physiotherapy. The implementation of nursing is carried out in accordance with the
planned nursing plan for 3 x 24 hours. The evaluation of nursing shows that the goal
of achieving the book is achieved by achieving all the externals that have been set. The
administration of this prone position can be an intervention used to overcome airway
cleansing in patients with Corona Virus Disease 2019.
Keywords: Corona Virus Disease 2019 , Ineffective Airway Clearance, Prone
Position
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................................... ix
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1. Manfaat teoritis............................................................................................... 7
BAB II ........................................................................................................................... 9
x
A. Konsep medis Corona Virus Disease 2019 .................................................... 9
B. Konsep dasar bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona
Virus Disease 2019 .................................................................................................. 16
2. Etiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona Virus
Disease 2019 ........................................................................................................ 16
3. Faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona
Virus Disease 2019 .............................................................................................. 17
4. Patofisiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus Disease
2019 ..................................................................................................................... 17
5. Manifestasi klinis bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus
Disease 2019 ........................................................................................................ 18
3. Perencanaan keperawatan............................................................................. 23
xi
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................................................. 30
C. Perencanaan keperawatan............................................................................. 30
BAB IV ....................................................................................................................... 35
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 35
A. Analisis asuhan keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona
Virus Disease 2019 .................................................................................................. 35
c. Perencanaan keperawatan............................................................................ 37
B. Analisis salah satu intervensi dengan konsep Evidance Based Practice dan
konsep penelitian terkait .......................................................................................... 42
BAB V......................................................................................................................... 45
A. Simpulan ....................................................................................................... 45
B. Saran ............................................................................................................. 47
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
provinsi Hubei, China pada bulan Desember 2019 yang tidak ketahui pasti
penyebabnya, teapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di wuhan. Tanggal
18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak saat itu kasus meningkat pesat
data World Health Organization 2021, tercatat tanggal 1 Mei 2021 secara global
kematian.
negara dalam waktu singkat. Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2
Maret 2020. Dilihat dari data pada tanggal 2 Mei 2021 tercatat Indonesia salah satu
1
negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi sebayak 19.2% di kawasan
Asia Tenggara. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah
Indonesia, tercatat pada tanggal 4 Mei 2021 tingkat kematian akibat kasus
pada tanggal 23 Maret 2021 provinsi Bali termasuk ke dalam zona risiko tinggi
berada pada zona merah ini meliputi kota Denpasar, kabupaten Klungkung,
provinsi Bali tanggal 21 April 2021 sebanyak 43.485 orang terkonfirmasi dan
virus (Sukmana and Yuniarti, 2020). Virus ini ditularkan penderita melalui droplet
atau partikel aerosol yang masuk ke saluran napas. Pada studi SARS-CoV protein
S berikatan dengan reseptor di sel host yatu enzim ACE – 2, enzim ini dapat
ditemukan pada mukosa oral, nasal, nasofaring, paru, sel epitel alveolar paru,
eksositosis.
2
Virus yang dilepaskan dapat menginfeksi saluran pernapasan dan timbul
klinis yaitu sesak 40%, produksi sputum berlebih 33,4% pada covid 19 ringan dan
37,8% pada covid 19 berat dan batuk 67,8%. (The WHO-China Joint Mission on
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui respon gejala klinis yang terjadi pada
Coronavirus Disease 2019 akan muncul masalah keperawatan bersihan jalan napas
jalan napas. Dampak yang ditimbulkan jika bersihan jalan napas tidak efektif tidak
terdapat dahak atau sputum yang sulit keluar dan penderita akan mengalami
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi bersihan jalan napas tidak
efektif salah satunya yakni terapi inhalasi dengan nebulizer. Terapi nebulizer
merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah pada sistem
penelitian yang dilakukan oleh Chen (2020) dapat membantu pasien dalam drainage
sekresi sputum setelah diberikan terapi nebulizer. Namun kelemahan terapi inhalasi
dibuktikkan dengan adanya beberapa temuan virus pada sampel udara di dekat
3
pasien. Pernyataan tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Sethi,
Barjaktarevic and Tashkin (2020) bahwa aerosol yang dihasilkan dari nebulizer
pasien lain, tenaga medis dan lingkungan rumah sakit. Hal ini dapat menjadi
kelemahan yang berarti dalam pemberian terapi nebulizer untuk pasien dengan
menerapkan intervensi inovasi posisi pronasi (prone position). Prone position yaitu
Disease 2019 yang dapat memfasilitasi drainase secresi paru kearah bronkus dan
trakea dengan bantuan gaya gravitasi. Hal ini didukung pada penelitian yang
dilakukan oleh Wang et al., (2020) dengan judul “ Sputum Characteristics And
bahwa setelah diberikan intervensi dengan posisi pronasi dapat membantu dalam
bersihan jalan napas tidak efektif yaitu berdasarkan pedoman Standar Intervensi
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dapat dilakukan intervensi latihan
batuk efektif dan fisioterapi dada. Batuk efektif merupakan teknik batuk yang
4
efektif adalah merupakan tindakan yang diperlukan untuk membersihkan secret
(Listiana, Keraman and Yanto, 2020). Fisioterapi dada ini dapat memobilisasi
sekresi jalan napas melalui perkusi, getaran dan drainase postural. Penelitian yang
dilakukan oleh Tahir et al., (2019) dengan judul “ Fisioterapi Dada dan Batuk
fisioterapi dada dan batuk efektif dapat digunakan untuk mengatasi ketidakefektifan
bersihan jalan napas dengan kriteria hasil frekuensi napas dalam rentang normal,
irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan dan pasien mampu
mengeluarkan sputum.
penyakit dominan yang ditemukan, sebanyak 2701 pasien sudah terkonfirmasi dan
dirawat di ruang Isolasi RSUP Sanglah Denpasar dengan sebagian besar mengalami
masalah keperawatan utama bersihan jalan napas tidak efektif. Berdasarkan uraian
diatas penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners tentang “Asuhan
Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Pasien Tn. A dengan
Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi RSUP Sanglah Tahun
2021”
B. Rumusan masalah
5
pada Pasien dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi
C. Tujuan penelitian
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Pasien dengan Corona Virus Disease 2019
Studi kasus pada Pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Ruang Isolasi RSUP Sanglah Tahun 2021
19) dengan bersihan jalan napas tidak efektif di Ruang Isolasi RSUP Sanglah.
dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi RSUP
Sanglah.
pada pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi RSUP
Sanglah.
direncanakan pada pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan
6
e. Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada
pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan bersihan jalan napas
pasien bersihan jalan napas tidak efektif dengan metode Evidance Based
Practice.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan bersihan jalan napas tidak
efektif.
keperawatan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
kepada penulis terkait asuhan keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada
Tn. A yang mengalami Corona Virus Disease 2019 dan sebagai tempat dalam
keperawatan.
7
b. Bagi pelayanan kesehatan
pelayanan rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Corona
Virus Disease 2019 dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.
c. Bagi pasien
serta keluarga maupun masyarakat, serta sebagai sumber informasi untuk merawat
pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien yang mengalami
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang,
13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan
kritis.
napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan
atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau
kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan
9
pernapasan berat, atau saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien
gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan
fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk disertai dahak, sesak napas,
kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih
dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C,
sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C. (Susilo et al., 2020)
Covid-19 (2020):
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage
awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas
c. Bronkoskopi
10
e. Pemeriksaan kimia darah
darah, fungsi hepar (pada beberapa pasien, enzim liver dan ototmeningkat), fungsi
ginjal, gula darah sewaktu, elektrolit, faal hemostasis (PT/APTT, d Dimer), pada
dari bahan saluran napas(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah, kultur
a. Derajat ringan
muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan. Jika
gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah
dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di
2) Farmakologis
a) Vitamin C dengan pilihan: Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral
(untuk 14 hari), Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari),
multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari),
11
b) Vitamin D dalam bentuk suplemen 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak,
serbuk, sirup) dan Obat 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000
(terutama bila diduga ada infeksi influenza), Favipiravir (Avigan sediaan 200
mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg
(hari ke 2-5)
b. Derajat sedang
COVID-19
COVID-19
2) Non Farmakologis
cairan, oksigen
bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan
3) Farmakologis
12
a) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
b) Diberikan terapi farmakologis berikut: Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau
per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan
apabila curiga ada infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral
(untuk 5-7 hari). Ditambah salah satu antivirus Favipiravir (Avigan sediaan 200
mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg
2) Non Farmakologis
a) Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi
13
d) Monitor tanda-tanda sebagai berikut; Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari), PaO2/FiO2 ≤ 300
syok atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU. Bila terjadi
mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas.
terutama pada pasien dengan edema paru, posisikan pasien sadar dalam posisi
3) Farmakologis
a) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
c) Vitamin D dalam bentuk suplemen 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak,
serbuk, sirup) dan Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000
14
d) Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7 hari) atau sebagai
dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
e) Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor
risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
dipertimbangkan.
f) Antivirus seperti Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600
mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
h) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain
yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen
15
B. Konsep dasar bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas
paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Pengertian lain juga menyebutkkan
2. Etiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona
Bersihan jalan napas tidak efektif pada penyakit Corona Virus Disease 2019
terjadi akibat adanya hipersekresi sputum pada jalan napas. Virus yang menginfeksi
(Khan et al., 2021). Hal ini yang menyebabkan terjadinya bersihan jalan napas tidak
efektif yang dimanifestasikan dengan tanda dan gejala mayor berupa data objektif
yaitu adanya batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, spuntum berlebih, mengi,
meconium di jalan napas. Gejala dan tanda minor bersihan jalan napas tidak efektif
berdasarkan data subjektif yaitu adanya dyspnea, sulit bicara, ortopnea, data
objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
16
3. Faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas tidak efektif pada
a. Usia
Faktor usia erat kaitannya dengan Corona Virus Disease 2019 karena pada
orang yang lanjut usia (di atas 60 tahun) mengalami adanya proses degenerative
anatomi dan fisiologi sehingga rentan terhadap penyakit dan imunitas yang
menurun sehingga mudah terserang infeksi Corona Virus Disease 2019. (Hidayani,
2020)
b. Jenis kelamin
Menurut Cen et al., (2020) jenis kelamin laki – laki lebih berisiko terserang
dan adaptif.
4. Patofisiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus Disease
2019
pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor
masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan
sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain
(RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus
17
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab
Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang
respon peradangan yang dapat menginduksi hipersekresi sputum pada jalan napas
5. Manifestasi klinis bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus
Disease 2019
Manifestasi klinis bersihan jalan napas tidak efektif terdiri dari gejala dan
tanda mayor dan minor. Mayor merupakan tanda/gejala yang ditemukan sekitar
dan tanda mayor bersihan jalan napas tidak efektif berdasarkan data objektif yaitu
adanya batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, meconium
di jalan napas. Gejala dan tanda minor bersihan jalan napas tidak efektif
berdasarkan data subjektif yaitu adanya dyspnea , sulit bicara, ortopnea, data
18
objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
Disease 2019
bronkiolus dari sekret atau benda asing dalam jalan napas. Cara melatih batuk
efektif pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif adalah
menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8
detik, anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali setelah itu
menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke –
getaran dan drainase postural dengan tujuan untuk membuang sekresi bronkial agar
sesuai dengan area paru yang mengalami penumpukan secret, gunakan bantal untuk
rata bersama ekspirasi melalui mulut. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
19
Intervensi inovasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah bersihan
jalan napas adalah Prone position atau posisi pronasi merupakan merubah posisi
klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh ke samping. Posisi ini
dikatakan dapat membantu pasien dengan corona virus disease 2019, fisiologi
posisi pronasi ini dapat meningkatkan luaran klinis pada pasien corona virus
disease 2019 tidak lepas dari distribusinya tekanan pada paru yang lebih merata.
Selain itu posisi pronasi ini dapat memfasilitasi drainase secresi paru kearah
bronkus dan trakea dengan bantuan gaya gravitasi (Koulouras et al., 2016)
Indikasi pemberian posisi pronasi pada pasien dengan corona virus disease
2019 yaitu pasien dengan hipoksia, suplementasi oksigen >2 liter permenit untuk
mempertahankan saturasi >92%, tidak ada distress napas berat, kesadaran pasien
baik dan pasien dapat melakukan posisi pronasi secara mandiri. Sedangkan
kontraindikasi pemberian posisi pronasi pada pasien dengan corona virus disease
2019 yaitu trauma pada area kepala/leher, instabilitas pada area tulang belakang,
et al., 2017)
dianjurkan melakukan posisi pronasi ini setiap hari dan dapat mempertahankan
posisi ini selama 2 jam, 1 - 2 kali dalam sehari. Posisi pronasi ini dinyatakan dapat
20
C. Asuhan Keperawatan pada Pasien Corona Virus Disease 2019 dengan
1. Pengkajian keperawatan
diagnose keperawatan dengan tepat yang benar. Pengkajian terdiri dari dua yaitu
menetukan apakah keadaan tersebut normal atau abnormal, jika ada beberapa data
2018) Dalam pengkajian pada pasien corona virus disease 2019 dilakukan dengan
dengan tanda gejala mayor dan minor bersihan jalan napas tidak efektif dimana data
mayornya yaitu subjektif tidak tersedia dan data objektifnya batuk tidak efektif,
sputum berlebih, tidak mampu batuk, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering,
sedangkan tanda gejala minor, data subjektif dyspnea, sulit bicara, ortopnea. Data
objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
2. Diagnosis keperawatan
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik
yang berlangsung aktual maupun potensial.(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
21
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu diagnosis negative dan
diagnosis positif. Diagnosis negative menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit
pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri dari diagnosis actual dan diagnosis
risiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat
dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut
Diagnosis keperawatan yang diambil dalam kasus ini adalah bersihan jalan
napas tidak efektif merupakan diagnose aktual yang terdiri atas 3 bagian yaitu
problem, etiology, sign dan symptom. Problem yaitu masalah keperawatan, etiology
yaitu faktor yang berhubungan serta sign dan symptom adalah tanda dan gejala.
atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap. Adapun
etiologi bersihan jalan napas tidak efektif terbagi atas etiologi fisiologis dan
napas, disfungsi neuromuscular, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas
buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding jalan napas, proses infeksi,
respon alergi dan efek agen farmakologis. Etiologi situasional meliputi merokok
Gejala dan tanda mayor bersihan jalan napas tidak efektif meliputi data
subjektif tidak tersedia, data subjektif meliputi batuk tidak efektif, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan atau rokhi kering dan meconium di
22
jalan napas (pada neonatus). Gejala dan tanda minor bersihan jalan napas tidak
efektif meliputi data subjektif berupa dyspnea, sulit bicara, dan ortopnea.
Sedangkan data objektif meliputi gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi
3. Perencanaan keperawatan
aspe-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau
keperawatan. Komponen luaran terdiri atas tiga kompinen utama yaitu label,
ekspektasi, dan kriteria hasil. Label merupakan nama dari luaran keperawatan yang
terdiri atas kata kunci untuk mencari informasi terkait luaran leperawatan.
Ekspektasi adalah penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai. Kriteria hasil
adalah karakteristik pasien yang bias diamati maupun diukur oleh perawat dan
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran yang diharapkan. (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019). Komponen intervensi
keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu label yang merupakan nama dari
intervensi yang menjadi kata kunci untuk memperoleh informasi. Label terdiri dari
satu atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda yang berfungsi sebagai
23
komponen yang menjelaskan makna dari label intervensi keperawatan yang ada.
menetapkan luaran (outcome). Adapun luaran yang digunakan pada klien dengan
bersihan jalan napas tidak efektif adalah luaran utama yaitu bersihan jalan napas
3) Mengi menurun
4) Wheezing menurun
6) Dispnea menurun
7) Ortopnea menurun
9) Sianosis menurun
24
Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien mengacu pada Standar
sebagai berikut
1) Observasi
kering)
2) Terapeutik
g) Berikan oksigen
3) Edukasi
4) Kolaborasi
25
b. Latihan Batuk efektif (I.01006)
1) Observasi
2) Terapeutik
3) Edukasi
b) Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selam 2
selam 5 detik
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
a) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke 3
1) Observasi
26
d) Monitor jumlah dan karakter sputum
2) Terapiutik
menit
melalui mulut.
3) Edukasi
fisioterapi
4. Implementasi keperawatan
untuk mencapai suatu tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan
5. Evaluasi keperawatan
kesehatan pasien, dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dilakukan secara
27
berkesinambungan (Debora, 2013). Pada tahap evaluasi perawat membandingkan
status kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Menurut A. Alimul and Hidyat, (2012), evaluasi terdiri dari dua kegiatan yaitu
menilai respon pasien, sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target tujuan yang
telah dibuat.
Format yang digunakan dalam tahap evaluasi menurut A. Alimul and Hidyat,
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah
tindakan yang diberikan. Pada pasien Corona Virus Disease 2019 dengan
bersihan jalan napas tidak efektif diharapkan pasien tidak mengeluh dyspnea,
pasien Corona Virus Disease 2019dengan bersihan jalan napas tidak efektif
3) Mengi menurun
4) Wheezing menurun
6) Dispnea menurun
7) Ortopnea menurun
28
8) Sulit bicara menurun
9) Sianosis menurun
sebelumnya.
29
BAB III
A. Pengkajian keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Selasa, 4 Mei 2021 pukul 08.00 wita
didapatkan identitas pasien Tn. A berumur 62 tahun, jenis kelamin laki – laki,
pekerjaan sebagai wiraswasta, pendidikan terakhir SMA, agama yang dianut hindu,
nomor rekam medic 2101xxx, pasien berasal dari kabupaten Gianyar dengan
mengeluh sesak. Pasien tampak tidak mampu batuk, tidak mampu batuk secara
efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara tambahan ronkhi dan frekuensi
B. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan pada Tn. A adalah bersihan jalan napas tidak efektif
sesak, pasien tidak mampu batuk, pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdapat
C. Perencanaan keperawatan
30
1. Tujuan keperawatan (SLKI)
3) Dispnea menurun
2. Intervensi keperawatan
1) Observasi
kering)
2) Terapeutik
d) Berikan oksigen
3) Edukasi
4) Kolaborasi
31
b. Latihan Batuk efektif (I.01006)
1) Observasi
2) Terapeutik
3) Edukasi
b) Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selam 2
detik, kemudian keluarkan dai mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selam
5 detik
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
1) Observasi
32
c) Monitor status pernapasan
2) Terapiutik
menit
melalui mulut
3) Edukasi
fisioterapi
D. Implementasi keperawatan
33
pasien semi fowler, memberikan minum air hangat, memposisikan pasien dengan
posisi pronasi, melakukan fisioterapi dada, mengajarkan latihan batuk efektif, dan
E. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi keperawatan tanggal 7 Mei 2021 pukul 08.00 pada pasien Tn.
sudah berkurang. Data objektif didapatkan pasien tampak sudah bisa melakukan
batuk efektif, dyspneu tampak menurun, produksi sputum menurun, dan frekuensi
napas membaik 20x/menit. Assesment bersihan jalan napas tidak efektif teratasi dan
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Bagian ini membahas kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus
untuk menjawab tujuan khusus dari studi kasus ini. Kesenjangan – kesenjangan ini
akan dibahas secara bertahap sesuai dengan tahap proses keperawatan yaitu dari
a. Pengkajian keperawatan
virus disease 2019 didapatkan pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu batuk,
pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara
Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif memiliki kesesuaian
dengan acuan teori yang ada. Berdasarkan buku pedoman Standar Diagnosis
bersihan jalan napas tidak efektif terdapat tanda dan gejala mayor yang dilihat dari
data subjektif dan objektif. Dari data hasil pengkajian ditemukan 80% tanda dan
gejala mayor pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif yaitu, pasien tidak
35
mampu batuk, pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdengar suara napas
tambahan ronkhi, dan terdapat sputum berlebih. Adapun tanda dan gejala minor
pada pasien yaitu pasien mengeluh sesak dan frekuensi pernapasan berubah
28x/menit.
ditemukan sesak 40%, sputum berlebih 33,4% pada covid ringan, 37,8% pada covid
berat, dan batuk 67,8%. Virus menyebar dan menyerang melalui mukosa
menyebabkan perubahan komponen imun seperti leukosit darah tepi dan limfosit.
adalah IL-6.
bersihan jalan napas tidak efektif akibat dari infeksi saluran pernapasan akan
menimbulkan reaksi inflamasi pada traktus respiratori bawah. Reaksi inflamasi ini
kapiler yang mengakibatkan gangguan difusi dan akumulasi berbagai sel darah,
eksudat dan cairan serosa. Sekret yang berlebih dan kental akan mengakibatkan
b. Diagnosis keperawatan
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
yang berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
36
Hasil pengkajian pada Tn A dengan diagnosa medis corona virus disease
2019 didapatkan 80% tanda dan gejala mayor untuk masalah bersihan jalan napas
tidak efektif. Maka dari itu diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada
kasus ini adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas ditandai dengan pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu batuk,
pasien tidak mampu batuk efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara
dalam jenis kategori diagnosis keperawatan negative yaitu diagnosis actual. Hal ini
negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negative menunjukkan bahwa klien dalam
kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan
pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas diagnosis actual dan diagnosis
risiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat
dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut
c. Perencanaan keperawatan
aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau
37
persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran yang diharapkan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
diharapkan bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil: batuk efektif
meningkat, produksi sputum menurun, dyspnea menurun dan frekuensi napas 12-
utama dan intervensi pendukung. Intervensi utama yang digunakan pada kasus
kelolaan yaitu manajemen jalan napas (I.01011), dan batuk efektif (I.01006).
Berdasarkan acuan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018) dalam tahap
perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu rumusan luaran
perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap
38
intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki.
Sedangkan luaran negative menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak
intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan (Tim POKJA SLKI DPP
PPNI, 2018). Pada kasus kelolaan luaran bersihan jalan napas merupakan jenis
yang terdiri atas kata kunci untuk memperoleh informasi terkait luaran
baik dalam ukuran, jumlah, maupun derajat atau tingkatan. Ekspektasi menurun
artinya berkurang baik dalam ukuran, jumlah maupun derajat atau tingkatan.
Ekpektasi membaik artinya menimbulkan efek yang lebih baik,adekuat, atau efektif.
Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur oleh
perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapain hasil intervensi
komunitas (Tim POKJA SLKI DPP PPNI, 2018). Pada kasus kelolaan label luaran
yang digunakan yaitu bersihan jalan napas dengan ekspektasi meningkat dan
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran yang diharapkan. (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) Komponen intervensi
keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu label yang merupakan nama dari
39
intervensi yang menjadi kata kunci untuk memperoleh informasi. Label terdiri dari
satu atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda yang berfungsi sebagai
komponen yang menjelaskan makna dari label intervensi keperawatan yang ada.
d. Implementasi keperawatan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Implementasi yang telah dilakukan selama 3 x 24 jam terhadap kasus kelolaan dan
dengan pemberian intervensi manajemen jalan napas, latihan batuk efektif, dan
fisioterapi dada yang terdiri dari komponen observasi, terapiutik, edukasi dan
dengan acuan teori yang digunakan. Menurut acuan teori tindakan-tindakan pada
e. Evaluasi keperawatan
tahap penilaian atau perbandingan yang sistematis, dan terencana tentang kesehatan
40
berkesinambungan (Debora, 2013). Pada tahap evaluasi perawat membandingkan
status kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.
sudah bisa melakukan batuk efektif, dyspneu tampak menurun, produksi sputum
menurun, dan frekuensi napas membaik 20x/menit. Assesment bersihan jalan napas
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang
telahdi buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Pada pasien dengan masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, indikator evaluasi yang diharapkan
yaitu : batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, dyspnea menurun dan
menurut A. Alimul and Hidyat, (2012) yaitu format SOAP yang terdiri dari
Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah
tindakan yang diberikan. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil
subjektif dan objektif untuk menilai sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan dalam
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika tujuan telah dicapai, maka
41
perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai, perawat akan
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran yang diharapkan(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi yang
diberikan kepada pasien yang megalami bersihan jalan napas tidak efektif yaitu
jam didapatkan hasil bahwa pasien mengatakan sesak sudah berkurang, sudah
mampu batuk secara efektif, produksi sputum menurun dan frekuensi napas
membaik 20x/menit.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wang et al.,
Patients With Severe COVID 19” menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi
sesak dan meningkatkan prognosis pasien menjadi lebih baik dibuktikkan dengan
p value 0.037<0.05. Didukung oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paul et
al., (2020)“ Proning NON- Intubated (PINI) In Covid-19 : Case Series And a
paru – paru melalui berbagai mekanisme yaitu salah satunya dalam peningkatan
Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Sukoco, (2015) dengan judul
42
Bersihan Jalan Napas pada Asuhan Keperawatan Tn. T dengan Tuberkulosis Paru
intervensi didapatkan hasil evaluasi pada pasien yaitu pasien mengeluh sesak
berkurang, frekuensi napas dalam rentang normal dan pasien tampak batuk dan
Alternatif yang dapat dilakukan pada pasien kelolaan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan yaitu bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil
pronasi. Hasil studi kasus kelolaan membuktikkan posisi pronasi dapat mengatasi
bersihan jalan napas tidak efektif yang dilakukan selama 3 x 24 jam dengan durasi
2 jam dibuktikkan dengan pasien tampak tidak mampu batuk efektif sebelum
dilakukan intervensi dan setelah diberikan intervensi pasien sudah bisa melakukan
batuk efektif secara mandiri. Sebelum diberikan intervensi tampak sputum berlebih
pada pasien dan setelah diberikan intervensi tampak penurunan produksi sputum.
Posisi pronasi ini mampu dalam peningkatan drainase sekresi, posisi ini
memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu mengalirkan secret dari paru – paru
selain itu efek fisiologis dari posisi ini bermanifestasi sebagai perbaikan oksigenasi
43
dan mekanisme pernapasan yang dapat menyebabkan inflasi alveolar dan ventilasi,
peningkatan volume paru – paru, pengurangan atelectasis pada daerah paru – paru
Selain posisi pronasi ini terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi
kriteria hasil untuk luaran bersihan jalan napas meningkat pada pasien seperti
latihan batuk efektif dan fisioterapi dada. Latihan batuk efektif dan fisioterapi dada
mampu dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif dibuktikkan
sudah bisa melakukan batuk efektif, dyspneu tampak menurun, tampak produksi
penelitian yang dilakukan oleh Tahir et al., (2019) dengan judul “ Fisioterapi Dada
napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan
44
BAB V
A. Simpulan
tidak efektif pada Tn. A dengan Corona Virus Disease 2019 di ruang Isolasi RSUP
Corona Virus Disease 2019 ditemukan keluhan yang muncul pada pasien
yaitu pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu batuk, pasien tidak
jalan napas ditandai dengan pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu
batuk, pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih,
yang dialami pada kasus kelolaan dengan masalah keperawatan bersihan jalan
latihan batuk efektif, fisioterapi dada dan pemberian posisi pronasi dengan
45
4. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang
6. Intervensi inovasi pemberian posisi pronasi adalah salah satu intervensi yang
tidak efektif. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paul et al., (2020) “ Proning NON-
bahwa dengan posisi pronasi dapat meningkatkan fisiologi paru – paru melalui
pada jalan napas pasien. Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Sukoco,
46
Terhadap Keefektifan Bersihan Jalan Napas pada Asuhan Keperawatan Tn. T
bahwa setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil evaluasi pada pasien yaitu
B. Saran
keperawatan bersihan jalan napas pada pasien dengan Corona Virus Disease 2019
SDKI, SLKI dan SIKI yang berlaku di Indonesia serta dapat mengaplikasikan
jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona Virus Disease 2019.
Diharapkan karya ilmiah akhir ners ini dapat dijadikan acuan sebagai data
dasar untuk penelitian selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan teori – teori
47
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, E. et al. (2020) Pedoman Tatalaksana Covid-19. 3rd edn. Edited by Dwi
Agus. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Cen, Y. et al. (2020) .Risk Factors for Disease Progression in Patients with Mild
to Moderate Coronavirus Disease 2019 Multi-centre Observational Study.
Clinical Microbiology and Infection journal.
Holshue, M. L. et al. (2020). First Case of 2019 Novel Coronavirus in the United
States., New England Journal of Medicine, 382(10), pp. 929–936. doi:
10.1056/nejmoa2001191.
Huang, C. et al. (2020). Clinical Features Of Patients Infected With 2019 Novel
Coronavirus In Wuhan, China, The Lancet, 395(10223), pp. 497–506. doi:
10.1016/S0140-6736(20)30183-5.
Listiana, D., Keraman, B. and Yanto, A. (2020). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes
Kabupaten Lebong. , Chmk Nursing Scientific Journal, 4(APRIL), pp. 220–
227.
48
Paul, V. et al. (2020). Proning in Non-Intubated (PINI) in Times of COVID-19:
Case Series and a Review. , 35(8), pp. 818–824. doi:
10.1177/0885066620934801.Proning.
The WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 and World Health
Organization (WHO) (2020). Report of the WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)., The WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019, 1(16-24 February), pp. 1–40. Available at:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/who-china-joint-
mission-on-covid-19-final-report.pdf.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st
edn. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st
49
edn. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st
edn. Jakarta Selatan: DPP PPNI
WHO (2020). Novel Coronavirus., Situation Report – 205, 205(6), pp. 1–19.
Xavier Elharrar, MD, Youssef Trigui, MD, and Laurent Papazian, MD, P. (2020).
Use of Prone Positioning in Nonintubated Patients With COVID-19 and
Hypoxemic Acute Respiratory Failure.
50
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif Pada Tn. A dengan Corona Virus Disease 2019 d
i ruang Isolasi RSUP Sanglah
Tahun 2021
51
Lampiran 2
ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF PADA TN. A DENGAN COVID 19 DI RUANG ISOLASI RSUP
SANGLAH DENPASAR TANGGAL 4 – 7 MEI 2021
I. Pengkajian
a. Identitas
Pengkajian yang dilakukan pada hari Selasa, 4 Mei 2021 didapatkan
identitas pasien Tn. A berumur 62 tahun, laki – laki, pekerjaan sebagai wiraswasta,
pendidikan terakhir SMA, agama yang dianut hindu dan pasien berasal dari
kabupaten Gianyar.
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak
c. Riwayat penyakit
1. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit yang
sama seperti yang diderita saat ini. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke UGD RSUP Sanglah pada Senin, 3 Mei 2021 pukul 11.00
Wita dengan keluhan sesak yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu dirasakan terus
menerus dengan hasil vital sign tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 98x/menit,
suhu 37.1o C, respirasi 28x/menit, dan saturasi oksigen 88% room air. Pada saat
di UGD RSUP Sanglah pasien sudah dilakukan test swab PCR dengan hasil
terkonfirmasi positif SARS – CoV 2019, lalu pukul 16.45 Wita pasien
dipindahkan ke ruang Isolasi RSUP Sanglah dengan terpasang IVFD NaCl 0,9%
20 tpm dan oksigen Non Rebreathing Mask 10 liter permenit. Terapi yang sudah
diberikan dexamethasone 6 mg intravena, paracetamol 500mg intraoral dan
asethylsystein 400 mg intraoral.
47
Pengakajian yang dilakukan pada Selasa, 4 Mei 2021 pukul 08.00 pasien
mengeluh sesak. Selain sesak pasien tampak tidak mampu batuk, pasien tampak
tidak mampu batuk efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara napas
tambahan ronkhi dan frekuensi pernapasan berubah 28x/menit
3. Pemeriksaan fisik paru-paru
Pemeriksaan inspeksi paru didapatkan hasil bahwa postur atau bentuk
dada normal, ekspansi paru simetris, frekuensi pernapasan 28 x/ menit, irama
teratur, dan tidak terdapat retraksi dinding dada. Kemudian pemeriksaan Palpasi
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat nyeri tekan pada dada, tidak ditemukan
adanya massa, ekspansi paru simetris. Pada pemeriksaan perkusi didapatkan
hasil terdengar suara pekak saat dilakukan perkusi paru dan pada pemeriksaan
auskultasi yaitu terdengar adanya suara napas tambahan yaitu ronchi.
4. Program terapi
Saat ini program terapi yang diberikan terapi obat Asethylsystein 400 mg
tiap 8 jam oral, Vitamin C 1000 mg tiap 24 jam melalui intravena, Remdesivir
200 mg tiap 24 jam melalui intravena, dan Dexamethasone 6 mg tiap 24 jam
melalui intravena dan paracetamol 500 mg tiap 8 jam oral.
5. Fisiologis
Gejala dan tanda mayor
Pada saat pengkajian pasien tampak tidak mampu batuk, pasien tamapk tidak
mampu batuk secara efektif, tampak terdengar suara napas tambahan yaitu
ronchi, tampak sputum berlebih.
Gejala dan tanda minor
Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak, tampak frekuensi napas berubah
28x/menit
48
Analisis data
Data Analisis Masalah
Data Subyektif : Infeksi saluran pernapasan Bersihan jalan napas
Pasien mengeluh sesak (Covid 19) tidak efektif
49
III. Intervensi keperawatan
Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi
(SLKI) (SIKI)
Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama
berhubungan dengan hipersekresi jalan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen Jalan Napas (I.01011)
napas ditandai dengan pasien mengeluh maka diharapkan bersihan jalan Observasi
sesak, pasien tampak tidak mampu napas meningkat dengan kriteria a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
batuk, pasien tampak tidak mampu hasil : napas).
batuk secara efektif, terdapat sputum Bersihan Jalan Napas b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
berlebih, terdengar suara tambahan Meningkat (L.01001) mengi, wheezing, ronkhi kering)
ronkhi, frekuensi pernapasan berubah - Batuk efektif meningkat c) Monitor sputurn (jumlah, wama, aroma)
28x/menit. - Produksi sputum menurun Terapeutik
a) Posisikan semi-Fowler atau Fower.
- Dispnea menurun
b) Berikan minum hangat
- Frekuensi napas 12 –
c) Lakukan fisioterapi dada.
20x/menit
d) Berikan oksigen
Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
50
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Latihan Batuk efektif (I.01006)
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok letakan di pangkuan
pasien
c) Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selam 2 detik, kemudian
keluarkan dai mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selam 5 detik
c) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3
kali
51
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi
a) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke 3
b) Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
Intervensi pendukung
Fisioterapi dada (I.01004)
Observasi
a) Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi
b) Identifikasi kontraindikasi fisioterapi dada
c) Monitor status pernapasan
d) Periksa segmen paru yang terdapat sekresi
berlebih
e) Monitor jumlah dan karakter sputum
Terapiutik
a) Posisikan pasien sesuai area paru yang
mengalami penumpukan sekret
b) Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3 – 5 menit
52
c) Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan
rata bersamaan ekspirasi melalui mulut
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
b) Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai
c) Anjurkan inspirasi perlahan dan dalam melalui
hidung selama proses fisioterapi
53
IV. Implementasi keperawatan
No Tgl/ Implementasi Respon Paraf
dx jam
1 Tanggal Memonitor pola napas (frekuensi, DS : Pasien mengeluh sesak
4/5/2021 kedalaman dan usaha napas) DO: Frekuensi napas pasien
Pukul 28x/menit, pernapasan dangkal
09.00 tidak terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan.
Memonitor bunyi napas tambahan DS : Pasien mengeluh masih
sesak
DO : Saat auskultasi paru
terdengar suara tambahan
ronkhi pada kedua lapang paru
- Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan paham
posisi pronasi dengan penjelasan yang
- Menganjurkan pasien pada posisi diberikan
pronasi DO : Pasien mengikuti instruksi
dan pasien tampak nyaman
Pukul Memposisikan semi fowler DS : Pasien mengatakan
11.00 bersedia dalam posisi semi
fowler
DO : Pasien tampak merasa
nyaman
Mengidentifikasi kemampuan batuk DS : Pasien mengatakan dahak
sulit dikeluarkan
DO : Pasien tidam mampu
batuk efektif
Pukul - Mengidentifikasi indikasi DS : Pasien mengatakan tidak
11.10 pemberian fisioterapi dada mampu mengeluarkan sputum
- Mengindektifikasi kontraindikasi yang berlebih dan pasien
pemberian fisioterapi dada bersedia dilakukan fisioterapi
dada
54
DO : Indikasi dilakukannya
fisioterapi dada pada Tn. A
yaitu karena terdapat adanya
secret yang berlebih dalam jalan
napas. Tidak ada kontraindikasi
pada Tn. A
Pukul Melakukan pemeriksaan segmen paru DS :
11.15 yang terdapat sekresi berlebih DO : Saat dilakukan
pemeriksaan perkusi terdengar
suara pekak di kedua lapang
paru
- Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan
fisioterapi dada terdapat dahak yang sulit
- Memposisikan pasien postural dikeluarkan di saluran napas
drainage DO : Pasien mengikuti instruksi
- Melakukan perkusi dengan posisi dan pasien merasa lebih
telapak tangan ditangkupkan selama nyaman
3-5 menit
- Melakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
- Menganjurkan inspirasi perlahan
dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi
- Menganjurkan batuk segera setelah
fisioterapi dada
Pukul Mengajarkan teknik batuk efektif DS : -
11.30 - Menjelaskan tujuan dan prosedur DO : Pasien mengikuti instruksi
batuk efektif.
- Memasang perlak dan bengkok
letakan di pangkuan pasien
- Menganjurkan tarik nasaf dalam
55
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selam 2 detik, kemudian
keluarkan dai mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selam 5 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
56
Pukul kencing sebanyak 5x/hari
06.00 DO : Cairan masuk : 1500 ml
Cairan keluar : 700+IWL 650
Pukul - Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan paham
07.00 posisi pronasi dengan penjelasan yang
- Menganjurkan pasien pada posisi diberikan
pronasi (prone position) DO : Pasien mengikuti instruksi
dan pasien merasa lebih
nyaman
Pukul Mengidentifikasi kemampuan batuk DS : Pasien mengatakan belum
09.00 mampu batuk efektif secara
mandiri
DO : Pasien belum mampu
batuk efektif
Pukul Mengatur posisi semi-fowler atau fowler DS : Pasien mengatakan
09.10 bersedia dalam posisi semi
fowler
DO : Pasien tampak merasa
nyaman
- Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan
fisioterapi dada bersedia dilakukan fisioterapi
- Memposisikan pasien postural dada
drainage DO : Pasien mengikuti instruksi
- Melakukan perkusi dengan posisi dan pasien merasa lebih
telapak tangan ditangkupkan selama nyaman
3-5 menit
- Melakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
- Menganjurkan inspirasi perlahan
dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi
57
- Menganjurkan batuk segera setelah
fisioterapi dada
Pukul Melakukan latihan batuk efektif DS : -
09.20 - Menjelaskan tujuan dan prosedur DO : Pasien mengikuti instruksi
batuk efektif.
- Memasang perlak dan bengkok
letakan di pangkuan pasien
- Menganjurkan tarik nasaf dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selam 2 detik, kemudian
keluarkan dai mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selam 5 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
58
22.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
Tanggal Memonitor intake dan output cairan DS : Pasien mengatakan
6/5/2021 minumair sebanyak 2 liter/hari
Pukul dan kencing sebanyak 5x/hari
06.00 DO : Cairan masuk : 2000 ml
Cairan keluar : 900+IWL 650
Pukul. Memonitor pola napas (frekuensi, DS : Pasien mengeluh sesak
09.00 kedalaman dan usaha napas) berkurang
DO: Frekuensi napas pasien
20x/menit
Memonitor bunyi napas tambahan DS : Pasien mengeluh sesak
sudah berkurang
DO : Saat auskultasi paru suara
tambahan ronkhi sudah
berkurang
Pukul Memposisikan semi fowler DS : Pasien mengatakan
09.10 bersedia dalam posisi semi
fowler
DO : Pasien tampak merasa
nyaman
Mengidentifikasi kemampuan batuk DS : Pasien mengatakan sudah
mampu batuk efektif
DO : Pasien sudah mampu
batuk efektif
Pukul - Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : -
09.15 posisi telungkup DO : Pasien mengikuti instruksi
- Menganjurkan pasien pada posisi dan pasien merasa lebih
telungkup (prone position) nyaman
Pukul - Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan
11.15 fisioterapi dada bersedia dilakukan fisioterapi
59
- Memposisikan pasien postural dada
drainage DO : Pasien mengikuti instruksi
- Melakukan perkusi dengan posisi dan pasien merasa lebih
telapak tangan ditangkupkan selama nyaman
3-5 menit
- Melakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
- Menganjurkan inspirasi perlahan
dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi
- Menganjurkan batuk segera setelah
fisioterapi dada
Memonitor sputurn (jumlah, wama, DS : -
aroma) DO : Tampak pengeluaran
sputum sebanyak kurang dari 5
ml
Membuang secret pada tempat sputum DS :
DO : Sputum sudah dibuang
pada tempat sputum
Pukul Memberikan minum air hangat DS :
09.30 DO : Pasien minum air hangat 1
gelas 200 cc
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan
14.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan
22.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
60
V. Evaluasi
No Tgl / Catatan Perkembangan Paraf
jam
1 Tanggal S : Pasien mengatakan sesaknya sudah berkurang
7/5/2021 O : Pasien tampak sudah bisa melakukan batuk efektif,
Pukul dyspneu tampak menurun , produksi sputum menurun dan
08.00 frekuensi napas membaik 20x/menit
A: Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
61
Lampiran 3
Standar Operasional Prosedur Posisi Pronasi
62
4. Ucapkan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Cuci tangan
7. Gunakan sarung tangan (jika perlu)
8. Atur posisi pasien berbaring terlentang mendatar di
tengah tempat tidur
9. Membantu pasien dalam posisi telungkup
10. Menghadapkan kepala klien di satu sisi, letakkan
bantal kecil di bawah kepala tetapi tidak sampai bahu
11. Meletakkan bantal kecil di bawah perut mulai dari
diafragma sampai krista iliaka
12. Meletakkan bantal di bawah kaki mulai dari lutut
hingga tumit
13. Mencuci tangan
14. Evaluasi respon pasien
15. Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil
Evaluasi 1. Kaji respon verbal pasien setelah melakukan latihan
2. Kaji respon non verbal pasien setelah melakukan
latihan
Terminasi 1. Berikan reinforcement positif pada pasien setelah
melakukan latihan
2. Kontrak waktu untuk latihan selanjutnya
63