Anda di halaman 1dari 81

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK


EFEKTIF PADA TN. A DENGAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
DI RUANG ISOLASI RSUP SANGLAH TAHUN 2021

Oleh :
IDA AYU PUTU MIRAH KENCANAWATI
NIM. P07120320035

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DENPASAR
2021

i
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK


EFEKTIF PADA TN. A DENGAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
DI RUANG ISOLASI RSUP SANGLAH
TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners
Jurusan Keperawatan

Oleh :
IDA AYU PUTU MIRAH KENCANAWATI
NIM.P07120320035

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DENPASAR
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK


EFEKTIF PADA TN. A DENGAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
DI RUANG ISOLASI RSUP SANGLAH
TAHUN 2021

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep., M.Pd Dr. Nyoman Ribek, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Pd.


NIP. 196709281990031001 NIP.196106061988031002

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ners. I Made Sukarja, S.Kep,M.Kep


NIP. 196812311992031020

iii
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK


EFEKTIF PADA TN. A DENGAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
DI RUANG ISOLASI RSUP SANGLAH
TAHUN 2021

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : ………………..

TANGGAL : ………………..

TIM PENGUJI :

1. Ns. I.G.A Ari Rasdini, S.Pd.,S.Kep.,M.Pd (Ketua) (................)


NIP.195910151986032001

2. Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep., M.Pd (Anggota) (................)


NIP. 196709281990031001

3. Dr. Nyoman Ribek, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Pd. (Anggota) (................)


NIP.196106061988031002

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ners. I Made Sukarja, S.Kep,M.Kep


NIP. 196812311992031020

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir
pendidikan profesi ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif Pada Tn. A Dengan Corona Virus Disease 2019 Di Ruang Isolasi
Rsup Sanglah Tahun 2021” tepat pada waktunya. Tugas akhir ini dapat diselesaikan
bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur Poltekkes
Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program pendidikan
Ners di Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar.
2. Ners. I Made Sukarja, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Denpasar, yang telah memberikan kesempatan selama
pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Luh Kompiang Sulisnadewi, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An., selaku Ketua Program
Studi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar yang
telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
4. Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep., M.Pd., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya
tulis ini.
5. Dr. Nyoman Ribek, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Pd., selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
6. Seluruh dosen keperawatan yang telah memberikan ilmu kepada kami, sehingga
penulis dapat menyusun karya ilmiah ini dengan baik.

v
7. Keluarga, kerabat serta sahabat penulis yang telah memberikan dorongan dan
inspirasi.

8. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
karya tulis akhir ners ini.

Denpasar, Mei 2021

Penulis

vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ida Ayu Putu Mirah Kencanawati
NIM : P07120320035
Program Studi : Profesi Ners
Jurusan : Keperawatan
Tahun Akademik : 2020
Alamat : Jalan Badak Agung V No. 11 Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners dengan judul Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif Pada Tn. A dengan Corona Virus Disease 2019 di ruang Isolasi
RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2021 adalah benar karya sendiri atau bukan
plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners ini bukan
karya saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar, Mei 2021
Yang membuat pernyataan
Materai
10000
Ida Ayu Putu Mirah Kencanawati
NIM. P07120320035

vii
ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF PADA TN. A DENGAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
DI RUANG ISOLASI RSUP SANGLAH
TAHUN 2021
ABSTRAK
Corona Virus Disease 2019 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh virus SARS CoV 2019. Masalah keperawatan prioritas yang muncul
pada pasien dengan Corona Virus Disease 2019 adalah bersihan jalan napas tidak
efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif pada Tn. A dengan Corona Virus Disease 2019 meliputi data
hasil pengkajian keperawatan sampai dengan hasil evaluasi keperawatan di ruang
Isolasi RSUP Sanglah tahun 2021. Hasil penelitian menemukan pada pengkajian
keperawatan ditemukan pasien mengeluh sesak, tidak mampu batuk, tidak mampu
batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara ronkhi dan frekuensi
pernapasan 28x/menit. Diagnosis keperawatan yang dirumuskan adalah bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas. Perencanaan
keperawatan mengacu pada pedoman Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dengan luaran bersihan jalan napas meningkat dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dengan intervensi utama manajemen jalan napas dan latihan batuk
efektif seerta intervensi pendukung fisioterapi dada. Implementasi keperawatan
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah direncanakan selama 3 x 24
jam. Evaluasi keperawatan menunjukkan tujuan tercapai dibuktikkan dengan
tercapainya seluruh luaran yang sudah ditetapkan. Pemberian posisi pronasi ini dapat
menjadi intervensi yang digunakan untuk mengatasi bersihan jalan napas pada pasien
dengan Corona Virus Disease 2019.
Kata kunci : Corona Virus Disease 2019 , Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif,
Posisi Pronasi

viii
NURSING CARE OF INEFFECTIVE AIRWAY CLEARANCE IN
MR. A WITH CORONA VIRUS DISEASE 2019 IN ISOLATION
WARD IN RSUP SANGLAH IN 2021
ABSTRACT
Corona Virus Disease 2019 is a respiratory tract infection caused by SARS CoV 2019.
The priority nursing problem that arises in patients with Corona Virus Disease 2019
is ineffective airway cleaning. This study aims to determine the nursing care of airway
cleansing is ineffective in Mr. A with Corona Virus Disease 2019 including data from
nursing assessment until the results of nursing evaluation in the Isolation room of
RSUP Sanglah in 2021. The results of the study found in the nursing study found
patients complained of tightness, were unable to cough effectively, there was excessive
sputum, the sound of additional breathing ronkhi and breathing frequency 28x / minute.
The diagnosis of formulated nursing is ineffective airway cleaning associated with
airway hypersecretion. Nursing planning refers to the guidelines of Indonesian
Nursing External Standards (SLKI) with increased airway clean-up and Indonesian
Nursing Intervention Standard (SIKI) with the main interventions of airway
management and effective cough training as well as interventions supporting chest
physiotherapy. The implementation of nursing is carried out in accordance with the
planned nursing plan for 3 x 24 hours. The evaluation of nursing shows that the goal
of achieving the book is achieved by achieving all the externals that have been set. The
administration of this prone position can be an intervention used to overcome airway
cleansing in patients with Corona Virus Disease 2019.
Keywords: Corona Virus Disease 2019 , Ineffective Airway Clearance, Prone
Position

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................................. viii

ABSTRACT ................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah ........................................................................................... 5

C. Tujuan penelitian ............................................................................................ 6

1. Tujuan umum penelitian ................................................................................. 6

2. Tujuan khusus penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat penelitian .......................................................................................... 7

1. Manfaat teoritis............................................................................................... 7

2. Manfaat praktis ............................................................................................... 7

BAB II ........................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 9

x
A. Konsep medis Corona Virus Disease 2019 .................................................... 9

1. Definisi Corona Virus Disease 2019.............................................................. 9

2. Tanda dan gejala Corona Virus Disease 2019 ............................................... 9

3. Pemeriksaan penunjang Corona Virus Disease 2019 .................................. 10

4. Penatalaksanaan Corona Virus Disease 2019 .............................................. 11

B. Konsep dasar bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona
Virus Disease 2019 .................................................................................................. 16

1. Pengertian bersihan jalan napas tidak efektif ............................................... 16

2. Etiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona Virus
Disease 2019 ........................................................................................................ 16

3. Faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona
Virus Disease 2019 .............................................................................................. 17

4. Patofisiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus Disease
2019 ..................................................................................................................... 17

5. Manifestasi klinis bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus
Disease 2019 ........................................................................................................ 18

6. Penatalaksanaan bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus


Disease 2019 ........................................................................................................ 19

C. Asuhan Keperawatan pada Pasien Corona Virus Disease 2019 dengan


Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif ........................................................................ 21

1. Pengkajian keperawatan ............................................................................... 21

2. Diagnosis keperawatan ................................................................................. 21

3. Perencanaan keperawatan............................................................................. 23

4. Implementasi keperawatan ........................................................................... 27

5. Evaluasi keperawatan ................................................................................... 27

BAB III ....................................................................................................................... 30

xi
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................................................. 30

A. Pengkajian keperawatan ............................................................................... 30

B. Diagnosis keperawatan ................................................................................. 30

C. Perencanaan keperawatan............................................................................. 30

D. Implementasi keperawatan ........................................................................... 33

E. Evaluasi keperawatan ................................................................................... 34

BAB IV ....................................................................................................................... 35

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 35

A. Analisis asuhan keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona
Virus Disease 2019 .................................................................................................. 35

a. Pengkajian keperawatan ............................................................................... 35

b. Diagnosis keperawatan ................................................................................. 36

c. Perencanaan keperawatan............................................................................ 37

d. Implementasi keperawatan ........................................................................... 40

e. Evaluasi keperawatan ................................................................................... 40

B. Analisis salah satu intervensi dengan konsep Evidance Based Practice dan
konsep penelitian terkait .......................................................................................... 42

C. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ................................................ 43

BAB V......................................................................................................................... 45

SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 45

A. Simpulan ....................................................................................................... 45

B. Saran ............................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 48

LAMPIRAN - LAMPIRAN

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Studi Kasus Bersihan Jalan Napas Tidak


Efektif Pada Tn. A Dengan Covid 19 Di Ruang Isolasi RSUP
Sanglah Denpasar
Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada
Tn. A Dengan Covid 19 Di Ruang Isolasi RSUP Sanglah
Denpasar

Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur Pemberian Posisi Pronasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kasus pneumonia misterius dilaporkan pertama kali ditemukan di Wuhan,

provinsi Hubei, China pada bulan Desember 2019 yang tidak ketahui pasti

penyebabnya, teapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di wuhan. Tanggal

18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak saat itu kasus meningkat pesat

ditandai penambahan kasus sebanyak 44 kasus. Sampel yang diteliti menunjukkan

etiologi coronavirus baru. Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai

2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru

pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang

disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-

CoV-2) (Huang et al., 2020)

Peningkatan jumlah kasus Coronavirus Disease 2019 yang terjadi secara

terus menerus menyebabkan Coronavirus Disease 2019 ditetapkan sebagai

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public

Health Emergency of International Concern (PHEIC) (WHO, 2020). Berdasarkan

data World Health Organization 2021, tercatat tanggal 1 Mei 2021 secara global

ada 150.989.419 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 3.173.576 kasus

kematian.

Peningkatan jumlah kasus berlangsung cepat dan menyebar ke berbagai

negara dalam waktu singkat. Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2

Maret 2020. Dilihat dari data pada tanggal 2 Mei 2021 tercatat Indonesia salah satu

1
negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi sebayak 19.2% di kawasan

Asia Tenggara. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah

Indonesia, tercatat pada tanggal 4 Mei 2021 tingkat kematian akibat kasus

Coronavirus Disease 2019 meningkat sebanyak 3.6% di Indonesia dan jumlah

kasus terkonfirmasi sebanyak 1.672.880 kasus dan 45.652 kasus kematian

(PHEOC Kemkes RI, 2021).

Berdasarkan peta risiko sebaran Coronavirus Disease 2019 di Indonesia,

pada tanggal 23 Maret 2021 provinsi Bali termasuk ke dalam zona risiko tinggi

penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Zona Merah). Daftar kabupaten/kota yang

berada pada zona merah ini meliputi kota Denpasar, kabupaten Klungkung,

kabupaten Tabanan dan kabupaten Buleleng. Tercatat jumlah kasus komulatif

provinsi Bali tanggal 21 April 2021 sebanyak 43.485 orang terkonfirmasi dan

meninggal dunia 1.274 orang (Dinkes Prov. Bali, 2021).

Corona virus disease 2019 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan

yang disebabkan oleh SARS-CoV2 atau 2019-nCoV, merupakan genus β corona

virus (Sukmana and Yuniarti, 2020). Virus ini ditularkan penderita melalui droplet

atau partikel aerosol yang masuk ke saluran napas. Pada studi SARS-CoV protein

S berikatan dengan reseptor di sel host yatu enzim ACE – 2, enzim ini dapat

ditemukan pada mukosa oral, nasal, nasofaring, paru, sel epitel alveolar paru,

kemudian masuk ke sitoplasma, setelah terjadi pengkodean, poliprotein dipecah

oleh protease dan chymotrypsin diaktifkan. Kompleks yang dihasilkan mendorong

produksi RNA melalui replikasi dan transkripsi, ditumbuhkan ke lumen retikulum

endoplasma. Virus kemudian dilepaskan dari sel yang terinfeksi melalui

eksositosis.

2
Virus yang dilepaskan dapat menginfeksi saluran pernapasan dan timbul

reaksi inflamasi, respon peradangan dapat menginduksi hipersekresi sputum yang

dapat menghalangi saluran pernapasan (Khan et al., 2021). Hasil penelitian

menunjukkan pada klien terkonfirmasi Coronavirus Disease 2019 ditemukan gejala

klinis yaitu sesak 40%, produksi sputum berlebih 33,4% pada covid 19 ringan dan

37,8% pada covid 19 berat dan batuk 67,8%. (The WHO-China Joint Mission on

Coronavirus Disease 2019 and World Health Organization (WHO), 2020)

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui respon gejala klinis yang terjadi pada

Coronavirus Disease 2019 akan muncul masalah keperawatan bersihan jalan napas

tidak efektif. (Sukmana and Yuniarti, 2020).

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan

membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan kepatenan

jalan napas. Dampak yang ditimbulkan jika bersihan jalan napas tidak efektif tidak

tertangani akan menimbulkan penderita mengalami sesak napas dikarenakan

terdapat dahak atau sputum yang sulit keluar dan penderita akan mengalami

obstruksi pada jalan napas. (Khan et al., 2021).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi bersihan jalan napas tidak

efektif salah satunya yakni terapi inhalasi dengan nebulizer. Terapi nebulizer

merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah pada sistem

pernapasan pada pasien dengan Coronavirus Disease 2019 dibuktikkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Chen (2020) dapat membantu pasien dalam drainage

sekresi sputum setelah diberikan terapi nebulizer. Namun kelemahan terapi inhalasi

dengan nebulizer ini dapat meningkatkan risiko infeksi penularan SARS-CoV 2

dibuktikkan dengan adanya beberapa temuan virus pada sampel udara di dekat

3
pasien. Pernyataan tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Sethi,

Barjaktarevic and Tashkin (2020) bahwa aerosol yang dihasilkan dari nebulizer

dapat menyebabkan peningkatan risiko infeksi virus SARS-CoV 2 baik terhadap

pasien lain, tenaga medis dan lingkungan rumah sakit. Hal ini dapat menjadi

kelemahan yang berarti dalam pemberian terapi nebulizer untuk pasien dengan

Corona Virus Disease 2019.

Berdasarkan kelemahan pemberian terapi nebulizer ini penulis tertarik

menerapkan intervensi inovasi posisi pronasi (prone position). Prone position yaitu

memposisikan pasien dalam posisi pronasi (tengkurap) pada pasien Coronavirus

Disease 2019 yang dapat memfasilitasi drainase secresi paru kearah bronkus dan

trakea dengan bantuan gaya gravitasi. Hal ini didukung pada penelitian yang

dilakukan oleh Wang et al., (2020) dengan judul “ Sputum Characteristics And

Airway Clearance Methods In Patients With Severe COVID 19” menunjukkan

bahwa setelah diberikan intervensi dengan posisi pronasi dapat membantu dalam

pengeluaran sputum dan meningkatkan prognosis pasien menjadi lebih baik

dibuktikkan dengan p value 0.037<0.05.

Intervensi yang dapat dilakukan oleh seorang perawat untuk mengatasi

bersihan jalan napas tidak efektif yaitu berdasarkan pedoman Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dapat dilakukan intervensi latihan

batuk efektif dan fisioterapi dada. Batuk efektif merupakan teknik batuk yang

menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan

merangsang terbukanya sistem kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi,

meningkatkan volume paru, memfasilitasi pembersihan saluran pernafasan. Batuk

4
efektif adalah merupakan tindakan yang diperlukan untuk membersihkan secret

(Listiana, Keraman and Yanto, 2020). Fisioterapi dada ini dapat memobilisasi

sekresi jalan napas melalui perkusi, getaran dan drainase postural. Penelitian yang

dilakukan oleh Tahir et al., (2019) dengan judul “ Fisioterapi Dada dan Batuk

Efektif Sebagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada

Pasien TB Paru di RSUD Kota Kendari” menunjukkan bahwa penatalaksanaan

fisioterapi dada dan batuk efektif dapat digunakan untuk mengatasi ketidakefektifan

bersihan jalan napas dengan kriteria hasil frekuensi napas dalam rentang normal,

irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan dan pasien mampu

mengeluarkan sputum.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang Isolasi RSUP

Sanglah Dalam 6 bulan terakhir penyakit Coronavirus Disease 2019 merupakan

penyakit dominan yang ditemukan, sebanyak 2701 pasien sudah terkonfirmasi dan

dirawat di ruang Isolasi RSUP Sanglah Denpasar dengan sebagian besar mengalami

masalah keperawatan utama bersihan jalan napas tidak efektif. Berdasarkan uraian

diatas penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners tentang “Asuhan

Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Pasien Tn. A dengan

Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi RSUP Sanglah Tahun

2021”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

masalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

5
pada Pasien dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi

RSUP Sanglah Tahun 2021”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Asuhan Keperawatan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Pasien dengan Corona Virus Disease 2019

(COVID 19) di Ruang Isolasi RSUP Sanglah Tahun 2021.

2. Tujuan khusus penelitian

Studi kasus pada Pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Ruang Isolasi RSUP Sanglah Tahun 2021

secara lebih khusus bertujuan untuk :

a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID

19) dengan bersihan jalan napas tidak efektif di Ruang Isolasi RSUP Sanglah.

b. Mendeskripsikan diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif pada Pasien

dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi RSUP

Sanglah.

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan dalam upaya bersihan jalan napas

pada pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) di Ruang Isolasi RSUP

Sanglah.

d. Mendeskripsikan implementasi atau tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan pada pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan

bersihan jalan napas tidak efektif di Ruang Isolasi RSUP Sanglah.

6
e. Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada

pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan bersihan jalan napas

tidak efektif di Ruang Isolasi RSUP Sanglah.

f. Mendeskripsikan intervensi inovasi posisi pronasi (Prone Position) pada

pasien bersihan jalan napas tidak efektif dengan metode Evidance Based

Practice.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah, sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau mengembangkan

ilmu keperawatan medikal bedah khususnya asuhan keperawatan pada pasien

Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) dengan bersihan jalan napas tidak

efektif.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data dan

perbandingan bagi peneliti berikutnya khususnya yang terkait dengan asuhan

keperawatan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

kepada penulis terkait asuhan keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada

Tn. A yang mengalami Corona Virus Disease 2019 dan sebagai tempat dalam

menggali informasi dan dalam mengembangkan pengetahuan khususnya di ilmu

keperawatan.

7
b. Bagi pelayanan kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan mutu dan kualitas

pelayanan rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Corona

Virus Disease 2019 dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.

c. Bagi pasien

Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, peran

serta keluarga maupun masyarakat, serta sebagai sumber informasi untuk merawat

pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien yang mengalami

Corona Virus Disease 201.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep medis Corona Virus Disease 2019

1. Definisi Corona Virus Disease 2019

Corona Virus Disease 2019 adalah infeksi saluran pernapasan yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-

2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus

yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS) (Burhan et al., 2020)

2. Tanda dan gejala Corona Virus Disease 2019

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai

dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat,

ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang,

13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan

kritis.

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran

napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan

atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau

sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa

kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan

pneumonia berat ditandai dengan demam, frekuensi pernapasan >30x/menit, distres

9
pernapasan berat, atau saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien

geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal.

Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-

gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.

Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan

fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk disertai dahak, sesak napas,

sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,

kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih

dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C,

sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C. (Susilo et al., 2020)

3. Pemeriksaan penunjang Corona Virus Disease 2019

Beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan bagi pasien yang

dicurigai mengalami penyakit Covid-19 menurut buku Pedoman Tatalaksana

Covid-19 (2020):

a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks

Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi

subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage

awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas

menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan

multipleground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat

ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi pleura.

b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

c. Bronkoskopi

d. Pungsi pleura sesuai kondisi

10
e. Pemeriksaan kimia darah

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah perifer lengkap, analisa gas

darah, fungsi hepar (pada beberapa pasien, enzim liver dan ototmeningkat), fungsi

ginjal, gula darah sewaktu, elektrolit, faal hemostasis (PT/APTT, d Dimer), pada

kasus berat, Ddimer meningkat, Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis), laktat

(untuk menunjang kecurigaan sepsis), biakan mikroorganisme dan uji kepekaan

dari bahan saluran napas(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah, kultur

darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapiantibiotik. Namun, jangan

menunda terapi antibiotik denganmenunggu hasil kultur darah), pemeriksaan feses

dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan).

4. Penatalaksanaan Corona Virus Disease 2019

a. Derajat ringan

1) Isolasi dan Pemantauan

Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak

muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan. Jika

gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah

dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di

fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.

2) Farmakologis

a) Vitamin C dengan pilihan: Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral

(untuk 14 hari), Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari),

multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari),

dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C, B, E, zink

11
b) Vitamin D dalam bentuk suplemen 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk

tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak,

serbuk, sirup) dan Obat 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000

IU dan tablet kunyah 5000 IU)

c) Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari

d) Antivirus seperti oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5- 7 hari

(terutama bila diduga ada infeksi influenza), Favipiravir (Avigan sediaan 200

mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg

(hari ke 2-5)

e) Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam.

f) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

b. Derajat sedang

1) Isolasi dan Pemantauan

a) Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit Darurat

COVID-19

b) Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah Sakit Darurat

COVID-19

2) Non Farmakologis

a) Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi

cairan, oksigen

b) Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jenis,

bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan

foto toraks secara berkala.

3) Farmakologis

12
a) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam

diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan

b) Diberikan terapi farmakologis berikut: Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau

per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan

apabila curiga ada infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral

(untuk 5-7 hari). Ditambah salah satu antivirus Favipiravir (Avigan sediaan 200

mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg

(hari ke 2-5) Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV

drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)

c) Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP

d) Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).

e) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

c. Derajat berat atau kritis

1) Isolasi dan Pemantauan

a) Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara

kohortingPengambilan swab untuk PCR dilakukan

2) Non Farmakologis

a) Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi

cairan), dan oksigen.

b) Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis,

bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati,

Hemostasis, LDH, D-dimer.

c) Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan

13
d) Monitor tanda-tanda sebagai berikut; Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,

Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari), PaO2/FiO2 ≤ 300

mmHg, Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada

pencitraan thoraks dalam 24-48 jam, Limfopenia progresif, Peningkatan CRP

progresif, Asidosis laktat progresif.

e) Monitor keadaan kritis seperti gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik,

syok atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU. Bila terjadi

gagal napas disertai ARDS pertimbangkan penggunaan ventilator mekanik.

Llangkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit, yaitu sebagai

berikut: Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau non-invasive

mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas.

HFNC lebih disarankan dibandingkan NIV, pembatasan resusitasi cairan,

terutama pada pasien dengan edema paru, posisikan pasien sadar dalam posisi

tengkurap (awake prone position)

3) Farmakologis

a) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam

diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan

b) Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena

c) Vitamin D dalam bentuk suplemen 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk

tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak,

serbuk, sirup) dan Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000

IU dan tablet kunyah 5000 IU)

14
d) Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7 hari) atau sebagai

alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri:

dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).

e) Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,

pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor

risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan

pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut

dipertimbangkan.

f) Antivirus seperti Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600

mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau

Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke

2-5 atau hari ke 2-10)

g) Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (lihat halaman 66-75)

h) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain

yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen

atau kasus berat dengan ventilator.

i) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

j) Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman tatalaksana

syok yang sudah ada

k) Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi.

15
B. Konsep dasar bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan

Corona Virus Disease 2019

1. Pengertian bersihan jalan napas tidak efektif

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan

membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas

paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Pengertian lain juga menyebutkkan

bahwa ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan ketidakmampuan

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan

bersihan jalan napas. (NANDA, 2018)

2. Etiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona

Virus Disease 2019

Bersihan jalan napas tidak efektif pada penyakit Corona Virus Disease 2019

terjadi akibat adanya hipersekresi sputum pada jalan napas. Virus yang menginfeksi

saluran pernapasan menimbulkan reaksi inflamasi, respon peradangan dapat

menginduksi hipersekresi sputum yang dapat menghalangi saluran pernapasan

(Khan et al., 2021). Hal ini yang menyebabkan terjadinya bersihan jalan napas tidak

efektif yang dimanifestasikan dengan tanda dan gejala mayor berupa data objektif

yaitu adanya batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, spuntum berlebih, mengi,

meconium di jalan napas. Gejala dan tanda minor bersihan jalan napas tidak efektif

berdasarkan data subjektif yaitu adanya dyspnea, sulit bicara, ortopnea, data

objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola

napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

16
3. Faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas tidak efektif pada

Corona Virus Disease 2019

a. Usia

Faktor usia erat kaitannya dengan Corona Virus Disease 2019 karena pada

orang yang lanjut usia (di atas 60 tahun) mengalami adanya proses degenerative

anatomi dan fisiologi sehingga rentan terhadap penyakit dan imunitas yang

menurun sehingga mudah terserang infeksi Corona Virus Disease 2019. (Hidayani,

2020)

b. Jenis kelamin

Menurut Cen et al., (2020) jenis kelamin laki – laki lebih berisiko terserang

infeksi dikarenakan factor kromosom dan hormone. Pada perempuan lebih

terproteksi dibandingkan dengan laki – laki karena memiliki kromosom X dan

hormone progesterone yang memainkan peranan penting dalam imunitas bawaan

dan adaptif.

4. Patofisiologi bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus Disease

2019

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)

menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan

pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor

masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan

sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain

(RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus

dan sel inang.

17
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam

sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab

dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan

mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan

protein struktural dan tambahan.(Kumar and Al Khodor, 2020)

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein

nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus.

Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang

terinfeksi melalui eksositosis (Sukmana and Yuniarti, 2020). Virus-virus yang

dikeluarkan kemudian akan menginfeksi traktus respiratorius bawah, menimbulkan

respon peradangan yang dapat menginduksi hipersekresi sputum pada jalan napas

dan akan menghalangi saluran pernapasan yang kemudian menyebabkan gejala

pada pasien (Khan et al., 2021)

5. Manifestasi klinis bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus

Disease 2019

Manifestasi klinis bersihan jalan napas tidak efektif terdiri dari gejala dan

tanda mayor dan minor. Mayor merupakan tanda/gejala yang ditemukan sekitar

80%-100% untuk validasi diagnosis. Minor merupakan tanda/gejala yang harus

ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis. Gejala

dan tanda mayor bersihan jalan napas tidak efektif berdasarkan data objektif yaitu

adanya batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, meconium

di jalan napas. Gejala dan tanda minor bersihan jalan napas tidak efektif

berdasarkan data subjektif yaitu adanya dyspnea , sulit bicara, ortopnea, data

18
objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola

napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

6. Penatalaksanaan bersihan jalan napas tidak efektif pada Corona Virus

Disease 2019

Berdasarkan masalah keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif,

penatalaksanaan untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas yaitu

mengajarkan latihan batuk efektif dan fisioterapi dada.

Latihan batuk efektif adalah melatih pasien yang tidak memiliki

kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan laring, trakhea dan

bronkiolus dari sekret atau benda asing dalam jalan napas. Cara melatih batuk

efektif pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif adalah

menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2

detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8

detik, anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali setelah itu

menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke –

3.(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Fisioterapi dada adalah memobilisasi sekresi jalan napas melalui perkusi,

getaran dan drainase postural dengan tujuan untuk membuang sekresi bronkial agar

dapat memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot pernapasan (Mutaqin,

2010). Cara melakukan fisioterapi dada adalah pertama memposisikan pasien

sesuai dengan area paru yang mengalami penumpukan secret, gunakan bantal untuk

membantu pengaturan posisi, lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan

ditelungkupkan selama 3 – 5 menit, lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan

rata bersama ekspirasi melalui mulut. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

19
Intervensi inovasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah bersihan

jalan napas adalah Prone position atau posisi pronasi merupakan merubah posisi

klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh ke samping. Posisi ini

dikatakan dapat membantu pasien dengan corona virus disease 2019, fisiologi

posisi pronasi ini dapat meningkatkan luaran klinis pada pasien corona virus

disease 2019 tidak lepas dari distribusinya tekanan pada paru yang lebih merata.

Selain itu posisi pronasi ini dapat memfasilitasi drainase secresi paru kearah

bronkus dan trakea dengan bantuan gaya gravitasi (Koulouras et al., 2016)

Indikasi pemberian posisi pronasi pada pasien dengan corona virus disease

2019 yaitu pasien dengan hipoksia, suplementasi oksigen >2 liter permenit untuk

mempertahankan saturasi >92%, tidak ada distress napas berat, kesadaran pasien

baik dan pasien dapat melakukan posisi pronasi secara mandiri. Sedangkan

kontraindikasi pemberian posisi pronasi pada pasien dengan corona virus disease

2019 yaitu trauma pada area kepala/leher, instabilitas pada area tulang belakang,

riwayat sternotomi, hemoptysis, instabilitas hemodinamik dan kehamilan.(Scholten

et al., 2017)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Xavier Elharrar, et al (2020)

dianjurkan melakukan posisi pronasi ini setiap hari dan dapat mempertahankan

posisi ini selama 2 jam, 1 - 2 kali dalam sehari. Posisi pronasi ini dinyatakan dapat

meningkatkan luaran klinis salah satunya drainase sekresi paru.

20
C. Asuhan Keperawatan pada Pasien Corona Virus Disease 2019 dengan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan yang

menyangkut data yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan

diagnose keperawatan dengan tepat yang benar. Pengkajian terdiri dari dua yaitu

pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Pengkajian dilakukan ketika

menetukan apakah keadaan tersebut normal atau abnormal, jika ada beberapa data

yang ditafsirkan abnormal maka akan dilakukan pengkajian mendalam (NANDA,

2018) Dalam pengkajian pada pasien corona virus disease 2019 dilakukan dengan

menggunakan pengkajian medalam mengenai bersihan jalan napas tidak efektif,

dengan kategori fisiologis dan subkategori respirasi. Pengkajian dilakukan sesuai

dengan tanda gejala mayor dan minor bersihan jalan napas tidak efektif dimana data

mayornya yaitu subjektif tidak tersedia dan data objektifnya batuk tidak efektif,

sputum berlebih, tidak mampu batuk, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering,

sedangkan tanda gejala minor, data subjektif dyspnea, sulit bicara, ortopnea. Data

objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola

napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik

yang berlangsung aktual maupun potensial.(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,

21
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu diagnosis negative dan

diagnosis positif. Diagnosis negative menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit

atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakkan diagnosis ini akan

mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,

pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri dari diagnosis actual dan diagnosis

risiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat

dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut

juga diagnosis promosi kesehatan.

Diagnosis keperawatan yang diambil dalam kasus ini adalah bersihan jalan

napas tidak efektif merupakan diagnose aktual yang terdiri atas 3 bagian yaitu

problem, etiology, sign dan symptom. Problem yaitu masalah keperawatan, etiology

yaitu faktor yang berhubungan serta sign dan symptom adalah tanda dan gejala.

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan secret

atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap. Adapun

etiologi bersihan jalan napas tidak efektif terbagi atas etiologi fisiologis dan

situasional. Etiologi fisiologis meliputi spasme jalan napas, hipersekresi jalan

napas, disfungsi neuromuscular, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas

buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding jalan napas, proses infeksi,

respon alergi dan efek agen farmakologis. Etiologi situasional meliputi merokok

aktif, merokok pasif, terpajan polutan.

Gejala dan tanda mayor bersihan jalan napas tidak efektif meliputi data

subjektif tidak tersedia, data subjektif meliputi batuk tidak efektif, tidak mampu

batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan atau rokhi kering dan meconium di

22
jalan napas (pada neonatus). Gejala dan tanda minor bersihan jalan napas tidak

efektif meliputi data subjektif berupa dyspnea, sulit bicara, dan ortopnea.

Sedangkan data objektif meliputi gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi

napas berubah, dan pola napas berubah.

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan terdiri dari penyusunan luaran yang diinginkan

serta menentukan intervensi yang akan dilakukan. Luaran keperawatan merupakan

aspe-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau

persepsi pasien, keluarga ataukomunitas sebagai respons terhadap intervensi

keperawatan. Komponen luaran terdiri atas tiga kompinen utama yaitu label,

ekspektasi, dan kriteria hasil. Label merupakan nama dari luaran keperawatan yang

terdiri atas kata kunci untuk mencari informasi terkait luaran leperawatan.

Ekspektasi adalah penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai. Kriteria hasil

adalah karakteristik pasien yang bias diamati maupun diukur oleh perawat dan

dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi keperawatan

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

luaran yang diharapkan. (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019). Komponen intervensi

keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu label yang merupakan nama dari

intervensi yang menjadi kata kunci untuk memperoleh informasi. Label terdiri dari

satu atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda yang berfungsi sebagai

descriptor atau penjelasan dari intervensi keperawatan. Definisi merupakan

23
komponen yang menjelaskan makna dari label intervensi keperawatan yang ada.

Tindakan merupakan rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk di

implementasikan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas

tindakan observasi, tindakan terapeutik, tindakan edukasi, dan tindakan kolaborasi

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

Sebelum menentukan perencanaan keperawatan, perawat terlebih dahulu

menetapkan luaran (outcome). Adapun luaran yang digunakan pada klien dengan

bersihan jalan napas tidak efektif adalah luaran utama yaitu bersihan jalan napas

membaik dengan kriteria hasil meliputi:

a. Tujuan keperawatan (SLKI)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka bersihan jalan

napas meningkat dengan kriteria hasil :

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Mengi menurun

4) Wheezing menurun

5) Mekonium (pada neonatus) menurun

6) Dispnea menurun

7) Ortopnea menurun

8) Sulit bicara menurun

9) Sianosis menurun

10) Gelisah menurun

11) Frekuensi napas membaik

24
Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien mengacu pada Standar

Luaran Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Berdasarkan diagnosis

keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, perencanaan keperawatan adalah

sebagai berikut

a. Manajemen Jalan Napas (I.01011)

1) Observasi

a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas).

b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi

kering)

c) Monitor sputurn (jumlah, wama, aroma)

2) Terapeutik

a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt chin lift

b) Posisikan semi-Fowler atau Fower.

c) Berikan minum hangat

d) Lakukan fisioterapi dada.

e) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

f) Keluarkan sumbatan benda padat

g) Berikan oksigen

3) Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.

b) Ajarkan teknik batuk efektif

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

25
b. Latihan Batuk efektif (I.01006)

1) Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)

2) Terapeutik

a) Atur posisi semi-fowler atau fowler

b) Pasang perlak dan bengkok letakan di pangkuan pasien

c) Buang secret pada tempat sputum

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selam 2

detik, kemudian keluarkan dai mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)

selam 5 detik

c) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3

4) Kolaborasi

a) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke 3

b) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

c. Fisioterapi dada (I.01004)

1) Observasi

a) Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi

b) Identifikasi kontraindikasi fisioterapi dada

c) Monitor status pernapasan

26
d) Monitor jumlah dan karakter sputum

2) Terapiutik

a) Posisikan pasien sesuai area paru yang mengalami penumpukan sekret

b) Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan selama 3 – 5

menit

c) Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata bersamaan ekspirasi

melalui mulut.

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada

b) Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai

c) Anjurkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama proses

fisioterapi

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang merupakan komponen keempat dari proses

keperawatan setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi

merupakan katagori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan

untuk mencapai suatu tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana

asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan

(Potter, Patricia A & Perry, 2011)

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,

tahap penilaian atau perbandingan yang sistematis, dan terencana tentang

kesehatan pasien, dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dilakukan secara

27
berkesinambungan (Debora, 2013). Pada tahap evaluasi perawat membandingkan

status kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Menurut A. Alimul and Hidyat, (2012), evaluasi terdiri dari dua kegiatan yaitu

evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau

menilai respon pasien, sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target tujuan yang

telah dibuat.

Format yang digunakan dalam tahap evaluasi menurut A. Alimul and Hidyat,

(2012) yaitu format SOAP yang terdiri dari:

a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah

tindakan yang diberikan. Pada pasien Corona Virus Disease 2019 dengan

bersihan jalan napas tidak efektif diharapkan pasien tidak mengeluh dyspnea,

sulit bicara dan ortopnea.

b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,

pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Pada

pasien Corona Virus Disease 2019dengan bersihan jalan napas tidak efektif

indicator evaluasi, yaitu:

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Mengi menurun

4) Wheezing menurun

5) Mekonium (pada neonatus) menurun

6) Dispnea menurun

7) Ortopnea menurun

28
8) Sulit bicara menurun

9) Sianosis menurun

10) Gelisah menurun

11) Frekuensi napas membaik

c. Assesment, yaitu interprestasi dari data subjektif dan objektif

d. Planning, yaitu perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi, atau ditambah dari rencana keperawatan yang sudah dibuat

sebelumnya.

29
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Selasa, 4 Mei 2021 pukul 08.00 wita

didapatkan identitas pasien Tn. A berumur 62 tahun, jenis kelamin laki – laki,

pekerjaan sebagai wiraswasta, pendidikan terakhir SMA, agama yang dianut hindu,

nomor rekam medic 2101xxx, pasien berasal dari kabupaten Gianyar dengan

diagnose medis terkonfirmasi COVID -19

Pengakajian data subjektif dan data objektif pasien didapatkan pasien

mengeluh sesak. Pasien tampak tidak mampu batuk, tidak mampu batuk secara

efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara tambahan ronkhi dan frekuensi

pernapasan berubah 28x/menit.

B. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan pada Tn. A adalah bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan hipersekresi jalan napas ditandai dengan pasien mengeluh

sesak, pasien tidak mampu batuk, pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdapat

sputum berlebih, terdengar suara tambahan ronkhi dan frekuensi pernapasan

berubah 28x/menit. Adapun kondisi klinis terkait untuk menegakkan diagnosis

keperawatan yaitu infeksi saluran pernapasan (Corona Virus Disease 2019).

C. Perencanaan keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien mengacu pada Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI). Berdasarkan diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada pasien

kelolaan, perencanaan keperawatan adalah sebagai berikut:

30
1. Tujuan keperawatan (SLKI)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka bersihan jalan

napas meningkat dengan kriteria hasil :

a. Bersihan jalan napas (L.01001)

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Dispnea menurun

4) Frekuensi napas 12 – 20x/menit

2. Intervensi keperawatan

a. Manajemen Jalan Napas (I.01011)

1) Observasi

a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas).

b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi

kering)

c) Monitor sputurn (jumlah, wama, aroma)

2) Terapeutik

a) Posisikan semi-Fowler atau Fower.

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada.

d) Berikan oksigen

3) Edukasi

a) Ajarkan teknik batuk efektif

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

31
b. Latihan Batuk efektif (I.01006)

1) Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)

2) Terapeutik

a) Atur posisi semi-fowler atau fowler

b) Pasang perlak dan bengkok letakan di pangkuan pasien

c) Buang secret pada tempat sputum

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selam 2

detik, kemudian keluarkan dai mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selam

5 detik

c) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

c. Fisioterapi dada (I.01004)

1) Observasi

a) Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi

b) Identifikasi kontraindikasi fisioterapi dada

32
c) Monitor status pernapasan

d) Periksa segmen paru yang mengandung sekresi berlebih

e) Monitor jumlah dan karakter sputum

2) Terapiutik

a) Posisikan pasien sesuai area paru yang mengalami penumpukan secret

b) Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan selama 3 – 5

menit

c) Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata bersamaan ekspirasi

melalui mulut

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada

b) Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai

c) Anjurkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama proses

fisioterapi

d. Intervensi inovasi berdasarkan konsep Evidance Based Practic

a) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian posisi pronasi

b) Posisikan klien pada posisi pronasi

D. Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai intervensi

pada tanggal 4 – 7 Mei 2021 di ruang Isolasi RSUP Sanglah.

Adapun implementasi yang sudah dilakukan yaitu memonitor pola napas ,

memonitor bunyi napas, memberikan oksigen, memonitor sputum, memposisikan

33
pasien semi fowler, memberikan minum air hangat, memposisikan pasien dengan

posisi pronasi, melakukan fisioterapi dada, mengajarkan latihan batuk efektif, dan

melakukan kolaborasi dalam pemberian mukolitik. Proses implementasi secara

rinci dapat dilihat pada lampiran.

E. Evaluasi keperawatan

Hasil evaluasi keperawatan tanggal 7 Mei 2021 pukul 08.00 pada pasien Tn.

A setelah dilakukan implementasi selama 3 x 24 jam yakni bersihan jalan napas

meningkat dibuktikkan pada data subjektif didapatkan pasien mengatakan sesaknya

sudah berkurang. Data objektif didapatkan pasien tampak sudah bisa melakukan

batuk efektif, dyspneu tampak menurun, produksi sputum menurun, dan frekuensi

napas membaik 20x/menit. Assesment bersihan jalan napas tidak efektif teratasi dan

planning pertahankan kondisi pasien.

34
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis asuhan keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada

Corona Virus Disease 2019

Bagian ini membahas kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus

untuk menjawab tujuan khusus dari studi kasus ini. Kesenjangan – kesenjangan ini

akan dibahas secara bertahap sesuai dengan tahap proses keperawatan yaitu dari

pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan. Kesenjangan antara tinjauan kasus dan

tinjauan pustaka akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap pertama dalm proses perawatan yang

menyangkut data yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan

diagnosis keperawatan dengan tepat yang benar (NANDA, 2018).

Hasil pengkajian pada Tn. A dengan diagnose medis terkonfirmasi corona

virus disease 2019 didapatkan pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu batuk,

pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara

tambahan ronkhi dan frekuensi pernapasan berubah 28x/menit.

Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif memiliki kesesuaian

dengan acuan teori yang ada. Berdasarkan buku pedoman Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam pengkajian keperawatan untuk masalah

bersihan jalan napas tidak efektif terdapat tanda dan gejala mayor yang dilihat dari

data subjektif dan objektif. Dari data hasil pengkajian ditemukan 80% tanda dan

gejala mayor pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif yaitu, pasien tidak

35
mampu batuk, pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdengar suara napas

tambahan ronkhi, dan terdapat sputum berlebih. Adapun tanda dan gejala minor

pada pasien yaitu pasien mengeluh sesak dan frekuensi pernapasan berubah

28x/menit.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukmana and Yuniarti, (2020)

ditemukan sesak 40%, sputum berlebih 33,4% pada covid ringan, 37,8% pada covid

berat, dan batuk 67,8%. Virus menyebar dan menyerang melalui mukosa

pernapasan, memicu serangkaian respons imun dan menginduksi sitokin,

menyebabkan perubahan komponen imun seperti leukosit darah tepi dan limfosit.

Biomarker paling berpotensi menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada paru

adalah IL-6.

Hipersekresi jalan napas merupakan salah satu penyebab dari masalah

bersihan jalan napas tidak efektif akibat dari infeksi saluran pernapasan akan

menimbulkan reaksi inflamasi pada traktus respiratori bawah. Reaksi inflamasi ini

mulai berespon, mediator dilepaskan dan dapat menyebabkan terjadinya dilatasi

kapiler yang mengakibatkan gangguan difusi dan akumulasi berbagai sel darah,

eksudat dan cairan serosa. Sekret yang berlebih dan kental akan mengakibatkan

bersihan jalan napas tidak efektif. (Khan et al., 2021)

b. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang

berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

36
Hasil pengkajian pada Tn A dengan diagnosa medis corona virus disease

2019 didapatkan 80% tanda dan gejala mayor untuk masalah bersihan jalan napas

tidak efektif. Maka dari itu diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada

kasus ini adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi

jalan napas ditandai dengan pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu batuk,

pasien tidak mampu batuk efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara

tambahan ronkhi dan frekuensi pernapasan berubah 28x/menit dengan kondisi

klinis terkait infeksi saluran pernapasan (COVID 19).

Berdasarkan hasil tersebut bersihan jalan napas tidak efektif termasuk ke

dalam jenis kategori diagnosis keperawatan negative yaitu diagnosis actual. Hal ini

sesuai dengan teori berdasarkan buku pedoman Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia bahwa bersihan jalan napas tidak efektif merupakan diagnosis

keperawatan negatif. Terdapat dua jenis diagnosis keperawatan yaitu diagnosis

negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negative menunjukkan bahwa klien dalam

kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan

mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,

pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas diagnosis actual dan diagnosis

risiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat

dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut

juga dengan diagnosis promosi kesehatan

c. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan terdiri dari penyusunan luaran yang diinginkan

serta menentukan intervensi yang akan dilakukan. Luaran keperawatan merupakan

aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau

37
persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi

keperawatan. Sedangkan intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai luaran yang diharapkan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Berdasarkan data hasil perencanaan keperawatan pada bagian tujuan dan

kriteria hasil yaitu setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil: batuk efektif

meningkat, produksi sputum menurun, dyspnea menurun dan frekuensi napas 12-

20x/menit. Intervensi keperawatan yang digunakan penulis berdasarkan pedoman

pada satandar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) yang meliputi intervensi

utama dan intervensi pendukung. Intervensi utama yang digunakan pada kasus

kelolaan yaitu manajemen jalan napas (I.01011), dan batuk efektif (I.01006).

Sedangkan intervensi pendukung yang digunakan pada kasus kelolaan yaitu

fisioterapi dada (I.01004).

Berdasarkan acuan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018) dalam tahap

perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu rumusan luaran

keperawatan dan rumusan intervensi keperawatan. Luaran (Outcome) keperawatan

merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi,

perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap

intervensi keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis

keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan. Terdapat dua jenis luaran

keperawatan yaitu luaran positif dan luaran negative.

Luaran positif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang sehat

sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan pemberian

38
intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki.

Sedangkan luaran negative menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak

sehat, sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan pemberian

intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan (Tim POKJA SLKI DPP

PPNI, 2018). Pada kasus kelolaan luaran bersihan jalan napas merupakan jenis

luaran keperawatan positif.

Adapun komponen luaran keperawatan diantaranya label (nama sari luaran

yang terdiri atas kata kunci untuk memperoleh informasi terkait luaran

keperawatan), ekspetasi terdiri dari ekspetasi meningkat yang artinya bertambah

baik dalam ukuran, jumlah, maupun derajat atau tingkatan. Ekspektasi menurun

artinya berkurang baik dalam ukuran, jumlah maupun derajat atau tingkatan.

Ekpektasi membaik artinya menimbulkan efek yang lebih baik,adekuat, atau efektif.

Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur oleh

perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapain hasil intervensi

keperawatan. Pemilihan luaran keperawatan tetap harus didasarkan pada penilaian

klinis dengan mempertimbangkan kondisi pasien, keluarga, kelompok, atau

komunitas (Tim POKJA SLKI DPP PPNI, 2018). Pada kasus kelolaan label luaran

yang digunakan yaitu bersihan jalan napas dengan ekspektasi meningkat dan

kriteria hasil batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, dyspnea

menurun, frekuensi napas 12-20x/menit.

Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

luaran yang diharapkan. (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) Komponen intervensi

keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu label yang merupakan nama dari

39
intervensi yang menjadi kata kunci untuk memperoleh informasi. Label terdiri dari

satu atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda yang berfungsi sebagai

descriptor atau penjelasan dari intervensi keperawatan. Definisi merupakan

komponen yang menjelaskan makna dari label intervensi keperawatan yang ada.

Tindakan merupakan rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk di

implementasikan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas

tindakan observasi, tindakan terapeutik, tindakan edukasi, dan tindakan kolaborasi

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).

d. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Implementasi yang telah dilakukan selama 3 x 24 jam terhadap kasus kelolaan dan

telah dilakukan sesuai standar intervensi yang direncanakan sebelumnya yaitu

dengan pemberian intervensi manajemen jalan napas, latihan batuk efektif, dan

fisioterapi dada yang terdiri dari komponen observasi, terapiutik, edukasi dan

kolaborasi serta pemberian posisi pronasi pada klien.

Berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan sudah sesuai

dengan acuan teori yang digunakan. Menurut acuan teori tindakan-tindakan pada

intervensi keperawatant terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

e. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,

tahap penilaian atau perbandingan yang sistematis, dan terencana tentang kesehatan

pasien, dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dilakukan secara

40
berkesinambungan (Debora, 2013). Pada tahap evaluasi perawat membandingkan

status kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Hasil evaluasi keperawatan pada pasien Tn. A setelah dilakukan

implementasi selama 3 x 24 jam yakni pada data subjektif didapatkan pasien

mengatakan sesaknya sudah berkurang. Data objektif didapatkan pasien tampak

sudah bisa melakukan batuk efektif, dyspneu tampak menurun, produksi sputum

menurun, dan frekuensi napas membaik 20x/menit. Assesment bersihan jalan napas

tidak efektif teratasi dan planning pertahankan kondisi pasien.

Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang

telahdi buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Pada pasien dengan masalah

keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, indikator evaluasi yang diharapkan

yaitu : batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, dyspnea menurun dan

frekuensi napas membaik.(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).

Berdasarkan acuan teori format yang digunakan dalam tahap evaluasi

menurut A. Alimul and Hidyat, (2012) yaitu format SOAP yang terdiri dari

Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah

tindakan yang diberikan. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil

pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan

dilakukan. A (Analisis/ Assesment) merupakan yaitu interpretasi makna data

subjektif dan objektif untuk menilai sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan dalam

rencana keperawatan tercapai. P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang

akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika tujuan telah dicapai, maka

41
perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai, perawat akan

melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan rencana keperawatan pasien

B. Analisis salah satu intervensi dengan konsep Evidance Based Practice

dan konsep penelitian terkait

Intervensi keperawatan merupakan segala perawatan yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

luaran yang diharapkan(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi yang

diberikan kepada pasien yang megalami bersihan jalan napas tidak efektif yaitu

pemberian posisi pronasi. Setelah dilakukan intervensi posisi pronasi selama 3 x 24

jam didapatkan hasil bahwa pasien mengatakan sesak sudah berkurang, sudah

mampu batuk secara efektif, produksi sputum menurun dan frekuensi napas

membaik 20x/menit.

Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wang et al.,

(2020) dengan judul “Sputum Characteristics And Airway Clearance Methods In

Patients With Severe COVID 19” menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi

dengan posisi pronasi dapat membantu dalam pengeluaran sputum, mengurangi

sesak dan meningkatkan prognosis pasien menjadi lebih baik dibuktikkan dengan

p value 0.037<0.05. Didukung oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paul et

al., (2020)“ Proning NON- Intubated (PINI) In Covid-19 : Case Series And a

Review” menunjukkan bahwa dengan posisi pronasi dapat meningkatkan fisiologi

paru – paru melalui berbagai mekanisme yaitu salah satunya dalam peningkatan

drainase sekresi pada jalan napas pasien.

Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Sukoco, (2015) dengan judul

“ Pemberian Posisi Postural Drainage (Posisi Pronasi) Terhadap Keefektifan

42
Bersihan Jalan Napas pada Asuhan Keperawatan Tn. T dengan Tuberkulosis Paru

di ruang Mawar RSUD Karanganyar” menunjukkan bahwa setelah dilakukan

intervensi didapatkan hasil evaluasi pada pasien yaitu pasien mengeluh sesak

berkurang, frekuensi napas dalam rentang normal dan pasien tampak batuk dan

mampu mengeluarkan sputum.

C. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan

Alternatif yang dapat dilakukan pada pasien kelolaan untuk mencapai tujuan

asuhan keperawatan yaitu bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil

batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, dyspnea menurun, dan

frekuensi napas membaik adalah dengan cara memposisikan pasien ke posisi

pronasi. Hasil studi kasus kelolaan membuktikkan posisi pronasi dapat mengatasi

bersihan jalan napas tidak efektif yang dilakukan selama 3 x 24 jam dengan durasi

2 jam dibuktikkan dengan pasien tampak tidak mampu batuk efektif sebelum

dilakukan intervensi dan setelah diberikan intervensi pasien sudah bisa melakukan

batuk efektif secara mandiri. Sebelum diberikan intervensi tampak sputum berlebih

pada pasien dan setelah diberikan intervensi tampak penurunan produksi sputum.

Frekuensi pernapasan sebelum diberikan intervensi yaitu 28x/menit dan pasien

mengeluh sesak sedangkan setelah diberikan intervensi frekuensi pernapasan

pasien 20x/menit dan sesak sudah berkurang.

Posisi pronasi ini mampu dalam peningkatan drainase sekresi, posisi ini

memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu mengalirkan secret dari paru – paru

ke saluran pernapasan utama sehingga dapat dikeluarkan dengan batuk efektif,

selain itu efek fisiologis dari posisi ini bermanifestasi sebagai perbaikan oksigenasi

43
dan mekanisme pernapasan yang dapat menyebabkan inflasi alveolar dan ventilasi,

peningkatan volume paru – paru, pengurangan atelectasis pada daerah paru – paru

dan memfasilitasi peningkatan drainase sekresi. (Pelosi et al., 2020)

Selain posisi pronasi ini terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi

kriteria hasil untuk luaran bersihan jalan napas meningkat pada pasien seperti

latihan batuk efektif dan fisioterapi dada. Latihan batuk efektif dan fisioterapi dada

mampu dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif dibuktikkan

dengan hasil evaluasi keperawatan pada pasien Tn. A setelah dilakukan

implementasi selama 3 x 24 jam yakni pada data subjektif didapatkan pasien

mengatakan sesaknya sudah berkurang. Data objektif didapatkan pasien tampak

sudah bisa melakukan batuk efektif, dyspneu tampak menurun, tampak produksi

sputum menurun, dan frekuensi napas membaik 20x/menit didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Tahir et al., (2019) dengan judul “ Fisioterapi Dada

dan Batuk Efektif Sebagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Pada Pasien TB Paru di RSUD Kota Kendari” menunjukkan bahwa

penatalaksanaan fisioterapi dada dan batuk efektif dapat digunakan untuk

mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan kriteria hasil frekuensi

napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan

dan pasien mampu mengeluarkan sputum.

44
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan bersihan jalan napas

tidak efektif pada Tn. A dengan Corona Virus Disease 2019 di ruang Isolasi RSUP

Sanglah tahun 2021 dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan pengkajian keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis

Corona Virus Disease 2019 ditemukan keluhan yang muncul pada pasien

yaitu pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu batuk, pasien tidak

mampu batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara

tambahan ronkhi dan frekuensi pernapasan berubah 28x/menit.

2. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan diagnosis keperawatan pada pasien

adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi

jalan napas ditandai dengan pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu

batuk, pasien tidak mampu batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih,

terdengar suara tambahan ronkhi dan frekuensi pernapasan berubah 28x/menit

3. Perencanaan keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi masalah

yang dialami pada kasus kelolaan dengan masalah keperawatan bersihan jalan

napas tidak efektif yaitu dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI). Adapun intervensi yang digunakan yaitu manajemen jalan napas,

latihan batuk efektif, fisioterapi dada dan pemberian posisi pronasi dengan

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) bersihan jalan napas

meningkat dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat, produksi sputum

menurun, dyspnea menurun dan frekuensi napas 12 – 20x/menit.

45
4. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang

sudah direncanakan yaitu manajemen jalan napas, latihan batuk efektif,

fisioterapi dada dan posisi pronasi.

5. Hasil evaluasi keperawatan pada kasus kelolaan setelah dilakukan

implementasi selama 3 x 24 jam yakni bersihan jalan napas meningkat

dibuktikkan pada data subjektif didapatkan pasien mengatakan sesaknya sudah

berkurang. Data objektif didapatkan pasien tampak sudah bisa melakukan

batuk efektif, dyspneu tampak menurun, produksi sputum menurun, dan

frekuensi napas membaik 20x/menit. Assesment bersihan jalan napas tidak

efektif teratasi dan planning pertahankan kondisi pasien.

6. Intervensi inovasi pemberian posisi pronasi adalah salah satu intervensi yang

efektif digunakan untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas

tidak efektif. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Wang et al., (2020) dengan judul “Sputum Characteristics And Airway

Clearance Methods In Patients With Severe COVID 19” menunjukkan bahwa

setelah diberikan intervensi dengan posisi pronasi dapat membantu dalam

pengeluaran sputum, mengurangi sesak dan meningkatkan prognosis pasien

menjadi lebih baik dibuktikkan dengan p value 0.037<0.05. Didukung oleh

penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paul et al., (2020) “ Proning NON-

Intubated (PINI) In Covid-19 : Case Series And a Review” menunjukkan

bahwa dengan posisi pronasi dapat meningkatkan fisiologi paru – paru melalui

berbagai mekanisme yaitu salah satunya dalam peningkatan drainase sekresi

pada jalan napas pasien. Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Sukoco,

(2015) dengan judul “ Pemberian Posisi Postural Drainage (Posisi Pronasi)

46
Terhadap Keefektifan Bersihan Jalan Napas pada Asuhan Keperawatan Tn. T

dengan Tuberkulosis Paru di ruang Mawar RSUD Karanganyar” menunjukkan

bahwa setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil evaluasi pada pasien yaitu

pasien mengeluh sesak berkurang, frekuensi napas dalam rentang normal,

pasien tampak batuk dan mampu mengeluarkan sputum.

B. Saran

Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan mengenai asuhan

keperawatan bersihan jalan napas pada pasien dengan Corona Virus Disease 2019

di ruang Isolasi RSUP Sanglah maka penulis menyarankan kepada:

1. Perawat pelaksana ruang Isolasi RSUP Sanglah

Diharapkan dapat mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu keperawatan

terkait asuhan keperawatan di ruang isolasi dengan menggunakan standar acuan

SDKI, SLKI dan SIKI yang berlaku di Indonesia serta dapat mengaplikasikan

pemberian intervensi inovasi posisi pronasi dalam mengatasi masalah bersihan

jalan napas tidak efektif pada pasien dengan Corona Virus Disease 2019.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan karya ilmiah akhir ners ini dapat dijadikan acuan sebagai data

dasar untuk penelitian selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan teori – teori

terbaru beserta didukung oleh jurnal penelitian.

47
DAFTAR PUSTAKA

A. Alimul and Hidyat (2012) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. 1st edn. Edited by D. Sjabana. Jakarta:
Salemba Medika.

Bali, D. K. P. (2021). Update Penanggulangan Covid 19. Available at:


https://infocorona.baliprov.go.id/2021/04/21/update-penanggulangan-covid-
19-rabu-21-april-2021/. Diakses tanggal 21 April 2021

Burhan, E. et al. (2020) Pedoman Tatalaksana Covid-19. 3rd edn. Edited by Dwi
Agus. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

Cen, Y. et al. (2020) .Risk Factors for Disease Progression in Patients with Mild
to Moderate Coronavirus Disease 2019 Multi-centre Observational Study.
Clinical Microbiology and Infection journal.

Debora, O. (2013) Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Edited by A.


Susila. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayani, W. R. (2020). Faktor Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan COVID


19 : Literature Review, 4(2), pp. 120–134.

Holshue, M. L. et al. (2020). First Case of 2019 Novel Coronavirus in the United
States., New England Journal of Medicine, 382(10), pp. 929–936. doi:
10.1056/nejmoa2001191.

Huang, C. et al. (2020). Clinical Features Of Patients Infected With 2019 Novel
Coronavirus In Wuhan, China, The Lancet, 395(10223), pp. 497–506. doi:
10.1016/S0140-6736(20)30183-5.

Khan, M. A. et al. (2021) . Cytokine Storm and Mucus Hypersecretion in COVID-


19 : Review of Mechanisms. ,(January). doi: 10.2147/JIR.S271292.

Koulouras, V. et al. (2016). Efficacy Of Prone Position In Acute Respiratory


Distress Syndrome Patients: A Pathophysiology-Based Review, World
Journal of Critical Care Medicine, 5(2), p. 121. doi:
10.5492/wjccm.v5.i2.121.

Kumar, M. and Al Khodor, S. (2020). Pathophysiology and treatment strategies for


COVID-19. Journal of Translational Medicine. BioMed Central, 18(1), pp.
1–9. doi: 10.1186/s12967-020-02520-8.

Listiana, D., Keraman, B. and Yanto, A. (2020). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes
Kabupaten Lebong. , Chmk Nursing Scientific Journal, 4(APRIL), pp. 220–
227.

NANDA (2018) Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. 11th


edn. Edited by T.H. Hermad and S. Kamiisuru. Jakarta: EGC.

48
Paul, V. et al. (2020). Proning in Non-Intubated (PINI) in Times of COVID-19:
Case Series and a Review. , 35(8), pp. 818–824. doi:
10.1177/0885066620934801.Proning.

Pelosi, et al. (2020). Prone Position in Acute Respiratory Distress Syndrome.


Europe Respiratory Journal. pp. 1-12. doi: 10.1183/09031936.02.00401702

PHEOC Kemkes RI (2021) Jumlah Data Sebaran Kasus Covid 19 Di Indonesia.


Available at: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/dashboard/covid-19.

Potter, Patricia A & Perry, A. G. (2011) Buku Ajar Fundamental


Keperawatan:Konsep,Proses dan Praktik. 4th edn. Jakarta: EGC.

Scholten, E. L. et al. (2017). Treatment of ARDS With Prone Positioning. , Chest.


Elsevier Inc, 151(1), pp. 215–224. doi: 10.1016/j.chest.2016.06.032.

Sethi, S., Barjaktarevic, I. Z. and Tashkin, D. P. (2020). The Use Of Nebulized


Pharmacotherapies During The COVID-19 Pandemic. pp. 1–9. doi:
10.1177/https.

Setiadi (2012) Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi I. I.


Edited by G. Ilmu. Yogjakarta: Graha Ilmu.

Sukmana, M. and Yuniarti, F. A. (2020). The Pathogenesis Characteristics and


Symptom of Covid-19 in the Context of Establishing a Nursing Diagnosis,
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, 3(1), pp. 21–28.

Sukoco, F. (2015) Pemberian Posisi Postural Drainase (Posisi Pronasi) Terhadap


Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Asuhan Keperawatan Tn. T Dengan
Tubercolosis Paru Di Ruang Mawar 1 Rsud Karanganyar. Jurnal
Kesmadaska

Susilo, A. et al. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. ,


Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), p. 45. doi: 10.7454/jpdi.v7i1.415.

Tahir, R. et al. (2019). Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Sebagai


Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien TB
Paru Di RSUD Kota Kendari. Jurnal Penelitian. 11(1), pp. 20–26.

The WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 and World Health
Organization (WHO) (2020). Report of the WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)., The WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019, 1(16-24 February), pp. 1–40. Available at:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/who-china-joint-
mission-on-covid-19-final-report.pdf.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st
edn. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st

49
edn. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st
edn. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Wang, Y. et al. (2020). Sputum Characteristics And Airway Clearance Methods In


Patients With Severe COVID-19. Medicine, 99(46), p. e23257. doi:
10.1097/MD.0000000000023257.

WHO (2020). Novel Coronavirus., Situation Report – 205, 205(6), pp. 1–19.

WHO (2021). Global Situation WHO Coronavirus (COVID 19) Dashboard.


Available at: https://covid19.who.int/. Diakses tanggal 20 April 2021

Xavier Elharrar, MD, Youssef Trigui, MD, and Laurent Papazian, MD, P. (2020).
Use of Prone Positioning in Nonintubated Patients With COVID-19 and
Hypoxemic Acute Respiratory Failure.

50
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif Pada Tn. A dengan Corona Virus Disease 2019 d
i ruang Isolasi RSUP Sanglah
Tahun 2021

Waktu Kegiatan (Dalam


Minggu)
No Kegiatan Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Data
2 Analisa Data
3 Penyusunan Laporan Tugas Akhir
4 Ujian Hasil Studi Kasus
5 Revisi Laporan
6 Pengumpulan Karya Ilmiah Akhir Ners

Keterangan : warna hitam (proses studi kasus

51
Lampiran 2
ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF PADA TN. A DENGAN COVID 19 DI RUANG ISOLASI RSUP
SANGLAH DENPASAR TANGGAL 4 – 7 MEI 2021
I. Pengkajian
a. Identitas
Pengkajian yang dilakukan pada hari Selasa, 4 Mei 2021 didapatkan
identitas pasien Tn. A berumur 62 tahun, laki – laki, pekerjaan sebagai wiraswasta,
pendidikan terakhir SMA, agama yang dianut hindu dan pasien berasal dari
kabupaten Gianyar.
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak
c. Riwayat penyakit
1. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit yang
sama seperti yang diderita saat ini. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke UGD RSUP Sanglah pada Senin, 3 Mei 2021 pukul 11.00
Wita dengan keluhan sesak yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu dirasakan terus
menerus dengan hasil vital sign tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 98x/menit,
suhu 37.1o C, respirasi 28x/menit, dan saturasi oksigen 88% room air. Pada saat
di UGD RSUP Sanglah pasien sudah dilakukan test swab PCR dengan hasil
terkonfirmasi positif SARS – CoV 2019, lalu pukul 16.45 Wita pasien
dipindahkan ke ruang Isolasi RSUP Sanglah dengan terpasang IVFD NaCl 0,9%
20 tpm dan oksigen Non Rebreathing Mask 10 liter permenit. Terapi yang sudah
diberikan dexamethasone 6 mg intravena, paracetamol 500mg intraoral dan
asethylsystein 400 mg intraoral.

47
Pengakajian yang dilakukan pada Selasa, 4 Mei 2021 pukul 08.00 pasien
mengeluh sesak. Selain sesak pasien tampak tidak mampu batuk, pasien tampak
tidak mampu batuk efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara napas
tambahan ronkhi dan frekuensi pernapasan berubah 28x/menit
3. Pemeriksaan fisik paru-paru
Pemeriksaan inspeksi paru didapatkan hasil bahwa postur atau bentuk
dada normal, ekspansi paru simetris, frekuensi pernapasan 28 x/ menit, irama
teratur, dan tidak terdapat retraksi dinding dada. Kemudian pemeriksaan Palpasi
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat nyeri tekan pada dada, tidak ditemukan
adanya massa, ekspansi paru simetris. Pada pemeriksaan perkusi didapatkan
hasil terdengar suara pekak saat dilakukan perkusi paru dan pada pemeriksaan
auskultasi yaitu terdengar adanya suara napas tambahan yaitu ronchi.
4. Program terapi
Saat ini program terapi yang diberikan terapi obat Asethylsystein 400 mg
tiap 8 jam oral, Vitamin C 1000 mg tiap 24 jam melalui intravena, Remdesivir
200 mg tiap 24 jam melalui intravena, dan Dexamethasone 6 mg tiap 24 jam
melalui intravena dan paracetamol 500 mg tiap 8 jam oral.
5. Fisiologis
Gejala dan tanda mayor
Pada saat pengkajian pasien tampak tidak mampu batuk, pasien tamapk tidak
mampu batuk secara efektif, tampak terdengar suara napas tambahan yaitu
ronchi, tampak sputum berlebih.
Gejala dan tanda minor
Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak, tampak frekuensi napas berubah
28x/menit

48
Analisis data
Data Analisis Masalah
Data Subyektif : Infeksi saluran pernapasan Bersihan jalan napas
Pasien mengeluh sesak (Covid 19) tidak efektif

Hipersekresi jalan napas

Data Obyektif : Ketidakmampuan


Pasien tidak mampu batuk, membersihkan secret atau
Pasien tampak tidak mampu obstruksi jalan napas untuk
batuk secara efektif, mempertahankan jalan
terdapat sputum berlebih, napas tetap paten
terdengar suara tambahan
ronkhi, frekuensi Pasien mengeluh sesak,
pernapasan berubah pasien tampak tidak
28x/menit. mampu batuk, Pasien
tampak tidak mampu
batuk secara efektif,
terdapat sputum berlebih,
terdengar suara tambahan
ronkhi frekuensi
pernapasan berubah
28x/menit.

II. Diagnosis keperawatan


Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
ditandai dengan pasien mengeluh sesak, pasien tidak mampu batuk, pasien tampak
tidak mampu batuk secara efektif, terdapat sputum berlebih, terdengar suara
tambahan ronkhi frekuensi pernapasan berubah 28x/menit.

49
III. Intervensi keperawatan
Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi
(SLKI) (SIKI)
Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama
berhubungan dengan hipersekresi jalan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen Jalan Napas (I.01011)
napas ditandai dengan pasien mengeluh maka diharapkan bersihan jalan Observasi
sesak, pasien tampak tidak mampu napas meningkat dengan kriteria a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
batuk, pasien tampak tidak mampu hasil : napas).
batuk secara efektif, terdapat sputum Bersihan Jalan Napas b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
berlebih, terdengar suara tambahan Meningkat (L.01001) mengi, wheezing, ronkhi kering)
ronkhi, frekuensi pernapasan berubah - Batuk efektif meningkat c) Monitor sputurn (jumlah, wama, aroma)
28x/menit. - Produksi sputum menurun Terapeutik
a) Posisikan semi-Fowler atau Fower.
- Dispnea menurun
b) Berikan minum hangat
- Frekuensi napas 12 –
c) Lakukan fisioterapi dada.
20x/menit
d) Berikan oksigen

Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi

50
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Latihan Batuk efektif (I.01006)
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok letakan di pangkuan
pasien
c) Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selam 2 detik, kemudian
keluarkan dai mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selam 5 detik
c) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3
kali

51
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi
a) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke 3
b) Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
Intervensi pendukung
Fisioterapi dada (I.01004)
Observasi
a) Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi
b) Identifikasi kontraindikasi fisioterapi dada
c) Monitor status pernapasan
d) Periksa segmen paru yang terdapat sekresi
berlebih
e) Monitor jumlah dan karakter sputum
Terapiutik
a) Posisikan pasien sesuai area paru yang
mengalami penumpukan sekret
b) Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3 – 5 menit

52
c) Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan
rata bersamaan ekspirasi melalui mulut
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
b) Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai
c) Anjurkan inspirasi perlahan dan dalam melalui
hidung selama proses fisioterapi

53
IV. Implementasi keperawatan
No Tgl/ Implementasi Respon Paraf
dx jam
1 Tanggal Memonitor pola napas (frekuensi, DS : Pasien mengeluh sesak
4/5/2021 kedalaman dan usaha napas) DO: Frekuensi napas pasien
Pukul 28x/menit, pernapasan dangkal
09.00 tidak terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan.
Memonitor bunyi napas tambahan DS : Pasien mengeluh masih
sesak
DO : Saat auskultasi paru
terdengar suara tambahan
ronkhi pada kedua lapang paru
- Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan paham
posisi pronasi dengan penjelasan yang
- Menganjurkan pasien pada posisi diberikan
pronasi DO : Pasien mengikuti instruksi
dan pasien tampak nyaman
Pukul Memposisikan semi fowler DS : Pasien mengatakan
11.00 bersedia dalam posisi semi
fowler
DO : Pasien tampak merasa
nyaman
Mengidentifikasi kemampuan batuk DS : Pasien mengatakan dahak
sulit dikeluarkan
DO : Pasien tidam mampu
batuk efektif
Pukul - Mengidentifikasi indikasi DS : Pasien mengatakan tidak
11.10 pemberian fisioterapi dada mampu mengeluarkan sputum
- Mengindektifikasi kontraindikasi yang berlebih dan pasien
pemberian fisioterapi dada bersedia dilakukan fisioterapi
dada

54
DO : Indikasi dilakukannya
fisioterapi dada pada Tn. A
yaitu karena terdapat adanya
secret yang berlebih dalam jalan
napas. Tidak ada kontraindikasi
pada Tn. A
Pukul Melakukan pemeriksaan segmen paru DS :
11.15 yang terdapat sekresi berlebih DO : Saat dilakukan
pemeriksaan perkusi terdengar
suara pekak di kedua lapang
paru
- Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan
fisioterapi dada terdapat dahak yang sulit
- Memposisikan pasien postural dikeluarkan di saluran napas
drainage DO : Pasien mengikuti instruksi
- Melakukan perkusi dengan posisi dan pasien merasa lebih
telapak tangan ditangkupkan selama nyaman
3-5 menit
- Melakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
- Menganjurkan inspirasi perlahan
dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi
- Menganjurkan batuk segera setelah
fisioterapi dada
Pukul Mengajarkan teknik batuk efektif DS : -
11.30 - Menjelaskan tujuan dan prosedur DO : Pasien mengikuti instruksi
batuk efektif.
- Memasang perlak dan bengkok
letakan di pangkuan pasien
- Menganjurkan tarik nasaf dalam

55
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selam 2 detik, kemudian
keluarkan dai mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selam 5 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3

Memonitor sputurn (jumlah, wama, DS : -


aroma) DO : Tampak pengeluaran
sputum sebanyak ± 7 ml,
konsistensi kental dan berwarna
kekuningan
Membuang secret pada tempat sputum DS :
DO : Sputum sudah dibuang
pada tempat sputum
Memberikan minum air hangat DS :
DO : Pasien minum air hangat 1
gelas 200 cc
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan
14.00 mukolitik bersedia minum obat
WITA - Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan
22.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
Tanggal Memonitor intake dan output cairan DS : Pasien mengatakan minum
5/5/2021 air sebanyak 1 ½ liter/hari dan

56
Pukul kencing sebanyak 5x/hari
06.00 DO : Cairan masuk : 1500 ml
Cairan keluar : 700+IWL 650
Pukul - Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan paham
07.00 posisi pronasi dengan penjelasan yang
- Menganjurkan pasien pada posisi diberikan
pronasi (prone position) DO : Pasien mengikuti instruksi
dan pasien merasa lebih
nyaman
Pukul Mengidentifikasi kemampuan batuk DS : Pasien mengatakan belum
09.00 mampu batuk efektif secara
mandiri
DO : Pasien belum mampu
batuk efektif
Pukul Mengatur posisi semi-fowler atau fowler DS : Pasien mengatakan
09.10 bersedia dalam posisi semi
fowler
DO : Pasien tampak merasa
nyaman
- Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan
fisioterapi dada bersedia dilakukan fisioterapi
- Memposisikan pasien postural dada
drainage DO : Pasien mengikuti instruksi
- Melakukan perkusi dengan posisi dan pasien merasa lebih
telapak tangan ditangkupkan selama nyaman
3-5 menit
- Melakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
- Menganjurkan inspirasi perlahan
dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi

57
- Menganjurkan batuk segera setelah
fisioterapi dada
Pukul Melakukan latihan batuk efektif DS : -
09.20 - Menjelaskan tujuan dan prosedur DO : Pasien mengikuti instruksi
batuk efektif.
- Memasang perlak dan bengkok
letakan di pangkuan pasien
- Menganjurkan tarik nasaf dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selam 2 detik, kemudian
keluarkan dai mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selam 5 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3

Monitor sputurn (jumlah, wama, aroma) DS : -


DO : Tampak pengeluaran
sputum sebanyak 5 ml, warna
putih kekuningan dan
konsistensi kental
Membuang secret pada tempat sputum DS :
DO : Sputum sudah dibuang
pada tempat sputum
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan
14.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan

58
22.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
Tanggal Memonitor intake dan output cairan DS : Pasien mengatakan
6/5/2021 minumair sebanyak 2 liter/hari
Pukul dan kencing sebanyak 5x/hari
06.00 DO : Cairan masuk : 2000 ml
Cairan keluar : 900+IWL 650
Pukul. Memonitor pola napas (frekuensi, DS : Pasien mengeluh sesak
09.00 kedalaman dan usaha napas) berkurang
DO: Frekuensi napas pasien
20x/menit
Memonitor bunyi napas tambahan DS : Pasien mengeluh sesak
sudah berkurang
DO : Saat auskultasi paru suara
tambahan ronkhi sudah
berkurang
Pukul Memposisikan semi fowler DS : Pasien mengatakan
09.10 bersedia dalam posisi semi
fowler
DO : Pasien tampak merasa
nyaman
Mengidentifikasi kemampuan batuk DS : Pasien mengatakan sudah
mampu batuk efektif
DO : Pasien sudah mampu
batuk efektif
Pukul - Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : -
09.15 posisi telungkup DO : Pasien mengikuti instruksi
- Menganjurkan pasien pada posisi dan pasien merasa lebih
telungkup (prone position) nyaman
Pukul - Menjelaskan tujuan dan prosedur DS : Pasien mengatakan
11.15 fisioterapi dada bersedia dilakukan fisioterapi

59
- Memposisikan pasien postural dada
drainage DO : Pasien mengikuti instruksi
- Melakukan perkusi dengan posisi dan pasien merasa lebih
telapak tangan ditangkupkan selama nyaman
3-5 menit
- Melakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
- Menganjurkan inspirasi perlahan
dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi
- Menganjurkan batuk segera setelah
fisioterapi dada
Memonitor sputurn (jumlah, wama, DS : -
aroma) DO : Tampak pengeluaran
sputum sebanyak kurang dari 5
ml
Membuang secret pada tempat sputum DS :
DO : Sputum sudah dibuang
pada tempat sputum
Pukul Memberikan minum air hangat DS :
09.30 DO : Pasien minum air hangat 1
gelas 200 cc
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan
14.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat
Pukul Melakukan kolaborasi dalam pemberian DS : Pasien mengatakan
22.00 mukolitik bersedia minum obat
- Asethylsystein 400 mg DO : Pasien tampak minum
obat

60
V. Evaluasi
No Tgl / Catatan Perkembangan Paraf
jam
1 Tanggal S : Pasien mengatakan sesaknya sudah berkurang
7/5/2021 O : Pasien tampak sudah bisa melakukan batuk efektif,
Pukul dyspneu tampak menurun , produksi sputum menurun dan
08.00 frekuensi napas membaik 20x/menit
A: Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

61
Lampiran 3
Standar Operasional Prosedur Posisi Pronasi

Standar Operasional Prosedur Posisi Pronasi

Pengertian Posisi pronasi merupakan merubah posisi klien berbaring


diatas abdomen dengan kepala menoleh ke samping
Tujuan 1. Untuk memperbaiki oksigenasi dan mekanisme
pernapasan yang dapat menyebabkan inflasi alveolar
dan ventilasi
2. Peningkatan volume paru – paru
3. Pengurangan atelectasis pada daerah paru – paru
4. Memfasilitasi peningkatan drainase sekresi
Indikasi 1. Pasien dengan hipoksia
2. Suplementasi oksigen >2 liter permenit untuk
mempertahankan saturasi >92%
3. Tidak ada distress napas berat
4. Kesadaran pasien baik
5. Pasien dapat melakukan posisi pronasi secara mandiri
Kontraindikasi 1. Trauma pada area kepala/leher
2. Instabilitas pada area tulang belakang
3. Riwayat sternotomi
4. Hemoptysis
5. Instabilitas hemodinamik
6. Kehamilan
Persiapan alat 1. Bed/tempat tidur
2. Bantal
3. Gulungan handuk
Persiapan perawat 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
Persiapan klien Klien diberikan edukasi mengenai:
1. Manfaat posisi tengkurap
2. Pentingnya memanggil bantuan jika mengalami
peningkatan sesak napas
3. Kembali ke posisi menghadap ke atas jika mengalami
sesak napas atau ketidaknyamanan
4. Untuk meminimalkan gangguan selama posisi
tengkurap anjurkan pasien menggunakan kamar mandi,
panggil bel dalam jangkauan, telepon atau perangkat
lain yang terdekat, dan manfaatkan musik atau televisi
sebagai pengalih perhatian

Prosedur 1. Cuci tangan


2. Siapkan alat
3. Identifikasi pasien dengan tepat

62
4. Ucapkan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Cuci tangan
7. Gunakan sarung tangan (jika perlu)
8. Atur posisi pasien berbaring terlentang mendatar di
tengah tempat tidur
9. Membantu pasien dalam posisi telungkup
10. Menghadapkan kepala klien di satu sisi, letakkan
bantal kecil di bawah kepala tetapi tidak sampai bahu
11. Meletakkan bantal kecil di bawah perut mulai dari
diafragma sampai krista iliaka
12. Meletakkan bantal di bawah kaki mulai dari lutut
hingga tumit
13. Mencuci tangan
14. Evaluasi respon pasien
15. Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil
Evaluasi 1. Kaji respon verbal pasien setelah melakukan latihan
2. Kaji respon non verbal pasien setelah melakukan
latihan
Terminasi 1. Berikan reinforcement positif pada pasien setelah
melakukan latihan
2. Kontrak waktu untuk latihan selanjutnya

63

Anda mungkin juga menyukai