Anda di halaman 1dari 80

ii

ANALISIS PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA


ASUHAN KEPERAWATAN TN. K DENGAN MASALAH
NYERI DI EMERGENCY DEPARTMENT
RUMAH SAKIT BIMC KUTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

NI KOMANG ARINI, S. Kep


NIM. C2220070

PEMINATAN RUANG UNIT GAWAT DARURAT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2021
ANALISIS PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA ASUHAN
KEPERAWATAN TN. K DENGAN MASALAH NYERI
DI EMERGENCY DEPARTMENT
RUMAH SAKIT BIMC KUTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Nerspada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali

NI KOMANG ARINI, S. Kep


NIM. C2220070

PEMINATAN RUANG UNIT GAWAT DARURAT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2021
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Ni Komang Arini, S.Kep

NIM : C2220070

Tanda Tangan :

Tanggal :

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA ASUHAN


KEPERAWATAN TN. K DENGAN MASALAH NYERI
DI EMERGENCY DEPARTMENT
RUMAH SAKIT BIMC KUTA

Diajukan Oleh :

NI KOMANG ARINI, S.Kep


NIM. C2220070

Mangupura, Pebruari 2021

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing:

Mengetahui,
Program Studi Profesi Ners
Ketua Dosen Pembimbing

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep.,M.Kep Ns. Komang Yogi Triana, S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep A
NIDN. 0821058603 NIDN. 0825118901

iv
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA ASUHAN


KEPERAWATAN TN. K DENGAN MASALAH NYERI
DI EMERGENCY DEPARTMENT
RUMAH SAKIT BIMC KUTA
TANGGAL

Diajukan Oleh :

NI KOMANG ARINI, S.Kep


NIM. C2220070

Mangupura,

Telah Disahkan Oleh Tim Penguji terdiri dari :

Penguji I Penguji II

Ns. I Dewa Ag Gede Fanji P, S.Kep.,M.Kep Ns. Komang Yogi Triana, S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep A
NIDN. 0805059301 NIDN. 0825118901

Mengetahui,
Program Studi Profesi Ners
Ketua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep

NIDN. 0821058603
v
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE BINA USADA BALI
NURSING PROFESSIONAL STUDY PROGRAM

Works of final science Ners, Pebruary 2021

Ni Komang Arini, S.Kep

Analysis Application of ClassicMusic Therapy to Mr.K with Problem of Acute Pain in


Emergency Department Bimc Hospital Kuta

xv + 86 + 5 tables + 1 attachment

ABSTRACT

Fractures can occur due to excessive pressure compared to the ability of the bones
to withstand pressure, the pressure that occurs on the bones can be in the form of rotating
pressure or bending pressure. This scientific work was conducted to determine the
provision of classical music therapy nursing intervention in patients with fractures of 1/3
distal right femoralis. The nursing problem that often arises in patients with fractures of
1/3 distal right femoralis acute pain.

Quality and mandatory nursing care is indispensable to address patient pain


problems and support medical treatment. The technique used to reduce pain intensity in
patients is by providing classical music which can provide a calming effect and
collaboration with doctors in providing analgesic pharmacological therapy, so as to
control or reduce pain intensity. Implementation is carried out in two hours. The
evaluation of the procedure is that the pain gradually decreases from a scale of five
(moderate) to two (low) scale of pain.

The conclusion of this scientific work is classical music therapy is effective in


controlling and reducing patient complaints of acute pain. Suggestion for health services is
to consider non-pharmacological pain management of classical music therapy as an
independent nursing action in dealing with or controlling pain in patients.

Keywords: Fracture, Acute Pain, Classical Music Therapy

Bibliography: 30 (2010-2020)

vi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Karya Ilmiah Akhir Ners, Pebruari 2021

Ni Komang Arini, S.Kep

Analisis Penerapan Terapi Musik Klasik pada Asuhan Keperawatan Tn. K dengan
Masalah Nyeri Akut di Emergency Department Rumah Sakit Bimc Kuta

xv + 86 + 5 tabel + 1 lampiran

ABSTRAK

Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang berlebih dibandingkan


kemampuan tulang dalam menahan tekanan, tekanan yang terjadi pada tulang dapat berupa
tekanan berputar maupun tekanan membengkok. Karya ilmiah ini dilakukan untuk
mengetahui pemberian intervensi keperawatan terapi music klasikpada pasien dengan
fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra.Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengn fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra adalah Nyeri Akut.

Asuhan keperawatan yang berkualitas dan mandri sangat diperlukan untuk


mengatasi masalah nyeri pasien dan mendukung pengobatan medis. Teknik yang
digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri pada pasien yaitu dengan memberikan musik
klasik yang dapat memberikan efek menenangkan dan kolaborasi bersama dokter dalam
meberikan terapi farmakologis analgetik, sehingga dapat mengontrol atau mengurangi
intensitas nyeri. Implementasi dilakukan dalam 1 x 2 jam. Evaluasi dari tindakan tersebut
adalah nyeri secara berkurang dari skala 5 (sedang) ke skala 2 (rendah).

Simpulan dari karya ilmiah ini adalah Terapi Musik Klasik efektif dalam
mengontrol/ mengurangi keluhan Nyeri Akut pasien. Saran untuk pelayanan kesehatan
adalah agar menjadikan pertimbangan terhadap manajemen nyeri non-farmakologi Terapi
Musik Klasik sebagai tindakan mandiri keperawatan dalam mengatasi atau mengontrol
nyeri pada pasien.

Kata Kunci : Fraktur, Nyeri Akut, Terapi Musik Klasik

Daftar Pustaka: 30 (2010-2020)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

anugrahNya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang

berjudul “Analisis Penerapan Terapi Musik Klasik pada Asuhan Keperawatan Tn.

K dengan Masalah Nyeri Akut di Emergency Department Rumah Sakit Bimc

Kuta” dengan sebaik-baiknya. Karya Ilmiah Akhir Ners ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina

Usada Bali.

Dalam proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak lepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga Karya Ilmiah Khir Ners ini

dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan baik ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang :

1. Bapak Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep, selaku Kepala

Program Studi Profesi Ners STIKes Bina Usada Bali.

2. Direktur Rumah Sakit Bimc Kuta yang telah memberikan ijin praktik

untuk penulis

3. Ibu Ns. Komang yogi Triana, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep A selaku

Pembimbing Akademik penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners yang

senantiasa sabar dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

4. Rekan sejawat Program Studi Profesi Ners STIKes Bina Usada Bali

yang telah sama-sama berjuang menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir

Ners

viii
5. Keluarga yang selalu memberikan doa, motivasi,

dukungan moral dan material untuk segera menyelesaikan tugas

akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih

terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penyusunannya. Penulis

berharap Karya Ilmiah Akhir Ners ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Mangupura, Pebruari 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.....................................................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................v

ABSTRAK............................................................................................................

...............................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................

...............................................................................................................................viii

DAFTAR ISI.........................................................................................................

...............................................................................................................................ix

BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1

B. Perumusan Masalah.......................................................................... 5

C. Tujuan Karya Ilmiah........................................................................ 6

1. Tujuan Umum............................................................................. 6

2. Tujuan Khusus............................................................................ 6

D. Manfaat Karya Ilmiah...................................................................... 7

BAB II : TINJAUAN ........................................................................................... 9

A. Konsep Dasar Penyakit

x
1. Definisi

2. Anatomi Fisiologi

10

3. Etiologi

11

4. Klasifikasi

11

5. Manifestasi Klinis

11

6. Patofisiologi

11

7. Komplikasi

12

8. Pemeriksaan Penunjang 13

9. Penatalaksanaan

14

B. Tindakan Penatalaksanaan yang Dipilih

15

1. Definisi Terapi Musik

15

2. Tujuan Terapi Musik

16
xi
3. Prinsip PelaksanaanTerapi Musik

18

4. Prosedur PenggunaanTerapi musik

19

5. Kolcaba Teori

20

C. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

21

1. Pengkajian

21

2. Diagnosa Keperawatan

30

3. Intervensi Keperawatan Berdasarkan Teori

31

4. Implementasi Keperawatan

34

5. Evaluasi Keperawatan

34

BAB III : LAPORAN KASUS KELOLAAN

35

A. Profil Lahan Praktik

35

xii
B. Ringkasan Asuhan Keperawatan

36

1. Pengkajian

36

2. Analisa Data

40

3. Diagnosa Keperawatan

42

4. Intervensi Keperawatan Berdasarkan Kasus Kelolaan

43

5. Implementasi Keperawatan

46

6. Evaluasi

50

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

51

A. Analisis Karakteristik Pasien

51

B. Analisis Masalah Keperawatan

54

C. Analisis Intervensi

55

xiii
D. Analisis Implementasi

58

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

62

A. Simpulan

62

B. Saran

63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori...........................

..............................................................................................................................31
xiv
Tabel 3.2 Terapi Farmakologi Pasien..................................................................

..............................................................................................................................39

Tabel 3.3 Analisa Data Asuhan Keperawatan.....................................................

..............................................................................................................................40

Tabel 3.4 Intervensi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Kelolaan...........

..............................................................................................................................43

Tabel 3.5 Implementasi Asuhan Keperawatan....................................................

..............................................................................................................................46

xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Terapi Musik


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sistem muskuloskeletal merupakan salah satu sistem tubuh yang

sangat berperan terhadap fungsi pergerakan dan mobilitas seseorang.

Masalah atau gangguan pada tulang akan dapat mempengaruhi sistem

pergerakan seseorang. Salah satu masalah muskuloskeletal yang sering

kita temukan di sekitar kita adalah fraktur atau patah tulang. Fraktur

merupakan patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,

kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan itu sendiri, serta jaringan lunak

di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap

atau tidak lengkap (World Health Organization[WHO], 2015).

WHO (2015) menyatakan bahwa kasus fraktur terjadi di dunia

kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi

sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kuranglebih 18 juta

orang dengan angka prevalensi sebesar 4,2%. Tahun 2010 meningkat

menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,5%.Tahun 2015

meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,5%.

Berdasarkan hasil (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

2013) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia tahun 2013 angka kejadian cidera mengalami

peningkatan dibandingkan pada hasil tahun 2012. Di Indonesia terjadi


kasus fraktur yang disebabkan oleh cidera antara lain jatuh, kecelakaan

lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Kecenderungan

prevalensi cedera menunjukkan sedikit kenaikan dari 7,5% (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013) menjadi 8,2% (Lestari,

Hafiz and Huriyati, 2018). Menurut Depkes RI 2016 dari sekian banyak

kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstermitas bawah akibat

kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur

lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur

ekstermitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur

femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami

fraktur tibia. Kejadian fraktur di Provinsi Bali cukup tinggi. Data

registrasi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017), didapatkan data fraktur

sebanyak 3.065 kasus (8,9%) dari seluruh penyakit yang dirawat di

Rumah Sakit di Bali. Persentase tertinggi fraktur di Bali terdapat di

Kabupaten Badung yaitu 14,3%.Di RS BIMC Kuta tercatat kasus fraktur

tibia dari Maret hingga November 2020 sebanyak 48 pasien datang di

emergency department dan menjalani rawat inap.

Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang berlebih

dibandingkan kemampuan tulang dalam menahan tekanan, tekanan yang

terjadi pada tulang dapat berupa tekanan berputar yang menyebabkan

fraktur bersifat spiral atau oblik, tekanan membengkok yang

menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis tulang yang

dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi

2
(Black and Hawks, 2014). Rusaknya integritas jaringan tulang dapat

menyebabkan nyeri.

Nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan

yang aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian saat terjadi

kerusakan. Nyeri fraktur pada pasien menimbulkan perasaan tidak nyaman

yang berpengaruh terhadap aktivitas, bahkan dapat berdampak pada faktor

psikologis, seperti; menarik diri, menghindari percakapan, dan

menghindari kontak dengan orang lain (International Association for the

Study of Pain, 2017). Nyeri merupakan hal yang bersifat subjektif dan

personal, sehingga masing-masing individu akan memberikan respon yang

berbeda terhadap rasa nyeri berdasarkan pengalaman sebelumnya (Risnah

et al., 2019). Penatalaksanaan manajemen nyeri ada dua teknik yaitu

dengan cara farmakologi dan non-farmakologi.

Penatalaksanaan manajemen nyeri farmakologi adalah

penatalaksanaan manajemen nyeri dengan menggunakan obat yang

berkolaborasi antara perawat dengan dokter dalam pemberian obat anti

nyeri, sedangkan teknik non-farmakologi adalah penatalaksanaan

manajemen nyeri tanpa obat-obatan. Penatalaksanaan manajemen nyeri

nonfarmakologi meliputi guided imagery, teknik distraksi dengan musik

klasik, hipnoanalgesia dan Emotional Freedom Techniques (EFT).

Berbagai upaya asuhan keperawatan dikembangkan untuk

membantu mengontrol keluhan nyeri pada pasien dengan fraktur. Teori

3
kenyamanan Kolcaba dapat diaplikasikan untuk menangani rasa nyeri

yang dialami oleh individu, Kolcaba memnadang bahwa kenyaman

merupakan kebutuhan dasar seorang individu yang bersifat holistik,

meliputi kenyaman fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan,

salah satunya adalah teknik distraksi dengan mendengarkan musik klasik.

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu hal atau

melakukan pengalihan perhatian ke hal-hal diluar nyeri. Distraksi dapat

dilakukan dengan cara distraksi penglihatan (visual), distraksi intelektual

(pengalihan nyeri dengan kegiatan-kegiatan) dan distraksi pendengaran

(audio) yaitu dengan terapi musik (Sari, 2014). Terapi musik adalah suatu

bentuk terapi dibidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktivitas

musik untuk mengatasi masalah dalam berbagai aspek fisik, psikologis,

kognitif dan kebutuhan sosial individu (Rachmawati, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Djamal, Rompas

and Bawotong, (2015) tentang “Pengaruh Pemberian Terapi Musik

Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Fraktur” menunjukan

bahwa dari penelitian ini menggunakan uji paired t-test tingkat nyeri

sebelum dan setelah diberikan intervensi di dapatkan nilai p = 0,000

dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa ada

pengaruh pemberian terapi musik terhadap penuruanan tingkat nyeri pada

pasien fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Pujiarto, (2018) tentang

“Pengaruh Terapi Musik Instrumental terhadap Perubahan Skala Nyeri

4
Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di Rumkit TK.III R.W.Monginsidi

Teling Dan RSU Gmim Bethesda Tomohon” menunjukan bahwa dari

hasil uji statistik Wilcoxon signed rank test dengan tingkat kepercayaan

95% (α=0,05) dan diperoleh p value 0,000 < 0,05 sehingga dapat

dikatakan bahwa terdapat pengaruh terapi musik instrumental terhadap

perubahan skala nyeri pada pasien pre operasi fraktur di Rumkit Tk.III

R.W. Monginsidi Teling dan RSU GMIM Bethesda Tomohon.

Berdasarkan latar belakang tersebut penting untuk dapat

disusun karya tulis ilmiah yang menganalisis penerapan asuhan

keperawatan pada pasien fraktur dengan masalah nyeri akut melalui

implementasi mendengarkan music klasik.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

yang berhubungan dengan pelaksanaan asuhan keperawatn pada klien

dengan fraktur tersebut, maka penulis menarik rumusan masalah dalam

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini sebagai berikut :”Bagaimanakah

Analisis Penerapan Terapi Musik Klasik pada Asuhan Keperawatan Tn.

K dengan Masalah Nyeri Akut di Emergency Department Rumah Sakit

Bimc Kuta?”

5
C. TUJUAN KARYA ILMIAH

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini bertujuan

untuk melakukan Analisis Penerapan Terapi Musik Klasik pada

Asuhan Keperawatan Tn. K dengan Masalah Nyeri Akut di

Emergency Department Rumah Sakit Bimc Kuta.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini

antara lain untuk mengetahui :

a. Analisis pasien dengan diagnosa medis Fraktur 1/3 distal

Femoral Dexstra

b. Analisis masalah keperawatan Nyeri Akut pada pasien dengan

diagnosa medis Fraktur 1/3 distal Femoral Dexstra

c. Analisis intervensi keperawatan terapi musik klasik terhadap

penurunan tingkat nyeri pada pasien dengan diagnosa medis

Fraktur 1/3 distal Femoral Dexstra

d. Analisis implementasi terapi musik klasik yang dilakukan pada

pasien dengan diagnosa medis Fraktur 1/3 distal Femoral

Dexstra mengalami masalah keperawatan Nyeri Akut.

D. MANFAAT KARYA ILMIAH

1. Manfaat Untuk Pelayanan Keperawatan

Memberikan masukan dan contoh (role model) dalam melakukan

intervensi keperawatan serta menambah ilmu pengetahuan dan


6
pengalaman perawatdalam pelaksanaan mengontrol tingkat nyeri

dengan terapi musik klasik sebagai intervensi keperawatan mandiri

dalam masalah tingkat nyeri.

2. Manfaat Untuk Masyarakat

Menambah pengetahuan mengenai manajemen nyeri dengan

menggunakan terapi musik klasik.

3. Manfaat Untuk Institusi Pendidikan

Memberikan rujukan bagi institusi pendidikan dalam melaksanakan

proses pembelajaran mengenai asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan sistem muskuloskletal yang disertai dengan

pelaksanaan intervensi mandiri keperawatan berdasarkan riset-riset

terkini.

4. Manfaat Untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan

Menambah referensi bagi ilmu keperawatan pada klien dengan

fraktur femoral dan meningkatkan kemampuan perawat dalam

melakukan intervensi keperawatan mandiri untuk mengatasi keluhan

nyeri pada kasus kelolaan.

7
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Fraktur merupakan ditemukan karena terjadinya kehilangan atau

terputusnya jaringan kontiunitas dari tulang, fraktur ditemukan

karena adanya gangguan pada tulang baik dapat dilihat mulai dari

adanya garis halus sampai terlihatnya adanya kerusakan pada banyak

fragmen tulang (Desiartama, 2017)

Freye et al., (2019) mendefinisikan fraktur sebagai terputusnya

kontinuitas tulang yang cenderung lebih banyak disebabkan dari

trauma, dan proses penyakit. Fraktur juga didefnisikan sebagai

kondisi patah tulang yang biasanya biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik (Syam, Noersasongko and Sunaryo, 2014).

Berdasarkan definisi diatas dapat dimpulkan bahwa pengertian

dari fraktur adalah terputusnya jaringan koninuitas tulang yang

disebabkan oleh adanya trauma yang langsung atau tidak langsung

mengenai objek yang melebihi daya absorbsinya yang dapat

menyebabkan gangguan vaskularisasi.


9

2. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal terdiri dari struktur utama (tendon,

ligament, fascia, cartilage, tulang, otot dan sendi) dan jaringan

pendukung (sel dan ekstraseluler matriks) ((Lestari, Hafiz and

Huriyati, 2018).

a. Tulang

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih

25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%.

Kesahatan dan fungsi sistem musculoskeletal sangat bergantung

pada sistem tubuh lain. Struktur tulang memberi perlindungan

terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru-paru.

Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk

menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang

memungkinkan tubuh bergerak.

b. Sendi

Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam

rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya

persendian. Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua

tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah

memberikan pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk

persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe

pergerakannya, sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada

jumlah pergerakan yang dilakukan.


10

b. Otot

Otot skeletal secara volunter dikendalikan oleh system syaraf

pusat dan perifer. Penghubung antara saraf motorik perifer dan

sel-sel otot dikenal sebagai motor end-plate

3. Etiologi

Newton, Charles D menjelaskan bahwa penyebab dari terjadinya

fraktur terdiri dari dua macam yaitu penyebab ekstrinsik dan

penyebab intrinsik.

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dari faktur antara lain: (Ridwan, UN.,

Pattiiha, AM., Selomo, 2018)

a. Nyeri terus-menerus dan bertambah berat hingga tulang

diimobilisasi.

b. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik

tulang (krepitasi) yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya (Smeltzer, et al., 2010).

c. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat

trauma dari pendarahan yang mengikuti fraktur.

5. Patofisiologi

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau

trauma. Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki

terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang


11

yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena

trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan

olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi

(Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, 2017)

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang

berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat

menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan

kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total

dapat berakibat anoksia jaringang mengakibatkan rusaknya serabut

saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom

kompartemen (Haag and Kastler, 1964).

6. Komplikasi

a. Syok

Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan

ekstrasel ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan

darah dalam jumlah besar akibat trauma (Smeltzer, et al., 2010).

b. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata

(KID).

Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur

terbuka atau pada saat pembedahan dan mungkin pula

disebabkan oleh pemasangan alat seperti plate, paku pada

fraktur.
12

c. Emboli lemak

Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena

tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler.

Globula lemak akan bergabung dengan trombosit dan

membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah

kecil, yang memsaok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.

d. Sindrom Kompartemen

Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang

dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.Berakibat

kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika tidak ditangani

segera.

7. Klasifikasi

a. Berdasarikan sifat fraktur

1) Faktur tertutup

Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih

utuh) tanpa komplikasi.

2) Fraktur terbuka

Bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.


13

8. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen (X-ray): menentukan lokasi, luasnya

fraktur / trauma.

b. Scan tulang, tomograf, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur

juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan

lunak.

c. Anteriogram: dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai

d. Pofil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

tranfusi multiple atau cidera hati.

9. Penatalaksanaan

Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan dalam

menangani fraktur, yaitu:

a. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur dankemudian di rumah

sakit dengan melakukan pengkajian riwayat kecelakaan,

keparahan luka, deskripsi kejadian, kemungkinan tulang patah,

krepitasi.

b. Reduksi:mengembalikkan posisi tulang ke posisi anatomis, ada

dua jenis yaitu reduksi terbuka dan tertutup.

c. Imobilisasi:setelah di reduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi

atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar

hingga terjadi penyatuan. Metode imobilisasi dilakukan dengan

fiksasi eksterna dan interna.


14

d. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan

bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali

pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang

sempurna (latihan gerak dengan kruck).

b. Terapi Obat

1) Pemberian obat antiinflamasi.

2) Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut

3) Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot

d. Manajemen Nyeri Non-Farmakologi

Berbagai upaya asuhan keperawatan dikembangkan untuk

membantu mengontrol nyeri pasien, antara lain:

1) Imobilisasi

2) Distraksi, yaitu suatu proses pengalihan dari fokus atau

perhatian pada nyeri ke stimulus yang lain, misalkan

Distraksi Visual, Distraksi Pendengaran, Distraksi

Pernafasan, Distraksi mendengarkan music. Penderita

dilakukan rawat inap untuk observasi. Bila kondisi penderita

membaik (90%) penderita dapat dipulangkan dan kontrol di

poliklinik. Bila kondisi penderita memburuk (10%) segera

lakukan pemeriksaan x-Ray ulang dan penatalaksanaan

sesuai dengan protokol fraktur


15

B. TINDAKAN PENATALAKSANAAN YANG DIPILIH

A. Terapi Musik

1. Definisi Musik

Musik dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun

sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan

keharmonisan, terutama yang menggunakan alat-alat yang

dapat menghasilkan bunyi-bunyi tersebut (Prawesti and

Noviyanto, 2015).

2. Tujuan

Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Musik memiliki 3 bagian penting yaitu tempo, ritme, dan

harmoni. Tempo mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi

jiwa, sedangkan harmoni mempengaruhi perasaan. Contoh

paling nyata bahwa tempo sangat mempengaruhi tubuh adalah

dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton

maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak

bergerak. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah

(Kurnianingsih, Suroso and Muhajirin, 2015).

Terapi Musik yang efektif menggunakan musik dengan

komposisi yang tepat antara tempo, ritme dan harmoni yang

disesuaikan dengan tujuan dilakukannya terapi musik. Jadi

memang terapi musik yang efektif tidak bisa menggunakan

sembarang musik (Djohan, 2010). Terapi musik adalah suatu


16

terapi yang menggunakan metode alunan melodi, ritme, dan

harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini diterima oleh organ

pendengaran kita yang kemudian disalurkan ke bagian tengah

otak yang disebut sistem limbik yang mengatur emosi

(Cervellin G, 2011). Musik merupakan salah satu elemen yang

tidak bisa dilepaskan dalam keseharian. Rangkaian nada

alunan musik mampu meningkatkan mood dan memengaruhi

kondisi psikologis seseorang. musik juga bisa sebagai sarana

relaksasi maupun terapi, membantu memperbaiki kondisi

depresi, pasien diharapkan mau berobat. Kemauan melawan

penyakit akan memperbaiki kualitas hidup pasien, yang

menentukan kesembuhannya (Swarihadiyanti, 2014).

3. Prinsip Pelaksanaan
Musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk

memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan

kesehatan emosi. Selanjutnya Kemper & Danhauer

menjelaskan mengenai manfaat musik. Musik selain dapat

meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat meringankan

dari rasa sakit, perasaan perasaan dan pikiran yang kurang

menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas

(Analia and Moekroni, 2016). Musik dapat digunakan dalam

lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien

yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi


17

pada aspek sosial dan psikologis (Wang CF, 2014). Campbell

menjelaskan bahwa musik dapat menyeimbangkan gelombang

otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik ataupun

suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas

gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz.

Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan perhatian

pada kegiatan sehari hari di dunia luar, juga ketika kita

mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan

kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa,

yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz.

4. Prosedur Penggunaan

Terdapat dua metode penggunaan terapi musik, yaitu:

a. Metode terapi musik aktif

Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar

main menggunakanalat musik, menirukan nada-nada,

bahkan membuat lagu singkat, dengan catatan bahwa

pasien mampu melakukan hal tersebut.

b. Metode terapi music pasif

Terapi musik pasif adalah terapi musik yang murah,

mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan dan

menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan

dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik

pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan


18

kebutuhan pasien sehingga kuliatas hidup pasien

meningkat.

5. Kolcaba Theory

Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory.

Menurut Kolcaba, teori kenyamanan menjadi salah satu

pilihan teori keperawatan yang dapat diaplikasikan langsung di

lapangan karena bersifat universal dan tidak terhalang budaya

yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Kolcaba memandang

bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar seorang

individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik,

psikospiritual, sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik

berhubungan dengan mekanisme sensasi tubuh dan

homeostasis, meliputi penurunan kemampuan tubuh dalam

merespon suatu penyakit atau prosedur invasif.

Beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan fisik

adalah memberikan Terapi music , merubah posisi, kompres

hangat atau dingin, sentuhan terapeutik. Kenyamanan

psikospiritual dikaitkan dengan keharmonisan hati dan

ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi dengan memfasilitasi

kebutuhan interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang

terdekat selama perawatan dan melibatkan keluarga secara

aktif dalam proses kesembuhan klien (March & McCormack,

2009).
19

Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan

dengan hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat,

meliputi kebutuhan terhadap informasi kepulangan (discharge

planning), dan perawatan yang sesuai dengan budaya klien.

Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural

adalah menciptakan hubungan terapeutik dengan klien,

menghargai hak-hak klien tanpa memandang status sosial atau

budaya, mendorong klien untuk mengekspresikan

perasaannya, dan memfasilitasi kerja tim yang mengatasi

kemungkinan adanya konflik antara proses penyembuhan

dengan budaya klien. Kebutuhan yang terakhir adalah

kebutuhan akan kenyamanan lingkungan yang berhubungan

dengan menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan,

membatasi pengunjung klien (March & McCormack, 2009).

C. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

1. PENGKAJIAN

Pengumpulan data pasien baik subjektif atau objektif pada

gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala

tergantung pada betuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi

pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapat adalah sebagai

berikut:
20

a. Identitas Pasien dan Keluarga (Penanggung Jawab):

1) Umur

Usia 20 – 40 tahun merupakan usia produktif dengan

mobilitas yang tinggi serta kurangnya kesadaran memakai

alat pelindung diri atau keselamatan berkendara (Awaloei,

Mallo and Tomuka, 2016)

2) Jenis kelamin

Fraktur Angka kejadian pada laki-laki 3 atau 4 kali lebih

sering dibandingkanwanita (Asdar, Rismayanti and Sidik,

2009)

b. Riwayat Kesehatan:

Menurut (Margareth and Rendi, 2012) pasien datang dengan

frktur biasanya ditandai dengan nyeri hebat pada saat area

fraktur digerakan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut (Margareth and Rendi, 2012) Haruslah diketahui baik

yang berhubungan dengan sistem musculoskeletal maupun

penyakit sistem sistemik lainnya.

d. Pemeriksaan fisik

1) Tanda-Tanda Vital

Suhu tubuh, respon infamasi dan cedera pada jaringan

tulang sangat erat kaitannya. Respon terhadap cedera

terutama respon neuroendokrin klasik terhadap cedera telah


21

secara luas diteliti. Respon ini dimanifestasikan dengan

hipertermia. Mekanisme peningkatan suhu tubuh pada

penderita fraktur risiko tinggi berhubungan dengan respon

neuroinflamasi dan terganggunya pusat termolegulator di

hipotalamus. Episodehipertermia pada penderita fraktur

risiko tinggi juga merupakan reaksi inflamasi.

2) Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran,

biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu.

Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-

tanda vital.

3) KeadaanUmum

Pada keadaan cedera kepala umumnya mengalami

penurunan kesadaran teergantung tingkat perdarahan yang

terjadi (cedera kepala ringan GCS 13-15, cedera kepala

sedang GCS 9-12, cedera kepala berat bila GCS kurang

atau sama dengan 8) dan terjadi perubahan pada tanda

tanda vital.

a) B1(Breathing)

Perubahan system pernafasan tergantung pada gradasi

dari perubahan jaringan serebral akibat fraktur yang

dapat terjadi di area basis cranii. Pada beberapa

keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari system ini

akan didapatkan (Muttaqin, 2011).


22

(1) Inspeksi, di dapatkan pasien mengalami perubahan

bentuk pada area fraktur dan disertai dengan

edema. Terdapat retraksi dada, pengembangan

paru tidak simetris. Ekspansi dada menunjukkan

adanya etelektasis, lesi pada paru, obstruksi pada

bronkus, fraktur tulang iga, pneumotoraks, atau

penempatan endrotrakeal dan tube trakeostomi

yang kurang tepat. Pada observasi ekspansi dada

juga perlu di nilai reaksi dari otot interkostae,

substernal, pernafasan abdomen, dan retraksi

abdomen saat inspirasi. Pola nafas ini dapat terjadi

jika otot-otot interkostal tidak mampu

menggerakkan dindingdada.

(2) Auskultasi, bunyi tambahan seperti berbunyi,

stridor, ronchi, pada pasien dengan peningkatan

produksi sekret dan kemampuan batuk yang

menurun sering di dapatkan pada pasien dengan

terjadi fraktur basis cranii.

(3) Palpasi, fremitus menurun di bandingkan dengan

sisi yang lain akan didapatkan bila melibatkan

trauma di rongga thoraks.

(4) Perkusi, adanya suara redup sampai pekak pada

keadaan melibatkan trauma pada thoraks/


23

hemathotoraks

b) B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler

didapatkan syok hipovolemik yang sering terjadi pada

pasien dengan fraktur terbuka. Hasil pemeriksaan

kardiovaskuler pada pasien fraktur pada beberapa

keadaan dapat di temukan tekanan darah normal atau

berubah, nadi brakikardi, nadi takikardi, dan aritmia.

Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan

homeostatis tubuh dalam upaya menyeimbangkan

kebutuhan oksigen perifer. Nadi brakikardi merupakan

tanda perubahan perfusi jaringan otak. Kulit kelihatan

pucat menandakan adanya perubahan penurunan kadar

hemoglobin dalam darah. Hipotensi menandakan

adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda awal dari

syok. Pada beberapa keadaan lain akibat dari fraktr

akan merangsang pelepasan antidiuretik hormone

(ADH) yang berdampak pada kompensasi tubuh untuk

melakukan retensi atau pengeluaran garam dan air oleh

tubulus. Mekanisme ini akan meningkatkan konsentrasi

elektrolit sehingga memberika resiko terjadinya

ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada

system lain.
24

c) B3 (Brain)

fraktur yang terjadi pada basis cranii

menyebabkan berbagai deficit neurologis trauma

disebabkan pengaruh penimgkatan TIK akibat adanya

pendarahan, baik bersifat intracranial, hematoma,

subdural hematoma, dan epidural hematoma.

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus

dan lengkap di bandingkan pengkajian system lain.

d) B4 (Bladder)

Kaji keadaan urin melalui warna, jumlah, dan

karakteristik, termasuk berat jenis. Penurunan jumlah

urin dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat

menurunnya fungsi ginjal.

e) B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan menelan, nafsu

makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual

sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan

produksi asam lambung sehingga menimbulkan

masalah nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi

konstipasi akibat penurunan peristaltic usus. Adanya

inkontenensia alvi yang menunjukkan neurologis luas.

Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan

penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan


25

pada lidah dapat menunjukkan adanya

dehidrasi.Pemeriksaan bising usus untuk menilai ada

atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji

sebelum melakukan palpasi abdomen. Bising usus

menurun atau hilang dapat terjadi peristaltic ileus dan

peritonitis. Lakukan observasi bising usus selama

kurang lebih 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat

terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar

selang endotrakeal dan nasotrakeal.

f) B6 (Bone)

Disfungsi motorik paling umum adalah

kelemahan pada seluruh ekstremitas. Kaji warna kulit,

suhu , kelembaban, dan turgor kulit. Adanya perubahan

warna kulit warna kebiruan menunjukkan adanya

sianosis (ujung kuku, ekstermitas, telinga, hidung, bibir,

dan membrane mukosa). Pucat pada wajah dan

membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahan

rendahnya kadar hemoglobin atau syok.

Pucat dan sianosis pada pasien yang

menggunakan ventilator dapat terjadi akibat adanya

hipoksemia. Warna kuning pada pasien yang

menggunakan respirator dapat terjadi akibat penurunan

aliran darah portal akibat dari penggunaan Packed Red


26

Cells (PRC) dalam jangka waktu lama. Pada pasien

dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak

terlalu jelas terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat

menunjukkan adanya demam dan infeksi. Intergritas

kulit untuk menilai adanya lesi dan dikubitus. Adanya

kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan.

Kehilangan sensori atau paralisis/hemiplegia, mudah

lebih menyebabkan masalah pada pola aktivitas dari

istirahat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

(Referensi : (Herdman, 2016)

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cidera fisik

b. Risiko Syok ditandai dengan adanya hipovolemia,

hematom

c. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak

ditandai dengan cedera otak


27

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Referensi :
a. (Herdman, 2016)
b. (Bulechek et al., 2016)
c. (Moorhead et al., 2016)
Tabel 2.1
Intervensi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

Nursing Outcome
Diagnosa Nursing Intervenstions
No Classification Rasional
Keperawatan Classification (NIC)
(NOC)
1 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label : Monitor NIC Label : Monitor
dengan agens cidera fisik selama 1 x 2 jam diharapkan nyeri Tanda-tanda Vital Tanda-tanda Vital
dapat terkontrol dengan kriteria hasil : (6680) (6680)
NOC Label : Tanda-tanda Vital a. Monitor tekanan darah, a. Untuk memastikan tanda-
(0802) nadi, suhu, status tanda vital dalam batas
pernapasan dengan tepat normal dan tidak
a. Tekanan darah sitolik, tekanan
b. Monitor sianosis sentral menunjukkan peringatan
darah diastolik, suhu tubuh,
dan perifer perlunya intervensi gawat
tekanan nadi, tingkat pernapasan
c. Catat gaya dan fluktuasi darurat
ditingkatkan pada skala 5 (tidak
yang luas pada tekanan b. Memastikan tubuh pasien
ada deviasi dari kisaran normal)
darah tidak mengalami
NOC Label : Kontrol Nyeri (1605) d. Ajarkan pasien kapan kekurangan oksigen
a. Mengenali apa yang tekait dengan waktu untuk mendapatkan c. Untuk mengetahui
gejala nyeri ditingkatkan pada pertolongan medis kestabilan tekanan darah
skala 5 (secara konsisten e. Kolaborasi dengan pasien, pasien
menunjukkan) keluarga dan tenaga d. Agar ketika dalam
b. Menggunakan tindakan medis lainnya dalam keadaan gawat darurat,
pengurangan nyeri tanpa memberikan asuhan pasien segera
analgesik ditingkatkan pada skala keperawatan mendapatkan perawatan
NIC Label : yang dibutuhkan
28

Manajemen Nyeri e. Memberikan asuhan


5 (secara konsisten menunjukkan)
(1400) keperawatan yang
c. Menggunakan analgesik yang
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif pada pasien
direkomendasikan ditingkatkan
komprehensif yang NIC Label : Manajemen Nyeri
pada skala 5 (secara konsisten
meliputi lokasi, (1400)
menunjukkan)
karakteristik, onset/ a. Untuk mengetahui tingkat
d. Melaporkan perubahan terhadap
durasi, frekuensi, nyeri pasien
gejala nyeri pada profesional
intensitas atau beratnya b. Memberikan pengetahuan
kesehatan ditingkatkan pada skala
nyeri dan faktor pencetus kepada pasien mengenai
5 (secara konsisten menunjukkan)
b. Berikan informasi nyeri yang dirasakan dan
e. Melaporkan nyeri yang terkontrol
mengenai nyeri, seperti mengurangi kecemasan
ditingkatkan pada skala 5 (secara
penyebab nyeri, berapa c. Agar pasien menegtahui
konsisten menunjukkan)
lama nyeri yang bahwa manajemen nyeri
NOC Label : Tingkat Nyeri (2102) dirasakan, dan antisipasi tidak langsung
a. Nyeri yang dilaporkan dari ketidaknyamanan menghilangkan nyeri
ditingkatkan pada skala 5 (Tidak akibat prosedur secara sekejap, tetapi
Ada) c. Ajarkan prinsip-prinsip mampu mengontrol nyeri
manajemen nyeri secara bertahap
d. Ajarkan penggunaan d. Menggunakan manajemen
teknik non farmakologi nyeri yang dapat pasien
(seperti relaksasi, lakukan secara mandiri
bimbingan antisipatif) maupun bimbingan
sebelum, sesudah dan jika keluarga
memungkinkan, ketika e. Memberikan asuhan
melakukan aktivitas yang keperawatan secara
menimbulkan nyeri terjadi komprehensif pada pasien
atau meningkat; dan
bersamaan dengan
tindakan penurun rasa
nyeri lainnya
e. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
29

memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
non-farmakologi sesuai
kebutuhan
30

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan (implementasi) adalah realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam

pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, dan menilai data yang baru.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi merupakan sebagian yang direncanakan dan

diperbandingkan yang sistematis pada status kesehatan klien.

Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu

tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format

evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data obyektif, data analisa

dan data perencanaan.


31

BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. PROFIL LAHAN PRAKTIK

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit BIMC Kuta. Terletak

di Jalan Bypass Ngurah Rai No. 100x, Kuta, Badung merupakan rumah

sakit yang berdiri sejak tahun 2004. Fasilitas di Rumah Sakit BIMC Kuta

mencakup layanan medis, non medis, layanan unggulan, rawat inap dan

rawat jalan. Pelayanan rawat jalan meliputi poliklinik umum dan unit

gawat darurat. Sedangkan pelayanan rawat inap meliputi ruang rawat inap,

Intensive Care Unit (ICU), ruang operasi dan ruang isolasi.

Rumah Sakit BIMC Kuta merupakan rumah sakit swasta tipe C

yang telah terakreditasi, memiliki total 25 tempat tidur dan perawat

sebanyak 61 orang. Rumah Sakit BIMC merupakan rumah sakit swasta

yang melayani asuransi pasien asing, sebanyak 90% pasien merupakan

pasien asing dan 10% sisa merupakan pasien lokal. Rumah Sakit BIMC

Kuta memiliki sarana dan prasarana pendukung proses pelayanan

kesehatan seperti: empat ruang untuk rawat jalan, dua ruangan treatment,

satu ruangan untuk visa consultation, tiga departemen rawat inap, satu

ruangan operasi, satu departement ICU, satu ruangan Xray, satu ruangan

USG, satu ruangan CT scan, Pharmacy, Laundry, Kitchen, dan loker.


32

B. RINGKASAN ASUHAN KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2020 jam

08.00 WITA di Emergency Department Rumah Sakit BIMC

Hospital Kuta. Sumber data diperoleh dari observasi dan wawancara

dengan pasien dan keluarga. Dari sumber data, diperoleh informasi

nama pasien Tn. K, umur 60 tahun, jenis kelamin laki-laki,

pendidikan Perguruan tinggi, pasien bekerja sebagai wiraswasta,

diagnosa Fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra. Berdasarkan

pengkajian pada riwayat kesehatan, keluhan utama saat pasien

masuk rumah sakit adalah pasien mnegatakan merasa nyeri pada area

paha dan susah digerakkan. Keluhan utama pada saat pengkajian

adalah pasien mengeluh terasa nyeri pada area femoralis. Pada

pengkajian riwayat kesehatan sekarang, teman pasien mengatakan

pasien diantar ke ED Rumah Sakit BIMC Kuta dengan rujukan dari

salah satu klinik yang ada di canggu diakibatkan oleh karena

kecelakaan dan kaki pasien sulit digerakkan. Pasien mnegatkan tidak

memiliki riwayat penyakit terdahulu. Hasil pemeriksaan X-ray,

tampak Fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra. Pasien tidak memiliki

riwayat alergi baik pada makanan maupun obat-obatan. Setelah

petugas melakukan observasi pada pasien, dokter memberikan

diagnosa medis Fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra. Pasien


33

mendapatkan terapi oksigen dengan aliran 3 liter/menit

menggunakan nassal canul, IVFD Nacl 0,9% dengan tetesan 10

tetes/ menit, Fentanyl drip 12 mcg/jam. Setelah dilakukan perawatan

awal, pasien akan dipindahkan ke General Ward untuk mendapatkan

terapi lanjutan.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil tekanan darah pasien

130/80 mmhg, suhu 37,5oc, frekuensi nadi 98 kali/ menit, frekuensi

nafas 21 kali/ menit, kesadaran kompos mentis dengan hasil

penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) E4M6V5. Keadaan umum

pasien mengalami nyeri pada femur dengan skala 5 (sedang), dapat

diketahui dengan menggunakan pemeriksaan skala nyeri PQRST

(Provokatif/ Paliatif, Qualitas/ Quantitas, Region/ Radiasi, Skala

Seviritas dan Timing), dan didapatkan hasil pemeriksaansebagai

berikut :

Tabel 3.1
Hasil Pengkajian Tingkat Nyeri dengan metode P,Q, R, S, T

Indikator
No Hasil Pengkajian
Pengkajian
1 Provokatif/ Pasien mengatakan merasakan nyeri
Paliatif pada area ekstremitas bwah khusnya
pada paha kanan akibat fraktur
2 Qualitas/ Pasien mengatakan nyeri dirasakan
Quantitas seperti ditusuk-tusuk
3 Region/ Pasien mengatakan nyeri yang
Radiasi dirasakan pada paha
4 Skala Pasien mengatakan nyeri dirasakan
Seviritas pada skala 5/ sedang, dari skala 1-10
5 Timing Pasien mengatakan nyeri dirasakan
konstan
34

Penampilan sikap gelisah dan tampak merintih menahan nyeri.

Status gizi pasien, pasien termasuk kriteria gemuk dengan BB 60kg

dan TB 155cm, Indeks Massa Tubuh pasien 25.

Pada pengkajian pada 11 Pola Fungsi Kesehatan menurut

Gordon, didapatkan pasien tidak mengalami masalah sebelum sakit

maupun pada saat pasien sakit. Pada pemeriksaan fisik Head-to-Toe,

didapatkan hasil pengkajian yang abnormal, yaitu terdapat edema

pada paha kanan. Pada pemeriksaan ekstremitas, pada ektremitas

kanan pasien tidak mampu melawan tahanan pemeriksa dengan

kekuatan maksimal, sedangkan ekstremitas kiri ada gerakan, teraba/

terlihat adanya kontraksi otot, ROM tidak terbatas,. Berdasarkan data

pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan elektrokardiogram

didapatkan hasil synus rhythm, tidak ada kelainan pada kelistrikan

jantung. Pada pemeriksaan X-Ray, tampak Fraktur 1/3 Distal

Femoralis Dekstra. Pasien mendapatkan beberapa terapi farmakologi

sesuai dengan masalah kesehatan, antara lain :

Tabel 3.2
Terapi Farmakologi Pasien
Rute
No Nama Obat Dosis Tujuan Pemberian
Pemberian
1 Omeprazole 2x40mg Mengatasi masalah lambung IV
2 Paracetamol 3x1gr Meredakan rasa nyeri IV
3 Asam 3x500mg Mengendalikan perdarahan IV
Traneksamat
4 Ceftriaxone 2x1gr Mengurangi penyebaran infeksi IV
5 Gentamycin 1x160mg Menghambat pertumbuhan bakteri IV
6 NaCL 0,9% 21 tetes/ Memenuhi kebutuhan cairan IV
menit
8 Fentanyl 12mcg/ja Menghilangkan rasa nyeri IV
Drip m
35
36

2) ANALISA DATA
Setelah melakukan pengkajian yang meliputi identitas pasien, diagnosa medis pasien, riwayat kesehatan,

11 Pola Fungsi Kesehatan menurut Gordon, pemeriksan fisik Head-to-Toe dan data yang didapatkan dari

beberapa hasil pemeriksaan penunjang, selanjutnya penulis membuat analisa data, antara lain :

Tabel 3.3
Analisa Data Asuhan Keperawatan

No Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan


27 Desember 2020 Data Subyektif Berdasarkan data subyektif
Data subyektif didapatkan dari dan data obyektif yang Nyeri Akut
wawancara dengan pasien dan didapatkan, maka dapat
teman, data pengkajian yang diketahui etiologi dari
didapatkan antara lain : masalah keperawatan, antara
1. Pasien mengatakan terasa nyeri lain :
karena mengalami fraktur di Kontinuitas jaringan kulit,
area paha otot dan vaskular terputus
2. Pasien mengatakan nyeri akibat adanya agens cidera
dirasakan seperti ditusuk-tusuk fisik
3. Pasien mengatakan nyeri
dirasakan pasien mengatakan
nyeri dirasakan pada skala 5/ Terjadi hematom bahkan
sedang, dari skala 1-10, pasien sampai hipovolemia
juga mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul.
Data Obyektif :
Data Obyektif didapatkan Pada akhirnya
dari pengkajian dan mengakibatkan pasien
37

pemeriksaan secara merasakan Nyeri


langsung pada pasien dan berkelanjutan
data-data penunjang pasien,
data obyektif yang
didapatkan antara lain :

1. Tekanan darah 130/80 mmHg


2. Suhu 37,5oC
3. Frekuensi nadi 98 kali/ menit
4. Respiration rate 21 kali/ menit
5. GCS E4M6V5, kesadaran
komposmentis
6. Penampilan sikap gelisah dan
tampak merintih menahan nyeri
38

3) DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang didapatkan

oleh penulis, maka penulis merumuskan masalah keperawatan,

yaitu :

1) Nyeri Akut berhubungan dengan agens cidera fisik ditandai

dengan pasien mengatakan terasa nyeri setelah akibat fraktur,

pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien

mengatakan nyeri dirasakan pada area paha kanan, pasien

mengatakan nyeri dirasakan pasien mengatakan nyeri dirasakan

pada skala 5/ sedang, dari skala 1-10, pasien juga mengatakan

nyeri dirasakan hilang timbul. Haemodinamik, tekanan darah

130/80 mmHg, suhu 37,5oC, frekuensi nadi 98 kali/ menit,

respiration rate 21 kali/ menit, GCS E4M6V5, kesadaran

komposmentis, penampilan sikap gelisah dan tampak merintih

menahan nyeri.
39

4) INTERVENSI KEPERAWATAN

Penulis menentukan prioritas diagnosa keperawatan sesuai data subyektif dan data obyektif yang telah

didapatkan. Dalam asuhan keperawatan ini, yang menjadi prioritas diagnosa keperawatan adalah nyeri akut

berhubungan dengan agens cidera fisik (prosedur bedah). Berikut intervensi keperawatan sesuai dengan

(Bulechek et al., 2016)antara lain :

Tabel 3.4
Intervensi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Kelolaan

Hari/ No. Dx Nursing Outcome Classification Nursing Intervenstions


Rasional
Tanggal Keper watan Classification (NIC)
(NOC)
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label : Monitor NIC Label : Monitor Tanda-
27
selama 1 x 2 jam diharapkan nyeri dapat Tanda-tanda Vital (6680) tanda Vital (6680)
Desember
terkontrol dengan kriteria hasil : a. Monitor tekanan darah, a. Untuk memastikan tanda-
2020
NOC Label : Tanda-tanda Vital (0802) nadi, suhu, status tanda vital dalam batas
a. Tekanan darah sitolik, tekanan darah pernapasan dengan tepat normal dan tidak
diastolik, suhu tubuh, tekanan nadi, b. Monitor sianosis sentral menunjukkan peringatan
tingkat pernapasan ditingkatkan pada dan perifer perlunya intervensi gawat
skala 5 (tidak ada deviasi dari kisaran c. Catat gaya dan fluktuasi darurat
normal) yang luas pada tekanan b. Memastikan tubuh pasien
NOC Label : Kontrol Nyeri (1605) darah tidak mengalami
d. Ajarkan pasien kapan kekurangan oksigen
a. Mengenali apa yang tekait dengan
waktu untuk c. Untuk mengetahui
gejala nyeri ditingkatkan pada skala 5
mendapatkan kestabilan tekanan darah
(secara konsisten menunjukkan)
40

pertolongan medis pasien


b. Menggunakan tindakan pengurangan
e. Kolaborasi dengan d. Agar ketika dalam keadaan
nyeri tanpa analgesik ditingkatkan
pasien, keluarga dan gawat darurat, pasien segera
pada skala 5 (secara konsisten
tenaga medis lainnya mendapatkan perawatan
menunjukkan)
dalam memberikan yang dibutuhkan
c. Menggunakan analgesik yang
asuhan keperawatan e. Memberikan asuhan
direkomendasikan ditingkatkan pada
NIC Label : Manajemen keperawatan yang
skala 5 (secara konsisten
Nyeri (1400) komprehensif pada pasien
menunjukkan)
a. Lakukan pengkajian NIC Label : Manajemen Nyeri
d. Melaporkan perubahan terhadap
nyeri komprehensif (1400)
gejala nyeri pada profesional
yang meliputi lokasi, a. Untuk mengetahui tingkat
kesehatan ditingkatkan pada skala 5
karakteristik, onset/ nyeri pasien
(secara konsisten menunjukkan)
durasi, frekuensi, b. Memberikan pengetahuan
e. Melaporkan nyeri yang terkontrol
intensitas atau beratnya kepada pasien mengenai
ditingkatkan pada skala 5 (secara
nyeri dan faktor nyeri yang dirasakan dan
konsisten menunjukkan)
pencetus mengurangi kecemasan
NOC Label : Tingkat Nyeri (2102) b. Berikan informasi c. Agar pasien menegtahui
b. Nyeri yang dilaporkan ditingkatkan mengenai nyeri, seperti bahwa manajemen nyeri
pada skala 5 (Tidak Ada) penyebab nyeri, berapa tidak langsung
lama nyeri yang menghilangkan nyeri secara
dirasakan, dan antisipasi sekejap, tetapi mampu
dari ketidaknyamanan mengontrol nyeri secara
akibat prosedur bertahap
c. Ajarkan prinsip-prinsip d. Menggunakan manajemen
manajemen nyeri nyeri yang dapat pasien
d. Ajarkan penggunaan lakukan secara mandiri
teknik non farmakologi maupun bimbingan
(seperti relaksasi, keluarga
bimbingan antisipatif) e. memberikan asuhan
sebelum, sesudah dan keperawatan secara
jika memungkinkan, komprehensif pada pasien
ketika melakukan
aktivitas yang
41

menimbulkan nyeri
terjadi atau meningkat;
dan bersamaan dengan
tindakan penurun rasa
nyeri lainnya
e. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
non-farmakologi sesuai
kebutuhan
f. Kolabari pemberian
terapi farmakologi yaitu
terapi analgetik dalam
penanganan nyeri.
42

5) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 3.5
Implementasi Asuhan Keperawatan

Hari/ Tanggal No. Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi


Diagnosa
27 Desember 1 8.00 Melakukan pemeriksaan tanda- Data Obyektif :
2020 tanda vital 1. Tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/
menit, RR 21 kali/ menit, suhu 37,5oC, SPO2 96%
2. GCS E4M6V5, kesadaran kompos mentis
3. Skala nyeri 5 (sedang)
1 8.05 Melakukan pengkajian nyeri Data Subyektif :
komprehensif yang meliputi lokasi, 1. Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditusuk-
karakteristik, onset/ durasi, tusuk
frekuensi, intensitas atau beratnya 2. Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada area paha
nyeri dan faktor pencetus kanan
3. Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada skala 5/
sedang, dari skala 1-10
4. Pasien juga mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul
Data Obyektif :
1. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 37,5oC, frekuensi
nadi 98 kali/ menit, RR21 kali/ menit
2. GCS E4M6V5, kesadaran kompos mentis
3. Penampilan sikap gelisah dan tampak merintih
menahan nyeri
1 8.15 1. Memberikan terapi nyeri sesui Data Subyektif : Pasien mengatakan paham mengenai
dengan intruksi dokter (Fentanyl penjelasan perawat
drip 12 mcgjam) Data Obyektif :
2. Memberikan informasi mengenai 1. Pasien tampak kooperatif
Nyeri, seperti penyebab nyeri 2. Penampilan sikap tenang dan tampak meringis menahan
43

nyeri, berapa lama nyeri yang nyeri


dirasakan dan antisipasi dari 3. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 37,5 oC, frekuensi
ketidak nyamanan akibat nadi 98 kali/ menit, RR21 kali/ menit
prosedur. 4. GCS E4M6V5, kesadaran kompos mentis
5. Tidak ada reaksi alergi

1 08.30 Mengajarkan penggunaan Data Subyektif :


manajemen nyeri non farmakologi 1. Pasien mengatakan merasa rileks dan nyeri terkontrol
(terapi music klasik) dengan cara dengan manajemen nyeri yang diajarkan, pasien
memberikan earphone dan mengatakan nyeri dirasakan pada skala 5 (sedang) turun
meminta pasien untuk ke skala 2 (rendah) setelah mendengarkan music klasik
mendengarkan musik klasik yang selama 30 menit
dia sukai Data Obyektif :
1. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 37,5 oC, frekuensi
nadi 98 kali/ menit, RR21 kali/ menit
2. GCS E4M6V5, kesadaran komposmentis
3. Skala nyeri 2/10 post terapi music klasik selama 30
menit
4. Pasien tampak tenang tidak meringis
1 09.00 Melakukan pemeriksaan tanda- Data Obyektif :
tanda vital dan memberikan terapi 1. Penampilan sikap pasien tenang
farmakologi sesuai instruksi dokter 2. TD 120/80 mmHG, Nadi 80 kali/ menit, RR 20 kali/
menit, suhu 37oC, SPO2 98%, skala nyeri 2 (sedang)
dari skala 1-10
3. Terapi farmakologi telah selesai diberikan sesuai
instruksi dokter, yaitu :
a. Fentanyhl drip 12 mcg/jam
b. Asam traneksamat 1x500mg
c. Meropenem 1x1gr
d. Gentamycin 1x160mg
e. Omeprazole 1x40mg
f. Paracetamol 1x1gr
1 09.05 Melakukan pemeriksaan tanda- Data Obyektif :
44

tanda vital dan pengkajian nyeri 1. Tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/
dengan memberikan rentan skala 1- menit, RR 20 kali/ menit, suhu 37oC, SPO2 95%
10 kepada pasien 2. GCS E4M6V5, kesadaran kompos mentis
1 09.30 Melakukan pengkajian nyeri Data Subyektif :
komprehensif yang meliputi lokasi, 1. Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
karakteristik, onset/ durasi, 2. Pasien mengatakan nyeri dirasakan pasien mengatakan
frekuensi, intensitas atau beratnya nyeri dirasakan pada skala 3/ sedang, dari skala 1-10
nyeri dan faktor pencetus 3. Pasien juga mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul
Data Obyektif :
1. Tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/
menit, RR 20 kali/ menit, suhu 37oC, SPO2 95%
2. GCS E4M6V5, kesadaran kompos mentis
3. Penampilan sikap tenang
1 10.00 Melakukan pemeriksaan tanda- Data Obyektif :
tanda vital dan memberikan terapi 1. Penampilan sikap pasien tenang
farmakologi sesuai instruksi dokter 2. Tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/
menit, RR 20 kali/ menit, suhu 37oC, SPO2 95%
3. GCS E4M6V5, kesadaran kompos mentis
4. Terapi farmakologi telah selesai diberikan sesuai
instruksi dokter, antara lain :
a. Fenthyl drip 12 mcg/jam IV
b. Asam traneksamat 1x500mg IV
c. Ceftriaxone 2x1gr IV
d. Gentamycin 1x160mg IV
e. Omeprazole 1x40mg IV
f. Paracetamol 1x1gr IV
45

6) EVALUASI

Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 1 x 2

jam dan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah dibuat

sebelumnya, penulis melanjutkan dengan membuat evaluasi

asuhan keperawatan pada tanggal 27 Desember 2020 pukul 10.00

WITA dengan hasil pada diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agens cidera fisik (fraktur) didapatkan hasil

evaluasi subyektif pasien mengatakan nyeri terkontrol dengan

teknik distraksi mendengarkan musik yang telah diajarkan oleh

perawat, pasien mengatakan merasa rileks skala nyeri turun dari

5/10 ke 2/10. Evaluasi obyektif yang didapatkan yaitu penampilan

sikap pasien tenang, tekanan darah 120/60 mmHg, frekuensi nadi

80 kali/ menit, RR 19 kali/ menit, suhu 36,7oC, SPO2 95%, GCS

E4M6V5, kesadaran komposmentis. Evaluasi pada assessment

yaitu masalah teratasi, planning dalam asuhan keperawatan ini

adalah pertahankan kondisi pasien.


BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS KARAKTERISTIK PASIEN

Karakteristik pasien merupakan hal yang menggambarkan keadaan

pasien. Pada Asuhan Keperawatan ini, analisis karakteristik pasien

dengan Fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra dapat dijelaskan dari

beberapa jenis sudut pandang diantaranya jenis kelamin, usia, penyebab

dari fraktur berdasarkan tingkat keparahannya sesuai dengan kondisi

klinis pasien.

Berdasarkan jenis kelamin, pasien pada asuhan keperawatan ini

berjenis kelamin laki-laki dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh (Asdar, Rismayanti and Sidik,

2009), laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar mengalami fraktur

dibandingkan perempuan. Hal ini berkaitan dengan aktivitas dan risiko

pekerjaan yang dilakukan laki-laki cenderung lebih berat

46
47

Jadi dapat disimpulkan oleh penulis bahwa berkaitan dengan aktivitas

dan risiko pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki cenderung lebih berat, maka

laki-laki lebih berisiko mengalami cedera dibandingkan dengan perempuan.

Dilihat dari usia pasien, pasien berusia 60 tahun dan termasuk pada

klasifikasi dewasa. Sesui teori yang dikemukakan oleh (Azizah, 2017) bahwa

kemunduran pada lanjut usia menyebabkan penurunan aktivitas fisik serta risiko

jatuh yang dialami para lanjut usia seiring bertambahnya usia. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Arianda, 2014) mengenai “Hubungan

antara Hasil Pemeriksaan Keseimbangan Tubuh dengan Riwayat Jatuh Pada

Lansia di Posyandu Lansia Aisyiyah Ranting Pucangan dan Posyandu Lansia

Desa Benowo Karanganyar” bahwa frekuensi jatuh meningkat seiring dengan

bertambahnya umur pada lansia yang terjadi pelemahan otot-otot dan dapat juga

disebabkan faktor degeneratif lainnya. Sehingga dapat disimpulkan oleh penulis,

bahwa menurunnya kemampuan fisik pada lansia mengakibatkan lansia rawan

mengalami kejadian jatuh. Ketika individu memasuki tahap lansia, maka mereka

akan mengalami berbagai perubahan yang menyebabkan berisiko mengalami

jatuh.

Dilihat dari penyebab terjadinya fraktur, pada asuhan keperawatan ini,

pasien mengalami fraktur karena mengalami kecelakaan. Sesuai teori yang

dikemukakan oleh (Aprilia, 2017) bahwa kecelakaan lalu lintas menrupakan

salah satu penyebab terbanyak terjadinya fraktur. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Putra, 2019) mengenai “Karakteristik Pasien

Fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Umbu Rara Meha Waingapu
48

periode 1 Januari 2017 – 31 Desember 2018”, yang menjelaskan bahwa Fraktur

paling banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Sehingga penulis dapat

menyimpulkan bahwa kecelakaan merupakan salah satu penyebab terbanyak

terjadinya fraktur, meskipun kemungkinan terdapat beberapa penyebab lain dari

terjadinya fraktur (misalkan usia, kondisi fisik dan kelalaian individu).

Dari hasil pengkajian pada asuhan keperawatan ini, dapat dilihat bahwa

pasien mengalami Fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra dengan tingkat

kesadaran komposmentis dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS) adalah E4M6V5

menunjukkan indikasi pasien berespon dengan kesadaran penuh. Berdasarkan

hasil X-Ray, dapat diketahui bahwa terdapat Fraktur 1/3 Distal Femoralis

Dekstra. Keluhan utama pada saat pengkajian adalah pasien mengeluh nyeri

pada area paha kanan. Sesuai teori yang dikemukakan oleh (Trisnawati, 2015)

bahwa pasien yang mengalami fraktur pada area paha yang merupakan tulang

panjang dan banyak terdapat pmbuluh darah, perdarahan yang terjadi bisa

berjalan cepat atau lambat. Bertambahnya volume perdarahan mengakibatkan

terjadinya resiko syok yang ditandai dengan nyeri dan edema. Sehingga dapat

disimpulkan oleh penulis bahwa pasien dengan perdarahan pada subdural yang

telah mengalami tanda dan gejala yang dianggap bahaya, harus segera diberikan

penanganan, sehingga penatalaksanaan yang dilakukan secara tepat dan cepat

merupakan kunci keberhasilan dalam mengurangi risiko kematian pasien.

B. ANALISIS MASALAH KEPERAWATAN


49

Berdasarkan pengkajian pada asuhan keperawatan ini, didapatkan

pasien mengatakan merasakan nyeri pada paha kanan, pasien

mengatakan nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan

nyeri dirasakan pada skala 5 dari skala 1-10. Hasil pemeriksaan X-Ray

diketahui terdapat Fraktur 1/3 Distal Femoralis Dekstra.

Sesuai teori yang dikemukan oleh (Medicina and Soertidewi, 2011)

bahwa ketika pasien mengalami fraktur, maka pasien juga akan

mengalami terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskular,

sehingga dengan adanya hal tersebut pasien akan mengalami hematom

bahkan sampai hipovolemi sehingga akan menyebabkan nyeri akut pada

pasien akibat dari adanya agen cidera fisik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pusparini,

2017) yang menyatakan bahwa pasien dengan fraktur mengalami nyeri,

menurut penelitian ditemukan 38% pasien cedera mengalami accute post

traumatic syndromedengan gejala paling sering nyeri yang berat.

Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa pasien yang

mengalami fraktur maka hal yang terjadi adalah terputusnya kontinuitas

jaringan kulit, otot dan vaskular, sehingga dengan adanya hal tersebut

pasien akan mengalami hematom bahkan sampai hipovolemi sehingga

akan menyebabkan nyeri akut pada pasien akibat dari adanya agens

cidera fisik (benturan pada saat kecelakaan).

C. ANALISIS INTERVENSI
50

Untuk mengatasi masalah prioritas keperawatan, penulis

berkolaborasi dengan dokter dengan memberikan terpi farmakologi

dalam menurunkan nyeri. Namun, penulis melakukan terapi musik klasik

sebagai tindakan mandiri perawat untuk mengontrol nyeri akut pada

pasien. Terapi musik merupakan salah satu pilihan intervensi yang

dilakukan penulis untuk mengatasi masalah pada pasien sebagai upaya

memberikan rasa nyaman pada pasien. Terapi music pada asuhan

keperawatan ini dilakukan dengan cara memberikan musik yang disukai

sehingga dengan mendengarkan mussik mendengarkan musik relaksasi

yang memberikan efek menenangkan.

Terapi musik adalah teknik non farmakologi untuk mengurangi

nyeri melalui metode distraksi. Salah satu distraksi yang efektif adalah

musik yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan

dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik terbukti

menunjukkkan efek yang dapat mengurangi nyeri dan mengubah

persepsi waktu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh

Karendehi (2015) menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian musik

terhadap skala nyeri akibat fraktur. Hasil penelitian lain juga yang telah

dilakukan oleh Rahman dan Widiyastuti (2014) yang menyatakan bahwa

intensitas nyeri pada pasien fraktur sebelum diberikan terapi musik di

RSUD Dr. Moewardi sebelum diberikan terapi pada sebagian besar pada

skala sedang (68 %) dan setelah diberikan terapi sebagian besar menjadi

skala nyeri ringan (76%).


51

Musik dapat menyentuh individu baik secara fisik, psikososial,

emosional dan spiritual. Mekanisme musik ialahdengan memadukanpola

getar dasar tubuh manusia. Vibrasi musik yang terikat erat dengan

frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar bisa mempunyai dampak

terhadap pengobatan yang begitu hebat bagi tubuh, pikiran serta jiwa

manusia. Getaran ini juga menimbulkan perubahan emosi, organ,

hormon, enzim, sel-selatom di tubuh (Novita,2012)

Mekanisme musik ialah dengan memadankan pola getar dasar

tubuh manusia. Vibrasi musik yang terikat erat dengan frekuensi dasar

tubuh atau pola getar dasar mampu mempunyai dampak terhadap

pengobatan yang begitu luar biasa bagi tubuh, pikiran bahkan jiwa

manusia. Musik tidak membutuhkan analisis yang membuat hemisfer kiri

bekerja, tetapi dengan musik membantu otak kiri mendominasi untuk

meningkatkan proses belajar (Smeltze. Brunner. C & Bare. Brenda. G,

2008).Keunikanmusik yang mempunyai sifat terapi ialah musik non

dramatis, dinamikanya dapat diprediksi, mempunyai nada yang lembut,

harmonis dan tidak bersyair, temponya 60-80 beat per menit, dan musik

pilihan responden. Musik yang berkebalikan dengan musik ini ialah

musik yang mengakibatkan ketegangan, tempo sangat cepat, berirama

sangat keras, ritme yang irregular, tidak harmonis atau dinyalakan

dengan volume keras mungkinakan mengakibatkan efek terapi. Efek

yang datang merupakan menaikkan tekanan denyut nadi, tekanan darah,

tempo pernafasan, serta meningkatkan stress (A., 2015).


52

Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa terapi musik efektif

untuk mengatasi gejala nyeri pada pasien yang mengalami fraktr, dan

akan lebih maksimal hasilnya apabila dilakukan secara terus menerus.

Terapi musik aman dan nyaman untuk menurunkan skala nyeri dan tidak

menimbulkan efek samping yang dapat membuat kondisi pasien semakin

parah, dengan catatan, dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan

setiap respon pasien terhadap terapi musikyang diberikan.

D. ANALISIS IMPLEMENTASI

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis,

implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah ditetapkan

untuk mengatasi prioritas masalah keperawatan, yaitu melakukan

manajemen nyeri non-farmakologi (terapi musik) sebagai tindakan

mandiri keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut yang dialami

pasien. Dalam melakukan asuhan keperawatan, outcomes yang

terpenting dilihat pada evaluasi setelah beberapa implementasi yang

sudah dilakukan.

Adapun respon pasien setelah diberikan teknik terapi musik selama

1 x 2 jam adalah sebagai berikut:

1 Pada tanggal 27 Desemeber 2020 pukul 08.30 WITA dilakukan

terapi musik pasien mengatakan nyeri yang dirasakan mengalami

penurunan dari skala 5 (sedang) ke skala 2 (sedang) setelah diajarkan

teknik terapi musik klasik selama 30 menit. Pasien juga diberikan


53

terapi farmakologis untuk menurunkan nyeri yaitu dengan

memberikan fentayl drip 12 mcg/ jam, dikarenakan terapi musik

klasik tidak dapat berdisi sendiri tanpa memberikan terapi

farmakologi.

2 Evaluasi pada prioritas masalah keperawatan yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu, pasien mengatakan

sudah tidak merasakan nyeri setelah dilakukan implementasi selama

1x2 jam, yaitu tindakan non-farmakologi terapi musik klasik,

sedangkan evaluasi obyektif yang didapatkan yaitu tekanan darah

120/ 60 mmHg, frekuensi nadi 80 kali/ menit, RR 19 kali/ menit,

suhu 36,7oC, SPO2 95%, GCS E4M6V5, kesadaran kompos mentis.

Sesuai teori yang dikemukakan oleh (Pusparini, 2017) bahwa

pasien yang mengalami fraktur yang mengalami nyeri dapat dikurangi

dengan terapi musik klasik.

Hal ini ejalan dengan hasil penelitian Chiang (2012) telah

membuktikan bahwa terapi musik klasik sangat efektif untuk mengurangi

nyeri pada pasien fraktur di Taiwan. Hasil penelitiannya adalah terdapat

penurunan nyeri yang signifikan pada ketiga kelompok intervensi

dibandingkan kelompok kontrol (P value= 0,001). Terapi musik klasik

dengan kombinasi suara alam memiliki efek paling besar untuk

menurunkan nyeri pasien fraktur.

Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa implementasi yang

dilakukan dapat membuat masalah keperawatan teratasi. Dengan


54

demikian, kondisi pasien harus tetap dipertahankan dan dilakukan

observasi secara berkelanjutan. Disamping itu, pemberian terapi musik

klasik dapat disertai dengan diberikannya terapi farmakologi sesuai

instruksi dokter sehingga kriteria yang dihasilkan akan lebih maksimal.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pemberian terapi musik klasik

pada asuhan keperawatan Tn. K dengan masalah nyeri akut di

emergency department Rumah Sakit Bimc Kuta didapatkan

kesimpulan, antara lain :

1. Karakteristik pasien Tn. K dengan Fraktur 1/3 Distal Femoralis,

berjenis kelamin laki-laki berusia 60 tahun yang termasuk pada

lansia dengan kecenderungan mengalami penurunan kemampuan

fisik, pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan tingkat mobilisasi

yang cukup tinggi sehingga risiko jatuh atau kecelakaan pada pasien

semakin meningkat. Pasien mengalami Fraktur 1/3 Distal

Femoralis.

2. Masalah keperawatan pada pasien Tn. K yang didapatkan dari hasil

pengkajian yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

3. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan

nyeri akut pada pasien Tn. K adalah dengan melakukan kolaborasi

dengan dokter dalam memberikan terapi farmakologis dan dengan

memberikan asuhan keperawatan 1 x 2 jam berupa terapi

komplementer non farmakologis melalui mendengarkan musik

klasik selama 30 menit.

55
4. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan

untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada Tn. K dan

didapatkan hasil, nyeri secara bertahap berkurang dari skala 5

(sedang) ke skala 2 (rendah) sehingga penulis dapat memberikan

kesimpulan bahwa terapi musik klasik efektif dalam mengontrol/

mengurangi masalah keperawatan nyeri akut pasien.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan yang didapatkan di atas, penulis dapat

memberikan saran terkait dengan pemberian intervensi dalam asuhan

keperawatan pada pasien dengan Fraktur 1/3 Distal Femoralis, sebagai

berikut :

1) Saran Untuk Badan Pelayanan Kesehatan

Penulis menyarankan untuk Badan Pelayanan Kesehatan agar

menjadikan pertimbangan terhadap terapi musik klasik untuk

dijadikan tindakan mandiri keperawatan dalam upaya mengontrol

atau mengurangi intensitas nyeri pasien.

2) Saran Untuk Bidang Pendidikan

Penulis menyarankan untuk Bidang Pendidikan, agar karya ilmiah

ini dapat menjadi tambahan informasi bagi institusi pendidikan

keperawatan sehingga dapat mengintegrasikan dalam

pembelajaran terkait teknik terapi musik klasik terhadap

penurunan intensitas nyeri pasien.

56
3) Saran Untuk Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya

Penulis menyarankan agar karya ilmiah selanjutnya dapat lebih

diperdalam mengenai intervensi terapi musik klasik dan dapat

dikombinasikan dengan teknik relaksasi sesuai dengan penelitian

yang sudah ada dan terbukti efektif menurunkan intensitas nyeri.

penulis berharap karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai

referensi dalam membuat karya ilmiah selanjutnya.

57
DAFTAR PUSTAKA

Analia and Moekroni, R. (2016) ‘Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik dalam
Menurunkan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan’,
Majority.
Aprilia, H. (2017) ‘Gambaran Status Fisiologis Pasien Cedera Kepala Di IGD
Rsud Ulin Banjarmasin Tahun 2016’, Dinamika Kesehatan, 8(1).
Arianda, R. (2014) ‘Hubungan Antara Keseimbangan Tubuh Dengan Riwayat
Jatuh Pada Lanjut Usia’.
Asdar, M., Rismayanti and Sidik, D. (2009) ‘Perilaku Safety Riding Pada Siswa
Sma Di Kabupaten Pangkep’.
Awaloei, A., Mallo, N. and Tomuka, D. (2016) ‘Gambaran cedera kepala yang
menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof
Dr . R . D . Kandou’, 4, pp. 2–6.
Azizah, F. D. (2017) ‘Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Resiko Jatuh
Pada Lanjut Usia Di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten’.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013a) ‘Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013’, Laporan Nasional 2013. doi: 1 Desember 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013b) ‘Riset Kesehatan Dasar
2013’, Riset Kesehatan Dasar 2013.
Black, J. m and Hawks, J. H. (2014) Keperawatan medika bedah: Manajemen
klinis untuk hasil yang diharapkan, 3.
Bulechek et al. (2016) Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Indonesian
Edition. Elsevier. Singapore.
Desiartama, A. (2017) ‘Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat
Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar Tahun 2013’, E-Jurnal Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2017) ‘Profil Kesehatan Provinsi Bali 2016’,
Profil Kesehatan Bali. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Djamal, R., Rompas, S. and Bawotong, J. (2015) ‘PENGARUH TERAPI MUSIK
TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI IRINA A

58
RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO’, Jurnal Keperawatan
UNSRAT.
Freye, K. et al. (2019) ‘Fraktur’, in Radiologisches Wörterbuch. doi:
10.1515/9783110860481-111.
Haag, R. and Kastler, D. (1964) ‘An algebraic approach to quantum field theory’,
Journal of Mathematical Physics. doi: 10.1063/1.1704187.
Herdman, T. H. (2016) NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions and
Classifications 2018-2020. Jakarta: EGC.
Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, D. S. (2017) ‘Konsep Fraktur’, Journal of
Chemical Information and Modeling. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
International Association for the Study of Pain (2017) ‘IASP Terminology’, Iasp.
doi: https://s3.amazonaws.com/rdcms-
iasp/files/production/public/AM/Images/GYAP/CancerPain_Final.pdf.
Kurnianingsih, D., Suroso, J. and Muhajirin, A. (2015) ‘Efektifitas
Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Stres Kerja
Perawat Igd Di Rsud Dr . R . Goetheng’, Prosiding
Konferensi Nasional.
Lestari, D. Y., Hafiz, A. and Huriyati, E. (2018) ‘Diagnosis dan Penatalaksanaan
Fraktur Le Fort I-II disertai Fraktur Palatoalveolar Sederhana’, Jurnal
Kesehatan Andalas. doi: 10.25077/jka.v7i0.854.
Margareth, T. H. and Rendi, M. . (2012) Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Medicina, N. and Soertidewi, L. (2011) ‘Perdarahan subdural kronik pada dewasa
muda’, Neurona, 29(1).
Moorhead, S. et al. (2016) Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th
Indonesian Edition. Elsevier. Singapore.
Muttaqin, A. (2011) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Prawesti, D. and Noviyanto, E. (2015) ‘Terapi Musik’, Stikes.
Pujiarto, P. (2018) ‘PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN POST

59
OPEN REDUCTIONAL INTERNAL FIXATION MENGGUNAKAN
RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERAPI MUSIK’, Jurnal
Kesehatan Panca Bhakti Lampung. doi: 10.47218/jkpbl.v6i2.49.
Pusparini, Y. (2017) ‘Pengaruh Guided Imagery Terhadap Nyeri Kepala Pasien
CKR’, Jurnal Sehat Masada, XI.
Putra, M. B. (2019) ‘Karakteristik pasien cedera kepala di Rumah Sakit Umum
Daerah ( RSUD ) Umbu Rara Meha Waingapu’, Intisari Sains Medis,
10(2), pp. 511–515. doi: 10.15562/ism.v10i2.435.
Rachmawati, L. D. A. (2010) ‘Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post
Operasi Fraktur Humeri 1 / 3 Tengah’, Jurnal pena.
Ridwan, UN., Pattiiha, AM., Selomo, P. (2018) ‘Karakteristik Kasus Fraktur
Ekstremitas Bawah Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr H Chasan
Boesoirie Ternate Tahun 2018’, Kieraha Medical Jornal.
Risnah, R. et al. (2019) ‘TERAPI NON FARMAKOLOGI DALAM
PENANGANAN DIAGNOSIS NYERI PADA
FRAKTUR :SYSTEMATIC REVIEW’, Journal of Islamic Nursing. doi:
10.24252/join.v4i2.10708.
Swarihadiyanti, R. (2014) Pengaruh Pemberian Terapi Musik Instrumental Dan
Musik Klasik Terhadap Nyeri Saat Wound Care Pada Pasien Post Op Di
Ruang Mawar RSUD DR.Soediran Mangun Sumarsowonogiri, Skripsi.
Syam, Y., Noersasongko, D. and Sunaryo, H. (2014) ‘FRAKTUR AKIBAT
OSTEOPOROSIS’, e-CliniC. doi: 10.35790/ecl.2.2.2014.4885.
Trisnawati, W. (2015) ‘Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Dengan
Subdural Hematoma di Ruang Picu RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda’.
World Health Organization (WHO) (2015) ‘Health situation’, WHO Country
Cooperation Strategy.

60
LAMPIRAN

61
Lampiran 2

JUDUL SOP :

TERAPI MUSIK KLASIK


RS BIMC KUTA

1. PENGERTIAN Pemanfaatan kemampuan musik klasik oleh


perawat kepada pasien
2. TUJUAN Memperbaiki kondisi fisik, emosional, kesehatan
spiritual pasien, serta membuat klien rileks
sehingga dapat menurunkan rasa nyeri.
3. INDIKASI Pasien fraktur di UGD RS BIMC Kuta
4. KONTRAINDIKASI Klien dengan gangguan pendengaran, klien fraktur
yang tidak sadarkan diri
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan
pada klien/keluarga
3. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
4. Beri privasi pada pasien
5. Atur posisi pasien sehingga merasakan aman dan
nyaman
6. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
7. Identifikasi pilihan musik klien.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Handphone/ Ipod
2. Playlist Musik
3. Headset / Headphone
7 LANGKAH KERJA :
1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera
2. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien, pastikan musik
yang dipilih adalah jenis musik yang berirama lembut.
3. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
4. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan musik.

62
Lampiran 2

5. Dukung dengan headphone jika diperlukan.


6. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik.
7. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
8. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang
lama.
9. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
10. Simpulkan hasil kegiatan
11. Berikan umpan balik positif
12. Kontrak pertemuan selanjutnya
13. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
14. Bereskan alat-alat
15. Cuci tangan
8 Hasil:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi musik yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan

63

Anda mungkin juga menyukai