i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
Nim : C2220138
Tanda Tangan :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan Oleh:
Pembimbing
Mengetahui,
Program Studi Profesi Ners
Ketua
Ns. I Putu Artha Wijaya, S. Kep.,M.Kep Ns. Ni Made Ari Sukmandari, S.Kep.,M.Kes
NIDN: 0821058603 NIDN:0812108702
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
Penguji I Penguji II
Ns. Ida Ayu Agung Laksmi, S.Kep.,M.Kep Ns. Ni Made Ari Sukmandari, S.Kep.,M.Kes
NIDN: 0801019002 NIDN: 0812108702
Mengetahui,
Program Studi Profesi Ners
Ketua
iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI PROGRAM STUDI NERS
ABSTRAK
v
HEALTH ISTITUTION
BINA USADA BALI NERS PROGRAM
ABSTRACT
Literature : 27 (2011-2020)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
akhir ners yang berjudul “ Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah akhir ners dan
1. Dr. Ir I Putu Santika, MM, selaku Ketua STIKES Bina Usada Bali yang telah
yang telah berkenan memberikan izin untuk menjalani praktek dan melakukan
3. Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKES Bina Usada Bali yang telah memberikan arahan dalam
4. Ns. Ni Made Ari Sukmandari, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing yang telah
vii
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan
kritik yang membangun. Akhirnya, semoga karya tulis ilmiah ini dapat
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. v
BAB I: PENDAHULUAN
ix
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ................................................................................ 6
3. Etiologi ................................................................................ 10
4. Klasifikasi ........................................................................... 10
6. Patofisiologi ........................................................................ 12
7. Pathway ............................................................................... 13
8. Komplikasi .......................................................................... 14
1. Definisi ............................................................................... 16
2. Tujuan ................................................................................ 16
1. Pengkajian ........................................................................... 19
2. Diagnosa Keperawatan........................................................ 20
5. Evaluasi ............................................................................... 30
x
BAB III: LAPORAN KASUS KELOLAAN
1. Pengkajian ........................................................................... 36
3. Diagnosa Keperawatan........................................................ 45
5. Evaluasi ............................................................................... 53
A. Simpulan .................................................................................. 65
B. Saran ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
xi
DAFTAR SKEMA
xiv
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Studi Pendahuluan Penelitian Dari Stikes Bina Usada Bali
Kudus.
Dengan Bronkopneumonia.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada jalan nafas (GINA, 2017). Permasalahan yang kerap muncul pada
penderita asma yaitu ketidakefektifan pola nafas yang ditandai dengan sesak
(Keliat dkk, 2015). Ketidakefektifan pola nafas menjadi masalah utama dan
merupakan hal umum terjadi pada anak-anak dibawah empat belas tahun.
masalah pola nafas, hal tersebut menjadi penyebab hospitalisasi pada anak-
4,6% dan Provinsi Bali menempati posisi ketiga sebesar 3,8%, (Infodatin,
2019). Kejadian asma dengan kategori anak-anak usia 5-14 tahun sebesar
1,9% dan usia 14-25 tahun sebesar 2,2%, proporsi kekambuhan asma dengan
ketidakefektifan pola nafas yakni sesak nafas yang terjadi pada anak usia 5-14
1
2
anak di Provinsi Bali melalui hasil Riskesdas, (2013) mencapai 3,9 juta.
sebesar 3,79% dan sebagian besar adalah anak-anak usia 1-10 tahun
ketidakefektifan pola nafas pada tahun 2018 terdapat 467 kasus, tahun 2019
tercatat sebanyak 340 kasus, dan hasil survei kejadian asma pada tahun 2020
dari bulan Januari sampai dengan bulan Oktober tercatat ada 351 kasus
dengan beberapa cara yaitu: teknik pernafasan, akupuntur, terapi tertawa, dan
diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan saat terjadi pertukaran
gas di dalam alveoli, sehingga menenangkan otot dan saraf dalam sistem
mengurangi inflamasi.
3
mengenai perbedaan derajat sesak nafas sebelum dan sesudah diberikan terapi
inhalasi daun mint pada pasien asma rawat jalan dan hasilnya menunjukkan
sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat. Berdasarkan latar
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tegallalang 1
1. Pelayanan Keperawatan
2. Masyarakat
dirumah.
3. Institusi Pendidikan
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
serangan sesak nafas dan mengi berulang, yang bervariasi dalam tingkat
beberapa kali dalam sehari atau seminggu pada penderita, dan bagi
sebagian orang menjadi lebih buruk selama aktivitas fisik atau dimalam
yang khas seperti mengi, sesak nafas, sesak pada dada dan batuk yang
6
7
2. Anatomi Fisiologi
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
hidung.
b. Faring
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher
8
lubang esofagus).
c. Laring
menutupi laring.
d. Trakea
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
e. Bronkus
paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
f. Paru-paru
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel, luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada
kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media,
dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus
menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral yaitu selaput paru yang
3. Etiologi/Predisposisi
a. Asma ektrinsik/alergi
anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang
dan debu.
b. Asma intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yan jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik, atau emosi sering
c. Asma campuran
4. Klasifikasi
penyempitan bronkus.
6. Patofisiologi
disebabkan oleh satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi
yang melapisi bronkhi, dan pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Pada asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan
7. Pathway
Skema 2.1 Pathway Asma Bronkial
Penurunan Stimuli
Mukus Bronkhial Menjadi
Reseptor Terhadap Iritan
Sensitif Oleh Ig E
Pada Trakeobronkhial
Peningkatan Permiabilits
Vaskuler Akibat Kebocoran Stimuli Bronkhial Smooth
Protein dan cairan Dalam dan Kontraksi Otot
Jaringan Bronkhiolus
Perubahan Jaringan,
Peningkatan Ig E Dalam
Serum
Intoleransi Aktivitas
Ansietas Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
8. Komplikasi
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
kegagalan napas.
udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga
dada.
9. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
(nebulizer/inhaler)
d. Pemeriksaan cosinofit
10. Penatalaksanaan
Menurut Wijaya & Putri, (2013) penatalaksanaan pada pasien asma dibagi
a. Non farmakalogi:
2) Mencegah kekambuhan
mempertahankannya
exercises
b. Farmakologi:
16
air putih
1. Definisi
dkk, 2015).
2. Tujuan
a. Mengurangi stress
b. Mengurangi kecemasan
d. Meringankan nyeri
g. Menyembuhkan infeksi
3. Prinsip Pelaksanaan
b. Bernafas normal
menit
4. Prosedur pelaksanaan
karya ilmiah ini diambil dan dimodifikasi dari SOP yang digunakan oleh
Fase Tindakan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
e. Pemeriksaan fisik
pada kuku atau ujung jari. Atau kulit tampak kebiruan akibat
d) Pemeriksaan dada:
dingin.
sputum berlebih.
gas darah.
2. Diagnosa Keperawatan
dkk, 2015).
21
3. Intervensi Keperawatan
2 Ketidakefektifan pola nafas 1. NOC Label: Status Pernafasan: Ventilasi 1. NIC Label: Monitor Pernafasan
berhubungan dengan Definisi: Keluar masuknya udara dari dan ke dalam Aktivitas-aktivitas
hiperventilasi paru a. Monitor kecepatan, irama, kedalam, dan
Indikator: adanya tanda kesulitan bernafas
Definisi: Inspirasi dan atau a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari b. Monitor adanya suara nafas tambahan
ekspirasi yang tidak kisaran normal (skala 5) c. Monitor saturasi oksigen sesuai dengan
memberi ventilasi adekuat b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran protokol yang ada
normal (skala 5) d. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu,
c. Kedalaman inspirasi tidak ada deviasi dari hiperventilasi, pernafasan kusmaul,)
kisaran normal (skala 5) e. Pasang sensor atau alat pemantauan oksigen
d. Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari non invasi sesuai prosedur yang ada
kisaran normal (skala 5) f. Auskultasi suara nafas dan catat keberadaan
e. Volume tidal tidak ada deviasi dari kisaran suara nafas tambahan
normal (skala 5) g. Berikan minuman hangat untuk melegakan
f. Penggunaan otot bantu nafas tidak ada (skala 5) pernafasan
g. Retraksi dinding dada tidak ada (skala 5) h. Diskusikan keluhan sesak termasuk kegiatan
h. Dispnea saat istirahat dan beraktivitas tidak ada yang meningkatkan atau memperburuk sesak
(skala 5) nafas
i. Taktil fremitus tidak ada (skala 5) i. Kolaborasikan pemeriksaan foto thorak
24
3 Hambatan pertukaran gas 1. NOC Label: Perfusi Jaringan: Perifer 1. NIC Label: Terapi Oksigen
berhubungan dengan Definis: Kecukupan aliran darah dan oksigen Aktivitas-aktivitas
ketidakseimbangan melalui pembuluh darah kecil di ujung a. Monitor vital sign, status pernafasan dan status
ventilasi dan perfusi kaki dan tangan untuk mempertahankan oksigenasi
fungsi jaringan. b. Monitor kecemasan pasien terhadap pemberian
Definisi: Kelebihan atau Indikator: terapi oksigenasi
defisit pada oksigenasi dan a. Pengisian kapiler jari tidak ada deviasi dari c. Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien
atau eleminasi karbon kisaran normal (skala 5) d. Atur posisi pasien dalam posisi semifowler
dioksida pada membran b. Pengisian kapiler jari kaki tidak ada deviasi dari e. Berikan terapi oksigenasi sesuai kebutuhan
alveolar-kapiler kisaran normal (skala 5) f. Diskusikan bersama pasien dan keluarga untuk
c. Pengisian kapiler jari tangan tidak ada deviasi penggunaan oksigen di rumah
dari kisaran normal (skala 5) g. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain
d. Muka pucat tidak ada (skala 5) mengenai penggunaan oksigen tambahan selama
e. Sianosis tidak ada (skala 5) kegiatan atau tidur.
f. Kelemahan otot tidak ada (skala 5) 2. NIC Label: Manajemen Asam Basa
2. NOC Label: Perfusi Jaringan: Pulmonari Aktivitas-aktivitas
Definisi: Kecukupan aliran darah dan oksigen a. Monitor kecenderungan pH arteri, PaCO2, dan
melalui pembuluh darah pulmonari untuk HCO3 dan kompensasi mekanisme fisiologi yang
perfusi unit alveolar- kapiler terjadi
26
4 Intoleransi aktivitas 1. NOC Label: Toleransi Terhadap Aktivitas 1. NIC Label: Terapi Oksigen
berhubungan dengan Definisi: Respon fisiologi terhadap pergerakan Aktivitas-aktivitas
ketidakseimbangan antara yang memerlukan energi dalam a. Monitor vital sign dan status pernafasan
suplai dan kebutuhan aktivitas sehari-hari. b. Monitor tanda adanya kekurangan oksigen
oksigen Indikator: c. Monitor status oksigenasi
a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas tidak d. Monitor kecemasan pasien terhadap
Definisi: ketidakcukupan terganggu (skala5) pemberian terapi oksigenasi
energi psikologis atau b. Frekuensi nadi dan pernafasan ketika e. Monitor efektifitas pemberian terapi oksigen
fisiologis untuk beraktivitas tidak terganggu (skala 5) f. Monitor kebutuhan oksigenasi pasien saat
mempertahankan atau c. Warna kulit tidak terganggu (skala 5) beraktivitas
menyelesaikan aktivitas d. Kemampuan melakukan aktivitas hidup g. Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien
kehidupan sehari-hari yang harian (ADL) tidak terganggu (skala 5) h. Atur posisi pasien dalam posisi fowler atau
harus atau yang ingin e. Kemampuan berbicara saat melakukan semifowler untuk memaksimalkan ventilasi
dilakukan aktivitas fisik tidak terganggu (skala 5) i. Berikan terapi oksigenasi sesuai kebutuhan
2. NOC Label: Status Pernafasan (saat beraktivitas atau saat beristirahat)
Definisi: Proses keluar masuknya udara di paru- j. Diskusikan bersama pasien dan keluarga untuk
paru serta pertukaran oksigen dengan penggunaan oksigen di rumah saat beraktivitas
karbondioksida di alveoli atau saat beristirahat
28
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
Tampaksiring I)
31
32
Rawat Inap sejak tahun 1995 dan baru berfungsi secara optimal sejak
ringan, pelayanan umum dan unit gawat darurat (UGD). Unit rawat
Ahli Gizi (1 orang), Bidan (33 orang), Perawat (16 orang), Perawat
Tegallalang 1.
sedang berlangsung.
Puskesmas Tegallalang I
masyarakat
1. Pengkajian
dengan keluhan sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat,
riwayat asma sejak kecil, dan sering kambuh saat pasien kelelahan.
dirawat inap, karena selalu merasa takut, gelisah dan tidak nyaman
asmanya kambuh.
keluarganya.
h. Pemeriksaan fisik:
KU: Pasien tampak lemah dan wajah pasien tampak pucat, secara
37,8˚C, RR: 40x/menit. TB: 150 cm, BB: 45 kg, SPO2: 90%, CRT:
<2 detik.
38
2. Head to toe
kuku dan ujung jari, kulit wajah tampak kebiruan, akral teraba
c. Pemeriksaan dada:
memegangi dadanya.
paru kanan
paru kanan
Ka Ki
+ _
+ _
+
39
3. Analisa Data
Wheezing
memegangi dadanya.
Hipersekresi mukosa
43
Terjadi penumpukan
sputum
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
kambuh.
Bronkus mengalami
Data Obyektif penyempitan
tidak berani jauh dari orangtuanya Timbul rasa takut dan cemas
4. Diagnosa Keperawatan
dadanya.
5. Intervensi Keperawatan
DX
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
20/11/2020 I Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Pemberian Aroma Terapi Kombinasi
30 menit, dalam jangka waktu 3x kunjungan, j. Monitor kecepatan, irama, kedalam, dan adanya
tanda kesulitan bernafas
diharapkan status ventilasi baik dengan
k. Monitor adanya suara nafas tambahan dan pola
kriteria hasil:
nafas
NOC Label: Status Pernafasan: Ventilasi l. Monitor saturasi oksigen sesuai dengan protokol
yang ada
a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari
m. Ciptakan lingkungan yang rileks, tenang dan
kisaran normal (skala 5)
nayaman bagi pasien
b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari
n. Atur posisi pasien dengan posisi duduk dengan
kisaran normal (skala 5)
posisi tegak/setengah duduk
c. Kedalaman inspirasi tidak ada deviasi dari
48
30 menit, dalam jangka waktu 3x kunjungan, h. Monitor tanda-tanda vital, status pernafasan dan
oksigenasi sebagaimana mestinya
diharapkan jalan nafas paten dengan kriteria
i. Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
hasil:
j. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
sesuai prosedur
k. Lakukan penyedotan lendir endotrakea atau
NOC Label: Kepatenan Jalan Nafas
nasotrakea bila diperlukan
g. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi
l. Ajarkan tehnik batuk efektif
dari kisaran normal (skala 5)
m. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, dan
h. Kedalaman inspirasi tidak ada deviasi dari
batuk.
kisaran normal (skala 5)
n. Kolaborasi pemberian bronkodilator, resep inhaler
i. Kemampuan untuk mengeluarkan secret
dan pengobatan aerosol atau dengan pemberian
tidak ada deviasi dari kisaran normal
aromaterapi kombinasi (aromaterapi eucalyptus
(skala 5)
essential oil + aromaterapi peppermint essential oil)
j. Suara nafas tambahan tidak ada (skala 5)
masing-masing selama 10 menit.
50
k. Akumulasi sputum tidak ada (skala 5) o. Lakukan dokumentasi atas tindakan yang diberikan
l. Batuk tidak ada (skala 5) dan catat hasil dari tindakan yang dilakukan
20/11/2020 III Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label: Pengurangan Kecemasan
30 menit, dalam jangka waktu 3x kunjungan, g. Monitor tanda-tanda kecemasan verbal maupun non
verbal (peringai atau pergerakan lainnya)
diharapkan tingkat kecemasan berkurang
h. Monitor respon terhadap kecemasan verbal maupun
dengan kriteria hasil:
non verbal (peringai atau pergerakan lainnya)
NOC Label: Tingkat Kecemasan i. Monitor vital sign (TD, RR, Nadi) untuk memantau
adanya peningkatan tanda vital akibat kecemasan
g. Perasaan gelisah tidak ada (skala 5)
j. Ciptakan atau modifikasi lingkungan yang nyaman
h. Wajah tegang tidak ada (skala 5)
bagi pasien untuk mengurangi kecemasan yang
i. Sangat panik tidak ada (skala 5)
dirasakan pasien, disesuaikan dengan usia pasien
j. Rasa takut yang disampaikan secara lisan
k. Berikan tehnik relaksasi seperti terapi musik, terapi
tidak ada (skala 5)
bermain, penggunaan aromaterapi kombinasi
k. Peningkatan dari frekuensi nadi tidak ada
dengan aromaterapi eucalyptus essential oil +
(skala 5)
aromaterapi peppermint essential oil masing-
l. Peningkatan dari frekuensi nafas tidak ada
masing selama 10 menit untuk mengurangi
(skala 5)
kecemasan
m. Berkeringat dingin tidak ada (skala 5)
51
6. Implementasi Keperawatan
7. Evaluasi
DX
mengeluarkan dahak
dalam tindakan
non verbal
Dari tahap pengkajian yang telah dilakukan dengan teknik wawancara dan
pasien beragama Hindu, pasien seorang pelajar kelas 6 SD, beralamat di Br.
bersaudara, memiliki riwayat asma sejak kecil, dan sering kambuh saat pasien
terlebih saat asmanya kambuh. Pasien tidak memiliki alergi yang berat terhadap
makanan, obat atau sebagainya, namun kadang kala atau dalam kondisi tertetu
seperti saat daya tahan tubuhnya menurun, terjadi respon alergi terhadap
beberapa jenis makanan seperti makanan laut, dan pasien alergi terhadap cuaca
Secara fisik pasien tampak kurus dan cukup tinggi. An. Y dibawa ke
datang ke puskesmas dengan keluhan: sesak dan sulit bernafas, serta dadanya
sambil sesekali memegang dadanya. Hasil pemeriksaan fisik KU: Pasien tampak
lemah dan wajah pasien tampak pucat, Kesadaran Pasien: Compos Mentis, Vital
sign: TD: 100/75 mmHg, N: 90x/menit, S: 37,8˚C, RR: 40x/menit. TB: 150 cm,
56
57
pasien An. Y terlihat dalam kategori usia 12 tahun dimana pada masa-masa
tersebut setiap anak berisiko menderita alergi. Risiko alergi tersebut dapat
meningkat apabila seorang anak sering terpapar dengan benda/zat allergen itu
sendiri. Kategori penderita asma usia 5-14 tahun memiliki prevalensi sebesar
khas juga ditunjukkan pada jenis kelamin dimana An.Y adalah perempuan,
hasil statisik dari Riskesdas tahun 2018 mencatat bahwa prevalensi asma
pada perempuan sebesar 2,5% sedangkan laki-laki hanya 2,3% dari total
penduduk Indonesia.
riwayat asma sejak kecil memiliki risiko alergi pada makanan seperti
makanan laut dan alergi terhadap cuaca dingin, yang membuat asmanya
alergenik. Partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air
dan udara. Perubahan tekanan atmosfer dan sushu memperburuk asma sesak
Hasil dari pengkajian didapatkan dua jenis data, yaitu data subyektif
dan data obyektif. Adapun data subyektif yang didapatkan dari hasil
mengeluh sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat. Dan data
Frekuensi nafas 40x/menit, SPO2 90%, nafas cepat disertai tarikan cuping
hidung, irama nafas pasien tampak tidak teratur dan dangkal. Terdapat
retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas, ditemukan getaran
yang tidak sama pada lobus paru kanan saat palpasi taktil fremitus. Pada
perkusi ditemukan suara yang lebih redup pada lobus paru kanan dan saat
auskultasi terdengar suara wheezing pada lobus paru kanan. Pasien tampak
terengah-engah, bahkan sampai sulit berbicara dan mulut pasien tampak terus
Jika dianalisis dan ditilik berdasarkan data-data yang didapat dari hasil
pasien mengeluh sesak dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat.
Frekuensi nafas 40x/menit, SPO2 90% , nafas cepat disertai tarikan cuping
hidung, irama nafas pasien tampak tidak teratur dan dangkal. Terdapat
retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas, ditemukan getaran
yang tidak sama pada lobus paru kanan saat palpasi taktil fremitus. Pada
59
perkusi ditemukan suara yang lebih redup pada lobus paru kanan dan saat
auskultasi terdengar suara wheezing pada lobus paru kanan. Pasien tampak
terengah-engah, bahkan sampai sulit berbicara dan mulut pasien tampak terus
dan bronkus mengalami penyempitan, (Wijaya & Putri, 2013). Dengan tanda
gejala seperti; frekuensi nafas cepat, irama nafas tidak teratur dan dangkal.
Terdapat retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas, getaran
yang tidak sama pada salah satu lobus paru saat palpasi taktil fremitus,
ditemukan suara yang lebih redup pada saat perkusi dan terdengar suara
pola nafas dirasa diagnosa paling tepat dan menjadi priotitas utama dalam
C. Analisis Intervensi
dari pasien serta keluarga sehingga tindakan ini sesuai dengan kriteria hasil
nafas dan memaksimalkan ventilasi. Disamping itu pemberian terapi ini juga
dapat melegakan jalan nafas jika terdapat dahak yang tertahan, terapi ini
terapi inhalasi aromaterapi memberi efek yang postitif bagi penderita asma.
mempengaruhi sistem saraf, dengan begitu sekresi hormon pada tubuh akan
eksperimental two group pre test-post test dan memberikan hasil yang
signifikan pada kedua kelompok dengan nilai p=0,007. Dimana, hal tersebut
sesak nafas pada pasien asma bronkhial. Selain itu, pemberian aromaterapi
yang dilakukan oleh Amelia & Astuti, (2018) mengenai pengaruh pemberian
D. Analisis Implementasi
bertujuan :
b. Mengurangi stress
c. Mengurangi kecemasan
e. Meringankan nyeri
h. Menyembuhkan infeksi
bernafas, adanya suara nafas tambahan dan pola nafas serta saturasi oksigen
nyaman bagi pasien dan mengatur posisi pasien dengan posisi duduk atau
vital, mengkaji kembali pola nafas, irama, frekuensi dan status pernafasan
63
pasien. Lakukan dokumentasi tindakan yang telah diberikan serta catat hasil
cepat (olfaction) dan meneruskannya pada pusat emosi di otak (sistem limbik)
mukosa pada saluran pernafasan saat terjadi pertukaran gas di dalam alveoli,
Pada saat terjadi pertukaran gas di dalam alveoli, molekul tersebut akan
diangkut oleh sirkulasi darah di dalam paru-paru. Lalu, pesan yang diantarkan
Pernafasan yang dalam akan menenangkan otot dan saraf dalam sistem
berkurang, pasien merasa pernafasannya sudah lebih lega dan mudah. Pasien
juga mengatakan bahwa dadanya sudah tidak terasa berat lagi. Hasil evaluasi
perawat, Frekuensi nafas 25x/menit, SPO2 96% , tidak ada tarikan cuping
64
hidung, irama nafas teratur dan kedalaman nafas normal. Tidak ada retraksi
dinding dada dan tidak ada penggunaan otot bantu nafas, getaran sama pada
seluruh lapang paru saat palpasi taktil fremitus. Suara sonor diseluruh lapang
paru pada perkusi paru, dan vesikuler diseluruh lobus paru pada auskultasi.
dengan rancangan penelitian quasy eksperimental two group pre test-post test
p=0,007.
BAB V
A. Simpulan
dari tiga bersaudara, memiliki riwayat asma sejak kecil, dan sering
serta dadanya terasa berat. Frekuensi nafas 40x/menit, SPO 2 90%, nafas
cepat disertai tarikan cuping hidung, irama nafas pasien tampak tidak
teratur dan dangkal. Terdapat retraksi dinding dada dan penggunaan otot
bantu nafas, ditemukan getaran yang tidak sama pada lobus paru kanan
saat palpasi taktil fremitus. Pada perkusi ditemukan suara yang lebih redup
pada lobus paru kanan dan saat auskultasi terdengar suara wheezing pada
dadanya.
65
66
dan sulit bernafas, serta dadanya terasa berat. Frekuensi nafas 40x/menit,
SPO2 90% , nafas cepat disertai tarikan cuping hidung, irama nafas pasien
tampak tidak teratur dan dangkal. Terdapat retraksi dinding dada dan
penggunaan otot bantu nafas, ditemukan getaran yang tidak sama pada
lobus paru kanan saat palpasi taktil fremitus. Pada perkusi ditemukan suara
yang lebih redup pada lobus paru kanan dan saat auskultasi terdengar suara
sampai sulit berbicara dan mulut pasien tampak terus menganga sambil
memegangi dadanya.
sudah lebih lega dan mudah. Tindakan ini berdampak postif terhadap
SPO2 96%, tarikan cuping hidung, irama dan kedalaman nafas, retraksi
67
dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, taktil fremitus, suara pada
perkusi dan auskultasi paru tidak ada deviasi dari kisaran normal (skala 5).
f. Pasien juga mengatakan bahwa dadanya sudah tidak terasa berat lagi.
ada tarikan cuping hidung, irama nafas teratur dan kedalaman nafas
normal. Tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada penggunaan otot
bantu nafas, getaran sama pada seluruh lapang paru saat palpasi taktil
fremitus. Suara sonor diseluruh lapang paru pada perkusi paru, dan
B. Saran
Tegallalang I.
2) Bidang Pendidikan
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian ini, agar dapat
GINA. (2016). Global Strategy for Asthma Management and Prevention ( 2016
update ). Global Initiative For Asthma.
Global Initiative For Asthma (GINA). (2016). Pocket Guide for Asthma
Management And Prevention for Adults and Children Older than 5 Year.
GINA. (2017). Teaching Slide Set 2017 Update. Global Initiative For Asthma.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed). Elsevier Inc.
Ohayon, MM., Rynolds CF., Ali B., Ahmad, A., Shamps, S. (2015). Essential Oils
Used in Aromatherapy: a systemic review. Asian Pac J Trop Biomed, 5, 8.
Saputra, Lyndon & Dwisang, E. . (2012). Anatomi & Fisiologi untuk Perawat dan
paramedis. Binarupa Aksara Publisher.
LEMBAR BIMBINGAN
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
NIM : C2220138
Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan
Judul : Pola Nafas Yang Diberikan Aromaterapi Kombinasi Menggunakan
Metode 10 : 10 Di UPTD Puskesmas Tegallalang 1
Tanggal Pembimbing
lanjutkan BAB II
pengajuan BAB II
5 Kamis/14-1-2021 Pengajuan BAB III Lanjutkan BAB IV
Abstrak
Pengesahan