Anda di halaman 1dari 92

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS YANG DIBERIKAN


AROMATERAPI KOMBINASI MENGGUNAKAN
METODE 10:10 DI UPTD PUSKESMAS
TEGALLALANG I
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

MADE SANTIKA DEWI, S. KEP

PEMINATAN ANAK DI RUANG POLI UMUM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS YANG DIBERIKAN
AROMATERAPI KOMBINASI MENGGUNAKAN
METODE 10:10 DI UPTD PUSKESMAS
TEGALLALANG I

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali

MADE SANTIKA DEWI, S.KEP


C2220138

PEMINATAN ANAK DI RUANG POLI UMUM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Made Santika Dewi, S.Kep

Nim : C2220138

Tanda Tangan :

Tanggal : 3 Februari 2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA DENGAN


KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS YANG DIBERIKAN
AROMATERAPI KOMBINASI MENGGUNAKAN
METODE 10:10 DI UPTD PUSKESMAS
TEGALLALANG I

Diajukan Oleh:

MADE SANTIKA DEWI, S.KEP


NIM. C2220138

Mangupura, 3 Februari 2021

Telah disetujui dosen pembimbing

Pembimbing
Mengetahui,
Program Studi Profesi Ners
Ketua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S. Kep.,M.Kep Ns. Ni Made Ari Sukmandari, S.Kep.,M.Kes
NIDN: 0821058603 NIDN:0812108702

iii
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA DENGAN


KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS YANG DIBERIKAN
AROMATERAPI KOMBINASI MENGGUNAKAN
METODE 10:10 DI UPTD PUSKESMAS
TEGALLALANG I
Tanggal : 19 Februari 2021

Diajukan Oleh:

MADE SANTIKA DEWI, S.KEP


NIM. C2220138

Disahkan oleh Tim Penguji terdiri dari

Penguji I Penguji II

Ns. Ida Ayu Agung Laksmi, S.Kep.,M.Kep Ns. Ni Made Ari Sukmandari, S.Kep.,M.Kes
NIDN: 0801019002 NIDN: 0812108702

Mengetahui,
Program Studi Profesi Ners
Ketua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S. Kep.,M.Kep


NIDN: 0821058603

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI PROGRAM STUDI NERS

Karya Ilmiah Akhir Ners, Februari 2021

Made Santika Dewi, S.Kep

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Dengan Ketidakefektifan Pola


Nafas Yang Diberikan Aromaterapi Kombinasi Menggunakan Metode 10:10 Di
UPTD Puskesmas Tegallalang I

Xv + 68 + 7 tabel + 1 gambar + 1 skema + 6 lampiran

ABSTRAK

Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik inflamasi pada jalan


nafas yang ditandai dengan gejala khas seperti mengi, sesak nafas, dan batuk.
Permasalahan yang kerap muncul pada penderita asma yaitu ketidakefektifan pola
nafas yang ditandai dengan sesak nafas dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Ketidakefektifan pola nafas pada asma umum terjadi pada anak-anak dibawah
empat belas tahun, dan hal tersebut menjadi penyebab hospitalisasi pada anak-
anak diseluruh dunia. Karya ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas
pemberian aromaterapi kombinasi menggunakan metode 10:10 dalam mengatasi
ketidakefektifkan pola nafas pada pasien asma di UPTD Puskesmas Tegallalang I.
Intervensi yang dilakukan selain pemberian terapi farmakologi, juga didampingi
terapi non farmakologi dengan pemberian aromaterapi kombinasi 10:10
menggunakan eucalyptus essential oil dan peppermint essential oil, yang
diberikan selama 20-30 menit, dalam 3x kunjungan. Berdasarkan hasil evaluasi
menunjukkan bahwa pemberian aromaterapi kombinasi 10:10 menggunakan
eucalyptus essential oil dan peppermint essential oil terbukti dapat mengatasi
masalah ketidakefektifan pola nafas pada pasien asma bronkhial. Dengan hasil
obsevarvasi yang semula frekuensi nafas pasien 40x/menit menjadi 25x/menit,
SPO2 90% menjadi 96% , irama nafas teratur, kedalaman nafas normal dan tidak
ada penggunaan otot bantu nafas. Selain itu pasien juga nampak lebih tenang.

Kata Kunci : Asma Bronkhial, Ketidakefektifan Pola Nafas, Aromaterapi


Kombinasi 10:10 menggunakan eucalyptus essential oil dan
peppermint essential oil.

Daftar Pustaka : 27 (2011-2020)

v
HEALTH ISTITUTION
BINA USADA BALI NERS PROGRAM

Scientific paper, February 2021

Made Santika Dewi, S.Kep

Analysis Of Nursing Care In Patients Asthma With Ineffective Breathing Patterns,


Were Given Combination Aromatherapy With The 10:10 Method In The UPTD
Puskesmas Tegalalang 1

Xv + 68 + 7 tables + 1 picture + 1 schemes + 6 appendices

ABSTRACT

Asthma is a heterogeneous disease characterized by inflammation of the airway with


symptoms of wheezing, shortness of breath, and cough which vary in intensity with
variable expiratory airflow restriction. The problem that often occurs in people with
asthma is the ineffective breathing pattern characterized by shortness of breath and the
use of breathing muscles. Ineffective breathing patterns in asthma are common in
children under fourteen years of age, and it is a cause of hospitalization in children
around the world. This scientific work was conducted to determine the effectiveness
of combination aromatherapy using the 10:10 method in overcoming the ineffective
breathing patterns in asthma patients at Tegallalang I Health Center. eucalyptus
essential oil and peppermint essential oil, given for 20-30 minutes, in 3 visits. Based
on the results of the evaluation, it shows that giving a 10:10 combination of
aromatherapy using eucalyptus essential oil and peppermint essential oil has been
proven to be able to overcome the problem of ineffective breathing patterns in
bronchial asthma patients. With the results of the observation, the patient's breathing
frequency was initially 40x/minute to 25x/minute, SPO2 90% to 96%, regular
breathing rhythm, normal breathing depth and no use of the auxiliary muscles. In
addition, the patient also appears calmer.

Keywords : Bronchial Asthma, Ineffective Breath Patterns, Combination


Aromatherapy 10:10 using eucalyptus essential oil and peppermint
essential oil.

Literature : 27 (2011-2020)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

akhir ners yang berjudul “ Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma

Dengan Ketidakefektifan Pola Nafas Yang Diberikan Aromaterapi Kombinasi

Menggunakan Metode 10:10 Di UPTD Puskesmas Tegallalang I”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

mendukung dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah akhir ners dan

pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Dr. Ir I Putu Santika, MM, selaku Ketua STIKES Bina Usada Bali yang telah

memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di STIKES Bina Usada Bali.

2. dr. I Wayan Gede Wirawan, selaku Kepala UPTD Puskesmas Tegallalang 1,

yang telah berkenan memberikan izin untuk menjalani praktek dan melakukan

penelitian akhir ners di wilayah kerjanya.

3. Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi

Ners STIKES Bina Usada Bali yang telah memberikan arahan dalam

pembuatan karya ilmiah akhir ners ini.

4. Ns. Ni Made Ari Sukmandari, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing yang telah

memberikan saran serta masukan dalam pembuatan karya ilmiah ini.

vii
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan

kritik yang membangun. Akhirnya, semoga karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Mangupura, Februari 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR SKEMA..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 3

C. Tujuan Karya Ilmiah ................................................................ 4

1. Tujuan Umum ...................................................................... 4

2. Tujuan Khusus ..................................................................... 4

D. Manfaat Karya Ilmiah .............................................................. 4

ix
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit ............................................................ 6

1. Definisi ................................................................................ 6

2. Anatomi Fisiologi ............................................................... 7

3. Etiologi ................................................................................ 10

4. Klasifikasi ........................................................................... 10

5. Manifestasi Klinis ............................................................... 11

6. Patofisiologi ........................................................................ 12

7. Pathway ............................................................................... 13

8. Komplikasi .......................................................................... 14

9. Pemeriksaan Penunjang ...................................................... 15

10. Penatalaksanaan ................................................................ 15

B. Tindakan Penatalaksanaan yang dipilih .................................. 16

1. Definisi ............................................................................... 16

2. Tujuan ................................................................................ 16

3. Prinsip pelaksanaan ............................................................. 17

4. Prosedur Penggunaan .......................................................... 17

C. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori ............................... 19

1. Pengkajian ........................................................................... 19

2. Diagnosa Keperawatan........................................................ 20

3. Intervensi Keperawatan ....................................................... 21

4. Implementasi Keperawatan ................................................. 30

5. Evaluasi ............................................................................... 30

x
BAB III: LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Profil Lahan Praktik............................................................... 31

B. Ringkasan Asuhan Keperawatan ............................................ 36

1. Pengkajian ........................................................................... 36

2. Analisis Data ....................................................................... 40

3. Diagnosa Keperawatan........................................................ 45

3. Intervensi Keperawatan ....................................................... 47

4. Implementasi Keperawatan ................................................. 52

5. Evaluasi ............................................................................... 53

BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Pasien .................................................. 56

B. Analisis Masalah Keperawatan ............................................... 58

C. Analisis Intervensi .................................................................. 59

D. Analisis Implementasi ............................................................ 61

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................. 65

B. Saran ........................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Asma Bronkial.................................................... 10

Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Aromaterapi Kombinasi ................... 18

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Teoritis ........................................... 21

Tabel 3.1 Analisa Data ......................................................................... 40

Tabel 3.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 45

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan ........................................................ 47

Tabel 3.4 Evaluasi ................................................................................ 53

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Paru-Paru ...............................................................9

xiii
xi

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway Asma Bronkhial ........................................................... 13

xiv
i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Studi Pendahuluan Penelitian Dari Stikes Bina Usada Bali

Lampiran 2 : Surat Ijin Penelitian Dari Stikes Bina Usada Bali

Lampiran 3 : SOP Pemberian Aromaterapi Kombinasi Metode 10:10

Lampiran 4 : Jurnal Pengaruh Terapi Inhalasi Uap Dengan Aromaterapi

Eucalyptus Dengan Dalam Mengurangi Sesak Nafas Pada

Pasien Asma Bronkial Di Desa Dersalam Kecamatan Bae

Kudus.

Lampiran 5 : Jurnal Aromaterapi Peppermint Terhadap Masalah

Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Anak

Dengan Bronkopneumonia.

Lampiran 6 : Lembar Bimbingan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik inflamasi

pada jalan nafas (GINA, 2017). Permasalahan yang kerap muncul pada

penderita asma yaitu ketidakefektifan pola nafas yang ditandai dengan sesak

nafas dan penggunaan otot bantu pernafasan. Ketidakefektifan pola nafas

adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat,

(Keliat dkk, 2015). Ketidakefektifan pola nafas menjadi masalah utama dan

merupakan hal umum terjadi pada anak-anak dibawah empat belas tahun.

Estimasi di dunia sebesar 6 juta anak mengidap asma dengan

masalah pola nafas, hal tersebut menjadi penyebab hospitalisasi pada anak-

anak, (United States Environtmental Protection Agency, 2016). Data dari

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2018) prevalensi kejadian

asma di Indonesia yang tertinggi adalah Provinsi DIY Yogyakarta sebesar

4,6% dan Provinsi Bali menempati posisi ketiga sebesar 3,8%, (Infodatin,

2019). Kejadian asma dengan kategori anak-anak usia 5-14 tahun sebesar

1,9% dan usia 14-25 tahun sebesar 2,2%, proporsi kekambuhan asma dengan

ketidakefektifan pola nafas yakni sesak nafas yang terjadi pada anak usia 5-14

tahun sebesar 50,1%, (Riskesdas, 2018).

1
2

Prevalensi ketidakefektifan pola nafas dalam kasus asma pada anak-

anak di Provinsi Bali melalui hasil Riskesdas, (2013) mencapai 3,9 juta.

Kabupaten Gianyar menempati urutan ke empat di Bali dengan presentase

sebesar 3,79% dan sebagian besar adalah anak-anak usia 1-10 tahun

(Riskesdas, 2018). Adapun data hasil survei yang dilakukan di UPTD

Puskesmas Tegallalang I pasien yang menderita asma dengan

ketidakefektifan pola nafas pada tahun 2018 terdapat 467 kasus, tahun 2019

tercatat sebanyak 340 kasus, dan hasil survei kejadian asma pada tahun 2020

dari bulan Januari sampai dengan bulan Oktober tercatat ada 351 kasus

sebagian besar adalah anak-anak usia 8-14 tahun.

Penderita biasanya merasakan sesak nafas, adanya otot bantu nafas,

dan suara wheezing di paru-paru. Ketidakefektifan pola nafas dapat diatasi

dengan beberapa cara yaitu: teknik pernafasan, akupuntur, terapi tertawa, dan

aromaterapi. Penggunaan aromaterapi diperkenalkan sebagai metode terapi

yang paling sederhana dan cepat. Pengaruh aromaterapi untuk

mengefektifkan pola nafas memberikan dampak langsung terhadap indra

penciuman dengan cepat (olfaction) dan meneruskannya pada pusat emosi di

otak (sistem limbik) yang mengatur pernafasan. Molekul aromatik akan

diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan saat terjadi pertukaran

gas di dalam alveoli, sehingga menenangkan otot dan saraf dalam sistem

pernafasan sehingga meredakan gejala pernafasan seperti sesak nafas dan

mengurangi inflamasi.
3

Penelitian yang dilakukan oleh Pramudaningsih & Afriani, (2019)

mengenai pengaruh pemberian terapi inhalasi uap dengan aromaterapi

Eucalyptus dalam mengurangi sesak nafas pada pasien asma bronkhial

memberikan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian

aromaterapi eucalyptus terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma

bronkhial. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Furaida (2020)

mengenai perbedaan derajat sesak nafas sebelum dan sesudah diberikan terapi

inhalasi daun mint pada pasien asma rawat jalan dan hasilnya menunjukkan

ada perbedaan yang signifikan.

Pengkajian yang telah dilakukan perawat selama 30 menit di UPTD

Puskesmas Tegallalang I pada tanggal 20 November 2020, perawat

menemukan pasien anak-anak usia 12 tahun datang dengan keluhan utama

sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat. Berdasarkan latar

belakang di atas maka perawat tertarik untuk menganalisis lebih lanjut

mengenai “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Ketidakefektifan Pola Nafas Yang Diberikan Aromaterapi Kombinasi

Menggunakan Metode 10:10”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis mengangkat rumusan masalah “Apakah

pemberian aromaterapi kombinasi menggunakan metode 10:10 efektif dalam

mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas?”.


4

C. Tujuan Karya Ilmiah

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pemberian aromaterapi kombinasi

menggunakan metode 10:10 dalam mengatasi ketidakefektifkan pola nafas

pada pasien asma di UPTD Puskesmas Tegallalang I.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji, menganalisis dan memaparkan karakteristik pasien di ruang

poli umum UPTD Puskesmas Tegallalang 1

b. Mengkaji dan menganalisis keluhan yang dialami pasien di ruang poli

umum UPTD Puskesmas Tegallalang 1

c. Menentukan dan menganalisis diagnosa dari keluhan yang dialami

pasien di UPTD Puskesmas Tegallalang 1

d. Menentukan dan menganalisis rencana tindakan asuhan keperawatan

untuk mengatasi masalah yang dialami pasien di UPTD Puskesmas

Tegallalang 1

e. Menganalisis rencana tindakan yang telah di implementasikan untuk

mengatasi masalah yang dialami pasien

D. Manfaat Karya Ilmiah

1. Pelayanan Keperawatan

Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan

pemberian aromaterapi kombinasi menggunakan metode 10:10 untuk

mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas.


5

2. Masyarakat

Karya ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum,

tentang manfaat pemberian aromaterapi kombinasi menggunakan metode

10:10 untuk mengefektifkan pola nafas, sehingga dapat dipraktekkan

dirumah.

3. Institusi Pendidikan

Menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan agar mahasiswa STIKES

Bina Usada Bali khususnya program Studi Profesi Ners mengetahui

efektifitas pemberian aromaterapi kombinasi menggunakan metode 10:10

untuk mengefektifkan pola nafas.

4. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil karya ilmiah ini menjadi suatu langkah pengembangan ilmu

keperawatan khususnya dalam perawatan pasien asma bronkhial dengan

ketidakefektifan pola nafas, serta dijadikan literatur penelitian kesehatan

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Asma adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan

serangan sesak nafas dan mengi berulang, yang bervariasi dalam tingkat

keparahan dan frekuensi yang berbeda-beda. Gejala dapat terjadi

beberapa kali dalam sehari atau seminggu pada penderita, dan bagi

sebagian orang menjadi lebih buruk selama aktivitas fisik atau dimalam

hari. Saat asma terjadi, lapisan tabung bronkial membengkak dan

menyempit sehingga mengurangi aliran udara masuk dan keluar paru-

paru, (Infodatin, 2019).

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan. Bersifat berulang dan diantar dengan episode

penyempitan bronkus tersebut terhadap keadaan ventilasi yang lebih

normal, (Nurarif, A.H., & Kusuma, 2015).

Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan gejala

yang khas seperti mengi, sesak nafas, sesak pada dada dan batuk yang

intensitasnya bervariasi dari waktu ke waktu, bersamaan dengan variable

pembatasan aliran udara ekspiratori, (GINA, 2016).

6
7

2. Anatomi Fisiologi

Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2)

dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentransfer karbon

dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.

Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan

berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh, melawan

benda asing dan pengaturan hormonal tekanan darah. Udara biasa

mengandung kurang lebih 20% oksigen dan 0,04% karbon dioksida.

Pernafasan dibagi menjadi dua, yaitu pernafasan interna (atau pernafasan

jaringan) dan pernafasan eksterna (atau pernafasan paru-paru). Pada

pernafasan interna, oksigen yang termuat di dalam darah digunakan

untuk metabolisme jaringan, sedangkan pada pernafasan eksterna

pertukaran gas terjadi secara difusi. Oksigen masuk kedalam darah

kemudian berikatan dengan hemoglobin. Karbon dioksida dan uap keluar

dari darah dan masuk ke alveolus sampai akhirnya dilepaskan keluar.

Berikut organ yang berperan dalam sistem pernafasan;

a. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung

(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk

menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang

hidung.

b. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di

belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher
8

Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan

dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut,

ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang

lubang esofagus).

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan

bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring

sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di

bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang

tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang -

tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan

menutupi laring.

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang

dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang

rawan yang berbentuk seperti huruf C, sebelah dalam diliputi oleh

selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya

bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang

terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada

2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.

Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-

paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus

kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih

panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin

mempunyai 2 cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus.


9

f. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang terdiri dari gelembung

(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-

sel epitel dan endotel, luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada

lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan

CO2 dikeluarkan dari darah. Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru

kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media,

dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus

superior dan lobus inferior. Letak paru-paru di rongga dada atau

kavum mediastinum. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-

paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi

menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral yaitu selaput paru yang

langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput

yang melapisi rongga dada sebelah luar. Keadaan normal paru-paru

dapat berkembang kempis dan terdapat sedikit cairan (eksudat) yang

berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan

gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan

bernapas, (Saputra & Dwisang, 2012).

Gambar 2.1: Anatomi Paru-paru


Sumber: Hadiarto, (2015)
10

3. Etiologi/Predisposisi

a. Asma ektrinsik/alergi

Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui semenjak anak-

anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang

dan debu.

b. Asma intrinsik/idiopatik

Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yan jelas, tetapi adanya

faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik, atau emosi sering

memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia

40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobronchial.

c. Asma campuran

Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ektrinsik dan

instrinsik, (Wijaya & Putri, 2013).

4. Klasifikasi

Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2016 penggolongan

asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

Tabel 2.1: Klasifikasi Asma Bronkial

Derajat asma Karakteristik Faal paru

Asma Gejala kurang dari a. FEV 1 atau PEV > 80%


Intermiten seminggu, serangan b. PEF atau FEV 1
(asma jarang) singkat, gejala pada variabilitas 20% – 30%
malam hari < 2 kali
dalam sebulan
Asma mild Gejala lebih dari sekali a. FEV 1 atau PEV > 80%
persistent seminggu, serangan b. PEF atau FEV 1
(asma persisten mengganggu aktivitas variabilitas < 20% –
ringan) dan tidur, gejala pada 30%
malam hari > 2 kali
sebulan
Asma Asma moderate a. FEV 1 tau PEV 60% –
moderate persistent (asma 80%
11

persistent persisten sedang) b. PEF atau FEV 1


(asma persisten variabilitas > 30%
sedang)
Asma severe Gejala setiap hari, a. FEV 1 atau PEF = 60%
persistent serangan terus menerus b. PEF atau FEV
(asma persisten gejala pada malam hari variabilitas > 30%
berat) setiap hari, terjadi
pembatasan aktivitas
fisik

5. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala

Tiga gejala umum asma terdiri atas:

a. Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamin dan

leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga saluran

nafas menjadi sempit.

b. Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi

atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.

c. Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat

penyempitan bronkus.

d. Gambaran klinis pasien yang menderita asma

1) Gambaran objektif: Sesak nafas parah dengan ekspirasi

memanjang disertai wheezing, dapat disertai dengan sputum

kental dan sulit dikeluarkan, bernafas dengan menggunakan otot-

otot nafas tambahan, sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus

paradoksus, fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing

(di afek dan hilus)

2) Gambaran subjektif adalah pasien mengeluhkan sukar bernafas,

sesak dan anoreksia.


12

3) Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung

dan kurang pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya,

(Wijaya & Putri, 2013).

6. Patofisiologi

Asma adalah obstruksi jalan nafas difusi reversibel. Obstruksi

disebabkan oleh satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi

bronki, yang menyempitkan jalan napas, atau pembengkakan membran

yang melapisi bronkhi, dan pengisian bronki dengan mukus yang kental.

Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar

menghasilkan sputum yang kental, alveoli menjadi hiperinflasi, dengan

udara terperangkap di dalam jaringan paru.

Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun. Antibodi

yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.

Pemajanan ulang terhadap antigen dengan antibodi, menyebabkan

pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,

bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang

bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator memengaruhi otot polos

dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan

membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

Pada asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan

napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,

emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.

Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi

juga merangsang pembentukan mediator kimiawi. Individu dengan asma

dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons parasimpatis,

(Wijaya & Putri, 2013)


13

7. Pathway
Skema 2.1 Pathway Asma Bronkial

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik


(Polusi, Alergen,
(Genetik, Stress, Infeksi) Lingkungan)

Penurunan Stimuli
Mukus Bronkhial Menjadi
Reseptor Terhadap Iritan
Sensitif Oleh Ig E
Pada Trakeobronkhial

Peningkatan Mast Cell Pada Hiperaktif Non Spesifik


Trakeobronkhial Stimuli Penggerak Dari
Pelepasan Histamin Terjadi Mast Cell
Stimulasi Pada Bronkhial
Stimulasi Reflek Reseptor Smooth Sehingga Terjadi
Saraf Parasimpatis Pada Kontraksi Bronkus Merangsang Reflek
Mukosa Bronkhial Reseptor Trakeobronkhial

Peningkatan Permiabilits
Vaskuler Akibat Kebocoran Stimuli Bronkhial Smooth
Protein dan cairan Dalam dan Kontraksi Otot
Jaringan Bronkhiolus

Perubahan Jaringan,
Peningkatan Ig E Dalam
Serum

Bronkospasme Respon Dinding Bronkus


Menyebabkan Udema Pada
Mukosa

Wheezhing Bronkus Mengalami Hipersekresi Mukosa


Penyempitan

Ventilasi Menjadi Penumpukan Sekret


Ketidakefektifan Terganggu
Pola Nafas

Hipoksemia Sekret Tidak Keluar


Hambatan
Pertukaran Gas
Timbul Rasa Takut dan Batuk Tidak Efektif
Cemas

Intoleransi Aktivitas
Ansietas Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas

Sumber: Nurarif & Kusuma, (2015)


14

8. Komplikasi

a. Pneumothoraks: keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang

dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat

menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan

kegagalan napas.

b. Pneumomediastinum: dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah

suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. kondisi ini dapat

disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke

udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga

dada.

c. Atelektasis: pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

d. Aspergilosis: penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan

tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini

juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya

pada otak dan mata.

e. Gagal napas: terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida

dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan

pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.

f. Bronkhitis: atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan

bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil

(bronkhiolis) mengalami bengkak, peningkatan produksi lendir

(dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang

untuk mengeluarkan lendir yang berlebihan, (Padila, 2015).


15

9. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

a. Spirometri: dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator

(nebulizer/inhaler)

b. Uji provokasi bronkus

c. Pemeriksaan sputum: eosinofil meningkat

d. Pemeriksaan cosinofit

e. Pemeriksaan test kulit: untuk mencari alergen yang menimbulkan

reaksi positif pada asma

f. Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik pada sputum

g. Foto thorak untuk melihat pembengkakan atau penyempitan dan

mencari adanya sumbatan pada bronkus

h. Analisa gas darah untuk mencari tau terjadinya hipoksemia dan

hipokapnia, (Padila, 2015).

10. Penatalaksanaan

Menurut Wijaya & Putri, (2013) penatalaksanaan pada pasien asma dibagi

atas dua jenis:

a. Non farmakalogi:

1) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma

2) Mencegah kekambuhan

3) Mengupayakan fungsi paru-paru yang senormal mungkin serta

mempertahankannya

4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk

exercises

5) Menghindari efek samping obat asma

6) Mencegah obtruksi jalan nafas yang ireversibel

b. Farmakologi:
16

1) Bronkodilator: Adrenalin, epedrin, terbutalin, fenotirol

2) Antikolinergik: Iptropiem bromide (atrovont)

3) Kortikosteroid: Prednisone, hidrokortison, orodexon

4) Mukolitik: BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum

air putih

B. Tindakan Pelaksaan yang di Pilih

1. Definisi

Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan

bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang

berbau harum dan enak. Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan

dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan

untuk menenangkan, penyembuhan dengan sifat terapiutik dari minyak

astiri, (Craig Hospital, 2013).

Aromaterapi adalah teknik pengobatan dengan aroma minyak

esensial dari proses penyulingan berbagai tanaman, bunga maupun pohon

yang masing-masing mengandung sifat terapi yang berbeda, (Ohayon

dkk, 2015).

Aromaterapi dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan

terkendali esensial tanaman untuk tujuan terapiutik, (Posadzki dkk, 2012).

2. Tujuan

a. Mengurangi stress

b. Mengurangi kecemasan

c. Memberikan rasa nyaman dan relaksasi

d. Meringankan nyeri

e. Meningkatkan kekebalan tubuh


17

f. Mempengaruhi kerja jantung

g. Menyembuhkan infeksi

h. Melegakan pernafasan/melonggarkan pernafasan

i. Sebagai mukolitik, (Cahyasari, 2015).

3. Prinsip Pelaksanaan

a. Duduk dengan posisi tegak ataupun setengan duduk (semi fowler)

b. Bernafas normal

c. Cek tanda-tanda vital sebelum dan sesudah terapi

d. Diberikan aromaterapi 10 menit lalu istirahat lagi selama 10 menit,

selanjutnya diberikan kembali aroma terapi yang berbeda selama 10

menit

4. Prosedur pelaksanaan

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang penulis gunakan dalam

karya ilmiah ini diambil dan dimodifikasi dari SOP yang digunakan oleh

Fatimah, (2018) dalam karya ilmiahnya. Penulis memodifikasi kembali

SOP tersebut, dengan menyesuaikan keluhan, lama pemberian dan bahan

yang digunakan oleh penulis dalam karya ilmiah ini.


18

Tabel 2.2: Prosedur Pelaksanaan Aromaterapi Kombinasi


dengan Metode 10:10

Fase Tindakan

Fase Pra 1. Melihat Catatan Keperawatan medis


Interaksi 2. Menyiapkan alat:
a. Alat diffuser
b. Aromaterapi eucalyptus essential oil dan peppermint essential oil
c. Sarung tangan
d. Handsanitizer
3. Mencuci tangan
Tahap 4. Beri salam, panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri
Orientasi 5. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/ keluarga
Tahap Kerja 6. Ciptakan lingkungan yang rileks dan tenang
7. Menjaga privasi pasien
8. Atur posisi pasien dengan posisi duduk/ dengan posisi tegak/setengah duduk
9. Cuci tangan dengan handsanitizer dan gunakan sarung tangan
10. Cek tanda-tanda vital
11. Nyalakan alat diffuser, teteskan 4 tetes aromaterapi eucalyptus essential oil
12. Anjurkan pasien untuk menghirup aromaterapi eucalyptus essential oil
selama 10 menit.
13. Anjurkan klien beristirahat selama 10 menit
14. Nyalakan Kembali diffuser, teteskan 3 tetes aromaterapi peppermint
essential oil
15. Anjurkan pasien menghirup aroma terapi peppermint essential oil selama 10
menit
16. Rapikan pasien dan atur kembali posisi pasien
17. Rapikan alat
18. Cek tanda-tanda vital kembali
19. Melepas sarung tangan
20. Menggunakan handsanitizer
Fase 21. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
Teriminasi 22. Beri reinforcement positif pada pasien
23. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu dan tempat)
24. Mencuci tangan
Fase 25. Catat hasil kegiatan dalam catatan keperawatan
Dokumentasi
19

C. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

1. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat kesehatan sekarang: pasien biasanya mengeluhkan sesak,

dada terasa berat, disertai batuk-batuk, kelelahan dan terdengar suara

nafas mengi atau wheezing.

c. Riwayat kesehatan dahulu: pernah dirawat dengan penyakit asma,

menderita kelelahan atau memiliki gangguan paru lainnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga: riwayat keluarga dengan asma,

menderita penyakit paru lainnya atau penyakit alergi lainnya.

e. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan Fisik Head to toe

a) Pemeriksaan pada kulit, rambut dan kuku: Adanya sianosis

pada kuku atau ujung jari. Atau kulit tampak kebiruan akibat

kadar oksigen yang kurang dalam aliran perifer.

b) Pemeriksaan mata: Penderita kadang mengeluh mata

berkunang-kunang, akibat kadar oksigen yang kurang dalam

aliran darah ke serebral atau perifer.

c) Pemeriksaan mulut: Mulut pasien biasanya tampak kebiruan

pada saat serangan asma terjadi mengakibatkan sianosis

d) Pemeriksaan dada:

I: Tampak sesak, kesulitan bernafas, nafas cepat disertai

tarikan cuping hidung, pasien juga tampak berkeringat

dingin.

P: Terdapat retraksi dinding dada dan penggunaan otot

bantu nafas, terdapat nyeri pada dada, akibat kelelahan

otot-otot bantu pernafasan, biasanya terdapat getaran


20

yang tidak sama atau tidak normal pada pemeriksaan

taktil fremitus pada salah satu lobus paru jika produksi

sputum berlebih.

P: Pada perkusi biasanya ditemukan suara yang lebih redup

pada salah satu atau lebih lobus paru akibat dari

pembentukan dan penumpukan sputum

A: Pada saat auskultasi terdengar suara nafas tambahan

seperti wheezing pada salah satu atau seluruh lobus paru,

akibat adanya penyempitan pada jalan nafas

e) Ekstremitas: Biasanya pasien mengeluhkan kelelahan, dan

ektremitas pasien biasanya teraba dingin atau tampak

kebiruan akibat dari kadar oksigen ke perifer berkurang.

2) Pemeriksaan vital sign: Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi

pernafasan, dan suhu, disertai pemantauan saturasi oksigen.

3) Pemeriksaan laboraturium meliputi darah lengkap, serta analisa

gas darah.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus

berlebihan, sekresi yang tertahan

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

c. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi dan perfusi

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

e. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini (Keliat

dkk, 2015).
21

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3: Intervensi Keperawatan Berdasarkan Teori

No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)


1 Ketidakefektifan bersihan 1. NOC Label: Status Pernafasan: Kepatenan Jalan 1. NIC Label: Manajemen Jalan Nafas
jalan nafas berhubungan Nafas Aktivitas-aktivitas:
dengan mukus berlebih, Definisi: Saluran trakeobronkial yang terbuka dan a. Monitor tanda-tanda vital, dan status pernafasan
sekresi yang tertahan lancar untuk pertukaran udara b. Atur posisi pasien untuk memaksimalkan
Indikator: ventilasi
Definisi: Ketidakmampuan a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari c. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
membersihkan sekresi atau kisaran normal (skala 5) d. Lakukan penyedotan lendir endotrakea atau
obstruksi dari saluran napas b. Kedalaman inspirasi tidak ada deviasi dari nasotrakea bila diperlukan
untuk mempertahankan kisaran normal (skala 5) e. Berikan minuman hangat untuk melegakan
bersihan jalan nafas. c. Kemampuan untuk mengeluarkan secret tidak pernafasan
ada deviasi dari kisaran normal (skala 5) f. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam,
d. Suara nafas tambahan tidak ada (skala 5) dan ajarkan tehnik batuk efektif
e. Akumulasi sputum tidak ada (skala 5) g. Kolaborasi pemberian bronkodilator, resep
f. Batuk tidak ada (skala 5) inhaler/aromaterapi dan pengobatan aerosol.
22

2. NOC Label: Kontrol Gejala 2. NIC Label: Manajemen Alergi


Definisi: Tindakan seseorang untuk mengurangi Aktivitas-aktivitas
perubahan fungsi fisik dan emosi yang a. Identifikasi alergi yang diketahui dan reaksi
dirasakan yang tidak biasa
Indikator: b. Monitor pasien terhadap reaksi alergi dan
a. Memantau munculnya gejala secara konsisten pengobatan
ditunjukkan (skala 5) c. Bantu pasien untuk melakukan tes alergi
b. Memantau keparahan gejala secara konsisten sebagaimana mestinya
ditunjukkan (skala 5) d. Intruksikan pasien untuk mencegah situasi
c. Memantau frekuensi gejala secara konsisten yang menimbulkan reaksi alergi
ditunjukkan (skala 5) e. Diskusikan bersama pasien dan keluarga
d. Melakukan tindakan pencegahan secara metode untuk mengontrol alergen dari
konsisten ditunjukkan (skala 5) lingkungan
e. Melakukan tindakan untuk mengurangi gejala f. Kolaborasikan obat-obatan untuk mengurangi
secara konsisten ditujukkan (skala 5) atau meminimalkan respon alergi atau
f. Mendapatkan perawatan kesehatan ketika gejala pemberian injeksi anti alergi bila diperlukan
muncul secara konsisten ditunjukkan (skala 5)
g. Melaporkan gejala yang dapat dikontrol secara
konsisten ditunjukkan (skala 5)
23

2 Ketidakefektifan pola nafas 1. NOC Label: Status Pernafasan: Ventilasi 1. NIC Label: Monitor Pernafasan
berhubungan dengan Definisi: Keluar masuknya udara dari dan ke dalam Aktivitas-aktivitas
hiperventilasi paru a. Monitor kecepatan, irama, kedalam, dan
Indikator: adanya tanda kesulitan bernafas
Definisi: Inspirasi dan atau a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari b. Monitor adanya suara nafas tambahan
ekspirasi yang tidak kisaran normal (skala 5) c. Monitor saturasi oksigen sesuai dengan
memberi ventilasi adekuat b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran protokol yang ada
normal (skala 5) d. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu,
c. Kedalaman inspirasi tidak ada deviasi dari hiperventilasi, pernafasan kusmaul,)
kisaran normal (skala 5) e. Pasang sensor atau alat pemantauan oksigen
d. Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari non invasi sesuai prosedur yang ada
kisaran normal (skala 5) f. Auskultasi suara nafas dan catat keberadaan
e. Volume tidal tidak ada deviasi dari kisaran suara nafas tambahan
normal (skala 5) g. Berikan minuman hangat untuk melegakan
f. Penggunaan otot bantu nafas tidak ada (skala 5) pernafasan
g. Retraksi dinding dada tidak ada (skala 5) h. Diskusikan keluhan sesak termasuk kegiatan
h. Dispnea saat istirahat dan beraktivitas tidak ada yang meningkatkan atau memperburuk sesak
(skala 5) nafas
i. Taktil fremitus tidak ada (skala 5) i. Kolaborasikan pemeriksaan foto thorak
24

2. NOC Label: Manajemen Diri: Asma


Definisi: Tindakan seseorang untuk mengelola 2. NIC Label: Manajemen Asma
asma, pengobatannya dan untuk Aktivitas-aktivitas:
mencegah komplikasi a. Identifikasi status dasar pernafasan sebagai
Indikator: titik pembanding
a. Menggambarkan faktor penyebab secara b. Monitor reaksi asma
konsisten ditunjukkan (skala 5) c. Berikan posisi semifowler untuk
b. Mengenali pemicu asma secara konsisten memaksimalkan pernafasan
ditunjukkan (Skala 5) d. Tawarkan minuman hangat untuk melegakan
c. Melakukan modifikasi lingkungan yang tepat pernafasan
(skala 5) e. Ajarkan tehnik relaksasi nafas
d. Tidur nyenyak tanpa batuk dan suara wheezing f. Diskusikan penggunaan fasilitas kesehatan
(skala 5) terdekat atau sumber yang ada jika terjadi
e. Menggunakan inhaler dan nebulizer dengan serangan akut atau muncul gejala yang
tepat (skala 5) berbahaya
f. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol secara g. Kolaborasikan peresepan pemberian inaler,
konsisten ditujukkan (skala 5) aromaterapi dan obat-obatan yang meringakan
g. Melaporkan pengontrolan asma secara konsisten gejala
ditunjukkan (skala 5)
25

3 Hambatan pertukaran gas 1. NOC Label: Perfusi Jaringan: Perifer 1. NIC Label: Terapi Oksigen
berhubungan dengan Definis: Kecukupan aliran darah dan oksigen Aktivitas-aktivitas
ketidakseimbangan melalui pembuluh darah kecil di ujung a. Monitor vital sign, status pernafasan dan status
ventilasi dan perfusi kaki dan tangan untuk mempertahankan oksigenasi
fungsi jaringan. b. Monitor kecemasan pasien terhadap pemberian
Definisi: Kelebihan atau Indikator: terapi oksigenasi
defisit pada oksigenasi dan a. Pengisian kapiler jari tidak ada deviasi dari c. Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien
atau eleminasi karbon kisaran normal (skala 5) d. Atur posisi pasien dalam posisi semifowler
dioksida pada membran b. Pengisian kapiler jari kaki tidak ada deviasi dari e. Berikan terapi oksigenasi sesuai kebutuhan
alveolar-kapiler kisaran normal (skala 5) f. Diskusikan bersama pasien dan keluarga untuk
c. Pengisian kapiler jari tangan tidak ada deviasi penggunaan oksigen di rumah
dari kisaran normal (skala 5) g. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain
d. Muka pucat tidak ada (skala 5) mengenai penggunaan oksigen tambahan selama
e. Sianosis tidak ada (skala 5) kegiatan atau tidur.
f. Kelemahan otot tidak ada (skala 5) 2. NIC Label: Manajemen Asam Basa
2. NOC Label: Perfusi Jaringan: Pulmonari Aktivitas-aktivitas
Definisi: Kecukupan aliran darah dan oksigen a. Monitor kecenderungan pH arteri, PaCO2, dan
melalui pembuluh darah pulmonari untuk HCO3 dan kompensasi mekanisme fisiologi yang
perfusi unit alveolar- kapiler terjadi
26

Indikator: b. Monitor gas darah arteri, level serum, dan urin


a. Pindaian perfusi ventilasi tidak ada deviasi elektrolit bila diperlukan
dari kisaran normal (skala 5) c. Monitor adanya gejala kegagalan nafas
b. Tekanan arteri pulmonalis tidak ada deviasi d. Monitor pola pernafasan pasien
dari kisaran normal (skala 5) e. Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien
c. Tekanan pasial oksigen dalam darah arteri f. Atur posisi pasien untuk mendapatkan ventilasi
(PaO2) tidak ada deviasi dari kisaran normal yang adekuat
(skala 5) g. Berikan terapi oksigen dengan tepat
d. Tekanan parsial karbon dioksida dalam h. Diskusikan bersama pasien dan keluarga atas
darah arteri (PaCO2) tidak ada deviasi dari tindakan yang disarankan untuk mengatasi
kisaran normal (skala 5) ketidakseimbangan asam basa.
e. Arteri pH tidak ada deviasi dari kisaran i. Kolaborasikan pemberian obat yang telah
normal (skala 5) diresepkan berdasarkan pada status pH, PaCO2,
f. Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari HCO3, dan serum elektrolit dengan cara yang
kisaran normal (skala 5) tepat
g. Nyeri dada tidak ada (skala 5)
h. Gangguan pertukaran gas tidak ada (skala 5)
27

4 Intoleransi aktivitas 1. NOC Label: Toleransi Terhadap Aktivitas 1. NIC Label: Terapi Oksigen
berhubungan dengan Definisi: Respon fisiologi terhadap pergerakan Aktivitas-aktivitas
ketidakseimbangan antara yang memerlukan energi dalam a. Monitor vital sign dan status pernafasan
suplai dan kebutuhan aktivitas sehari-hari. b. Monitor tanda adanya kekurangan oksigen
oksigen Indikator: c. Monitor status oksigenasi
a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas tidak d. Monitor kecemasan pasien terhadap
Definisi: ketidakcukupan terganggu (skala5) pemberian terapi oksigenasi
energi psikologis atau b. Frekuensi nadi dan pernafasan ketika e. Monitor efektifitas pemberian terapi oksigen
fisiologis untuk beraktivitas tidak terganggu (skala 5) f. Monitor kebutuhan oksigenasi pasien saat
mempertahankan atau c. Warna kulit tidak terganggu (skala 5) beraktivitas
menyelesaikan aktivitas d. Kemampuan melakukan aktivitas hidup g. Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien
kehidupan sehari-hari yang harian (ADL) tidak terganggu (skala 5) h. Atur posisi pasien dalam posisi fowler atau
harus atau yang ingin e. Kemampuan berbicara saat melakukan semifowler untuk memaksimalkan ventilasi
dilakukan aktivitas fisik tidak terganggu (skala 5) i. Berikan terapi oksigenasi sesuai kebutuhan
2. NOC Label: Status Pernafasan (saat beraktivitas atau saat beristirahat)
Definisi: Proses keluar masuknya udara di paru- j. Diskusikan bersama pasien dan keluarga untuk
paru serta pertukaran oksigen dengan penggunaan oksigen di rumah saat beraktivitas
karbondioksida di alveoli atau saat beristirahat
28

Indikator: 2. NIC Label: Manajemen Energi


a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari Aktivitas- aktivitas
kisara normal (skala 5) a. Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan
b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kelelahan sesuai konteks usia dan
kisaran normal (skala 5) perkembangan
c. Kedalaman pernafasan tidak ada deviasi b. Monitor sistem kardiorespirasi pasien selama
dari kisaran normal (skala 5) kegiatan (dipsnea, pucat, frekuensi nafas)
d. Kapasitas vital tidak ada deviasi dari kisaran c. Berikan kegiatan pengalihan yang
normal (skala 5) menenangkan untuk meningkatkan relaksasi
e. Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari d. Bantu pasien untuk membatasi aktivitas
kisaran normal (skala 5) e. Bantu pasien untuk meningkatkan tirah baring
f. Sianosis tidak ada (skala 5) f. Diskusikan bersama pasien dan keluarga
g. Penggunaan otot bantu nafas tidak ada untuk memprioritaskan kegiatan untuk
(skala 5) mengakomodasi energi yang diperlukan
g. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengenali
gejala kelelahan yang muncul ketika
beraktivitas
h. Konsultasikan dengan spesialis paru untuk
jadwal terapi bila diperlukan
29

5 Ansietas berhubungan 1. NOC Label: Tingkat Kecemasan 1. NIC Label:


dengan ancaman pada Definisi: Keparahan dari tanda-tanda ketakutan, Aktivitas-aktivitas
status terkini ketegangan, atau kegelisahan yang a. Monitor tanda-tanda kecemasan (verbal atau
berasal dari sumber yang tidak dapat non-verbal)
diidentifikasi b. Monitor respon terhadap kecemasan
Definisi: Perasaan tidak Indikator: c. Bantu ciptakan lingkungan yang nyaman
nyaman atau kekhawatiran a. Perasaan gelisah tidak ada (skala 5) untuk mengurangi kecemasan
yang samar disertai respon b. Wajah tegang tidak ada (skala 5) d. Berikan tehnik relaksasi (terapi musik, terapi
otonom, perasaan takut c. Sangat panik tidak ada (skala 5) bermain, penggunaan aromaterapi) untuk
yang sebabkan oleh d. Rasa takut yang disampaikan secara lisan mengurangi kecemasan
antisipasi terhadap bahaya. tidak ada (skala 5) e. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memilih
e. Peningkatan frekuensi nadi dan napas tidak dan mempraktikkan tehnik relaksasi yang
ada (skala 5) telah disepakati
f. Berkeringat dingin tidak ada (skala 5) f. Kolaborasikan terapi tambahan farmakologi
untuk mengurangi kecemasan bila diperlukan

Sumber : Moorhead et al, (2016), dan Bulechek et al, (2016)


30

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana

keperawatan oleh perawat dan pasien. Implementasi merupakan

pengaplikasian rencana tindakan yang telah disusun dan dirumuskan

oleh perawat, (Riyadi, 2013).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus

dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan

bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau

menghentikan rencana keperawatan, (Manurung, 2011).


BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Profil Lahan Praktik

1. Gambaran Umum UPTD Puskesmas Tegallalang 1

UPTD Puskesmas Tegallalang 1 merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya, yang dalam

pelaksanaanya mengacu pada Pasal 4 Permenkes RI no 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. UPTD Puskesmas Tegallalang I

mulai berdiri pada 2 Februari 1976. Berdiri di atas wilayah seluas

2.864,48 Ha (28,64 Km2 ) dengan ketinggian ± 600 m dari permukaan

laut, dan berbatasan dengan beberapa wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sebatu (UPTD Puskesmas Tegallalang I)

Sebelah Timur : Kecamatan Tampaksiring (UPTD Puskesmas

Tampaksiring I)

Sebelah Selatan : Desa Petulu (UPTD Puskesmas Ubud I)

Sebelah barat : Desa Kelusa (UPTD Puskesmas Payangan)

31
32

UPTD Puskesmas Tegallalang I merupakan Puskesmas

Rawat Inap sejak tahun 1995 dan baru berfungsi secara optimal sejak

tahun 2009. Sejak tahun 2009 adanya penambahan pelayanan yang

diberikan di UPTD Puskesmas Tegallalang I berupa pelayanan 24 jam

pada unit rawat inap. Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan di

rawat inap meliputi pelayanan persalinan normal, pelayanan bedah

ringan, pelayanan umum dan unit gawat darurat (UGD). Unit rawat

inap UPTD Puskesmas Tegallalang I dilengkapi dengan 1 ruangan

UGD, 3 ruangan klinik rawat jalan, 1 ruangan bersalin, dan 4 ruangan

untuk rawat inap. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegallalang I

meliputi 4 desa yang terdiri dari 35 banjar yaitu : Desa Tegallalang

dengan 11 Banjar, Desa Kedisan 7 banjar, Desa Kenderan dengan 10

banjar dan Desa Keliki dengan 7 banjar.

Tenaga Kesehatan yang dimiliki di UPTD Puskesmas

Tegallalang I selaku SDM antara lain; Dokter Umum (4 orang), Dokter

gigi (2 orang), Apoteker (1orang), TU (1 orang), Kesmas S1 (1 orang),

Ahli Gizi (1 orang), Bidan (33 orang), Perawat (16 orang), Perawat

Gigi (3 orang), Sanitarian (3 orang), Asisten Apoteker (1 orang), dan

Analis Kesehatan (2 orang). Sarana kesehatan yang dimiliki antara

lain; Sarana Pemerintah (1 Unit Puskesmas Induk, 1 Unit Rawat Inap,

3 Unit Pustu masing-masing terdapat di wilayah Kenderan, Kedisan,

dan Keliki, 1 Unit Poskesdes di wilayah Bayad, dan 1 Unit Puskesmas

Keliling, Posyandu sebanyak 38 Posyandu dengan Kader Posyandu


33

sebanyak 190 orang.). Sedangkan untuk sarana swasta yang dimiliki

antara lain; (Dokter Praktek Swasta sebanyak 11 orang, Bidan Praktek

Swasta sebanyak 7 Orang dan Apotik sebanyak 1 Unit).

Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan

memiliki wilayah kerjanya masing-masing, Puskesmas memiliki

beberapa kedudukan dalam peran dan tugasnya, yang disesuaikan

dengan regulasi dari pemerintah pusat maupun daerah. Kedudukan

Puskesmas Tegallalang I dapat dilihat dari dua segi yaitu:

1. Kedudukan secara administratif

UPTD Puskesmas Tegallalang 1 di Kabupaten Gianyar,

merupakan perangkat daerah dan bertanggung jawab langsung

baik secara teknis maupun administratif kepada Bupati Gianyar

melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar.

2. Kedudukan dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) maka

Puskesmas Tegallalang 1 berkedudukan pada tingkat pelayanan

kesehatan pertama, struktur organisasi dan tata kerja Puskesmas

berdasarakan keputusan Bupati Nomor : 17 tahun 2005

Dalam setiap penelitian, peneliti berhak menentukan tempat penelitian

untuk melakukan penelitiannya sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan oleh peneliti. Beberapa alasan peneliti memilih Puskesmas

Tegallalang 1 sebagai tempat melakukan penelitian antara lain;


34

1. Peneliti mendapatkan informasi bahwa UPTD Puskesmas

Tegallalang 1 sebagai tempat bagi mereka yang ingin belajar

dan menjadikan Puskesmas Pendidikan adalah salah satu tilik

pengembangan mutu yang akan dituju oleh Puskesmas

Tegallalang 1.

2. UPTD Puskesmas Tegallalang 1 merupakan salah satu

Puskesmas yang berprestasi. Puskesmas Tegallalang 1 meraih

penghargaan sebagai Puskesmas Dengan Pelayanan Ramah

Anak Tahun 2018 dalam Peringatan Hari Anak Nasional dan

menjadikan Kabupaten Gianyar mempertahankan posisinya

sebagai Kabupaten/Kota Layak Anak Tingkat Nasional.

3. Mengingat situasi pandemi yang sedang berlangsung, tidak

memungkinkan bagi peneliti melakukan penelitian di pusat

pelayanan kesehatan yang tipenya lebih tinggi yang dalam hal

ini peneliti maksudkan adalah rumah sakit (RS) baik

negri/pemerintah maupun swasta, karena rumah sakit sedang

fokus dan serius dalam penanganan pandemi Covid-19 yang

sedang berlangsung.

4. Peneliti memilih UPTD Puskesmas Tegallalang 1 sebagai

tempat penelitian karena peneliti menyesuaikan dengan proses

asuhan keperawatan yang utamanya pada tahap intervensi (fokus

intervensi yang dipilih peneliti), dan implementasinya yang

membutuhkan waktu cukup singkat, tidak membutuhkan


35

pelayanan rawat inap dan tidak memerlukan pemantaun selama

24 jam, sehingga pemilihan puskesmas sebagai tempat

penelitian, yang dalam hal ini UPTD Puskesmas Tegallalang 1

sebagai pilihan dirasa peneliti sangat tepat. Selain itu peneliti

bertugas di UPTD Puskesmas Tegallalang 1.

2. Visi dan Misi UPTD Puskesmas Tegallalang 1

a. Visi UPTD Puskesmas Tegallalang 1

Pelayanan dasar yang optimal menuju masyarakat sehat dan

mandiri di wilayah UPTD Puskesmas Tegallalang I.

b. Misi UPTD Puskesmas Tegallalang 1

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar di wilayah UPTD

Puskesmas Tegallalang I

2) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga

dan masyarakat di wilayah UPTD Puskesmas Tegallalang I.

3) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan

masyarakat

4) Menciptakan manajemen dan tata kelola kesehatan yang baik.

5) Mengembangkan penggunaan teknologi informasi komunikasi

dalam manajemen UPTD Puskesmas.


36

B. Ringkasan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien bernama : An. Y. berjenis kelamin perempuan,

berusia 12 tahun, berasal dari Br. Apuh, Sebatu Tegallalang-

Gianyar, berstatus sebagai pelajar kelas 6 SD. Merupakan anak

ketiga dari tiga bersaudara. Pasien menganut agama Hindu.

b. Identitas penanggung jawab: Tn. K berusia 56 tahun, berjenis

kelamin laki-laki dan beralamat Br. Apuh, Sebatu, Tegallalang-

Gianyar, hubungannya dengan pasien adalah Tn. K merupakan

ayah kandung dari pasien. Status pekerjaan sebagai pedagang, dan

Tn. K menganut agama Hindu.

c. Keluhan Utama: Pasien mengeluh sesak dan sulit bernafas, serta

dadanya terasa berat.

d. Riwayat Kesehatan Sekarang: Pasien diantar kerumah sakit oleh

orangtuanya pada tanggal 20 November 2020 pukul 10.00 wita,

dengan keluhan sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat,

disertai batuk-batuk sejak semalam dan dahaknya sulit keluar.

Pasien tampak terengah-engah, bahkan sampai sulit berbicara.

Pasien juga mengatakan dirinya merasa sangat gelisah dan takut

setiap asmanya kambuh. Pasien tampak tidak berani jauh dari

orangtuanya, bahkan pasien terus memegangi orangtuanya sambil

sesekali memegang dadanya.


37

e. Riwayat Kesehatan Dahulu: Pasien mengatakan dirinya memiliki

riwayat asma sejak kecil, dan sering kambuh saat pasien kelelahan.

Pasien mengaku sebelumnya sempat beberapa kali masuk UGD

dengan keluhan yang sama, tapi pasien selalu menolak untuk

dirawat inap, karena selalu merasa takut, gelisah dan tidak nyaman

saat dibawa atau dirawat di pusat pelayanan kesehatan saat

asmanya kambuh.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga: Pasien mengatakan tidak ada yang

memiliki penyakit asma atau gangguan paru lainnya dalam

keluarganya.

g. Riwayat Alergi: Pasien mengatakan tidak memiliki alergi yang

berat terhadap makanan, namun kadang kala atau dalam kondisi

tertetu seperti saat daya tahan tubuhnya menurun, terjadi respon

alergi terhadap beberapa jenis makanan seperti makanan laut, dan

pasien memiliki alergi berat terhadap cuaca dingin yang membuat

asmanya mudah kambuh.

h. Pemeriksaan fisik:

KU: Pasien tampak lemah dan wajah pasien tampak pucat, secara

fisik pasien tampak kurus dan cukup tinggi. Kesadaran Pasien:

Compos Mentis, Vital sign: TD: 100/75 mmHg, N: 90x/menit, S:

37,8˚C, RR: 40x/menit. TB: 150 cm, BB: 45 kg, SPO2: 90%, CRT:

<2 detik.
38

2. Head to toe

a. Pemeriksaan pada kulit, rambut dan kuku: Adanya sianosis pada

kuku dan ujung jari, kulit wajah tampak kebiruan, akral teraba

dingin, dan disertai keringat dingin.

b. Pemeriksaan wajah dan mulut: Mulut pasien tampak kebiruan dan

terus menganga, wajah pasien tampak tegang.

c. Pemeriksaan dada:

I: Pasien tampak sesak dan kesulitan bernafas, nafas cepat

disertai tarikan cuping hidung, irama nafas pasien tampak

tidak teratur dan dangkal. Pasien tampak sesekali

memegangi dadanya.

P : Terdapat retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu

nafas, terdapat getaran yang tidak sama pada lobus paru

kanan saat palpasi taktil fremitus.

P : Pada perkusi ditemukan suara yang lebih redup pada lobus

paru kanan

A : Pada saat auskultasi terdengar suara wheezing pada lobus

paru kanan

Ka Ki

+ _

+ _

+
39

d. Ekstremitas: Pasien mengeluhkan kelelahan. Pasien mengatakan

bahwa dirinya sering kesulitan melakukan aktivitas atau

beraktivitas dan menjalani hari-harinya, terlebih saat asmanya

kambuh. Pasien mengatakan bahwa dirinya mudah merasakan

kelelahan saat beraktivitas akibat asma yang dideritanya. Pasien

juga mengatakan bahwa dirinya sering dibantu oleh orangtuanya

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Ekstremitas pasien teraba

dingin dan tampak kebiruan. Pasien tampak bungkuk saat berjalan

sambil memegangi dadanya. Pasien menyatakan lebih nyaman

duduk daripada tidur, pasien juga tampak gemetar.


40

3. Analisa Data

Tabel 3.1: Analisa Data

No. Tanggal Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 20/11/2020 Data Subyektif: Faktor intrinsik atau Ketidakefektifan Pola Nafas


faktor ekstrinsik
Pasien mengeluh sesak dan sulit

bernafas, serta dadanya terasa berat.


Mukus bronkhial menjadi
Data Obyektif: sensitif oleh Ig E

Frekuensi nafas 40x/menit, SPO2 90%,


Peningkatan dan hiperaktif
nafas cepat disertai tarikan cuping dari Mast Cell pada
trakeobronkhial
hidung, irama nafas pasien tampak

tidak teratur dan dangkal. Terdapat Pelepasan histamin terjadi


pada bronkhial sehingga
retraksi dinding dada dan penggunaan terjadi kontraksi bronkus
otot bantu nafas, ditemukan getaran
41

yang tidak sama pada lobus paru


Perubahan jaringan dan
kanan saat palpasi taktil fremitus. peningkatan Ig E dalam
serum
Pada perkusi ditemukan suara yang

lebih redup pada lobus paru kanan dan Respon dinding


bronkus menyebabkan
saat auskultasi terdengar suara
udema pada mukosa
wheezing pada lobus paru kanan.

Pasien tampak terengah-engah, Bronkus mengalami


penyempitan
bahkan sampai sulit berbicara dan

mulut pasien tampak terus menganga Bronkospasme

sambil memegangi dadanya.

Wheezing

Ketidakefektifan pola nafas


42

2 20/11/2020 Data Subyektif: Ketidakefektifan Bersihan


Faktor intrinsik atau
Pasien mengeluh sesak dan sulit faktor ekstrinsik Jalan Nafas

bernafas, dadanya terasa berat, disertai


Mukus bronkhial menjadi
batuk-batuk sejak semalam dan sensitif oleh Ig E

dahaknya sulit keluar.


Peningkatan dan hiperaktif
Data Obyektif: dari Mast Cell pada
trakeobronkhial
Frekuensi nafas 40x/menit, nafas

cepat, irama nafas pasien tampak tidak


Pelepasan histamin terjadi
teratur dan nafas pasien tampak pada bronkhial sehingga
terjadi kontraksi bronkus
dangkal. Pada saat auskultasi

terdengar suara wheezing pada lobus Respon dinding bronkus


menyebabkan udema pada
paru kanan. Pasien tampak mukosa

memegangi dadanya.
Hipersekresi mukosa
43

Terjadi penumpukan
sputum

Batuk tidak efektif

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

3 20/11/2020 Data Subyektif: Faktor intrinsik atau Ansietas


faktor ekstrinsik
Pasien juga mengatakan dirinya

merasa sangat gelisah dan takut setiap Mukus bronkhial menjadi


sensitif oleh Ig E
asmanya kambuh. Pasien juga

mengatakan bahwa sejak dulu setiap


Pelepasan histamin terjadi
asmanya kambuh, dirinya selalu pada bronkhial sehingga
terjadi kontraksi bronkus
menolak untuk dibawa atau dirawat di
44

pusat pelayanan kesehatan, karena

dirinya merasa takut, gelisah dan tidak


Perubahan jaringan dan
nyaman bila dibawa bahkan dirawat di peningkatan Ig E dalam
serum
pusat layanan kesehatan saat asmanya

kambuh.
Bronkus mengalami
Data Obyektif penyempitan

Wajah pasien tampak tegang,


Ventilasi menjadi
frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi terganggu dan terjadi
hipoksemia
nafas 40x/menit, pasien tampak

berkeringat dingin. Pasien tampak

tidak berani jauh dari orangtuanya Timbul rasa takut dan cemas

bahkan pasien terus memegangi orang

tuanya sambil sesekali memegang Ansietas


dadanya.
45

4. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.2: Diagnosa Keperawatan

No. Tgl Diagnosa Keperawatan


Muncul

1 20/11/2020 Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi d/d pasien

mengeluh sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa

berat. Frekuensi nafas 40x/menit, SPO2 90% , nafas

cepat disertai tarikan cuping hidung, irama nafas pasien

tampak tidak teratur dan dangkal. Terdapat retraksi

dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas,

ditemukan getaran yang tidak sama pada lobus paru

kanan saat palpasi taktil fremitus. Pada perkusi

ditemukan suara yang lebih redup pada lobus paru

kanan dan saat auskultasi terdengar suara wheezing pada

lobus paru kanan. Pasien tampak terengah-engah,

bahkan sampai sulit berbicara dan mulut pasien tampak

terus menganga dan memegangi dadanya.

2 20/11/2020 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus

berlebih dan sekresi yang tertahan d/d pasien mengeluh

sesak dan sulit bernafas, dadanya terasa berat, disertai

batuk-batuk sejak semalam dan dahaknya sulit keluar.

Frekuensi nafas 40x/menit, nafas cepat, irama nafas


46

pasien tampak tidak teratur dan nafas pasien tampak

dangkal. Pada saat auskultasi terdengar suara wheezing

pada lobus paru kanan. Pasien tampak memegangi

dadanya.

3 20/11/2020 Ansietas b/d ancaman pada status terkini d/d pasien

juga mengatakan dirinya merasa sangat gelisah dan

takut setiap asmanya kambuh. Pasien juga mengatakan

bahwa sejak dulu setiap asmanya kambuh, dirinya selalu

menolak untuk dibawa atau dirawat di pusat pelayanan

kesehatan, karena dirinya merasa takut, gelisah dan

tidak nyaman bila dibawa bahkan dirawat di pusat

layanan kesehatan saat asmanya kambuh. Wajah pasien

tampak tegang, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi

nafas 40x/menit, pasien tampak berkeringat dingin.

Pasien tampak tidak berani jauh dari orangtuanya

bahkan pasien terus memegangi orang tuanya sambil

sesekali memegang dadanya.


47

5. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.3: Intervensi Keperawatan

Hari/Tgl No. Rencana Keperawatan

DX
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

20/11/2020 I Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Pemberian Aroma Terapi Kombinasi

30 menit, dalam jangka waktu 3x kunjungan, j. Monitor kecepatan, irama, kedalam, dan adanya
tanda kesulitan bernafas
diharapkan status ventilasi baik dengan
k. Monitor adanya suara nafas tambahan dan pola
kriteria hasil:
nafas
NOC Label: Status Pernafasan: Ventilasi l. Monitor saturasi oksigen sesuai dengan protokol
yang ada
a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari
m. Ciptakan lingkungan yang rileks, tenang dan
kisaran normal (skala 5)
nayaman bagi pasien
b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari
n. Atur posisi pasien dengan posisi duduk dengan
kisaran normal (skala 5)
posisi tegak/setengah duduk
c. Kedalaman inspirasi tidak ada deviasi dari
48

kisaran normal (skala 5) o. Nyalakan alat diffuser, teteskan 4 tetes aromaterapi


d. Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari eucalyptus essential oil
kisaran normal (skala 5) p. Anjurkan pasien untuk mengirup aromaterapi
e. Volume tidal tidak ada deviasi dari kisaran eucalyptus essential oil selama 10 menit.
normal (skala 5) q. Anjurkan klien beristirahat selama 5 menit
f. Penggunaan otot bantu nafas tidak ada r. Nyalakan Kembali diffuser, teteskan 3 tetes
(skala 5) aromaterapi peppermint essential oil
g. Retraksi dinding dada tidak ada (skala 5) s. Anjurkan pasien menghirup aroma terapi
h. Dispnea saat istirahat dan beraktivitas tidak peppermint essential oil selama 10 menit berikutnya
ada (skala 5) t. Cek tada-tanda vital, kaji kembali pola nafas,
i. Taktil fremitus tidak ada (skala 5) irama., frekuensi dan status pernafasan pasien
setelah pemberian tindakan aromaterapi
u. Berikan terapi oksigenasi sesuai kebutuhan
v. Tawarkan minuman hangat untuk melegakan
pernafasan
w. Motivasi pasien untuk bernafas pelan dan dalam
x. Diskusikan keluhan sesak termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk sesak nafas
49

y. Lakukan dokumentasi tindakan yang telah diberikan


serta catat hasil setelah tindakan dilakukan.
20/11/2020 II Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label: Manajemen Jalan Nafas

30 menit, dalam jangka waktu 3x kunjungan, h. Monitor tanda-tanda vital, status pernafasan dan
oksigenasi sebagaimana mestinya
diharapkan jalan nafas paten dengan kriteria
i. Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
hasil:
j. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
sesuai prosedur
k. Lakukan penyedotan lendir endotrakea atau
NOC Label: Kepatenan Jalan Nafas
nasotrakea bila diperlukan
g. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi
l. Ajarkan tehnik batuk efektif
dari kisaran normal (skala 5)
m. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, dan
h. Kedalaman inspirasi tidak ada deviasi dari
batuk.
kisaran normal (skala 5)
n. Kolaborasi pemberian bronkodilator, resep inhaler
i. Kemampuan untuk mengeluarkan secret
dan pengobatan aerosol atau dengan pemberian
tidak ada deviasi dari kisaran normal
aromaterapi kombinasi (aromaterapi eucalyptus
(skala 5)
essential oil + aromaterapi peppermint essential oil)
j. Suara nafas tambahan tidak ada (skala 5)
masing-masing selama 10 menit.
50

k. Akumulasi sputum tidak ada (skala 5) o. Lakukan dokumentasi atas tindakan yang diberikan
l. Batuk tidak ada (skala 5) dan catat hasil dari tindakan yang dilakukan
20/11/2020 III Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label: Pengurangan Kecemasan

30 menit, dalam jangka waktu 3x kunjungan, g. Monitor tanda-tanda kecemasan verbal maupun non
verbal (peringai atau pergerakan lainnya)
diharapkan tingkat kecemasan berkurang
h. Monitor respon terhadap kecemasan verbal maupun
dengan kriteria hasil:
non verbal (peringai atau pergerakan lainnya)
NOC Label: Tingkat Kecemasan i. Monitor vital sign (TD, RR, Nadi) untuk memantau
adanya peningkatan tanda vital akibat kecemasan
g. Perasaan gelisah tidak ada (skala 5)
j. Ciptakan atau modifikasi lingkungan yang nyaman
h. Wajah tegang tidak ada (skala 5)
bagi pasien untuk mengurangi kecemasan yang
i. Sangat panik tidak ada (skala 5)
dirasakan pasien, disesuaikan dengan usia pasien
j. Rasa takut yang disampaikan secara lisan
k. Berikan tehnik relaksasi seperti terapi musik, terapi
tidak ada (skala 5)
bermain, penggunaan aromaterapi kombinasi
k. Peningkatan dari frekuensi nadi tidak ada
dengan aromaterapi eucalyptus essential oil +
(skala 5)
aromaterapi peppermint essential oil masing-
l. Peningkatan dari frekuensi nafas tidak ada
masing selama 10 menit untuk mengurangi
(skala 5)
kecemasan
m. Berkeringat dingin tidak ada (skala 5)
51

l. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memilih dan


mempraktikkan tehnik relaksasi yang disepakati
m. Motivasi pasien untuk menyampaikan perasaan
yang sedang dirasakan pasien baik secara lisan atau
tertulis, baik melalui keluarga atau secara langsung.
n. Kolaborasikan terapi tambahan farmakologi untuk
mengurangi kecemasan bila diperlukan
o. Lakukan dokumentasi keperawatan dan catat hasil
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
52

6. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat pada An. Y

dengan asma bronkhial berfokus pada perbaikan status ventilasi pasien

sesuai dengan diagnosa prioritas, yang dalam kasus kelolaan ini

ketidakefektifan pola nafas diangkat sebagai diagnosa utama. Pada

kasus kelolaan ini tindakan keperawatan yang di lakukan untuk

menangani masalah utama adalah dengan pemberian terapi inhalasi

atau aerosol untuk mengefektifkan pola nafas dengan memaksimalkan

ventilasi. Disamping itu pemberian terapi ini juga dapat mengatasi

diagnosa yang lain, seperti ketidakefektifan bersihan jalan nafas, untuk

melegakan jalan nafas dengan membuat dahak yang tertahan menjadi

lebih mudah untuk dikeluarkan, serta untuk mengurangi kecemasan

yang dirasakan pasien.

Pemberian aromaterapi ini dilakukan selama 20 -30 menit selama

3x kunjungan, dengan pemberian aromaterapi kombinasi yang mana

aromaterapi eucalyptus essential oil diberikan selama 10 menit, dengan

pemberian waktu jeda selama 5 menit untuk pasien dapat beristirahat

sejenak, dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian aromaterapi

peppermint essential oil selama 10 menit berikutnya. Sebelum

tindakan relaksasi diberikan, perawat telah melihat catatan atau status

kesehatan pasien, perawat telah melakukan persetujuan dengan pasien

dan keluarga sehingga pemberian terapi ini dapat dilakukan sesuai

prosedur yang ada untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan.


53

7. Evaluasi

Tabel 3.4: Evaluasi

No Hari/Tgl No. Jam Evaluasi

DX

1 Senin, I 11.00 S: Klien mengatakan sesaknya sudah

23/11/2020 berkurang, pasien merasa

pernafasannya sudah lebih lega

dan mudah. Pasien juga

mengatakan bahwa dadanya sudah

tidak terasa berat lagi

O: Pasien cukup kooperatif dalam

tindakan yang diberikan perawat,

Frekuensi nafas 25x/menit, SPO2

96% , tidak ada tarikan cuping

hidung, irama nafas teratur dan

kedalaman nafas normal. Tidak

ada retraksi dinding dada dan tidak

ada penggunaan otot bantu nafas,

getaran sama pada seluruh lapang

paru saat palpasi taktil fremitus.

Suara sonor di seluruh lapang paru


54

pada perkusi paru, dan vesikuler

diseluruh lobus paru pada

auskultasi. Pasien tampak mudah

bernafas dan berbicara.

A: Tujuan sudah tercapai

P: Pertahankan kondisi pasien

2 Senin, II 11.00 S: Pasien mengatakan sesaknya sudah

23/11/2020 berkurang, dan batuknya juga

sudah berkurang, pasien

mengatakan sudah mampu

mengeluarkan dahak

O: Frekuensi nafas 25x/menit, nafas

pelan, irama nafas pasien teratur

dan kedalam nafas normal. Pada

saat auskultasi terdengar suara

sonor pada seluruh lapang paru.

Tidak ada penumpukan sekret.

Pasien nampak bernafas dengan

mudah. Pasien tampak kooperatif

dalam tindakan

A: Tujuan sudah tercapai


55

P: Pertahankan kondisi pasien

3 Senin III 11.00 S: Pasien mengatakan sudah tidak

23/11/2020 terlalu gelisah dan takut

O: Pasien tampak lebih tenang, pasien

tampak cukup kooperatif dalam

setiap tindakan, frekuensi nadi

70x/menit, frekuensi nafas

25x/menit, tidak ada keringat

dingin. Pasien tidak menampakkan

tanda atau respon dari kecemasan

atau ketakutan baik verbal ataupun

non verbal

A: Tujuan sudah tercapai

P: Pertahankan kondisi pasien


BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Pasien

Dari tahap pengkajian yang telah dilakukan dengan teknik wawancara dan

observasi pada tanggal 20 November 2020, didapatkan data pasien sebagai

berikut, pasien berinisial An. Y berusia 12 tahun, berjenis kelamin perempuan,

pasien beragama Hindu, pasien seorang pelajar kelas 6 SD, beralamat di Br.

Apuh, Sebatu, Tegallalang-Gianyar. Pasien merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara, memiliki riwayat asma sejak kecil, dan sering kambuh saat pasien

kelelahan. Pasien sering kesulitan beraktivitas dan menjalani hari-harinya

terlebih saat asmanya kambuh. Pasien tidak memiliki alergi yang berat terhadap

makanan, obat atau sebagainya, namun kadang kala atau dalam kondisi tertetu

seperti saat daya tahan tubuhnya menurun, terjadi respon alergi terhadap

beberapa jenis makanan seperti makanan laut, dan pasien alergi terhadap cuaca

dingin, yang membuat asmanya kambuh.

Secara fisik pasien tampak kurus dan cukup tinggi. An. Y dibawa ke

UPTD Puskesmas Tegallalang I dengan diagnosa medis asma bronkhial. Pasien

datang ke puskesmas dengan keluhan: sesak dan sulit bernafas, serta dadanya

terasa berat. Pasien tampak terengah-engah, bahkan sampai sulit berbicara,

sambil sesekali memegang dadanya. Hasil pemeriksaan fisik KU: Pasien tampak

lemah dan wajah pasien tampak pucat, Kesadaran Pasien: Compos Mentis, Vital

sign: TD: 100/75 mmHg, N: 90x/menit, S: 37,8˚C, RR: 40x/menit. TB: 150 cm,

BB: 45 kg, SPO2: 90%, CRT: <2 detik.

56
57

Berdasarkan data-data tersebut, karakteristik asma yang khas pada

pasien An. Y terlihat dalam kategori usia 12 tahun dimana pada masa-masa

tersebut setiap anak berisiko menderita alergi. Risiko alergi tersebut dapat

meningkat apabila seorang anak sering terpapar dengan benda/zat allergen itu

sendiri. Kategori penderita asma usia 5-14 tahun memiliki prevalensi sebesar

1,9% dari total penduduk Indonesia (Riskesdas, 2018). Karakteristik yang

khas juga ditunjukkan pada jenis kelamin dimana An.Y adalah perempuan,

hasil statisik dari Riskesdas tahun 2018 mencatat bahwa prevalensi asma

pada perempuan sebesar 2,5% sedangkan laki-laki hanya 2,3% dari total

penduduk Indonesia.

Hasil pengkajian diatas juga mencatat bahwa An. Y yang memiliki

riwayat asma sejak kecil memiliki risiko alergi pada makanan seperti

makanan laut dan alergi terhadap cuaca dingin, yang membuat asmanya

kambuh sewaktu-waktu. Serangan asma seringkali terjadi apabila penderita

tidak adapat mengendalikan dan mencegah kontak dengan faktor pemicunya.

Daerah tempat tinggal pasien merupakan wilayah yang memiliki cuaca/suhu

lebih dingin, sehingga menjadi pemicu kekambuhan asma pada pasien.

Temperatur yang dingin serta tingginya kelembaban akan memperparah

serangan asma. Keadaan seperti ini akan meningkatkan konsentrasi partikel

alergenik. Partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air

dan udara. Perubahan tekanan atmosfer dan sushu memperburuk asma sesak

nafas dan pengeluaran lender yang berlebihan, (Djamil et al., 2020).


58

B. Analisis Masalah Keperawatan

Hasil dari pengkajian didapatkan dua jenis data, yaitu data subyektif

dan data obyektif. Adapun data subyektif yang didapatkan dari hasil

pengkajian dengan teknik wawancara adalah sebagai berikut: Pasien

mengeluh sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat. Dan data

obyektif dilakukan dengan tehnik observasi, adalah sebagai berikut:

Frekuensi nafas 40x/menit, SPO2 90%, nafas cepat disertai tarikan cuping

hidung, irama nafas pasien tampak tidak teratur dan dangkal. Terdapat

retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas, ditemukan getaran

yang tidak sama pada lobus paru kanan saat palpasi taktil fremitus. Pada

perkusi ditemukan suara yang lebih redup pada lobus paru kanan dan saat

auskultasi terdengar suara wheezing pada lobus paru kanan. Pasien tampak

terengah-engah, bahkan sampai sulit berbicara dan mulut pasien tampak terus

menganga sambil memegangi dadanya.

Jika dianalisis dan ditilik berdasarkan data-data yang didapat dari hasil

pengkajian, dengan melihat batasan karakteristik sesuai dengan panduan

diagnosis keperawatan (NANDA), masalah keperawatan yang muncul pada

pasien An. Y adalah: Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi d/d

pasien mengeluh sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat.

Frekuensi nafas 40x/menit, SPO2 90% , nafas cepat disertai tarikan cuping

hidung, irama nafas pasien tampak tidak teratur dan dangkal. Terdapat

retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas, ditemukan getaran

yang tidak sama pada lobus paru kanan saat palpasi taktil fremitus. Pada
59

perkusi ditemukan suara yang lebih redup pada lobus paru kanan dan saat

auskultasi terdengar suara wheezing pada lobus paru kanan. Pasien tampak

terengah-engah, bahkan sampai sulit berbicara dan mulut pasien tampak terus

menganga sambil memegangi dadanya.

Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan/ekspirasi yang tidak

memberikan ventilasi adekuat, (Keliat dkk, 2015). Peningkatan IgE dalam

serum mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas sehingga

menyebabkan bronkospasme yang mengakibatkan pembengkakan mukosa

dan bronkus mengalami penyempitan, (Wijaya & Putri, 2013). Dengan tanda

gejala seperti; frekuensi nafas cepat, irama nafas tidak teratur dan dangkal.

Terdapat retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas, getaran

yang tidak sama pada salah satu lobus paru saat palpasi taktil fremitus,

ditemukan suara yang lebih redup pada saat perkusi dan terdengar suara

wheezing saat auskultasi, menjadi batasan karakteristik dari kasus

ketidakefektifan pola nafas. Sehingga diagnosa keperawatan ketidakefektifan

pola nafas dirasa diagnosa paling tepat dan menjadi priotitas utama dalam

asuhan keperawatan pasien dengan asma bronkhial.

C. Analisis Intervensi

Untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas, rencana

tindakan yang telah dilakukan pada An. Y adalah memberikan aromaterapi


60

selama 20-30 menit selama 3x kunjungan, dengan pemberian aromaterapi

kombinasi dengan menggunakan eucalyptus essential oil dan peppermint

essential oil. Diawali dengan pemberian aromaterapi eucalyptus essential oil

selama 10 menit pertama, dengan jeda selama 5 menit, kemudian dilanjutkan

dengan pemberian aromaterapi peppermint essential oil selama 10 menit

berikutnya. Dengan memperhatikan status kesehatan dan kondisi pasien

sebelum tindakan aromaterapi dilakukan, dan telah mendapatkan persetujuan

dari pasien serta keluarga sehingga tindakan ini sesuai dengan kriteria hasil

yang ingin dicapai.

Diharapkan setelah diberikan tindakan aromaterapi kombinasi masalah

ketidakefektifan pola nafas pasien dapat teratasi dengan mengefektifkan pola

nafas dan memaksimalkan ventilasi. Disamping itu pemberian terapi ini juga

dapat melegakan jalan nafas jika terdapat dahak yang tertahan, terapi ini

membuat dahak tersebut menjadi lebih mudah untuk dikeluarkan. Pemberian

terapi inhalasi aromaterapi memberi efek yang postitif bagi penderita asma.

Aromaterapi bertindak dengan memberikan efek ketenangan pada otak dan

mempengaruhi sistem saraf, dengan begitu sekresi hormon pada tubuh akan

kembali dinormalkan sehingga dapat juga mengurangi kecemasan yang

dirasakan oleh pasien.

Pemberian aromaterapi ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Pramudaningsih & Afriani, (2019) mengenai pengaruh pemberian terapi

inhalasi uap dengan aromaterapi Eucalyptus dalam mengurangi sesak nafas


61

pada pasien asma bronkhial dengan rancangan penelitian quasy

eksperimental two group pre test-post test dan memberikan hasil yang

signifikan pada kedua kelompok dengan nilai p=0,007. Dimana, hal tersebut

berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi eucalyptus terhadap penurunan

sesak nafas pada pasien asma bronkhial. Selain itu, pemberian aromaterapi

juga membantu membersihkan jalan nafas pada pasien dengan kasus

ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Amelia & Astuti, (2018) mengenai pengaruh pemberian

aromaterapi daun mint pada pasien bronkopneumonia, dan memberikan hasil

yang signifikan yakni p=0,002.

D. Analisis Implementasi

Perawat, pasien dan keluarga telah melakukan informed concent

(persetujuan) sebelum tindakan dilakukan. Pasien sudah menyatakan akan

kooperatif dalam mengikuti setiap langkah relaksasi yang akan diberikan.

Pengobatan ini, diberikan dengan aroma minyak esensial dari proses

penyulingan berbagai tanaman, bunga maupun pohon yang masing-masing

mengandung sifat terapi yang berbeda, (Ohayon dkk, 2015). Aromaterapi

bertujuan :

b. Mengurangi stress

c. Mengurangi kecemasan

d. Memberikan rasa nyaman dan relaksasi


62

e. Meringankan nyeri

f. Meningkatkan kekebalan tubuh

g. Mempengaruhi kerja jantung

h. Menyembuhkan infeksi

i. Melegakan pernafasan/melonggarkan pernafasan

j. Sebagai mukolitik, (Cahyasari, 2015).

Sebelum tindakan dilakukan, peneliti selaku perawat harus mengecek

catatan medis pasien. Kemudian mengobservasi vital sign, status pernafasan

yang mencakup kecepatan, irama, kedalam, dan adanya tanda kesulitan

bernafas, adanya suara nafas tambahan dan pola nafas serta saturasi oksigen

sesuai dengan protokol yang ada. Menciptakan lingkungan yang rileks,

nyaman bagi pasien dan mengatur posisi pasien dengan posisi duduk atau

posisi tegak/setengah duduk juga sangat penting dalam pemberian

aromaterapi. Setelah semua persiapan dilakukan, langkah berikutnya adalah

tahapan inti, dengan menyalakan alat diffuser, teteskan 4 tetes aromaterapi

eucalyptus essential oil dan menganjurkan pasien untuk mengirup

aromaterapi eucalyptus essential oil selama 10 menit. Berikan waktu selama

5 menit untuk pasien beristirahat, kemudian dilanjutkan dengan meneteskan 3

tetes aromaterapi peppermint essential oil, dan menganjurkan pasien

menghirup aroma terapi peppermint essential oil selama 10 menit berikutnya.

Setelah tindakan inti dilakukan, peneliti harus mengecek kembali tanda-tanda

vital, mengkaji kembali pola nafas, irama, frekuensi dan status pernafasan
63

pasien. Lakukan dokumentasi tindakan yang telah diberikan serta catat hasil

setelah tindakan dilakukan untuk dapat mengetahui pengaruh pemberian

aromaterapi pada pasien An. Y.

Saat pasien diberikan aromaterapi untuk mengefektifkan pola nafas

maka akan memberikan dampak langsung terhadap indra penciuman dengan

cepat (olfaction) dan meneruskannya pada pusat emosi di otak (sistem limbik)

yang mengatur pernafasan. Molekul aromatik akan diserap oleh lapisan

mukosa pada saluran pernafasan saat terjadi pertukaran gas di dalam alveoli,

Pada saat terjadi pertukaran gas di dalam alveoli, molekul tersebut akan

diangkut oleh sirkulasi darah di dalam paru-paru. Lalu, pesan yang diantarkan

keseluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatau aksi dengan pelepasan

substansi neurokimia berupa sebuah perasaan senang, tenang, dan rileks.

Pernafasan yang dalam akan menenangkan otot dan saraf dalam sistem

pernafasan sehingga meredakan gejala pernafasan seperti sesak nafas dan

mengurangi inflamasi, (Amelia, & Astuti, 2018).

Setelah diberikan aromaterapi selama 20-30 dalam 3x kunjungan,

Perawat melakukan evaluasi baik subyektif dan obyketif. Adapun evaluasi

subyektif yang didokumentasikan adalah: Klien mengatakan sesaknya sudah

berkurang, pasien merasa pernafasannya sudah lebih lega dan mudah. Pasien

juga mengatakan bahwa dadanya sudah tidak terasa berat lagi. Hasil evaluasi

obyektif meliputi: Pasien cukup kooperatif dalam tindakan yang diberikan

perawat, Frekuensi nafas 25x/menit, SPO2 96% , tidak ada tarikan cuping
64

hidung, irama nafas teratur dan kedalaman nafas normal. Tidak ada retraksi

dinding dada dan tidak ada penggunaan otot bantu nafas, getaran sama pada

seluruh lapang paru saat palpasi taktil fremitus. Suara sonor diseluruh lapang

paru pada perkusi paru, dan vesikuler diseluruh lobus paru pada auskultasi.

Pasien tampak mudah bernafas dan berbicara.

Hal ini sejalan dengan penelitian Pramudaningsih & Afriani, (2019)

mengenai pengaruh pemberian terapi inhalasi uap dengan aromaterapi

Eucalyptus dalam mengurangi sesak nafas pada pasien asma bronkhial

dengan rancangan penelitian quasy eksperimental two group pre test-post test

memberikan hasil yang signifikan pada kedua kelompok dengan nilai

p=0,007.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari asuhan keperawatan yang telah diberikan di

Poli Umum UPTD Puskesmas Tegallalang 1 dengan masalah prioritas adalah

ketidakefektifan pola nafas, selama 3 hari, adalah sebagai berikut:

a. Pasien berinisial An. Y berusia 12 tahun, berjenis kelamin perempuan,

pasien beragama Hindu, pasien seorang pelajar kelas 6 SD, beralamat di

Br. Apuh, Sebatu, Tegallalang-Gianyar. Pasien merupakan anak ketiga

dari tiga bersaudara, memiliki riwayat asma sejak kecil, dan sering

kambuh saat pasien kelelahan.

b. Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan: sesak dan sulit bernafas,

serta dadanya terasa berat. Frekuensi nafas 40x/menit, SPO 2 90%, nafas

cepat disertai tarikan cuping hidung, irama nafas pasien tampak tidak

teratur dan dangkal. Terdapat retraksi dinding dada dan penggunaan otot

bantu nafas, ditemukan getaran yang tidak sama pada lobus paru kanan

saat palpasi taktil fremitus. Pada perkusi ditemukan suara yang lebih redup

pada lobus paru kanan dan saat auskultasi terdengar suara wheezing pada

lobus paru kanan. Pasien tampak terengah-engah, bahkan sampai sulit

berbicara dan mulut pasien tampak terus menganga sambil memegangi

dadanya.

65
66

c. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien An. Y adalah:

Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi d/d pasien mengeluh sesak

dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat. Frekuensi nafas 40x/menit,

SPO2 90% , nafas cepat disertai tarikan cuping hidung, irama nafas pasien

tampak tidak teratur dan dangkal. Terdapat retraksi dinding dada dan

penggunaan otot bantu nafas, ditemukan getaran yang tidak sama pada

lobus paru kanan saat palpasi taktil fremitus. Pada perkusi ditemukan suara

yang lebih redup pada lobus paru kanan dan saat auskultasi terdengar suara

wheezing pada lobus paru kanan. Pasien tampak terengah-engah, bahkan

sampai sulit berbicara dan mulut pasien tampak terus menganga sambil

memegangi dadanya.

d. Untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas, rencana tindakan

yang telah dilakukan pada An. Y adalah memberikan aromaterapi selama

20-30 menit selama 3x kunjungan, dengan pemberian aromaterapi

kombinasi dengan menggunakan eucalyptus essential oil dan peppermint

essential oil menggunakan metode 10:10.

e. Setelah diberikan aromaterapi selama 20-30 dalam 3x kunjungan, Klien

mengatakan sesaknya sudah berkurang, pasien merasa pernafasannya

sudah lebih lega dan mudah. Tindakan ini berdampak postif terhadap

pasien, terbukti hasil observasi menunjukkan frekuensi nafas 25x/menit,

SPO2 96%, tarikan cuping hidung, irama dan kedalaman nafas, retraksi
67

dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, taktil fremitus, suara pada

perkusi dan auskultasi paru tidak ada deviasi dari kisaran normal (skala 5).

f. Pasien juga mengatakan bahwa dadanya sudah tidak terasa berat lagi.

Hasil evaluasi obyektif meliputi: Pasien cukup kooperatif dalam tindakan

yang diberikan perawat, Frekuensi nafas 25x/menit, SPO2 96% , tidak

ada tarikan cuping hidung, irama nafas teratur dan kedalaman nafas

normal. Tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada penggunaan otot

bantu nafas, getaran sama pada seluruh lapang paru saat palpasi taktil

fremitus. Suara sonor diseluruh lapang paru pada perkusi paru, dan

vesikuler diseluruh lobus paru pada auskultasi. Pasien tampak mudah

bernafas dan berbicara.

B. Saran

1) Badan Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis asuhan keperawatan ini, diharapkan pihak

UPTD Puskesmas Tegallalang I dan mahasiswa yang menjalani praktek

kerja lapangan mampu memberikan aromaterapi metode 10:10 pada pasien

dengan asma bronkial yang melakukan rawat jalan di UPTD Puskesmas

Tegallalang I.

2) Bidang Pendidikan

Hasil analisis ini diharapkan dapat dikembangkan dengan pemberian

praktek laboraturium di institusi pendidikan kesehatan sebagai bagian dari

pengembangan ilmu dan praktik khususnya keperawatan.


68

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian ini, agar dapat

lebih mengembangkan lagi penelitian terkait pemberian aromaterapi

dengan metode 10:10 untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas

pada pasien asma bronkial.


67
DAFTAR PUSTAKA

Amelia., S, Oktorina, R., & Astuti., N. (2018). Aromaterapi Peppermint Terhadap


Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Dengan
Bronkopneumonia. Real in Nursing Journal (RNJ), 1(2), 8.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS).

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018a). Hasil Utama Riskesdas


2018.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018b). Laporan Provinsi Bali


RISKESDAS 2018. KEMENKES RI.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C. M. (2016).


Nursing Intervention Classification (NIC) (6th ed). Elsevier Inc.

Cahyasari, T. (2015). Perbedaan Efektivitas Inhalasi Aromaterapi Leveder dan


Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Persepsi Nyeri Pada Insersi AV Shunt
Pasien Hemodialisis RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Craig Hospital. (2013). Aromatherapy.


http://www.craighospital.org/respiratorydocuments/heathinfo/PDFs/801.CA
M.Aromatherapy.pdf.

Djamil, A., Hermawan, N. S. A., & Febriani, W. A. (2020). Faktor yang


Berhubungan dengan Kekambuhan Asma pada Pasien Faktor yang
Berhubungan dengan Kekambuhan Asma pada Pasien Dewasa. Wellness and
Healthy Magazine, 2(1)(February), 29–40.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh

Fatimah, O. R. (2018). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lemon Essential Oil


Terhadap Mual Muntah Pasca Operasi Sectio Caesarea Dengan Spinal
Anestesi di RSKIA Sadewa Sleman.

Furaida, U. (2020). Perbedaan Derajat Sesak Napas Sebelum Dan Sesudah


Diberikan Terapi Inhalasi Daun Mint Pada Pasien Asma Rawat Jalan Di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota Salatiga. UNW.

GINA. (2016). Global Strategy for Asthma Management and Prevention ( 2016
update ). Global Initiative For Asthma.

Global Initiative For Asthma (GINA). (2016). Pocket Guide for Asthma
Management And Prevention for Adults and Children Older than 5 Year.
GINA. (2017). Teaching Slide Set 2017 Update. Global Initiative For Asthma.

Hadiarto, M. (2015). Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma. Jurnal Respirologi


Indonesia, 15(3), 113–119.

Infodatin. (2019). Penderita Asma Di Indonesia. Pusat Data Dan Informasi


Kementrian Kesehatan RI.

Keliat, B.A., Windarwati, H.D., Pawirowiyono, A., Subu, M. A. (2015a).


Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2020 (10th ed.). EGC.

Manurung, S. (2011). Keperawatan Profesional. Trans Info Media.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed). Elsevier Inc.

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA Jilid 3 (Revisi). Mediaction Publishing.

Ohayon, MM., Rynolds CF., Ali B., Ahmad, A., Shamps, S. (2015). Essential Oils
Used in Aromatherapy: a systemic review. Asian Pac J Trop Biomed, 5, 8.

Padila. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.

Pramudaningsih, Icca Narayani & Afriani, E. (2019). Pengaruh Terapi Inhalasi


Uap Dengan Aromaterapi Eucalyptus Dengan Dalam Mengurangi Sesak
Nafas Pada Pasien Asma Bronkial Di Desa Dersalam Kecamatan Bae Kudus.
Jurnal Profesi Keperawatan (JPK), 6(1), 16–29.

Posadzki, Paul., Alotaibi, Amani & Ernst, E. (2012). Adverse Effect of


Aromatherapy: A systematic review of case reports and case series.
International Journal of Risk & Safety in Medicine.

Riyadi, S. S. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Osyen Publishing.

Saputra, Lyndon & Dwisang, E. . (2012). Anatomi & Fisiologi untuk Perawat dan
paramedis. Binarupa Aksara Publisher.

United States Environtmental Protection Agency. (2016). Asthma Facts. EPA,


May.

Wijaya, A.S. & Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1 (Keperawatan


Dewasa (Pertama). Nuha Medika.
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Lampiran 3

SOP PEMBERIAN AROMATERAPI KOMBINASI METODE 10:10

No Aspek Yang Dinilai


Tahap Pra Interaksi
1 Melihat Catatan Keperawatan medis
2 Menyiapkan alat:
a. Alat diffuser
b. Aromaterapi eucalyptus essential oil dan peppermint essential oil
c. Sarung tangan
d. Handsanitizer
3 Mencuci tangan
Tahap Orientasi
4 Beri salam, panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri
5 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/ keluarga
Tahap Kerja
6 Ciptakan lingkungan yang rileks dan tenang
7 Menjaga privasi pasien
8 Atur posisi pasien dengan posisi duduk/ dengan posisi tegak/setengah
duduk
9 Cuci tangan dengan handsanitizer dan gunakan sarung tangan
10 Cek tanda-tanda vital
11 Nyalakan alat diffuser, teteskan 4 tetes aromaterapi eucalyptus
essential oil
12 Anjurkan pasien untuk menghirup aromaterapi eucalyptus essential oil
selama 10 menit
13 Anjurkan klien beristirahat selama 10 menit
14 Nyalakan Kembali diffuser, teteskan 3 tetes aromaterapi peppermint
essential oil
15 Anjurkan pasien menghirup aroma terapi peppermint essential oil
selama 10 menit
16 Rapikan pasien dan atur kembali posisi pasien
17 Rapikan alat
18 Cek tanda-tanda vital kembali
19 Melepas sarung tangan
20 Anjurkan klien beristirahat selama 10 menit
Tahap Terminasi
21 Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
22 Beri reinforcement positif pada pasien
23 Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu dan tempat)
24 Mencuci tangan
Tahap Dokumentasi
25 Catat hasil kegiatan dalam catatan keperawatan
Lampiran 6

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI Nomor : 122/D/O/2012
TERAKREDITASI BAN PT. NOMOR 351/SK/BAN-PT/Akred/PT/V/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl.Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung-Badung
Telp/Fax. (0361) 433132 Fax: 419959 Email: binausada@yahoo.com
Web: binausadabali.ac.id

LEMBAR BIMBINGAN
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Mahasiswa : Made Santika Dewi, S.Kep

NIM : C2220138
Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan
Judul : Pola Nafas Yang Diberikan Aromaterapi Kombinasi Menggunakan
Metode 10 : 10 Di UPTD Puskesmas Tegallalang 1

Pembimbing : Ns. Ni Made Ari Sukmandari, S.Kep.,M.Kes

No. Hari/ Topik Bimbingan Saran Paraf

Tanggal Pembimbing

1 Rabu/4-11-2020 Pengajuan judul Lanjutkan BAB I

2 Kamis/19-11-2020 Pengajuan BAB I Revisi BAB I

3 Minggu/13-12-2020 Pengajuan revisi BAB I Revisi BAB I,

lanjutkan BAB II

4 Selasa/29-12-2020 Pengajuan revisi BAB I & Lanjutkan BAB III

pengajuan BAB II
5 Kamis/14-1-2021 Pengajuan BAB III Lanjutkan BAB IV

6 Kamis/21-1-2021 Pengajuan BAB IV Revisi BAB IV,

lanjutkan BAB V &

Abstrak

7 Senin/1-2-2021 Pengajuan Revisi BAB IV Konsulkan KIAN

lengkap serta abstrak

8 Rabu/3-2-2021 Pengajuan KIAN lengkap ACC

Lanjut Ujian KIAN

9 Rabu/3-2-2021 Pengajuan Lembar ACC

Pengesahan

Anda mungkin juga menyukai